Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Otoritas Jasa Keuangan disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang untuk
mengatur dan mengawasi lembaga jasa keuangan, serta melindungi konsumen sektor jasa
keuangan di Indonesia. OJK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

OJK berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia serta dapat


mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Artinya kehadiran OJK dalam melayani lembaga
jasa keuangan dapat dilayani diseluruh tiap-tiap provinsi jika dibutuhkan.

Satu tahun kemudian (31 Desember 2013) peralihan yang sama dilakukan untuk
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank
Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Artinya dengan keluarnya UU Nomor 21
Tahun 2011 maka seluruh pengawasan yang berhubungan jasa keuangan, baik untuk jasa
keuangan bank maupun jasa bukan bank dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada dasarnya memuat ketentuan


tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Artinya dengan adanya OJK
akan memberikan pengelolaan lembaga secara baik dan benar, sehingga tidak merupakan
pihak-pihak yang memiiki hubungan dengan perusahaan tersebut.

Lebih dari itu dengan adanya OJK praktik-praktik penipuan atau kejahatan di
bidang keuangan dapat diminimalkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, kehadiran OJK
sangat penting sepenting kehadirannya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
berhasil menegakkan wibawa pemerintah di bidang korupsi.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah pembentukan Otoritas Jasa Keuangan?


2. Apa peran dari Otoritas Jasa Keuangan?
3. Apa arti penting Otoritas Jasa Keuangan?
4. Bagaimana dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan?
5. Bagaimana ruang lingkup Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan?
6. Bagaimana Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan?
7. Apa nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan?
8. Apa kode etik Otoritas Jasa Keuangan?
9. Bagaimana proses penerbitan sekuritas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sejarah Otoritas Jasa Keuangan
2. Untuk mengetahui peran Otoritas Jasa Keuangan
3. Untuk Mengetahui arti penting Otoritas Jasa Keuangan
4. Untuk mengetahui dasar pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
5. Untuk mengetahui ruang lingkup Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan
6. Untuk Mengetahui Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan
7. Untuk Mengetahui nilai strategis Otoritas Jasa Keuangan
8. Untuk Mengetahui kode etik Otoritas Jasa Keuangan
9. Untuk Mengetahui proses penerbitan sekuritas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Otoritas Jasa Keuangan


Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan
pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam Undang-Undang
tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap bank akan dilakukan oleh
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen harus dibentuk. Dan
bahkan pada ketentuan selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukan lembaga
pengawasan akan dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal tersebutlah,
yang dijadikan landasan dasar bagi pembentukan suatu lembaga independen untuk
mengawasi sektor keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik disektor perbankan, pasar
modal, dan sektor jasa keuangan nonperbankan seperti asuransi, dana pensiun,
lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Secara lebih lengkap OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain yang mempunyai fungsi,tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tersebut.
Pada tanggal 22 November 2011, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan. OJK disebut sebagai lembaga independen yang akan
bekerja per 31 Desember 2012 yang mengalihkan fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan dan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya dan Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) ke OJK. Pada tanggal 31 Desember 2013, transisi
mengenai pengalihan fungsi, tugas, dan wewenang regulasi perbankan dan
pengawasan oleh Bank Indonesia (BI) juga akan diberikan ke OJK.

3
2.2 Peran Otoritas Jasa Keuangan

Dengan pendirian dan pembentukan dari OJK juga memiliki visi, misi, dan
tujuan yang hendak dicapai. Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi
lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi
pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum. Artinya cita-cita OJK utamanya adalah menginginkan jasa
keuangan yang dijalankan oleh lembag keuangan mampu memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.

Kemudian Misi yang diemban oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
rangka mencapai visinya yaitu:

1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa


keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Sedangkan tujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah agar keseluruhan


kegiatan jasa keuangan yaitu:

1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.


2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil.
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Di samping memiliki Visi, Misi, dan Tujuan, OJK juga memiliki fungsi, tugas,
dan wewenang yang telah ditentukan menurut Undang-Undang. Adapun fungsi, tugas,
dan wewenang OJK adalah:

4
1. Fungsi Otorita Jasa Keuangan (OJK) berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan danpengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan.
2. Tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan

a. Perbankan
b. Pasar Modal
c. Asuransi
d. Dana Pensiun
e. Lembaga Pembiayaan
f. Pegadaian
g. Lembaga Penjaminan
h. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
i. Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan
j. Penyelenggara program jaminan sosial, Pensiun dan Kesejahteraan.

3. Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

a. Tugas pengaturan

Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang OJK, peraturan


perundang-undangan di sektor jasa keuangan, peraturan dan keputusan
OJK, peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan,
kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK, peraturan mengenai tata
cara penetapan perintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan
pihak tertentu, peraturan mengenai tata cara pengelola statuter,
strukturorganisasi dan infrastruktur, serta peraturan mengenai tata cara
pengenaan sanksi.

b. Tugas pengawasan

OJK menetapkan kebijakan operasional pengawasan, melakukan


pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan atau

5
penunjang kegiatan jasa keuangan, penunjukan dan pengelolaan
pengguna statuter, memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa
keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi administratif terhadap
pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada lembaga jasa
keuangan.

2.3 Arti Penting Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan memiliki arti yang sangat penting, tidak hanya bagi
masyarakat umum dan pemerintah saja, akan tetapi juga bagi dunia usaha (bisnis).
Bagi masyarakat tentunya dengan adanya OJK akan memberikan perlindungan dan
rasa aman atas investasi atau transaksi yang dijalankannya lewat lembaga jasa
keuangan. Bagi pemerintah adalah akan memberikan keuntungan rasa aman bagi
masyarakatnya dan perolehan pendapatan dari perusahaan berupa pajak atau
penyediaan barang dan jasa yag berkualitas baik. Sedangkan bagi dunia usaha, dengan
adanya OJK maka pengelolaannya semakin baik dan perusahaan yang dijalankan
makin sehat dan lancar, yang pada akhirnya akan memperoleh keuntungan yang
berlipat.

Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang.

OJK berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia serta


dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara kesatuan Republik
Indonesia yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Artinya kehadiran OJK dalam
melayani lembaga jasa keuangan dapat dilayani diseluruh tiap-tiap provinsi jika
dibutuhkan.

Namun sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang


pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan non bank seperti Pasar Modal,

6
Perasuransian, DanaPensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
Lainnya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada dasarnya


memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga
yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.
Artinya dengan adanya OJK akan memberikan pengelolaan lembaga secara baik dan
benar, sehingga tidak merupakan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan
perusahaan tersebut.

2.4 Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan, dimana sebelumnya kewenangan pengaturan dan
pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) didasarkan kepada 3(tiga)


landasan yaitu

1. Landasan Filosofis

Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan


berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang
disemua sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara adil
kepada seluruh rakyat Indonesia.

2. Landasan Yuridis

a. Pasal 34 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia


b. UU No.6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perppu No.2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia menjadi undang-undang.

3. Landasan Sosiologi

7
a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang
teknologi dan informasi serta inovasi finansial telah menciptakan
sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait
antar sub sektor keuangan baik dalam hal produk maupun
kelembagaan.
b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan
di berbagai sub sektor keuangan (konglomerasi) menambah
kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di
dalam sistem keuangan.
c. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan yang
meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan
konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan.

2.5 Ruang Lingkup Peraturan

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan


(OJK) pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola
(governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan
terhadap sektor jasa keuangan.

Ruang lingkup Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini antara lain mengatur
mengenai bentuk badan usaha bagi Perusahaan Modal Ventura atau Perusahaan
Modal Ventura Syariah,yang meliputi perseroan terbatas, koperasi, dan perseroan
komanditer. Selain itu, dalam rangka penguatan kelembagaan Perusahaan Modal
Ventura dan Perusahaan Modal VenturaSyariah, diatur pula mengenai penguatan
permodalan, struktur organisasi, kewajiban pengembangan sumber daya manusia,
dan kewajiban menjadi anggota asosiasi.

a. Pengecualian Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


terhadap:
b. Jenis-jenis produk jasa keuangan
c. Cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan
d. Tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial

8
e. Serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain
sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur oleh
undang-undang tersendiri.

Sedangkan status kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu

a. Merupakan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan


b. Independen
c. Berkedudukan di Ibukota Negara
d. Berkantor di dalam dan luar negeri.

2.6 Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan

Setiap pembentukan suatu organisasi pasti sudah dilengkapi dengan struktur


organisasi di dalamnya. Seperti diketahui bahwa Organisasi merupakan tempat atau
wadah untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sedangkan struktur organisasi merupakan
bagan atau komponen yang ada dalam suatu organisasi. Tiap komponen memiliki
tugas, tanggung jawab,dan wewenang masing-masing.

Demikian juga dengan Otoritas Jasa Keuangan memiliki struktur organisasi


terdiri atas:

a. Dewan Komisioner OJK


b. Pelaksana Kegiatan Operasional

Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:

a. Ketua merangkap anggota


b. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap
anggota
f. Ketua Dewan Audit merangkap anggota

9
g. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen
h. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia
i. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang
merupakan pejabat setingkat Eselon I Kementerian Keuangan.

Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:

a. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen I


b. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen
Strategis II
c. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang
Pengawasan Sektor Perbankan
d. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang
Pengawasan Sektor Pasar Modal
e. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang
Pengawasan Sektor IKNB
f. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen
Risiko
g. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan
Konsumen memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

2.7 Nilai Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


a. Integritas adalah bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan
kode etik dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran
dan komitmen.
b. Profesionalisme adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab
berdasarkan kompetensi yang tinggi untukmencapai kinerja terbaik.
c. Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan
baik internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.

10
d. Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku
kepentingan serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat
terhadap industri keuangan.
e. Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat ke
depan serta dapat berpikir diluar kebiasaan.
2.8 Kode Etik
Kode etik OJK adalah norma dan asas mengenai kepatuhan dan kepantasan
yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner,
Pejabar, dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas.
Komite etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang berfungsi mengawasi
kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat, dan Pegawai OJK terhadap kode etik. Nilai
dasar kode etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan nilai strategis
organisasi OJK yakni integritas, profesionalisme, transparansi, akuntabilitas, sinergi,
dan kesetaraan.

2.9 Penerbitan Sekuritas (Proses Pendaftaran)


Sebenarnya OJK masih menggunakan regulasi proses pendaftaran yang
digunakan BAPEPAM-LK, yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
pasar modal. Proses pendaftaran mensyaratkan pengungkapan yang lengkap tentang
perusahaan, manajemen, dan tujuan penggunaan data penerbitan saham. Pendaftaran
juga harus memberikan laporan keuangan yang telah diaudit. Laporan keuangan
diperlukan dalam prospektus selama tiga tahun terakhir atau sejak berdirinya
perusahaan kurang dari tiga tahun. Laporan tahun sebelumnya disajikan secara
komparatif dengan periode saat ini. Selain itu, OJK membutuhkan setidaknya lima
tahun informasi keuangan tertentu yang menyajikan keterangan berdasarkan empat
laporan keuangan. Jenis sekuritas dan transaksinya dibebaskan dari pendaftar di pasar
modal.

11
Sesuai dengan UU Pasar Modal tahun 1995, penawaran umum mengacu pada
penawaran sekuritas yang terjadi dalam kurun waktu tertentu dan dalam jumlah
tertentu baik di dalam wilaya Indonesia ataupun warga negara Indonesia di luar negeri
dan menawarkan baik melalui media masa atau untuk lebih dari 100 orang atau
menghasilkan penjualan kepada lebih dari 50 orang. Dengan demikian, penawaran
yang tidak memenuhi persyaratan diatas tidak dianggap sebagai penawaran umum.
Selain itu, sejumlah aturan OJK mengatur pembebasan dari penawaran umum,
sebab penawaran sekuritas tidak dianggap sebagai penawaran umum sesuai dengan
UU pasar modal tahun 1995 jika jumlah total dana yang ditawarkan kurang dari satu
miliar rupaiah. Oleh karena itu, dalam penawaran tersebut tidak ada persyaratan untuk
mengajukan pernyataan pendaftaran ke OJK. Selain itu, proses pendaftaran biasanya
dimulai dengan pemilihan seorang bangkir investasi, yang disebut juga underwriter
atau penjamin emisi. Fungsi dari underwriter ini adalah pihak yang membantu
perusahaan dalam proses pendaftaran yang memberikan informasi pasar dan
mengarahkan kepada distribusi sekuritas. Perjanjian underwriting adalah kontrak
antara perusahaan dan penjamin emisi serta tanggung jawab penjamin emisi dan
disposisi akhir dari sekuritas yang belum terjual pada akhir penawaran umum.

 Persyaratan Pendaftaran

Proses penawaran umum sekuritas diawali dengan penyusunan pernyataan


pendaftaran. Pernyataan pendaftaran bagi perusahaan kecil berbeda dengan
perusahaan menengah. Perusahaan kecil dan menengah didata dari total aset yang
tidak lebih dari seratus juta rupiah. Pembahasan dan penjelasan lebih lanjutdari
penawaran umum perusahaan tidak diklasifikasikan bagi perusahaan kecil dan
memengah. Termasuk di dalam pernyataan pendaftaran adalah prospektus, prospektus
ringkas, laporan keuangan yang telah diaudit, comfort letter, penjamin emisi dan
lainnya.

12
Informasi dalam prospektus meliputi dasar serta informasi tentang tujuan
penggunaan dana, deskripsi dari sekuritas yang ditawarkan, dan rencana distribusi
termasuk nama pokok penjamin emisi. Pengajuan untuk obligasi harus mencakup
ringkasan informasi tentang syarat dasar dalam kontrak, termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan besaran utang dibandingkan dengan utang laiannya sehingga
infestor mendapatkan informasi tentang resiko keuangan obligasi kepada perusahaan.
Pernyataan pendaftaran harus ditandatangani oleh direktur dan komisaris perusahaan,
perusahaan kemudian mengajukan pernyataan pendaftaran ke OJK.

 Tinjauan OJK dan Penawaran Umum

OJK berupaya untuk memberikan pengungkapan penuh dan wajar kepada


investor potensial atas semua informasi yang diperlukan untuk penilaian resiko
sekuritas dan return ekspektasi. OJK tidak menjamin nilai saham atau keamanan
obligasi.

Sebagian besar dari pendaftaran baru akan menerima costomary review yang
merupakan pemeriksaan menyeluruh oleh OJK dan dapat mengakibatkan penerimaan
ataupun sebaliknya. Surat komentar yang berisi kekurangan yang harus diperbaiki
sebelum sekuritas dapat ditawarkan untuk dijual. Perusahaan yang sudah memiliki
saham untuk diperdagangkan secara luas juga harus dilakukan tinjauan yang sama.
Setelah pernyataan pendaftaran efektif, perusahaan dapat memulai menjual sekuritas
kepada publik. Periode tinjauan ini adalah 35 hari kecuali perusahaan menerima surat
komentar dari OJK.

Diantara waktu pernyataan pendaftaran yang disampaikan kepada OJK dan


tanggal efektif, perusahaan dapat menerbitkan prospektus awal yang menyediakan
informasi tentatif kepada investor tentang isu yang akan muncul.

Periode waktu antara tanggal laporan akhir yang telah diaudit dipublikasikan
dalam prospektus dan tanggal efektif pernyataan pendaftaran tidak boleh melebihi 180
hari. Banyak faktor yang mempengaruhi pasar saham dan menurunnya kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan modal. Jika tanggal laporan keuangan terakhir yang

13
telah diaudit melebihi 180 hari dari tanggal efektif pernyataan pendaftaran, maka
laporan keuangan yang telah diaudit tersebut harus segera diserahkan.

 Hukum Akuntan Dalam Proses Pendaftaran

Akuntan memainkan peran penting dalam penyusunan pernyataan


pendaftaran. Akuntan perusahaan menyiapkan pengungkapan keuangan awal
perusahaan yang kemudian akan diaudit oleh akuntan independen perusahaan. Hukum
pasar modal 1995 membuat kewajiban hukum yang sangat luas bagi semua peserta
dalam proses pendaftaran, dan paparan hukum ini sangat penting bagi akuntan karena
pengungkapan keuangan merupakan bagian penting pernyataan pendaftaran.

Dibawah aturan BAPEPAM-LK Nomor VIIII, G,5 akuntan bertanggung


jawab atas kesalahan informasi material ataupun informasi yang salah sebelum
tanggal efektif pernyataan pendaftaran tersebut. Underwriter yang menangani
penjualan sekuritas sering membutuhkan comfort letter ini memberikan keterangan
tambahan bahwa akuntan publik belum menemukan item material yang menyebabkan
perubahan signifikan atau posisi keuangan atau hasil dari kegiatan perusahaan sejak
saat auditor menandatangani laporan keuangan.

 Persyaratan Pelaporan Berkala

Undang-Undang Pasar Modal tahun 1995 mengatur perdagangan sekuritas dan


membebankan persyaratan pelaporan pada perusahaan yang melakukan perdagangan
efek di bursa saham. Perusahaan dengan modal lebih dari tiga miliar rupiah dan yang
sekurtisanya dipegang lebih dari 300 orang dianggap sebagai perusahaan publik.
Perusahaan tersebut diwajibkan untuk mengajukan pernyataan pendaftaran ke OJK.
Setelah perusahaan dianggap sebagai emiten, mereka harus mengajukan laporan
secara berkala seperti laporan tahunan dan laporan lainnya yang terkait dengan OJK.

Peraturan yang dikeluarkan BAPEPAM-LK Nomor X.K.6 mengharuskan emiten


atau perusahaan publik untuk menyerahkan laporan tahunan secara teratur kepada
OJK pada akhir bulan keempat setelah akhir tahun fiskal perusahaan. Kewajiban

14
menyampaikan laopran tahunan berlaku untuk semua emiten dan perusahaan pablik
termasuk perusahaan kecil dan menengah. Laporan tahunan perusahaan terdiri dari :

a. Ikhtisar Keuangan
b. Laporan Dewan Komisaris
c. Laporan Direksi
d. Profil Perusahaan
e. Analisis dan Diskusi Manajemen
f. Tata Kelola Perusahaan
g. Pernyataan Pertanggungjawaban Pihak Direksi Atas Laporan Keuangan
h. Laporan Keuangan Yang Telah Diaudit
i. Tanda Tangan Direksi dan Dewan Komisaris

Ikhtisar keuangan secara umum harus berisi setidaknya lima tahun pengungkapan
informasi keuangan secara jelas dan ringkas. Selain pengakuan terhadap OJK, laporan
keuangan tahunan perusahaan harus tersedia untuk semua pemengang saham dalam
14 hari sebelum dilakukan RPUS.

Berdasarkan aturan BAPEPAM-LK Nomor X.K.2 emiten juga wajib melaporkan


laporan keuangan tahunan dan semi tahunan kepada OJK yang telah tersedia bagi
pemegang saham mereka. Hal ini termasuk pernyataan yang ditandatangani oleh CEO
dan CFO yang menyatakan bahwa kondisi laporan keuangan dan pengungkapan telah
disajikan dengan wajar.

Laporan keuangan tengah tahunan juga harus disampaikan kepada OJK paling
lambat hari terakhir bulan pertama setelah tanggal laporan semi tahunan jika laporan
tidak diaudit. Jika disertai dengan laporan tinjauan oleh auditor, paling lambat hari
terakhir bulan ketiga setelah tanggal laporan semi tahunan jika laporan keuangan
diaudit. Laporan keuangan disajikan dalam bentuk laporan komparatif di tahun fiskal.

Emiten juga wajib melaporkan laporan yang tidak terdaftar sesuai dengan
peristiwa material atau lebih dikenal dengan laporan insidental. OJK dalam
laporannya tentang penggungkapan yang telah dibuat oleh publik, menyatakan bahwa
keterbukaan informasi harus diumumkan segera dan setiap perusahaan publik harus

15
melaporkan informasi material mengenai peristiwa yang dapat memengaruhi sekuritas
atau keputusan investor. Perusahaan harus melaporkan kepada OJK dan memberikan
publik informasi tersebut paling lambat dua hari kerja setelah peristiwa tersebut
terjadi. Informasi material yang mungkin cukup mempengaruhi sekuritas atau
keputusan investor antara lain:
a. Merger, akuisisi, konsolidasi atau pembentukan ventura bersama
b. Stock split atau pembagian deviden
c. Unusual dividend
d. Akuisisi atau kehilangan kontrak penting
e. Produk baru yang signifikan atau inivatif
f. Perubahan pengendalian atau perubahan signifikan dalam manajemen
g. A call for purchase atau penarikan sekuritas utang
h. Penjualan tambahan dari sejumlah sekuritas ke pihak publik atau pihak
terbatas
i. Penjualan atau kerugian dari penjualan, aset material
j. Perselisihan tenaga kerja
k. Litigasi penting terhadap perusahaan atau terhadap direktur perusahaan
l. Penawaran untuk membeli sekuritas dari perusahaan lain
m. Penggantian auditor perusahaan
n. Penggantian agen kepercayaan perusahaan
o. Perubahan tahun fiskal perusahaan

Laporan laninya adalah kewajiban direksi dan komisaris perusahaan untuk


melaporkan kepada OJK mengenai kepemilikan saham dan perubahan kepemilikan.
Laporan tersebut harus dilaporkan tidak lebih dari 10 hari setelah tanggal transaksi.
Selain itu, kewajiban yang berlaku bagi pemegang saham yang memiliki 5% atau
lebih dari modal yang disetor. Dengan demikian, setiap investor mengakuisisi 5%
atau lebih sekuritas ekuitas dari sebuah perasahaan publik yng harus segera
dilaporkan kepada OJK.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga baru yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Jasa Keuangan yang
berfungsimenyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan
kegiatandi dalam sektor jasa keuangan secara terpadu. Otoritas Jasa Keuangan
dibentukdengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggarasecara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; mampu mewujudkan

17
sistem keuanganyang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan mampu melindungi
kepentingankonsumen dan masyarakat.
Pembentukan OJK di Indonesia tidak terlepas dari otoritas serupa di beberapa
negaralain, seperti Inggris, Jepang, Jerman, Korea dan Singapura. Sistem pengawasan
yangdilakukan Indonesia dan negara-negara tersebut sama yaitu sistem
pengawasanterpadu. Selain itu, tujuan pembentukan, tugas, dan wewenang lembaga
pengawasyang tidak jauh berbeda dengan tujuan utama menjaga stabilitas sistem
keuangan danperlindungan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-ekonomistembi/ekonomi/otoritas-
jasa-keuangan-kel-6/36023097

Baker, Richard E. dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.

18
19

Anda mungkin juga menyukai