Anda di halaman 1dari 328

MODUL

Mata Kuliah : Manajemen Perbankan


Dosen Pengampuh : Khaidar Rahmaini Jamilah, M.Sc

Jurusan/Sem: MANAJEMEN/IV

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang yang telah memberikan kita nikmat kesehatan,kesempatan sehingga kita masih
bisa belajar bersama dimata perkuliahan ini. Sholawat bertangkaikan salam tidak lupakita
hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Dengan izin Allah SWT penulis dapat menyusun modul manajemen perbankan
ini ,penulis menyadari bahwasannya masih banyak kekurangan didalam penulisan modul ini
disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis ,oleh karena itu dengan kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk membangun dan menyempurnakan modul
ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya serta membalas kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan modul ini dan semoga modul ini
bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal jariyah bagi penulis

Medan, 6 junie 2021


DAFTAR ISI
BAB I
SISTEM KEUANGAN DAN PERBANKAN INDONESIA

Latar Belakang

Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu negara yang berperan
dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga
keuangan. Tugas utama sistem keuangan adalah mengalihkan dana yang tersedia dari penabung
kepada pengguna dana, kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa di samping untuk
investasi, sehingga perekonomian dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, sistem
keuangan memiliki peran sangat urgen dalam perekonomian dan kehidupan.1

Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi
pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan
kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Bank syariah disebut Islamic Banking atau Interest
Fee Banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan
sistem bunga (riba), spekulasi (maysir) dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).2

Sistem perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu sistem yang tangguh
dalam krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan yangdimilikinya hingga dapat bertahan
menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia perbankan. Di antara keunggulannya adalah
pertumbuhan perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam krisis ekonomi
bank konvensional menderita negative spread dalam bisnisnya, sebagai suatu momok utama
yang dihadapi oleh perbankan konvensional, dan justru kondisi demikian bank Islam
menunjukkan kondisi sebaliknya.3
1
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 17.
2
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 1.
3
Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2010), h.
147.

Pengertian Sistem Keuangan

Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu negara
yang memiliki peran terutama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan oleh
lembaga-lembaga keuangan dan lembaga-lembaga penunjang lainnya. Menurut Dr. Insukindro,
M.A.4dalam bukunya, Ekonomi Uang dan Bank, sistem keuangan (financial system) pada
umumnya merupakan suatu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang
ada dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menarik dana dari dan
menyalurkannya kepada masyarakat.
Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan yang masuk
dalam sistem perbankan, yaitu lembaga keuangan yang berdasarkan peraturan perundangan
dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dan dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Karena lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan
dari masyarakat, maka juga disebut depository financial institutions, yang terdiri dari atas
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Adapun lembaga keuangan bukan bank adalah
lembaga keuangan selain dari bank yang dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Lembaga keuangan
bukan bank disebut non depository financial institutions.5

Sistem Keuangan adalah kumpulan institusi, pasar, ketentuan perundangan, peraturan-


peraturan, dan teknik-teknik dimana surat-surat berharga diperdagangkan, tingkat bunga
ditetapkan,dan jasa-jasa keuangan (finansial service) dihasilkan serta ditawarkan ke seluruh
bagian dunia (Peter S. Rose, 7th Edition, 2000)

1. Fungsi Sistem Keuangan

Menurut Peter S. Rose, ada 7 fungsi pokok sistem keuangan :

a. Fungsi Tabungan (savings function)

Sistem keuangan menyediakan suatu mekanisme dan instrumen tabungan. Misalnya:


obligasi, saham, dan instrumen utang lain yang diperjualbelikan di pasar uang dan pasar modal
yang menjanjikan suatu pendapatan dengan resiko relatif rendah.

b. Fungsi Kekayaan (wealth function)

hlm. 1.
Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 39.
Instrumen keuangan yang diperjual belikan dalam pasar keuangan menyediakan cara
terbaik untuk menyimpan kekayaan, yaitu menahan asset yang dimiliki sampai dana tersebut
dibutuhkan untuk dibelanjakan

c. Fungsi Likuiditas (liquidity function)

Kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan, dapat dikonversi menjadi
kas atau uang tunai dipasar keuangan dengan resiko kecil. Dengan demikian, pasar keuangan
menyediakan likuiditas bagi penabung pemilik instrumen keuangan yang sedang membutuhkan
uang tunai.

d. Fungsi Kredit (credit function)

Pasar keuangan menyediakan kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi dan investasi.
Kredit merupakan pinjaman yang disertai janji untuk membayar kembali dimasa yang akan
datang

e. Fungsi Pembayaran (payment fuction)

Sistem keuangan juga menyediakan mekanisme pembayaran atas transaksi barang dan
jasa. Instrumen yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan pembayaran (medium of
exchange) antara lain: cek,giro,kartu kredit, dan kartu debit

f. Fungsi Resiko (risk function)

Sistem keuangan dewasa ini secara luas menawarkan proteksi terhadap jiwa, kesehatan,
harta, dan resiko penghasilan/kerugian, kepada semua unit usaha dan konsumen termasuk
pemerintah

g. Fungsi Kebijakan (policy function)

Pasar keuangan pada dekade terakhir ini telah menjadi suatu alat utama bagi otoritas
untuk melakukan kebijakan guna menstabilkan ekonomi dan mempengaruhi inflasi

2. Sistem Keuangan di Indonesia


Sistem keuangan di Indonesia, terdiri dari Otoritas keuangan (financial authorities),
sistem perbankan, dan sistem lembaga keuangan bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan
dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-
jasa keuangan. Fasilitas jasa keuangan tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan,
termasuk pasar uang dan pasar modal.

A. Otoritas Keuangan

Otoritas Keuangan memiliki peran dalam pengaturan dan pengawasan di bidang keuangan
dan perbankan terdiri dari:

1. Bank Indonesia

2. Departemen Keuangan
Lembaga Penjamin Simpanan

a. Bank Indonesia
Pengertian BI adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara yang
independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak-pihak lainnya sesuai UU NO.3 Tahun
2004

 Tujuan

“mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah”

 Tugas Bank Indonesia

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank

4. Wewenang Bank Indonesia

1. Melaksanakan kebijakan nilai tukar bedasarkan sistem nilai tukar yang ditetapkan

2. Mengelola cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban luar negeri

3. Memelihara keseimbangan neraca pembayaran

4. Menerima pinjaman luar negeri

b. Departemen Keuangan
Pengertian Departemen keuangan adalah lembaga pemerintah yang melakukan pengaturan
dan pengawasan di bidang Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). LKBB adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang menghimpun dana dengan mengerluarkan kertas
berharga dan menyalurkannya untuk membiayai investasi perusahaan.

 Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank

1. Lembaga Pembiayaan (multifinance company)

2. Perusahaan Peransuransian (insurance companies)

3. Dana pensiun (pension fund)

4. Perusahaan Efek (securities company)


5. Reksa Dana

6. Perusahaan Modal Ventura

7. Pegadaian

c. Lembaga Penjamin Simpanan

 Pengertian

LPS adalah lembaga keuangan yang berstatus independen yang tugas pokoknya memberi
jaminan atas simpanan kepada nasabah bank

 Fungsi LPS

1. Menjamin simpanan nasabah penyimpanan

2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan

 Tugas LPS

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan

2. Melaksanakan penjaminan simpanan

3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara


stabilitas sistem perbankan

4. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakkan penyelesaian bank gagal

5. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik

 Wewenang LPS
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan

2. Menetapkan dan memungut konstribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS

4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank,
laporan hasil keuangan bank, sepanjang tidak melanggar kerahasian bank

5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan konfirmasi

6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim

7. Menunjuk, menguasakan, dan menugaskan pihak lain guna melaksanakan sebagian


tugas tertentu

8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat


9. Menjatuhkan sanksi administrative

 Jenis simpanan yang dijamin oleh LPS :

1. Giro

2. Deposito

3. Sertifikat Deposito

4. Tabungan

Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS setiap nasabah pada satu bank max Rp.
100.0.0 . Nilai tersebut dapat berubah apabila:

1. Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar

2. Terjadi inflasi yang cukup besar

3. Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% dari
jumlah nasabah penyimpan seluruh kantor

kesehatan bank

A. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah
dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup,
menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan
prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya
setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan
yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada
prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada
faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity). Seiring dengan
penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan
penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang
baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar. Dengan demikian
faktor-faktor yang diperhitungkan dalam system baru ini nantinya adalah CAMEL. Kelima
faktor tersebut memang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank.
Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila
suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka
bank tersebut akan mengalami kesulitan.
Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik)
maka apabila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank
tersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia
sebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan
mengalami kesulitan likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak
sehat.

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot
masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka
penggunaan factor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan
BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan sebagai
berikut :
Tabel Bobot CAMEL
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-
masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada pembedaan
antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah
penilaian bank umum dan BPR.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang dinyatakan
dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit
selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain yang
sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya


masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang secara
materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya, akan
diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan
bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
Berikut ini penjelasan metode CAMEL :

1. Capital (Permodalan)

Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara


berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah
karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk.
Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang
cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus
bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan.

Berapa modal yang cukup tersebut? Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru
memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat ketentuan
tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin kurang dari jumlah tersebut.
Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi juga
dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR).
Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank
sekurang-kurangnya sebesar 8%.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap


ketentuan yang berlaku;
2) komposisi permodalan;

3) trend ke depan/proyeksi KPMM;

4) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank;

5) kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari


keuntungan (laba ditahan);

6) rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;

7) akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan Bank.

2. Assets Quality (Kualitas Aset)


Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain yang
dapat menghasilkan atau menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut
sering disebut sebagai aktiva produktif. Dengan kata lain, aktiva produktif adalah penanaman
dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat
berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank pada
umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi memang
penting. Namun demikian, menganalisis kualitas aktiva produktif secara cermat tidaklah kalah
pentingnya. Kualitas aktiva produktif bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus
modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila kualitas
aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara
lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset,
pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya.
Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam ketentuan perbankan di Indonesia
didasarkan pada dua rasio yaitu:

1) Rasio Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva


Produktif (KAP 1). Aktiva Produktif Diklasifikasikan menjadi Lancar, Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah :

Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:


• Untuk rasio sebesar 15,5 % atau lebih diberi nilai kredit 0 dan
• Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.

2) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva


Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah :
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1 % dari 0 % nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif;

2) debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit;

3) perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan


aktiva produktif;
4) tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP);
5)kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;
6) sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;

7) dokumentasi aktiva produktif dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Management (Manajemen)

Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya suatu bank.
Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah bank mendapatkan
perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat
menciptakan dan memelihara kesehatannya.

Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum dilakukan dengan
melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut
dilakukan dengan mempergunakan sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu kelompok manajemen umum dan kuesioner manajemen risiko. Kuesioner
kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan yang
berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja.
Sementara itu, untuk kuesioner manajemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang berkaitan
dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum dan risiko
pemilik dan pengurus.

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:

1) manajemen umum;

2) penerapan sistem manajemen risiko; dan

3) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia
dan atau pihak lainnya.
4. Earning (Rentabilitas)

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank
untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami kerugian
dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan memakan
modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat kemampuan
suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan pada dua macam,
yaitu :

1) Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya adalah
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 0 % atau negatif diberi
nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan
nilai maksimum 100.

2) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Earning 2). Rumusnya adalah:

Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih
diberi nilai kredit 0 dan setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1)Return on Assets (ROA);


2)Return on Equity (ROE); 3)Net
Interest Margin (NIM);
4)Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO);
5)Perkembangan laba operasional;
6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan;

7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan Prospek laba
operasional.

Liquidity (Likuiditas)
Penilaian terhadap faktor likuiditas dilakukan dengan menilai dua buah rasio, yaitu rasio
Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti dan rasio Kredit terhadap Dana yang
Diterima oleh Bank. Yang dimaksud Kewajiban Bersih Antar Bank adalah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang
Diterima adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat,
Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk pinjaman
subordinasi), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan,
dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan atas
dua maca rasio, yaitu :
1) Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva Lancar. Rumusnya adalah :

Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio sebesar 100% atau lebih diberi
nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan sebesar 1% mulai dari nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.

2) Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumusnya adalah :

Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk rasio 115 atau lebih diberi nilai
kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan
nilai maksimum 100.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1)aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan;
2)1-month maturity mismatch ratio;
3)Loan to Deposit Ratio (LDR); 4)proyeksi
cash flow 3 bulan mendatang;
5) ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti;
6) kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA);

7) kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-
sumber pendanaan lainnya dan stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

5. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan
dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga;
2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan
dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan

3) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

1. Tata Cara Penilaian Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Umum & Asing
A. Bank Umum

1. Formula dan indikator pendukung dalam rangka penilaian setiap komponen sebagaimana
dimaksud dalam angka romawi II berpedoman kepada Matriks Perhitungan/Analisis
Komponen setiap factor sebagaimana diuraikan pada Lampiran 1a, Lampiran 1b, Lampiran 1c,
Lampiran 1d, Lampiran 1e, dan Lampiran 1f Surat Edaran Bank Indonesia ini.

2. Berdasarkan formula dan indikator pendukung setiap komponen sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap komponen dengan
berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen sebagaimana diuraikan
pada Lampiran 2a, Lampiran 2b, Lampiran 2c, Lampiran 2d, Lampiran 2e, dan Lampiran 2f
Surat Edaran Bank Indonesia ini. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap berbagai
indicator pendukung dan atau pembanding yang relevan.

3. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian
dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor sebagaimana
diuraikan pada Lampiran 3a, Lampiran 3b, Lampiran 3c, Lampiran 3d, Lampiran 3e, dan
Lampiran 3f Surat Edaran Bank Indonesia ini. Proses penetapan peringkat setiap faktor
penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas
materialitas dan signifikansi dari setiap komponen.

4. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian sebagaimana dimaksud pada
angka 3, dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit Bank dengan
berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit sebagaimana diuraikan
pada Lampiran 4a Surat Edaran Bank Indonesia ini. Proses penetapan peringkat komposit Bank
dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari setiap faktor.

5. Untuk memproses penetapan peringkat sebagaimana dimaksud pada angka 2, angka 3, dan
angka 4, Bank menggunakan kertas kerja sebagaimana diuraikan pada Lampiran 5a, Lampiran
5b, Lampiran 5c, Lampiran 5d, Lampiran 5e, dan Lampiran 5f Surat Edaran Bank Indonesia ini.

6. Sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan
penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September
dan Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian Tingkat Kesehatan
Bank tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk
menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis Bank. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam
jangka waktu yang ditetapkan oleh pengawas Bank terkait. Laporan hasil penilaian Tingkat
Kesehatan Bank tersebut berpedoman kepada format laporan sebagaimana diuraikan pada
Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia ini.
B. Bank Asing

1. Sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian Tingkat Kesehatan
kantor cabang bank asing didasarkan pada faktor kualitas aset dan faktor manajemen (Risk
Management, Operational Control, Compliance, Asset Quality /ROCA), sehingga proses
penetapan peringkat setiap komponen dan faktor berpedoman kepada Lampiran 1b, Lampiran
1c, Lampiran 2b, Lampiran 2c, Lampiran 3b, dan Lampiran 3c Surat Edaran Bank Indonesia ini.
Proses penetapan peringkat setiap faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan
unsur judgement sebagaimana dimaksud pada angka romawi III.3.

2. Proses penetapan peringkat komposit kantor cabang bank asing, dilaksanakan dengan
berpedoman kepada Pasal 13 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum atau Lampiran 4b Surat Edaran
Bank Indonesia ini setelah mempertimbangkan judgement
sebagaimana dimaksud dalam angka romawi III.4.

3. Untuk memproses penetapan peringkat sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2,
kantor cabang bank asing menggunakan kertas kerja sebagaimana diuraikan pada Lampiran 5b
dan Lampiran 5c Surat Edaran Bank Indonesia ini.
Kesimpulan

Bank sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan dana kepada masyarakat . Disamping memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang, usaha pokok bisnisnya adalah memberikan pelayanan kredit
kepada para nasabahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra.2009. “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta:


Kencana. Zainuddin Ali.2007. “Hukum Perbankan Syariah”, Jakarta: Sinar
Grafika.
Veithzal Rivai,,Arviyan Arifin. 2010 “Islamic Banking”,Jakarta:PT Bumi Aksara.

Hermansyah.2005.” Hukum Perbankan Nasional Indonesia”, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta

Dahlan Siamat, 2000: 21, dikutip dalam Djoni S. Gazali dan Rachmadi
Usman, 2017.”Hukum Perbankan, Sinar Grafika”, Jakarta.

REFERENSI INTERNET

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/keterangan-pers-kajian-reformasi-sistem-
keuangan/

https://unida.ac.id/fe/artikel/sistem-keuangan-diindonesia
BAB II
POLA DASAR MANAJEMEN BANK

Latar belakang

Perbankan adalah salah satu sektor bisnis yang bergerak di dalam jasa keuangan.
Tujuan dari perbankan adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang berkaitan
dengan keuangan. Jika dilihat dari fungsinya, bank merupakan sebuah mediasi yang harus
mampu menyediakan atau memberikan kemudahan kepada nasabahnya. Mengingat fungsi
dan peranannya yang sangat penting, maka mutlak diperlukan adanya sistem manajemen
yang rapih guna pengoprasian bank. Hanya bank yang diurus secara baik dan teratur yang
mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan memungkinkan untuk berfungsi secara
efektif . Maka berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam
terkait dengan kegiatan bank .

Perumusan Kebijakan dan Operasi Bank

a) Perumusan Kebijakan Bank

Perumusan kebijakan merupakan suatu proses yang vital dalam sebuah perusahaan. Kebijakan
yang telah dirumuskan dengan jelas dan dikomukasikan secara efektif akan dapat merangsang
tindakan yang tertib dari setiap orang yang terlibat didalamnya. Bank yang sehat adalah bank yang
merumuskan kebijakan dan melaksanakan seluruh rencananya dengan baik.
Kebijakan tersebut hendaknya dirumuskan untuk hal- hal sebagai berikut:
a) Tipe klien
b) Pelayanan
c) Daerah
d) Pendapatan
e) Komposisi dan distribusi aktiva.
f) Preferensi likuiditas.
g) Kompetitor
h) Pengembangan dan latihan staf.
i) Ruangan bank.

1. Manajemen Operasi Bank

Manajemen operasi adalah kegiatan untuk menciptakan nilai produk baik berupa barang
maupun jasa melalui proses transformasi input menjadi output. Menurut fogarty ( 1989)
manejeman oprasi adalah suatu proses secara berkesinambungan dan efektif mengunajaman fungsi
manajeman untuk menintegrasikan berbagaia sumberdaya secara efesien dalam rangka mencapai
tujuan.
Operasi bank merupakan suatu proses transformasi aset dengan mempertimbangkan faktor-
faktor likuiditas, risiko, dan keuntungan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat simpulkan bahwa
manajemen operasi bank adalah suatu proses transformasi terhadap penglolaan manajemen bank
dalam rangka mengevaluasi tingkat kesehatan bank sesuai dengan apa yang diharapkan oleh bank
tersebut.

Oganisasi dan Tata Perbankan

1. Organisasi bank

Organisasi hanya merupakan alat dan wadah dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam
melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan. Jika organisasi baik dan benar, tujuan yang
optimal relatif akan lebih mudah dicapai.
Organisasi bank yang terbaik menurut pendapat Drs. H. Malayu S.P. Hasibuanadalah yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Organisasi Lini dan Staf merupakan organisasi yang paling luwes karena sumber perintah
dan tanggung jawab jelas, serta garis perintah dan tanggung jawabnya melalui jalur vertikal
terpendek. Dalam pengambilan keputusan, manajer lini mendapat bantuan informasi dan
saran-saran dari para stafnyasehingga keputusan yang diambil relatif lebih baik.
b) Pendepartemenan hendaknya didasarkan atas proses produksi (aktivitas) agar hubungan
pekerjaan vertikal dan horizontal serasi terintegrasi, serta kontrol internal (check and
recheck) antar bagian berlangsung baik. Jumlah departemen atau bagian disesuaikan dengan
kebutuhan.
c) Struktur organisasi (organization chart) hendaknya berbentuk segitiga vertikal supaya
pembagian pekerjaan, hubungan pekerjaan, jabatan atau posisi karyawan jelas. Manual
organisasi ini harus disosialisasikan dengan baik kepada seluruh karyawan.
d) Job description setiap karyawan harus ditetapkan secara jelas untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih pekerjaan.
e) Adanya desentralization authority (pelimpahan wewenang) kepada para karyawan agar
pelaksanaan pekerjaan dan pelayanan nasabah dapat ditingkatkan karena birokratisme
berkurang.
f) Penempatan karyawan harus didasarkan pada prinsip the right man on the right place
sehingga ada keefektifan organisasi.
g) Rentang kendali untuk setiap bagian harus berdasarkan kemampuan pimpinan dan volume
pekerjaan yang akan dikerjakan, biasanya berkisar tiga hingga sembilan orang.
h) Organisasi bank harus dibagi atas : front office (customer service) dan back office sehingga
pelayanan nasabah lebih baik dan lebih cepat.

Front office adalah bagian-bagian organisasi dimana para karyawan secara langsung melayani
nasabah. Setiap karyawan diberikan desentralisasi otoritas terhadap deskripsi pekerjaan. Dengan
cara ini, karyawan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti dalam teller system.
Back office adalah bagian-bagian organisasi, seperti pembukuan, audit, urusan sumber daya
manusia yang para karyawannya tidak berhubungan langsung dengan nasabah bank.
Dalam menjalankan operasionalnya, manajer pemasaran (marketing manager) yang berada di
back office merupakan kunci dari keberhasilan bank. Manajer pemasaran ini membawahi funding
unit dan lending unit. Funding unit (bagian penarikan dana) adalah bagian yang memasarkan
produk jasa (sarana penabungan) yang tersedia di bank kepada masyarakat surplus spending unit
(SSU). Lending Unit adalah bagian yang memasarkan jenis-jenis kredit yang disalurkan bank
kepada masyarakat Defisit Spending Unit (DSU). Dengan demikian, manajer pemasaran bank
harus merangkap tugas memasarkan produk tabungan dan menarik SSU untuk menabung sekaligus
memasarkan jenis-jenis kredit yang disalurkan bank kepada DSU. Disinilah uniknya pemasaran
bank (lembaga keuangan) dibandingkan pemasaran-pemasaran lainnya.
2. Tata Perbankan di Indonesia

Pada dasarnya Bank dapat dibedakan menurut fungsi serta tujuan usahanya yaitu :
a) Bank Sentral ( Central Bank ).
b) Bank Umum ( Commercial Bank ).

Sedangkan perbedaan lainnya hanya berdasarkan pemilik atau pengelola yang dapat dibedakan
sebagai berikut :
a) Bank Pemerintah.
b) Bank Swasta Nasional.
c) Bank Asing ( Swasta ).

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun1967 (Undang-undang Pokok Perbankan), sistem


perbankan di Indonesia disusun sedemikian rupa agar Bank Sentral dapat melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan moneter oleh bank-bank dan untuk mengawasi serta
memimpin seluruh sistem perbankan di Indonesia.
Seperti tertuang di dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 (Undang-undang Pokok
Perbankan) maka jenis-jenis Lembaga Perbankan di Indonesia dibedakan menjadi 5 yaitu :
a) Bank Sentral yaitu bank indonesia yang bertugas membimbing pelaksanaan kebijaksanaan
keuangan pemerintah dan mengakomodir serta mengawasi perbankan diseluruh Indonesia.
b) Bank Umum yaitu bank yang dalam usahannya bertindak sebagai pengumpul dana dalam
bentuk simpanan baik giro maupun deposito serta di dalam penyaluran dananya bertindak
sebagai penyalur kredit jangka pendek.
c) Bank Tabungan yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk tabungan, dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya
dalam utama memperbungakan dananya dalam kertas-kertas berharga yang aman.
d) Bank Pembangunan Yaitu bank dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan
dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas-kertas berharga jangka menengah dan
jangka panjang dan dalam usahanya memberikan kredit terutama memberikan kredit jangka
menengah dan jangka panjang di bidang pembangunan.
e) Bank- Bank Sekunder Lainnya Yaitu Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank
Pegawai, Bank Koperasi dan lain-lainya yang dapat dipersamakan dengan itu, yang
diselenggarakan oleh masyarakat.

Jenis – jenis Lembaga Perbankan di Indonesia


Lembaga keuangan bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memberikan jasa-jasa
keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara langsung. Lembaga keuangan bank, selain
memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga berfungsi untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang berupa penawaran jasa-jasa perbankan seperti jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, dan lain sebagainya serta memberikan rasa aman dan nyaman
kepada masyarakat yang menggunakan jasanya. Terdapat 3 macam lembaga keuangan bank yaitu:
1. Bank Sentral

Bank sentral dapat diartikan sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk menstabilkan
harga maupun nilai mata uang yang berlaku di suatu negara. Di Indonesia sendiri yang dijadikan
sebagai bank sentral adalah Bank Indonesia. Secara geografis yang dinamakan bank sentral
Indonesia adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta dan memiliki kantor cabang di berbagai
wilayah, dan provinsi yang ada di Indonesia. Sebagai bank sentral Indonesia, BI memiliki tujuan
pokok untuk memelihara dan menstabilkan nilai mata uang rupiah yang meliputi kestabilan nilai
uang terhadap barang maupun jasa yang diukur dengan inflasi, serta kestabilan terhadap nilai tukar
dengan mata uang asing.
2. Bank Umum

Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Pada dasarnya, fungsi sebuah bank adalah sebagai lembaga perantara keuangan. Dana
yang ada di masyarakat (unit surplus) dihimpun untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat
(individu dan perusahaan) yang membutuhkan (unit defisit). Disini, bank berperan sebagai lembaga
keuangan yang berfungsi menghubungkan pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (unit
surplus) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (unit defisit).
3. Bank Tabungan

Lembaga keuangan yang mengumpulkan tabungan, membayar bunga atau dividen kepada
penabung. Ini menyalurkan tabungan individu yang ingin mengkonsumsi kurang dari pendapatan
mereka kepada peminjam yang ingin menghabiskan lebih banyak. Fungsi ini dilayani oleh
departemen simpanan bank umum, bank tabungan bersama atau bank simpanan wali amanat (bank
tanpa modal yang pendapatannya hanya diperoleh dari penabung), asosiasi simpan pinjam, serikat
kredit, sistem pos, dan bank tabungan kota .
Kecuali untuk bank umum, lembaga-lembaga ini tidak menerima setoran giro. Sistem tabungan
pos dan banyak lembaga tabungan Eropa lainnya menikmati jaminan pemerintah; tabungan
diinvestasikan terutama pada sekuritas pemerintah dan sekuritas lain yang dijamin oleh pemerintah.
Bank tabungan seringkali berasal sebagai bagian dari upaya filantropis untuk mendorong tabungan
di antara orang-orang dengan cara sederhana.
4. Bank Pembangunan

Bank yang di pengumpulan dananya menerima simpanan dl bentuk deposito dan/atau


mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang, serta memberikan kredit jangka
menengah dan panjang di bidang pembangunan
5. Bank – bank Sekunder lainnya

Bank Perkreditan Rakyat atau Bank Koperasi. BPR adalah lembaga keuangan bank yang
menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Status BPR diberikan
kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN),
Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK),
Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya
Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Bank Pembangunan Daerah. Bank pembangunan daerah
adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Provinsi. Bank
Tabungan (BTN, BTPN)
Sistem Manajemen Bank
Manajemen sebagai suatu sistem yang saling terkait antara satu dengan yang lain dalam rangka
mencapai tujuan. Unsur satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Terkait dengan manajemen
sabagai suatu sistem, maka didalamnya terdapat unsur- unsur, yaitu:
a) Perencanaan/planning

Semua dasar dan tujuan manajemen seperti diatas haruslah terintegrasi, konsisten, dan saling
menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi ke arah pencapaian tujuan manajemen maka
setiap usaha harus didahului oleh proses perencanaan yang baik.
b) Pengorganisasian/organizing

kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki
perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
c) Pelaksanaan/actuating

Efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
dinamis, dan lain seb

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pola Dasar Manajemen Bank adalah
suatu proses transformasi aset yang mana di dalamnya terdapat suatu kegiatan yang
mempertimbangkan faktor- faktor likuiditas, risiko dan keuntungan. Transformasi aset adalah
proses pengalihan dana yang dihimpun bank dari berbagai sumber, yang menjadi kewajiban sebuah
bank. Manajemen adalah kegiatan bank yang perlu dirumuskan dalam wujud kebijakan dasar
(basic policies) yang meliputi bidang penting bagi aktivitas bank, hal ini juga dapat menjadi
penentu terhadap kadar kesehatan bank, dan hal itu dapat diketahui dengan melakukan evaluasi
terhadap bank yang sedang dikelola. Manajemen sebagai suatu sistem yang saling terkait antara
satu dengan yang lain dalam rangka mencapai tujuan. Unsur satu dengan yang lain tidak dapat
dipisahkan. Terkait dengan manajemen sabagai suatu sistem, maka didalamnya terdapat unsur-
unsur, yaitu:
- Perencanaan/planning
-Pengorganisasian/organizing
- Pelaksanaan/actuating
DAFTAR PUSTAKA

Ma’arif Syamsul & Hendri Tanjung, 2005, Manaajemen Operasi, Jakarta: PT. Grasindo.
Prasetya Hery & Fitri Lukiastuti, 2009, Manajemen Operasi, Jakarta: PT. Buku Kita
Hasymi Ali 1992, Manajemen Bank, Jakarta: Bumi Aksara
Hasymi Ali,1995, Dasar-dasar Operasi Bank, Jakarta: PT Rineka Cipta.
BAB III
MANAJEMEN DANA BANK

Latar belakang

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian


atau pengawasan usaha-usaha pada kegiatan organisasi yang memanfaatkan sumber daya-sumber
daya dalam organisasi tersebut sehingga bisa tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong
oleh motif mendapatkan keuntungan (profit).1 Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
manajemen harus diselenggarakan dengan efisien. Begitu juga dengan lembaga keuangan yang
merupakan organisasi yang mencari keuntungan, yang dimana harus dikelola dengan baik.
Manajemen yang handal dan memahami konsep perbankan akan sangat berpengaruh terhadap
pengoprasian atau kinerja perbankan termasuk dalam hal pengelolaan dana bank.

Beroprasinya suatu lembaga keuangan tidak terlepas dari modal dana yang harus
disediakan. Modal dana tersebut bukan hanya berasal dari bank itu sendiri, melainkan dari
beberapa sumber dana. Dan modal dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun bank
tersebut, kemudian dialokasikan secara tepat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Sebagai salah satu sumber dana yang dikelola oleh bank yaitu dana dari masyarakat, sehingga
pengelolaan manajemen dana yang dikelola olah bank berpengaruh juga terhadap kepercayaan
dari masyarakat. Karena, masyarakat menginginkan lembaga keuangan yang dapat dipercaya
dalam mengembangkan dana yang dimilikinya, sehingga mereka merasa aman akan dananya,
nasabah juga pasti menginginkan dananya dapat dikembangkan dan memperoleh keuntungan
yang maksimal.
Karena pada dasarnya bank berfungsi sebagai agen perantara pemilik dengan modal
(nasabah) yang menitipkan uangnya dengan para pengelola usaha atau masyarakat yang
membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan mereka baik kebutuhan konsumtif maupun
kebutuhan produktif. Sehingga, dengan memanajemen dana bank yang baik serta pengelolaan

1
Andrianto Dan Anang Firmansyah., Manajemen Bank Syariah (Implementansi Teori Dan
Praktek). (Surabaya : Cv. Penerbit Qiara Media, 2019) Hal. 177
sumber-sumber daya yang terarah akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan akan
berpengaruh terhadap roda perekonomian suatu Negara.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajemen
dana bank.
A. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dana bank dan manajemen dana bank?

2. Apa tujuan manajemen dana ?

3. Apa saja fungsi dana bank?

4. Apa saja sumber-sumber dana bank?

5. Bagaimana prinsip manajemen dana bank?

6. Kemana dana bank akan dialokasikan?

7. Bagaimana konsep perhitungan biaya sumber dana?

8. Bagaimana penentuan dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan operasional


bank?
9. Apa kebijakan dalam pengumpulan dana bank?

10. Apa manfaat pengarahan dana?


Pengertian Dana Bank dan Manajemen Dana Bank

Dana merupakan uang tunai yang dimiliki dan dikuasai oleh bank syariah. Dana bank
adalah uang tunai yang dimiliki Bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu
dapat diuangkan.(Kasmir:2007). Bank merupakan lembaga keuangan yang aktivitasnya berkaitan
dengan masalah dana, tanpa dana bank tidak dapat berbuat sesuatu. Jenis perbankan di Indonesia
terdiri dari Bank Konvensional dan (Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat)
dan Bank Syariah (Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Aktivitas bank
sebagai lembaga penghubung antara orang kelebihan dana (surplus) dengan orang yang
kekurangan dana (defisit unit).

Manajemen dana bank adalah kegiatan yang meliputi bagaimana bank menetapkan
kebijakan dibidang usaha pengarahan dana (source of funds) pengelolaan dan pengalokasian
(application funds) ke dalam berbagai aktiva berdasarkan skala prioritasnya untuk mencapai
tingkat laba yang optimal dengan tetap memelihara tingkat likuiditas yang sehat dengan batasan-
batasan yang ditetapkan oleh bank sentral di Indonesia yaitu Bank Indonesia.2 Ruang lingkup
manajemen dana bank:

1) Harta/aktivanya (asset management).

2) Utangnya terhadap pihak ketiga (liability management).

3) Modalnya (capital management) tujuan.3


Tujuan Manajemen Dana

Tujuan Manajemen Dana Bank yaitu:

4) Untuk memperoleh pendapatan yang maksimal bagi para pemegang saham karena
pemilik bank sangat berkepentingan dengan deviden yang setiap tahun dibagikan.
5) Menyediakan kas dan aktiva lancar lainnya dalam jumlah yang memadai untuk
mengantisipasi penarikan oleh deposan dan kewajiban segera bank tersebut.
6) Menyediakan cadangan yang cukup untuk hal-hal yang mungkin timbul.

2
Sumartik dan Misti Hariasih., Buku Ajar Manajemen Perbankan. (Sidoarjo : Umsida Press,
2018) Hal. 65
3
Ibid.
7) Memenuhi kebutuhan semua masyarakat akan pinjaman/kredit.

8) Mengelola kegiatan bank yang didasarkan kepada kebijaksanaan yang tepat sebagai
pemelihara atau pengelola dana orang/pihak lain.
9) Menghimpun dana dari berbagai sumber dan mengalokasikannya dengan memperhatikan
prinsip pengelolaan dana untuk mencapai Keuntungan optimal.

Fungsi Dana Bank

Fungsi dana bagi bank diantaranya adalah :

a. Sebagai sumber dana biaya kegiatan operasionalnya

b. Untuk memenuhi ketentuan dari bank indonesia

c. Sumber dana untuk investasi primer dan sekunder bank

d. Sebagai penyangga kerugian bank

e. Sebagai tolak ukur besar kecilnya suatu bank

f. Untuk memperbesar solidaritas masyarakat terhadap yang bersangkutan

g. Untuk memperbesar daya saing bank yang bersangkutan

h. Untuk memperbanyak pembukaan kantor cabang.

Sumber-Sumber Dana Bank

Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan persoalan bank yang paling utama.

Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi sama sekali.

Dana bank berasal dari dua sumber, yaitu sumber intern dan sumber eksteren. Sumber
interen adalah dana yang bersumber dari dalam bank, seperti setoran modal/penjualan saham,
pemupukan cadangan, laba yang ditahan, dan lain-lain, dana ini sifatnya tetap. Dan dana dari
sumber eksteren adalah dana yang bersumber dari luar bank atau pihak ketiga, seperti deposito,
giro, call money, dan lain-lain, dana ini sifatnya sementara atau harus di kembalikan. Adapun
sumber-sumber dana bank adalah sebagai berikut :

a. Dana dari modal sendiri (dana dari pihak pertama)

Dana dari modal sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham Bank, yaitu
pemilik bank. Dana sendiri tediri dari:
 Setoran modal dari pemegang saham.

Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh pemilik pada awal saat bank
didirikan. Modal tersebut pada umumnya digunakan untuk pengadaan aktiva tetap, seperti
pembelian gedung kantor, inventaris kantor, komputer, dan kendaraan. Disamping itu, sebagian
dari modal tersebut digunakan untuk biaya pendirian dan promosi untuk menarik minat
masyarakat kepada bank yangakan didirikan.
 Cadangan-cadangan bank

Maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada
para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun
yang akan datang dan sangat diperlukan oleh bank terutama untuk antisipasi apabila terdapat
kerugian di masa yang akan datang.
 Laba bank yang belum dibagi

Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu. Sisa laba merupakan akumulasi dari
keuntungan yang diperoleh oleh bank setiap tahun. Sisa laba terdiri dari:
- Laba/Rugi Tahun- Tahun Lalu, merupakan akumulasi laba/rugi tahun-tahun lalu.

- Laba/Rugi Tahun Berjalan.Merupakan laba/rugi yang diperoleh pada tahun berjalan.

b. Dana yang berasal dari masyarakat

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank, jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Dana-dana dari masyarakat yang disimpan dalam bank adalah merupakan sumber dana terbesar
yang paling diandalkan bank dan terdiri dari 3 jenis, yaitu:

a. Giro (Demand Deposits)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahan bukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu Rekening
Koran.
b. Deposito (Time Deposits)
Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank
yang bersangkutan.
c. Tabungan (Saving)

Yaitu,Tabungan merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Saat ini ada 4 macam tabungan yang
diselenggarakan bank, yaitu:
 Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional) ialah bentuk tabungan yang tidak terikat
oleh jangka waktu dengan syarat penyetoran dan pengambilan. Tabanas terdiri dari:
 Taska, yaitu tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa.

 Tabungan ONH, yaitu setoran ongkos naik haji atas nama calon jemaah haji untuk
setiap musim haji yang bersangkutan.
 Tabungan lainnya yaitu tabungan selain Tabanas dan Taska, misalnya tabungan dari
pegawai bank sendiri yang bukan Tabanas atau Taska pada bank lainnya.

c. Dana yang bersumber dari lembaga lalinnya

Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Dana yang diperoleh dari sumber ini
digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari
sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

 Kredit likuiditas dari Bank Indonesia

 Call money merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka
pendek dan bank lain melalui interbank call money market.
 Pinjaman dari bank-bank luar negeri

 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

Prinsip Manajemen Dana Bank

Prinsip pengelolaan dana bank yaitu :


 Kebutuhan dana jangka pendek dipenuhi dari sumber dana jangka pendek.

 Kebutuhan dana jangka panjang dipenuhi dari sumber dana jangka panjang.
Kedua prinsip ini tujuannya yaitu sebagai Optimum Capital Mix maksudnya adalah supaya
tidak terjadi kelebihan dana (idle fund) dan tidak mengalami kesulitan likuiditas.

Alokasi Dana Bank

Bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai


dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi dana ini
mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1) Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah.

2) Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.
Alokasi dana-dana bank, pada dasarnya dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu:
a. Aktiva yang tidak menghasilkan terdiri dari:

Primary Reserve4

Penanaman dana dalam Aktiva Tetap dan Investasi

b. Aktiva yang menghasilkan terdiri dari:



Secondary Reserve5

Kredit

Investasi jangka pendek dan jangka panjang

Pola dari manajemen bank yang mengatur pengalokasian dana, pada dasarnya adalah
usaha Bank untuk memaksimalkan dana yang ada agar produktif dan menghasilkan. Dalam
rangka melihat bagaimana penghimpunan dana dan bagaimana pengalokasiannya, maka ada 2
teori yang perlu diperhatikan. Pertama, Pool Of Founds, yaitu dengan melihat sumber-sumber
dana dan penempatannya. Kedua, Assets Allocation Approach, yaitu penempatan dana-dana ke
dalam Aktiva. Hal ini berkaitan erat dengan Manajemen Aktiva Bank.
Konsep Perhitungan Biaya Sumber Dana Atau Strategi Penghimpunan Dana

Cara penghimpunan dana bank dapat di bedakan menjadi:

10) Cara pasif, yaitu cara penghimpunan dana tanpa adanya aktivitas bank yang mendorong
masyarakat agar menyimpan dananya di bank. Usaha bank dalam mendorong masyarakat
supaya menyimpan nya di bank dapat berbentuk promosi, advertensi, dan imbauan.
4
Primary reserve artinya penempatan dana untuk memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
bank Indonesia. 5Secondary reserve adalah penempatan dana yang dimaksudkan untuk
menghasilkan keuntungan, tanpa mengakibatkan kerugian pada bank.
Masyarakat yang datang menabung di bank dalam pengertian pasif adalah tidak didorong
oleh aktivitas bank tetapi semata-mata karena kehendak masyarakat sendiri.
11) Cara aktif, yaitu cara penghimpunan dana yang didahului dengan aktivitas tertentu oleh
bank yang khusus mengarahkan masyarakat agar masyarakat menyimpan uangnya di bank.
Dengan aktivitas itu, masyarakat tertarik menyimpan dananya di bank. Artinya, masyarakat
menabung karena di dorong oleh aktivitas bank sebelumnya.

Penentuan Dana Yang Dibutuhkan Untuk Mendukung Kegiatan Operasional Bank

Penentuan besarnya dana bank untuk menentukan besarnya dana bank secara absolut sulit,
tetapi besarnya dana bank dapat ditentukan berdasarkan hal-hal berikut :
12) Ketentuan Pemerintah. Pemerintah selalu menetapkan besarnya dana (modal) sendiri
setiap bank negaranya masing-masing. Penentuan tersebut berdasarkan UU, Keppres,
atau surat edaran Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012
tanggal 27 Desember 2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan
Modal Inti Bank.
13) Area Operasional Bank. Kebutuhan dana bank akan semakin besar jika area
operasionalnya semakin luas meliputi nasional dan bahkan internasional.
14) Produk Jasa Bank. Kebutuhan besarnya dana bank dipengaruhi oleh banyaknya produk
jasa yang akan dilayaninya. Apabila produk jasa bank banyak, maka dana bank yang
dibutuhkan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
15) Tujuan Bank. Dana bank akan dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai bank
bersangkutan. Semakin banyak laba yang ingin diperoleh maka semakin besar dana
bank yang dibutuhkan.
16) Kebutuhan Likuiditas yang dimiliki. Jika alat-alat likuid yang dimiliki sangat terbatas,
ada kemungkinan untuk memenuhi likuiditas itu diambil dari modal bank bersangkutan.
17) Tingkat Kualitas dari Aset. Semakin banyak aset yang produktif (kredit lancar dan
earning assets) maka kebutuhan akan modal semakin mudah dipenuhi.

Kebijakan Pengumpulan Dana Bank

18) Kebijakan pengumpulan dana berasal dari sumber internal


 Penjualan saham portofolio. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual saham
portofolio yang masih ada diatas nilai nominal saham untuk memperoleh agio saham.
 Peningkatan nilai saham. Kebijakan ini dilakukan dengan cara meningkatkan nilai
saham dari nilai nominalnya berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham
(RUPS).
 Penerbitan saham baru. Kebijakan penerbitan saham baru dapat dilakukan untuk
pengumpulan dana bank yang dibutuhkan.
 Reinvestasi laba. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menahan sebagian laba untuk
diinvestasikan kembali menjadi modal bank bersangkutan.
19) Kebijakan pengumpulan dana berasal dari sumber eksternal

 Kebijakan eceran. Jika sumber dana akan ditarik dari semua lapisan ekonomi
masyarakat. Cara ini dilakukan dengan menerima tabungan awal yang relatif kecil
sehingga memberi kesempatan kepada semua lapisan ekonomi dari yang lemah
sampai ke konglomerat untuk menabungkan uangnya di bank tersebut.
 Kebijakan distribusi. Kebijakan ini diartikan apabila sumber dana yang akan ditarik
berasal dari golongan ekonomi menengah keatas.
 Kebijakan suku bunga. Kebijakan suku bunga dilakukan dengan cara apabila semakin
besar tabungan maka semakin tinggi suku bunganya.
 Kebijakan waktu. Kebijakan waktu dilakukan dengan cara semakin lama waktu
tabungan maka semakin besar suku bunganya.
 Kebijakan pemberian hadiah. Dilakukan untuk menarik pemilik uang menabung
dengan cara memberikan hadiah.
 Kebijakan pencarian tabungan. Kebijakan ini dilakukan dengan cara bank memberikan
kemudahan pencairan tabungan melalui antara lain fasilitas ATM, sedangkan untuk
deposito berjangka dapat dicairkan sebelum jangka jatuh tempo walau dikenakan
denda penalti terhadap bunga yang telah diterima nasabah.
 Kebijakan kombinasi. Diartikan apabila pengumpulan dana bank dilakukan dengan cara
mengkombinasikan kebijakan yang ada diatas.

Manfaat Pengarahan Dana


Pengarahan dana mempunyai manfaat bagi berbagai pihak utamanya terhadap bank,
terhadap pemilik dana, maupun terhadap pemerintah.

1) Bagi Bank

Bank dengan hasilnya mengerahkan dana bagi masyarakat berarti memiliki/menambah


modal kerja untuk pemberian pinjaman/pembiayaan/ kredit bagi masyarakat yang
membutuhkan dan layak diberi. Dari pemberian pinjaman/pembiayaan (kresit) tersebut
bank memperoleh pendapatan bunga/ pembagian hasil keuntungan.
2) Bagi Pemilik

Uang Bagi pemilik uang berarti menjadikan uangnya produktif, uangnya yang biasanya/
tadinya disimpan di rumah, di celengan ayam-ayaman, celengan bambu, atau di bawah
bantal yang menganggur (hoarding) dan penuh risiko dengan adanya usaha pengerahan
dana bank, uang yanng menganggur tadi menjadi produktif menghasilkan bunga/ bagi hasil
keuntungan dan aman.
3) Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah dengan hasilnya bank mengerahkan/ menghimpun dana masyarakat,


berarti mengurangi volume uang beredar. Ini merupakan salah satu usaha dalam rangka
mengendalikan inflasi.
Kesimpulan

Di jaman yang modern ini kehadiran bank sudah tidak asing lagi dimasyarakat Indonesia,
namun tidak semua orang tahu pengertian dari bank itu sendiri serta perbedaan dasar yang
mendasari perbedaan bank syariah dan konvensional. Semenjak kemunculannya dilihat dari sisi
keagamaan dan manfaat bank ada banyak pihak yang menanyakan mengenai keabsahan bank itu
sendiri, namun seiring dengan perkembangan waktu dan zaman kehadiran bank mulai diterima di
semua element masyarakat baik itu bank konvensional (umum) ataupun bank berbasis syariah.
Pengertian dari bank konvensional sendiri adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara
umum berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan, sedangkan bank syariah
sendiri merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto dan Anang Firmansyah. 2019. Manajemen Bank Syariah (Implementansi Teori Dan
Praktek). Surabaya : Cv. Penerbit Qiara Media.

Fitri, Maltuf. 2016. Peran Dana Pihak Ketiga Dalam Kinerja Lembaga Pembiayaan Syari’ah Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal:economia. Volume VII/Edisi 1. Mei 2016.
Diakses dari Journal.Walisongo.Ac.Id.

Hibtiyanti, Qutwendra Elva. 2019. Manajemen Dana Bank (Studi Kasus Bank Kalsel Dan Bank Kalsel
Syariah). Skripsi. Politeknik Negeri Banjarmasin. Diakses dari
https://perpustakaan.akuntansipoliban.ac.id

Manajemen Dana Dan Rasio Keuangan. Diakses dari digilib.uinsby.ac.id.

Manajemen Dana Perbankan. Diakses dari gunadarma.ac.id.

Modul Praktikum Manajemen Dana Bank. Prodi Diploma III Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.

Universitas Sumatera Utara. 2017.

Sari, Nurma. Manajemen Dana Bank Syariah. Diakses dari jurnaliainpontianak.or.id.

Soenjoto, Wening Purbatin Palupi. 2018. Analisa Manajemen Dana Bank Syariah Dale Konsep
Pemasaran Konvensional. Jurnal Istiqro : Jurnal Hukum Islam, Ekonomi dan Bisnis.
Vol.4 / No.1: 1-17. Januari, 2018. Diakses dari

http://ejournal.iaida.ac.id/index.php/istiqro/article/view/205

Sumartik. Misti Hariasih. 2018. Manajemen Perbankan. Sidoarjo: Umsida Press.

-
BAB IV
MANAJEMEN LIKUIDITAS
Latar Belakang

Tugas bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk berupa simpanan

,maka dari itu bank Kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman
(kredit), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat,
maka bank harus bisa untuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan dijamin
keamanannya. Maka dari itu bank harus likuid. Likuiditas di dunia perbankan, merupakan satu
keharusan yang harus dilakukan, baik itu oleh pihak perbankan, praktisi keuangan, ataupun pihak-
pihak ketiga yang berencana menitipkan dananya di bank. Dibutuhkan Manajemen likuiditas
dalam pengendalian likuiditas bank seperti alat – alat likuid yaitu : uang tunai kas, saldo bank pada
bank sentral untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah yang dapat setiap saat . Maka dari
itu dibutuhkan Manajemen likuiditas dalam keberlangsungan operasi bank agar tetap berjalan
dengan baik.

Rumusan Masalah

1. Apakah Yang Dimaksud Dengan Manajemen Likuiditas?

2. Apa Saja Tujuan-Tujuan Manajemen Likuiditas?

-
3. Apa Saja Fungsi Dari Manajemen Likuiditas?

4. Bagaimanakah Teori-Teori Manajemen Likuiditas?

5. Bagaimana Cara Untuk Mengukur Likuiditas Bank?

6. Bagaimana Instrumen Likuiditas Bank?

7. Apa saja Rasio dalam manajemen likuiditas?

8. Bagaimanakah strategi Likuiditas?

9. Bagaimana Apa saja Ciri-ciri bank yang memiliki manajemen likuiditas sehat ?

10. Bagaimanakah Perbandingan antara manajemen likuiditas bank konvensional dengan bank
syari’ah?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Manajemen Likuiditas


2. Untuk mengetahui Tujuan dari Manajemen Likuiditas
3. Untuk mengetahui Fungsi dari manajemen likuiditas
4. Untuk mengetahui Teori Manajemen Likuiditas

-
5. Untuk mengetahui Bagaimana pengukuran likuiditas bank
6. Untuk mengetahui Bagaimana instrumen likuiditas bank
7. Untuk mengetahui Rasio dalam manajemen likuiditas
8. Untuk mengetahui Strategi Likuiditas
9. Untuk mengetahui Ciri-ciri bank yang memiliki manajemen likuiditas sehat
10. Untuk mengetahui Perbandingan antara manajemen likuiditas bank konvensional dengan
bank syari’ah

-
Pengertian Manjemen Likuiditas

Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan untuk emenuhi kebutuhan dana
(cashflow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai , dimana fungsi dari likuiditas secara
umum untuk : pertama , menjalankan transaksi bisniisnya sehari – hari .kedua , mengatasi
kebutuhandana yang mendesak . ketiga , memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan
memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan . 1

Dan menurut kamus besar bahasa Indonesia , pengertian likuiditas pada umumnya adalah
mengenai posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban
( membayar utang ) yang jatuh tempo tepat pada waktunya .

Manajemen Likuiditas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam mengendalikan dari
alat- alat likuid yang udah diginakan untuk memenuhi semua kewajiban bank yang harus dibayar .
pengendalian likuiditas bank seperti alat – alat likuid yaitu : uang tunai kas, saldo bank pada bank
sentral untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah yang dapat setiap saat.

Likuiditas sangat penting bagi keberlangsungan oprasi bank karena itu sangat perlu
digunakan manajemen dalam pengelolaan agar terhindar dari permasalahan ,jika kekurangan
likuiditas tentu dapat berdampak negative bagi sistem perbankan . 2

1. Tujuan Manajemen Likuiditas

Tujuan dari manajemen likuiditas adalah :

1)Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan oleh otoritas
moneter yakni Bank Indonesia;
2)Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan cash flow, termasuk
kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap

-
1
https://www.academia.edu/44935067/
ANALISIS_KINERJA_MANAJEMEN_LIKUIDITAS_BANK_SYARIAH_DAN_BAN
K_KONVENSIONAL
2
Nurul Ichsan.2013”PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH”.hlm.82- 85 .
http://journal.uinjkt.ac.id

-
sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo;

3)Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds (dana yang menganggur);

4)Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman.3

Fungsi Manajemen Likuiditas Secara Umum

1)Menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari;

2)Mengatasi kebutuhan dana yang mendesak;

3)Memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman;

4)Memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan


Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama
kewajiban dana jangka pendek.4

Teori Manajemen Likuiditas

Beberapa teori manajemen likuiditas yang dikenal dalam dunia perbankan antara lain
dibawah ini (Sinungan, 1993):

1) Commercial loan theory, teori ini beranggapan bahwa bank-bank hanya boleh memberikan
pinjaman dengan surat dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self
liquidating).Teori ini dikenal juga dengan istilah productive theory of credit, atau sering disebut
real bills doctrine yang diperkenalkan sejak abad 18. Teori ini cukup dominan sampai tahun
1920-an. Pada prinsipnya teori ini menitikberatkan sisi aktiva dari neraca bank dalam
memenuhi kebutuhan likuiditas bank.

2) Shiftability theory, teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada
kemampuan bank untuk memindahkan aktivanya ke orang lain dengan harga yang dapat
diramalkan.Pada tahun 1920-an, bank mengembangkan teori likuiditas sebagai reaksi dari

-
banyaknya kelemahan pada teori commercial loan, yaitu doctrine of asset shiftability. Menurut
teori ini, bank dapat segera memenuhi kebutuhan likuiditasnya dengan memberikan shiftable
loan atau call loan, yaitu pinjaman yang harus dibayar dengan pemberitahuan satu atau
beberapa hari sebelumnya dengan jaminan surat surat berharga.

3 Al Arif, M.N.R.2012.” Lembaga Keuangan Syari’ah:Kajian Teoritis

Praktis,Bandung”:Alfabeta
4 http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/05/05/manajemen-likuiditas/

-
Oleh karena itu, apabila bank membutuhkan likuiditas pada suatu waktu, maka kebutuhan
tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan penagihan kepada peminjam atau debitur.
3) Anticipated income theory, disebut juga teori pendapatan yang diharapkan. Teori ini
berkesimpulan bahwa sama sekali benar bagi sebuah bank untuk memberikan pinjaman-
pinjaman jangka panjang dan pinjaman-pinjaman bukan untuk dagang. Pada decade 1930 an
dan 1940 an bank-bank mengembangkan teori baru yang disebut dengan anticipated income
theory. Teori ini menyatakan bahwa bank-bank seharusnya dapat memberikan kredit jangka
Panjang dimana pelunasannya, yaitu cicilan pokok pinjaman ditambah bunga, dapat diharapkan
dan dijadwalkan pembayarannya pada waktu yang akan dating sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditetapkan.

4) Liabilty management theory, teori ini melihat struktur aktiva bank mempunyai peran mencolok
yang harus dimainkan dalam menyediakan likuiditas untuk bank. Teori ini juga terus
melampaui cara pendekatan dengan satu dimensi dan menyatakan bahwa bank juga dapat
menggunakan aktivanya untuk tujuan-tujuan likuiditas.5

Pengukuran Likuiditas Bank

Pemenuhan likuidatas bank seusai ketentuan bank sesuai ketentuan bank sentral dapat
dilakukan dengan memenuhi :

1) Giro Wajib Minimum (GWM), adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank
yang besarnya ditetapkan oleh ban Indonesia sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga
. GWM terdiri dari; GWM rupiah dan GWM valuta asing.
a) Giro wajib minimum utama adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank
dalam bentuk saldo rekening giro pada bank Indonesia.
b) Giro wajib sekunder dalam rupiah adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara
oleh bank berupa sertifikat bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara ( SUN ), Surat
Berharga Syariah Negara dan Excees Reserve yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar
persentase tertentu dari DPK.
 Rumus Perhitungan persentase dalam GWM utama dan perhitungan Giro wajib
minimum valuta asing
-
5
Nurul Ichsan.2013”PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH”.hlm.88-90 .
http://journal.uinjkt.ac.id

-
Pelanggaran terhadap GWM dan saksinya

Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM valuta rupiah dapat dikenakan sanksi
kewajiban membayar membayar sebesar 125% dari rata – rata suku bunga jangka waktu 1 hari
overweight dari jibor pada hari terjadiinya pelanggaran , terhadap kekurangan GWM dalam rupiah,
untuk setiap hari pelanggaran . sedangkan bank yang melanggara kewajiban pemenuhan GWM
valuta asing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 0,04% per hari kerja yangdihitung dari
selisih antara saldo harian rekening giro valas bank pada BI yang wajib dipenuhi dengan saldo
harian rekening giro valas bank yang tercatat pada sistem akunting BI.

 Rumus menghitung sanki kewajiban bagi bank yang melanggar GWM :

1) Current Ratio, current ratio dalam hal ini adalah perbandingan alat likuid terhadap utang
lancar .
 Rumus current ratio :

2) Loan To Deposit Ratio ( LDR), rasio ini mengukur likuiditas dari perbandingan antara
-
kredit yanga diberikan dengan dana yang diterima .
 Rumus LDR :

-
3) Basic Surplus Method, basic surplus merupakan salisih aktiva lancar dengan passive
lancar.metode ini digunakan untuk memprediksi dan mengukur keadaan liuiditas bank disaat
tertentu .
 Rumus perhitungan Basic lancer;

4) Rasio Likuiditas Proyeksi, metode ini digunakan untuk mengukur likuiditas yang berjangka
waktu lebih panjang . rasio likuiditas ini merupakan proyeksi kebutuhan likuiditas setelah
memperhitungkan perkembangan usaha yang diinginkan dalam periode tertentu .
 Rumus rasio likuiditas

5) Likuidty Index, metode ini digunakan untuk mengukur likuiditas berjangka waktu panjang pada
suatu saat tertentu.
 Rumus likuidty index;
Instrumen Dalam Manajemen Likuiditas

Instrumen yang saat ini tersedia untuk melakukan manajemen likuiditas bank syariah
melalui pasar uang antarbank syariah antara lain sebagai berikut:
1) Sertifikat bank indonesia syariah [SBIS], adalah surat berharga berdasarkan pada prinsip
syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan olehbank indonesia.
2) 6Deposito antar-bank syariah. Sebagai sarana pengelolaan likuiditas antarbank, baik dalam
penempatan dananya maupun dalam memenuhi kebutuhan dananya. Deposito antarbank ini
menggunakan prinsip mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan, dan
keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.

3) Sertifikat investasi mudharabah antar-bank syariah [SIMA], Sertifikat yang diterbitkanoleh


bank syariah atau UUS yang digunakan sebagai sarana investasi jangka pendek di PUAS
dengan akad mudharabah.
4) Fasilitas bank indonesia syariah [FASBIS], merupakan fasilitas yang diberikan bank indonesia
kepada bank untuk menempatkan dananya di bank indonesia dalam rangka kegiatan operasi
pasar terbukti [OPT].
5) Fasilitas pembiayaan jangka pendek bagi bank syariah [FPJPS], merupakan instrumendari
bank indonesia sebagai the lender of last resort bagi bank-bank syariah yang mengalami
kesulitan likuiditas atau kesulitan pendanaa jangka pendek yang disebutkan oleh terganggunya
arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar.Tujuan dari
diberlakukan FPJPS ini, adalah untuk menbantu Bank Syariah yang mengalami kesulitan
pendanaan jangka pendek, namun memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan
(illiquid but solvent).
6) Fasilitas likuiditas intrahari bagi bank umum berdasarkan prinsip syariah [FLIS], untuk
mengetahui timbulnya kemacetan dalam sitem pembayaran dalam implementasi BI- RTGS
maka bank indonesia memandang perlu untuk menyediakan fasilitas pendana untuk jangka
waktu yang sangat pendek berdasarkan prinsip syariah selama waktu operasional sistem BI-
RTGS dalam bentuk FLIS-RTGS yang wajib dilunasi oleh bank pada hari yang sama.7
6
https://www.academia.edu/12395061/Manajemen_Perbankan_Manajemen_Likuiditas_Bank

7
https://media.neliti.com/media/publications/194916-ID-pengelolaan-likuiditas-
bank-syariah.pdf
Rasio Dalam Manajemen Likuiditas

1) Rasio Kecukupan Modal (CAR) Rasio ini digunakan untuk penyediaan modal minimun yang
harus selalu diperhatikan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari Total Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), secara sistematis.

CAR = MODAL x 100%


ATMR

1) Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio ini digunakan untuk menunjukkan deposito
berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang bertujuan untuk memenuhi permohonan
pinjaman.
FDR= jumlah pembiayaan yang diberikan x 100%
dana pihak ketiga

2) Cash Ratio (CR) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar
kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang
dimiliki. Cash Ratio = alat likuid x 100%
simpanan yang segera harus dibayar

2. Strategi Likuiditas

Dalam menjalankan aktifitasnya manajemen dapat melakukan beberpa strategi agar


likuiditas bank tetap berjalan dengan baik, strategi tersebut diantaranya:

1)
Strategi Preventif, strategi prefentif adalah bahwa likuiditas dikelola dengan menjauhi unsur-
unsur spekulatif sehingga masalah likuiditas dapat dijauhi. Untuk itu, kaidah- kaidah dalam
pengendalian likuiditas harian dan jangka menengah perlu dipenuhi. Adapun prosesnya
dapat dijelaskan dibawah ini:
-
Pengendalian Harian
-
Pengendalian Jangka Menengah
-
Pengendalian jangka Panjang

8 Ikatan Bankir Indonesia, Pengelolaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2014), h. 38
2)
Strategi Represif, walau telah diusahakan dengan strategi prefentif, masalah likuiditas masih
mungkin terjadi. Perubahan lingkungan yang cepat mungkin belum dapat diantisipasi oleh
pihak bank sehingga strategi yang ada menjadi kurang mengena yang akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya masalah likuiditas. Apabila hal ini sampai terjadi terdapat berbagai
cara untuk mengatasinya sehingga pihak bank diharap tetap dapat memenuhi kewajiban
penarikan kas dari nasabah dan kepercayaan terhadap bank tetap terpelihara. Beberapa cara
atau strategi represif yang diterapkan untuk mengatasi masalah likuiditas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
-
Meminjam dari pasar uang
-
Mengkonversikan dana valuta asing yang dimiliki
-
Meminjam valuta asing dari pasar internasional
-
Memanfaatkan fasilitas “discount window I”
-
Memanfaatkan fasilitas “discount window II”9

Ciri-Ciri Bank Yang Memiliki Likuiditas Sehat

Dengan melakukan manajemen likuiditas maka Bank akan dapat memelihara


likuiditasyang dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memiliki sejumlah alat likuid, cash asset (uang kas, rekening pada bank sentral dan bank
lainnya) setara dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan,
2) Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi memiliki surat-surat berharga yang segera
dapat dialihkan menjadi kas, tanpa harus mengalami kerugian baik sebelum atau sesudah
jatuh tempo,
3) Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang,
misalnya dengan menjual surat berharga dengan repurchase agreement.
4) Memenuhi ratio pengukuran likuiditas yang sehat yaitu :

 Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga:


1) Merupakan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi
kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan
menggunakan alat likuid bank yang tersedia,

9 Khaerul Umam, Manajemen Perbankan., h. 250-251


2) Alat likuid bank terdiri atas uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank
koresponden,
3) Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan bank memenuhi kewajiban
jangkapendeknya, tetapi disisi lain mengidentifikasikan semakin besarnya idle
money.
 Rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga (FDR)

1) Finance to deposit ratio (FDR), yang menggambarkan perbandingan


pembiayaan yangdisalurkan dengan jumlah DPK yang disalurkan.

2) Ratio ini harus dipelihara pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika ratio di
bawah 75% maka bank dalam kondisi kelebihan likuididitas, dan jika ratio
diatas 100% maka bankdalam kondisi kurang likuid,
3) Menurut kriteria Bank Indonesia, ratio sebesar 115% keatas nilai kesehatan
likuiditasbank adalah nol.10

Perbandingan Manajemen Likuiditas Bank Konvensional Dengan Bank Syariah

Manajemen likuditas bank syariah dan bank konvensional tidak jauh berbeda. Teknis
yang dipakai tetap untuk mempertahankan kepercayaan nasabah dalam mengeluarkan kewajiban
bank saat jatuh tempo. Namun perbedaan antara manajemen likuiditas bank syariah dan bank
konvensional terletak pada proses dan media yang digunakan. Proses dan media yang pada bank
syariah adalah harus sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan bank konvensional tidak
mempertimbangkan prinsip syariah. Tentu dari dua hal ini memberikan dampak yang berbeda
pula terhadap sektor riil yang ada di suatu daerah.

Manajemen likuiditas juga akan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja


perbankan. Sebab dari manajemen likuiditas tersebut akan memberikan keuntungan bank serta
nasabah akan menetapkan pilihan terhadap bank yang dianggap sehat.

Dapat dilihat bahwa kinerja bank Syariah lebih unggul dibandingkan dengan bank
konvensional Karena bank syariah lebih unggul dalam penyaluran kredit dan profitabilitas
sedangkan bank konvensional unggul dalam hal permodalan (CAR) dan rasio rentabilitas
10 https://alimudasimanjuntak.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas-bank-

syari’ah.html?m=1
(ROA) dibuktikan dalam penelitian Muchlis dengan judul Analis perbandingan kinerja keuangan
bank Syariah dan bank konvensional di Indonesia sebesar 94,4% sedangkan pada bank
konvensional sebesar 91,7%.11
11
Cici Widowati, Indratmo Yudono.” PERBANDINGAN MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS BANK
KONVENSIONAL
DENGAN BANK SYARI’AH DI INDONESIA”.http://jp.feb.unsoed.ac.id
Kesimpulan

Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk dikelola dengan
baik karena akan berdampak kepada profiitabililitas serta business sustainibility dan continuity.
Hal itu juga tercermin dari peraturan bank Indonesia yang menetapkan likuiditas sebagai salah
satu dari delapan risiko yang harus dikelola oleh bank.
Konsep likuiditas didalam dunia bisnis diartikan sebagai kemampuan menjual asset
dalam waktu singkat dengan kerugian yang paling minimal. Tetapi pengertian likuiditas
dalam dunia perbankan lebih kompleks dibanding dengan dunia bisnis secara umum. Kelebihan
dan kekurangan likuiditas sama-sama memiliki dampak kepada bank. Jika bank terlalu
konservatif mengelola likuiditas dalam pengertian terlalu besar memelihara likuiditas akan
mengakibatkan profitabilitas bank menjadi rendah walaupun dari sisi liquidity shortage risk akan
aman. Sebaliknya jika bank menganut pengelolaan likuiditas yang agresif maka cenderung akan
dekat dengan liquidity shortage risk akan tetapi memiliki kesempatan untuk memperoleh profit
yang tinggi. Shortage liquidity risk akan menyebabkan dampak serius terhadap business
contuinity dan business sustainibility.

Saran

Ada pun saran yang dapat penulis berikan yakni untuk bagi para manajemen bank yang
bermasalah dalam likuiditasnya, sebaiknya lebih memberi perhatian kepada banknya agar lebih
memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi bank tersebut dalam hal likuiditasnya. Juga
tentunya bank tersebut harus memperbaiki manajemen likuiditasnya pada perusahaannya agar
bank tersebut dianggap sehat, sesuai dengan standar-standar kesehatan bank yang telah
ditetapkan dalam hal likuiditas. BI merupakan bank sentral yang menjadi lender of the last
resort yang merupakan salah satu dasar utama didirikannya suatu bank sentral yang sering juga
disebut sebagai the bankers’ bank. Tentu saja ada berbagai persyaratan dan ketentuan yang harus
dipatuhi dalam bank sentral menjalankan tugasnya sebagai sumber terakhir dari likuiditas
terhadap bank-bank ini.
DAFTAR PUSTAKA

Khaerul Umam, Manajemen Perbankan., h. 250-251

Ikatan Bankir Indonesia, Pengelolaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka iUtama,
2014), h. 38

http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/05/05/manajemen-likuiditas/

Al Arif, M.N.R.2012. Lembaga Keuangan Syari’ah:Kajian Teoritis Praktis,Bandung:Alfabeta

https://media.neliti.com/media/publications/194916-ID-pengelolaan-likuiditas-
banksyari’ah.pdf

https://alimudasimanjuntak.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas-bank-
syari’ah.html?m=1

Ibnudin, M.H.I.2016”PRINSIP PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH”.jurnal


pendidikan agama Islam.Vol ,1 , Vol. 1.hlm,71-77.http://jurnal.faiunwir.ac.id

Cici Widowati, Indratmo Yudono.” PERBANDINGAN MANAJEMEN RISIKO


LIKUIDITASBANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARI’AH DI
INDONESIA”.http://jp.feb.unsoed.ac.id

Nurul Ichsan.2013”PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH”.hlm.82-


103.http://journal.uinjkt.ac.id
https://www.academia.edu/12395061/Manajemen_Perbankan_Manajemen_Likuiditas_Bank
https://www.academia.edu/44935067/ANALISIS_KINERJA_MANAJEMEN_LIKUIDIT
AS
_BANK_SYARIAH_DAN_BANK_KONVENSIONAl
BAB V
MANAJEMEN PERMODALAN

Latar Belakang

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham) surplus dan laba yang ditahan, atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-
hutangnya1 Perusahaan pada dasarnya membutuhkan modal yang cukup dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak
dapat dijalankan. Menurut Sudarsono dan Edilius (1994:169) modal merupakan
barang-barang yang kongkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan
yang terdapat di neraca sebelah debet maupun berupa daya beli atau nilai tukar
dari barang-barang itu yang tercatat disebelah kredit. Modal tersebut berasal dari
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Modal mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan, karena
modal digunakan untuk membelanjai operasional sehari-hari perusahaan secara
langsung dan kontinu, berputar selama perusahaan tersebut beroperasi sesuai
dengan tujuannya memperoleh keuntungan. Untuk dapat menghindari bahaya
adanya krisis keuangan ataupun kelebihan dana, perusahaan perlu mengatur
penggunaan modalnya dengan seekonomis dan seefisien mungkin sehingga
terciptakesesuaian antara kebutuhan dan jumlah dana yang tersedia. Penggunaan
modal yang dilaksanakan secara efisien berarti bahwa setiap jumlah yang tertanam
dalam modal aktif dan modal pasif harus dapat digunakan sebaik mungkin untuk
menghasilkan tingkat keuntungan investasi, karena efisiensi penggunaan modal
secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang
dihasilkan dari investasi tersebut.

1Munawir, S. 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi Pertama. Penerbit BPFE: Yogyakarta.

1
Perusahaan pada umumnya sangat memperhatikan masalah laba atau
keuntungan. Hal ini sangat penting agar perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya. Rentabilitas atau profitability menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Jumlah
keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend
keuntungan yang meningkat merupakan faktor yang sangat penting dalam menilai
rentabilitas atau profitability suatu perusahaan.
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal
dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal
yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak
menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rendabel. Oleh
karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih
penting dari pada keuntungan yang besar2
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam
dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan
satu dengan yang lainnya. Secara keseluruhan pengukuran terhadap rentabilitas
perusahaan akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat
earning dalam hubungannya dengan volume penjualan yang menghasilkan laba,
jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.
Modal Bank

Modal adalah dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak


pertama pada bank yang memiliki peranan sangat penting sebagai penyerap jika
timbul kerugian (risk loss). Modal juga merupakan investasi yang dilakukan oleh
pemegang saham yang harus selalu berada dalam bank dan tidak ada kewajiban
pengembalian atas penggunaannya.3
Pengertian modal menurut Dahlan Siamat (2000;56) :

“Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka
pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank
disamping memenuhi peraturan yang ditetapkan”

Adapun pengertian modal menurut Komaruddin Sastradipoera (2004;297) :

“Modal bank sebagai sejumlah dana yang diinvestasikan dalam berbagai


jenis usaha (ventura) perbankan yang relevan”

Sedangkan pengertian modal menurut N.Lapoliwa (2000;137) :

“Modal bank merupakan modal awal pada saat pendirian bank yang
jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian bank”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal bank merupakan


dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk membiayai kegiatan usaha bank
yang jumlahnya telah ditetapkan.
Komponen - komponen Modal Bank

3
Sumartik, Musti, 2018, Manajemen Perbankan, Sidoarjo: UMSIDA PRESS
a. Modal Inti (primary capital). Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri
atas modal disetor dan cadangan – cadangan yang dibentuk dari laba setelah
pajak. Dengan perincian sebagai berikut :
1. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
2. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat
harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau
dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran
dasar masing -masing bank.
4. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau
Rapat Anggota.
5. Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
yang oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
6. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum
ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 %.
Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian
tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah
dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan
sebagai modala inti hanya sebesar 50%. Dalam hal pada tahun berjalan bank
mengalami
kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.
8. Bagian kekayaaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan
(minority interest), yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan
nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak
perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

b. Modal Pelengkap (secondary capital)

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari


laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan
modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa :

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangna yang dibentuk dari


selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah medapat persetujuan
Direktorat Jendral Pajak

2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan


yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, denga
maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat dari tidak diterimanya kembali sebagain atau seluruh aktiva
produktif. Dalam kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang
ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah
cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat
diperhitungkan adalah maksimum sebesar 1,25% dari jumlah aktiva
tertimbang menurut resiko.

3. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/equity) capital


instrumen, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat seperti modal atau utang dan mempunyai ciri-ciri :
a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan
modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.

b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan
Bank Indonesia.

c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah


kerugian bank melebihi retained earnings dan cadangan-cadangan
yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi
pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan
rugi atau laba tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang


berasal dari penyetoran modal yang efektf oleh pemilik bank yang belum
didukung oleh modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan dari instansi
yang berwenang) yang mencukupi.

4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat


sebagai berikut :

a. Ada perjanjian tetulis antara bank dengan pemberi pinjaman.

b. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Nomor. Dalam


hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan
persetujuan,bank harus menyampaikan program pembayaran
kembali pinjaman subordinasi tesebut. Tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan telah dibayar penuh.
c. Minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun

d. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI,


dan dengn pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat.

Hak tagihnya dalam hal terjadinya likuidasi berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal). Jumlah
pinjaman subordinasi yang diperhitungkan sebagai modal untuk sisa
jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah jumlah pinjaman
subordinasi dikurangi amortisasi yang dihitung dengan menggunakan
metode garis lurus (prorata).4

Maksimum pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen


modal pelengkap adalah sebesar 50% dari modal inti. Sesuai dengan
ketentuan pada Pasal 4 Ayat 3 Surat Keputusan Direksi BI Nomor.
23/67/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 di atas, seluruh modal
pelengkap tersebut pada nomor 1 sampai dengan nomor 4 hanya dapat
diperhitungkan sebagai modal yang setinggi-tingginya 100% dari jumlah
modal inti.
Fungsi Modal Bank

Modal bank pada prinsipnya memiliki tiga macam fungsi utama yaitu :
fungsi operasional, fungsi perlindungan dan fungsi pengaturan.

Dari tiga fungsi utama tersebut, maka fungsi modal dapat disimpulkan sebagai
berikut :

a. Untuk melindungi deposan dengan menyanggah semua kerugian atau bila


terjadi insolvensi dan dilikuidasi, terutama bagi sumber dana yang tidak
diasuransikan.
b. Untuk memenuhi kebutuhan gedung, inventaris guna menunjang kegiatan
operasional dan aktiva tidak produktif lainnya.
c. Memenuhi ketentuan permodalan minimum yaitu untuk menutupi
kemungkinan terjadi kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidat
4
Ilyas, Rahmat. 2015. Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syari’ah. Jurnal
Penelitian.Vol. 9, No. 1.
dapat diperkirakan sehingga operasi bank dapat tetap berjalan tanpa
mengalami gangguan yang berarti.
d. Untuk meningkatkan kepoercayaan masyarakat mengenai kemampuan
bank memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi
keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian.
Sumber-sumber Modal Bank

Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari:

a) Dari bank itu sendiri

b) Dari masyarakat luas

c) Dan dari lembaga lainnya

Jenis Sumber Dana

a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya
adalah dana yang diperoleh dari dana bank salah satu jenis dana yang bersumber dari
bank itu sendiri adalah modal setor dari para pemegang saham. Dana sendiri adalah
dana yang berasal dari para pemegang saham bank atau pemilik
saham. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:

1. Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para
pemegang saham lama atau pemgang saham yang baru. Dana yang disetor
secara efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri. Pada
umumnya modal setoran pertama dari pemilik bank sebagian digunakan untuk
sarana perkantoran, pengadaan peralatan kantor dan promosi untuk menarik
minat masyarakat.
2. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh
bank dan sementara waktu belum digunakan. Cadangan laba yaitu sebagian
dari laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan
lainnya yang
akan dipergunakan untuk menutupi timbulnya resiko di kemudian hari.
Cadangan ini dapat diperbesar apabila bagian untuk cadangan tersebut
ditingkatkan atau bank mampu meningkatkan labanya.
3. Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum
dibagikan kepada para pemegang saham. Semakin besar modal yang dimiliki
oleh suatu bank, berarti kepercayaan masyarakat bertambah baik dan bank
tersebut akan diakui oleh bank-bank lain baik di dalam maupun di luar negeri
sebagai bank yang posisinya kuat.

b. Dana yang bersumber dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya
dari sumber dana ini. Adapun Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari
masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan
menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank.
Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam
jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan
tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana.
Sumber dana yang dimaksud adalah:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Secara umum giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah
pembayaran, lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.

Sedangkan menurut Pasal 1 butir 6 UU No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud


dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahbukuan.
Atau dengan kata lain giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara
pembayaran yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan
kepada pihak penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya di bank mereka,
sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke banknya, yang selanjutnya
akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka.

2. Simpanan Tabungan

Tabungan dapat diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lain yang dipersamakan
dengan itu (Pasal 1 butir 9 UU No. 10/1998)

3. Simpanan Deposito

Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu


berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank (Pasal 1 butir 7 UU No. 10/1998).

Jenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada masyarakat ini
biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya tidak boleh
ditarik nasabah. Bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa.

4. Sertifikat Deposito

Simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat


dipindahtangankan (Pasal 1 butir 8) sedangkan dalam pengertian lain dikatakan
bahwa setipikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk,
yang dengan izin Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang
dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.

c. Dana yang bersumber dari lembaga lain


Dalam praktiknya sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan dalam pencarian sumber dana sendiri dan masyarakat. Dana yang diperoleh
dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi
tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

1. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

BLBI adalah dana yang dikucurkan Bank Indonesia ke bank-bank yang


mengalami kesulitan likuiditas dalamoperasinya sehari-hari. Kesulitan likuiditas ini
terjadi karena penarikan dana secara tiba-tiba dan besar-besaran oleh nasabah,
sementara bank tersebut tidak siap melayani kejadian tersebut.

Dalam pengertian lain dikatakan bahwa BLBI adalah fasilitas yang diberikan
oleh Bank Indonesia kepada perbankan , untuk menjaga kestabilan sistem
pembayaran dan sector perbankan, agar tidak terganggu adanya ketidakseimbangan
(ketidakseimbangan) likuiditas antara penerimaan dana pada bank-bank.

2. Pinjaman Antar Bank (Call Money)

Dana talangan atau tambahan yang bersumber dari lembaga keuangan


bank. Call Money diartikan sebagai dana dalam rupiah yang dipinjamkan oleh bak
dari bank lainnya paling lama 7 (tujuh) hari yang setiap waktu dapat ditarik kembali
oleh bank yang meminjamkan tanpa dikenakan suatu pembebanan. Ini adalah
instrument atau sarana yang paling mudah digunakan oleh bank-bank yang
membutuhkan tambahan dana dalam kegiatan operasionalnya, baik dalam keadaan
darurat atau mendesak maupun dalam keadaan biasa.

3. Pinjaman Dari Bank-Bank Luar Negeri

Keseluruhan dana yang diperoleh dari pinjaman luar negeri baik yang berasal
dari lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan bukan bank yang menimbulkan
kewajiban bagi bank penerima pinjaman untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut
kepada pihak pemberi pinjaman dalam jangka waktu tertentu.

4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian diperjual


belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun
nonkeuangan. SPBU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga
masyarakat tertarik untuk membelinya.
Faktor - faktor Dalam Menilai Kecukupan Modal Bank

Faktor - faktor dalam menilai kecukupan modal bank sebagai berikut :

• Kualitas manajemen

• Likuiditas

• Kualitas aktiva

• Hasil usaha dan laba ditahan

• Kualitas dan integritas manajemen bank

• Pembebanan biaya

• Fluktuasi struktur simpanan masyarakat

• Kualitas prosedur operasi

• Kemampuan bank memenuhi kebutuhan keuangan dalam


kaitannya dengan kompetisi yang dihadapi.
a. Rasio Permodalan

Menurut Dahlan Siamat (2000; 271) rasio permodalan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan dan kecukupan modal bank adalah sebagai berikut :
a. Rasio modal terhadap dana pihak ketiga

Rumus : Modal sendiri

Total Dana Pihak Ketiga

b. Rasio modal terhadap total aktiva berisiko

Rumus : Modal sendiri

Total Aktiva - (Kas + Sekuritas)

c. Rasio modal terhadap total aktiva

Rumus : Modal sendiri

Total Aktiva

d. Rasio kredit terhadap modal

Rumus : Modal sendiri

Total kredit
Kesimpulan

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham) surplus dan laba yang ditahan, atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-
hutangnya Jenis modal ada dua macam yaitu modal aktif dan modal pasif.

Dalam mengatur modal, diharuskan mengetahui sumber-sumber modal itu


berasal, dari segi adany ataupun terjadinya, baik intern maupun intern. Efisiensi
penggunaan modal adalah modalnya secara produktif untuk menghasilka laba
dengan melihat tingkat efisiensinya adalah melalui analisis terhadap rasio
profitabilitas atau rasio rentabilitas. Efisiensi penggunaan modal ini mengacu
pada perbandingan antara laba usaha yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut
dengan total aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut dalam satu periode,
untuk dapat mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal tersebut perusahaan
perlu menghitung tingkat pengembalian atas modal yang digunakan yaitu melalui
tingkat pengembalian investasi atau Return On Investment (ROI). Return On
Investment merupakan ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Rahmat. 2015. Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syari’ah. Jurnal


Penelitian.Vol. 9, No.1.

Karim,Adiwarman A. 2004. Bank Islam Perbankan. h. 250-251.

Munawir, S. 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Edisi Pertama. Penerbit BPFE:
Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2000, Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi UI.

Sumartik, Musti, 2018, Manajemen Perbankan, Sidoarjo: UMSIDA PRESS. Umam,


Khairul, Manajemen Perbankan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Referensi Internet

https://iainpspblog.blogspot.com › ...MAKALAH MANAJEMEN PERMODALAN


BANK SYARIAH – MAKALAH IAIN PSP

https://www.researchgate.net/publication/338159103_Buku_1_Manajemen_Perbankn
https://www.academia.edu/29576673/MANAJEMEN_PERMODALAN?auto=downlo ad
BAB VI
MANAJEMEN KREDIT

A. Latar Belakang Masalah

Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu


kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk
penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Untuk itu
bank memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan perekonomian suatu Negara.

Adapun kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan utama
dari bisnis perbankan adalah selisih antara bunga yang diterima dari alokasi dana tertentu.Sesuai
dengan penjelasan Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan ditegaskan bahwa
“Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank
harus dapat memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen kredit yang merupakan pengelolaan kredit
yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian
kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang
macet (Kasmir, 2002:71-72 ). Manajemen perkreditan bank adalah suatu hal yang penting untuk
mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas sektor perkreditannya. Dengan
kata lain manajemen perkreditan perbankan adalah manajemen piutang pada perusahaan umum.

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditannya bank wajib


mematuhi kebijaksanaan perkreditan yang telah dibuat tersebut secara konsekuen dan
konsisten. Kebijaksanaan perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksanakan selambat-
lambatnya pada tanggal 1 januari 1996. Bagi Bank yang telah mempunyai pedoman tersebut
dengan memperhatikan semua aspek-aspek tersebut di atas. Sedangkan bagi Bank yang baru
memperoleh izin usaha wajib memiliki dan menerapkan serta melaksanakan kebijaksanaan
perkreditan sejak memulai melakukan kegiatan usahanya.
Apabila dalam pelaksanaannya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan
kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, maka Bank Indonesia akan memberikan
sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Rumusan masalah

a. Apa yang dimaksud Manajemen Kredit ?

b. Apa itu Kredit dan Pembiayaan ?

c. Apa saja unsur-unsur kredit ?

d. Apa saja Jenis-Jenis Kredit ?

e.apa saja jaminan dalam pemberian kredit ?

f. Jelaskan jenis pembebanan suku bunga kredit dan teknik perhitungannya ?

g. Apa saja prinsip-prinsip pemberian kredit ?

4. Tujuan

a. Mengetahui apa itu manajemen kredit

b. Menjelaskan kredit dan pembiayaan

c. Mengetahui unsur-unsur kredit


d. Mengetahui jenis-jenis kredit

e. Menjelaskan jaminan dalam pemberian kredit

f. Menjelaskan jenis pembebanan suku bunga dan teknik perhitungannya

g. Mengetahui prinsip-prinsip pemberian kredit


Pengertian Manajemen Kredit

Manajemen Kredit adalah bagaimana cara mengelola pemberian kredit mulai dari kredit
tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Agar pengelolaan kredit dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya maka kita terlebih dahulu harus mengenal segala sesuatu
yang berhubungan dengan kredit. Perbedaan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan lain
dengan kredit yang diberikan oleh bank terletak pada bidang pengelolaan kreditnya.

Pengertian Kredit dan Pembiayaan

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah sebagai
berikut:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.”

Menurut Kasmir (2013:113) pengertian pembiayaan sebagai berikut:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Menurut Kasmir (2013:113) pengertian pembiayaan sebagai berikut:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.”
Definisi dari para ahli dalam mendefinisikan tentang kredit yaitu :
Anwar
Menyatakan bahwa kredit adalah pemberian prestasi ( jasa ) dari pihak yang satu ( pihak
pemberi kredit ) kepada pihak yang lain ( pihak yang menerima kredit ) dan prestasinya akan
dikembalikan dalam jangka waktu yang disepakati beserta uang sebagai kontraprestasinya (
balas jasa).

Hasibuan

Menjelaskan bahwa semua jenis kredit adalah pinjaman yang harus dibayar bersama
bunganya oleh peminjam seperti perjanjian yang disepakati bersama.

Kasmir

Menjelaskan bahwa kredit adalah pembiayaan yang bisa berupa uang, maupun tagihan yang
nilainya dapat ditukar dengan uang.1

Jadi penulis menyimpulkan kredit dan/atau pembiayaan merupakan salah satu jenis pelayanan
jasa suatu bank baik bank konvensional ataupun bank syariah yang mana bank memberikan jasa
peminjaman uang kepada masyarakat pada bank konvensional atau bank membiayai pembelian
sesuatu dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat pada bank yang berbasissyariah.
Unsur Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan didasarkan atas kepercayaan. Dalam
pemberian kredit harus dilihat dari berbagai unsur-unsur kredit. Unsur-unsur kredit menurut
Kasmir (2010) adalah :

a. Kepercayaan

Suatu keyakinan dari pemberi kredit bahwa kredit yang akan diberikan tersebut benar-benar
akan diterima kembali dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh perusahaan,
dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern
maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap
nasabah pemohon kredit.
3. Jangka waktu

1
Andrianto.2020.Manajemen kredit.Jawa timur.CV Penerbit Qiara Media.Hlm 1
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa
pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek,
jangka waktu menengah atau jangka panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya
atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian
pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah
yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan
nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan
keuntungansuatu perusahaan.2

Jenis-jenis Kredit

Jenis-jenis kreditMenurut Kasmir (2010) jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi,
antara lain:”

b. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan :

- Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan lainnya guna
memenuhi kebutuhan dalam konsumsi.

-Kredit Produktif

Kredit produktif bertujuan untuk memungkinkan si penerima kredit dapat mencapai tujuan
yang apabila tanpa kredit tersebut tidak mungkin dapat diwujudkan.

2
Sumartik,Misti.2018.Buku ajar Manajemen Perbankan.Sidoarjo.Umsida Press. Hlm 82
-Kredit Perdagangan

Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan
biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagangan tersebut.

c.Jenis kredit dilihat dari segi jangka waktu :

- Kredit jangka waktu pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

- Kredit jangka menengah

Jangka waktu kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat
diberikan untuk modal kerja.

-Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5
tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan
karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

d. Jenis Kredit dilihat dari segi jaminan :

- Kredit dengan jaminan

kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang
berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi sesuai
jaminan yang diberikan si calon debitur.
- Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini
diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama
berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
e. Jenis Kredit dilihat dari segi kualitasnya :

Kredit bank menurut kualitasnya didasarkan atas resiko kemungkinan menurut bank terhadap
kondisi dan kepatuhan debitur dalam mematuhi kewajiban untukmembayar bunga, mengangsur,
serta melunasi pinjaman kepada bank. Jadi, unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut
adalah waktu pembayaran bunga, pembayaran angsuran, maupun pelunasan pokok pinjaman.
Dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Kredit Lancar (Pass)

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria seperti dibawah ini:

- Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu.

-Memiliki mutasi rekening yang aktif.

- Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai


(cashcollateral).
b) Kredit dalam Perhatian Khusus (SpecialMention)

Kredit digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila:

-Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau

-bunga yang belum melampaui 90 hari.

- Kadang-kadang terjadi cerukan.

- Mutasi rekening relatif aktif.

- Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.


-Didukung oleh pinjaman baru.

c) Kredit Kurang Lancar (Substandard)

Kredit yang digolongkan kedalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria:

-Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau

-bunga yang telah melampaui 90 hari.

- Sering terjadi cerukan.


- Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

- Terjadi pelangggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.

- Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.

-Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d) Kredit Diragukan (Doubtful)

Kredit yang digolongkan kedalam kredit diragukan apabila memenuhi kriterlema

-Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

-Terjadi cerukan yang bersifat permanent.

- Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.

- Terjadi kapitalisasi bunga.

-Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

e) Kredit Macet (loss)

Kredit digolongkan kedalam kredit macet apabila memenuhi kriteria:

-Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.
- Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

- Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
Jaminan Kredit

Jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh
debitur kepada pihak bank guna menjamin pelunasan utangnya apabila kredit yang diterimanya
tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau adendumnya.
Jaminan dapat dibedakan sebagai berikut:

` 1. Jaminan perorangan (personal guarantee) adalah suatu perjanjian penanggungan


utang di mana pihak ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitur dalam hal
debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank/wanprestasi.

2. Jaminan perusahaan (corporateguarantee) adalah suatu perjanjian penanggungan


utang yang diberikan oleh perusahaan lain untuk memenuhi kewajiban debitur dalam hal
debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank/wanprestasi.

3. Jaminan kebendaan adalah penyerahan hak oleh debitur atau pihak ketiga atas barang-
barang miliknya kepada bank guna dijadikan agunan atas kredit yang diperoledebitur.

Ditinjau dari jenisnya, agunan kebendaan terbagi atas dua jenis, yaitu sebagai berikut:

a) Jaminan kebendaan atas Barang Bergerak

Barang bergerak adalah semua barang yang secara fisik dapat dipindah-tangankan,
kecuali karena ketentuan undang-undang barang tersebut ditetapkan sebagai barang tidak
bergerak.

b) Jaminan kebendaan atas Barang Tidak Bergerak

Barang tidak bergerak adalah tanah dan barang-barang lain karena sifatnya oleh
undang-undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak, misalnya mesin pabrik yang sudah
terpasang, kapal laut (dengan bobot/isi tertentu) dan pesawat udara.
Maksud dan tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah:

1. Guna memberikan hak dan kekuasaan kepada pihak bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang aguanan tersebut bila nasabah bercedera janji, yaitu tidak
bisa membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2. Menjamin agar nasabah berperan dan/atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai
sehingga kemungkinan nasabah untuk meninggalkan usahanya/proyek dengan merugikan diri
sendiri atau perusahaannya dapat dicegah, atau minimum kemungkinan untuk berbuat demikian
diperkecil.

3. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit khususnya


mengenai pembayaran kembali (pelunasan) sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui
agar debitur tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.Barang yang dapat
dijadikan sebagai jaminan kredit harus memenuhi kriteria antara lain:

• Harus mempunyai nilai ekonomis, artinya dapat dinilai dengan uang dan dapat dijadikan
uang.

• Harus dapat dipindahtangankan kepemilikannya dari pemilik semula ke pihak lain.

• Harus mempunyai nilai yuridis, dalam arti dapat diikat sehingga kreditor memiliki hak yang
didahulukan terhadap hasil pelelangan barang tersebut.

Jenis Pembebanan suku bunga kredit dan teknik perhitungannya

Jenis pembebanan bunga Kredit lain:

f. Slidingrate

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga yang
dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Jenis
slidingrate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.
g. Flat rate

Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok
pinjaman setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit
tersebut lunas. Jenis Flat rate biasanya diberikan kepada kredit yang bersifat konsumtif.
h. Floatingrate

Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga bunga
yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang padaa bulan tersebut.

Contoh soal:

PT. Sungailiat telah memperoleh persetujuan fasilitas kredit dari bank mitrasseniali
Rp.60.000.000,- Jangka waktu kredit adalah 1 tahun (12 bulan). Bunga dibebankan sebesar
24% setahun. Disamping itu PT sungailiat juga dikenakan biaya administrasi sebesar
Rp.350.000,- kredit tersebut dapat langsung ditarik sekaligus dari rekening gironya.

Pertanyaan: Coba saudara hitung dengan menggunakan metode flat

rate dan slidingratejumlah angsuran setiap bulan berikut tabel perhitungannya secara
lengkap.

Jawab:

• Pembebanan bunga dengan flat rate

Sesuai dengan pembebanan bunga dengan flat rate maka setiap bunga yang dibayar adalah
tetap sampai kredit tersebut lunas.

Menghitung pokok pinjaman perbulan:

Pokok pinjaman (PJ) = jumlah Pinjaman / Jangka waktu PJ


= Rp.60.000.000,- / 12
PJ = Rp5.000.000,-

Menghitung bunga (BG) perbulan adalah:


BG = Bunga X Nominal Pinjaman X 1 12
bulan
BG = 24% X Rp.60.000.000,- X 1 = Rp.1.200.000,-12 bulan
Jadi jumlah angsuran setiap bulan adalah Rp.6.200.000,- selama 12 bulan

•Pembebanan bunga dengan slidingrate

PJ = Rp.60.000.000,- / 12 = Rp.5.000.000,-

Bunga = % bunga 1 thn X (sisa pinjaman) 12


bulan
– Angsuran 1

PJ = Rp.5.000.000,-

Bunga = (24% X Rp.60.000.000,-) /12 = Rp.1.200.000,- Rp


6.200.000,-

Angsuran 2

PJ= Rp.5.000.000,-

Bunga = (24% X Rp.55.000.000,-)/12= Rp.1.100.000,-


Rp.6.100.000,-
Dan seterusnya sampai angsuran 12

Prinsip – Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum fasilitas kredit diberikan, maka bank harus yakin bahwa kredit yang diberikan akan
kembali, keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut
disalurkan, untuk mendapatkan nasabah yang benar - benar layak untuk diberikan pinjaman,
dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P,penilaian dengan analisis 5 C menurut Kasmir
(2008:117) adalah sebagai berikut :
a. Character (Kepribadian)

Character merupakan sifat atau watak seseorang, siafat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya.Pemberian kredit didasari atas dasar
kepercayaan yang berasal dari pihak bank bahwa peminjam mempunyai moral, watak maupun
sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, peminjam mempunyai tanggung
jawab, baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota
masyrakat maupun dalam menjalankan usahanya.Karakter ini merupakan faktor dominan sebab
walaupun calon debitur tersebut mempunyai itikad baik untuk mampu dan menyelesaikan
utangnya, namun jika tidak memiliki itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi
bank di kemudian hari.

b. Capacity (kemampuan)

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit, dari
penilaian dapat terlihat kemampuan nasabah / kreditur dalam mengelola bisnis, kemampuan ini
dihubungkan dengan pendidikan dan pengalaman naya selama ini dalam mengelola usahanya,
sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.Dengan
semakin tinggi pendidikan dan pengalaman yang dimiliki calon debitur, maka pengelolaan kredit
diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan proposal permohonan kredit yang diajukan oleh
calon nasabah kepada bank. Dalam artian, bahwa calon nasabah tersebut akan menggunakan
dana kredit tersebut sesuai dengan tujuan dan penggunaan.

c. Capital (modal)

Capital digunakan untuk melihat penggunaan modal, apakah etektff atau dapat dilihat dari
laporan keuangan ( nearaca dan laporan laba - rugi) yang disajikan dengan melakukan
pengukuran dari segi likuditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lain nya.Semakin
besar modal dalam perusahaan, tentu akan semakin tinggi kesungguhan calon debitur dalam
menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberian kredit.
Kemampuan modal sendiri akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah mendapat
goncangan dari luar, misalnya jika terjadi kenaikan suku bunga, komposisi modal sendiri ini
perlu ditingkatkan. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting
mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai
seluruh modal yang diperlukan.
d. Condition (kondisi perekonomian)

Menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan
predikasi untuk di masa yang akan datang, penilaian kondisis atau prospek bidang usaha yang
dibiayai hendak nya memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.Tidak jarang juga dalam pemberian kredit ini selalu dihadapkan pada
tantangan dalam kondisi ekonomi secara makro. Seperti misalnya, nasabah yang bergerak dalam
bidang ekspedisi, bank memberikan kredit dengan asumsi memakai biaya/ pengeluaran pada
biaya bahan bakar dengan harga Rp. 7.500,- tiba-tiba enam bulan ke depan terjadi kenaikan
sebesar Rp. 8.000,- . maka secara otomatis, hal ini akan menyebabkan berkurangnya pemasukan
yang diperoleh oleh nasabah. Sehingga secara tidak langsung, akan berimbas juga pada
pengembalian kredit kepada bank. Oleh karena itu, melihat kondisi diatas,pihak bank juga harus
memiliki ukuran risiko dalam pemberian kredit jika melihat dari aspek ini. Sehingga diharapkan
tidak ada kendala dalam pengembalian kredit meskipun ada hambatan pada aspek ekonomi
secara makro diatas.

e. Collateral (jaminan)

Collateralmerupakan jaminan yang diberikan calon nasabah-baik yang bersifat fisik maupun
non fisik, jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Karena dengan hal
tersebut, tentu akan mengamankan pemberian kredit jikalau terjadi kegagalan pembayaran dari
nasabah akibat menurunnya omset usaha ataupun karena hal ini.3

Sedangkan penilaian kredit dengan analisis 7 P antara lain:

1. Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari -hari
maupun kepribadiannya masa lalu, penilaian personality mencakup emosi, tingkah laku, dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikan nya.

2. Party
Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan –
golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3
Sumartik,Misti.2018.Buku ajar Manajemen Perbankan.Sidoarjo.Umsida Press. Hlm 91-92
3. Purpose

Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Prospect yaitu untuk menilai usaha calon nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau
tidak atau dengan kata lian mempunyai prospek atau sebaliknya, hal ini penting mengingat jika
fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanay kreditur yang rugi akan
tetapi juga nasabah.

4. Payment

Payment merupakan ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil
atau dari sumber mana kredit dikembalikan.

6. Profitability

Profitability yaitu untuk menganalisi bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba,
profitability diukur dari periode akan tetap sama atau semakin meningkat, dengan tambahan
kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Protection tujuan nya adalah bagaimana menjaga kredit yang diberikan mendapat jaminan
perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar - benar aman, perlindungan yang
diberikan nasabah dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.
Kesimpulan

Manajemen kredit pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi antara
sumbersumber dana kredit, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan,
pengorganisasian, pemberian, administrasi dan pengamatan kredit. Manajemen perkreditan
bank adalah suatu hal yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan
profit atas sektor perkreditannya. Dengan kata lain manajemen perkreditan perbankan adalah
manajemen piutang pada perusahaan umum.
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Kredit sehubungan dengan
pemberiaan kredit untuk pelanggan atau calon pelanggannya, meliputi :
• Mengidentifikasi pelanggan atau calon pelanggan

• Menganalisa kelayakan pemberian kredit

• Menentukan besarnya kredit


Prinsip Pemberian Kredit
Dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C yaitu sebagai
berikut :

Character, Condition , Capital, Collateral, Capacity


DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2020. Manajemen Kredit. Pasuruan: Qiara Media.

Dahlan Siamat, 2000: 21, dikutip dalam Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman,
2017.”Hukum Perbankan, Sinar Grafika”, Jakarta.

Hariasihmisti, Sumartik. 2018. Manajemen Perbankan. Sidoarjo : UMSIDA Press

Dicki Hartanto, 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: AswajaPressindo.

Andrianto,DidiFaithudin, dkk. 2019. Manajemen bank. Surabaya : Qiara media

https://www.wawasanpendidikan.com/2017/09/Kredit-Pengertian-Unsur-Unsur-Fungsi-
Tujuan-Jenis-Jenis-serta-Prinsip-Prinsip-Kredir.html ( diakses pada tanggal 5 april 2021)

http://yonioktaviani.blogspot.com/2012/12/manajemen-kredit. (Diakses pada tanggal 5 april


2021)

x
li
l
BAB VII
MANAJEMEN KREDIT (LANJUTAN)

A. Latar Belakang

Dalam perekonomian, kredit akan mengambil alih sebagian fungsi uang (yang dipergunakan
untuk pembayaran tunai) karena hampir segala hal dilakukan dengan kredit. Maka peranan kredit
dalam perekonomian modern yang seperti itu adalah: Kredit ternyata dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan uang atau modal dengan meningkatkan produktivitas masyarakat, Kredit
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang, karena kredit dapat membantu proses produksi
dari bahan hingga barang jadi dan sekaligus juga membantu pemindahan barang dari produsen
kepada konsumen dalam proses marketing; kredit ikut melancarkan arus barang. Kredit dapat
berfungsi sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu Negara, Kredit dapat
menciptakan daya beli baru bagi para debitur, meskipun debitur-debitur itu tidak memiliki uang
tunai dalam saldo neracanya.
B. Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini beberapa
diantaranya yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pinjaman tunai?

2. Apa yang dimaksud dengan pinjaman non tunai ?

3. Bagaimana prosedur pemberian kredit ?

4. Apa itu kualitas kredit ?

5. Bagaimana teknik penyelesaian kredit macet ?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan bagi penulis dan
pembaca makalah tentang Hardware dan Software yaitu
1. Mengetahui pengertian dari pinjaman tunai dan non tunai

2. Mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit dan bagaimana teknik penyelesaiaan


kredit macet
3. Dan mengetahui apa itu kualitas kredit
PINJAMAN TUNAI (CASH LOAN)

a. Pengertian Pinjaman Tunai (Cash Loan)

Cash loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya.
Dalam pemberian fasilitas cash loan ini bank telah menyediakan dana ( fresh money ) yang
dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kreditnya.1
Cash Loan atau kredit tunai merupakan fasilitas kredit berupa penyediaan dana tunai
yang di pindah bukukan ke rekening nasabah untuk digunakan sesuai dengan tujuan
pemberian kreditnya. Contoh kredit cash loan adalah Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit
Investasi (KI), Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan lain-lain.
Di dalam pembiayaan bank tujuan utama dari pembiayaan cash loan adalah mendapat
pendapatan bunga, walaupun di dalam penerapannya bank juga memperoleh pendapatan
lainnya berupa Fee Based Income dari biaya administrasi, biaya provisi dan biaya biaya
lainnya terkait proses dan pencairan kredit yg diterima bank. Di dalam perbankan di
Indonesia secara umum kredit cash Loan dibagi kedalam dua klasifikasi berdasarkan tujuan
penggunaannya yaitu kredit produktif dan kredit konsumtif.

b. Pertimbangan Penyaluran Dana

Sebelum manajemen perusahaan, perorangan mengajukan permohonan ke Bank tentunya


harus di evaluasi terlebih dahulu. Untung rugi nya mengajukan kredit pada bank
dibandingkan dengan sumber pembiayaan lain misalnya memanfaatkan hutang dagang atau
menambah modal dari pemilik, maka sumber pembiayaan yang terbaik adalah dari kredit
bank. Perlu diketahui bahwa besar kecilnya suatu resiko pinjaman yang diberikan oleh bank
sangat tergantung dari kualitas hasil penyidikan dan analisis yang dilakukannya.
Prinsip – prinsip pemberian kredit atau sering disebut analisis 5C, yaitu :

a) Character, data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat – sifat
pribadi, kebiasaan- kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga
maupun hobinya.

1 Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 14


b) Capacity, kemampuan calon nasabah dalam mengelolah usahanya yang dapat
dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelolah usaha nya, sejarah
perusahaan yang pernah dikelolah.
c) Collateral, jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan
benar – benar tidak bisa memenuhi kewajibannya.
d) Capital, kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikellahnya.

e) Condition, pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi


ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah.

c. Jenis Kredit atas Dasar Tujuan Penggunaan

1. Kredit Produktif

Kredit produktif adalah kredit yang di gunakan untuk proses bisnis dengan tujuan
meningkatkan produksi atau penjualan. Kredit ini disalurkan kepada perusahaan atau
perorangan yang memiliki usaha di bidang barang dan jasa.Contoh dari kredit adalah
Kredit Investasi (KI), Kredit Modal Kerja (KMK), Cash Collateral dan lain-lain.
2. Kredit konsumtif

Kredit konsumsi merupakan fasilitas pembiayaan yang di berikan bank atau


perusahaan jasa keuangan lainnya berupa kredit yang diperuntukan untuk kegiatan
konsumtif seperti pembelian barang elektronik, kendaraan bermotor, jasa, kebutuhan
sehari-hari atau barang dan jasa apapun yang digunakan untuk kebutuhan pribadi.
Contoh dari kredit konsumtif adalah kartu kredit, kredit tanpa agunan, kredit
pemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor dan lain-lain. 2

d. Koletabilitas Kredit

kolektibilitas kredit merupakan rekam jejak atau nilai seseorang di dunia perbankan. Jadi
apabila kita termasuk orang yang kerap tersendat-sendat dalam melakukan pembayaran
cicilan atau menunggak, di mata bank kolektibilitas kita dinilai buruk.
Nilai buruk ini tentu akan berakibat pada banyak hal. Termasuk di antaranya, penolakan
saat akan mengajukan pinjaman KPR atau KUR di bank. Melihat penjelasan ini, dapat

2 Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 11


disimpulkan betapa pentingnya kolektibilitas seseorang. Bank Indonesia sendiri telah
mengatur perkara ini pada Peraturan No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas

3 Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 11


Aktiva Bank Umum. Untuk menentukan kolektibitas seseorang, BI akan menjadi tiga hal ini
sebagai acuan, yaitu: Prospek usaha, Performance debitur, Kemampuan bayar. 3
1) Kategori Kolektibilitas

Lebih lanjut, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia (BI) No. 7/2/PBI/2005,
Surat Edaran BI No. 7/3/DPNP tertanggal 31 Januari 2005 ihwal Penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum, Peraturan BI No. 14/15/PBI/2012 ihwal Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum, dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 29/POJK.05/2014 ihwal
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, terdapat beberapa kategori kualitas
kredit calon debitur, yakni meliputi:
 Kolektibiltas 1: Kredit Lancar (Pass)

Kolektibiltas 1 atau kredit lancar mengindikasikan bahwasanya calon debitur


memiliki track record kredit yang baik, dalam artian debitur tidak pernah mengalami
keterlambatan dalam hal pembayaran angsuran pokok maupun angsuran bunga sampai
dengan 30 hari.Tipe debitur seperti ini biasanya tidak akan memiliki kesulitan berarti
dalam memperoleh fasilitas pinjaman dari lembaga pembiayaan tempat ia mengajukan
kredit.
 Kolektibilitas 2: Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)

Kolektibilitas 2 atau ‘dalam perhatian khusus’ mengindikasikan bahwasanya


calon debitur pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok
maupun angsuran bunga selama 30 – 90 hari.
 Kolektibiltas 3: Kurang Lancar (Substandard)

Kolektibilitas 3 atau ‘kurang lancar’ mengindikasikan bahwasanya calon debitur


pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok maupun angsuran
bunga selama 90 – 120 hari. Pada kondisi ini, calon debitur akan mulai menghadapi
‘jalan terjal’ untuk bisa mendapatkan fasilitas pinjaman dari lembaga pembiayaan yang
bersangkutan.
 Kolektibilitas 4: Diragukan (Doubtful)

Kolektibilitas 4 atau ‘diragukan’ mengindikasikan bahwasanya calon debitur

3
Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 18
pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok maupun angsuran
bunga selama 120 – 180 hari.
 Kolektibilitas 5: Macet (Loss)

3
Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 18
Kolektibilitas 5 atau ‘macet’ adalah kualitas kredit paling bawah, di mana debitur
memiliki riwayat kredit yang ‘buruk’ oleh karena tidak melakukan pembayaran
angsuran pokok dan angsuran bunga selama lebih dari 180 hari terhitung dari tanggal
jatuh tempo.4

PINJAMAN TIDAK TUNAI (NON CASH LOAN)

e. Pengertian Pinjaman Non Tunai

Non cash Loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya,tetapi atas fasilitas
tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas yang diberikan ini bank baru
menyatakan kesanggupan untuk menjamin pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak lain
/ pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam surat jaminan yang
dikeluarkan oleh bank.5
Non-Cash loan atau kredit non-tunai merupakan pemberian garansi bayar oleh bank jika
nasabah mengalami default dalam transaksi atau pekerjaanya. Contoh kredit non-cash loan
adalah Bank Garansi, Leter of Credit Impor, Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN), Foreign Exchange Credit Line, dan lain-lain.Dalam pemberian fasiitas non-cash
loan bank bertujuan untuk mendapatkan fee based income dari biaya yang di peroleh dari
pemberian fasilitas tersebut.
Dalam memasarkan produk kredit umumnya bank membagi kedalam segmentasi agar
lebih mudah dan fokus dalam mendapatkan customer. Dengan banyaknya produk kredit dan
variasinya yang di tawarkan oleh Bank atau pemberi jasa keuangan lainnya, kita sebagai
customer perlu tau produk apa yang cocok untuk kebutuhan kita. Setiap Bank memiliki
penamaan dan standar segmentasinya masing-masing, berikut adalah segmentasi kredit Bank
di Indonesia secara Umum.
1. Kredit Konsumer / Consumer Loan

Merupakan divisi atau segmentasi kredit di bank yang mengkhususkan diri pada
pemberian kredit untuk tujuan konsumtif. Produk dari kredit Konsumer adalah KPR,
Kredit Tanpa Agunan, kredit kendaraan bermotor dan lain -lain.
2. Kartu Kredit / Credit Card

5
Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 14
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1992 Kartu
kredit adalah “pemberian kredit atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa yang
penarikannya dilakukan dengan kartu. Secara teknis kartu kredit berfungsi

4
Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 24

5
Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media, hal 14
sebagai sarana pemindahbukuan dalam melakukan pembayaran suatu transaksi”. Pada
umumnya bank besar memisahkan Kartu Kredit dari divisi consumer banking, Limit
kartu kredit sendiri tergantung dari jenis kartu yang di berikan.
3. Kredit Mikro / Micro Banking

Kredit mikro merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan produktif maupun
konsumtif dengan limit dibawah 100 juta atau 200 juta (tergantung kebijakan Bank).
Jenis pembiayaan yang diberikan untuk sector ini pada umumnya hanya Kredit Modal
Kerja, Kredit Investasi dan Kredit yang bias digunakan untuk keperluan konsumtif atau
produktif (Serbaguna). Contoh pelaku bisnis di segmen ini adalah pedagang pasar dan
home industry.
4. Small Medium Enterprise (SME) / Business Banking

Kredit SME atau biasa disebut juga business banking adalah kredit yang
pemberian limit kreditnya lebih besar jika dibandingkan dengan kredit mikro. Kredit
SME umumnya diberikan kepada pengusaha UMKM yang sudah berbadan hukum dan
memiliki ijin usaha yang lengkap. Di segmen ini juga telah dapat diberikan fasilitas non-
cash loan seperti Bank Garansi, SKBDN, Trust Receipt, LC dan lain- lain. Limit kredit
untuk segmen SME sendiri beragam tergantung dari besar Bank nya, pada umumnya
kredit SME diberikan dengan limit mulai dari 200 juta sampai dengan 10 Milyar (sekali
lagi range limit sangat tergantung kepada bank pemberi Kredit).
5. Kredit Komersial / Commercial Banking

Kredit komersial secara limit merupakan kredit yang lebih besar di bandingkan
dengan kredit SME. Fasilitas kredit yang diberikan juga umumnya lebih taylor made
dibuat di sesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Apabila di segmen mikro dan SME
umumnya nasabah wajib menyerahkan agunan tambahan berupa fixed asset atas fasilitas
kredit yang diberikan dan mengcover 100%, pada kredit komersial umumnya agunan
tambahan tidak perlu mengcover fasilitas kredit 100%. Karena kredit komersial
sudah masuk kedalam cash flow based lending tidak collateral based lending.
Limit kredit komersial umumnya mulai dari 5 Milyar, bahkan beberapa bank tidak
memiliki limit maksimal dalam pemberian kredit ke nasabah segmen komersial.
6. Kredit Korporasi / Corporate Banking
Segmen kredit korporasi adalah kredit untuk perusahaan perusahaan besar seperti
Multinational Company, Perusahaan BUMN dan perusahaan besar lainnya.
Kredit untuk segmen ini sangat taylor made, dan terkadang sama sekali tidak
memerlukan agunan tambahan.

f. Bank Garansi

Definisi bank garansi adalah semua garansi yang diterima atau diberikan oleh suatu bank
untuk pihak tertentu, baik perorangan atau badan usaha yang dinyatakan oleh bank akan
dipenuhi kewajibannya dari pihak yang dijamin tersebut kepada pihak lainnya selaku
penerima jaminan, bila pada waktu tertentu telah ditetapkan pihak dijamin tidak dapat
memenuhi kewajibannya/pembayarannya (cidera janji). Jasa perbankan untuk menjamin
terlaksananya transaksi yang terjadi antara pihak diluar bank dari kemungkinan risiko yang
timbul di kemudian hari semakin diminati kalangan bisnis.
Hal ini sejalan dengan perkembangan bisnis yang menuntut adanya integritas antara
pihak-pihak yang melakukan transaksi. Bank sebagai pihak yang dilibatkan, berada di antara
kedua belah pihak dalam memberikan jaminan berupa bank garansi.
Mekanisme bank garansi adalah, bank menerbitkan bank garansi setelah ada transaksi
sebelumnya. Dalam arti, untuk menerbitkan bank garansi harus ada kegiatan pokok yang
dijamin melalui bank garansi.
Sesuai dengan SK Dir Bank Indonesia No. 23/88/Kep./Dir tanggal 18 Maret 1991 dan
Surat Edaran No. 23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 yaitu;

Jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban
membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin melakukan
cedera janji.

Jaminan dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-surat berharga
seperti aval dan endosemen yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank
apabila yang dijamin cedera janji,

Jaminan lain yang terjadi karena perjanjian bersyarat, sehingga dapat menumbuhkan
kewajiban finansial bagi bank. Dalam praktek sehari-hari bentuk garansi bank yang umum
terjadi adalah ;

Tender bond, bid bond, yaitu bank garansi yang diperlakukan para kontraktor untuk dapat
mengikuti
tender.

Bank garansi uang muka, yaitu bank garansi yang dikeluarkan oleh bank untuk menjamin
ataspermintaan uang muka oleh nasabahnya dalam rangka suatu kerjasama/pelaksanaan
kontrak kerja dll.

Bank garansi untuk penangguhan pembayaran bea cukai.


Bank garansi untuk penyerahan barang/penerima barang oleh leveransir dari pabrikan dll. 6
Kegiatan pokok tersebut misalnya: adanya suatu pemenangan tender proyek tertentu,
adanya transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar pada waktu tertentu di kemudian.
Kegiatan pokok tersebut memerlukan waktu dan setelah kurun waktu tersebut pihak tertentu
harus memenuhi kewajiban.Untuk menjamin pemenuhan kewajiban di kemudian hari maka
diperlukan jaminan bank, yaitu bank garansi.
- Jangka Waktu Bank Garansi

Bank garansi bisa dikatakan sebagai perjanjian ikutan (accesoir).


Timbulnya perjanjian bank garansi karena adanya perjanjian pokoknya. Dengan
demikian masa berlakunya bank garansi akan berakhir karena berakhirnya masa
berlakunya perjanjian pokok. Atau berakhirnya bank garansi sebagaimana
ditetapkan dalam bank garansi itu sendiri. Untuk masa berlaku bank garansi hanya
satu kali saja, namun bila menghendaki dapat diperpanjang.
- Wanprestasi/Klaim Bank Garansi

Contoh kasus bank garansi, bila pihak yang dijamin melakukan


wanprestasi atau cidera janji, maka pemegang bank garansi dapat melakukan
klaim kepada bank penerbit atas bank garansi tersebut.
Bank-bank memiliki ketentuan yang berbeda dalam memberikan waktu
penyampaian klaim. Namun, umumnya waktu yang diberikan hanya dua
minggu sejak berakhirnya bank garansi. Pengajuan klaim atau tuntutan bank
garansi juga harus dilengkapi surat bank garansi asli dan belum ada pernyataan
dari nasabah (pihak yang dijamin/contra sign) tentang telah diselesaikannya bank
garansi tersebut.
Bank garansi yang belum jatuh tempo dan terjadi wanprestasi disebut bank
garansi efektif. Pembayaran kewajiban sebagai akibat tuntutan atau klaim
dipenuhi dari setoran jaminan yang diterima oleh bank dari pihak
6
Syaifuddin, Dedy Takdir. Manajemen Perbankan (Pendekatan Praktis), Kendari: Unhalu Press
dijamin. Namun demikian setoran jaminan yang diterima bank sering kurang dari
100%. Kekurangan setoran jaminan yang dilimpahkan untuk membayar klaim
dapat dipenuhi oleh bank dengan mengkonversi menjadi kredit yang diberikan
kepada pihak yang dijamin. Disinilah bank garansi sebenarnya dapat digunakan
sebagai non cash loan.
- Jenis Bank Garansi

Bank garansi berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi: Penerimaan atau


penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka pemberian
kredit, risk sharing dan standby loan maupun dalam rangka pelaksanaan proyek
seperti bid bonds, performance bonds, dan advance payment bonds. Akseptasi
atau endosement surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi dalam
bentuk penandatanganan kedua atau seterusnya atas wesel dan promes (aksep).

Berdasarkan kegunaannya, bank garansi dapat digunakan dalam rangka:

1. Tender, yaitu bank garansi yang diberikan oleh bank untuk para kontraktor
maupun levelansir.
2. Perdagangan, yaitu bank garansi yang diberikan kepada pihak pabrikan untuk
kepentingan agen atau levelansir produk-produk pabrik tersebut.
3. Penangguan bea masuk, yaitu bank garansi yang diterbitkan untuk menjamin
kepada dinas bea dan cukai untuk pembayaran bea masuk barang impor.
4. Cukai rokok, yaitu bank garansi yang diberikan dalam rangka menjamin atas
pembayaran cukai rokok yang ditangguhkan, sementara rokok tersebut sudah
beredar/dipasarkan.
5. Uang muka kerja, yaitu bank garansi yang diberikan untuk mengambil uang muka
pelaksanaan proyek dalam kontrak-kontrak tertentu.

g. Letter Of Credit

LOC atau letter of credit merupakan cara pembayaran internasional yang menjadikan
memungkinkan seorang eksportir menerima pembayaran langsung tanpa menunggu berita
dari luar negeri. Pembayaran tersebut akan diterima setelah barang dan berkas dokumen
dikirimkan ke luar negeri atau kepada pemesan.
- Fungsi Letter Of Credit
Dalam hakikatnya letter of credit memiliki banyak sekali fungsi, yang pertama
berfungsi untuk memudahkan pembayaran. Baik itu untuk importir yang membeli
maupun eksportir yang memberikan barang.
Sebab, eksportir tidak perlu menunggu dana untuk terkumpul, dimana dana yang ingin
dibayarkan akan ditangguhkan oleh bank. Begitu pun dengan importir yang tidak
perlu menunggu datangnya barang terlalu lama.
Selain itu dengan fasilitas kredit yang dijamin oleh perbankan bisa membantu
importir dalam menentukan waktu pembayaran. Apakah ingin langsung, ataupun
ditangguhkan dulu dalam jangka waktu tertentu. Fungsi lain letter of credit ini adalah
keamanan dalam bertransaksi utamanya untuk eksportir.
Sebab menjual barang lintas negara tidaklah mudah banyak resiko yang harus
ditanggung. Berkat Letter of Credit (LoC), pembayaran tetap aman karena berada dalam
otorisasi pihak perbankan. Pembayaran hanya akan cair apabila pihak penjual dan
pembeli telah sama-sama mencapai kata kesepakatan.
- Jenis Letter Of Credit

Melihat keamanan dan kemudahannya, tidak heran jika l/c ini banyak disukai oleh
banyak pihak. Karenanya bagi yang mulai ingin mencoba untuk menggunakan sistem
pembayaran ini, ada baiknya untuk mengenal jenis-jenis apa saja yang ada dalam sistem
pembayaran ini. Berikut ini adalah pembahasan terkait jenis-jenis letter of credit yang ada
diantaranya :
a) Revocable Letter Of Credit

Pertama adalah loc yang bisa dibatalkan ataupun diubah sewaktu- waktu
secara sepihak oleh bank pembuka (opening bank) karena ada alasan tertentu
tanpa adanya pemberitahuan lebih dulu kepada si penerima. Biasanya jenis loc ini
harus terus di cek setiap waktunya. Meskipun tanpa pemberitahuan, tapi
pembatalannya ini terjadi karena alasan. Bisa dari pihak importir maupun
eksportir.
b) Irrevocable

Sesuai dengan namanya, transaksi yang satu ini tidak bisa dibatalkan oleh
satu pihak selama masa perjanjian tersebut masih dalam masa waktu yang valid.
Dalam hal ini semua pihak yang bersangkutan adalah kedua belah pihak yang
bertransaksi dan open bank sebagai pihak ketiga. Sehingga apabila ada pihak yang
membatalkan secara sepihak, maka bisa terkena hukuman.
c) Back To Back LOC
Sifatnya seperti reseller, dimana si penerima ini sebenarnya bukan
pembelinya tapi hanya sekedar perantara. Nantinya barulah si perantara ini
menyalurkan barang yang dibelinya kepada penerima yang asli. Selanjutnya
perantara ini meminta bantuan pihak bank agar pemilik dan penerima barang-
barang yang sebenarnya memiliki akses Letter Of Credit dengan menjaminkan
L/C yang diterima dari luar negeri.

d) Revolving LOC

Apabila melihat namanya yakni revolving, maka bisa diambil kesimpulan


bahwa letter of credit ini bisa dilakukan berulang-ulang. Dimana kedua pihak
yang bertransaksi bisa menggunakan kembali kreditnya untuk melakukan
transaksi yang berbeda. Biasanya jenis ini dilakukan pada satu bank saja yang
sudah dipercaya dan memiliki hubungan baik dengan semua pihak yang terlibat.
e) Unrestricted LOC

Tidak dibatasi adalah keunggulan utama dari jenis letter of credit yang
satu ini. Dimana dalam hal ini pihak eksportir maupun importir tidak dibatasi
melakukan negosiasi di bank manapun yang diinginkannya. Sehingga
memberikan kemudahan dan juga fleksibilitas yang tinggi kepada pihak yang
terkait.
f) Sight LOC

Pembayaran langsung dan saat itu juga saat dokumen diterima oleh pihak
bank adalah ciri khas dari kredit yang satu ini. Dimana saat dokumen sudah
diperiksa, dan dinyatakan lolos lalu diterima, pihak pembayar harus langsung
memberikan dana. Untuk besaran dananya sendiri tergantung kesepakatan pihak
penerima dengan pihak bank yang sebelumnya telah dibuat.
g) Usance LOC

Berbeda dengan sight, usance memberikan tenggat waktu kepada pihak


importir untuk melakukan pembayarannya. Biasanya tenggat waktu ini diberikan
oleh pihak eksportir. Entah itu setelah dokumen diterima, maupun setelah sebulan
transaksi disetujui. Pihak importir hanya harus menerbitkan draft waktu ataupun
tanggal dari wesel. Sehingga pihak importir tidak harus langsung membayar.
h) Red Clause LOC

Jenis letter of credit yang masing-masing bank pembuka L/C menuliskan


klausa khusus menggunakan tinta merah. Klausul atau klausa tersebut berisikan
tentang pihak bank pembayaran diberikan kuasa oleh pihak bank pembuka untuk
membayar uang muka kepada penerima. Itulah mengapa dikatakan red clause,
karena memang khusus klausul itu ditulis dengan tinta merah.

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh perbankan pada umumnya tidak jauh
berbeda. Perbedaannya terletak pada persyaratan yang ditetapkan dan pertimbangan masing-
masing.
Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut :

a. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam
suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan
proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut : Latar belakang perusahaan,
maksud dan tujuan, besarnya kredit dan jangka waktu, cara pemohon mengembalikan kredit,,
jaminan kredit.
b. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai
persyaratan dan sudah benar.
c. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon pemimjam dengan langsung berhadapan dengan


calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dengan lengkap seperti
dengan yang bank inginkan.
d. On the spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang


akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil
wawancara I.
d. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada
saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.7

KUALITAS KREDIT

Tentu saja melihat baik-buruknya kondisi suatu bank bukan hal yang mudah. Perlu suatu
pendidikan khusus dan “jam terbang” bertahun-tahun untuk menguasai skill ini. Tapi sebagai
“termometer”; kondisi kesehatan bank (salah satunya) dapat dilihat dari kualitas kredit.
Kualitas kredit terdiri atas 5 kategori; dikenal dengan sebutan kolektibilitas. Koletibilitas
terbaik diberi angka 1: kredit lancar. Kemudian berturut-turut koletibilitas menurun menjadi
kategori: 2 (Dalam Perhatian Khusus), 3 (Kurang Lancar), 4 (Diragukan) dan 5 (Macet). Kredit
dengan koletibilitas 1 dan 2 dikategorikan sebagai kredit lancar. Sedangkan kredit dengan
kolektibilitas 3 sampai dengan 5 dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau Non-Performing
Loan (NPL).

TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACAT

h. Pengertian Kredit Macet

Kredit macet secara umum merupakan sebuah kondisi saat peminjam atau debitur tidak
lagi bisa melanjutkan pembayaran atau cicilan utang. Hal tersebut bisa terjadi karena
peminjam atau debitur tidak memiliki dana cukup, mengalami pailit, mangkir dalam
membayar, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut pihak bank melakukan
langkah-langkah/ tindakan sebagai upaya penyelamatan kredit sedini mungkin.
Penyelamatan kredit bermasalah sedini mungkin dimaksudkan agar tidak timbul jumlah
tunggakan yang akan lebih besar. Karena semakin besar jumlah tunggakan yang terjadi
akan semakin mempersulit kondisi nasabah/ debitur dalam mengelola usahanya. Disamping
tunggakan yang akan mempersulit keadaan nasabah juga berdampak pada tingkat
kualitas kredit yang akan mengarah pada kerugian bank. Sehingga bank harus segera
mengambil tindakan agar kerugian yang ada tidak semakin bertambah.8
Jika peminjam semakin lama menunda pembayaran, bunga pinjaman yang ditetapkan
oleh pihak bank akan semakin naik jumlahnya. Total dana yang harus dibayar oleh
7
Turuis F, Tanri, 2017, Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dengan Menggunakan Prinsip –
Prinsip, vol 17 no 1, hal : 3
8
Chosyali, Achmad, 2019, Optimalisasi Peningkatan Kualitas Kredit Dalam Rangka Mengatasi
Kredit Bermasalah, vol 15 no 1
debitur juga akan semakin bertambah. Pinjaman yang semakin besar tersebut akan semakin
membebani debitur hingga akhirnya debitur tidak mampu mencicil atau melunasinya.
Kredit macet yang terjadi di Indonesia terutama dalam pada masa kesulitan atau kemunduran
(resesi) ekonomi yang menyebabkan dilikuidasi dan direkapitalisasinya beberapa bank yang
sebelumnya didahului dengan pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),
diketahui bahwa rapuhnya lembaga perbankan di Indonesia faktor penyebabnya yaitu
pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian khususnya menyangkut ketentuan Legal Lending
Limit (3L) sebagaimana diatur di dalam Pasal 11 UndanUndang No. 7 Tahun 1992 yang
telah dirubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.9

i. Macam-Macam Tingkat Kelancaran Kredit

Berdasarkan kemampuan debitur dalam melunasi cicilan, tingkat kelancaran kredit dibagi
menjadi empat kelompok berikut ini :
1). Kredit lancer

Pinjaman kredit dianggap lancar jika debitur mampu membayar cicilan, angsuran
pokok, dan bunga pinjaman dengan lancar serta tidak memiliki tunggakan. Meskipun
terdapat tunggakan, debitur mampu membayarnya sebelum melampaui masa angsuran
berikutnya.
2). Kredit tidak lancer

Pinjaman kredit dikatakan tidak lancar jika debitur memiliki tunggakan angsuran
pokok yang sudah melebihi satu masa angsuran, namun belum melebihi dua masa
angsuran. Selain itu, pembayaran bunga telah menunggak dua bulan, namun belum
melebihi tiga bulan.
3). Kredit diragukan

Selanjutnya, kredit diragukan merupakan kondisi jika pinjaman masih bisa


diselamatkan dan ada jaminan yang nilainya paling tidak 75% dari harga utang.
Meskipun debitur tidak mampu membayar angsuran pokok maupun bunga, masih ada
jaminan yang harganya paling tidak setara 100% dengan utang.
4). Kredit macet
9
Yitro Goni, Ravando, 2016, Penyelesaian Kredit Macet Menurut Undang – Undang No.
10 Yahun 1998 Tentang Perbankan, vol 5 no 7, hal 5
Kredit macet merupakan kondisi ketika setelah berlalu 18 bulan sejak kredit
digolongkan sebagai kredit diragukan, debitur tidak ada upaya pelunasan. Bahkan,
debitur juga tidak memiliki jaminan apapun.

j. Cara Mengatasi Kredit Macet

Jika dalam keadaan terpaksa dan tidak bisa dihindari Anda terkena kredit macet, yang
pertama harus dilakukan adalah tetap tenang dan bersikap kooperatif dengan pihak bank
terkait. Menghindari pihak bank hanya akan menambah masalah dan memperburuk kondisi
Anda.
Datangilah pihak bank dan ungkapkan kondisi Anda dengan jujur serta jelaskan alasan
Anda berada dalam posisi kredit macet. Mintalah kerja sama pihak bank untuk membantu
menyelesaikan permasalahan kredit macet Anda dengan cara melakukan restrukturisasi.
Bank dimungkinkan membeli agunan diluar pelelangan dimaksudkan agar dapat
mempercepat penyelesaian kewajiban nasabah debiturnya. Bank tidak diperbolehkan
memiliki agunan yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual kembali agar hasil
penjualan agunan dapat segerqa dimanfaatkan oleh bank.
Pokok-pokok ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemnerintah memuat
antara lain:
a. Agunan yang dapat dibeli oleh bank adalah agunan yang kreditnya telah dikategorikan
macet selama jangka waktu tertentu.
b. Agunan yang telah dibeli wajib dicairkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu
tahun.
c. Dalam jangka waktu satu tahun, bank dapat menangguhkan kewajiban-kewajiban
berkaitan dengan pengalihan hak atas agunan yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku10
Berikut ini tiga jenis restrukturisasi yang dapat diberikan pada debitur yang berada dalam
kondisi kredit macet.
1. Penjadwalan kembali (rescheduling)

Cara ini dilakukan dengan menyesuaikan tenor pinjaman Anda agar bisa kembali
mencicil pembayaran kredit. Pihak bank akan memperpanjang tenor pinjaman dari
debitur yang mengalami kredit macet. Hal ini dilakukan agar angsuran
10
Yitro Goni, Ravando, 2016, Penyelesaian Kredit Macet Menurut Undang – Undang No.
10 Yahun 1998 Tentang Perbankan, vol 5 no 7, hal 9-10
yang harus dibayar bisa semakin ringan. Perpanjangan tenor juga disesuaikan dengan
kemampuan pembayaran debitur.
2. Persyaratan kembali (restructuring)

Cara kedua adalah dengan restructuring atau mengubah syarat-syarat


peminjaman, yang mencakup perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan
persyaratan lainnya. Persyaratan kembali ini bisa dilakukan dengan syarat tidak
mengubah maksimal plafon kredit.
3. Penataan kembali (reconditioning)

Cara ketiga adalah dengan penataan kembali, yaitu upaya pihak bank mengubah
kondisi kredit untuk meringankan tanggung jawab debitur yang terlibat kredit macet. Hal
ini dilakukan dengan cara menambah fasilitas kredit, mengonversi tunggakan menjadi
pokok kredit baru, hingga penjadwalan dan persyaratan kembali
Kesimpulan

Cash loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya.
Dalam pemberian fasilitas cash loan ini bank telah menyediakan dana ( fresh money ) yang dapat
digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kreditnya. Non cash
Loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya,tetapi atas fasilitas tersebut bank
belum mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas yang diberikan ini bank baru menyatakan
kesanggupan untuk menjamin pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak lain
/ pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam surat jaminan yang dikeluarkan
oleh bank. Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh perbankan pada umumnya tidak jauh
berbeda. Perbedaannya terletak pada persyaratan yang ditetapkan dan pertimbangan masing-
masing. Tentu saja melihat baik-buruknya kondisi suatu bank bukan hal yang mudah. Perlu
suatu pendidikan khusus dan “jam terbang” bertahun-tahun untuk menguasai skill ini. Tapi
sebagai “termometer”; kondisi kesehatan bank (salah satunya) dapat dilihat dari kualitas kredit.
Kredit macet secara umum merupakan sebuah kondisi saat peminjam atau debitur tidak lagi bisa
melanjutkan pembayaran atau cicilan utang. Hal tersebut bisa terjadi karena peminjam atau
debitur tidak memiliki dana cukup, mengalami pailit, mangkir dalam membayar, dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, 2020, Manajemen Kredit, Pasuruan : CV Penerbit Qiara Media

Yitro Goni, Ravando, 2016, Penyelesaian Kredit Macet Menurut Undang – Undang
No. 10 Yahun 1998 Tentang Perbankan, vol 5 no 7

Turuis F, Tanri, 2017, Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dengan Menggunakan


Prinsip – Prinsip, vol 17 no 1

Chosyali, Achmad, 2019, Optimalisasi Peningkatan Kualitas Kredit Dalam


Rangka Mengatasi Kredit Bermasalah, vol 15 no 1

Syaifuddin, Dedy Takdir. Manajemen Perbankan (Pendekatan Praktis), Kendari:


Unhalu Press
BAB VIII
MANAJEMEN PEMASARAN BANK

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan perbankkan dalam kinerja untuk kesuksesan baik
manajemen maupun operasionalnya, lembaga bank harus memiliki beberapa
konsep dasar yang menyertainya di dalam lalu lintas pelayanan diantaranya
adalah manajemen pemasaran bank. Pemasaran bukan berarti hanya terpaku
pada kegiatan promosi dan penjualan saja. Namun lebih dari itu. Dalam
dunia perbankan, yang dimaksud dengan konsep manajemen pemasaran
adalah upaya untuk mencapai kepuasan nasabah terhadap penggunaan produk
yang dikeluarkan oleh pihak bank, entah itu penggunaan produk berupa
tabungan, giro, deposito maupun service (jasa pelayanan) yang diberikan pada
nasabah.

Pencapaian yang berupaya pada tingkat kepuasan nasabah dikaitkan


dengan berbagai cara ataupun strategi yang dijalankan oleh pihak lembaga
keuangan perbankan. Diantara berupa strategi produk (tabungan, giro dan
deposito), strategi lokasi (layout), strategi harga suatu produk dan jasa service,
strategi promosi untuk penjualan dengan tingkat maximal seduce. Banyaknya
profit yang didapatkan oleh suatu bank sangat tergantung pada bagaimana
suatu upaya pemasaran itu sendiri dapat berjalan lancar. Untuk itu, maka
diperlukan beberapa konsep dan strategi yang matang guna untuk menilai
kinerja manajemen dan operasional dari perbankan itu sendiri.

Pengertian Manajemen Pemasaran Bank

a. Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses


pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.1

b. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2015:29) pemasaran sebagai proses


dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan dengan pelanggan yang kuat untuk menangkap nilai dari
konsumen sebagai imbalan.

c. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud


dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak

d. Pengertian Manajemen Pemasaran Bank

Secara umum manajeman pemasaran bank adalah suatu proses


perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dari kegiatan menghimpun
dana, menyalurkan dana, dan jasa-jasa keuangan lainnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya.

Dari pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa manajemen pemasaran


bank merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan

1 Malayu S.P Hasibuan, Op.cit, hal. 2


keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa perbankan, baik
produk simpanan (giro,tabungan, dan deposito), pinjaman (kredit) atau
jasa-jasa bank lainnya.2

Konsep-Konsep Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat beberapa konsep pemasaran di


mana masing-masing konsep memiliki tujuan yang berbeda. Ada lima konsep
dalam pemasaran di mana setiap konsep dapat dijadikan landasan pemasaran
oleh masing-masing perusahaan:3
e. Konsep Produksi

Konsep ini menyatakan bahwa, konsumen akan menyukai produk


yang tersedia selaras dengan kemampuan konsumen, murah dan mudah
didapat. Oleh karenanya manajemen harus berupaya untuk meningkatkan
efisiensi produksi dan distribusi.

f. Konsep Produk

Dalam konsep ini terkandung pengertian bahwa, konsumen akan


menyukai produk yang menawarkan kualitas dan prestasi terbaik serta
keistimewaan yang menonjol. Oleh karenanya produsen harus berusaha
untuk memperbaiki produk secara terus-menerus.

g. Konsep Penjualan

Konsep ini menyatakan bahwa, konsumen tidak akan membeli cukup


banyak produk, kecuali jika produsen mengupayakan promosi dan
penjualan yang agresif.
Konsep ini menganggap bahwa, seringkali konsumen kurang tertarik
pada produk/jasa yang ditawarkan dan oleh karenanya pemasar

2 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),194-195.

3 Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,

2002), 15-18.
harus berusaha mendorong konsumen untuk melakukan pembelian dengan
cara promosi yang berdaya guna untuk merangsang pembelian.

h. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran dan konsep penjualan sering sulit untuk dibedakan.


Dasar pemikiran yang terkandung dalam konsep pemasaran adalah:
a) Pemuasan keinginan kelompok pembeli tertentu adalah menjadi tugas
perusahaan.
b) Untuk itulah diperlukan program riset pemasaran agar dapat diketahui
pada keinginan pembeli.
c) Semua kegiatan untuk mempengaruhi pembeli, harus ditempatkan di
bawah control pemasaran yang terintegrasi.
d) Kepuasan konsumen akan dapat menimbulkan loyalitas, kesan baik
dari pembeli.

Apabila perusahaan menganut konsep pemasaran maka semua kegiatan


diarahkan kepada konsumen. Bagian pemasaran berperan aktif sejak
mulainya proses produksi, sebab konsumenlah yang akan menjadi tujuan
utama yaitu kepuasannya, jadi tidak hanya peningkatan volume penjualan
saja.

i. Konsep Pemasaran Kemasyarakatan

Konsep pemasaran Kemasyarakatan ini berpendapat bahwa tugas


pemasaran adalah menentukan kebutuhan, keinginan serta kepentingan
pasar sasaran dan memenuhinya dengan lebih efektif dan lebih efisien
daripada para pesaing dengan cara mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
Langkah-Langkah Pemasaran Bank

j. Riset pemasaran
a. Ruang lingkup riset pemasaran

 Penentuan karakteristik pasar

 Pengukuran potensi pasar

 Analisis bagian pasar

 Analisis penjualan

 Studi mengenai kecenderungan bisnis

 Studi mengenai produk yang kompetitif

 Ramalan jangka pendek

 Penerimaan dan potensi produk baru

 Ramalan jangka panjang

 Studi mengenai harga

b. Langkah utama dalam riset pemasaran

 Menetapkan masalah dan tujuan riset

 Mengembangkan sumber informasi

 Mengumpulkan informasi

 Menganalisis informasi

 Menyajikan penemuan

k. Menerapkan tujuan pemasaran

Supaya dapat ditentukan apa yang segera dapat dilakukan,


pengembangan rencana-rencana yang efektif, menentukan sasaran untuk
prestasi individu dan menilai hasilnya.

l. Mengembangkan strategi pemasaran

Mengarahkan strategi bisnis kepada usaha memanfaatkan setiap


peluang bisnis dan mengantisipasi setiap ancaman seoptimal mungkin
(berdasarkan hasil analisis SWOT).

m. Penyusunan rencana pemasaran


Membuat rencana pemasaran secara tertulis yang mencakup target
pasar dan produk yang akan ditawarkan, target dana yang akan dihimpun,
target ekspansi kredit yang akan dilakukan, anggaran yang digunakan
untuk membiayai masing-masing kegiatan pemasaran tersebut serta
penetapan orang-orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan
pemasaran.

n. Pelaksanaan kegiatan pemasaran

Melakukan promosi besar-besaran,baik menggunakan sarana media


iklan, media publisitas, media promosi penjualan maupun penjualan
pribadi.

o. Monitoring dan evaluasi kegiatan pemasaran

Peran Riset Pemasaran Bagi Manajemen


Seorang manajemen bertugas sebagai pengambil keputusan dalam
menganalisis sebab-sebab potensial. Riset pemasaran memainkan dua peranan
kunci dalam sistem pemasaran. Pertama riset tersebut merupakan
bagian dari proses umpan balik intelijen pemasaran yang menyediakan data-
data tentang keefektifan bauran pemasaran saat ini dan memberikan wawasan
untuk perubahan yang diperlukan kepada para pengambil keputusan. Kedua
riset pemasaran merupakan alat utama dalam menelusuri peluang baru
dipasaran, riset segmentasi dan riset produk baru membantu mengindentifikasi
peluang yang paling menguntungkan bagi manajer pemasaran.4

Peran riset pasar berkaiatan dengan bagaimana pihak manajemen


menggunakannya yaitu:

p. Planning “Perencanaan”

Perencanaan berkaitan dengan menentukan peluang pasar meliputi


Segmentation, Demand estimation dan Environmental assessment.

q. Problem Solving “Pemecahan Masalah”

Riset pasar untuk Problem Solving lebih fokus kepada membuat


keputusan jangka pendek dan keputusan jangka panjang, meliputi Product
“produk”, Price “Harga”, Place “Tempat” dan Promotion “promosi”.

r. Control “Pengendalian”

Contorl-Oriented Market Research membantu pihak manajemen untuk


menemukan titik masalah dan memonitor proses yang sedang berlangsung
“Churcill, 2005”.

Pemasaran bank adalah suatu proses untuk menciptakan dan


mempertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan.
4
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),

159. Ibid, 164-165.


Tujuan Pemasaran Bank

Tujuan pemasaran bank secara umum adalah untuk:

s. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan


merangsang konsumsi sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli
produk yang ditawarkan bank.
t. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang
diinginkan nasabah.
u. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan
berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan
pula.
v. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan
kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.5

Strategi Dalam Pemasaran Bank

w. Product (Produk)

Menurut Philip Kotler, produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan


ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, digunakan atau
dikonsumsi, yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Adapun
produk sendiri menurut Kotler memiliki siklus hidup yang terdiri dari
tujuh tahapan, yaitu :
a. Membangkitkan dan menyaring konsep atau gagasan

b. Perencanaan dan pengembangan produk

c. Uji pemasaran

d. Tahap pengenalan

e. Tahap pertumbuhan pasar

f. Tahap kejenuhan

9
g. Tahap penurunan atau penghapusan produk25

5
Kasmir, Pemasaran Bank (Jakarta: Prenada Media),

163. Ibid, 168-169.

9
Dalam konsep produk, dapat dijelaskan bahwa sebuah produk baik
berupa barang atau jasa, membutuhkan pendekatan tertentu yang berorientasi
pada konsumen. Dan jika gambaran tersebut sudah terlihat jelas, dalam arti
konsumen dari produk tersebut siapa, dan menginginkan produk yang seperti
apa, maka perusahaan dapat memproduksinya. Perlu dipahami, bahwa dalam
sebuah produk berlaku siklus hidup. Maksudnya suatu produk akan berada
dititik jenuh jika konsumen sudah terlalu lama memanfaatkan produk tersebut,
atau ada produk lain yang lebih unggul. Maka dari itu, perusahaan harus
menciptakan produk baru, atau menyempurnakan produk yang sudah ada agar
tetap menjadi pilihan konsumen.6

x. Price (harga)

Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran.


