Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Keuangan

Sistem keuangan adalah kumpulan institusi, pasar, ketentuan perundangan,

peraturan-peraturan, dan teknik-teknik dimana surat-surat berharga diperdagangkan,

tingkat bunga ditetapkan, dan jasa-jasa keuangan dihasilkan serta ditawarkan ke

selurug bagian dunia (Peter S. Rose).

Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling krusial dalam masyarakat

modern saat ini. Jika tidak ada sistem keuangan, maka sistem pembayaran dan

intermediasi tidak mungkin akan terlaksana. Tugas utama sistem keuangan dalam

perekonomian modern adalah memindahkan dana dari penabung kepada peminjam

yang membutuhkan dana untuk membeli barang dan jasa, serta untuk melakukan

investasi. Dengan demikian, sistem keuangan merupakan bagian penting dari sistem

ekonomi.

2.2. Fungsi Sistem Keuangan

a. Fungsi Tabungan (Savings Function)

Sistem keuangan menyediakan suatu mekanisme dan instrumen tabungan

yang dapat diperjual-belikan di pasar uang dan pasar modal, seperti: Obligasi,

Saham, dan instrumen lainnya yang dapat diperjual-belikan. Instrumen

keuangan yang dapat diperjual-belikan tersebut kemudian akan digunakan

untuk investasi, sehingga memungkinkan barang dan jasa dapat diproduksi

lebih banyak dan dapat meningkatkan taraf hidup.


b. Fungsi Kekayaan (Wealth Function)

Instrumen keuangan yang diperjual-belikan di pasar keuangan memiliki cara

terbaik untuk menyimpan kekayaan, yaitu dengan cara menahan asset yang

dimiliki. Fungsi ini disebut fungsi penyimpanan kekayaan. Penyimpanan

kekayaan dapat dilakukan dengan cara membeli barang, misalnya: Mobil.

Namun, kekayaan tersebut nilainya akan menurun karena mengalami

penyusutan setiap tahunnya. Berbeda dengan obligasi, saham, dan sistem

keuangan lain, yang nilainya tidak akan mengalami penyusutan atau berkurang

seiring berjalannya waktu.

c. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)

Kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan dapat dengan

mudah dicairkan melalui pasar keuangan dengan resiko kecil. Dengan

demikian, pasar keuangan menyediakan likuiditas bagi penabung, pemilik

instrumen keuangan yang membutuhkan uang tunai. Insrumen keuangan yang

biasanya dimiliki oleh penabung adalah instrumen keuangan yang memberikan

pendapatan lebih tinggi, seperti: Surat Utang Negara, Obligasi Negara, dan

Surat Perbendaharaan Negara.

d. Fungsi Kredit (Credit Function)

Pasar keuangan menyediakan kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi

dan investasi. Kredit merupakan pinjaman yang disertai janji untuk membayar

kembali di masa yang akan datang. Konsumen membutuhkan kredit untuk

membeli barang, sedangakn pengusaha menggunakan fasilitas kredit untuk

membeli barang tujuan produksi, membayar dividen kepada pemegang saham,

dan lain sebagainya.


e. Fungsi Pembayaran (Payment Function)

Sistem keuangan menyediakan mekanisme pembayaran atas transaksi barang

dan jasa. Instrumen yang digunakan sebagai alat pembayaran, antara lain: cek,

giro, kartu kredit, dan kartu debit, termasuk mekanisme kliring dalam

perbankan.

f. Fungsi Risiko (Risk Function)

Sistem keuangan menawarkan proteksi terhadap jiwa, kesehatan, harta, dan

risiko penghasilan atau kerugian kepada semua unit usaha dan konsumen

termasuk pemerintah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjual polis

asuransi. Pennjualan polis asuransi di pasar keuangan dimaksudkan untuk

menawarkan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian-

kerugian yang dialami oleh setiap unit usaha dan konsumen.

g. Fungsi Kebijakan (Policy Function)

Pasar keuangan telah telah menjadi instrumen pokok yang dapat digunakan

oleh pemerintah untuk melakukan kebijakan untuk menstabilkan ekonomi dan

mempengaruhi inflasi melalui kebijakan moneter.

2.3. Sistem Keuangan di Indonesia

Sistem keuangan di Indonesia terdiri dari otoritas keuangan (financial authorities),

sistem perbankan, dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Pada dasarnya sistem

keuangan tersebut merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang

memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa keuangan. Fasilitas jasa

keuangan tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan, termasuk pasar uang

dan pasar modal.


Sistem perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya, yang terdiri dari

Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum,

berdasarkan peraturan perundang-undangan, dapat menghimpun dana dari

masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito

berjangka. Bank Umum dalam kegiatannya berfungsi untuk memberikan jasa-jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Sementara Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan

ketentuan perundangan, dalam kegiatannya berfungsi untuk menghimpun dana,

dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun tidak diperkenankan

memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai Sistem Keuangan di Indonesia:

A. Otoritas Keuangan

Adanya perubahan struktur kelembagaan dalam Sistem Keuangan Indonesia

menyebabkan perubahan struktur sistem keuangan. Perubahan yang paling

jelas pada strukstur Sistem Keuangan Indonesia adalah ditiadakannya fungsi

Dewan Moneter, yang sebelumnya dikenal sebagai Sistem Moneter Indonesia.

