Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASPEK HUKUM BANK DAN KEUANGAN SYARI’AH

Tentang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10:

1. NURUL AHYAMAUDI (1816050051)


2. FEBRIANTI DAHNIAL (1816050055)
3. SEPTARY MARZETA (1816050075)

DOSEN PEMBIMBING :

Yenti Afrida, M.Ag

PERBANKAN SYARIAH B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1442 H/2020M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadirat Allah swt. yang dengan rahmad dan hidayat-
Nya kita masih diberi nikmat Islam, iman, dan ihsan, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini.

Shalawat dan salam selalu kita panjatkan kehadirat Nabi kita Muhammad Saw. yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti ini. Sesuai judul
makalah kami yaitu: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI)

Demikianlah, makalah yang telah pemakalah susun semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian. Saran dan kritik untuk makalah ini selalu diharapkan.

Wallahu Waliyyu Al-Taufiq

Padang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum OJK dan BI..........................................................3


B. Tugas dan Fungsi OJK dan BI.............................................................................4
C. Hubungan Kelembagaan antara BI dan OJK.......................................................5
D. Analisis peran OJK dalam Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Syariah
dan LKS di Indonesia...........................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1998. Krisis tersebut
menyebabkan efek yang besar bagi perekonomian Indonesai. Banyak Lembaga
Keuangan yang harus gulung tikar. Kemudian muncullah gagasan untuk mendirikan
sebuah lembaga indenpenden untuk mengatasi permasalahan tersebut.  Menurut
undang-undang pembentukan Otoritas Jasa Keuangan harus sudah terbentuk pada
tahun 2002. Meskipun sudah berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan UU, tapi
kenyataannya pada tahun 2002 belum terbentuk juga. Pada tanggal 27 Oktober 2011,
RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan oleh DPR, dan selanjutnya pemerintah
mensahkan dan membuat undang-undang tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu
Undang-undang nomor 21 tahun 2011.
OJK mengambil alih tugas Bank Indonesia dalam hal pengawasan terhadap
Lembaga Keuangan yang ada di Indonesia sehingga Bank Indonesia fokus terhadap
penstabilan kurs dan aspek moneter lainnya. Hak tersebut dilaksanakan mulai akhir
tahun 2013. Bank Indonesia berupaya untuk menebarkan kesejahteraan bagi
masyarakat Indonesia sesuai dengan UU tentang BI, upaya tersebut ditempuhnya
dengan menjaga  kestabilan nilai mata uang rupiah. Nilai uang yang stabil dapat
menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan berbagai
aktivitas ekonominya, selain itu inflasi yang terkendali dan rendah dapat mendukung
terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya mereka yang berpendapatan tetap
seperti pegawai negeri sipil dan masyarakat kecil lainnya. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Jelaskan Pengertian dan Dasar Hukum OJK dan BI!
2. Apa Tugas dan Fungsi OJK dan BI!
3. Jelaskan Hubungan Kelembagaan antara BI dan OJK!
4. Analisislah peran OJK dalam Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Syariah
dan LKS di Indonesia!

1
C. Tujuan
Agar dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang OJK dan BI.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum OJK dan BI


1. Pengertian OJK dan BI
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Secara lebih
lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 21 tersebut.
Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi
beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember
2012. Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31
Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Sebagai bank sentral,
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yakni mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap
mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan
demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat
diukur dengan mudah.
Sejak tahun 1999, status BI ditetapkan sebagai lembaga negara yang
independen dan memiliki kewenangan penuh dalam menjalankan tugasnya serta

3
bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain. Hal ini diatur dalam
Undang-Undangan No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, yang kemudian diubah
melalui Undang-Undang No. 6/2009.
Dengan demikian, BI wajib menolak intervensi dalam bentuk apa pun dan dari
pihak mana pun. Status dan kedudukan BI ini diperlukan agar BI dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter dengan lebih efektif
dan efisien.
Statusnya juga diakui sebagai badan hukum publik dan badan hukum perdata
yang ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik, BI
memiliki wewenang untuk menetapkan aturan-aturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang. Sedangkan sebagai badan hukum perdata, BI
dapat bertindak untuk dan atas namanya sendiri di dalam ataupun di luar
pengadilan.
2. Dasar Hukum
OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. UU saat ini yang menjadi
dasar hukum Bank Indonesia adalah UU Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia (yang telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, terakhir dengan
UU No. 6 Tahun 2009).1

B. Tugas dan Fungsi OJK dan BI


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar
Modal, dan sektor IKNB. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal dan tiga pilar utama dalam
mendukung tercapainya tujuan tunggal tersebut. Mengingat peran dan kapasitasnya
sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia mengemban amanat untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Maka dari itu, Bank Indonesia memiliki beberapa
tugas seperti:
1. Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa
1
Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

4
2. Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain
3. Membuat dan mengawasi regulasi untuk semua bank yang ada di Indonesia
4. Melakukan penelitian juga pemantauan
5. Menyimpan uang kas negara dan memberikan bantuan dana kepada Bank-Bank di
Indonesia yang sedang mengalami krisis.
Dalam mensukseskan tujuan tunggal Bank Indonesia, yaitu memelihara nilai
rupiah, maka Bank Indonesia memiliki tiga pilar utama yang sekaligus juga menjadi
bidang jangkauan tugasnya. Tiga Pilar tersebut adalah:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Menjaga stabilitas sistem keuangan2

C. Hubungan Kelembagaan antara BI dan OJK


Berdasarkan pasal 39 UU Nomor 21 tahun 2011, OJK dan Bank Indonesia
dapat berkoordinasi dalam pengaturan dan pengawasan Perbankan, misalnya dalam
hal kewajiban pemenuhan modal minimum bank, kebijakan penerimaan dana dari luar
negeri, dan hal lain yang terkait. BI dan OJK juga dapat bersinergi dalam hal:
1. Koordinasi dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan. Hal ini
dimaksudkan agar tercapainya kesamaan persepsi antara BI dan OJK.
2. BI dan OJK berkoordinasi dalam tukar menukar informasi Perbankan, sehingga
informasi tersebut dapat menunjang efektivitas pelaksanaan tugas kedua lembaga.
3. BI dan OJK akan terus melakukan hubungan timbal balik dalam hal pemeriksaan
Perbankan, sehingga penanganan yang tepat dapat diambil dengan cepat.

D. Analisis peran OJK dalam Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Syariah dan
LKS di Indonesia
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 telah membentuk OJK sebagai
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai
fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang dimaksud. Lembaga tersebut melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan dan Lembaga Keuanga nlainnya. OJK dibentuk dan dilandasi dengan
2
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Booklet Perbankan Indonesia 2014. Jakarta.

5
prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas,
pertanggung jawaban, transparansi dan kewajaran.
Pasal 39 UU OJK mengatur bahwa OJK berkoordinasi dengan Bank
Indonesia dalam menyusun pengaturan tertentu terkait dengan pengawasan di bidang
perbankan. Lalu Pasal 40 UU OJK lebih lanjut mengatur bahwa untuk melaksanakan
fungsi, tugas dan wewenangnya, misalnya dalam rangka penyusunan peraturan
pengawasan, Bank Indonesia tetap berwenang untuk melaksanakan pemeriksaan
terhadap bank dengan menyampaikan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK.
Sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK adalah sistem pengawasan
terintegrasi, artinya seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh berbagai
lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan OJK. Berdasarkan
surat edaran Dewan Komisioner OJK Nomor 6/SEDK.03/2014 pendekatan
pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan pengawasan (Risk Based
Supervision/RBS) yaitu penelaian tingkat kesehatan Bank yang memungkinkan
pengawas bank dapat mendeteksi secara dini risiko yang signifikan dan mengambil
tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu. Penilaian tingkat kesehatan bank
saat ini dan pada waktu yang akan datang. Penyempurnaan tersebut dilakukan agar
penilaian tingkat kesehatan bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk
mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan
fokus pada risiko yang signifikan, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, serta
penerapan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.
Dalam mengawasi Bank Syariah bentuk pengawasan OJK ada dua yaitu
metode umum dan khusus. Kalau umum yang turun langsung setahun sekali atau
metode on-site, kalau khusus jika dalam pemantauan melalui laporan berkala atau off-
site ditemukan ada permasalah pada aspek-aspek tertentu misalnya risiko bank tinggi,
kredit turun, laba turun itu baru kami melakukan pengawasan khusus. Dalam
mengawasi perbankan syariah dan LKS, OJK tidak hanya mengawasi dari sisi
ketaatan terhadap regulasi tetapi juga ketaatan terhadap aspek-aspek syar’inya melalui
penguatan pengawasan syariah, baik langsung dengan membuat peraturan OJK
(POJK) maupun akomodasi terhadap fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).
OJK telah menerbitkan empat pilar utama perlindungan konsumen, yakni:
Pilar 1 Infrastruktur, Pilar 2 Regulasi Perlindungan Konsumen, Pilar 3 Pengawasan
Market Conduct dan Pilar 4 Edukasi dan Komunikasi. Terkait penguatan ketahanan

6
sektor jasa keuangan, OJK melakukan beberapa inisiatif di antaranya penguatan
pengawasan terhadap konglomerasi keuangan, pengembangan Sistem Pengelolaan
Investasi Terpadu (S-Invest), Sistem Pemantauan Efek Terintegrasi (SIPETRO),
Electronic Trading Platform (ETP), Sistem Online Trading Syariah (SOTS),
pengawasan berbasis risiko dan pengawasan Market Conduct, peluncuran Global
Master Repurchase Agreement (GMRA), dan Sistem Perizinan Terintegrasi
(SPRINT) yang dapat mempercepat proses perizinan. Peranan OJK dalam melakukan
pengawasan terhadap lembaga keuangan syariah (LKS) baik bank maupun non bank,
antara lain:
1. Pertama, OJK melakukan pengawasaan terhadap kegiatan opersional perbankan
syariah dan LKS lainya.
2. Kedua, OJK melakukan edukasi perlindungan konsumen.
3. Ketiga, terkait dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro yang mana dalam aturan peralihan Pasal 39 ayat 1 dan
2, disebutkan bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) wajib memperoleh ijin usaha
dari OJK. Namun demikian OJK belum mampu berikan sikap atau sanksi
terhadap BMT yang belum memiliki izin usaha dari OJK. Sehingga dengan
demikian belum ada kepastian dari aturan peralihan sebagai manager dapat dalam
Pasal 39 UU LKM tersebut. Oleh karenanya ini menjadi pekerjaaan rumah bagi
OJK untuk terus mensosialisasikan regulasi-regulasi terkait dengan eksistensi
LKM sehingga kedepan OJK mampu memainkan peranannya sebagai regulator
serta melakukan pengawasan secara maksimal dalam rangka mencegah terjadinya
pelanggaran atau bahkan tindak pidana yang dapat merugikan masyarakat dan
perekonomian negara.
4. Keempat, OJK melakukan penindakan terhadap tindak pidana yang dilakukan
oleh pengurusan lembaga keuangan, termasuk lembaga keuangan syariah.3

BAB III

PENUTUP
3
Dasrol. 2013. Fungsi Strategis Lembaga Otoritas Jasa Keuangan  Dalam Pengawasan Perbankan
Nasional Indonesia. Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 2. Riau: Program Studi Ilmu Hukum , Fakultas Hukum
Universitas Riau.

7
A. Kesimpulan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Bank Indonesia adalah bank
sentral Republik Indonesia. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan tunggal, yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. OJK
mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB dan
mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Bank Indonesia
memiliki satu tujuan tunggal dan tiga pilar utama dalam mendukung tercapainya
tujuan tunggal tersebut.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami berharap agar makalah yang kami
susun ini menjadi bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan menambah wawasan
mengenai “OJK dan BI”. Dan pembuatan makalah ini juga tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

8
Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Booklet Perbankan Indonesia 2014. Jakarta.
Dasrol. 2013.  Fungsi Strategis Lembaga Otoritas Jasa Keuangan  Dalam Pengawasan
Perbankan Nasional Indonesia. Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 2. Riau: Program
Studi Ilmu Hukum , Fakultas Hukum Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai