Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembentukan OJK dipicu oleh kasus Bank Century yang membuktikan lemahnya fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini terungkap setelah Lembaga Penjamin Simpanan hendak mengucurkan
dananya kepada Bank Century, namun jumlahnya membengkak dari yang seharusnya. Menurut Zulkarnaen
Sitompul dalam Pilars No.02/Th.VII/12-18 Januari 2004, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi
untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank Indonesia oleh DPR. Fungsi pengawasan
perbankan yang tadinya dipegang oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral, kini dipisahkan. Ide tersebut datang
dari konsultan asal Jerman Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (Bank Sentral Jerman) yang pada
waktu penyusunan RUU (kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999) bertindak sebagai konsultan,
mengambil pola bank sentral Jerman yang tidak mengawasi bank. Pengesahan Undang- Undang Nomor 21 tahun
2011 pada tanggal tentang Otoritas Jasa Keuangan menandai babak baru industri jasa keuangan di Indonesia.
Kehadiran lembaga baru ini diharapkan secara komprehensif akan mengatur dan mengawasi jasa keuangan di
sektor pasar modal, perbankan, asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lain.
Dalam kaitannya dengan mata kuliah hukum pasar modal, maka dalam makalah ini saya mencoba untuk mengulas
mengenai “Peranan Otoritas Jasa Keuangan dalam Melindungi Praktek-Praktek Kecurangan yang terjadi dalam
Pasar Modal”

B. PERMASALAHAN

Membaca latar belakang diatas, muncul beberapa pertanyaan yang akan saya coba bahas dalam makalah antara
lain :

1. Apakah OJK itu ?

2. Apakah Pasar modal itu?

3. Apakah tugas, fungsi dan wewenang OJK?

4. Bagaimana peran OJK dalam menyikapi kejahatan Pasar Modal ?

5. Apa kelebihan dan kekurangan OJK dalam Pasar Modal?

C. PEMBATASAN MASALAH

Agar mengena pada sasaran, maka dalam makalah ini saya hanya akan membahas mengenai tugas, fungsi dan
wewenang OJK dalam pengawasan hukum pasar modal di Indonesia.

D. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa pengertian OJK.

2. Untuk mengetahui apa pengertian pasar modal dan lembaga-lembaga yang terkait di dalamnya.

3. Untuk mengetahui apa saja tugas, fungsi dan wewenang OJK Untuk mengetahui bagaimana peran OJK dalam
menyikapi kejahatan pasar modal.

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan OJK.


BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan. Bagi anda yang belajar ekonomi khususnya masalah keuangan pastilah tidak asing lagi dengan istilah
OJK, atau otoritas jasa keungan, namun bagi anda yang belum pernah mendengar masalah OJK, dalam makalah ini
saya coba untuk memberikan informasi mengenai OJK selain daripada definisi menurut UU No. 21 tahun 2011. OJK
bisa diartikan sebagai sebuah lembaga keuangan yang salah satu tugasnya adalah melakukan pengawasan
terhadap perbankan. Seperti telah dikemukakan dalam pendahuluan, latar belakang munculnya OJK tersebut di picu
oleh kasus Bank Century yang membuktikan lemahnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Ternyata menurut berbagai macam kalangan, tugas dari bank Indonesia tersebut belum dilakukan secara maksimal.
Selain karena banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh bank Indonesia, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan
tugas bank Indonesia tersebut belum berjalan sesuai dengan harapan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan
lembaga negara yang dibentuk pada tahun 2011 berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011, dan beroperasi Januari
2013 (untuk pasar modal dan LKNB) dan 2014 (untuk perbankan). Aturan ini menjelaskan fungsi OJK dalam
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri didirikan untuk menggantikan peran Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Dengan terbentuknya OJK maka secara otomatis pengaturan
dan pengawasan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) beralih ke OJK. Selain mengambil alih
tugas Bapepam-LK dan Bank Indonesia, pembentukan OJK juga menjadi respon atas perkembangan sektor jasa
keuangan. Semakin majunya sistem teknologi dan komunikasi dalam perbankan juga mendorong pemerintah untuk
mereformasi sistem pengawasan perbankan. Sistem keuangan menjadi semakin kompleks, dinamis, hybrid, dan
saling terkait. Untuk itu kemudian diperlukan OJK sebagai lembaga dengan fungsi dan sistem yang telah
terintegrasi. Dalam UU Nomor 21 Tahun 2011 pasal 1 ayat (4) disebutkan, lembaga-lembaga yang akan berada di
bawah pengawasan OJK adalah perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan atau
multifinance, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Lembaga jasa keuangan ini mencakup pergadaian (PT
Pegadaian), lembaga penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, lembaga pembiayaan sekunder
perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, yaitu
penyelenggaraan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan.

B. PENGERTIAN PASAR MODAL

Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pasar modal . Pengertian lain tentang pasar modal adalah
pasar yang mempertemukan permintaan dan penawaran uang dalam bentuk surat-surat berharga yang berjangka
waktu lebih dari satu tahun. Dalam pasar modal, surat berharga disebut juga dengan istilah "efek”. Dalam arti klasik,
pengertian pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat surat berharga seperti saham, sertifikat
saham dan obligasi atau efek efek pada umumnya. Menurut Panji Anoraga (1995) bahwa pengertian pasar modal
adalah suatu bidang usaha perdagangan surat surat berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi. Menurut
Hugh T. Patrick bahwa pengertian pasar modal dapat dibagi dalam tiga definisi yaitu pertama pasar modal dalam arti
luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di
bidang keuangan, surat berharga/klaim panjang pendek primer dan yang tidak langsung. Kedua, pengertian pasar
modal dalam arti menengah bahwa pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga lembaga
yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi,
pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan deposito jangka panjang. Ketiga adalah pengertian pasar modal dalam
arti sempit yaitu tempat pasar uang terorganisasi yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan
menggunakan jasa makelar dan underwriter.
C. TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN

1. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrassi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan,
seperti yang telah dijabarkan dalam pasal 5 UU No. 21 tahun 2011.

2. Tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tugas Otoritas Jasa Keuangan adalah sebagai berikut: a. Mengawasi dan
mengatur segala kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan. b. Mengawasi dan mengatur segala kegiatan jasa
keuangan di bidang pasar modal c. Mengawasi dan mengatur segala kegiatan jasa keuangan di bidang dana
pensiun, perasuransian, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Dalam Pasal 6 huruf b Undang-
Undang No 21 Tahun 2011, OJK melaksanakan tugas dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar
Modal. Hal ini berarti OJK tetap harus memperhatikan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 Tentang Pasar Modal. Kehadiran OJK adalah menggantikan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Dasar penggantian Bapepam ke OJK adalah BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 55 ayat (1): “Sejak tanggal
31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih
dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK”. Dalam melaksanakan
tugasnya OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang bersifat kolektif dan kolegial, khusus untuk Pasar Modal maka
berdasarkan pasal 10 ayat (4) huruf d Dewan Komisioner dikendalikan oleh seorang Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal merangkap anggota yang bertugas memimpin tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektor Pasar Modal. Tugas Dewan Komisioner berdasarkan Pasal 59 UU No. 21 tahun 2011 antara lain adalah: a.
Menetapkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, rancang bangun infrastruktur dan teknologi informasi,
sistem sumber daya manusia, dan standar prosedur operasional; b. Menetapkan rencana kerja dan anggaran OJK
tahun anggaran 2013; c. Mengangkat pejabat dan pegawai OJK; d. Mengangkat pejabat dan pegawai organ
pendukung Dewan Komisioner; e. Menetapkan hal lain yang diperlukan dalam rangka pengalihan fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor jasa keuangan dari Bank Indonesia,
Menteri Keuangan, dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Terkait dengan status
pejabat dan/atau pegawai Bapepam, maka Pasal 64 huruf a UU No 21 tahun 2011, mengatur “pejabat dan/atau
pegawai Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dialihkan untuk dipekerjakan pada OJK”.

3. Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wewenang OJK sebagaimana disebutkan dalam pasal 9 UU no 21
tahun 2011 bisa disimpulkan sebagai berikut: a. OJK berwenang untuk menetapkan sebuah kebijakan operasional
pengawasan terhadap setiap kegiatan, melakukan pemeriksaan, pengawasan, penyidikan, perlindungan terhadap
konsumen serta tindakan lain terhadap lembaga keuangan sesuai dengan undang-undang. b. Memberlakukan
sanksi administratif terhadap pihak-pihak yang melakukan sebuah pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan pada sektor jasa keuangan. c. Melakukan pengawasan terhadap setiap tugas yang dilakukan oleh kepala
eksekutif. d. Memberikan perintah tertulis yang berhubungan dengan lembaga jasa keuangan maupun pihak-pihak
lain.

D. PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENYIKAPI KEJAHATAN PASAR MODAL

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Bandung, Gilman Pradana mengatakan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) berperan dalam meningkatkan jumlah investor pasar modal di Jawa Barat. Peran ini, menurut
Gilman, dapat dilakukan OJK dengan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait keamanan berinvestasi di
pasar modal. Dengan edukasi dari OJK, calon investor akan merasa terlindungi karena mempunyai tempat untuk
mengadukan praktik-praktik kecurangan yang terjadi dalam pasar modal. Masyarakat di daerah pun akan lebih
percaya untuk berinvestasi dalam pasar modal. Tak hanya berperan untuk meningkatkan jumlah investor, OJK juga
berperan untuk mendorong perusahaan daerah melantai di bursa. BEI berharap OJK dapat membantu BEI
memermudah proses initial public effering (IPO) bagi emiten-emiten baru. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 telah disebutkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal seperti penipuan, manipulasi pasar, dan
perdagangan orang dalam (insider trading). Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik yang khas,
yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tidak mengandalkan kemampuan
fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak
pidana pasar modal juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak pidana
yang dikenal dibidang pasar modal, antara lain:
1) Penipuan Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang
dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi
pihak lain untuk membeli atau menjual efek. Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam
kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau penjualan efek yang terjadi
dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar bursa atas efek emiten atau perusahaan
publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak
benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.

2) Manipulasi Pasar Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah, tindakan
yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan gambaran
semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Beberapa pola
manipulasi pasar, antara lain: • Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten (perusahaan yang menjual saham)
dengan tujuan mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya,
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian harga efeknya
jatuh tajam di bursa; • Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation). Misalnya,
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah,
padahal emiten B termasuk yang diambil alih oleh pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap
suatu peristiwa dan informasi yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut. Informasi
merupakan pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut
tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, tentunya kegiatan perdagangan pasar modal tidak bisa
berjalan. Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga
efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan berhenti
dan berjalan normal kembali. Otoritas Jasa Keuangan mengantisipasi setiap pihak yang memiliki kapasitas dan
kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa melakukan penggambaran
sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar.
Sanksi yang diberikan ketika terjad pelanggaran dan perbuatan tindak pidana pasar modal sebagian besar sanksi
adalah sanksi administratif. Penerapan sanksi pidana memang dilihat sebagai langkah tegas dan diharapkan dapat
menimbulkan efek jera yang tinggi, namun jika tingkat keberhasilannya rendah. Efek jera yang menyertai sanksi
pidana menjadi tidak efektif. Artinya penegakan hukum pidana yang dilakukan OJK masih dalam kondisi lemah, hal
ini disebabkan berbagai pertimbangan ekonomi dan situasi psikologis pasar, disamping pembuktiannya yang tidak
mudah. Dengan kata lain, dalam penegakan hukum pasar modal lebih pada bentuk kebijaksanaan penjatuhan
hukuman, sehingga hukum administratiflah yang dianggap paling tepat. OJK adalah lembaga pengawas pasar
modal, bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya
OJK memiliki tangung jawab untuk menegakkan hukum pasar modal dan sebagai penyidik akan melakukan
pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, dan bila memang terbukti akan menetapkan
sanksi.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Model pengaturan dan pengawasan secara terintegrasi ini memiliki kelebihan terutama dalam merespons tren
industri keuangan yang semakin terintegrasi. Kini, kita bisa menyaksikan bahwa fenomena universal banking, atau
bank yang bisa melayani segala jenis pelayangan keuangan sudah menjadi pemandangan umum. Dengan adanya
OJK sebagai "super-regulatory body, nantinya masalah perizinan, pengaturan, pengawasan, dan exit policy akan
lebih mudah, karena berada di satu atap. Selain itu, OJK sebagai ”superregulatory body” juga memungkinkan
pemanfaatan economies of scale dan economies of scope, sehingga pengawasannya menjadi lebih mendalam.
Namun, OJK sebagai "superregulatory body" juga memiliki kelemahan. Terlalu luas lingkup kerja (pengaturan dan
pengawasan) serta terlalu banyak industri yang diawasi, maka bila tidak didukung dengan sistem dan SDM yang
andal, efektivitasnya dapat diragukan, Buktinya sudah terlihat di depan mata. OJK tidak menjangkau perlindungan
pada koperasi simpan pinjam, lembaga keuangan mikro dan lembaga keuangan non bank,dan pembiayaan OJK
yang berdasarkan iuran pelaku jasa keuangan membebani konsumen.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, secara sederhana dapat saya simpulkan :

1. Pembentukan OJK bukan hanya transfer pengaturan dan pengawasan sektor keuangan yang dilakukan
sebelumnya oleh Bank Indonesia dan Departemen Keuangan saja.

2. OJK harus mampu memperkuat sistem pengawasan yang ada

3. OJK merupakan sebuah lembaga yang dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan
seperti perbankan, pasar modal, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, dan asuransi.

4. OJK membantu pemerintah meningkatkan pemberantasan praktek kecurangan dalam pasar modal

5. Dengan adanya OJK masalah perizinan, pengaturan, pengawasan, dan exit policy akan lebih mudah, karena
berada di satu atap.

6. Kelemahan OJK adalah tidak menjangkau perlindungan pada koperasi simpan pinjam, lembaga keuangan mikro
dan lembaga keuangan non bank,dan pembiayaan OJK yang berdasarkan iuran pelaku jasa keuangan membebani
konsumen.

B. SARAN

Saran yang dapat saya berikan hanyalah perlunya kerjasama yang sinergi antara Otoritas Jasa Keuangan dan Bank
Indonesia agar tercapainya efektitas fungsi Pengawasan khususnya di bidang Perbankan dan pasar modal.

Sumber : www.kompasiana.com

Y X
A
S I
S I Tugas Ekonomi
E S
R -
H 1
. W

OJK Minta Relife Perkuat Modal


PT Asuransi Jiwa Recapital alias Relife mendapat perhatian khusus dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) terkait kesehatannya di bawah standar. Terutama, jika dilihat dari risk based capital (RBC)
yang berada di bawah ketentuan 120 persen.

Atas tingkat kesehatan yang rendah, OJK pun telah menyurati direksi dan komisaris Relife. Isi surat
itu adalah sanksi pembatasan kegiatan usaha.

Pembatasan kegiatan usaha tersebut terkait dengan upaya Relife yang tanpa hasil setelah OJK
memberikan sanksi peringatan pertama dan terakhir. Bahkan, berdasarkan laporan hasil
pemeriksaan final, diketahui rasio tingkat solvabilitas Relife minus 827,34 persen per 31 Desember
2015.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, jika ada perusahaan asuransi
dengan RBC di bawah standar, maka pihaknya akan melakukan pengawasan sesuai dengan aturan
berlaku. RBC ini merupakan keamanan keuangan atau kesehatan perusahaan asuransi.

"Ada SP (surat peringatan) satu, SP 2 dan lain sebagainya. Kalau tidak memenuhi aturan kan ada
tahapan-tahapannya. Mau mempailitkan pun ada aturannya," ujar dia dalam keterangan tertulis di
Jakarta, Kamis (6/4/2017).

Muliaman menuturkan, kasus seperti Relife merupakan hal yang biasa, namun OJK meminta Relife
harus memenuhi ketentuan RBC mininum 120 persen.

Sejauh ini, OJK tidak memberikan rekomendasi atau saran kepada Relife untuk memenuhi
ketentuan RBC. Muliaman menegaskan, Relife bisa mencari dana sendiri untuk memenuhi
ketentuan RBC tersebut.

"Pokoknya dia harus memenuhi RBC 120 persen, secara umum mereka bisa cari dana sendiri untuk
bisa memenuhi 120 persen tersebut," kata dia.

Muliaman juga menyatakan, secara menyeluruh industri asuransi dalam keadaan baik dan penuh
harapan, di mana semua orang saat ini sudah mulai sadar berasuransi seiring meningkatnya
pendapatannya.

Sumber : www.liputan6.com
OJK: Ada 12 Bank Besar Berdampak
Sistemik
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut ada 12 bank besar di Indonesia yang masuk dalam
kategori sistemik. Artinya jika perbankan tersebut mengalami kolaps atau gangguan likuiditas, maka
dampaknya merembet ke perbankan lain, bahkan berpotensi menimbulkan krisis di sektor
keuangan.

"Ada 12 bank sistemik. Namanya tidak usah disebut lah," kata Ketua Dewan Komisioner OJK
Muliaman D Hadad saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Rabu (5/4/2017).

Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem
Keuangan (UU PPKSK), yang dimaksud Bank Sistemik adalah bank yang karena ukuran aset,
modal, dan kewajiban; luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta
keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan
bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial, jika bank tersebut
mengalami gangguan atau gagal.

"Kategori bank sistemik secara ukuran, interkoneksitas, dan kompleksitas transaksi karena memiliki
kegiatan usaha yang tinggi," Muliaman menambahkan.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon menegaskan, 12
bank yang berdampak sistemik itu masuk kategori bank-bank besar. Jika bank tersebut sakit, maka
imbasnya merembet ke bank lain.

"Sebanyak 12 bank sistemik itu bank besar. Kalau bank itu sampai bermasalah akan membawa
dampak ke bank lain, lalu bank lain itu memberi dampak ke bank lain lagi sehingga sistemik
sifatnya," papar dia.

Dari jumlah ini, kata Nelson, memungkinkan bisa bertambah. OJK akan mengevaluasi secara rutin
dalam kurun waktu enam bulan.

Dia mengaku, 12 bank sistemik tersebut belum melaporkan rencana aksi (recovery plan) yang
tertuang dalam Peraturan OJK. Bank sistemik harus menyiapkan rencana dalam rangka mencegah
dan mengatasi masalah keuangan yang berpotensi terjadi. POJK ini baru terbit dan berlaku pada 4
April 2017.

"Belum ada yang menyerahkan recovery plan kan baru berlaku aturannya. Pengawas minta kalau
banknya suatu waktu bermasalah, opsinya apa saja untuk menyelamatkan. Tapi bank sudah
menyusun rencana, pemilik modal bisa menambah segera atau yang lain. Ini di review sekali dalam
enam bulan," imbuh Nelson.

Sumber : www.liputan6.com
OJK Ajak Pemda Manfaatkan Perbankan
Syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar pameran produk dan jasa perbankan syariah Expo
iB Vaganza Medan 2017 di Plaza Medan Fair, Medan untuk semakin mengenalkan dan
mendekatkan masyarakat dengan produk dan jasa layanan perbankan syariah. Acara ini
diselenggarakan mulai Jumat 7 April hingga Minggu 9 April 2017.

Acara ini juga diharapkan bisa mendorong sinergi perbankan syariah dengan Pemerintah
Daerah,khususnya di Sumatera Utara melalui berbagai bentuk kerjasama antara lain,
pembiayaan UMKM, produk tabungan Bank Syariah untuk siswa SD dan SMP serta jasa
perbankan syariah lainnya seperti pembayaran listrik, air, telpon, pembelian tiket, dan Zakat
Infaq Sodaqoh (ZIS).

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad dalam sambutan pembukaan acara ini
menekankan pentingnya industri keuangan syariah khususnya perbankan syariah untuk
mengambil peranan dalam sektor perekonomian masyarakat yang semakin cepat
pertumbuhannya.

“Sosialisasi dan edukasi ke publik mengenai produk serta jasa layanan keuangan syariah yang
semakin beragam dan bermanfaat besar bagi masyarakat harus terus dikenalkan, sekaligus
meningkatkan akses masyarakat ke sektor keuangan sesuai dengan program literasi keuangan
Pemerintah,” ujar Muliaman melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (7/4/2017).

Kegiatan expo iB Vaganza ini merupakan salah satu strategi OJK untuk memberikan
pengalaman langsung kepada masyarakat berinteraksi dengan industri perbankan syariah,
merasakan layanan dan manfaat produk perbankan syariah yang sudah sama bagusnya,
lengkapnya, dan modernnya dengan bank konvensional.

Pelaksanaan Expo iB Vaganza Medan ini terselenggara atas kerja sama Departemen
Perbankan Syariah OJK dan perkumpulan Marketing Communication perbankan syariah
nasional yang tergabung dalam Forum iB Markom. Kota Medan dipilih sebagai kota kedua
pelaksanaan rangkaian Expo iB Vaganza 2017, setelah sebelumnya diadakan di kota Kediri.

"Kota Medan dipilih kembali sebagai kota terlaksananya Expo iB Vaganza di tahun ini melihat
potensi pasar yang relatif terbuka lebar sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat
industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan,
serta berbagai pusat perdagangan regional dan internasional," pungkasnya.

Data OJK per Januari 2017, secara nasional industri perbankan syariah terdiri dari 13 Bank
Umum Syariah, 21 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional dan 166
BPRS dengan total aset Rp356,50 triliun dengan pangsa pasar sebesar 5,13%. Sementara,
total asset perbankan syariah di Wilayah Sumatera Utara mencapai Rp12,14 triliun dengan
pangsa pasar sebesar 4,55%.

Sumber : www.sindonews.com

4 Nasehat OJK Sebelum Tentukan


Pilihan Investasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menutup 13 entitas usaha yang dianggap tidak
berizin sepanjang Januari dan Februari lalu. Direktur Kebijakan dan Dukungan Penyidikan
OJK Tongam L Tobing mengatakan Satgas Waspada Investasi kembali menutup 6 kegiatan
usaha yang tidak mengantongi izin pada bulan ini.

"Setelah menutup enam entitas pada Januari dan tujuh entitas pada Februari lalu, Maret ini
Satgas Waspada Investasi kembali menghentikan enam kegiatan penghimpunan dana
masyarakat atau kegiatan usaha yang tidak memiliki izin dari otoritas manapun,” ujar
Tongam, melalui keterangan resminya, Ahad 26 Maret 2017.

Satgas Waspada Investasi menghimbau kepada masyarakat berhati-hati sebelum


menjatuhkan pilihan investasi. Berikut empat saran Satgas Waspada Investasi untuk
masyarakat yang ingin berinvestasi.

1. Memastikan perusahaan yang menawarkan investasi tersebut memiliki izin usaha dari
otoritas yang berwenang sesuai dengan kegiatan usaha yang dijalankan.

2. Memastikan bahwa pihak yang menawarkan produk investasi, memiliki izin dalam
menawarkan produk investasi atau tercatat sebagai mitra pemasar.

3. Memastikan bahwa perusahaan atau pihak yang melakukan penawaran investasi


tersebut, juga memiliki domisili usaha sesuai dengan izin yang dimiliki.

4. Jika menemukan tawaran investasi yang mencurigakan, masyarakat bisa


mengkonsultasikan atau melaporkan kepada Layanan Konsumen OJK 1500655, email
konsumen@ojk.go.id atau waspadainvestasi@ojk.go.id.
Sumber : www.tempo.co

Anda mungkin juga menyukai