DISUSUN OLEH
ANDIKA WIDIYANTO
YANG DIMAKSUD DENGAN LEMBAGA PENJAMIN
SIMPANAN
Tujuan kebijakan publik penjaminan LPS tersebut adalah untuk melindungi simpanan nasabah kecil karena berdasarkan data
distribusi simpanan per 31 Desember 2006, rekening bersaldo sama atau kurang dari Rp100 juta mencakup lebih dari 98%
rekening simpanan.
Sejak terjadi krisis global pada tahun 2008, Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun
2008 tentang Besaran Nilai Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan, yang mengubah nilai simpanan yang
dijamin oleh LPS, semula diatur dalam Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 menjadi paling banyak
Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah).
Jenis simpanan yang dijamin oleh LPS adalah bentuk-bentuk simpanan nasabah yang meliputi giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan bentuk-bentuk lain yang dipersamakan. Nilai saldo yang dijamin oleh LPS adalah saldo pada saat
izin bank tersebut dicabut, dan merupakan penjumlahan dari saldo dari seluruh rekening yang dimiliki oleh nasabah yang
dimaksud.
Secara sederhana, LPS memberikan imbauan mengenai jenis simpanan nasabah yang dijamin adalah apabila memenuhi
syarat-syarat '3T’;
1. Tercatat dalam pembukuan bank,
2. Tingkat bunganya tidak melebihi tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh LPS, dan
3. Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti kredit macet.
KEPALA EKSEKUTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berada pada posisi belakang/bertahan, LPS menjamin simpanan
nasabah bank yang dicabut izinnya dan melaksanakan resolusi (penyehatan) bank gagal. Bank gagal dan
bank yang dicabut izinnya pada umumnya mengalami permasalahan solvabilitas. Pelaksanaan fungsi
tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, rasa aman, dan ketenangan sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Di samping itu, berdasarkan Pasal 42 UU
No. 21 Tahun 2011, LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi, tugas
dan wewenangnya serta berkoordinasi terlebih dahulu dengan OJK, karena pada dasarnya wewenang
pemeriksaan terhadap bank adalah wewenang OJK. Berdasarkan undang-undang, lingkup pemeriksaan
LPS terhadap bank meliputi pemeriksaan premi, posisi simpanan, tingkat bunga, kredit macet dan
tercatat, bank bermasalah, kualitas aset, dan kejahatan di sektor perbankan. Selanjutnya berdasarkan
Pasal 43 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, Bank Indonesia dan LPS wajib membangun dan
memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.
FORUM KORDINASI STABILITAS KEUANGAN
a. Kewenangan
1. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang
saham.
2. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang
diselamatkan.
3. Menjual, mengalihkan aset tanpa persetujuan debitur atau kewajiban
tanpa persetujuan kreditur.
4. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, mengubah setiap kontrak
yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ke 3.
b.Kerahasiaan data
5. Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif, Pegawai LPS wajib merahasiakan
semua dokumen, informasi, dan catatan yang diperoleh atau dihasilkan
dalam pelaksanaan tugasnya yang harus dirahasiakan berdasarkan
undang-undang.
CONTINUE
KEWAJIBAN BANK PESERTA PENJAMINAN LPS
10. Siapa saja yang bertanggung jawab menjamin kerahasiaan data yang tersimpan di LPS ?
Jawab
Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif, Pegawai LPS wajib merahasiakan semua dokumen, informasi, dan catatan yang
diperoleh atau dihasilkan dalam pelaksanaan tugasnya yang harus dirahasiakan berdasarkan undang-undang.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://universalbpr.co.id/blog/lembaga-penjamin-simpanan-lps-fungsi-tugas-ke
wajibannya/
2. https://bppk.kemenkeu.go.id/content/artikel/balai-diklat-keuangan-malang-artik
el-memahami-peran-lembaga-penjamin-simpanan-sebagai-jaring-pengaman-sist
em-perbankan-nasional-2019-11-05-6e43f79d/
3. Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
5. Perpu No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 24 Tahun
2004 Tentang LPS.
6. Kompas. 2013. 2013. Penjaminan oleh LPS Berjalan Efektif?. 18 Juni . Jakarta.
7. Kompas. 2014. Memahami Peran LPS Melalui Analogi Sepak Bola?. 24 Juni.
Jakarta.
8. https://www.solider.id/baca/5847-wirausahawan-difabel-butuh-relaksasi-kredit-
tengah-wabah-covid19