Perubahan sistem tersebut disebabkan karena terjadinya pengalihan status

Bank Indonesia menjadi lembaga independen dan berfungsi sebagaiotoritas

tunggal dibidang moneter dan perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 1999.

Otoritas Jasa Keuangan atau Lembaga Pengawas Jasa Keuangan yang

pembentukkannya dilakukan palinh lambat akhir tahun 2010 menurut Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2004.

Otoritas Jasa Keuangan menurut Undang-Undang merupakan lembaga

independen yang berfungsi sebagai salah satu otoritas keuangan yang akan
melakukan fungsi pengaturan, pengawasan, dan pembinaan Lembaga-

Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) selain sektor perbankan.

Otoritas keuangan yang nantinya akan memiliki peran dalam pengaturan dan

pengawasan di bidang keuangan dan perbankan terdiri dari:

a. Bank Indonesia

b. Pemerintah (Departemen Keuangan)

c. Otoritas Jasa Keuangan

d. Lembaga Penjamin Simpanan

B. Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan

lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan

pihak-pihak lainnya sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004.

Bank Indonesia memiliki satu tujuan yang disebut tujuan tunggal yaitu

Mencapai dan Memelihara Kestabilan Nilai Rupiah.

Untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia

sebagai Bank Sentral Republik Indonesia memiliki tiga tugas utama, yaitu

mencapai sasaran-sasaran moneter yang artinya adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter. Selain itu, sebagai Bank Sentral, Bank

Indonesia merupakan lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan

mengatur peredaran uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah.

Disamping itu, Bank Indonesia diberikan tugas untuk mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran. Dan tugas terakhir Bank Indonesia adalah

mengatur dan mengawasi bank.


Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mempunyai wewenang untuk

Melaksanakan kebijakan nilai tukar bedasarkan sistem nilai tukar yang

ditetapkan, Mengelola cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban luar

negeri, Memelihara keseimbangan neraca pembayaran, dan Menerima

pinjaman luar negeri.

Salah satu perubahan yang terjadi pada fungsi Bank Indonesia sebagai

lembaga independen, Bank Indonesia tidak dapat lagi memberikan kredit

likuiditas dalam rangka kredit program. Kredit likuiditas dalam rangka kredit

program yang masih berjalan, dialihkan kepada Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), yang memiliki tugas dan wewenang diantaranya: Melakukan

pembayaran kewajiban kepada Bank Indonesia, Melakukan penyaluran dan

administrasi kredit program, dan Mencari sumber-sumber pendanaan untuk

pelaksanaan kredit program.

C. Lembaga Penjamin Simpanan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah lembaga keuangan yang berstatus

independen yang tugas pokoknya memberi jaminan atas simpanan kepada

nasabah bank. LPS memiliki dua fungsi, yaitu: Menjamin simpanan nasabah

bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank gagal dalam

upayanya memelihara stabilitas perbankan.

Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan oleh LPS bersifat terbatas

tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang

menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta LPS dan

membayar premi penjaminan. Jika bank mengalami kebangkrutan dan tidak

dapat melanjutkan usahanya, maka LPS akan membayar simpanan setiap


nasabah bank sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijaminkan

akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Likuidasi ini merupakan tindak

lanjut bank yang mengalami kesulitan keuangan.

Tindakan penyelesaian atau penanganan bank gagal oleh LPS didahului

berbagai tindakan lain oleh Bank Indonesia dan LPP sesuai peraturan

perundang-undangan.

Mengingat fungsinya yang sangat penting, LPS harus independen, transparan,

dan accountable dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Independensi

LPS mengandung arti bahwa pihak manapn termasuk pemerintah tidak boleh

melakukan campur tangan dalam pelaksanaan tugas dan wewenang LPS yang

diberikan oleh Undang-Undang kecuali hal-hal yang dinyatakan secara jelas

dalam Undang-Undang.

Kebijakan penjaminan dalam LPS dapat berdampak pada sektor perbankan

dan fiskal, maka di dalam LPS terdapat wakil dari masing-masing otoritas yang

berwenang. Keberadaan para otoritas tersebut dimaksudkan untuk kbersama-

sama merumuskan kebijakan penjaminan yang dapat mendukung kebijakan

pada sektor-sektor tersebut. Namun, pelaksanaan kebijakan tersebut

merupakan sepenuhnya tanggung jawab dan wewenang LPS tanpa dapat

dicampurtangani oleh pihak manapun.

