Anda di halaman 1dari 8

OTORITAS JASA KEUANGAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK 1
1. ALVIRA ROFIAN PUTRI
2. CESILIA JULIANA AMBARITA
3. FAHMI PRANATA
4. FELIX CHRISTIAN TARIGAN
5. RAHEL DELLIS SINAGA

KELAS : X MIPA 8
SEKOLAH : SMAN 5 MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmatnya kita
masih bisa menjalankan pelajaran sekolah seperti biasa. Dan atas karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah ekonomi ini dengan judul “otoritas jasa keuangan (OJK) dapat
terselesaikan dengan baik atas Kerjasama antar anggota kelompok.

Makalah ini menjelaskan tentang seputar ”materi otoritas jasa keuangan (OJK)”. Kami berharap
makalah ini bisa memberikan wawasan kepadan pembaca dan teman teman semuanya.
Sekalipun jika ada kekurangan materi yang kami buat, kesalahan kata, tata Bahasa ataupun
isinya kami meminta maaf. Oleh karena jika ada materi yang tidak dipahami atau kurang jelas
kami meminta saran,masukan maupun kritikan dari teman teman semuanya dan pembaca.

Demikianlah makalah ini kami susun, akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Medan, 23 februari 2023

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sesuai ketentuan peralihan ayat 1 pasal 55 Undang-Undang No 21, sejak tanggal 31 Desember
2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
pasar modal, perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan
lainnya beralih dari menteri keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke
OJK atau Otoritas Jasa Keuangan. Pemerintah diamanatkan membentuk lembaga pengawas 3
sektor jasa keuangan yang independen selambat-lambatnya akhir tahun 2010 dengan nama
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan pada Rancangan Undang Undang (RUU) OJK,
tujuan pendirian OJK secara normatif adalah pertama, meningkatkan dan memelihara
kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-
undangan dibidang jasa keuangan. Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang
jasa keuangan. Keempat, melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan. Pemerintah
diamanatkan membentuk lembaga pengawas 3 sektor jasa keuangan yang independen selambat-
lambatnya akhir tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Lembaga ini bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, pensiun, pasar modal, modal
ventura dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan dana masyarakat. Adapun beberapa alasan dibentuknya OJK yaitu, semakin
kompleks dan bervariasinya produk dari jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi
perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Menurut pasal 4 UU No. 21
tahun 2011 tentang OJK, OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat. Dengan adanya OJK diharapkan dapat melakukan pengawasan
terhadap Lembaga keuangan bank dan non bank serta lembaga jasa keuangan lainnya yang ada
di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Pengertian dari OJK
2. Tujuan daripada lembaga keuangan OJK
3. Fungsi, tugas, serta wewenang OJK
4. Asas asas yang terdapat pada OJK
5. Landasan pemisah wewenang antara bank indonesia dengan OJK
6. Aspek aspek pembentukan OJK
7. Kode etik OJK
8. Nilai nilai strategis OJK
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memberitahu pembaca dan pendengar pemahaman
materi tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN OJK
Otoritas jasa keuangan adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 tahun
2011 yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai
fungsi,tugas,dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,dan penyidikan terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

2.2 TUJUAN OJK


Tujuan Otoritas Jasa Keuangan dibentuk,yaitu:
a. Agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara
teratur,adil,transparan,dan akuntabel
b. Agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mampu mewujudkan sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan
c. Keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat

2.2 FUNGSI DAN TUGAS OJK


1. Menjamin Keamanan Transaksi Keuangan
Aturan dan kebijakan yang dibuat oleh OJK bertujuan untuk menciptakan lembaga keuangan
mampu dipercaya oleh masyarakat. Sehingga, fungsi OJK adalah menjamin keamanan transaksi
keuangan. Saat layanan keuangan beroperasi secara aman tanpa masalah, maka masyarakat
merasa aman dan percaya terhadap lembaga keuangan.
2. Mencegah Terjadinya Penipuan
Di dalam masyarakat, marak terjadi penipuan dengan mengatasnamakan lembaga keuangan
resmi. Oleh karena itu, fungsi OJK adalah mencegah terjadinya penipuan. Otoritas Jasa
Keuangan harus selalu mengawasi dan memeriksa seluruh lembaga keuangan yang terdaftar.
Agar pihak jasa keuangan tersebut tetap melakukan tugas dan fungsinya sesuai peraturan OJK
dan tidak merugikan masyarakat.
3. Meningkatkan Inklusi Keuangan Masyarakat
Dalam rangka mewujudkan pemerataan akses layanan keuangan, Otoritas Jasa Keuangan juga
memiliki peranan penting dalam hal ini. Sehingga, salah satu fungsi OJK adalah meningkatkan
inklusi keuangan masyarakat. Berbagai usaha dilakukan OJK mewujudkannya, mulai dari
kampanye Bulan Inklusi Keuangan, kerja sama pelayanan pembayaran digital dengan berbagai
merchant, dan sejenisnya.
4. Membangun Ekosistem Keuangan yang Saling Menguntungkan
Fungsi lain dari Otoritas Jasa Keuangan adalah membangun ekosistem keuangan saling
menguntungkan. Terdapat pihak dalam mewujudkan perekonomian dan keuangan yang
memadai. OJK adalah salah satunya. Dengan berbagai peranan, tugas, dan wewenangnya
diharapkan Otoritas Jasa Keuangan mampu menciptakan berbagai transaksi keuangan yang
menguntungkan dari pihak masyarakat, jasa keuangan, hingga pemerintah.
2.3 WEWENANG OJK
 Untuk melaksanakan tugas peraturan dan pengawasan di sektor perbankan, otoritas jasa
keuangan mempunyai wewenang sebagai berikut :
1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
 Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana
kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merder, konsolidasi,
dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank
 Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi
dan aktivitas di bidang jasa
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai Kesehatan bank yang meliputi hal hal berikut
 Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio peminjaman terhadap
simpanan dan pencadangan bank
 Laporan bank yang terkait dengan Kesehatan dan kinerja bank
 Sistem informasi debitur
 Pengujian kredit(credit testing)
 Standar akuntasi bank
3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati hatian bank, meliputi hal hal berikut:
 Manajemen resiko
 Tata Kelola bank
 Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang
 Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan
 Pemeriksaan bank
 Untuk melaksanakan tugas peraturan OJK mempunyai wewenang:
 Menetapkan peraturan pelaksanaan undang undang republik Indonesia nomor 21 tahun
2011
 Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
 Menetapkan peraturan dan keputusan OJK
 Menetapkan peraturan mengenai pegawasan di sektor jasa keuangan
 Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penepatan perintah tertulis terhadap Lembaga
jasa keuangan dan pihak tertentu
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penepatan pengelola statuer pada Lembaga jasa
keuangan
 Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
 Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:
1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala eksekutif
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan
lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau pihak tertentu
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter
6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter
7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
8. peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
9. Memberikan atau mencabut :
 izin usaha
 izin orang perseorangan
 efektifnya pernyataan pendaftaran
 surat tanda terdaftar;persetujuan melakukan kegiatan usaha
 pengesahan
 persetujuan atau penetapan pembubaran
 penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2.4 ASAS ASAS OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)


1. Asas independent(independensi) yaitu dalam pengambilan suatu keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang otoritas jasa keuangan yang dimana tetap sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2. Asas Kepastian Hukum yaitu asas dalam sebuah negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan di setiap kebijakan
penyelenggaraan otoritas jasa keuangan.
3. Asas Kepentingan Umum yaitu sebuah asas yang membela dan melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum.
4. Asas professional yaitu asas yang mengutamakan sebuah keahlian dalam pelaksanaan
tugas dan wewenang otoritas jasa keuangan dengan berlandasan pada kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Asas integritas yaitu asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap
tindakan dan keputusan yang diambil dalam setiap penyelenggaraan otoritas jasa
keuangan.
6. Asas akuntabilitas yaitu asas menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
sebuah kegiatan penyelenggaraan otoritas jasa keuangan harus dapat di
pertanggungjawabkan kepada publik.

