Anda di halaman 1dari 11

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Dosen Pembimbing :

ISNALIANA, S.H.I. M.A.

Mata Kuliah : Perbankan Syariah III

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

1. Agnes Alifkha Yuza Rachmayanis (180603113)


2. Asmanidar (180603095)
3. Auriza Apriliana Putri (180603033)
4. Ayu Nabila (190603374)
5. Teti Roemely (180603211)
6. Yunita Asri (180603194)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
TAHUN AJARAN
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia , serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterimakasih kepada Ibu Isnaliana selaku Dosen mata Perbankan Syariah III yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) . Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalh yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahmi bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Banda Aceh, 09 Desember 2020

penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat sistem
keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan untuk membentuk
Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002.

Meskipun Otoritas Jasa Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh
UU, nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan belum ada,
sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut direvisi, menjadi UU No
24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan oleh
DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada tanggal 22
November 2011. Berikut merupakan ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011.

Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen
dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.

OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:

 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;


 Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

1.2 B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

2. Bagaimana Sejarah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?


3. Apa tugas dan wewenangnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

1.3 C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

2. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

3. Untuk mengetahui Apa tugas dan wewenangnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk
berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar
modal dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan
pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa keuangan, seperti :

 Perbankan
 Pasar modal
 Asuransi
 Dana pension
 Lembaga pembiayaan
 Dan beberapa lembaga jasa keuangan lainnya

Otoritas Jasa Keuangan (JOK) dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011.
OJK merupakan lembaga negara yang sifatnya independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain dalam menjalankan tugasnya.

Latar belakang pembentukan OJK adalah karena adanya kebutuhan dalam hal penataan
beberapa lembaga pelaksana yang bertugas mengatur dan memberikan pengawasan di sektor jasa
keuangan. Mengacu pada pengertian OJK di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang melandasi
pembentukan Otoritas Jasa Keuangan:

Adanya amanat Undang-undang untuk melakukan pembentukan lembaga pengawasan di


sektor jasa keuangan yang mencakup Perbankan, Asuransi, Sekuritas, Dana Pensiun, Modal
Ventura, Jasa Pembiayaan, dan badan-badan lain yang melakukan pengelolaan dana masyarakat.

Adanya globalisasi dan inovasi dalam sistem keuangan serta kemajuan teknologi informasi
yang begitu pesat, membuat industri keuangan menjadi sangat dinamis, kompleks, dan saling
terhubung. Pengawasan perlu dilakukan terhadap lembaga jasa keuangan yang memiliki
beberapa anak perusahaan di bidang jasa keuangan yang berbeda kegiatan usaha (konglomerasi).
Sebagai contoh, Bank punya anak perusahaan di bidang jasa Asuransi, Pembiayaan, Sekuritas,
dan Dana Pensiun. Semakin kompleksnya layanan jasa keuangan tentu permasalah dan
pelanggaran di industri ini juga semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan fungsi edukasi,
perlindungan konsumen dan pembelaan hukum terhadap konsumen dari pihak-pihak terkait.

B. SEJARAH OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011


Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga ini merupakan badan independen yang memiliki
fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan.
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan merupakan upaya pemerintah Republik Indonesia
menghadirkan lembaga yang mampu menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
terhadap keseluruhan kegiatan sektor keuangan, baik perbankan maupun Lembaga keuangan
non-bank.

Secara fungsi, lembaga ini menggantikan tugas Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bappepam-LK) serta mengambil alih tugas Bank Indonesia dalam hal
pengawasan perbankan. Setelah Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 disahkan, Presiden
Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono pada 16 Juli 2012 menetapkan
sembilan anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Harapannya, OJK dapat
mendukung kepentingan negara di sektor jasa keuangan sehingga mampu meningkatkan daya
saing nasional. termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari Kementerian Keuangan dan
Bank Indonesia.Setelah itu, pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa
Keuangan Tahap I, untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan
tugas selama masa transisi. Mulai 31 Desember 2012, Otoritas Jasa Keuangan secara efektif
beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank.

Setelah itu, pada 18 Maret 2013 dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap II
untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan pengalihan
fungsi, tugas dan wewenang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia.

Kemudian di akhir tahun 2013, giliran fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan
pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia (BI) juga akan dialihkan ke OJK. Per 31 Desember
2013 Pengawasan Perbankan sepenuhnya beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa
Keuangan, sekaligus menandai dimulainya operasional Otoritas Jasa Keuangan secara penuh.
Perluasan fungsi pengawasan Industri Keuangan Non-Bank, pada 1 Januari 2015 Otoritas Jasa
Keuangan memulai Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Otoritas
Jasa Keuangan memiliki tiga tujuan (destination statement), antara lain:

 Mewujudkan sektor jasa keuangan yang Tangguh, stabil dan berdaya saing.
 Mewujudkan sektor jasa keuangan yang kontributif terhadap pemerataan kesejahteraan.
 Mewujudkan keuangan inklusif bagi masyarakat melalui perlindungan konsumen yang
kredibel.
Posisinya, OJK akan tergabung dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan (FKSSK)
bersama Kementerian Keuangan, BI dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). FKSSK
merupakan protokol koordinasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. “FKSSK juga
memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan untuk pencegahan ataupun menangani krisis,”
ujar ekonom Sri Adiningsih dalam bukunya berjudul Koordinasi dan Interaksi Kebijakan Fiscal
– Moneter : Tantangan ke Depan.

Dengan melihat ketentuan tersebut, maka telah jelas tentang pembentukan lembaga
pengawasan sector jasa keuangan independen harus dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan
selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukan lembaga pengawasan akan dilaksanakan
selambatnya 31 Desember 2002, dan hal tersebutlah yang dijadikan landasan dasar bagi
pembentukan suatu lembaga independen untuk mengawasi sektor jasa keuangan.

OJK juga tidak luput dari Pro dan Kontra, dimana terbentuknya OJK bukan tanpa
kontroversi. Banyak pihak yang meragukan bahkan mengkritik secara keras karena berbagai
ketakutan yang fundamental. Seperti di beberapa negara yang tidak sukses menerapkan sistem
pada otoritas ini.
C. TUGAS DAN WEWENANGNYA OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/otoritas-jasa-keuangan
D. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai