Anda di halaman 1dari 32

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DAN

OTORITAS JASA KEUANGAN

DISUSUN OLEH
ANDIKA WIDIYANTO
YANG DIMAKSUD DENGAN LEMBAGA PENJAMIN
SIMPANAN

LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan merupakan sebuah badan


hukum yang dibentuk berdasarkan UU no.24 tahun 2004 yang fungsi-
nya menjamin simpanan nasabah penyimpan dan melakukan
penyelesaian dan penanganan bank gagal sebagai bagian dari
pemeliharaan stabilitas sistem perbankan.
Penjaminan simpanan nasabah yang dilakukan LPS bersifat terbatas,
namun dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank
yang menjalankan usahanya di Indonesia wajib menjadi peserta LPS
dan membayar premi penjaminan.
PENJAMINAN LPS
Sejak tanggal 22 Maret 2007 dan seterusnya, nilai simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp100 juta per nasabah
 per bank, yang mencakup pokok dan bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah bank memiliki
simpanan lebih dari Rp 100 juta maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank tersebut.

Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data
distribusi simpanan per 31 Desember 2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp100 juta mencakup lebih dari 98%
rekening simpanan.
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun
2008 tentang Besaran Nilai Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan, yang mengubah nilai simpanan yang
dijamin oleh LPS, semula diatur dalam Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 menjadi paling banyak
Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah).

Jenis simpanan yang dijamin oleh LPS adalah bentuk-bentuk simpanan nasabah yang meliputi giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan bentuk-bentuk lain yang dipersamakan. Nilai saldo yang dijamin oleh LPS adalah saldo pada saat
izin bank tersebut dicabut, dan merupakan penjumlahan dari saldo dari seluruh rekening yang dimiliki oleh nasabah yang
dimaksud.

Secara sederhana, LPS memberikan imbauan mengenai jenis simpanan nasabah yang dijamin adalah apabila memenuhi
syarat-syarat '3T’;
1. Tercatat dalam pembukuan bank,
2. Tingkat bunganya tidak melebihi tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh LPS, dan
3. Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti kredit macet.
KEPALA EKSEKUTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

1. Krisna Wijaya (2005-2007)


2. Firdaus Djaelani (2008-2012)
3. Mirza Adityaswara (2012-2013)
4. Kartika Wirjoatmodjo (2014-2015)
5. Fauzi Ichsan (2015-31 Desember 2019)
6. Lana Soelistianingsih (20 Februari 2020-sekarang)
STRUKTUR
KEPERSERTAAN
1. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta
Penjaminan.
2. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum
(termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam
wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat,
baik bank konvensional maupun bank berdasarkan prinsip
syariah.
3. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia
yang melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Republik
Indonesia tidak termasuk dalam Penjaminan.
fungsi, tugas dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

a. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.

b.Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
4. Melaksanakan penjaminan simpanan.
5. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
6. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank
gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistemik.
7. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik.
Continue…
c. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
1. Menetapkan, memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan, memungut kontribusi peserta.
3. Mengelola kekayaan dan kewajiban LPS.
4. Mendapatkan data nasabah, kesehatan, laporan pemeriksaan.
5. Rekonsiliasi, verifikasi, konfirmasi data.
6. Menetapkan syarat, cara, ketentuan klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, menugaskan pihak lain untuk
kepentingan LPS.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank & masyarakat.
9. Menjatuhkan sanksi administrative.
YANG DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

a. Jenis dan jumlah simpanan yang dijamin LPS:


1. Jenis & jumlah simpanan yang dijamin: Giro, Deposito, Sertifikat
deposito & Tabungan/sejenis.
2. Nilai simpanan yang dijamin setiap nasabah pada suatu bank
maksimal Rp. 2 milyar.
3. Nilai simpanan yang dijamin dapat diubah jika dipenuhi salah
satu kriteria.
4. Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar (rush).
5. Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun.
6. Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi
kurang dari 90% dari jumlah nasabah penyimpan seluruh kantor
bank.
Continue…
b. Pembayaran klaim
1. Pembayaran Klaim penjaminan kepada nasabah paling lambar 5 hari
kerja terhitung sejak verifikasi dimulai. Jumlah simpanan yang layak
dibayar ditentukan setelah dilakukan rekonsiliasi dan verifikasi
selambat-lambatnya 90 hari setelah izin usaha bank dicabut.

c. Klaim yang tidak dibayar


2. Data simpanan nasabah tidak tercatat pada bank.
3. Nasabah penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara
tidak wajar.
4. Nasabah penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan
bank menjadi tidak sehat.
PERAN LPS SEBAGAI JARING PENGAMAN
SISTEM PERBANKAN NASIONAL
Sebelum menjelaskan peran atau tugas LPS dalam menjamin simpanan nasabah dan
memelihara stabilitas sistem perbankan perlu dijelaskan hubungan kelembagaan
atau koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, LPS,
Kementerian Keuangan, dan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
Untuk pengamanan sistem perbankan nasional penerapannya dapat dianalogikan
sebagai tim sepakbola ada penyerang, pemain tengah, bek (pemain belakang) dan
kiper. Setiap posisi punya peran masing-masing. Jika dianalogikan dengan sistem
perbankan kita memiliki fungsi masing-masing. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
berperan sebagai ujung tombak (front office). Dengan perannya mengatur dan
mengawasi mikroprudensial dengan kuat dan efektif, OJK diharapkan mampu
mendorong perbankan untuk mencapai goal (tujuan), yaitu sistem perbankan yang
sehat, stabil, bertumbuh, dan bermanfaat bagi rakyat banyak. Selain itu, dengan
mengidentifikasi permasalahan secara dini dan tindakan perbaikan yang segera
(prompt corrective actions) diharapkan permasalahan perbankan dapat diatasi pada
stadium awal.
tujuan OJK dibentuk
Adapun tujuan OJK dibentuk agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:
1. terselenggara secara teratur, adil. transparan, dan akuntabel;
2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; dan
3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Oleh karena itu berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang No. 21
Tahun 2011 tentang OJK, bahwa OJK menginformasikan kepada
LPS mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya
peyehatan oleh OJK sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan.
CONT…
CONTINUE…
Selanjutnya di belakang OJK berdiri Bank Indonesia (BI) sebagai lini tengah berperan mengatur
kebijakan makroprudensial (moneter dan sistem pembayaran) yang kondusif bagi industri perbankan
sehingga dapat membantu menciptakan peluang terjadinya goal. Konkretnya, saat sebuah bank
menghadapi masalah likuiditas, BI bisa memberikan fasilitas pinjaman likuiditas sebagai bentuk
pertahanan terhadap sistem ekonomi Indonesia.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berada pada posisi belakang/bertahan, LPS menjamin simpanan
nasabah bank yang dicabut izinnya dan melaksanakan resolusi (penyehatan) bank gagal. Bank gagal dan
bank yang dicabut izinnya pada umumnya mengalami permasalahan solvabilitas. Pelaksanaan fungsi
tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, rasa aman, dan ketenangan sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Di samping itu, berdasarkan Pasal 42 UU
No. 21 Tahun 2011, LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas
dan wewenangnya serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK, karena pada dasarnya wewenang
pemeriksaan terhadap bank adalah wewenang OJK. Berdasarkan undang-undang, lingkup pemeriksaan
LPS terhadap bank meliputi pemeriksaan premi, posisi simpanan, tingkat bunga, kredit macet dan
tercatat, bank bermasalah, kualitas aset, dan kejahatan di sektor perbankan. Selanjutnya berdasarkan
Pasal 43 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, Bank Indonesia dan LPS wajib membangun dan
memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.
FORUM KORDINASI STABILITAS KEUANGAN

Jika ketiga pertahanan tersebut tidak mampu bertahan juga,


Kementerian Keuangan adalah pemain terakhir yang diharapkan mampu
menjaga gawang tetap aman. Kemenkeu sebagai pemegang otoritas
terhadap fiskal dan koordinator FSN mampu memberikan kebijakan
untuk menjaga sistem perbankan tetap stabil. Untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan dibentuklah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan (FKSSK). FKSSK adalah Operasionalisasi dari Jaring Pengaman
Sistem Keuangan (JPSK) dengan anggota terdiri atas:
1. Menteri Keuangan selaku anggota merangkap koordnator;
2. Gubernur Bank Indonesia selaku anggota;
3. Ketua Dewan Komisioner OJK selaku anggota; dan
4. Ketua Dewan Komisioner LPS selaku anggota.
CONT…
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dibantu
kesekretariatan yang dipimpin salah seorang pejabat eselon I di
Kementerian Keuangan. Dalam kondisi normal, FKSSK:

1. wajib melakukan pemantauan dan evaluasi stabilitas sistem


keuangan;
2. melakukan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan;
3. membuat rekomendasi kepada setiap anggota untuk melakukan
tindakan dan/atau membuat kebijakan dalam rangka memelihara
stabilitas sistem keuangan; dan
4. melakukan pertukaran informasi.
SISTEMIC LPS

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah bagian


dari sistem Jaring Pengaman Sektor Keuangan
(JPSK)/anggota FKSSK bersama dengan BI, Menteri
Keuangan, dan OJK. FKSSK menetapkan dan
melaksanakan kebijakan yang diperlukan dalam
rangka pencegahan dan penanganan krisis pada sistem
keuangan sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Keputusan FKSSK yang terkait dengan penyelesaian
dan penanganan suatu bank gagal (bank resolotion)
yang ditangani berdampak sistemik mengikat LPS.
TATA CARA PERMINTAAN DEBITUR
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS
Dalam kondisi tidak normal untuk pencegahan dan penanganan krisis,
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner
OJK, dan/atau Ketua Dewan Komisioner LPS yang mengindikasikan
adanya potensi krisis atau telah tejadi krisis pada sistem keuangan,
masing-masing dapat mengajukan ke FKSSK untuk segera dilakukan rapat
guna memutuskan langkah-langkah pencegahan atau penanganan krisis.
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner
OJK, dan Ketua Dewan Komisioner LPS berwenang mengambil dan
melaksanakan keputusan untuk dan atas nama institusi yang diwakilinya
dalam rangka pengambilan keputusan FKSSK dalam kondisi tidak normal.
Kebijakan FKSSK yang terkait dengan keuangan negara wajib diajukan
untuk mendapat persetujuan DPR. Keputusan DPR wajib ditetapkan
dalam waktu paling lama 24 jam sejak pengajuan persetujuan.
KEBIJAKAN OJK DIMASA PANDEMI
CONT…
CONT…
KEWENANGAN LPS DALAM PENYELESAIAN & PENANGANAN BANK GAGAL

a. Kewenangan
1. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang
saham.
2. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang
diselamatkan.
3. Menjual, mengalihkan aset tanpa persetujuan debitur atau kewajiban
tanpa persetujuan kreditur.
4. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, mengubah setiap kontrak
yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ke 3.
b.Kerahasiaan data
5. Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif, Pegawai LPS wajib merahasiakan
semua dokumen, informasi, dan catatan yang diperoleh atau dihasilkan
dalam pelaksanaan tugasnya yang harus dirahasiakan berdasarkan
undang-undang.
CONTINUE
KEWAJIBAN BANK PESERTA PENJAMINAN LPS

1. Menyerahkan dokumen Salinan AD, Akta pendirian, perizinan &


tingkat kesehatan bank.
2. Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0.1% dari ekuitas.
3. Membayar premi penjaminan.
4. Menyampaikan laporan secara berkala.
5. Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan kepada
LPS.
6. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di kantor bank.
7. Surat pernyataan Direksi, Komisaris & Pemegang Saham, tentang
komitmen & kesediaan untuk memenuhi ketentuan LPS, bertanggung
jawab atas kelalaian & pelanggaran, dan kesediaan melepaskan segala
hak jika bank menjadi bank gagal yang diselamatkan atau dilikuidasi.
MEKANISME
KESIMPULAN
Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga independen,
transparan, dan akuntabel yang berfungsi menjamin simpanan
nasabah perbankan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
fungsinya, LPS mempunyai tugas merumuskan dan menetapkan
kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan serta melaksanakan
penjaminan simpanan. Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan
dibentuklah Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
(FKSSK), yang salah satu anggotanya adalah LPS. LPS melakukan
penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik setelah FKSSK
menyerahkan penanganannya kepada LPS. dan LPS menjamin
simpanan nasabah sesuai peraturan perundang-undangan.
SOAL DAN JAWABAN
1. jelaskan fungsi lembaga penjamin simpanan berdasarkan UU no.24 tahun 2004 !
Jawab
LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan merupakan sebuah badan hukum yang dibentuk berdasarkan UU
no.24 tahun 2004 yang fungsi-nya menjamin simpanan nasabah penyimpan dan melakukan penyelesaian dan
penanganan bank gagal sebagai bagian dari pemeliharaan stabilitas sistem perbankan.
2. Secara sederhana, LPS memberikan imbauan mengenai jenis simpanan nasabah yang dijamin adalah apabila
memenuhi syarat-syarat. Sebutkan persyaratan tersebut!
Jawab
1. Tercatat dalam pembukuan bank,
2. Tingkat bunganya tidak melebihi tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh LPS, dan
3. Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti kredit macet.

3. Apa saja yang menjadi Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


jawab
4. Menetapkan, memungut premi penjaminan.
5. Menetapkan, memungut kontribusi peserta.
6. Mengelola kekayaan dan kewajiban LPS.
7. Mendapatkan data nasabah, kesehatan, laporan pemeriksaan.
8. Rekonsiliasi, verifikasi, konfirmasi data.
9. Menetapkan syarat, cara, ketentuan klaim.
10. Menunjuk, menguasakan, menugaskan pihak lain untuk kepentingan LPS.
11. Melakukan penyuluhan kepada bank & masyarakat.
12. Menjatuhkan sanksi administrative.
SOAL DAN JAWABAN
4. Apa saja yang menjadi tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ?
jawab
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.
2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal (bank resolution) yang
tidak berdampak sistemik.
5. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik.
5. Sebutkan syarat kepersertaan yang bisa menjadi bagian dari lembaga penjamin simpanan!
Jawab
6. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta
Penjaminan.
7. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum (termasuk kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam wilayah Republik Indonesia) dan
Bank Perkreditan Rakyat, baik bank konvensional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.
8. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan kegiatan perbankan di luar
wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam Penjaminan.
SOAL DAN JAWABAN
6. Jelaskan secara singkat apa fungsi otoritas jasa keuangan dibentuk ?
Jawab
Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap seluruh kegiatan disektor keuangan.
7. Apa yang menjadi tujuan otoritas jasa dibentuk?
Jawab
Adapun tujuan OJK dibentuk agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1. terselenggara secara teratur, adil. transparan, dan akuntabel;
2. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
3. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
8. Sebutkan 5 kebijakan peraturan OJK untuk tangani covid-19 !
Jawab
9. POJK nomor 14/POJK .05/2020. tentang kebijakan countercylical dampak penyebaran covid 19 diasease 2019
10. POJK nomor 15/POJK. 04/2020. tentang rencana dan penyelenggaraan rapat umum pemegang saham perusaan
terbuka.
11. POJK nomor 16/ POJK. 04/2020. Tentang pelaksanaan pelaksanaan rapat umum pemegang saham perusahaan secara
elektronik
12. POJK nomor 17/ POJK. 04/2020. tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha
13. POJK nomor 18/ POJK. 03/2020. tentang perintah tertulis untuk penanganan masalah bank.
SOAL DAN JAWABAN
9. Sebutkan kewajiban bank penjamin LPS !
Jawab
1. Menyerahkan dokumen Salinan AD, Akta pendirian, perizinan & tingkat kesehatan bank.
2. Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0.1% dari ekuitas.
3. Membayar premi penjaminan.
4. Menyampaikan laporan secara berkala.
5. Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan kepada LPS.
6. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di kantor bank.
7. Surat pernyataan Direksi, Komisaris & Pemegang Saham, tentang komitmen & kesediaan untuk memenuhi
ketentuan LPS, bertanggung jawab atas kelalaian & pelanggaran, dan kesediaan melepaskan segala hak jika bank
menjadi bank gagal yang diselamatkan atau dilikuidasi.

10. Siapa saja yang bertanggung jawab menjamin kerahasiaan data yang tersimpan di LPS ?
Jawab
Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif, Pegawai LPS wajib merahasiakan semua dokumen, informasi, dan catatan yang
diperoleh atau dihasilkan dalam pelaksanaan tugasnya yang harus dirahasiakan berdasarkan undang-undang.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://universalbpr.co.id/blog/lembaga-penjamin-simpanan-lps-fungsi-tugas-ke
wajibannya/
2. https://bppk.kemenkeu.go.id/content/artikel/balai-diklat-keuangan-malang-artik
el-memahami-peran-lembaga-penjamin-simpanan-sebagai-jaring-pengaman-sist
em-perbankan-nasional-2019-11-05-6e43f79d/
3. Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

4. Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

5. Perpu No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 24 Tahun
2004 Tentang LPS.

6. Kompas. 2013. 2013. Penjaminan oleh LPS Berjalan Efektif?. 18 Juni . Jakarta.

7. Kompas. 2014. Memahami Peran LPS Melalui Analogi Sepak Bola?. 24 Juni.
Jakarta.
8. https://www.solider.id/baca/5847-wirausahawan-difabel-butuh-relaksasi-kredit-
tengah-wabah-covid19

Anda mungkin juga menyukai