Disusun oleh:
Kelompok 7
Fiska Nadia 1909124052
Hasby Abiyyu Farras 1909111914
Jose Enan Gemayel 1609111023
Nicolas Hutabarat 1909155830
Syahrensyah 1909111078
Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan, jasmani,
dan rohani kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan segala kemampuan penulis.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam yang kita nantikan syafaatnya kelak di akhirat.
A. Latar belakang
Sebelumnya mengetahui bahwa terlebih dahulu fungsi pengawasan berada di
bawah otoritas Bank Indonesia, namun setelah muncul dasar hukum terkait Bank
Indonesia yaitu pasal 34 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia,
memuat pengaturan terkait fungsi pengawasan diserahkan kepada lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang.
1
Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia, Edisi 1 (Maret 2014), hlm. 19.
yaitu, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil,
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat. Otoritas jasa keuangan dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga keuangan, maka tentunya berperan penting untuk
meningkatkan perekonomian di Indonesia, menjaga kepentingan nasional dan menjaga
segala kegiatan sektor jasa keuangan yang kemudian berjalan sesuai dengan aturan,
termasuk juga berhubungan dengan lembaga keuangan perbankan syariah dan juga
nasabah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah terkait sejarah pembentukan otoritas jasa keuangan di
Indonesia?
2. Apakah yang dimaksud dengan otoritas jasa keuangan?
3. Bagaimana tugas, kewenangan beserta visi dan misi yang dimiliki serta fungsi
dari pada otoritas jasa keuangan?
4. Bagaimanakah struktur kinerja otoritas jasa keuangan?
5. Bagaimanakah koordinasi antara otoritas jasa keuangan dengan pihak bank
Indonesia?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui asal mula pembentukan otoritas jasa keuangan di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian otoritas jasa keuangan.
3. Untuk mengetahui dan memahami terkait tugas, kewenangan, serta visi dan
misi yang dimiliki dan fungsi otoritas jasa keuangan.
4. Untuk mengetahui struktur kinerja otoritas jasa keuangan.
5. Untuk mengetahui hubungan otoritas jasa keuangan yang melakukan
koordinasi dengan pihak Bank Indonesia.
Bab II
Pembahasan
Visi Otoritas Jasa Keuangan adalah menjadi lembaga pengawasan industri jasa
keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan
mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang
berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum. Terkait misi OJK
adalah: a) mengucapkan dasar negaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
secara teratur adil transparan dan akuntabel; b) mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; c) melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.
4
Yayan Sopyan, dkk. Jurnal Cita Hukum, Vol. 3, No. 2, Desember 2015 (diterbitkan oleh fakultas syariah dan
hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Konstitusi dan
Legislasi Nasional UIN Jakarta). Hlm.358
6) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap lembaga
jasa keuangan dan pihak tertentu; 7) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan
pengelola statuter pada lembaga jasa keuangan; 8) menetapkan struktur organisasi dan
infrastruktur serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
9) menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan
di bidang teknologi informasi dan inovasi finansial, menciptakan sistem keuangan
yang sangat kompleks, dinamis, saling terkait antar subsektor keuangan, baik dalam
lintas produk maupun kelembagaan. adanya lembaga jasa keuangan memiliki
hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan atau disebut dengan
konglomerasi, kemudian menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar
lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. Permasalahan lintas sektoral di
sektor jasa keuangan terbilang cukup banyak, yaitu adanya tindakan moral hazard dan
belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, serta terganggunya
stabilitas sistem jasa keuangan yang semakin mendorong diperlukannya pembentukan
lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Pemerintah Indonesia
membentuk lembaga pengawas sektor jasa keuangan independen yaitu Otoritas Jasa
Keuangan, yang bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun,
6
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan dan Nasabah Bank: Suatu Gagasan tentang Pendirian Lembaga Penjamin
Simpanan di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2002. h.48.
pasar modal, modal ventura, perusahaan pembiayaan, badan-badan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Secara historis pembentukan
otoritas jasa keuangan sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan
buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap, 1) kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan; 2) kegiatan jasa keuangan di
sektor pasar modal; dan 3) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana
pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Untuk
melaksanakan tugas pengaturan, otoritas jasa keuangan mempunyai wewenang: 1)
menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang otoritas jasa keuangan; 2)
menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;, 3) menetapkan
peraturan dan keputusan otoritas jasa keuangan; 4) menetapkan peraturan mengenai
pengawasan di sektor jasa keuangan; 5) menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan
tugas otoritas jasa keuangan; 6) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan
perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu; 7) menetapkan
peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga jasa
keuangan; 8) menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; 9) menetapkan peraturan
mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
B. Saran
Program pembangunan nasional ialah didukung oleh tata kelola pemerintahan
yang baik dan secara terus-menerus melakukan reformasi terhadap setiap komponen
dalam sistem perekonomian nasional dengan komponen penting, yaitu dalam sistem
keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi
dalam berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional.
Daftar Pustaka
Undang-Undang
Buku
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses,
Jakarta, 2014.
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan dan Nasabah Bank: Suatu Gagasan tentang
Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, 2002.
Tri Hendro dan Cony Chandra, Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di
Indonesia. Yogyakarta, UPP STIM YKPN, Cet 1 Oktober 2014.
Makalah
Jurnal
Yayan Sopyan, dkk. Jurnal Cita Hukum, Vol. 3, No. 2, Desember 2015
(diterbitkan oleh fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi
Nasional UIN Jakarta).