MATA KULIAH
ETIKA PROFESI HUKUM
KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN
Dosen pengampu:
Oleh:
MUHAMMAD FARHAN ARBI
NIM. 301.2021.001
Semester 4
Bismillahirrahmanirrahim
Adapun tujuan dan maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai
salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum. Dengan harapan
bahwa makalah ini dapat membantu serta memberikan tambahan pengetahuan
kepada pembacanya.
FARHAN ARBI
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR......................................................................... i
A. Latar belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 2
A. Kesimpulan............................................................................... 11
B. Saran......................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK adalah lembaga yang independen
dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK
didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan
pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran
Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk
melindungi konsumen industri jasa keuangan.
Latar belakang pembentukan OJK adalah karena adanya kebutuhan
dalam hal penataan beberapa lembaga pelaksana yang bertugas mengatur dan
memberikan pengawasan di sektor jasa keuangan. Mengacu pada pengertian
OJK di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang melandasi pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan:
1. Amanat Undang-Undang
Adanya amanat Undang-undang untuk melakukan pembentukan
lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup Perbankan,
Asuransi, Sekuritas, Dana Pensiun, Modal Ventura, Jasa Pembiayaan,
dan badan-badan lain yang melakukan pengelolaan dana masyarakat.
2. Perkembangan Industri Jasa Keuangan
Adanya globalisasi dan inovasi dalam sistem keuangan serta
kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, membuat industri
keuangan menjadi sangat dinamis, kompleks, dan saling terhubung.
3. Konglomerasi Lembaga Jasa Keuangan
Pengawasan perlu dilakukan terhadap lembaga jasa keuangan yang
memiliki beberapa anak perusahaan di bidang jasa keuangan yang
berbeda kegiatan usaha (konglomerasi). Sebagai contoh, Bank punya
2
anak perusahaan di bidang jasa Asuransi, Pembiayaan, Sekuritas, dan
Dana Pensiun.
4. Perlindungan Konsumen
Semakin kompleksnya layanan jasa keuangan tentu permasalah dan
pelanggaran di industri ini juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
diperlukan fungsi edukasi, perlindungan konsumen dan pembelaan
hukum terhadap konsumen dari pihak-pihak terkait.
Tujuan OJK
a. Untuk mencapainya, BI dalam melaksanakan kebijakan moneter
secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan dengan
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.
b. Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis.
c. Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber
daya manusia dan ahli yang mencukupi.
Fungsi OJK
a. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas
keuangan.
b. Menjaga stabilitas sistem keuangan
c. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yang sama seperti
sekarang.
d. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan
dipegang oleh lembaga baru.
3
2. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas
mengawasi kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK
terhadap Kode Etik.
3. Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai
dengan Nilai Strategis Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme,
Transparansi, Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pedelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kekuasaan yang sangat besar dan unik yang
dimiliki oleh Bapepam diserahkan kepada OJK. Bapepam tidak hanya
bertindak sebagai regulator tetapi juga mempunyai kekuasaan “kepolisian”,
serta dapat bertindak dan berwenang menggunakan kekuasaannya yang bersifat
“quasi-judicial
Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya
pelanggaran UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan
hukum sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pendelegasian kekuasaan
Bapepam kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk
mengenakan sanksi administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam
pelaksanaan kekuasaannya. Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi
adalah untuk mengenakan denda, pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha,
pencabutan izin usaha serta pembatalan persetujuan pendaftaran. Sebagai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), OJK mempunyai kewenangan seperti
layaknya Polisi dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan. Dalam rangka
pelaksanaan kewenangan sebagai penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat
penegak hukum lainnya, juga dapat melalukan perintah penangkapan
sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh pendahulunya yaitu Bapepam.
4
B. Saran
Saran bagi OJK agar agar fungsi dan tujuannya berhasil yang pertama
bagaimana mengawasi industri keuangan secara integrasi. Kedua perlunya
regulasi yang lebih harmonis antar sektor dan bagaimana memperbaiki
interkonektivitas layanan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran As, 1992. Pengantar Studi Akhlak, cet.1, Jakarta: Rajawali Press.
Baron, dkk. Dalam Asri Budiningsih, Moral Masyarakat, Jakarta: Rajawali Press.
Gunarsa, Singgih. 1999. Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-12, Jakarta: PT: BPK
Gunung Mulia.
Ghozali, Al. terjemah: Moh. Rifai, 1968. Akhlak seorang Muslim, Cet. Ke-1,
Semarang: Wicaksana.
Muslim Nurdin, et.al. 1993. Moral Islam dan Kognisi Islam, Cet. Ke-1, Bandung:
CV. Alabeta.
5
6