Kekayaan LPS merupakan aset negara yang dipisahkan. Kekayaan LPS

berbentuk investasi dan bukan investasi. Kekayaan dalam bentuk investasi

hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang diterbitkan pemerintah

Indonesia atau Bank Indonesia. LPS tidak dapat menempatkan investasi pada

bank atau perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk penyertaan modal


sementara dalam rangka penyelamatan atau penanganan bank gagal. LPS

dapat menempatkan kekayaan bukan investasi, seperti giro, gedung kantor,

dan perlengkapan lainnya dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya.

 Tugas LPS

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan

simpanan

2. Melaksanakan penjaminan simpanan

3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif

memelihara stabilitas sistem perbankan

4. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakkan

penyelesaian bank gagal

5. Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik

 Wewenang LPS

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan

2. Menetapkan dan memungut konstribusi pada saat bank pertama kali

menjadi peserta

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS

4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank,

laporan keuangan bank, laporan hasil keuangan bank, sepanjang

tidak melanggar kerahasian bank

5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan konfirmasi

6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim

7. Menunjuk, menguasakan, dan menugaskan pihak lain guna

melaksanakan sebagian tugas tertentu

8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat


9. Menjatuhkan sanksi administratif

 Wewenang LPS dalam mlaksanakan penyelesaian dan pananganan

bank gagal:

1. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang

pemegang sagam, termasuk hak dan wewenang RUPS

2. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang

diselamatkan

3. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan mengubah

setiapkontrak yang mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan

pihak ketiga yang merugikan bank

4. Menjual dan mengalihkan aser bank tanpa persetujuan debitur dan

kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

 Jenis simpanan yang dijamin oleh LPS :

1. Giro

2. Deposito

3. Sertifikat Deposito

4. Tabungan

 Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS setiap nasabah pada satu bank

max Rp. 100.000.000 . Nilai tersebut dapat berubah apabila:

1. Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar

2. Terjadi inflasi yang cukup besar

3. Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang

dari 90% dari jumlah nasabah penyimpan seluruh kantor bank.


D. Departemen Keuangan

Departemen keuangan adalah lembaga pemerintah yang melakukan

pengaturan dan pengawasan di bidang Lembaga Keuangan Bukan Bank

(LKBB).

LKBB adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang

menghimpun dana dengan mengerluarkan kertas berharga dan

menyalurkannya untuk membiayai investasi perusahaan.

Berikut ini merupakan Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank:

1. Lembaga Pembiayaan (multifinance company)

2. Perusahaan Peransuransian (insurance companies)

3. Dana pensiun (pension fund)

4. Perusahaan Efek (securities company)

5. Reksa Dana

6. Perusahaan Modal Ventura

7. Pegadaian

Unit organisasi Departemen Keuangan yang terlibat langsung dalam

menangani sektor keuangan dan perbankan adalah Direktorat Jenderal

Lembaga Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Direktorat

Jenderal Lembaga Keuangan melakukan fungsi pengawasan dan pengaturan

terhadap LKBB. Sementara itu, Bapepam melakukan fungsi pembinaan,

pengaturan, dan pengawasan sehari0hari pasar modal guna mewujudkan

pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien untuk melindungi kepentingan

pemodal dan masyarakat.


E. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertugas melakukan pengaturan dan

pengawasan terhadap sektor jasa keuangan di Indonesia. OJK dapat

mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dnegan pelaksanaan tugas dan

pengawasan bank dengan berkoordinasi bersama Bank Indonesia. OJK juga

dapat meminta penjelasan dari Bank Indonesia mengenai kondisi dan data

makro yang diperlukan.

F. Sistem Perbankan di Indonesia

Bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya dikelompokkan ke

dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Indonesia

berfungsi sebagai Bank Sentral.

Jenis-jenis Bank yang beroperasi di Indonesia dibedakan berdasarkan:

a. Fungsi

1. Bank Sentral

2. Bank Umum

3. Bank Perkreditan Rakyat

b. Kepemilikan

1. Bank Persero (Bank Pemerintah)

2. Bank Umum Swasta Nasional

3. Bank Asing

4. Bank Pemerintah Daerah

5. Bank Campuran

c. Sistem Pengenaan Bunga

1. Bank Konvensional

2. Bank Syariah
d. Kegiatan di Bidang Devisa

1. Bank Devisa (foreign exchange bank)

2. Bank Non-Devisa (Non foreign exchange bank)

e. Jenis Kantor

1. Kantor Pusat (Head Office)

2. Kantor Cabang (Branch Office)

3. Kantor Cabang Pembantu (Subbranch Office)

4. Kantor Kas (Cash Services Office)

5. Kantor Perwakilan (Representative office)

6. Kantor Wilayah (Regional Office)

Daftar Pustaka:

https://fakhrurrazypi.wordpress.com/2009/12/28/fungsi-sistem-keuangan/

http://arbadtik.blogspot.com/2015/09/bab-i-pendahuluan-1.html

http://www.academia.edu/8141529/Sistem_Keuangan_Indonesia

http://ensikloditya.blogspot.com/2011/12/sistem-keuangan-indonesia.html

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter, dan

Perbankan. Jakarta: lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai