Anda di halaman 1dari 15

Hukum Lembaga Pembiayaan Mengenai Otoritas Jasa Keuangan

Disusun oleh:

Kelompok 7
Fiska Nadia 1909124052
Hasby Abiyyu Farras 1909111914
Jose Enan Gemayel 1609111023
Nicolas Hutabarat 1909155830
Syahrensyah 1909111078

Kelas B Hukum Lembaga Pembiayaan

Fakultas Hukum Universitas Riau


Program Kekhususan Perdata Bisnis
T.A 2021/2022
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan, jasmani,
dan rohani kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan segala kemampuan penulis.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam yang kita nantikan syafaatnya kelak di akhirat.

Judul dalam makalah ini adalah mengenai Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya dalam Makalah Hukum Lembaga Pembiayaan Mengenai Otoritas Jasa


Keuangan, dapat disusun dengan optimal mungkin tentunya mendapat arahan dan bimbingan
dari dosen mata kuliah hukum lembaga pembiayaan. saran dan kritik dari dosen sangat
penulis butuhkan untuk memperbaiki banyak kekurangan dalam makalah yang penulis susun
ini.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 14 April 2022


Daftar Isi

Kata pengantar .................................................................................................................


Daftar isi ................................................................................................................
Bab I .................................................................................................................
Pendahuluan .................................................................................................................
A. Latar belakang .................................................................................................................
B. Rumusan masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan penelitian .........................................................................................................
Bab II .................................................................................................................
Pembahasan .................................................................................................................
A. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan ....................................................................................
B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan ...............................................................................
C. Tugas, Kewenangan (Visi dan Misi), serta Fungsi Otoritas Jasa Keuangan..................
D. Struktur Kinerja Otoritas Jasa Keuangan ....................................................................
E. Koordinasi Antara Otoritas Jasa Keuangan dengan Bank Indonesia............................
Bab III ..................................................................................................................
Penutup .................................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................
Daftar pustaka.................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Sebelumnya mengetahui bahwa terlebih dahulu fungsi pengawasan berada di
bawah otoritas Bank Indonesia, namun setelah muncul dasar hukum terkait Bank
Indonesia yaitu pasal 34 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia,
memuat pengaturan terkait fungsi pengawasan diserahkan kepada lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang.

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa


Keuangan, membuat kokoh kedudukan lembaga otoritas jasa keuangan itu sendiri.
Otoritas Jasa Keuangan ialah lembaga keuangan independen dan bebas campur tangan
dari pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana diatur dalam undang-undang dimaksud.
Lembaga otoritas keuangan menjalankan lembaga sektor perbankan pasar modal,
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
Terdapat fungsi pengaturan dan pengawasan, OJK bekerjasama dengan Bank Indonesia,
memiliki kewenangan masing-masing dalam menjalankan fungsi pengaturan dan
pengawasan.

Kemudian terdapat makroprudensial atau mekanisme pengaturan dan pengawasan


daripada Bank Indonesia yaitu tugas dan wewenangnya. Otoritas jasa keuangan
berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam melakukan imbauan moral kepada
perbankan.1 Otoritas jasa keuangan dalam melaksanakan sistem pengawasan nya, terdapat
dua pendekatan yang dilakukan oleh otoritas jasa keuangan, yakni pengawasan
berdasarkan kepatuhan (Compliance Based Supervision/CBS), kemudian pengawasan
berdasarkan risiko (Risk Based Supervision/RBS). Otoritas jasa keuangan memiliki tujuan