2.5 LANDASAN PEMISAH WEWENANG ANTARA BANK INDONESIA


DENGAN OJK
Landasan Pemisahan Wewenang Pengawasan Antara Bank Indonesia Dan Otoritas Jasa
Keuangan Terdapat 3 landasan pemisahan wewenang pengawasan antara bank Indonesia
dan otoritas jasa keuangan yaitu landasan yuridis, landasan filosofis dan landasan
sosiologis, yaitu:
1. Landasan Yuridis Pembentukan Undang-Undang otoritas jasa keuangan dilandasi
dengan adanya Undang-Undang Bank Indonesia. Dalam pasal 34 UndangUndang Bank
Indonesia yang mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan
yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan
perusahaan pembiyaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat.
2. Landasan Sosisologis Dalam peran pengaturan dan pengawasan secara sosiologis ini
dilakukan oleh otoritas jasa keuangan harus diarahkan untuk menciptakan efesiensi,
persaingan yang sehat, perlindungan konsumen serta memelihara mekanisme yang
sehat30. Dalam hal ini untuk menciptakan suatu aktivitas dan transparansi harus
diterapkan sedmeikian rupa untuk menciptakan suatu aktivitas dan transaksi ekonomi
yang teratur, efesiensi dan produktif dan menciptakan adanya perlindungan nasabah dan
masyarakat.
3. Landasan Filosofis Dalam landasan filosofis ini dapat dikemukakan bahwa otoritas
jasa keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam
sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel
serta dapat mewujudkaaan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
2.6 ASPEK ASPEK PEMBENTUKAN OJK
Aspek-Aspek Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan Bahwa dalam otoritas jasa keuangan
terdapat aspek-aspek yang termuat di dalamnya yaitu :
A. Aspek Pembagian Tugas : dengan adanya pembagian tugas ini yang bertujuan untuk
memastikan pembagian bidang tugas secara jelas dan rinci sehingga dapat lebih efektif untuk
koordinatif dan komunikatif dalam eksekusinya utuk menangani sebuah sistem keuangan dan
moneter di Indonesia dapat diukur. Dan tujuan adanya pembagian tugas ini untuk otoritas jasa
keuangan dan Bank Indonesia mutlak karena hal tersebut sangat berkaitan antara sistem
keuangan dan sistem moneter.
B. Aspek Koordinasi dan Sinkronisasi : tugas dan wewewnang otoritas jasa keuangan dan Bank
Indonesia memerlukan koordinasi dan sinkronisasi dalam menyusun sebuah kebijakan.
C. Aspek Pertanggungjawaban : dalam pertanggungjawaban dalam otoritas jasa keuangan
terdapat pada siapa otoritas jasa keuangan harus bertanggung jawab dan bagaimana dalam
melaksanakan prosedur mekanisme keuangan .
D. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) : dalam otoritas jasa keuangan diperlukannya juga
sumber daya manusia karena sangat dibutuhkannya integritas sumber daya manusia yang tinggi
dan otoritas jasa keuangan memerlukan sumber daya manusia yang tangguh dan memadai .
E. Aspek Teknologi Informasi (TI) : dalam otoritas jasa keuangan perlu didukung dengan
teknologi informasi yang baik karena dalam sebuah lembaga keuangan dubutuhkan dukungan
perangkat informasi teknologiyang tepat untuk memudahkan dalam pengiriman data dan laporan
secara elektronik dari sebuah lembaga keuangan kepada otoritas jasa keuangan.
F. Aspek Anggaran Atau Keuangan : bahwa sangat jelas di dalam otoritas jasa keuangan
memerlukan sumber dana, sumber dana yang diperoleh dari iuaran-iuran lembaga-lembaga
keuangan yang telah beroperasi, sumber dana diperoleh dari iuran lembagalembaga keuangan di
bawah pengawasan otoritas jasa keuangan untuk menutup anggaran yang telah direncanakan
oleh otoritas jasa keuangan

2.7 KODE ETIK OJK


Kode etik otoritas jasa keuangan merupakan sebuah aturan dan asas mengenai kepatuhan dan
pelaksanaan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, pejabat dan pegawai otoritas jasa
keuangan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu tujuan kode etik otoritas jasa keuangan
ialah untuk menjaga citra, martabat, integritas dan independensi anggota dewan komisioner,
pejabat dan pegawai otoritas jasa keuangan dalam menjalakan tugas sesuai dengan nilai strategis
organisasi otoritas jasa keuangan dan mencegah untuk pelanggaran kode etik otoritas jasa
keuangan untuk anggota dewan komisioner, pejabat dan pegawai otoritas jasa kuangan. Kode
etik otoritas jasa keuangan dilaksnakan tanpa adanya toleransi atas penyimpangan yang
mengandung sanksi bagi yang melanggarnya

2.8 NILAI NILAI STRATEGIS OJK


Nilai-Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan Bahwa dalam otoritas jasa keuangan memiliki tiga
nilai stratgeis antara lain :
A. Integritas, nilai integritas bertindak objektif, adil dan konsisten sesuai dengan kode etik dan
kebijakan organisasi yang menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen yang telah ada.
B. Profesionalisme, nilai profesionalisme bekerja dengan penuh tanggung jawab yang
berdasarkan kompetensi yang sangat tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.
C. Sinergis yaitu nilai kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun
eksternal secara produktif dan berkualitas.
BAB III
PENUTUP
8.1 KESIMPULAN
Berdasarkan paparan materi diatas, secara umum otoritas jasa keuangan(OJK)
adalah Lembaga yang independen dan bebas dari campur tanganpihak lain, yang
memiliki fungsi ,tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan
penyedikan sebagai mana dimaksud dalam undang undang nomor 21 tahun 2011
tentang OJK. Pembentukan OJK dilatar belakangi oleh 3 hal yaitu perkembangan
industri sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri
jasa keuangan dan amanat undang undang nomor 3 tahun 2004 tentang bank
Indonesia pasal 34. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, dan transparan. Serta
mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil serta mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta
Tindakan yang dilakukan OJK dalam hal melindungi konsumen yaitu memberikan
infomasi dan edukasi meminta Lembaga jasa keuangan menghentikan kegiatannya
apabila berpotensi merugikan masyarakat dan melakukan pelayanan pengaduan
konsumen.

Anda mungkin juga menyukai