Hal ini dikarenakan harga berperan dalam laku atau tidaknya suatu
produk atau jasa tersebut dijual. Menurut kasmir, terdapat tiga faktor
penting yang mempengaruhi strategi harga, yaitu :
a. Karakteristik konsumen

b. Karakteristik perusahaan

c. Karakteristik persaingan

Dalam menetapkan harga produk, perusahaan harus memperhatikan


tipe konsumen. Karena konsumen memiliki karakteristik yang berbeda –
beda (heterogen), sehingga harus dikelompokkan terlebih dahulu kedalam
kelompok konsumen dengan kepentingan yang sama (homogen).
Dismping itu, terdapat pula jenis kelompok konsumen yang tidak
mempermasalahkan besaran harga, dan jenis kelompok konsumen yang
cukup sensitif dengan harga suatu
6
Zainal Abidin, Riset Pemasaran,AgribisnisPerikanan, FPIK UB, 2018
produk. Proses seperti ini dikenal dengan istilah segmenting dalam
pemasaran.7

y. Place (tempat /saluran distribusi)

Aspek lokasi dalam strategi bauran pemasaran adalah tempat dimana


proses jual beli suatu produk, barang atau jasa. Pemilihan lokasi yang
tepat dan strategis berpengaruh pada tingkat kepercayaan konsumen
untuk memutuskan membeli atau tidak suatu produk. Lokasi sebaiknya
memiliki akses jalan yang mudah dijangkau, atau dekat dengan instansi
tertentu yang mudah dikenali oleh konsumen. Disamping lokasi yang
strategis, unsur lain yang perlu diperhatikan pada aspek tempat dalam
bauran pemasaran adalah jangkauan tempat pemasaran dengan konsumen.
Pada dasarnya konsumen enggan melakukan transaksi apabila tempat
terdapatnya produk tersebut jauh dari jangkauannya. Maka untuk
mengatasi hal tersebut, pemasaran harus memiliki saluran distribusi yang
efektif, seperti membuka kantor perwakilan baru atau pelayanan mobile
untuk melayani konsumen yang jauh dari jangkauan.

Pengawasan Pemasaran Bank

z. Pengendalian rencana tahunan : analisis penjualan, analisis pangsa pasar,


analisis ratio biaya pemasaran terhadap penjualan
aa.Pengendalian profitabilitas : profitabilitas menurut produk, daerah,
pangsa pasar, saluran distribusi dan jumlah pesanan
bb. Pengendalian strategik : audit pemasaran8
7
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
8
Armstrong, Kotler, Marketing anIntroducing Prentice Hall twelfth Edition,
England : Pearson Education, Inc.
Kesimpulan

Kegiatan perbankan dalam upaya meningkatkan kualitas, mutu dari sebuah produk dan jasa
yang ditawarkan menekankan pada bentuk pengoptimalan kinerja dari bidang manajemen
termasuk di dalamnya pemasaran dan bidang operasional eksternal dalam bentuk promosi
dan penjualan. Yang mana kedua bidang tersebut merupakan salah satu faktor penunjang
keberhasilan dari suatu kinerja Bank. Pertimbangan persuasi adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari siklus daur produk. Hubungan keduanya di tunjukkan pada besarnya
produk dan jasa yang ditawarkan hingga produk tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
tingkat kebutuhan dan keinginan nasabah. Sedangkan persuasi terkait dengan kemajuan
suatu produk dalam tingkat penjualan menunjukkan seberapa besar usaha yang dilakukan
oleh bankir atau karyawan Bank dalam meyakinkan nasabah terhadap keunggulan kualitas
suatu produk dan jasa yang dimiliki hingga pada tahap penawaran dan penjualan. Tidak
terlepas dari itu, siklus daur produk di pengaruhi oleh berbagai strategi dalam memasarkan
produk dan jasa Bank diantaranya strategi promosi, harga, produk, dan lokasi/lay out. Oleh
sebab itu, keberhasilan dari bidang perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana
etiket yang dijalankan juga manajemen operasional internal tetapi juga manajemen
pemasaran ikut perlu untuk dipertimbangkan dalam menunjang keberhasilan suatu lembaga
keuangan. Meskipun bentuk manajemn pemasaran sangat menentukan keberhasilan suatu
produk untuk di jual (dipasarkan) namun tidak terlepas dari suatu opportunity yang dimiliki
suatu keunggulan produk dan jasa yang ditawarkan dimana keunggulan produk berpeluang
langsung di dalam menentukan kesempatan menempati seberapa besar produk tersebut
dapat bersaing terhadap produk perbankan lain yang turut terjun pada bidang pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, ManajemenPerbankan (Jakarta:RajawaliPers),194-195.Ibid,197. Murti


Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta),
15-18.
Kasmir, ManajemenPerbankan (Jakarta:PT.RajaGrafindoPersada),159.Ib id,164-
165.
Kasmir, PemasaranBank (Jakarta: Prenada Media), 163. Ibid,
168-169.
Zainal Abidin, Riset Pemasaran,AgribisnisPerikanan, FPIK UB, 2018
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Armstrong, Kotler, Marketing anIntroducing Prentice Hall twelfth Edition, England


: Pearson Education, Inc.
BAB IX
MANAJEMEN JASA-JASA BANK LAINNYA

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam
perekonomian di Indonesia. Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak
perubahan dari masa ke masa. Perubahan ini selain disebabkan oleh berbagai macam
kejadiaan yang terjadi baik di sector internal dunia perbankan maupun di sector eksternal,
seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum dan sosial. Sehingga bank dimasa
sekarang tidak hanya menyediakan jasa tabungan dan kredit saja, melainkan banyak jasa-jasa
atau produk inovasi baru yang disediakan bank untuk mempertahankan eksistensinya. Jasa –
jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang kegiatan perbankan yang ketiga.
Tujuan pemberian jasa – jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang diberikan,
semakin baik. Yang menjadi perhatian masyarakat adalah perkembangan dan peningkatan
jasa pelayanan perbankan. Hal ini dapat dilihat dari persaingan kualitas produk, pelayanan
jasa yang ditawarkan dan harga promosi diantara sekian banyaknya perusahaan perbankan.
Untuk memenangkan persaingan maka bank harus mampu memberikan kepuasan kepada
para nasabahnya, misalnya dengan memberikan layanan prima dengan kualitas layanan
produk/jasa yang dapat diandalkan daripada pesaingnya. Dapat disimpulkan bahwa jasa
adalah produk pengembangan yang disediakan oleh perusahaan yang bisa dijual belikan
tetapi tidak bisa dilihat dan dipegang, hanya bisa dirasakan manfaatnya oleh konsumen.1
1
1. Hoggson, N. F. (1926) Banking Through the Ages, New York, Dodd, Mead & Company
Pengertian Jasa-Jasa Bank Lainnya

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dan penyalur dana ke masyarakat,
selain itu bank juga mempunyai jasa-jasa lain yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk
mendukung dan memperlancar penghimpunan dan penyaluran kembali ke masyarakat. Dengan
demikian akan memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi dalam kegiatan sehari-
hariannya, semakin lengkap jasa-jasa yang ditawarkan maka semakin baik bank tersebut, dalam
artian masyarakat tidak perlu melakukan transaksi di bank lain untuk melakukan transaksi
perbankan. Tetapi hal ini juga dibutuhkan kesiapan terhadap bank yang bersangkutan, karna
semakin lengkap jasa-jasa yang ditawarkan maka semakin besar pula biaya perbankan dalam
penyedianan jasa tersebut, seperti peralatan, modal, dan personil yang mampu dalam
menjalankan fasilitas tersebut. selain itu juga diperhatikan apakah bank tersebut termasuk
kedalam kategori bank umum, ataukah Bank Pengkreditan Rakyat atau dapat pula dilihat dari
status bank tersebut apakah bank devisa, atau non devisa. Selain untuk menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, Perbankkan menyediakan fasilitas-fasilitas lainnya.
Namun hal ini juga akan melihat terlebih dahulu dari sisi permodalan sampai dengan kesiapan
dari personel dari pihak bank untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang diharapkan oleh
nasabah, selain itu juga diperhatikan apakah bank tersebut termasuk kedalam kategori bank
umum, BPR atau bank syariah.23
Tujuan dan Keuntungan jenis jasa Bank Lainnya

Tujuan pemberian jasa-jasa bank adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan
menghimpun dana dan penyaluran dana. Keuntungan yang dapat diperoleh oleh pihak bank
adalah selisih antara bunga simpanan dengan bunga kredit. bank merupakan badan usaha
penghimpun dan penyalur dana sehingga bank juga akan mencari keuntungan dari jasa-jasa yang
sudah mereka berikan kepada masyarakat, adapun keuntungan jasajasa bank antara lain:

1) Spread based merupakan keuntungan yang didapatkan perbangkan dari selisih bunga
simpanan dan bunga pinjaman masyarakat. Spread based termasuk keuntungan pokok dari
perbankkan pada umumnya. 4
2 Buchari Alma, 2004, Kewirausahaan, Bandung, Penerbit Alfabeta.

3 Raharjo,Ari,2015.Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank di Indonesia. Edisi Pertama 2015.

Jakarta: Penerbit UI Press


4 http://azay-ste.blogspot.com/2011/04/bank-dan-lembaga-keuangan-lainnya-jasa.html
2) Fee based, selain mencari keuntungan dari Spread based bank juga bisa mendapatkan
keuntungan dari transaksi jasa-jasa lainnya, hal ini untuk menambahkan keuntungan-keuntungan
bank itu sendiri, walaupun keuntungan relatif kecil tetapi resiko yang di hadapi juga kecil
daripada resiko kredit. Selain itu jasa-jasa tersebut juga sangat di butuhkan oleh perbankan untuk
memperlancar transaksi yang dilakukan masyarakat dalam hal simpan pinjam. Adapun jasa-jasa
tersebut antara lain:

a. Biaya administrasi

b. Biaya kirim

c. Biaya tagih

d. Biaya provisi dan komisi

e. Biaya sewa

f. Biaya iuran

g. Biaya lainnya

Jenis-jenis Jasa-jasa Bank Lainnya

Bank dikatakan lengkap jika fasilitas-fasilitas yang ditawarkan bermacam macam,


berikut ini adalah jasa-jasa yang dikatakan lengkap dari sebuah perbankan di Indonesia:5

a. Kiriman Uang (Transfer)

Kirim uang merupakan jasa yang ditawarkan bank untuk membantu masyarakat
mengirimkan uang di dalam kota maupun luar kota, bahkan bisa juga jika berbeda negara
sekalipun, pengiriman uang ini bisa antara bank yang sama maupun bank yang berbeda.
Sehingga akan ada perbedaan biaya jika pengiriman dilakukan kepada bank yang berbeda, selain
itu untuk pengiriman beda negara bisa dilakukan melalui bank devisa dan biaya tergantung dari
kebijakan masing-masing perbankan. Keuntungan masing-masing pihak yang menggunakan jasa
kirim uang:

a. Bagi nasabah

-
Pengiriman uang cepat dan mudah

-
Biaya pengiriman relatif terjangkau

-
Pengiriman aman dan nyaman

5 Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Dasar-Dasar perbankan. PT Bumi Aksara. Jakarta


-
Pengiriman bisa menggunakan smartphone

b. Bagi Bank

-
Pelayanan kepada masyarakat

-
Biaya jasa pengiriman

b. Kliring

Kliring merupakan penagihan warkat atau penyelesaian utang piutang antar bank yang
berasal dari dalam kota, dan penyedia jasa kliring ini adalah bank-bank yang sudah di tunjuk
oleh Bank Indonesia untuk menyediakan jasa tersebut sehingga tidak sembarangan bank bisa
menyediakan jasa tersebut jika tidak ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Warkat-warkat yang bisa di kliringkan adalah warkat yang berasal dari dalam kota seperti:
a. Cek

b. Wesel Bank

c. Nota Kredit

d. Lalu Lintas Giral

e. Wesel Bank

Tujuan di adakan kliring oleh Bank Indonesia adalah untuk memperlancar lalu lintas
pembayaran giral, serta mempermudah pembayaran utang piutang sehingga akan berjalan
dengan efektif dan efisien. Perhitungan kliring dilakukan setiap hari oleh bank-bank, hal ini
untuk mengetahui apakah bank terebut menang ataupun kalah kliring, bank akan dianggap
menang kliring apabila penagihan lebih besar dibandingkan pembayaran kliring tersebut ini
merupakan prestasi suatu bank apabila penarikan lebih besar, hal ini berarti pembinaan
nasabahnya lebih baik dibandingkan bank yang kalah kliring. Bank dianggap kalah kliring
apabilah penarikan lebih kecil dibandingkan pembayaran kliring itu sendiri sehingga bank harus
menutup kekalahan kliring tersebut. Apabilah bank tersebut tidak mampu menutup maka bank
bersangkutan bisa meminta bantuan terhadap bank lain dengan cara melakukan pinjaman call
money yang biasanya pinjaman tersebut waktunya sangat singkat.

Call money diberikan pada bank yang tidak dapat menutupi saldo mereka dikarnakan
penarikan lebih kecil dibandingkan pembayaran warkat yang ada. Penagihan Call money
dilakukan saat bank yang
memberikan pinjaman menagihnya sesuai kesepakatan yang sudah di buat. Sehingga apabilah
pada waktu penagihan bank masih belum bisa membayar maka Call money akan menjadi
pinjaman biasa dan ini akan menyebabkan turunnya kepercayaan bank yang memberikan
pinjaman Call money tersebut.6

c. Inkaso (Collection)
Inkaso hampir sama dengan kliring yaitu jasa bank untuk penagihan warkat yang berada di
luar kota maupun luar negeri, bedanya dengan kliring, penagihan yang ada di dalam kota jika
inkaso penagihan yang berada di luar kota maupun luar negeri. Sebagai contoh jika kita
mendapatkan cek di kota Banyuwangi maka kita dapat mencairkan di kota lain ini biasanya
disebut inkaso dalam negeri, begitu juga kita mendapat cek dari bank luar negeri, dan kita
cairkan di dalam negeri maka proses penarikan melalui inkaso luar negeri.
Adapun warkat-warkat yang dapat di inkasokan antara lain:

-
Cek

-
Money Order

-
Wesel

-
Deviden

-
Bilyer Giro

-
Kwitansi
Proses penyelesaian inkaso oleh bank dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Inkaso berdokumen,

b. Inkaso tidak berdokumen7

d. Bank Notes

Bank notes merupakan jasa jual beli valuta asing atau uang kertas negara lain yang
dikeluarkan oleh bank di negara tersebut dan merupakan alat pembayaran yang sah di negara
tersebut. Sedangkan yang disebut transaksi bank note adalah suatu transaksi jual beli valuta
asing sesuai dengan nilai tukar saat ini. Dalam transaksi bank notes bank akan mengelompokkan
bank notes menjadi dua, yaitu bank notes kuat dan lemah. Dimana suatu bank pasti akan
mengutamakan bank notes yang kuat karna

6 http://butuhbelajar.blogspot.com/2011/03/jasa-jasa-bank-fee-base-income.html

7 Kasmir.2000.Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada


pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya bank notes nilainya stabil, banyak dicari, mudah
untuk dijual belikan kembali, dan sebagainya sesuai pertimbangan yang ada. Sedangkan
pengelompokan bank notes yang lemah biasanya dikarenakan kebalikan dari bank notes yang
kuat, yaitu nilai tidak stabil, sukar untuk diperjual belikan kembali, kondisi cacat (rusak, ada
coretan, lusuh), termasuk valuta lemah, dan sebagainya. Kurs jual adalah kurs yang dipakai
apabila bank menjual suatu mata uang asing atau apabila kita ingin menukar rupiah yang kita
miliki dengan valuta asing .Dengan kata lain, bank berposisi sebagai penjual dan Anda sebagai
pembeli Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila bank sebagai pembeli atau apabila Anda
sebagai pemegang mata uang asing menukarkan valuta asing yang anda punyai dengan rupiah.
Valuta adalah mata uang Kurs adalah nilai valuta asing Konversi adalah penyesuaian. 8

e. Bank Card
Bank card adalah “kartu plastik” atau yang biasa kita sebut dengan ATM, yang dikeluarkan
oleh bank yang bersangkutan kepada nasabahnya untuk dipergunakan sebagai alat pembayaran
ditempat- tempat yang menyediakan fasilitas untuk ATM. Bank card merupakan kartu plastik
yang dikeluarkan oleh perbankkan untuk melakukan transaksi sehari-hari, Bank card bisanya
juga disebut dengan kartu kredit atau juga uang plastik. Kartu kredit inilah yang bisanya
digunakan oleh nasabah untuk melakukan transaksi berupa pembayaranpembayaran kegiatan
nasabah setiap hari, seperti pembayaran belanja di mini market dan supermarket, restoran, hotel,
dan lain-lain, selain itu bank card juga dapat digunakan untuk penarikan uang di berbagai tempat
misalnya ATM, minimarket, dll.9

f. Safe Deposit Box


Safe deposit box adalah jasa yang diberikan bank untuk menyimpan dokumen-dokumen
penting maupun barang-barang berharga lainnya. Jadi bank akan menyediakan tempat untuk
menyimpan barang- barang tersebut supaya aman, Safe deposit box biasanya berbentuk kotak
dengan ukuran tertentu yang disewakan ke nasabah untuk menyimpan barang milik nasabah
tersebut. Dan selanjutnya nasabah yang menggunakan jasa Safe deposit box akan diberikan kunci
akses brangkas tersebut. Barang yang bisa disimpan juga beragam, mulai dari sertifikat, saham,
obligasi, ijasa, paspor, emas, mutiara, berlian, dan
8 Dr. Kasmir, 2013, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta:Rajawali Pers) hal. 128-153

9 Dwi Astuti,Dani,2015. Bank dan Lembaga KeuanganLainnya.Edisi 2015.Yogyakarta: Penerbit

WR
sebagainya. Adapun barang yang tidak diperbolehkan untuk di simpan di Safe deposit box adalah
bahanbahan peledak, narkotika, dan lain sebagainya yang melanggar hukum.10

Keuntungan bagi nasabah yang menggunakan Safe deposit box adalah:

a. Terjaminnya kerahasian dari barang yang di simpan selama barang yang di simpan tidak
melanggar aturan yang sudah ditentukan oleh bank yang yang memberikan jasa Safe deposit box
tersebut

b. Keamanan barang terjamin karna:

- Tempat penyimpanan dilengkapi peralatan yang canggih dan keamanan yang baik

- Safe deposit box terbuat dari baja yang kuat dan tahan api

- Pembukaan brangkas tidak bisa dilakukan oleh salah satu pihak saja, karna ada dua kunci
untuk membuka brangkas tersebut yang semuanya dipegang nasabah dan perbankan, sehingga
jika membuka brangkas tersebut harus dilakukan oleh perbankan dan nasabah yang
bersangkutan.

g. Travellers Cheque

Travellers Cheque dikenal dengan nama cek wisata atau cek perjalanan yang biasanya
digunakan oleh mereka yang hendak berpergian atau sering dibawah oleh turis. Travelers cheque
diterbitkan dalam pecahan-pecahan tertentu seperti halnya uang kartal dan diterbitkan dalam
mata uang rupiah dan mata uang asing.

Penggunaan travellers cheque dapat dibelanjakan di berbagai tempat terutama di mana bank
yang mengeluarkan travellers cheque tersebut melakukan pengikat dan perjanjian. Disamping
itu, travelers cheque juga dapat diuangkan di berbagai bank.

Travellers cheque yang diterbitkan dalam mata uang asing dalam setiap transaksinya baik
transaksi penjualan maupun traksaksi pencairan menggunakan kurs. Kurs yang digunakan baik
dalam pembelian maupun penjualan travelers cheque valas adalah kurs devisa umum.
Keuntungan serta manfaat penggunaan travellers cheque terutama bagi mereka yang suka
berpergian / berwisata antara lain sebagai berikut.

a. Memberikan kemudahan berbelanja, karena travellers cheque dapat dibelanjakan atau


diuangkan di berbagai tempat.

10 Thomas Suyatno. Dkk, Kelembagaan Bank, (Jakarta: Gramedia, 2003), hal. 53.
b. Mengurangi risiko kehilangan uang karena setiap travellers chaque dilayani secara diganti.
c. Memberikan rasa percaya diri, karena si pemakai travellers cheque dilayani secara prima
d. Dapat dijadikan cedera mata atau pun hadiah buat teman kolega atau nasabah
e. Biasanya untuk pembelian travellrs cheque, tidak dikenakan biaya, begitu pula pada
saat pencairannya, namun hal ini sangat tergantung kepada bank yang menerbitkannya.

Jenis-jenis travellers cheque yang beredar dapat di lihat dari segi mata uang antara lain :

-
Travellers chaque mata uang rupiah

-
Travellers chaque dalam vulta asing yang diterbitkan oleh bank yang bersetatus bank devisa.11

h. Letter of Credit
Letter of credit (L/C) merupakan salah satu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat
untuk memperlancar arus barang (ekspor-impor) termasuk barang dalam negeri (antar pulau).
Kegunaan letter of credit adalah untuk menampung dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan dari
pihak pembeli (importer) maupun penjual (eksportir ) dalam transaksi dagangannya.

Pengertian secara umum L/C merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan
nasabah (biasanya importir) untuk menyediakan dan membayar sejumlah uang tertentu untuk
kepentingan pihak ke tiga (penerima L/C atau eksportir). L/C sering disebut dengan kredit
berdokumen atau documentary credit.

Pembukaan L/C oleh importer dilakukan nasabah melalui bank yang disebut opening bank
atau issuing bank sedangkan bank eksportir merupakan bank pembayar terhadap barang yang
diperdagangkan. Dalam hal ini eksportir berhubungan dengan bank pembayar atau disebut
advising bank.12

i. Bank Garansi dan Referensi Bank

Bank garansi merupakan jasa yang diberikan oleh perbankan untuk memberikan jaminan
terhadap perseorangan, perusahaan ataupun lembaga dalam bentuk surat sertifikat jaminan.
Pemberian jaminan tersebut diberikan untuk memberi jaminan terhadap pihak penerima jaminan
atas hak-hak yang mereka dapatkan dari pihak yang dijamin. Sehingga bank akan
bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban

11 https://delianoviani.wordpress.com/2017/06/08/-kegiatan-dan-jasa-jasa-bank-umum/

12 Latumaerisa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat
tersebut seandainya yang dijamin tidak dapat memenuhi kewajibannya di kemudian harinya
sesuai perjanjian yang telah disepakati di awal. Adapun tujuan dari bank garansi antara lain
adalah:

a. Bank garansi memberikan rasa aman kepada pemegang jaminan bahwa mereka tidak akan
dirugikan dikemudian hari jika proyek yang mereka inginkan tidak terlaksana karna akan
mendapatkan ganti rugi dari bank yang menjamin sebelumnya

b. Bank garansi akan menimbulkan rasa percaya antara pemberi jaminan, penjamin, dan yang
menerima jaminan karna tidak ada yang saling dirugikan di kemudian hari. Dan kepercayaan ini
akan diikat dalam sebuah perjanjian yang dibuat untuk kenyamanan bersama

c. Bagi pihak bank dengan memberikan jasa bank garansi mereka akan mendapatkan
keuntungan dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nasabah karna menggunakan jasa bank
garansi tersebut, dan bank tidak akan merugi apabila yang dijamin lalai menjalankan
kewajibannya karna mereka yang di jamin menaruh jaminannya di bank yang bersangkutan.

Biaya-biaya yang akan diperoleh oleh bank dari transaksi-transaksi jasa bank garansi ini adalah
salah satu keuntungan yang akan diperoleh bank atas jasa yang sudah diberikan sebagai penjamin
tersebut. Biaya ini sebagai kompensasi untuk perbankan sebagai resiko yang akan di hadapi oleh
perbankan di kemudian hari, biaya-biaya tersebut bisa berupa:

a. Biaya provisi Biaya provisi merupakan biaya yang harus dibayarkan atas balas jasa terjamin
karna sudah menggunakan jasa bank garansi tersebut. Besarnya provisi ditentukan berdasarkan
penggunaan bank garansi dan ditetapkan berdasarkan presentase. Pemerintah melalui bank
Indonesia menerapkan besarnya provisi bank garansi secara umum tanpa membedakan tujuan
penggunaan bank garansi.
b. Biaya administrasi Biaya yang dikeluarkan oleh pemohon untuk memenuhi administrasi yang
ada, dan besarnya ditentukan oleh bank yang bersangkutan.
c. Bea materai Bea materai adalah biaya materai yang akan ditempelkan di surat perjanjian bank
garansi yang akan ditandatangani oleh bank dan pihak terjamin sesuai kesepakatan sebelumnya.

j. Memberikan jasa-jasa di Pasar Modal

Di dalam pasar modal pihak perbankan mempunyai peranan yang sangat besar dalam rangka
memajukan perkembangan pasar modal. Perbankan mendukung setiap kegiatan yang ada demi
kelancaran transaksi pasar modal di bursa efek.
Jasa-jasa bank yang diberikan dalam rangka mendukung kelancaran transaksi di pasar
modal antara lain :

-
Penjamin emisi ( underwriter )

-
Penjamin ( guarantor )

-
Wali amanat ( trustee )

-
Perusahaan pengelola dana ( investment company )13
k. Menerima Setoran-Setoran
Jasa ini diutamakan untuk membantu nasabahnya dalam mengumpulkan setoran atau
pembayaran lewat bank, setoran atau pembayaran yang biasa diterima oleh bank antara lain :

-
Pembayaran listrik

-
Pembayaran telepon

-
Pembayaran pajak

-
Pembayaran uang kuliah

-
Pembayaran rekening listrik

-
Setoran ONH

l. Melakukan Pembayaran

Selain menerima jasa penerimaan setoran, perbankan juga memberikan fasilitas jasa
berupa pembayaran-pembayaran. Adapun pembayaran yang diberikan oleh perbankkan meliputi:

a. Gaji

b. Pensiun
c. Bonus

d. Hadiah

e. Deviden14

13 http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-umum-dalam-
perekonomian/www.bi.go.id

14 http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-umum-dalam-

perekonomian/www.bi.go.
Kesimpulan

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan


pemberian jasa-jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan dana.

Adapun keuntungan yang diperoleh dari jasa-jasa bank ini antara lain :

a) Biaya administrasi
b Biaya kirim
c) Biaya tagih

d) Biaya provisi dan komisi

e) Biaya sewa

f) Biaya iuran

g) Biaya lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Hoggson, N. F. (1926) Banking Through the Ages, New York, Dodd, Mead &
Company. Buchari Alma, 2004, Kewirausahaan, Bandung, Penerbit
Alfabeta.
Raharjo,Ari,2015.Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank di Indonesia. Edisi Pertama 2015.
Jakarta:

Penerbit UI Press

http://azay-ste.blogspot.com/2011/04/bank-dan-lembaga-keuangan-lainnya-jasa.html

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Dasar-Dasar perbankan. PT Bumi Aksara.


Jakarta http://butuhbelajar.blogspot.com/2011/03/jasa-jasa-bank-
fee-base-income.html
Kasmir.2000.Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Dr. Kasmir, 2013, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta:Rajawali Pers) hal. 128-153

Dwi Astuti,Dani,2015. Bank dan Lembaga KeuanganLainnya.Edisi 2015.Yogyakarta:


Penerbit WR Thomas Suyatno. Dkk, Kelembagaan Bank, (Jakarta: Gramedia, 2003),
hal. 53. https://delianoviani.wordpress.com/2017/06/08/-kegiatan-dan-jasa-jasa-
bank-umum/
Latumaerisa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat

http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-
umum-dalam- perekonomian/www.bi.go.id

http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-
umum-dalam- perekonomian/www.bi.go.id

BAB X
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen sumber daya manusia bukanlah suatu yang baru dilingkungan suatu
organisasi, Khususnya dibidang bisnis. Dimana sumber daya manusia adalah potensi
yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material / non finansial ) di
dalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata ( real ), secara fisik
dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi pada setiap perusahaan, faktor
sumber daya manusia merupakan bagian yang cukup penting dalam mencapai tujuan
organisasi, baik itu perusahaan besar maupun kecil jadi bagaimana pun perusahaan
memiliki peralataan yang modern dengan teknologi tinggi, manusia merupakan faktor
penggerak, tanpa manusia suatu perusahaan tidak akan berfungsi. Tujuan memahami dan
mempelajari manajeman sumber daya manusia sebagai suatu pengetahuan yang
diperlukan untuk memiliki kemampuan analisis dalam menghadapi masalah – masalah
sumber daya manusia khususnya dibidang organisasi, karena setiap organisasi memiliki
tiga komponen pokok yaitu personalia, fungsi dan faktor fisik yang merupakan sarana
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan produktifitas yang
maksimal yang tidak mungkin lepas kaitannya dengan manusia, dimana hidup manusia
dapat tercukup i dengan cara berkerja dan mendapatkan dengan kemampuan fisik dan
skis dan manusia itu sendiri.
Salah satu peran manajer personalia adalah pengembangan yang berupa peningkatan
ketrampilan melalui pengalaman kerja tenaga kerja guna meningkatakan produktifitas
kerja. Hal merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan akan terus menerus tumbuh
karena perkembangan teknologi. Reorganisasi perkerjaan dan tugas manajemen yang
sangat rumit. Dengan adanya pendidikan dan pengalaman kerja tersebut maka diharapkan
akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memberikan
kontrabusi yang baik dalam pencapaian tujuan perusahaan. Melalui pelatihan ini juga
perusahaan dapat memiliki karyawan yang memiliki kompentensi untuk bersaing,
terlebih lagi persaingan global dan tuntutan konsumen yang semakin beragam. Sebagai
manifestasi dan fungsi pengembangan tenaga kerja, sumber daya manusia yang memiliki
organisasi harus diberi latihan pada pendidikan
yang terbaik. Program pendidikan dan pengalaman merupakan proses berlanjut karena
munculnya kondisi – kondisi baik perkembangan teknologi, perkembangan ekonomis dan
non ekonomis dalam perusahaan mengantisipasi adanya perkembangan – perkembanagan
lain, kondisi – kondisi baru, mendorong perusahaan untuk menyusun program latihan
secara menyeluruh.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sdm ialah pengembangan sumber daya manusia yang berfungsi melakukan
perencanaan sumber daya manusia, penerapan, perekrutan, pelatihan, pengembangan karir
karyawan atau pegawai serta melakukan inisiatif terhadap pengembangan organisasional sebuah
organisasi atau perusahaan.
Pada dasarnya, tidak ada perusahaan yang tidak membutuhkan manajemen SDM atau istilah
kerennya Human Resource (HR). Bagian Human Resource itulah yang bertanggung jawab untuk
mengurus berbagai kebutuhan perusahaan yang terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
termasuk di dalamnya ada Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sehingga semua
kegiatan atau pekerjaan berjalan dengan lancar dan lebih efisien.
Dalam menjalankan kegiatan baik di organisasi atau perusahaan, dibutuhkan sumber daya
manusia yang kompeten di bidangnya masing-masing. Dalam menjalankan kegiatan di sebuah
perusahaan atau organisasi juga diperlukan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) agar
kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik dan mencapai target yang diinginkan.

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menjadi salah satu bidang dari manajemen umum,
seperti manajemen keuangan, manajemen pemasaran, serta manajemen operasi. Manajemen
sumber daya manusia ini menjadi bidang kajian penting dalam perusahaan karena problem yang
dihadapi perusahaan bukan hanya persoalan bahan mentah, modal, alat kerja, dan produksi saja,
tetapi juga problem sumber daya manusia yang notabene adalah pihak yang menjalankan dan
mengelola faktor-faktor produksi sekaligus merupakan tujuan dari kegiatan produksi itu sendiri.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah “Personnel management is the
planning organizing, directing, and controlling of the procurement, development, compensation,
integration, and maintenance of the people for the purpose of contributing to organizational,
individual and social goals” (Flippo: 1976). Dikatakan juga oleh Rivai (2005), adanya
manajemen sumber daya manusia sangat penting
bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan sumber daya manusia
sehingga bisa berfungsi secara efektif, produktif, serta efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pendapat Mondy dan Noe, manajemen sumber daya manusia atau human resource management
merupakan pendayagunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemudian
Anthony, Kacmar, dan Parrewe (2002) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia
memiliki berbagai macam tugas berkaitan dengan usaha untuk memiliki, melatih,
mengembangkan, memotivasi, mengorganisasi, dan memelihara karyawan perusahaan.
Diungkapkan oleh Cascio (2003) bahwa setiap manajer yang bertanggung jawab terhadap
sumber daya manusia harus memperhatikan hal-hal seperti pengangkatan staf, mempertahankan
karyawan, pengembangan karyawan, menjaga ketaatan dan ketertiban karyawan, serta
meningkatkan kemampuan perusahaan. Manajemen sumber daya manusia ialah pendekatan
strategic serta berhubungan untuk mengelola aset paling berharga milik perusahaan yaitu orang-
orang yang bekerja di dalam perusahaan baik secara individu maupun tim dalam rangka
memberikan sumbangan untuk mencapai visi perusahaan. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) meliputi kemampuan dan potensi yang dimiliki
pimpinan dan karyawan dalam sebuah perusahaan. Karyawan tidak boleh diperlakukan sebagai
mesin dan perlu disadari bahwa karyawan adalah mempunyai potensi dan bakat yang terus dapat
dikembangkan untuk kepentingan perusahaan. Setelah dikembangkan maka pimpinan perlu
menciptakan suasana yang kondusif untuk dapat mengaplikasikan kemampuannya dalam
perusahaan. 1

Maksud dan Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk mengoptimalkan kegunaan dari seluruh
pekerja dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Selain itu tujuan manajemen sumber daya
manusia juga dapat diartikan sebagai sarana membantu para manajer fungsional atau manajer lini
supaya mampu mengelola seluruh pekerja dengan cara-cara yang lebih efektif.

- Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Barry Cushway, penulis buku Human
Resource Management (1996):
1
https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-sdm/
Terdapat lima macam tujuan manajemen sumber daya manusia menurut Cushway, Kelima tujuan
manajemen tersebut meliputi:

1. Membuat kebijakan dan pertimbangan. Tujuan manajemen adalah untuk membuat sebuah
perusahaan memiliki motivasi kerja tinggi maka dibutuhkan suatu kebijakan dimana memberi
pertimbangan yang kemudian diputuskan oleh pihak manajer.

2. Membantu perusahaan mencapai tujuan

3. Memberikan dukungan

4. Menyelesaikan masalah

5. Media komunikasi terbaik

- Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Sedarmayanti, penulis buku Sumber Daya
Manusia Dan Produktivitas Kerja (2009):

Tujuan manajemen sumber daya manusia terdapat 4 tujuan, yakni:

1. Tujuan Sosial Tujuan ini adalah organisasi bertanggung jawab secara social terhadap
tantangan dan keperluan yang terjadi di masyarakat khususnya diruang lingkup organisasi dan
mengurangi efek dampak negative atau merugikan yang akan muncul.

2. Tujuan Organisasional

Tujuan manajemen sebagai organisasional adalah sasaran-sasaran formal yang disusun guna
membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tujuan ini mengenalkan bahwa manajemen
sumber daya manusia itu ada (exist).

3. Tujuan Fungsional

Tujuan manajemen sumberdaya manusia selanjutnya adalah tujuan fungsional atau functional
objective. Yakni untuk mempertahankan konstribusi dari sumber daya manusia ditiap
departemen perusahaan yang dibutuhkan. Sumber daya tersebut dipelihara agar memberikan
konstribusi yang optimal.
4. Tujuan Individu Atau Tujuan Pribadi

Dalam organisasi juga harus diperhatikan oleh setiap manajer, terutama manajemen sumber daya
manusia, dan harus diarahkan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan (overall,
organizational objectives).

Dengan demikian tujuan personal atau individual setiap anggota organisasi harus diarahkan pula
untuk tercapainya tujuan organisasi. Tujuan individu digunakan sebagai motivasi para karyawan
untuk lebih berkontribusi dalam melaksanakan tugasnya di dalam organisasi.

Sebagai suatu ilmu, konsep manajemen bersifat universal. Sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor kunci dalam perubahan dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi
dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan.

Referensi: https://www.liputan6.com/citizen6/read/3872204/tujuan-manajemen-sumber-
dayamanusia-berikut-pengertian-dari-para-ahli

Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Secara konseptual, SDM merupakan usaha untuk memproduksi barang/jasa yang dapat dilakukan
oleh manusia dalam proses produksi. Arti SDM/HR adalah mencari Manusia yang mampu
bekerja untuk memberikan jasa/usaha atau pekerjaan/nilai ekonomis. Konsepnya terdiri dari:

1. Kualitas SDM (Non fisik)

2. Kuantitas SDM (fisik) biasanya diukur dengan usia.

Aspek Kuantitas menyangkut jumlah (Tenaga Kerja), yang kontribusinya kurang penting dalam
pembangunan, bahkan dapat menjadi beban pembangunan sdm bila kualitasnya rendah,
SDM/HR dapat di lihat.
Aspek Kualitas menyangkut mutu SDM, baik kemampuan fisik dan non fisik (kecerdasan dan
mental spiritual) Oleh karena itu, untuk kepentingan akselarasi pembangunan maka peningkatan
kualitas SDM merupakan prasyarat utama.
Setidaknya ada tiga konsep tentang SDM yaitu:

1. SDM sebagai manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut


karyawan/pegawai/tenaga kerja/personil).

2. SDM sebagai potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan


eksistensinya.

3. SDM merupakan potensi yang merupakan aset/harta yang berfungsi sebagai modal
non material/non-finansial di dalam organisasi (baik organisasi bisnis, sosial, politik)
yang dapa diwujudkan menjadi potensi nyata/kongrit secara fisik (Nawawi,2000)

SDM pada dasarnya merupakan sumber daya (resources) yangsangat menentukan dan memiliki
posisi strategis dalam organisasi, karena SDM memiliki akal, perasaan,
keinginan,kebutuhan,pengetahuan, keterampilan, motivasi, prestasi dsb.

Referensi: https://ekonomimanajemen.com/konsep-dasar-manajemen-sumber-daya-manusia/

Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen SDM perbankan harus menyadari bahwa karyawan merupakan suatu asset yang
dimiliki oleh organisasi demi mewujudkan dan mencapai tujuan organisasi. Asset ini
merupakan asset yang paling sulit untuk diolah atau dikembangkan karena tiap karyawan
mempuntyai karakteristik yang berbeda dan terus berubah dari waktu ke waktu. Sumber daya
manusia merupakan asset yang paling dapat diandalkan untuk mencapai tujuan organisasi.

Keberhasilan suatu instansi pelayanan terletak pada kepuasan konsumen, perbankan dalam
hal ini nasabah merupakan suatu tolok ukur keberhasilan bank dalam mengelola dan
mencetak karyawan yang kompeten.

Manajemen sumber daya manusia yang dimiliki oleh perbankan biasanya terbagi menjadi 2
yakni bidang yang mengurusi rekrutmen dan pengembangan sumber daya manusia dan yang
mengurusi administrasi sumber daya manusia. Yang perlu mendapat perhatian utama dalam
hal ini adalah rekrutmen dan pengembangan sumber daya manusia. Mereka lah yang
mengurusi dan menilai kinerja tiap pegawai dimana dalam suatu bank tentunya karyawan
yang dimiliki tidak sedikit.

Di era modern ini, sumber daya manusia merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam menentukan masa depan perbankan. Untuk dapat bersaing dengan perbankan lainnya,
pendapat masyarakat terhadap kinerja para karyawan dan kualitas pelayanan yang diberikan
oleh para karyawannya merupakan sorotan utama.

Sekali lagi, pengembangan sumber daya manusia perlu kembali dipertimbangkan menjadi hal
yang penting. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa pengembangan sumber daya
manusia harus diperhatikan oleh manajemen SDM bank.

1. Kontribusi

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa karyawan merupakan kunci utama keberhasilan suatu
instansi yang bergerak dalam pengutamaan pelayanan.

Tanpa pelayanan kepada nasabah yang memuaskan, suatu bank bisa saja tidak dapat menjadi
bank yang mempunyai banyak nasabah sekalipun disediakan berbagai hadiah dan iming-
iming ala bank bahkan dengan karyawan yang kompeten dalam bidang teknisnya pun tidak
akan terlalu banyak membantu.

Yang diperlukan adalah mempunyai karyawan yang cerdas dalam bidang teknis sekaligus
juga mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga dapat melayani nasabah
dengan baik.

Karyawan merupakan asset yang dapat berkontribusi paling besar dalam menentukan
tercapainya tujuan organisasi dan sekaligus menjadi penjamin kelangsungan organisasi di
tengah persaingan ketat berbagai organisasi di era globalisasi ini. Akan tetapi, jika tidak hati-
hati, asset yang satu ini justru bisa menjadi boomerang bagi bank.

Pengembangan sumber daya manusia haruslah dilakukan secara terus menerus dengan
berbagai pendidikan dan latihan agar pelayanan kepada nasabah semakin terjamin. Dengan
memberikan kontribusi kepada karyawan bank berupa pendidikan dan pelatihan, karyawan
diharapkan dapat memberikan kontribusi juga kepada bank dengan memberikan pelayanan
sebaik mungkin kepada nasabah.
2. Persaingan

Hal yang menjadi pertimbangan utama bidang sumber daya manusia adalah dengan
sadarnya bank atas persaingan ketat antar bank yang semakin ketat saja di Indonesia ini.
Terlebih lagi sekarang ini masyarakat jauh lebih selektif dan kritis dalam memilih bank
dimana mereka akan menjadi nasabahnya.

Pengembangan sumber daya manusia diharapkan mampu membimbing karyawan untuk


memberikan pelayanan sesuai dengan standard an seperti yang diinginkan oleh nasabah.
Dengan adanya pendidikan dan pelatihan, diharapkan karyawan dapat semakin berkembang
dan mendukung kegiatan pengembangan sumber daya alam yang dilakukan oleh manajemen
sumber daya manusia.

Bank yang mampu bersaing adalah bank yang mampu menarik simpati dan kepercayaan dari
para nasabahnya. Sedangkan karyawan adalah pihak yang berhubungan langsung dengan
para nasabah. Oleh karenanya, karyawan merupakan kunci keberhasilan dalam persaingan
suatu bank. Dengan memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan, diharapkan nasabah
akan loyal kepada bank.

Disamping itu, pemberian insentif dan detensi kepada karyawan juga akan menjadi pemicu
bagi karyawan Anda untuk meningkatkan kinerja mereka. Di satu sisi mereka terpacu dengan
hadiah yang diberikan sekaligus takut jika ada penurunan kinerja karena adanya detensi oleh
manajemen SDM bank. 2

Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

3. Perencanaan Pegawai

Perencanaan sumber daya manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan organisasi.


Ketika suatu perusahaan telah memiliki struktur organisasi sesuai dengan tujuannya, tugas
bagian HR untuk kemudian menerjemahkannya ke dalam uraian jabatan dan juga spesifikasi
kompetensi dari pegawai yang akan mengisi organisasi tersebut.

2
https://ilmumanajemensdm.com/strategi-dan-cara-mengelola-manajemen-sdmbank/
4. Rekrutmen

Schermerhorn mengemukakan bahwa fungsi dari rekrutmen adalah mengumpulkan kandidat


yang sesuai dengan jabatan atau spesifikasi kompetensi tertentu untuk mengisi jabatan yang
kosong dalam perusahaan.

Strategi MSDM harus diterapkan dengan baik agar mendapatkan karyawan atau pegawai yang
berkualitas. 3.Seleksi

Kegiatan seleksi dilakukan setelah terkumpul sekelompok orang dalam proses rekrutmen.

Proses inilah yang akan menentukan orang mana yang paling sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.

HRD adalah divisi yang berperan dalam menjalankan fungsi manajemen sdm dalam hal seleksi
karyawan juga menggunakan alat seleksi seperti Kraeplin, Pauli, dan Papikostick.

4. Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan

Orientasi adalah masa adaptasi pegawai baru untuk dapat mengerjakan pekerjaan barunya.

Sementara pelatihan adalah suatu proses pembelajaran untuk memperoleh suatu keahlian,
peraturan, konsep atau sikap untuk meningkatkan kinerja para pegawai yang dilakukan di luar
tempat kerjanya.

Sementara pengembangan adalah proses peningkatan kemampuan pegawai yang dilakukan di


dalam tempat kerja.

Contoh pengembangan adalah: mentoring, coaching, pengayaan pekerjaan, rolling, dll.


Jadi peran HR Manager atau Human Resource Manager adalah tidak hanya dalam hal rekrutmen
saja, namun ada juga pengembangan skill pegawai dan karyawan di perusahaan.

5. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja berfungsi untuk membandingkan apakah kinerja pegawai dalam periode berjalan
telah sesuai dengan target yang telah disepakati bersama.
Di dalam penilaian kinerja terdapat fungsi pemantauan dan fungsi pelaporan.

Hal ini berguna untuk koreksi baik di pihak pegawai maupun organisasi, sehingga dapat
meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

6. Penghargaan dan Kompensasi

Kompensasi diberikan sebagai balas jasa, kompensasi bisa berbentuk uang ataupun barang
kepada karyawan.

Sementara penghargaan adalah insentif bagi pegawai yang telah memberikan kinerja melebihi
target atau melaksanakan prestasi tertentu.

Strategi MSDM terkait fungsi msdm penghargaan dan kompensasi harus diterapkan dengan adil
untuk menjaga karyawan agar tetap semangat bekerja.

7. Pengintegrasian

Maksud dari fungsi manajemen sdm ini adalah, bagian HR harus menyelaraskan kepentingan
perusahaan dengan kebutuhan para pegawai.

Dengan pengintegrasian ini diharapkan tercipta motivasi kerja serta kerjasama yang pada
akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. 3

Manfaat Mempelajari Manajemen SDM

Sumber daya Manusia (SDM) merupakan aset penting dalam sebuah perusahaan sehingga hal ini
perlu dirancang secara efektif. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari manajemen sumber
daya manusia (P. Siagian: 1994) antara lain:
a. Perusahaan dapat memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah ada secara baik
Manajer sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan perlu memperhatikan kelebihan serta
kekurangan yang dimiliki perusahaan seperti, jumlah karyawan yang tersedia, masa kerja
masing-masing, pengetahuan serta skills yang dimiliki, bakat yang perlu dikembangkan, serta
minat karyawan yang bersangkutan.

3
http://eprints.binadarma.ac.id › ...PDFWeb resultsManajemen Sumber Daya Manusia – Bina
Darma e-Journal
b. Produktivitas dari karyawan yang sudah ada semakin meningkat

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang baik tentu akan proporsionalitas dalam
penempatan formasi karyawan. Terlalu banyak karyawan juga tidak baik untuk perusahaan dan
bisa berdampak penurunan semangat karyawan. Kekurangan karyawan juga tidak baik untuk
perusahaan akan akan mengakibatkan pekerjaan terhambat. Jadi harus tepat.

c. Penentuan kebutuhan tenaga kerja atau karyawan

Kebutuhan akan tenaga kerja di masa mendatang baik dalam arti jumlah maupun kualifikasinya
untuk mengisi formasi tertentu dan menyelenggarakan aktivitas baru

Perusahaan yang sudah besar perlu memiliki perencanaan yang strategik. Pemanfaatan serta
kebutuhan sumber daya manusia pada masa mendatang bisa meliputi, jumlah karyawan yang
dipromosikan menduduki jabatan yang lebih tinggi, berapa lowongan yang kosong, jumlah
karyawan yang dibutuhkan dalam waktu tersebut, hingga jumlah kebutuhan pegawai yang
berkualitas.

d. Penanganan informasi ketenagakerjaan

Penanganan informasi sumber daya manusia yang dimiliki bisa meliputi, masa kerja setiap
karyawan, status perkawinan, tunjangan, jumlah penghasilan, Pendidikan dan pelatihan yang
pernah ditempuh, keterampilan khusus yang dimiliki karyawan, dan jabatan yang pernah
diduduki.

e. Penelitian

Sebelum melakukan perencanaan, maka diperlukan penelitian. Termasuk penelitian mengenai


Manajemen Sumber Daya Manusia. Hal ini dilakukan guna mendapatkan gambaran serta
keterangan yang akurat untuk menjadi landasan dalam aktivitas manajemen sumber daya
manusia. 4
2. Tujuan Manajemen SDM
Tujuan manajemen sumber daya manusia pada masing-masing perusahaan bersifat variatif.
Menurut Ulrich dan Lake (1990) sistem manajemen sumber daya manusia dapat menjadi

4
https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-sdm/#Manfaat_Manajemen_SDM
sumber kapabilitas perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk terus belajar
memperagakan peluang baru.

Cushway memberikan pendapat bahwasanya tujuan manajemen sumber daya manusia adalah
memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan sumber daya manusia untuk
memastikan bahwa perusahaan memiliki karyawan atau pegawai yang memiliki kinerja tinggi,
selalu siap mengatasi perubahan, serta memenuhi kewajiban sebagai pekerja secara legal.

Tidak hanya itu, tujuan selanjutnya adalah menerapkan dan menjaga semua kebijakan dan
prosedur sumber daya manusia yang memungkinkan perusahaan mampu mencapai tujuannya.

Namun, secara khusus manajemen sumber daya manusia ini memiliki tujuan sebagai berikut:


Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi proses perekrutan, seleksi,
sistem insentif, serta pengembangan manajemen dan aktivitas pelatihan yang terkait dengan
kebutuhan perusahaan.

Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa
karyawan atau pegawai adalah stakeholder dalam perusahaan yang bernilai dan membantu
mengembangkan iklim kerja sama dan kepercayaan Bersama.

Memastikan bahwa persamaan kesempatan tersedia untuk semua, artinya ada keterkaitan
saling menguntungkan antara perusahaan dengan karyawan.

Memastikan bahwa karyawan atau pegawai dinilai serta dihargai atas apa yang telah
dikerjakan dan dicapai.

Mempertahankan serta memperbaiki kesejahteraan fisik serta mental pegawai atau karyawan.

Menciptakan iklim yang humanis, harmonis, serta produktif yang dapat dipertahankan antara
manajemen dengan karyawan atau pegawai. 5

3. Proses tahapan manajemen sumber daya manusia pada perbankan syariah.

Bank Syariah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia memiliki strategi dalam
manajemen sumber daya manusia. Adapun yang dilakukan oleh Bank Syariah dalam strategi
manajemen sumber daya manusia adalah :
5
https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-sdm/#Tujuan_Manajemen_SDM
1. Proses Perencanaan (Planning)

Dalam hal perencanaan, bank syariah sudah memiliki standar mengenai

Kebutuhan pegawai di kantornya. Penambahan SDM terjadi jika bagian Sumber Daya Insani
(SDI) menerima laporan dari kantor pusat atau KC yang menyatakan bahwa KC tersebut
membutuhkan tambahan karyawan, atau jika terdapat perencanaan untuk ekspansi perusahaan.
Dalam membuat perencanaan tersebut, bagian SDI akan melakukan koordinasi dengan
operational officer di kantor cabang yang membutuhkan karyawan maupun dengan SDI lainnya
mengenai pendistribusian SDM yang dibutuhkan.

2. Proses Perekrutan (Recruitment)

Untuk mendapatkan karyawan yang baik maka perusahaan melakukan seleksi dimulai ketika
pelamar mengajukan surat lamaran pekerjaan ke perusahaan, dan berakhir pada saat dilakukan
keputusan pengangkatan. Surat lamaran diproses untuk menentukan pelamar tersebut layak atau
tidak layaknya sebagai calon pegawai perusahaan. Dalam setiap tahapan seleksi diberlakukan
sistem gugur. Seleksi ini merupakan proses dalam mencari tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Seleksi karyawan pada Bank Syariah tidaklah mudah karena untuk menentukan
karyawan yang produktif harus dengan seleksi yang baik pula. Jika seleksi dilakukan secara
benar maka karyawan yang produkif adalah bukti dari seleksi yang baik. Perilaku produktif
karyawan sangat penting pada Bank Syariah karena pegawai yang seperti ini merupakan aset
perusahaan, yang selalu berusaha meningkatkan diri dalam perusahaannya, dan akan menunjang
pencapaian produktivitas perusahaan.

3. Proses Pendidikan dan Pelatihan

Salah satu kunci penting untuk menjaga kualitas kinerja Bank Syariah adalah mengembangkan
dan mendidik karyawan secara Berkesinambungan. Bank Syariah memiliki komitmen yang
tinggi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Langkah yang dilakukan Yaitu
dengan pelatihan dan pengembangan untuk skill karyawan tersebut. Skill yang dikembangkan
meliputi hard skill dan soft skill. Hard skill Merupakan keterampilan seperti pengetahuan dan
kemampuan teknis yang Berhubungan dengan kompetensi inti untuk setiap bidang keilmuan
kelulusan.

4. Kompensasi (Compensation)
Dalam hal kompensasi, bank syariah memberikan gaji setiap bulan kepada Karyawannya yang
bekerja, dan sebuah penghargaan untuk pegawai yang Statusnya pegawai tetap. Beberapa hal
yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam memberikan gaji yaitu, tunjangan grade,
performa, serta Lama bekerja. Bank syariah pun memiliki sistem bonus dan reward untuk para
Karyawannya.

5. Pemeliharaan (Maintenance)

Bank Syariah selalu melakukan penilaian terhadap karyawannya Setiap triwulan atau tiga bulan
sekali yang dapat dijadikan pertimbangan Untuk memberikan apresiasi dan peringatan bagi
karyawan tersebut, juga Terdapat penggantian biaya pengobatan bagi seluruh karyawan,
pengecekan Kesehatan saat tahap penyeleksian, penyediaan minuman susu bagi teller agar
Terjaga dari kemungkinan racun yang diakibatkan saat menghitung uang, dan Memberikan
jaminan asuransi Manulife khusus bagi pegawai tetap.

6. Pemutusan Tenaga Kerja (Separation)

Exit system atau PHK merupakan bagian dari tugas manajemen sumber Daya manusia yang
berfungsi untuk pengelolaan cuti, skorsing, pemecatan Hingga pensiun. Untuk cuti karyawan
diberikan jatah cuti dalam satu tahun Sebanyak 12 kali termasuk cuti nasional. Sedangkan sistem
pensiun di Bank Syariah sama dengan perusahaan lainnya batas maksimum umur Pegawai
adalah 55 tahun.

.I. Kendala dan Tantangan yang dihadapi Bank Syariah dalam Penerapan Strategi
Manajemen Sumber Daya Manusia

Kebutuhan bank syariah akan sumber daya manusia yang memiliki basis Skills ekonomi
keuangan syariah yang bermutu dan kompeten sangatlah Tinggi. Pertumbuhan dan
perkembangan bank syariah yang cepat tentu Sangat mengembirakan, namun juga menghadapi
sejumlah kendala Beberapa kendala yang dialami bank syariah pun harus diidentifikasi agar
Kendala yang nantinya muncul dalam penerapan strategi manajemen sumber Daya manusia
dapat diatasi. Beberapa kendala yang dihadapi Bank Syariah dalam penerapan strategi
manajemen sumber daya manusia Seperti halnya kendala-kendala yang dihadapi bank syariah
yang lain, Diantaranya adalah :
a. Sumber Daya Manusia

Tidak memadai serta tidak imbangnya sumber daya manusia yang Memiliki latar belakang
disiplin ilmu bidang keuangan syariah dengan Banyaknya bank syariah yang ada. Terbatasnya
sumber daya manusia yang Memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam perbankan syariah masih
Langka, baik di level menengah dan atas (direksi, kepala divisi dan kepala Cabang), maupun di
level bawah. Sumber daya manusia yang memiliki Basis skills ekonomi keuangan syariah sangat
jarang bahkan sulit Didapatkan. Basis skills ekonomi keuangan syariah sangat penting sebagai
Pondasi dalam melangkah dan berkecimpung di perbankan syariah. Apabila pengetahuan dan
kemampuan tersebut tidak dimiliki, dapat dipastikan sumber daya manusia yang ada tidak
mampu menghadapi Tantangan dalam perbankan syariah yang saat ini berjalan semakin ketat.

b. Kurangnya akademisi perbankan syariah yang bisa memperkenalkan Kajian-


kajian perbankan yang berbasis Islam

Keberhasilan pengembangan perbankan syariah bukan hanya Ditentukan oleh keberhasilan


pertumbuhan atau banyaknya pembukaan Jaringan kantor, tetapi juga sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya Insani para pelaku atau praktisi perbankan syariah itu sendiri, sehingga
Bank syariah bisa berjalan sesuai prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan Masyarakat luas
sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lli Alamin

c. Urgensi Perguran Tinggi Ekonomi Islam

Saat ini dirasakan SDI yang benar-benar mendalami ilmu ushul fikih, Fikih muamalah, qawa’id
fikih dan sekaligus ilmu ekonomi keuangan Modern sangatlah kurang. Figur seperti ini
benarbenar langka bukan saja Bagi masyarakat Islam di Indonesia melainkan juga di Negara
Islam lain. Kebanyakan SDI saat ini, mereka fasih berbicara tentang ilmu ekonomi Keuangan,
tetapi awam dalam ushul fikih atau fikih muamalah. Sebaliknya Banyak pakar yang mahir dalam
ushul fikih atau fikih muamalah, tetapi Kurang memahami tentang ilmu ekonomi keuangan. 6
6
http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id › ...PDFWeb resultsStrategi Manajemen Sumber
Daya Manusia Di Bank Syariah Mandiri ...
Kesimpulan

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) telah berubah dari fungsi spesialisasi yang berdiri
sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi-fungsi lain dalam organisasi,
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berubahnya fungsi dan pusat perhatian MSDM
memerlukan perubahan kualifikasi pengelola MSDM agar dapat mengikuti perkembangan dan
memberikan tanggapan yang sesuai. Sudah semestinya, perhitungan perusahaan saat ini
ditujukan pada pengembangan pengelolaan SDM secara kontinyu dan signifikan. Pengembangan
pengelolaan SDM harus memenuhi kebutuhan organisasi dan tuntutan perkembangan. Tidak bisa
dipungkiri dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi pengelolaan SDM diarah-kan
untuk mendukung bisnis yang luas dan berkembang. Pada dasarnya bisa dikatakan bahwa untuk
bertahan dalam persaingan maka pengelolaan SDM memberikan suatu peran strategis, dengan
memastikan bahwa kompetensi karyawan dapat memenuhi tuntutan kinerja organisasi saat ini.
DAFTAR ISI
https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-sdm/

https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-sdm/#Tujuan_Manajemen_SDM

https://www.gramedia.com/literasi/manajemen-sdm/#Manfaat_Manajemen_SDM

http://eprints.binadarma.ac.id › …PDFWeb resultsManajemen Sumber Daya Manusia – Bina


Darma e-Journal

https://ilmumanajemensdm.com/strategi-dan-cara-mengelola-manajemen-sdmbank/

http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id › …PDFWeb resultsStrategi Manajemen Sumber Daya


Manusia Di Bank Syariah Mandiri …
BAB XI
LAPORAN KEUANGAN DAN RASIO KEUANGAN BANK

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap perusahaan, baik bank maupun nonban pada suatu waktu (periode tertentu) akan
melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan memberikan
informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, mananjemen, maupun pihak luar yang
berkempetingan terhadap laporn tersebut. Laporan keuangan bank merupakan kondisi keuangna
bank secara keselurahan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan
kinerja manajemen bank selama satu periode.keuangn dengan membaca laporan keuangan ini
pihak manajemen dapat memperbaikki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan
yang dimilikinya. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (aseet)
dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (sisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban
jangka pendek maupun jangka panjang srta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi
yang memuat seperti di atas tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca.Dalam
melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut diperlukan beberapa tolak ukur.Analisis
yang biasa dipakai adalah rasio atau indeks yang merupakan perbandingan di antara data-data
keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan alat utama yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Melalui analisis rasio dapat dihasilkan
pengukuran dalam bentuk rasio atau relatif dan bukan dalam angka yang absolut.Dengan
demikian dapat mempermudah dalam melihat perubahanperubahan yang terjadi, apakah
menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.Faktor-faktor yang paling utama
untuk mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat likuiditas, profitabilitas atau rentabilitas,
solvabilitas dan aktivitas.Likuiditas dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.Profitabilitas dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.Solvabilitas dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka
panjang.Aktivitas dapat mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan
sumber dayanya.
PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Kondisi keuangan suatu perusahaan
akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi serta laporan keuanganlainnya. Memuat Baridwan (2004:17)
mendefinisikan laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan
suatu ringkasan dari taransaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan daftar untuk mengetahui jumlah kekayaan perusahaan pada periode
tertentu, dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi.
Dipandang dari sudut pandang yang berkepentingan, ada tiga jenis laporan keuangan,
yaitu laporan keuangan untuk manajmen, laporan keuangan untuk pihak eksternal perusahaan,
dan laporan keuangan untuk pihak-pihak khusus. Laporan keuangan untuk ketiga pihak tersebut
disusun dan disajikan dari suatu proses akuntansi yang sama, yaitu merupakan produk dari
sebuah system informasi akuntansi.Menurut Sutrisno (2008: 9), “Laporan Keuangan merupakan
hasil dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni 1.Neraca dan (2) Laporan
Laba Rugi. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan secara ekonomi.1

PIHAK PIHAK YANG BERKEPENTINGAN


Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah
perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu
perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang
terdiri dari Neraca, Laporan Perhitungan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya.
Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh
gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan rugi labanya akan
memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu
perusahaan adalah : para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para
kreditur, bankers, para investor, internal dan eksternal auditor dan pemerintah di mana
perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya lagi (Munawir, 1995 : 2).
Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya,
terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada orang lain seperti
perseroan, karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses
tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manajer biasanya
diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan.

1 Fatrecia Kesuma Yolanda, Akuntansi & Keuangan, (Universitas Bandar Lampung), vol. 5,
No.1, Maret 2014, hlm 95
Manajer/pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya
periode yang baru lalu akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem
pengawasan dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanannya yang lebih tepat. Para investor,
bankers maupun para kreditur berkepentingan atau memerlukan laporan keuangan perusahaan di
dalam penanaman modalnya.
Mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan
perkembangan perusahaan selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk
mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari hasil
analisa laporan tersebut para investor, bankers dan para kreditur lainnya akan dapat menentukan
langkah-langkah yang harus ditempuhnya.2

JENIS JENIS LAPORAN KEUANGAN BANK


Menurut Hery (2015), jenis laporan yaitu :

a. Neraca

Laporan yang menunjukkan informasi pada setiap kondisi ataupunposisi keuangan


perusahaan pada tanggal tertentu.Dirumuskan oleh FASB dalam SFAC no. 6, Dalam komponen
naraca meliputiyaitu :
a. Aktiva

b. Kewajiban

c. Ekuitas

b. Laporan laba/rugiMenurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2013), laporan laba rugi
adalah ringkasan atas pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu dan
diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tersebut.Laporan laba rugi ataupunperhitungan
laba rugi dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu :
1) Bentuk Langsung (Single Step)

2) Bentuk Bertahap (Multiple Step)3


2 Wahyuning Sulistyowati Nur, Akuntansi dan Pendidikan, (IKIP PGRI MADIUN), Vol.4, No. 2,
Oktober 2015
3 Feronika Rabuisa Wilna, Treesje Runtu, Heince Wokas, Jurnal Riset Akuntansi, (Universitas
Sam Ratulangi), vol. 12, No. 2, hlm 325-333
Menurut Kasmir (2016:28), secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang
biasa disusun:
1. Balance sheet (Neraca)Balance sheet(neraca) merupakan laporan yang menunjukkan posisi
keuangan perusahan pada tanggal terntentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah
posisi jumlah dan jenis aktivitas (harta) dan passiva (kewajiban dan ekuitas) suatu
perusahaan.
2. Income Statement(Laporan Laba Rugi)Income statement(laporan laba rugi) merupakan
laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Dalam laporan laba rugi ini terggambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga terggambar jumlah biaya dan jenis-jenis yang
dikeluarkan selama periode tertentu.
3. Laporan Perubahan ModalLaporan perubahan modal merupakan laporan yangberisi jumlah
dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan
perubahan modal dan sebab-sebab terjadi nya perubahan modal di perusahaan.
4. Laporan Arus KasLaporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk
dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari
pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
5. Laporan Catatan Atas Laporan KeuanganLaporan catatan atas laporan keuangan merupakan
laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini
memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuanganyang
ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan
keuangan dapat memahami jelas data keuangan.Berdasarkan beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan memiliki arti tersendiri dalam melihatkondisi
keuangan perusahaan tergantung maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan.

BENTUK BENTUK LAPORAN KEUANGAN BANK

c. LAPORAN KEUANGAN LABA RUGI


Jenis laporan laba rugi atau income statement atau profit and loss statement adalah
merupakan laporan yang berfungsi untuk menilai kinerja keuangan.Dari informasi yang ada pada
laporan ini akan diketahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian pada satu
periode akuntansi.Selain untuk mengetahui keuntungan atau kerugian, laporan laba rugi juga
dibuat untuk memberikan informasi tentang pajak perusahaan.Lalu laporan ini juga biasa
digunakan sebagai bahan evaluasi manajemen dan membantu dalam pengambilan keputusan.4
Pada dasarnya format laporan laba rugi yang biasa digunakan terdiri dari dua bentuk.Yang
pertama yakni single step dan yang kedua multiple step.
a. Laporan Laba Rugi Single Step

Bentuk laporan laba rugi single step lebih sederhana.Pada format ini semua pendapatan dan
keuntungan yang didapat ditempatkan di bagian awal laporan laba rugi.Kemudian dikurangi
dengan seluruh beban atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.Selisih antara total
pendapatan dan total beban inilah yang menunjukan laba-rugi perusahaan pada periode tersebut.

Bentuk atau contoh format jenis laporan keuangan laba rugi single step perusahaan adalah
seperti berikut :

b. Laporan Laba Rugi Multiple Step


4 Tatengkeng Vera, Steven Tangkuman, Analisis Kinerja Laporan Keuangan, (Universitas Sam
Ratulangi Manado), vol. 3, No. 1, hlm 145
d. LAPORAN PERUBAHAN MODAL

Jenis laporan perubahan modal dalam laporan keuangan perusahaan adalah data yang
menggambarkan perubahan baik berupa peningkatan atau penurunan aktiva bersih selama satu
periode.Pada saat awal pendirian perusahaan, Anda sebagai pemilik perusahaan pasti
menyetorkan modalnya.Selama beroperasi tentu saja modal awal akan berubah sesuai dengan
kinerjanya.Misalnya, jika pada periode berjalan perusahaan mengalami kerugian maka modal
akan berkurang. Sebaliknya jika perusahaan mengalami keuntungan, modal akan
bertambah.Dalam laporan perubahan modal, Anda juga dapat melihat penyebab dari adanya
perubahan modal tidak hanya perubahan nya saja.Beberapa data yang diperlukan untuk membuat
laporan ini adalah modal awal, prive atau pengambilan dana pada periode tersebut dan total laba
atau rugi bersih yang diperoleh.Untuk membuat laporan ini dibutuhkan laba-rugi maka laporan
ini dibuat setelah laporan laba rugi selesai. Untuk contoh format jenis laporan keuangan
perubahan modal pada perusahaan adalah seperti yang ada di bawah ini:
e. LAPORAN NERACAR ATAU BALANCE SHEET

Secara umum, fungsi dari mengetahui isi dari laporan neraca adalah untuk mengetahui
kondisi keuangan perusahaan.Posisi serta informasi keuangan perusahaan juga dapat dilihat
melalui laporan jenis ini.
Dalam menyusun laporan neraca, perusahaan wajib menuliskan aset aktiva dan pasiva
yang dimiliki, serta ekuitas.Modal saham perusahaan juga dapat dilihat di jenis laporan keuangan
ini, seperti, modal awal, modal yang ditempatkan, serta agio dan disagio saham.
Karena berisikan 3 elemen akuntansi, yakni, aset, ekuitas, dan liabilitas, laporan neraca
bisa dibilang berhubungan erat dengan bidang keilmuan tersebut.Oleh karena itulah mengapa
laporan keuangan ini wajib dipahami oleh investor. Untuk contoh format jenis laporan keuangan
neraca pada perusahaan adalah seperti yang ada di bawah ini:
f. LAPORAN ARUS KAS

Jenis laporan keuangan yang keempat ini memiliki fungsi untuk memberitahukan tentang
aliran keluar masuk kas yang terjadi di sebuah perusahaan pada suatu periode.Arus kas tersebut
biasanya memiliki titik berat di aspek operasional, investasi, serta aktivitas keuangan
perusahaan.
Laporan arus kas atau cash flow statement di suatu periode juga seringkali digunakan
indikator pada jumlah cash flow di periode selanjutnya. Pertanggungjawaban perusahaan
mengenai pergerakan kas yang dimiliki juga dapat diajukan dengan menggunakan laporan
ini.Jadi, investor dapat menjadikan laporan arus kas sebagai alat untuk mengetahui keputusan
keuangan yang dilakukan perusahaan.

g. CATATAN LAPORAN KEUANGAN

Jenis yang terakhir ini mungkin terdengar asing bagi sebagian investor atau bahkan
stakeholder.Penyebabnya karena mayoritas investor hanya berfokus pada keempat jenis laporan
keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Padahal, catatan laporan keuangan juga sama pentingnya dengan jenis yang lain. Saat
membaca catatan laporan keuangan, investor mampu memahami isi dari laporan keuangan secara
menyeluruh dengan lebih mudah.Alasannya karena jenis laporan finansial ini memiliki
penjelasan lebih rinci mengenai informasi yang tertera pada laporan keuangan jenis yang
lainnya.Tak hanya itu, catatan laporan keuangan juga tercantum alasan atau penyebab
perusahaan mengenai isi dari laporan keuangan. Dengan begitu, investor mampu mengetahui hal
yang sebenarnya terjadi dalam sebuah perusahaan.

PENGERTIAN MODAL BANK


Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik. Pada akhir tahun buku, setelah
dihitung keuntungannya yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal akan memperoleh
bagian dari hasil usaha yang biasa dikenal dengan deviden. Dana modal dapat digunakan untuk
pembelian gedung, tanah, perlengkapan dan sebagainya yang secara langsung tidak
menghasilkan. Selain itu juga modal dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal,
tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya (Antonio, 2004: 146). Secara tradisional, modal
didefenisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan.
Berdasarkan nilai buku, modal didefenisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih
antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities) (Arifin,
2006:135). Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan memperoleh
hasil keuntungan dimasa mendatang.Dalam neraca terlihat pada sisi pasiva bank, yaitu rekening
modal dan cadangan.Rekening modal berasal dari setoran para pemegang Manajemen
Permodalan Bank Syariah saham, sedangkan rekening cadangan berasal dari bagian keuntungan
yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan tertentu,
misalnya untuk perluasan usaha dan menjaga likuiditas karena adanya kredit-kredit yang
diragukan atau menjurus kepada macet.5

ANALISIS CAMEL
Salah satu alat untuk mengukur kesahatan suatu bank adalah dengan analisa rasio
CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan
menilai faktorfaktor penilaian tingkat kesehatan bank.6 Tingkat kesehatan bank adalah penilaian
atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan Standar
5 Ilyas Rahmat, Manajemen Permodalan Bank Syariah, (STAIN Syaikh Abdurrahman Siddiq
Bangka Belitung), vol.5, No. 2, Desember 2017
6 Kasmir, 2002. Manajemen Perbankan. Edisi I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Bank Indonesia. Metode atau cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMEL
yaitu Capital, Asset quality, Management, Earnings, dan Liquidity. 7

Analisis CAMEL digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan


bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah. Dan peraturan Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara
PenilaianTingkat Kesehatan BPR.

Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup


penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari:

a. Permodalan (Capital) Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu
Bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio) yaitu
dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko.8

b. Kualitas aset (Asset quality) adalah penyediaan dana oleh BPR dalam rupiah untuk
memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, SBI dan penempatan dana antar bank. 9

Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas komponenkomponen berikut ini :

1) Rasio aktiva produkstif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif (KAP).

2) Aktiva produktif diklasifikasikan adalah penjumlahan aktiva produktif yang tergolong


non lancar setelah dikalikan bobotnya.

3) Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)

4) Penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah merupakan antisipasibkerugian yang


dibentuk bank atas kemungkinan tidak tertagihnya aktiva produktif.

c. Manajemen (Management) atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat tidaknya
suatu bank.Penilaian terhadap faktor manajemen didasarkan pada Surat Edaran BI No.
30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 yang mencakup dua komponen yaitu manajemen umum
dan manajemen risiko. Kuesioner menejemen risiko dibagi dalam sub kelompok yang
berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko
hukum dan risiko pemilik dan pengurus.

7 Riyadi, Slamet. 2004. Banking Assets and Liability Management Edisi Kedua. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
8 Said, Khaerunnisa. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode
CAMEL Pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001-2010). Jurnal Skripsi.
9 Taufik, A.Dharnaeni. 2012, Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BPR Hasa Mitra
dengan Metode CAMEL (Periode 2006-2010). Jurnal Skripsi Universitas Hassanudin Makasar
d. Rentabilitas (Earning) adalah salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu
bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Penilaian terhadap faktor
rentabilitas meliputi :

1) Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets-ROA). ROA adalah perbandingan laba
sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang
sama. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset.

2) Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Rasio BOPO adalah
perbandingan biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional
dalam periode yang sama. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

e. Likuiditas (Liquidity) adalah Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua buah
rasio, yaitu rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan rasio kredit
terhadap dana yang diterima oleh Bank. Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi :

1) Rasio kecukupan aktiva yang likuid (Cash Rasio/CR). Cash ratio merupakan
perbandingan antara aktiva likuidterhadap hutang lancar.

2) Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit terhadap dana yang
diterima bank. Dana yang diterima bank meliputi deposito dan tabungan, pinjaman bukan
dari bank lain lebih dari 3 bulan.

PENILAIAN KESEHATAN BANK

1. ASPEK KUALITAS MANAJEMEN (MANAGEMENT)


Dalam mengelola kegiatan bank sehari hari, juga dinilai kualitas manajemen nya.
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen
juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman karyawan nya dalam menangani berbagai kasus
yang terjadi. Dalam aspek ini, yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas
aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Penilaian
kesehatan di bidang manajemen tidak didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan dengan
permodalan, likuiditas, kualitas asset dan rentabilita. Akan tetapi kini penilaian nya hanya
didasarkan pada 100 aspek saja.

2. ASPEK SENSITIVITAS (SENSITIVITY)


Aspek ini mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei 2004. Seperti kita
ketahui dalam melepaskan kreditnya perbankan harus memerhatikan kedua unsur, yaitu tingkat
perolehan laba yang harus dicapai dan resiko yang akan dihadapi. Pertimbangan resiko yang
harus dipertimbangkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap resiko
ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga
terjamin. Resiko yang dihadapi terdiri dari resiko lingkungan, resiko manajemen, resiko
penyerahan, dan resiko keuangan.

Penilaian kesehatan bank di atas dilakukan untuk bank konvensional juga dilakukan
untuk bank syariah, baik untuk bank umum syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.9/1/PBI2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007.

Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia, penerapan ini dilakukan dengan
memperkirakan produk dan jasa perbankan syariah ke depan yang kian beragam dan kompleks
sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersebut
akan mengubah profil resiko yang dihadapi juga meningkat. Meningkat nya eksposur resiko
tersebut akan mengubah profil resiko bank syariah, yang pada gilirannya akan memengaruhi
tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam penilaian kesehatan, bank syariah telah memasukkan
resiko yang memasukkan resiko yang melekat pada aktivitas bank (inherent risk), yang
merupakan bank dari proses penilaian manajemen resiko.

Bank umum syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan, yang meliputi faktor – faktor antara lain :

1. permodalan (capital);
2. kualitas asset (asset quality);
3. rentabilitas (earning);
4. likuiditas (liquidity);
5. sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk);
6. dan manajemen (management).

Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor financial


(permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar) yang
dihitung secara kuantitatif dan kualitatif dengan mempertimbangkan unsure judgement.

Khusus untuk tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan prinsip
syariah (BPRS), Bank Indonesia mengluarkan aturan baru yang mulai berlaku 4 Desember 2007,
yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/17/PBI/2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah mengatur penilaian tingkat
kesehatan BPRS mencakup penilaian :
1. faktor permodalan (capital);
2. faktor kualitas asset (asset quality);
3. faktor rentabilitas (earning);
4. dan faktor likuiditas (liquidity) atau faktor keuangan dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif.

PENGERTIAN DAN JENIS – JENIS RASIO


Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat laporan keuangan
yang disajikan oleh suatu bank secara periodic. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan
kinerja bank selama periode tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik,
manajemen, pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah bank, guna mengetahui kondisi bank
tersebut.10 Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

1. RASIO LIKUIDITAS
Rasio ini bertujuan mengukur seberapa likuid suatu bank. Dalam rasio ini terdiri dari
beberapa jenis rasio, yaitu :

a. Quick Ratio
b. Investing Policy Ratio
c. Banking Ratio
d. Assets to Loan Ratio
e. Investment Portofolio Ratio
f. Cash Ratio
g. Loan to Deposit Ratio (LDR)
h. Investment Risk Ratio
i. Liquidity Risk Ratio
j. Credit Risk Rastio
k. Deposit Risk Ratio
2. RASIO SOLVABILITAS
Rasio ini bertujuan mengukur efisiensi bank dalam menjalankan aktifitasnya. Dalam
rasio ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

a. Primary Ratio
b. Risk Assets Ratio
c. Secondary Risk Ratio
d. Capital Ratio
e. Capital Risk

10 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011


f. Capital Adequacy Ratio

3. RASIO RENTABILITAS
Rasio ini bertujuan mengukur efektivitas dalam mencapai tujuannya. Dalam rasio ini
terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

a. Gross Profit Margin


b. Net Profit Margin
c. Return on Equity Capital
d. Gross Yield on Total Assets
e. Gross Profit Margin on Total Asstes
f. Net Income on Total Assets
g. Rate Return on Loan
h. Interets Margin on Earning Assets
i. Interets Margin on Loans
j. Leverage Multilier
k. Assets Utilization
l. Interest Expense Ratio
m. Cost of Fund
n. Cost of Money
o. Cost of Loanable Fund
p. Cost of Operable Fund
q. Cost of Effeciency

RASIO LIKUIDITAS
Ratio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali
pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah
diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid. Adapun jenis - jenis rasio likuiditas sebagai
berikut :

1. QUICK RATIO
Quick Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro,
tabungan, dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Rumus
untuk mencari Quick Ratio sebagai berikut :

Cash Assets
Quick Ratio = × 100%
Total Deposit
2. INVESTING POLICY RATIO
Investing Policy Ratio merupakan kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya
kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat – surat berharga yang dimiliki nya.
Rumus untuk mencari Investing Policy Ratio sebagai berikut :

Securities
Investing × 100%
Total Deposit
Policy
Ratio

3. BANKING RATIO
Banking Ratio bertujuan mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan
jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini,
maka tingkat likuiditas bank semakin rendah, karena jumlah dana yang digunakan untuk
membiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Banking Ratio
sebagai berikut :

Banking Ratio =

4. ASSETS TO LOAN RATIO


Assts to Loan Ratio untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta
yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat ratio, menunjukkan semakin rendahnya tingkat
likuiditas bank. Rumus untuk mencari Assets to Loan Ratio sebagai berikut :
Assets to Loan Ratio =

5. INVESMENT PORTOFOLIO RATIO


Invesment Portofolio Ratio merupakan rasio untuk mengukur tingkat likuiditas dalam
investasi pada surat – surat berharga. Untuk menghitung ratio ini, perlu diketahui terlebih dahulu
securities yang jatuh waktunya kurang dari setahun yang digunakan untuk menajmin deposito
nasabah jika ada.
6. CASH RATIO
Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi kewajiban yang
harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank tersebut. Rumus untuk mencari Cash
Ratio sebagai berikut :

Liquid Assets
C × 100%
Short Term Borrowing
a
s
h
R
at
io
=

7. LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR)


Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya Loan to Deposit Rasio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Rumus
untuk mencari Loan to Deposit Ratio sebagai berikut :

Total Loans
Loa × 100%
Total Deposit + Equity
n
Dep
osit
Rati
o
Pengukuran resiko – resiko :

1. INVESMENT RISK RASIO


Invesment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi dalam
investasi surat – surat berharga, yaitu dengan membandingkan harga pasar surat berharga dengan
harga nominalnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan bank dalam
menyediakan alat – alat likuid. Rumus untuk mencari Invesment Risk Ratio sebagai berikut :

o =
I
n
v
e
s
m
e
n
t
R
i
s
k
R
a
s
i
Market Securities
Value of × 100%
Statement Value of Securities

2. LIQUIDITY RISK
Liquidity Risk merupakan rasio untuk mengukur risiko yang akan dihadapi bank apabila
gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya dengan harta likuid yang
dimilikinya. Rumus untuk mencari Liquidity Risk sebagai berikut :

Liquid Assets − Short Term Borrowing


L × 100%
Total Deposit
i
q
u
i
d
i
t
y

R
i
s
k

=
3. CREDIT RISK RATIO
Credit Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang
disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan. Rumus
untuk mencari Credit Risk Resiko sebagai berikut :

Credit Risk Ratio =

Atau Capital Risk

Capital Risk Ratio =


Untuk perhitungan ratio ini diperlukan data dengan jumlah Bad Debts.

4. DEPOSIT RISK RATIO


Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank membayar kembali
deposannya. Rumus untuk mencari Deposit Risk Ratio sebagai berikut :

Equity Capital
Deposit Risk Ratio = × 100%
Total Deposit

RASIO SOLVABILITAS
Merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai
kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakanalat ukur untuk melihat dan melihat
efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut.

1. PRIMARY RATIO
Merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau
sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.
Rumus untuk mencari Primary Ratio sebagai berikut :

Equity Capital
Primary × 100%
Total Asset
Ratio

2. RISK ASSETS RATIO


Merupakan rasio untuk mengukur kemungkinan penurunan risk assets. Rumus untuk
mencari Risk Assets Ratio sebagai berikut :
R Equity Capital
is × 100%
Total Assets − Cash Assets − Securities
k
A
s
s
e
ts
R
a
ti
o
=

3. SECONDARY RISK RATIO


Merupakan rasio untuk mengukur penurunan asset yang mempunyai resiko yang lebih
tinggi. Rumus untuk mencari Secondary Risk Ratio sebagai berikut :

Equity Capital
Seco × 100%
Secondary Risk Assets
ndar
y
Risk
Rati
o
4. CAPITAL RATIO
Merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam
menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. Rumus untuk
mencari Capital Ratio sebagai berikut :

Capital Ratio =
5. CAPITAL RISK SAMA DENGAN SECONDARI RISK RATIO

6. CAPITAL ADEQUACY RATIO 1 (CAR1)


Untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu untuk diketahui besarnya estimasi resiko
yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan resiko yang akan terjadi dalam perdagangan surat
surat berharga.

6a. CAPITAL ADEQUACY RATIO 2 (CAR2)


Rumus untuk mencari Capital Adequacy Ratio 2 sebagai berikut :

6b. CAPITAL ADEQUACY RATIO 3 (CAR3)


Rumus untuk mencapai Capital Adequacy Ratio 3 sebagai berikut :

Equity Capital
CAR 3 = × 100%
Total Loans + Securities
RASIO RENTABILITAS
Rentabilitas Rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Rentabilitas Rasio terdiri dari :

1. GROSS PROFIT MARGIN


Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentasi laba dari kegiatan usaha murni dari
bank yang bersangkutan setelah dikurangi biaya biaya. Rumus untuk mencari Gross Profit
Margin sebagai berikut :

×
Gr Operating Income − Operating Expense Operating Income
os 100%
s
Pr
ofi
t
M
ar
gi
n
=

2. NET PROFIT MARGIN


Net Profit Margin merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya. Rumus untuk mencari Net Profit
Margin sebagai berikut :

Net Profit Margin =


Net × 100%
Operating Income
Income

3. RETURN ON EQUITY CAPITAL ATAU ROE


Return on Equity Capital merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan income. Rumus untuk mencari Return on
Equity Capital sebagai berikut :

Net Income
Return × 100%
Equity Capital
on
Equity
Capital
=

4. RETURN ON TOTAL ASSETS


a. Gross Yield on Total Assets

Untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan income dari pengeloalaan asset.


Rumus untuk mencari Gross Yield on Total Asset sebagai berikut :

Gross Yield on Total Assets =

b. Net Income Total Assets


Untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajeril
efisiensi secara overal. Rumus untuk mencari Net Income Total Assets sebagai berikut :

Net Income Total Assets =

5. RATE RETURN ON LOANS


Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola
kegiatan perkreditannya. Rumus untuk mencari Rate Return on Loans sebagai berikut :

Interest Income
Rate Return on × 100%
Total Loans
Loans =

6. INTEREST MARGIN ON EARNING ASSETS


Interest Margin on Earning Assets merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam mengendalikan biaya biaya. Rumus untuk mencari Interst Margin on Earning
Assets sebagai berikut :

7. INTEREST MARGIN ON LOANS


Interest
Margin
on
Earning
Assets
=
Interest Interest Expenses
Income − × 100%
Earning Assets

Rumus untuk mencari Interest Margin On Loans sebagai berikut :

Interest Income − Interest Expense


Int × 100%
Total Loans
ere
st
Ma
rgi
n
on
Lo
ans
=

8. LEVERAGE MULTIPLIER
Leverage Multiplier merupakan alat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
mengelola asset nya, karena adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat penggunan aktiva.
Rumus untuk mencari Leverage Multiplier sebagai berikut :

Total Assets
Leverage × 100%
Total Equity
Multiplier
=
9. ASSETS UTILIZATION
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan manajemen suatu bank
dalam mengelola asset dalam rangka menghasilkan operating income dan nonoperating income.
Rumus untuk mencari Assets Utilization sebagai berikut :

Assets Utilization =

10. INTEREST EXPENSE RATIO


Interest Expense Ratio digunakan untuk mengukur besarnya persentase antara bunga
yang dibayar kepada para deposannya dengan total deposit yang ada di bank. Rumus untuk
mencari Interest Expense Ratio sebagai berikut :

Interest Expense Ratio =

11. COST OF FUND


Cost of Fund merupakan ratio untuk mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
sejumlah deposit yang ada di Bank tersebut. Rumus untuk mencari Cost of Fund sebagai berikut:

Interest Expense
Cost of Fund = × 100%
Total Deposit

12. COST OF MONEY


Rumus untuk mencari Cost of Money sebagai berikut :

Biaya Dana + Biaya Overhead


Cost × 100%
Total Dana
of
Mon
ey
=

13. COST OF LOANABLE FUND


Rumus untuk mencari Cost of Loanable Fund sebagai berikut :

Fund =
C
o
s
t

o
f

L
o
a
n
a
b
l
e
Bia Dana
ya × 100%
Total Dana + Unloanable Fund

14. COST OF OPERABLE FUND


Rumus untuk mencari Cost of Operable Fund sebagai berikut :
C Biaya Dana + Biaya Overhead
o × 100%
Total Dana − Unloanable Fund
s
t

o
f

O
p
e
r
a
b
l
e

F
u
n
d

15. COST OF EFFICIENCY


Cost of Efficiency digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang dilakukan oleh bank.
Atau untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan untuk memperoleh earning asset.
Rumus untuk mencari Cost of Efficiency sebagai berikut :
Cost of Efficieny =

KESIMPULAN
Laporan Keuangan adalah laporan yang berisi pencatatan uang dan transaksi yang terjadi
dalam bisnis, baik transaksi pembelian maupun penjualan dan transaksi lainnya yang memiliki
nilai ekonomi dan moneter. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran
kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan
operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-
entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan oleh karena
itu untuk mengetahui Kinerja laporan keuangan tersebut kita memerlukan suatu analisis, analisis-
analisis ini lah yang harus dipahami oleh kita baik sebagai manajemen perusahaan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan ataupun sebagai investor jika kita ingin menginvestasikan harta
kita terhadap suatu perusahaan.

Rasio keuangan adalah salah satu metode analisa keuangan yang digunakan sebagai
indikator penilaian perkembangan perusahaan, dengan mengambil data dari laporan
keuangan selama periode akuntansi. Sehingga dapat diketahui kinerja maksimum keuangan
perusahaan.
SARAN
Demikian makalah ini yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini masih
banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan baik itu tata cara penulis ataupun pembahasan
di dalamnya. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian demi
tersempurnanya makalah kami. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Fatrecia Kesuma Yolanda, Akuntansi & Keuangan, (Universitas Bandar Lampung), vol. 5,
No.1, Maret 2014, hlm 95
Wahyuning Sulistyowati Nur, Akuntansi dan Pendidikan, (IKIP PGRI MADIUN), Vol.4,
No. 2, Oktober 2015
Feronika Rabuisa Wilna, Treesje Runtu, Heince Wokas, Jurnal Riset Akuntansi, (Universitas
Sam Ratulangi), vol. 12, No. 2, hlm 325-333
Tatengkeng Vera, Steven Tangkuman, Analisis Kinerja Laporan Keuangan, (Universitas
Sam Ratulangi Manado), vol. 3, No. 1, hlm 145
Ilyas Rahmat, Manajemen Permodalan Bank Syariah, (STAIN Syaikh Abdurrahman Siddiq
Bangka Belitung), vol.5, No. 2, Desember 2017
Kasmir, 2002. Manajemen Perbankan. Edisi I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Riyadi, Slamet. 2004. Banking Assets and Liability Management Edisi Kedua. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Said, Khaerunnisa. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode
CAMEL Pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001-2010). Jurnal Skripsi.
Taufik, A.Dharnaeni. 2012, Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BPR Hasa Mitra
dengan Metode CAMEL (Periode 2006-2010). Jurnal Skripsi Universitas Hassanudin
Makasar
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011
BAB XII
BANK SYARIAH INDONESIA

Latar Belakang

Bank Bagi Hasil sering disebut Bank Syariah (Bank Islam) merupakan lembaga
perbankan yang menggunakan sistem dan operasi berdasarkan prinsip‐prinsip hukum atau
syariah Islam, seperti diatur dalam Al Qurʹan dan Al Hadist. Perbankan Syariah merupakan
suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan sistem syariah (hukum
islam).Usaha pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan islam untuk memungut dan
meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan investasi untuk usaha yang
dikategorikan haram,misalnya dalam makanan,minuman,dan usaha-usaha lain yang tidak
islami,yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank Konvensional.
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan
dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU
No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum
Islam (syariah). Pembentukan sistem syariah berdasarkan adanya larangan dalam agama
Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman
(riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha yang bersifat (haram).
Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam
yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta
tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
Dalam UU Perbankan Syariah, bank syariah juga menjalankan fungsi sosial seperti
lembaga baitul mal, yaitu:1
f) Menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial
g) Menyalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf
(wakif).

Bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah masalah riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan
yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang menggembirakan bahwa belakangan
ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk
menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai
dengan etika Islam.2 Upaya ini dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori
ekonomi yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan

1
Sutan Remy Sjahdeini, 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan, Pustaka
Utama Grafiti, Jakarta
2
Heri Sudarsono, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonisia, Jakarta.
distribusi pendapatan.

Berikut beberapa pengertian Bank Syariah menurut para ahli :

a. Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang


memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga
peredaran uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau
islam.
b. Menurut Perwataatmadja, Bank Syariah ialah bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah (Islam) dan tata caranya didasarkan pada ketentuan Al-Quran
dan Hadits.

Bank syariah sering disebut juga sebagai Bank tanpa Bunga, meskipun demikian
keberadaan Bank syariah mampu menarik minat masyarakat Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam untuk melakukan transaksi di Bank syariah. Sampai saat ini,
Bank Syariah mampu memberikan pelayanan terbaik untuk para nasabah dengan
menawarkan berbagai macam produk yang telah dimiliki oleh Bank Syariah itu sendiri.

Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia


Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Muamalat pada tahun
1991. Bank ini dilahirkan oleh Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI), pengusaha Muslim dan juga pemerintah. Sayangnya bank tersebut kurang
popular dan kinerjanya stagnan, baru setelah krisis ekonomi dan reformasi, Bank Muamalat
mulai dilirik nasabah. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak
ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama
dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system ini
ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena
kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat
tetap eksis dan mampu bertahan.3
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada

3
Hafidhuddin, Didin & Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani Press.
2003.
penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya
tahannya dari terpaan krisis. Lembagalembaga keuangan syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya,
pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Hal ini
dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati krisis yang terjadi pada tahun
1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima sepeser
pun bantuan dari pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan
mampu memperoleh laba Rp. 300 miliar lebih. Perbankan syariah sebenarnya dapat
menggunakan momentum ini untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar
tahan dan kebal krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu perlu langkah-
langkah strategis untuk merealisasikannya. Langkah strategis pengembangan perbankan
syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional
untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank
konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif
dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti
UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenisjenis usaha
yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.4
Pada tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan. Dalam UU ini terdapat beberapa perubahan yang memberikan
peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah. Dari UU tersebut
disebutkan bahwa sistem perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan:
a. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima konsep
bunga. Dengan ditetapkannya sistem perbankan syariah yang berdampingan dengan
sistem perbankan konvensional, mobilitas dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih
luas terutama dari segmen yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan
konvensional yang menerapkan sistem bunga.
b. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan.
Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah hubungan investor yang harmonis

4
Hafidhuddin, Didin & Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani Press.
2003.
(mutual investor relationship). Sementara, dalam bank konvensional konsep yang
diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur (debitor to creditor relationship).5
c. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki beberapa
keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan
(perpectual interest effect) membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif
(unproductive speculation), pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih
mcmperhatikan unsur moral. Pemberlakuan UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah
ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi BI/ Peraturan Bank Indonesia,
telahmemberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan syariah
di Indonesia.

Dasar Hukum Bank Syariah


Menurut UU 10/1998, Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina). Menyorot pertanyaan Anda, dari sini kita ketahui bahwa prinsip bagi hasil
merupakan salah satu prinsip syariah6.Sementara itu, Prinsip Syariah menurut UU 21/2008
adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.Kegiatan
usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak
mengandung unsur7:
d) riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan
(fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan Nasabah

5
S Setiawan, (ed.), Perbankan Syariah, Yogyakarta: TrustMedia, 2009,
6
Lasmiatun, 2010 Perbankan Syari’ah, Semarang: LPSDM. RA Kartini
7
Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.2008
Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasi’ah);
e) maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungan;
f) gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur
lain dalam syariah;  
g) haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
h) zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

Pada Penjelasan Umum UU 21/2008 juga dikatakan bahwa Prinsip Syariah


berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan
(rahmatan lil ‘alamin). Nilai-nilai tersebut diterapkan dalam pengaturan perbankan yang
didasarkan pada Prinsip Syariah yang disebut Perbankan Syariah. Prinsip Perbankan Syariah
merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip
dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan
sistem antara lain prinsip bagi hasil (mudharabah).
Fungsi Bank Syariah
Bank syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional. Fungsi bank
syariah secara umum terbagi menjadi dua yaitu fungsi tamwil dan fungsi maal. Fungsi
tamwil bank syariah terwujud melalu fungsi sebagai manajer investasi, investor, dan jasa
keuangan, sedangkan fungsi mall diwujudkan melalui fungsi sosial.8

Fungsi-fungsi dalam gambar tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

d) Manajer Investasi

Sebagai manajer investasi, bank syariah berperan dalam pengelolaan dana yang
dihimpun dari nasabah. Bank syariah berkewajiban mengelola dana yang terhimpun dengan
hati-hati, profesional, serta transparan. Besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima
oleh pemilik dana (nasabah/deposan) sangat bergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan
profesionalisme dari bank syariah.
8
Darmawi, H. (2012). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Fungsi ini tidak banyak diketahui, dimengerti, atau difahami oleh para bankir yang
bekerja di bank syariah, sehingga kebanyakan diantaranya masih bekerja dengan paradigma
kerja bank konvensional, padahal fungsi inilah yang menjadi salah satu pembeda antara
bank syariah dengan bank konvensional. Setiap dana yang terhimpun dari nasabah harus
dialokasikan kepada sektor-sektor yang akan memberikan hasil optimal karena hasil ini akan
memberikan implikasi langsung kepada pemilik dana. Apabila fungsi manajer investasi oleh
bank syariah tidak dilaksanakan secara hati-hati, profesional, dan transfaran maka
dampaknya bisa mengakibatkan penyaluran dana dalam bentuk investasi akan menghasilkan
pendapatan yang kecil bagi nasabah/pemilik dana. Apabila investasi yang dilakukan oleh
bank syariah (umumnya dalam bentuk pembiayaan) mengalami pembayaran kembali yang
tidak lancar atau bermasalah bahkan macet, dapat mengakibatkan pendapatan bank syariah
menjadi kecil dan akhirnya pendapatan yang diperoleh oleh pemilik dana (nasabah) juga
akan menjadi kecil.

Fungsi manajer investasi ini dilakukan dengan cara menghimpun dana melalui prinsip
wadiah yad dhamanah dan atau prinsip mudharabah mutlaqah. Prinsip wadiah yad
dhamanah bisa dalam bentuk simpanan giro wadiah atau tabungan mudharabah, sedangkan
prinsip mudharabah mutlaqah bisa dalam bentuk tabungan mudharabah atau deposito
mudharabah. Setiap dana yang terhimpun dari nasabah, khususnya dalam bentuk dana
mudharabah, harus kembali disalurkan dalam bentuk pembiayaan kepada sektor-sektor yang
produktif agar dana yang dihimpun tersebut dapat menghasilkan bagi pemilik dana/nasabah.
Bank syariah tidak sepantasnya menghimpun dana mudharabah apabila tidak mampu
menyalurkan dana tersebut pada sektor yang produktif karena bagi hasil yang akan diterima
oleh pemilik dana akan semakin mengecil.

e) Investor

Bank syariah yang berhasil menghimpun dana dalam bentuk wadiah yad dhamanah,
mudharabah mutlaqah, atau dana lain (modal sendiri,dsb) kemudian dikumpulkan menjadi
satu dalam bentuk pooling dana. Berbagai macam dana yang dihimpun dan dicampur dalam
pooling dana inilah yang kemudian digunakan oleh bank syariah yang berfungsi sebagai
investor untuk disalurkan kepada sektor-sektor yang tidak bertentangan dengan syariah.
Umumnya penyaluran dana (investasi) oleh bank syariah dilakukan melalui tiga jenis
penyaluran:

1. Prinsip Bagi Hasil, yaitu instrumen penyaluran dana kepada sektor-sektor produktif
dengan menggunakan produk-produk pembiayaan mudharabah atau musyarakah
2. Prinsip Ujroh, yaitu sarana penyaluran dana melalui produk-produk pembiayaan ijarah
dan ijarah muntahiyah bittamlik.
3. Prinsip Jual-beli, yaitu penyaluran pendanaan melalui produk-produk pembiayaan
murabahah, salam dan salam paralel, istishna dan istishna paralel.

Selain itu investasi bisa juga disalurkan melalui pembentukan perusahaan atau akuisisi
pengendalian atau kepentingan lain dalam rangka mendirikan perusahaan,
memperdagangkan produk dan investasi atau memperdagangkan saham yang dapat
diperjualbelikan. Keuntungan dari setiap investasi yang dilakukan oleh bank syariah
kemudian dibagikan kepada pemilik dana (nasabah/deposan) berdasarkan akad yang telah
disepakati antara bank syariah dengan pihak pemilik dana. Penyaluran dana melalui
beberapa instrumen dan mekanisme tersebut menegaskan fungsi bank syariah sebagai
investor. Fungsi ini harus dijalankan dengan maksimal agar bank syariah mendapatkan
keuntungan sehingga keuntungan yang didapat para pemilik dana menjadi maksimal juga.

f) Jasa Keuangan

Fungsi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi yang telah dijalankan oleh bank
konvensional (non syariah). Bank syariah juga bisa memberikan layanan transfer, RTGS
(Real Time Gross Settlement), kliring, inkaso, payroll (pembayaran gaji), jasa pembayaran
telpon, listrik, dan lain sebagainya, namun tetap harus memperhatikan prinsip-prinsip
syariah dan tidak melanggar kaidah-kaidah syariah yang telah ditetapkan. Hampir semua
layanan jasa bank konvensional bisa juga diberikan oleh bank syariah, misalnya bank
garansi, letter of credit, mobile banking, net banking, dan lain sebagainya. Ini bisa dilakukan
karena secara sistem teknologi bank syariah juga telah mengadopsi teknologi-teknologi
mutakhir dan maju sesuai dengan perkembangan jaman.

g) Fungsi Sosial
Bank Syariah dan perbankan Islam umumnya diharuskan memberikan pelayanan sosial
kepada masyarakat, baik berupa penerimaan dana zakat, infak, dan sadaqah (ZIS) sekaligus
penyaluran dana ZIS tersebut kepada pihak-pihak yang berhak untuk menerimanya dengan
cara yang transparan dan bertanggungjawab. Selain sebagai penerima dan penyalur dana
ZIS, bank syariah juga memberikan pelayanan sosial melalui dana Qard (pinjaman
kebajikan). Pinjaman kebajikan dana Qard ini murni berdasarkan tujuan sosial atau tolong
menolong, mekanismenya adalah bank syariah meminjamkan uang tanpa meminta imbalan
dalam bentuk apapun. Selain transaksi Qard (pinjaman kebajikan) tersebut, bank syariah
juga memiliki transaksi Salam yang digunakan untuk transaksi dengan mekanisme
penyerahan barangnya dilakukan dikemudian hari tetapi pembayarannya dilakukan dimuka
pada saat akad. Kedua transaksi tersebut (Qard dan Salam) bagi bank konvensional tentulah
sulit dilakukan, karena bagi bank konvensional yang menggunakan prinsip
memperdagangkan uang, tentunya sangat rugi jika memberikan uang tanpa imbalan apapun
atau memberikan uang yang belum ada barangnya.9

Karakteristik Bank Syariah

Bank Syariah memiliki karakteristik khas yang membedanya dengan lembaga


keuangan konvensional. Karakteristik bank syariah adalah:

1. Menghindari MAGHRIB, Dalam UU No 21 tahun 2008 dijelaskan bahwa bank syariah


dalam melaksanakan kegiatannya harus menghindari MAGHRIB, yaitu Maysir,
Gharar, Riba, dan Bathil.
2. Paradigma Transaksi Syariah, Dalam KDPPLKS dijelaskan bahwa dalam melaksanakan
transaksi syariah, hendaknya mempergunakan transaksi sebagai berikut:

i) Transaksi syariah berdasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual.
j) Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak

9
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet
IKAPI Cet 4, 2006.
sebagai parameter baik dan buruk, bener dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma
ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola
yang baik (good gavernance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.
k) Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi
vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk.
Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah)
mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan
transaksi syariah. Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral
dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling
menguntungkan, sinergi dan harmonisasi.

3. Asas Transaksi Syariah.


Asas-asas transaksi syariah yang harus dipenuhi oleh bank Syariah dalam
menjalankan kegiatan usahanya adalah sebagai berikut:
j) Persaudaraan (ukhuwah)
k) Keadilan (‘adalah)
l) Kemashlahatan (mashlahah)
m) Keseimbangan (tawazun); dan
n) Universalisme (syumuliyah).

4. Karakteristik Transaksi Syariah.


Transaksi atau kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah harus memenuhi
karakteristik syariah sebagai berikut:
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan perinsip saling paham dan saling
ridho;
b. Perisip kebebasan bertansaksi diakui seanjang objeknya halal dan baik
(thayib);
c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas;
d. Tidak mengandung unsur riba; khezaliman; masyir; gharar; haram;
e. Tidak menganut perinsip nilai waktu dari uang (time value is money) karena
keuntunganyang didapat dalam kegiatan usaha tekait dengan risiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan perinsip al-ghunmu bil
ghurmi (no gain without accompanying risk);
f. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehinggaa tidak
diperkenankan menggunakan dua transaksi bersama yang berkaitan (ta’alluq)
dalam satu akad;
g. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun
melalui rekayasa penawaran  (ihtikar); dan
h. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)10.

Prinsip bank Syariah


i. Wa’diah
Wa’diah merupakan prinsip titipan harta dari pemberi titipan kepada penerima titipan. Di
Bank Syariah, penitip dana mengizinkan kepada bank untuk memanfaatkan dana yang
dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan apabila penitip mengambil sewaktu-
waktu dana tersebut.

ii. Kafalah
Singkatnya, jaminan yang diberikan oleh penjamin/penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil).
Biasanya akad ini digunakan untuk transaksi LC dimana Bank sebagai penjamin (kafii).

iii. Hawalah/Hiwalah
Prinsip hawalah diartikan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.

10
Ismail.2010.Manajemen Perbankan:Dari Teori Menuju Praktek.Jakarta: Kencana
Prenada Media.
iv. Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang
yang tidak sejenis ini penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama berdasarkna
kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada saat itu juga (transaksi spot).
Jenis layanan berdasarkan transaksi spot adalah : today, tomorrow, dan spot.Bank syariah tidak
melayani transaksi forward, swap, dan option yang dalam transaksinya diterapkan hedging
sebagaimana telah dijelaskan di atas.

v. Ijarah
Akad yang digunakan untuk transaksi sewa menyewa suatu barang dan atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. Dalam prinsip ini, pihak bank
menyewakan barang dan jasa (pemindahan hak guna) tanpa diikuti pemindahan hak
kepemilikan dari pihak bank sebagai pemberi sewa yang disebut Mu’ajjir kepada nasabah
(Musta’jir) sebagai penyewa.11

Kegiatan Usaha Bank Syariah


Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 62/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober
2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
kegiatan usaha bank syariah dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Penghimpunan dana ( funding )
b. Penyaluran dana atau pembiayaan ( financing )
c. Penyediaan jasa – jasa pelayanan perbankan ( bank service )

1. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana atau disebut juga funding adalah kegiatan penarikan dana atau
penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan
prinsip syariah. Berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana, dalam prinsip syariah
dibedakan antara simpanan yang tidak memberikan imbalan dari simpanan yang
mendapatkan imbalan. Dana simpanan atau tabungan yang tidak memberikan imbalan

11
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx
bagi nasabah dimaksudkan semata – mata hanya sebagai cara untuk menyimpan atau
menitipkan uang. Sementara simpanan untuk tujuan investasi akan mendapatkan
imbalan dari bank.
2) Penyaluran Dana
Kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan Bank Syariah harus tetap berpedoman
pada prinsip-prinsip kehati-hatian yang diatur oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu,
bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana
berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan
dengan penyaluran dana perbankan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
3. Jasa – Jasa Bank Syariah
Jenis jasa yang diberikan perbankan syariah kepada nasabah berdasarkan akad
dengan mendapatkan imbalan atau fee, antara lain : Al-wakalah, hawalah, kafalah, rahn.
Al – Wakalah
Al – Wakalah secara harfiah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat. Dalam aplikasi perbankan, al-wakalah terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan atau jasa tertentu,
seperti pembukaan L/C, inkaso, dan transfer uang. Bank dan nasabah yang dicantumkan
dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum. Khusus untuk pembukaan L/C,
apabila dana nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian L/C ( settlement L/C )
dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahah, mudharabah, atau musyarakah.

Al – Hawalah
Al – Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang ( debitur ) kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Transaksi ini pada dasarnya merupakan
pemindahan beban utang dari debitur menjadi tanggungan pihak lain yang berkewajiban
menanggung pembayaran utang. Transaksi ini dalam praktek perbankan bisa diterapkan
dalam rangka factoring atau anjak piutang.

Al – Kafalah
Al – Kafalah adalah garansi atau jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk menanggung kewajiban pihak kedua ( tertanggung ) apabila
tertanggung tidak dapat memenuhi kewajibannya. Sebagaimana halnya dalam praktik
bank konvensional, perbankan syariah pada dasarnya dapat memberikan jaminan berupa
garansi bank kepada nasabahnya, antara lain misalnya jaminan bank ( bank garansi )
dalam rangka pelaksanaan proyek, jaminan mengikuti tender, jaminan untuk
mengeluarkan barang impor di wilayah kepabean ( misalnya di pelabuhan ) sebelum
dokumen impor dilengkapi. Untuk mendapatkan garansi bank, bank dapat
mempersyarakat nasabah untuk menempatkan atau menyetor sejumlah dana untuk
mendapatkan jasa ini, dan bank menerima dana tersebut dengan prinsip al – wadi’ah.
Untuk itu bank mendapatkan imbalan atau fee atas jasa yang diberikan kepada nasabah
tersebut.

Al – Rahn
Al – Rahan adalah harta atau aset yang harus diserahkan oleh peminjam ( debitur )
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya dari bank. Tujuan pemberian fasilitas
al – rahn oleh bank adalah untuk membantu nasabah dalam pembiayaan usahanya. Atas
izin bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang digadaikan dengan tidak
mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang digadaikan
rusak atau cacat, maka nasabah harus bertanggung jawab. Apabila nasabah wanprestasi,
bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim / qadhi.
Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan izin bank. Apabila hasil
penjualan melebihi kewajibannya, maka kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Jika
penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, nasabah wajib menutupi
kekurangannya.

Prinsip prinsip dalam menghitung dana bank syariah


a. Prinsip Wa’diah
Produk pendanaan pada Bank Syariah pada prinsipnya tidak berbeda dengan
produk pendanaan bank konvensional. Namun yang membedakan adalah penggunaan
prinsip syariah yang menyertai masing – masing produk pendanaan, misalnya bahwa
Giro dan Tabungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip
AlWadi’ah. Giro Al-Wadi’ah dan Tabungan Al-Wadi’ah adalah simpanan atau titipan
yang kedua – duanya dapat ditarik sewaktu – waktu. Prinsip titipan atau simpanan
dalam fiqih dikenal dengan prinsip Al-Wadi’ah. Al-Wadi’ah berarti titipan murni dari
nasabah kepada bank atau pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan kepada penitip
( penabung ) kapan saja ia inginkan.Prinsip Al-Wadi’ah yang berlaku baik untuk
simpanan dalam bentuk giro maupun tabungan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Berdasarkan karakteristik Giro dan Tabungan menggunakan prinsip syariah


AlWadi’ah yad dhamamah. Artinya, bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan
2) kedua jenis sumber dana tersebut menjadi simpanan dapat ditarik setiap saat oleh
pemilik dana ( penabung )
3) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak memperoleh imbalan atau
menanggung kerugian.
4) Manfaat yang diperoleh pemilik dana ( penabung ) adalah jaminann keamanan
terhadap dana titipannya serta fasilitas – fasilitas pelayanan giro dan tabungan
lainnya. Misalnya buku cek, biliyet giro atau buku tabungan, serta kartu ATM.
5) Pada dasarnya bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana namun tidak
ada perjanjian di muka.
6) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
7) Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan biaya administrasi.
Untuk menghindari riba, maka biaya administrasi harus dinyatakan dengan
nominal, bukan persentase.
8) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap
berlaku selama tidak bertentang dengan prinsip syariah.

b. Prinsip Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana
untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. M. Syafi’i Antonio
(2001) mendefinisikan Al-Mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila terjadi kerugian, hal
tersebut ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola,maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.Produk
pendanaan yang dapat menggunakan prinsip Al-Mudharabah adalah tabungan dan
deposito berjangka. Selanjutnya, berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak
pemilik dana (penabung), prinsip Al-Mudharabah dapat dibedakan dalam dua jenis
sebagai berikut:

1) Mudharabah Mutlaqah
Adalah kerja sama antara pemilik dana (shahibbul maal) dan mudharib (bank) yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
wilayah bisnis. Artinya, pemilik dana memberikan bank kekuasaan yang sangat
besar dalam penggunaan dana simpanannya kepada mudharib. Prinsip Al-
Mudharabah yang berlaku baik untuk Tabungan maupun Deposito Berjangka adalah
sebagai berikut:

a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata
cara pemberian keuntungan dana/atau perhitungan pembagian keuntungan
serta risiko yang dapat timbul dari penyimpanan dana. Apabila tercapai
kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat pemberikan buku tabungan sebagai


bukti penyimpanan, kartu ATM dan/atau alat penarikan lainnya kepada
penabung.
c. Bank wajib memberikan sertifikat atau bukti simpanan kepada deposan bagi
Deposito Berjangka Mudharabah.

d. Deposito Berjangka Mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka


waktu yang disepakati.

e. Deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama


seperti deposito baru, tetapi bila ada akad sudah dicantumkan perpanjangan
maka secara otomatis tidak perlu dibuat akad baru.

f. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap


berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2) Mudharabah Muqayyadah
Merupakan simpanan dana khusus (restrict investment) dimana pemilik dana
menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank. Mudharabah
AlMuqayyaqah merupakan kebalikan dari Mudharabah Mutlaqah dimana mudharib
(bank) dibatasi jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Karakteristik jenis simpanan
Mudharabah Al-Muqayyaqahi ini adalah sebagai berikut:
a. Pemilik dana menetapkan syarat penyaluran dana. Untuk itu bank wajib
membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan
khusus.

b. Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus.


c. Bank wajib memisahkan dana dari rekening simpanan khusus dengan dana
dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam
rekening administratif.
d. Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang
diamanatkan oleh pemilik dana.

Prinsip - Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah


a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual beli (ba’i) yang
banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan modal kerja
dan produksi, yaitu:

1) Ba’i Al-Murabahah
Pada dasarnya adalah transaksi jual beli barang dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan barang oleh nasabahnya, bank membeli
barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi barang yang dipesan atau dibutuhkan
nasabah, kemudian bank menjual kembali barang tersebut kepada nasabah dengan
memperoleh marjin keuntungan yang disepakati. Nasabah sebagai pembeli dalam hal
ini dapat memilih jenis transaksi tunai, cicilan, atau tangguhan. Umumnya, nasabah
memilih metode pembayaran secara cicilan.

2) .Ba’i As-Salam
Adalah pembelian suatu barang yang penyerahannya (delivery) dilakukan kemudian hari
sedangkan pembayarannya dilaksanakan di muka secara tunai. Ba’i as-salam dalam
perbankan biasanya diaplikasikan pada pembiayaan berjangka pendek untuk
produksi agribisnis atau hasil pertanian atau industri lainnya. Barang yang dibeli
harus diketahui secara jelas jenis, macam, ukuran mutu, dan jumlahnya. Harga jual
yang disepakati harus dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama
berlakunya akad. Apabila barang atau hasil produksi yang diterima cacat atau tidak
sesuai dengan akad, maka penjual atau produsen harus bertanggung jawab dengan
cara mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai
pesanan.

3) Ba’i Al-Istishna’
Pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang dengan
pembayaran di muka, baik dilakukan dengan cara tunai, cicilan, atau tangguhan.
Untuk melaksanakan skim ba’i al-istishna’ kontrak dilakukan di tempat pembuatan
barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang dapat saja membuat barang
yang dipesan atau dibeli sesuai spesifikasi pesanan yang disebutkan dalam kontrak,
kemudian menjualnya kembali kepada pembeli. Prinsip ba’i istishna’ ini menyerupai
bai as-sala, namun dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan di muka, cicilan,
atau ditangguhkan. Sementara dalam skim ba’i as-salam dilakukan secara tunai.

b. Prinsip Bagi Hasil


Bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri
dari 4 jenis akad, yaitu :

1) Al-Musyarakah

Bank Indonesia mendefinisikan al-musyarakah sebagai suatu perjanjian diantara para


pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2) Al-Mudharabah
Antonio Syafi’i mendefinisikan al-mudharabah sebagai suatu perjanjian kerja sama
antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik modal atau shahibul maal)
menyediakan seluruh kebutuhan modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
mudharib)

c. Prinsip Sewa Menyewa


Prinsip ketiga dalam penyaluran dana Bank Syariah adalah sewa menyewa. Sewa
menyewa pada dasarnya merupakan transaksi sewa guna usaha atau leasing. Oleh
karena itu sebagaimana dalam praktek, sewa guna usaha bisa dalam bentuk sewa guna
usaha dengan hak opsi atau financial lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi atau
operating lease. Dalam syariah Islam prinsip sewa menyewa ini dibedakan berdasarkan
akad, yaitu : al-ijarah dan al-ijarah al-muntahiya bit-tamlik.

1) Al-Ijarah
Al-Ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang atau
jasa dengan membayar sewa untuk suatu jangka waktu tertentu tanpa diikuti
pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Bank Indonesia mendefinisikan
ijarah sebagai perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa. Sementara Syafi’i Antonio mendefinisikan Al-Ijarah sebagai
akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepimilikan atas barang itu sendiri.

2) Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik


Ijarah Muntahiya Bit-tamlik adalah akad atau perjanjian yang merupakan kombinasi
antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana
nasabah ( penyewa ) diberi hak untuk membeli atau memiliki obyek sewa pada akhir
akad. Dalam transaksi sewa guna usaha ( leasing ), perjanjian ini disebut sale and
leaseback. Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama di awal perjanjian.

d. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Qardh


Prinsip keempat dalam penyaluran dana Bank Syariah yaitu prinsip pinjam
meminjam berdasarkan qardh. Bank Indonesia mendefinisikan Al-Qardh sebagai
penyediaan dana atau tagihan antara Bank Syariah dengan pihak peminjam yang
mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan
dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Safi’i Antonio memberikan pengertian alqardh
sebagai pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali.
Dengan kata lain qardh berarti meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.12

Macam Macam Bank Syariah Di Indonesia


1. Bank Syariah Indonesia
2. Bank BCA Syariah
3. Bank Muamalat Indonesia
4. Bank Jabar Banten Syariah
5. Bank Maybank Syariah Indonesia
6. Bank Panin Syariah

12
https://sg.docworkspace.com/d/sIGaXgNkz9o7NhgY
7. Bank Syariah Bukopin
8. Bank Mega Syariah
9. Bank Victoria Syariah
10. Bank BTPN Syariah
11. Bank BJB Syariah
12. Bank BTN Syariah
13. Bank Sinarmas Syariah
14. Bank Aceh Syariah
15. Bank Jateng Syariah
16. Bank Kaltim Syariah
17. Bank Bumiputera Syariah13

Keunggulan Dan Kelemahan Bank Syariah Di Indonesia


 keunggulan
pertama, kelebihan bank syariah terutama pada kuatnya ikatan emosional
keagamaan antara pemegang saham,pengelola bank,dan nasabahnya.Dari ikatan
emosional inilah dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan
membagi keuntungan secara jujur dan adil.
Kedua, dengan adanya keterikatan secara religi,maka semua pihak yang terlibat
dalam bank Islam adalah berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya
sehingga berapa pun hasil yang diperoleh diyakini membawa berkah.
Ketiga, adanya Fasilitas pembiayaan (al=mudharabah dan al-musyarakah) yang
tidak membebani nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara
tetap.hai ini adalah memberikan kelonggaran psikologis yang diperlukan nasabah untuk
dapat berusaha secara tenang dan sungguh-sungguh.
Keempat, dengan adanya sistem bagi hasil, untuk penyimpan dana setelah tersedia
peringatan dini tentang keadaan banknya yang bias diketahui sewaktu-waktu dari naik
turunnya jumlah bagi hasil yang diterima.
Kelima, penerapan sistem bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga

13
https://www.cermati.com/artikel/sejarah-dan-perkembangan-bank-syariah-di-indonesia
menjadikan bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam
maupun dari luar negeri.

 Kelemahan
pertama, Kelemahan bank syariah adalah bahwa bank dengan sisem ini terlalu
berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi bahwa semua orang yang
terlibat dalam bank Islam adalah jujur.Dengan demikian bank Islam sangat rawan
terhadap mereka yang beritikad tidak baik,sehingga diperlukan usaha tambahan untuk
mengawasi nasabah yang menerima pembiayaan dari bank syariah.

Kedua, sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit


terutama dalam menghitung bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan yang nilai
simpanannya di bank tidak tetap.Dengan demikian kemungkinan salah hitung setiap
saat bias terjadi sehingga diperlukan kecermatan yang lebih besar dari bank
konvensional.

Ketiga, Karena bank ini membawa misi bagi hasil yang adil,maka bank Islam lebih
memerlukan tenaga-tenaga profesionan yang andal dari pada bank konvensional.
Kekeliruan dalam menilaui proyek yang akan dibiayai bank dengan system bagi hasil
akan membawa akibat yang lebih besar daripada yang dihadapi bank konvensional yang
hasil pendapatannya sudah tetap dari bunga.14

14
https://www.neraca.co.id/article/36405/kelebihan-dan-kekurangan-bank-syaria
Kesimpulan
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga keuangan
yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama sekali ada
kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi apabila terjadi
sebuah kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat islam itu akan tersalahkan.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari landasan
dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah untuk
menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja berorientasi pada
profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri mengedepankan etika dan
moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat menciptakan sebuah kegiatan
perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba, Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat
berimplikasi pada pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi
yang sehat dan menghilangkan paradigma dzalim.

Saran

Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti masih kurangnya
pemahaman masyarakat tentang bank syariah. Dan masih banyak lagi. Tapi jangan khawatir,
karena seiring dengan waktu semua kekurangan yang dimilikinya, bank syariah akan
berusaha dan berupaya akan menutupi dan bahkan menghilangkan semua kekurangan itu. Itu
semua menjadi tugas kita bersama-sama baik itu pemerintah maupun masyarakat luas.
Walaupun Negara kita ini bukanlah 100% Islam, tapi jangan khawatir bagi umat nonmuslim
untuk menggunakan layanan bank syariah karena bank syariah (islam) membawa rahmat
untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam
bersifat inklusif.
DAFTAR PUSTAKA

Sutan Remy Sjahdeini, 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta

Heri Sudarsono, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonisia,
Jakarta.

Hafidhuddin, Didin & Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta : Gema
Insani Press. 2003.

S Setiawan, (ed.), Perbankan Syariah, Yogyakarta: TrustMedia, 2009, Lasmiatun, 2010


Perbankan Syari’ah, Semarang: LPSDM. RA Kartini

Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.2008

Darmawi, H. (2012). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara


Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet IKAPI Cet 4,
2006.

Ismail.2010.Manajemen Perbankan:Dari Teori Menuju Praktek.Jakarta: Kencana Prenada


Media.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx

https://sg.docworkspace.com/d/sIGaXgNkz9o7NhgY
https://www.cermati.com/artikel/sejarah-dan-perkembangan-bank-syariah-di-indonesia
https://www.neraca.co.id/article/36405/kelebihan-dan-kekurangan-bank-syaria

BAB XIII
POLA MANAJEMEN BANK SYARIAH
Latar Belakang

Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasardasar syariah dengan
kata lain, pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada nilai, prinsip, dan konsep syariah.
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam
bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem
operasional bank syariah, penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi apapun.
Bank syariah tidak mengenal yang namanya sistem bunga, baik itu bunga yang diperoleh dari
nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank
syariah.Dalam bank syariah hanya mengenal riba atau bagi hasil pada semua akad yang
dipraktekkan dalam bank syariah.

Manajemen perbankan merupakan ilmu yang mengatur aktivitas penngumpulan dana,


penyaluran kredit, serta pelaksanaan lalu lintas agar berjalan efektif dan efisien dalam
menggapai tujuan. Hakikat manajemen yang terkandung dalam Al-Quran adalah merenungkan
atau memandang ke depan suatu urusan (persoalan), agar persoalan itu terpuji dan baik
akibatnya. Manajemen keuangan Syariah meliputi sebuah kegiatan manajerial keuangan untuk
mencapai tujuan dengan memperhatikan kesesuaiannya pada prinsip prinsip Syariah dalam
agama Islam.

Mengelola lembaga keuangan syariah memang harus berbeda dengan mengelola lembaga
keuangan konvensional. Menyamakan begitu saja tentu akan menimbulkan kesulitan. Namun
dapat pula dipahami bahwa sebagian besar pengelola lembaga keuangan syariah berasal dari
lembaga keuangan konvensional. Sehingga dalam pengelolaan operasional pun, sebagian
mereka sulit untuk melepaskan tradisi bank konvensional yang memang sudah mendarah
daging. Dalam bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam
sistem operasional bank syariah, penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi
apapun. Bank syariah tidak mengenal yang namanya sistem bunga, baik itu bunga yang
diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana
di bank syariah. Dalam bank syariah hanya mengenal riba atau bagi hasil pada semua akad
yang dipraktekkan dalam bank syariah.
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam
menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha antara : pemilik dana yang menyimpan
uangnya dilembaga,lembaga selaku pengelola dana, dan masyarakat yang membutuhkan dana.
ya berasaskan pada Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan
Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan.

Tujuan dan Fungsi Manajemen Bank Syariah


Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan pada Prinsip
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sedangkan apabila kita berbicara mengenai
fungsi bank syariah, Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi bank syariah untuk
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, fungsi bank syariah
untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga
fungsi bank syariah untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.

1. Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana


Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana. Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dengan menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan
menggunakan akad al-mudharabah.
 Al-wadiah adalah akad (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama
menitipkan dananya kepada bank dan pihak kedua, bank menerima titipan untuk dapat
memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan dalam islam.
 Al-mudarabah merupakan akad antara pihak pertama yang memiliki dana kemudian
menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang mana dapat memanfaatkan dana yang
investasikan dengan tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariat islam.

2. Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakat


•Fungsi bank syariah yang kedua ialah menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat
memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan
aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh
return atas dana yang disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank penyaluran dana
ini tergantung pada akadnya berlaku.
•Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan bermacam-
macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad
jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk
margin keuntungan. Margin keuntukngan merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah
dan harga beli bank. Penapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah
yang menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.

3. Fungsi Bank Syariah yang memberikan Pelayanan Jasa Bank


•Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada
masyarakat, bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya.
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank
syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank
syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga
dan lain sebagainya.
• Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah
untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank.
Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan
pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah
pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah
kecepatan dan keakuratannya. Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam
meningkatkan kualitas produk layanan jasanya. Dengan pelayanan jasa tersebut, maka bank
syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee based income

Andrianto. Firmasnyah, M Anang. 2019. MANAJEMEN BANK SYARIAH (Implementansi


Teori dan Praktek). CV. Penerbit Qiara Media:Surabaya

Paradigma Manajemen Bank Syariah

Perubahan lingkungan yang akan datang terjadi mendesak manajemen untuk membuka diri
pada dampak perubahan lingkungan eksternal dan transformasi visi, misi dan strategi, serta
adaptasi kultur, struktur dan system. Perubahan ini membentuk keterbukaan manajemen secara
keseluruhan untuk menggapainya. 
Oleh karena itu, harus ada perubahan konsep, yaitu konsep yang dulu mengendalikan
pada supper startsmenuju pada konsep supper teams, sehingga harus berani membongkar dan
meninggalkan pikiran yang using masa lampau menuju pada kapasitas dan kredibelitas
kepemimpinan dan manajemen organisasi, sehingga mampu melakukan gugatan berupa
keberanian moral untuk merubah mentalitas “pedagang” menuju entrepreneur yang
professional.
Hal ini saja belum cukup, namun perlu didasarkan pada hubungan yang humanis, bahkan
sampai pada pendekatan theologies-etis. Pendekatan ini penting, karena pendekatan ini mampu
berperan sebagai ekselerator bagi terciptanya pola interaksi  manajer dengan pekerja yang
humanis, dimana kerja akan dirasakan baik oleh manajer maupun pekerja, sebagai wahana
humanisasi diri dan realisasi kedirianya. Pendekatan atau kerangka manajemen theologies-
etis mengarah pada keterlibatan  dimensi spiritual dalam perilaku manajemen. Spiritualitas
membawa kepada wujud semesta dan ilahi.
Kenyataan yang tidak sepenuhnya dapat dipahami akhirnya akan membawa kepada
pengalaman dan penghayatan atas yang transenden.Transenden itu sudah menjadi kebutuhan
baru, yakni self transcendence. Dalam hirarki kebutuhan sebagaimana yagn diteorikan oleh
Abraham Maslow, maka self transcendence dapat diletakan diatas jenjang kebutuhan tertinggi,
yaitu self actualization.
Oleh karena itu, pendekatan theologies-etis  tidak hanya bersifat himbauan semata bagi
kesadaran untuk mengubah manajemen yang selama ini cenderung menjadikan manajer dan
pekerja sebagai “sekerup-sekerup” proses produksi. Jika mau memulainya dari transformasi
radikal terhadap struktur manajemen dalam lingkungan keseluruhan, baik perusahaan maupun
Negara.
Secara umum, dalam manajemen Islami keberadaanya harus mengkaitkan antara material
dan spiritual atau antara iman dan material. Dengan demikian, untuk mengukur keberhasilan
dalam menjalankan manajemen dapat diukur dengan parameter iaman dan materi. Parameter ini
diharapkan dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat iman seseorang dengan etos kerjanya.

Menurut Prof. Dr. H. Ma‟ruf Abdullah, SH., MM., dalam bukunya Manajemen Berbasis
Syariah, paradigma manajemen syari‟ah memiliki tiga landasan, yakni:

1. Teologi Manajemen Syariah


Pemikiran Islam sebenarnya bukan merupakan buah dari intelektual manusia, namun
pemikiran itu merupakan pemikiran ilahi yang bersumber dari Allah SWT, dzat yang maha
benar dan maha sempurna, sebagai firman Allah:

Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-
Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka
ke jalan
yang lurus”. (Q.S. al-Maidah: 15-16).

Dengan demikian maka tidak etis rasanya kalo kita membangga-banggakan teori-teori
yang diikuti itu sebagai karya manusia, seperti misalnya teori manajemen (scentific
management). Sebetulnya manusia mendapat pentunjuk dan bimbingan untuk menggali mutiara
pikiran itu dari khazanah kekayaan ilmu Allah SWT. Allah Maha Mengatur dan Menyiapkan
segala sesuatunya yang diperlukan manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fil
ardhi (Q.S Hud : 61). Bumi tempat tinggal ini telah disiapkan oleh Allah SWT dengan isi
selengkap-lengkapnya: ada air, ada tanah, ada tumbuh-tumbuhan, ada hewan, ada tambang, ada
mineral, dan sebagainya. Manusia tinggal mengelolanya sesuai dengan misi yang diembannya
sebagai khalifah fil ardhi.
Untuk dapat mengelola kehidupan di muka bumi dengan sebaik-baiknya dengan melaksanakan
sumber daya yang disediakan oleh Allah SWT secara bertanggung jawab, diperlukan
pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan sikap kerja yang profesional yang dalam istilah
modern, sekarang disebut dengan “Manajemen”. Manajemen dalam pandangan ajaran Islam
mengandung pengertian segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.
prosesnya harus diikuti dengan baik. segala sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.
hal ini sesuai dengan sabda Rasulallah SAW :
“sesungguhnya Allah SWT sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,
dilakukan secara itqan (tetap, teratur, jelas dan tuntas)”. (HR. Thabarani).

2. Budaya Manajemen Syariah


Sebagai konsekuensi logis dari pentingnya manajemen dalam
melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang maka perlu dibangun budaya
manajemen syariah agar seorang pemimpin dalam menjalankan tugas meanajemen pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya betul-betul kredibel dan kapabel. Budaya manajemen syariah
yang dimaksud adalah :
a. Mengutamakan Akhlak
Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan Rasulallah SAW dalam melaksanakan
tugas kepemimpinannya dalam kapasitasnya sebagai pemimpin agama, kepala keluarga,
pemerintahan maupun entrepeneur adalah mengutamakan akhlak. Akhlak merupakan faktor
utama (payung) dari semua aktivitas yang dilakukan oleh Rasulallah SAW . Hal tersebut tidak
hanya diakui oleh kawan (sahabatnya), tetapi juga oleh lawannya, seperti kaisar Romawi
Heracleus dan lain-lain.
Dalam konteks kekinian yang disebut akhlak itu ialah Emotional Quotient (EQ) atau
kecerdasan emosional. Dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan, EQ menjadi sumber
utama terbangunnya kredibilitas dan kapabilitas.

3. Landasan Moral Manajemen Syariah


Dalam persektif Syariah seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya mempunyai landasan moral yang harus ia pegang teguh agar ia bisa lurus
dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya. Landasan moral yang dimaksud adalah:

a. Kesadaran bahwa dirinya di perintah oleh Allah


Maksudnya seorang pemimpin itu tidak boleh lupa bahwa
apapun yang dia lakukan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya ia tidak pernah luput dari
pantauan Allah, sebagaimana firman Allah sebagai berikut :

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya pula.
Ayat di atas mengingatkan kita bahwa tidak ada sesuatu yang dapat kita tutupi, semuanya
dalam pantauan Allah SWT, dan nanti pada hari perhitungan segala perebuatan kita yang baik
dan yang buruk ada balasan yang setimpal.

b. Komitmen yang tinggi pada kejujuran


Jujur adalah kesucian nurani tang memberi jaminan
terhadap kebenaran dalam berbuat , ketapatan dalam bekerja, dan dapat di percaya, serta
enggan untuk berbuatg dusta. Pemimpin yang lurus ( benar dan jujur) adalah pemimpin yang
menjadi idaman semua orang. pemimpin yang benar dan jujur adalah pemimpin yang setara
antara ucapan dan perbuatan (dapat membuktikan yang di ucapkannya), karena rakyat (orang-
orang yang dipimpinnya itu) perlu bukti bukan janji.

c. Komitmen yang tinggi pada amanah


Amanah atau kepercayaan yang diberikan kepada seorang
pemimpin yang berorientasi syariah merupakan penghargaan moral yang teramat mahal.
Amanah tidak di dapat begitu saja, tetapi melalui proses yang panjanfg dimulai dari
pengamatan, pemantauan dan di akhiri oleh penilaian yang teliti atas prilaku yang diberi
amanah.

Pit tolong buat nnti footnote dari menurut prof


Ghulam, Zainal. 2017. PARADIGMA MANAJEMEN SYARI’AH. Jurnal Iqtishoduna Vol. 6
No. 1 April 2017

Unsur Manajemen Syari’ah dan Implikasinya di Bank Syari’ah


Unsur-unsur menejemen bank syari’ah terdiri dari beberapa penjelasan antara lain:
a. Perencanaan
Semua dasar dan tujuan manajemen seperti tersebut di atas haruslah terintegrasi, konsisten
dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi kearah pencapaian tujuan
menajemen maka setiap usaha itu harus didahului oleh proses perencanaan yang baik. Dimana,
pada perencanaan bank syariah terdapat asas dan prinsip syariah dalam perlakuan pada arus
kas, manajemen sumber dana, manajemen penggunaan dana.

b. Forecasting
Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, yang paling mungkin
memperoleh sesuatu di masa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan
perhitungan yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh manajeman bank adalah melakukan peramalan
usaha dengan melihat kondisi internal dan eksternal dalam rangka perumusan kebijakan dasar.
c. Objective
Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh seseorang atau
badan usaha. Tujuan manajemen bank syari’ah tidak saja meningkatkan kesejahteraan bagi
para stakeholders, tetapi juga harus mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari
prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya ke dalam bisnis keuangan dan bisnis lainnya
yang terkait.
Oleh karena itu aktivitas perencanaan tujuan masa depan harus dilakukan dengan baik,
teliti, lengkap dan rinci, dan perumusan kebijakan itu haruslah disusun bersama oleh direksi
bersama-sama dengan dewan komisaris dan DPS dan perencanaan operasional harus
disusun bersama dengan para pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
operasional. Jadi yang dimaksudkan adalah agar kita menyusun perencanaan tujuan secara
profesional, tidak sekedar coba-coba.

d. Policies
Policies dapat berarti rencana kegiatan atau dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok
yang diadakan oleh suatu Badan Usaha untuk menentukan kegiatan yang berulang-ulang.
Oleh karena itu policies merupakan prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang terus-
menerus, setidak-tidaknya selama jangka waktu pelaksanaan rencana suatu organisasi.
Keputusan mengenai suatu policies ditentukan oleh top manajemen atau chief executive
officer atau Board of Directions dari suatu Badan Usaha.
Para manajer bertanggung jawab untuk menafsirkan, menjelaskan dan menjamin
pelaksanaan policies tersebut. Suatu policies haruslah merupakan suatu pernyataan positif
dan merupakan perintah yang harus dipenuhi oleh seluruh jajaran di dalam organisasi
secara vertikal ke bawah.
Kebijakan dasar (basic policies) umumnya meliputi bidang penting aktivitas bank yaitu:
1.    Tipe Nasabah yang Dilayani
2.    Jenis Layanan yang Disediakan Bagi Nasabah
3.    Daerah atau Wilayah Pelayanan
4.    Sistem Penyampaian Produk & Jasa Bank
5.    Distribusi Aktiva Produktif 
6.    Preferensi Likuiditas
7.    Persaingan
8.    Pengembangan dan Pelatihan Staf[5]

e. Programmes
Programmes adalah sederatan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies.
Program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanaka secara
bertahap, dan terikat denga ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus merupakan suatu
kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang telah ditentukan
dalam organisasi (closely integrated).

f. Schedules
Schedules adalah pembagian program yang harus diselesaikan menurut urut – urutan waktu
tertentu. Dalam keadaan terpaksa schedules dapat berubah, tetapi tujuan dan program tidak
beruba
g. Prosedures
Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Perbedaannya dengan program adalah program menyatakan apa yang harus
dikerjakan, sedangkan prosedur membicarakan tentang bagaimana melaksanakanya.
h. Budget
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang
diharapkan diperoleh dimasa yang akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan dalam
waktu, uang, material dan unit – unit yang melaksanakan pekerjaan guna memperoleh hasil
yang diharapkan.

.Prinsip Dasar Bank Syariah


Sebab-sebab terlarangnya suatu transaksi dalam islam antara lain:

a. MAYSIR
Yang pertama adalah Maysir atau Qimar yaitu suatu bentuk permainan yang didalamnya
dipersyaratkan, jika salah seorang pemain menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari
pemain yang kalah dan sebaliknya. Contoh dari maysir ini adalah judi, sedangkan beberapa
aktivitas yang termasuk dalam kategori judi yang telah dilarang misalnya seperti SMS
berhadiah sesuai dengan Fatwa MUI No. 9 Tahun 2008 Tentang SMS Berhadiah dan kuis
berbasis telepon sesuai arahan dari Dr. Nasr Farid, Mufti Mesir, Sekjen Majma al Buhuts al
Islamiyyah, Wafa Abu ‘Ajuz dan Syeikh Abdul Aziz bin Baz.

Mengenai hal ini sudah terdapat dalil Al-Qur’an yang melarang maysir/gharar dalam QS. Al
Maidah:90 berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al
Maidah:90)

b. GHARAR
Selanjutnya adalah Gharar yaitu ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak
terpenuhinya ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Dampak dari transaksi yang
mengandung gharar adalah adanya pendzaliman atas salah satu pihak yang bertransaksi
sehingga hal ini dilarang dalam islam.
Beberapa kategori unsur gharar antara lain dari segi kuantitas tidak sesuainya timbangan atau
takaran, kemudian dari siis kualitas terdapat ketidakjelasan pada kualitas barang, selanjutnya
dari sisi harga adanya dua harga dalam satu transaksi, dan yang terakhir dari sisi waktu yaitu
terdapat ketidakjelasan pada waktu penyerahan.

Identifikasi Ketidakpastian Yang Termasuk Dalam Gharar


Ketidakpastian yang muncul akibat tidak terpenuhinya ketentuan syariah dalam suatu transaksi,
maka ketidakpastian tersebut merupakan gharar yang dilarang oleh syariat. Adapun
Ketidakpastian yang tetap muncul setelah seluruh ketentuan syariah terpenuhi dalam suatu
transaksi, maka ketidakpastian tersebut merupakan sunnatullah yang tidak boleh dihilangkan,
namun dapat dikelola.

c. RIBA
Kemudian yang terakhir adalah Riba. Dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya
tambahan, sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok (modal) secara bathil. Terdapat perbedaan pendapat dalam menjelaskan riba. Secara
umum Riba adalah penambahan terhadap hutang. Maknanya: Setiap penambahan pada hutang
baik kwalitas ataupun kwantitas, banyak maupun sedikit, adalah riba yang diharamkan.

Landasan mengenai Riba ini sudah ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ( 4 ) ayat 29 yang berarti :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang
bathil”.

Adapun yang dimaksud dengan jalan yang bathil dalam hal ini yaitu pengambilan tambahan dari
modal pokok tanpa ada imbalan pengganti (kompensasi) yang dapat dibenarkan oleh Syar’i.
Riba secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu Riba Ad Duyun dan Riba Al Buyu’. Riba Ad
Duyun dikelompokan lagi menjadi Riba An Nasi’ah/Al Jahiliyah dan Riba Al Qardh,
sedangkan Riba Al Buyu’ dikelompokan menjadi Riba Al Fadhl dan Riba An nasa’. Untuk
bahasan lebih lengkap mengenai Riba ini akan kita bahas pada artikel selanjutnya.

d. CALO
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia calo adalah orang yang menjadi
perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah, perantara atau
makelar.9 Dalam bahasa Arab, calo sering disebut dengan simsarah.
Calo dibolehkan dalam Islam dengan syarat-syarat tertentu.

Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk menyempurnakan akad-akad, termasuk di


dalamnya menyempurnakan perjanjian seorang pedagang dengan calo. (Q.S. Al-
Maidah: 1). Ada sebuah hadits yang diriwayatkan Qais bin Abi Gorzah: Kami pada masa
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam disebut dengan samasirah (calo), pada suatu ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam menghampiri kami, dan menyebut kami dengan nama
yang lebih baik dari calo, beliau bersabda: Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli ini
kadang diselingi dengan kata-kata yang tidak bermanfaat dan sumpah (palsu), maka
perbaikilah dengan (memberikan) sedekah (HR Ibnu Majah).

Hadist di atas menunjukkan bahwa pekerjaan calo sudah ada sejak masa
Rasulullah shallallahu alahi wassalam, dan beliau tidak melarangnya, bahkan menyebut mereka
sebagai pedagang. Lagi pula calo adalah pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat, karena ada
sebagian masyarakat yang sibuk, sehingga tidak bisa mencari
sendiri barang yang dibutuhkan, maka dia memerlukan calo untuk mencarikannya.
Sebaliknya, sebagian masyarakat yang lain, ada yang mempunyai barang dagangan, tetapi dia tidak
tahu cara menjualnya, maka dia membutuhkan calo untuk memasarkan dan menjualkan
barangnya.

Para ulama membolehkan seorang calo untuk mengambil upah dari pedagang atau pembeli atau
dari keduanya. Walaupun sebagian ulama mengatakan bahwa upah
calo diambil dari pedagang, dan ini berdasarkan kebiasaan di pasar pada waktu itu.
Berkata Imam Nawawi: Upah calo dibayar oleh pemilik barang yang memintanya untuk
menjualkan barangnya.

e. MAKELAR
Makelar dalam bahasa Arab disebut dengan simsar. Dan kerja makelar disebut
simsarah, atau perantara mencarikan pembeli. Atau
perdagangan yaitu orang yang menjualkan atau yang perantara antara penjual dan pembeli untuk
memudahkan jual beli.Makelar dalam kitab-kitab fiqih terdahulu disebut dengan istilah
samsarah atau simsarah. Sayyid Sabiq mendefinisikan simsar adalah orang yang menjadi
perantara antara pihak penjual dan pembeli guna lancarnya transaksi jual beli.
Pada zaman modern ini, pengertian perantara sudah lebih meluas lagi, sudah bergeser kepada jasa
pengacara, jasa konsultan, tidak hanya sekedar mempertemukan orang yang menjual dengan
orang yang membeli saja, dan tidak hanya menemukan barang yang dicari dan menjualkan
barang saja.

f. SPEKULASI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia spekulasi berarti pend pat atau dugaan
yang tidak berdasarkan k nyataan; tindakan yang bersifat untung-untungan; (perihal)
membeli atau menjual sesuatu yang mungkin mendatangkan untung besar.Kata spekulasi berasal
dari bahasa latin speculate yang merupakan bentuk kalimat lampau dari speculari yang artinya
melihat kedepan, mengamati, dan menelaah. Istilah spekulasi sering digunakan untuk
merangkul antara investasi dengan judi, istilah spekulasi digunakan untuk kegiatan yang
biasanya dianggap investasi tetapi dilakukan dengan cara yang menjurus kepada perjudian.
Spekulasi mengabaikan faktor risiko yang mungkin muncul.Contohnya, membeli kendaraan
bermotor yang surat-suratnya tidak ada atau hilang, atau membeli rumah yang sertifikatnya
hilang, dengan harga yang sangat murah.

Seperti sistem ijon, membeli padi yang belum waktunya panen (masih muda),18 atau sapi yang
masih dalam kandungan. Sudah tentu padi yang belum waktunnya dipaden memiliki harga
yang lebih murah dibandingkan jika padi itu sudah di panen. Jika ternyata hasil panen padi
melimpah maka pembeli (spekulator) pasti untung besar. Contoh lainnya membeli sapi yang
masih dalam kandungan. Sudah bareang tentu juga peternak akan memberikan harga yang lebih
murah untuk anak sapi yang masih dalam kandungan. Karena dia pun tidak tahu apakah
nantinya anak sapinya itu akan hidup atau tidak. Jika lahir pun apakah sehat atau tidak. Namun
bagi seorang spekulator disitulah letak perjudiannya. Jika anak sapi lahir dan hidup sehat
pembeli akan untung besar karena mendapatkan harga yang murah
KESIMPULAN
Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar yang
menentukan imbalan yang akan diterima atas jasa pembiayaan yang diberikan dan atau pemberian
imbalan atas dana masyarakat. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut
sematamata didasarkan pada prinsip syariah. Kebalikannya dengan bank konvensional di mana
imbalan selalu dihitung dalam bentuk bunga dengan suatu presentase tertentu). Tingkat bunga yang
dinyatakan dalam presentase tertentu tersebut merupakan aspek penting yang selalu terkait dengan
kegiatan usaha bank konvensional

Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasardasar syariah dengan kata lain,
pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada nilai, prinsip, dan konsep syariah. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka dalam artikel ini ditulis untuk memberikan gambaran mengenai aspekaspek
pennting dalammanajemen bank syariah, yang meliputi: pengertian manajemen dalam Islam,
dasardasar manajemen syariah,prinsip manajemen dalam syariah Islam, tujuan manajemen syariah,
implikasi pengelolaan bank syariah, perumusan kebijkaan, perencanaan dan pengembangan organisasi,
sistem manajemen bank syariah dan sound of syariah banking business.

SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah
daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan kami jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. Firmasnyah, M Anang. 2019. MANAJEMEN BANK SYARIAH


(Implementansi Teori dan Praktek). CV. Penerbit Qiara
Media:Surabaya
Ghulam, Zainal. 2017. PARADIGMA MANAJEMEN SYARI’AH. Jurnal Iqtishoduna
Vol. 6 No. 1 April 2017
Rofik Eka Nur.2020.TRANSAKSI YANG DIHARAMKAN OLEH ISLAM.Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

11
0

Anda mungkin juga menyukai