Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MATA KULIAH
ETIKA PROFESI HUKUM
KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

Dosen pengampu:

Mayang Rosana, S.H., M.H.

Oleh:
MUHAMMAD FARHAN ARBI
NIM. 301.2021.001
Semester 4

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD
SYAFIUDDIN
SAMBAS
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena


dengan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berisikan tentang kode etik Otoritas Jasa Keuangan.

Adapun tujuan dan maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai
salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum. Dengan harapan
bahwa makalah ini dapat membantu serta memberikan tambahan pengetahuan
kepada pembacanya.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka


masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan serta menghargai berbagai saran
dan kritik dari pembaca untuk menambah ilmu serta memperbagus makalah-
makalah penulis selanjutnya.

Sambas, 2 Maret 2023

FARHAN ARBI

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR......................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3

A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan...........................................


B. Kode Etik Otoritas Jasa Keuangan............................................

BAB III PENUTUP ............................................................................ 11

A. Kesimpulan............................................................................... 11
B. Saran......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 1

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah


membuat sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah
kesepakatan untuk membentuk Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-
undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002. Meskipun Otoritas Jasa
Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU,
nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
belum ada, sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI)
tersebut direvisi, menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan


disahkan oleh DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan
mengundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada tanggal 22 November 2011.
Berikut merupakan ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21 Tahun
2011.OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah


dalam makalah ini , yaitu :

1. Bagaimana Pengertian Otoritas jasa keuangan


2. Bagaimana Kode Etik Otoritas jasa keuangan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK adalah lembaga yang independen
dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK
didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan
pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, dan menggantikan peran
Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk
melindungi konsumen industri jasa keuangan.
Latar belakang pembentukan OJK adalah karena adanya kebutuhan
dalam hal penataan beberapa lembaga pelaksana yang bertugas mengatur dan
memberikan pengawasan di sektor jasa keuangan. Mengacu pada pengertian
OJK di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang melandasi pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan:
1. Amanat Undang-Undang
Adanya amanat Undang-undang untuk melakukan pembentukan
lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup Perbankan,
Asuransi, Sekuritas, Dana Pensiun, Modal Ventura, Jasa Pembiayaan,
dan badan-badan lain yang melakukan pengelolaan dana masyarakat.
2. Perkembangan Industri Jasa Keuangan
Adanya globalisasi dan inovasi dalam sistem keuangan serta
kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, membuat industri
keuangan menjadi sangat dinamis, kompleks, dan saling terhubung.
3. Konglomerasi Lembaga Jasa Keuangan
Pengawasan perlu dilakukan terhadap lembaga jasa keuangan yang
memiliki beberapa anak perusahaan di bidang jasa keuangan yang
berbeda kegiatan usaha (konglomerasi). Sebagai contoh, Bank punya

2
anak perusahaan di bidang jasa Asuransi, Pembiayaan, Sekuritas, dan
Dana Pensiun.
4. Perlindungan Konsumen
Semakin kompleksnya layanan jasa keuangan tentu permasalah dan
pelanggaran di industri ini juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
diperlukan fungsi edukasi, perlindungan konsumen dan pembelaan
hukum terhadap konsumen dari pihak-pihak terkait.

Tujuan OJK
a. Untuk mencapainya, BI dalam melaksanakan kebijakan moneter
secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan dengan
mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.
b. Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis.
c. Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber
daya manusia dan ahli yang mencukupi.

Fungsi OJK
a. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas
keuangan.
b. Menjaga stabilitas sistem keuangan
c. Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yang sama seperti
sekarang.
d. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan
dipegang oleh lembaga baru.

B. Kode Etik Otoritas jasa keuangan


1. Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan
kepantasan yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota
Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas.

3
2. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas
mengawasi kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK
terhadap Kode Etik.
3. Nilai Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai
dengan Nilai Strategis Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme,
Transparansi, Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kekuasaan yang sangat besar dan unik yang
dimiliki oleh Bapepam diserahkan kepada OJK. Bapepam tidak hanya
bertindak sebagai regulator tetapi juga mempunyai kekuasaan “kepolisian”,
serta dapat bertindak dan berwenang menggunakan kekuasaannya yang bersifat
“quasi-judicial
Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya
pelanggaran UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan
hukum sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pendelegasian kekuasaan
Bapepam kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk
mengenakan sanksi administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam
pelaksanaan kekuasaannya. Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi
adalah untuk mengenakan denda, pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha,
pencabutan izin usaha serta pembatalan persetujuan pendaftaran. Sebagai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), OJK mempunyai kewenangan seperti
layaknya Polisi dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan. Dalam rangka
pelaksanaan kewenangan sebagai penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat
penegak hukum lainnya, juga dapat melalukan perintah penangkapan
sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh pendahulunya yaitu Bapepam.

4
B. Saran
Saran bagi OJK agar agar fungsi dan tujuannya berhasil yang pertama
bagaimana mengawasi industri keuangan secara integrasi. Kedua perlunya
regulasi yang lebih harmonis antar sektor dan bagaimana memperbaiki
interkonektivitas layanan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaran As, 1992. Pengantar Studi Akhlak, cet.1, Jakarta: Rajawali Press.

Baron, dkk. Dalam Asri Budiningsih, Moral Masyarakat, Jakarta: Rajawali Press.

Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010. Balai Pustaka,
Jakarta.

Gunarsa, Singgih. 1999. Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-12, Jakarta: PT: BPK
Gunung Mulia.

Ghozali, Al. terjemah: Moh. Rifai, 1968. Akhlak seorang Muslim, Cet. Ke-1,
Semarang: Wicaksana.

Miskawaih, Ibn. 1994. Penejemah: Helmi Hidayat, Menuju Kesempurnaan


Akhlak, Cet. Ke-2, Bandung: Mizan.

Muslim Nurdin, et.al. 1993. Moral Islam dan Kognisi Islam, Cet. Ke-1, Bandung:
CV. Alabeta.

Kartono, Kartini. 2013. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja


Grafindo Persada,

Miskawaih, Ibnu. Khuluqun dalam Amirullah (Mesir: 1994).

Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Rajawali Pers; Jakarta, 2012

5
6

Anda mungkin juga menyukai