1
Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia, Edisi 1 (Maret 2014), hlm. 19.
yaitu, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil,
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat. Otoritas jasa keuangan dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga keuangan, maka tentunya berperan penting untuk
meningkatkan perekonomian di Indonesia, menjaga kepentingan nasional dan menjaga
segala kegiatan sektor jasa keuangan yang kemudian berjalan sesuai dengan aturan,
termasuk juga berhubungan dengan lembaga keuangan perbankan syariah dan juga
nasabah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah terkait sejarah pembentukan otoritas jasa keuangan di
Indonesia?
2. Apakah yang dimaksud dengan otoritas jasa keuangan?
3. Bagaimana tugas, kewenangan beserta visi dan misi yang dimiliki serta fungsi
dari pada otoritas jasa keuangan?
4. Bagaimanakah struktur kinerja otoritas jasa keuangan?
5. Bagaimanakah koordinasi antara otoritas jasa keuangan dengan pihak bank
Indonesia?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui asal mula pembentukan otoritas jasa keuangan di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian otoritas jasa keuangan.
3. Untuk mengetahui dan memahami terkait tugas, kewenangan, serta visi dan
misi yang dimiliki dan fungsi otoritas jasa keuangan.
4. Untuk mengetahui struktur kinerja otoritas jasa keuangan.
5. Untuk mengetahui hubungan otoritas jasa keuangan yang melakukan
koordinasi dengan pihak Bank Indonesia.
Bab II
Pembahasan

A. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan


Alasan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan antara lain adalah makin
kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan dan globalisasi industri jasa
keuangan. Rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan sendiri yaitu dikarenakan
adanya pemerintah yang beranggapan bahwa Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan yang dapat dilihat pada
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, yaitu sejumlah bank di Indonesia pada
saat itu dilikuidasi. Maka terdapat talangan liquidity support sebagai solusinya.
Otoritas Jasa Keuangan dengan latar belakang antara lain, terdapat perkembangan
industri di sektor jasa keuangan di Indonesia, banyaknya permasalahan lintas sektoral
industri jasa keuangan, terdapat dasar hukum pasal 34 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yang mana menjadi respon dari krisis pada 1997
hingga 1998, bank-bank yang ada di Indonesia, yang terkena dampak dan mengalami
kolaps. Sehingga banyak yang mempertanyakan pengawasan Bank Indonesia
terhadap bank bank yang ada pada saat itu.
Pada tahun 2004, terdapat gagasan pembentukan otoritas baru, kemudian
gagasan tersebut dimasukkan, dan menjadi perintah oleh Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, di mana pemerintahan dan Dewan Perwakilan
Rakyat merevisi Undang-Undang Bank Indonesia. Pengajuan rancangan undang-
undang tentang Bank Indonesia memberikan independensi kepada Bank Sentral, agar
tidak terlalu mempermasalahkan sifat teknis daripada pengawasan perbankan.
Pada akhir 2010, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan belum terlaksana
sesuai rencana awal dari Undang-Undang OJK, belum kunjungnya terselesaikan
permasalahan yang ada, yaitu pada rapat paripurna 17 Desember 2010. Pemerintah
dan Dewan Perwakilan Rakyat tidak sepakat mengenai struktur dan tata cara
pembentukan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Kemudian pada tahun
2011, Dewan Perwakilan Rakyat yang pada saat itu diketuai oleh Priyo Budi Santoso,
rancangan Undang-Undang OJK kemudian disetujui menjadi undang-undang.
Terdapat penjelasan umum tentang Otoritas Jasa Keuangan, yaitu terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, bahwa
pembentukan Otoritas Jasa Keuangan di maksud agar dapat dicapainya mekanisme
koordinasi yang efektif di dalam menangani masalah keuangan yang timbul di dalam
sistem keuangan dan dapat menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan.
Selanjutnya pada tahun 2012, presiden telah membentuk panitia seleksi
pemilihan 9 calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Mekanisme
check and balance memperlihatkan adanya suatu pemisahan antara fungsi pengaturan
dan fungsi pengawasan, dengan salah satu tujuannya menciptakan ketegasan
pemisahan antara tanggung jawab dewan komisioner (regulator), dengan tanggung
jawab supervisor/kepala eksekutif pengawas perbankan, pasar modal, industri
keuangan non bank. Hingga pada tahun 2014, secara resmi dilakukannya pelimpahan
pengawasan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan adalah bersifat independen dalam menjalankan tugas
dan kedudukannya berada di luar pemerintah, dan mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan perwakilan
Rakyat. Pengawasan pengawasan yang dilakukan secara terpisah-pisah dikarenakan
perbankan, pasar modal, industri keuangan non bank, masing-masing ada ciri khasnya
yang membedakan antara satu sama lain.
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia,
menyatakan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang. Hingga
tercapainya spesialisasi dalam pengawasan, pengembangan metode pengawasan yang
tepat. Otoritas Jasa Keuangan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank
Indonesia, Ditjen Lembaga Keuangan, Bapepam-LK, dan institusi pemerintah
lainnya. Bank Indonesia dengan kewajiban tetap nya adalah pengaturan kegiatan bank
yang berhubungan dengan otoritas moneter.
Selanjutnya, Otoritas Jasa Keuangan dengan peran yang dimilikinya itu
pengaturan dan pengawasan secara konsisten dapat mencapai efisiensi, persaingan
yang sehat, perlindungan konsumen, memelihara mekanisme pasar yang sehat.
Dengan mekanisme ditetapkan maka, kemudian hingga dapat mencapai atau
menjamin adanya perlindungan nasabah dan masyarakat, lalu diberlakukannya
prinsip-prinsip keadilan dan transparansi atau prinsip kesetaraan.

B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan


Berdirinya Otoritas Jasa Keuangan adalah dengan dasar hukumnya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK). Kemudian
dengan adanya undang-undang tersebut hingga menata ulang sistem pengawasan
sektor jasa keuangan dengan menetapkan beberapa perubahan mendasar terkait sistem
pengawasan. Perubahan yang mendasar itu antara lain: a) menerapkan sistem
pengawasan terintegrasi, b) memisahkan pengawasan makroprudensial dengan
pengawasan makroprudensial, c) membentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan dan menetapkan Menteri Keuangan sebagai koordinator, d) meningkatkan
edukasi keuangan dan perlindungan konsumen jasa keuangan, e) mempertajam peran
Lembaga Penjamin Simpanan, serta f) memperkuat penegakan hukum di sektor jasa
keuangan.2
Lembaga yang dibentuk dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat atau yang dikenal dengan Otoritas Jasa Keuangan, itu
memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan dan juga penanggulangan
penghimpunan dana ilegal dan modus operandi investasi yang terjadi di masyarakat. 3
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan yang dibentuk oleh Otoritas Jasa
Keuangan menetapkan dan melaksanakan kebijakan yang diperlukan dalam rangka
pencegahan dan penanganan krisis pada sistem keuangan sesuai dengan kewenangan
yang masing-masing. Kebijakan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan itu
2
Zulkarnain Sitompul, Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan”
Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk Mewujudkan
Perekonomian Nasional yang Berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014, hlm. 1
3
Lihat konsiderans Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
dengan memberlakukan yaitu terkait penyelesaian dan penanganan suatu bank gagal
yang ditenggarai berdampak sistemik mengikat bagi Lembaga Penjamin Simpanan.4

C. Tugas, Kewenangan (Visi dan Misi) serta Fungsi Otoritas Jasa


Keuanganq

Visi Otoritas Jasa Keuangan adalah menjadi lembaga pengawasan industri jasa
keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan
mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang
berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum. Terkait misi OJK
adalah: a) mengucapkan dasar negaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
secara teratur adil transparan dan akuntabel; b) mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; c) melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.

Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan


terhadap: 1) kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; 2) kegiatan jasa keuangan di
sektor pasar modal; 3) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Untuk melaksanakan tugas
pengaturan maka Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang: 1) menetapkan
peraturan pelaksanaan undang-undang otoritas jasa keuangan; 2) menetapkan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 3) menetapkan peraturan dan keputusan
otoritas jasa keuangan; 4) menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa
keuangan; 5) menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas otoritas jasa keuangan;

4
Yayan Sopyan, dkk. Jurnal Cita Hukum, Vol. 3, No. 2, Desember 2015 (diterbitkan oleh fakultas syariah dan
hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Konstitusi dan
Legislasi Nasional UIN Jakarta). Hlm.358
6) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap lembaga
jasa keuangan dan pihak tertentu; 7) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan
pengelola statuter pada lembaga jasa keuangan; 8) menetapkan struktur organisasi dan
infrastruktur serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
9) menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan di


sektor jasa keuangan dalam rangka perlindungan hukum bagi masyarakat, diatur dalam
pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, “Untuk
perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat yang meliputi: 1) memberikan informasi
dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan
produknya 2) meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila
kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat 3) tindakan lain yang dianggap perlu
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. 5
Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan perlindungan hukum bagi masyarakat
berdasarkan pasal 28, 29, dan 30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan dan melakukan edukasi kepada masyarakat memberikan fasilitas
pengaduan nasabah, serta menangani investasi ilegal dengan mencabut izin usaha, atau
ganti rugi, dan atau mengajukan gugatan ke pengadilan.

D. Struktur Kinerja Otoritas Jasa Keuangan


Otoritas Jasa Keuangan membuat standar sistem penanganan perkara yang
jelas dan objektif sehingga check and balance dari jalannya sebuah penyidikan dapat
dengan mudah dilakukan dan diukur. Standar harus ada yaitu tidak mencakup hal-hal
mengenai tahapan sebelum dan sesudah penyidikan namun setiap penyidikan yang
dilakukan sejak dahulu oleh kesimpulan dan rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan
dari level pemeriksaan.
Dalam pembentukan struktur organisasi penyidikan di Otoritas Jasa
Keuangan, terdapat kerancuan dari sistem penyidikan yang harus segera diatasi yaitu
terkait regulasi internal struktur organisasi melalui peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
5
Tri Hendro dan Cony Chandra, Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia. Yogyakarta, UPP STIM
YKPN, Cet 1 Oktober 2014 h. 498
Dalam struktur organisasi otomatis keuangan yang ideal, semua penyidik dimasukkan
ke dalam sebuah satu departemen yang diketahui oleh bagian penyidik.
Deputi bagian penyidikan bertanggung jawab kepada dewan komisioner
melalui ketua Otoritas Jasa Keuangan. Deputi nantinya bertanggung jawab kepada
dewan komisioner melalui Otoritas Jasa Keuangan dan berada dalam pengawasan dan
kontrol dari ketua Otoritas Jasa Keuangan yang mana ketua bertanggung jawab
kepada dewan komisioner mengenai hasil penyidikan yang ada. Fungsi kontrol dari
ketua Otoritas Jasa Keuangan dalam penyidikan itu penting yaitu menjaga divisi
penyidikan tetap independen baik dari pengaruh negatif institusi asalnya dan juga dari
pengaruh divisi atau lembaga lain di Otoritas Jasa Keuangan yang mungkin
mempunyai agenda dan kepentingan yang berbeda dengan divisi lainnya. Sehingga
diharapkan kedudukan dan fungsi ketua yang netral dapat meminimalisir adanya
intervensi penyidikan, baik yang eksternal maupun internal Otoritas Jasa Keuangan.
Kepangkatan dan fungsi di Otoritas Jasa Keuangan harus paralel dengan kepangkatan
dan fungsi si penyidik di institusi asalnya.

E. Koordinasi antara Otoritas Jasa Keuangan dengan Pihak Bank Indonesia


Otoritas Jasa Keuangan melakukan fungsi sebagai pengatur dan pengawas
perbankan, sedangkan Bank Indonesia melakukan fungsi sebagai otoritas moneter,
fungsi sistem pembayaran, termasuk di dalamnya melakukan fungsi lender of the last
resort.
Apabila Bank Indonesia melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya
memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu, Bank Indonesia dapat
melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada Otoritas Jasa Keuangan. Namun
Bank Indonesia tidak dapat memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank.
Laporan Hasil Pemeriksaan Bank tersebut disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lama 1 bulan sejak hasil pemeriksaan diterbitkan. jika Otoritas Jasa
Keuangan mengindikasikan bahwa bank tertentu sedang mengalami kesulitan
likuiditas dan atau kondisi kesehatan bank tersebut semakin memburuk Otoritas Jasa
Keuangan harus segera menginformasikan kepada Bank Indonesia untuk melakukan
langkah-langkah sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia.
Selain dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan juga berkoordinasi
dengan Lembaga Penjamin Simpanan. Jadi kesemua pihak ini sangat penting.
Lembaga Penjamin Simpanan dapat melakukan pemeriksaan bank koordinasi dengan
Otoritas Jasa Keuangan yang mana bank itu harus dapat bekerjasama dengan
Lembaga Penjamin Simpanan dalam proses pemeriksaan yang sedang dilakukan.
Kemudian, adapun terkait pemeriksaan itu bank harus bersikap jujur dan terbuka
mengingat sesuatu keterbukaan akan dapat mencegah aktivitas kegiatan meskipun
masih berskala kecil, di mana jika tidak segera dicegah, kegiatan tersebut bisa saja
kemudian berkembang menjadi besar atau parah dan akan dapat berpotensi menjadi
bank bermasalah atau bank gagal.6

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan
di bidang teknologi informasi dan inovasi finansial, menciptakan sistem keuangan
yang sangat kompleks, dinamis, saling terkait antar subsektor keuangan, baik dalam
lintas produk maupun kelembagaan. adanya lembaga jasa keuangan memiliki
hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan atau disebut dengan
konglomerasi, kemudian menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar
lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. Permasalahan lintas sektoral di
sektor jasa keuangan terbilang cukup banyak, yaitu adanya tindakan moral hazard dan
belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, serta terganggunya
stabilitas sistem jasa keuangan yang semakin mendorong diperlukannya pembentukan
lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Pemerintah Indonesia
membentuk lembaga pengawas sektor jasa keuangan independen yaitu Otoritas Jasa
Keuangan, yang bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun,
6
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan dan Nasabah Bank: Suatu Gagasan tentang Pendirian Lembaga Penjamin
Simpanan di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2002. h.48.
pasar modal, modal ventura, perusahaan pembiayaan, badan-badan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Secara historis pembentukan
otoritas jasa keuangan sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan
buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap, 1) kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; 2) kegiatan jasa keuangan di
sektor pasar modal; dan 3) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana
pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Untuk
melaksanakan tugas pengaturan, otoritas jasa keuangan mempunyai wewenang: 1)
menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang otoritas jasa keuangan; 2)
menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;, 3) menetapkan
peraturan dan keputusan otoritas jasa keuangan; 4) menetapkan peraturan mengenai
pengawasan di sektor jasa keuangan; 5) menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan
tugas otoritas jasa keuangan; 6) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan
perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu; 7) menetapkan
peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga jasa
keuangan; 8) menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; 9) menetapkan peraturan
mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.

B. Saran
Program pembangunan nasional ialah didukung oleh tata kelola pemerintahan
yang baik dan secara terus-menerus melakukan reformasi terhadap setiap komponen
dalam sistem perekonomian nasional dengan komponen penting, yaitu dalam sistem
keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi
dalam berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional.
Daftar Pustaka

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Buku

Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses,
Jakarta, 2014.
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan dan Nasabah Bank: Suatu Gagasan tentang
Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, 2002.

Tri Hendro dan Cony Chandra, Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di
Indonesia. Yogyakarta, UPP STIM YKPN, Cet 1 Oktober 2014.

Makalah

Zulkarnain Sitompul, “Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam


Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan” Medan: Makalah disampaikan pada
Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk Mewujudkan
Perekonomian Nasional yang Berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014.

Jurnal
Yayan Sopyan, dkk. Jurnal Cita Hukum, Vol. 3, No. 2, Desember 2015
(diterbitkan oleh fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi
Nasional UIN Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai