Anda di halaman 1dari 28

Otoritas Jasa

Keuangan
Bank
Lembaga
Keuangan
LEMBAGA JASA Bukan Bank
KEUANGAN Lembaga
Penjamin
Simpanan

Lembaga
Keuangan
Mikro
Nama : Fazli Mawla Atharrafi Tugas Ekonomi
Kelas : X MIPA 6
Guru Pembimbing :
Bu Rochma Efriyanti S, Pd

A. LEMBAGA JASA KEUANGAN

I. Latar Belakang berdirinya OJK

OJK pada awalnya didirikan akibat adanya ketidakpuasan dan kekecewaan dari fungsi
pengawasan BI terhadap lembaga- lembaga keuangan di Indonesia. Di lain sisi pada masa itu
lembaga keuangan di Indonesia sudah semakin berkembang dan bergerak di berbagai sektor.
Akibat dari ketidaksigap-an dalam mengawasi dan mengatur lembaga keuangan ini, terjadilah
masalah – masalah lintas sektor industrial.
Puncak dari permasalahan ini adalah saat terjadinya krisis global tahun 1998. Permasalahan
yang trus timbul akhirnya mendorong pemerintah untuk mengeluarkan putusan untuk membentuk
lembaga pengawasan jasa keuangan (LPJK) yang tercantum dalam Pasal 34 tahun 1999.
Atas hal ini pemerintah mengeluarkan UU no. 3 tahun 2004 yang menyatakan bahwa tugas
mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen.
Akhirnya, pemerintah mengeluarkan undang – undang no. 21 tahun 2011 sebagai dasar
didirikannya OJK yan memiliki tugas untuk mengatur,mengawasi,dan melindungi industry jasa
keuangan.
Pada perkembangannya, OJK melalui beberapa langkah sebelum dapat menjalankan
tugasnya secara penuh. Pada 31 desember 2012, OJK resmi menggantikan badan pengawas pasar
modal – lembaga keuangan (BAPEPAM-LK) dalam mengawasi pasar modal dan industri keuangan
non-bank. Pada Maret 2013, diadakan peralihan wewenang pengaturan dan pengawasan perbankan
dari BI ke OJK. Wewenang ini akhirnya berlaku penuh pada 31 Desember 2013. Pada 1 Januari
2015, OJK akhirnya meluaskan wewenangnya dengan mengawasi lembaga keuangan mikro (LKM).

II. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi OJK

OJK adalah sebuah lembaga keuangan independen yang bertugas menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan secara terintegrasi
Adapun tujuan didirikannya OJK adalah agar segala kegiatan dalam sektor keuangan dapat
terselenggara secara adil, transparan, akuntabel, dan teratur sehingga tercipta sistem keuangan
yang berkelanjutan dan stabil. Pendirian OJK juga diharapkan dapat mendukung sektor jasa
keuangan untuk meningkatkan daya saing perekonomian Negara.
Adapun fungsi dari OJK adalah mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan di sektor jasa
keuangan. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam undang – undang no. 21 tahun 2011.
Selain itu OJK juga memiliki visi dan misi. Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas
industri jasa keuangan yang terpercaya melindungi konsumen dan masyarkat dan mampu
mewujudkn industrI Jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global
serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

III. Wewenang OJK


Dalam menjalankan tugasnya OJK memiliki banyak wewenang yang dapat digunakan untuk
mendukung pelaksanaan tugasnya. Di antara wewenang tersebut, wewenang OJK terbagi ke dalam
4 aspek yang utama, yaitu :
1) Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank
Dalam hal ini, wewenang OJK juga mencakup :
 Perizinan pendirian bank.
 Perizinan pembukaan kantor.
 Perizinan kepemilikan bank.
 Pencabutan izin usaha bank
2) Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank
Adapun aspek – aspek yang perlu diawasi yaitu :
 Bank tersebut mampu membayar hutang yang dalam jangka pendek (likuiditas).
 Bank mampu menghasilkan keuntungan (rentabiltas).
 Bank memenuhi cadangan kas minimum.
 Batas maksimun pemberian kredit
Dalam hal ini, OJK haruslah membuat laporan mengenai kesehatan dan kinerja
dari bank tersebut. OJK juga harus membuat sistem informasi debitur nasabah. OJK
juga perlu mengatur dan mengawasi akuntansi bank yang handal
3) Pengaturan dan pengawasan mengenai kehati – hatian bank
Aspek – aspek yang di awasi meliputi :
 Manajemen resiko kredit
 Tata kelola bank
 Pencegahan kejahatan perbankan.
o4) Pemeriksaan bank
Dalam pemeriksaan bank, pengawasan normal oleh OJK dilakukan minimal 1
tahun sekali. Adapun pada bank berstatus pengawasan khusus dan tidak mendaftar
pasar modal, dilakukan pengawasan selama 3 bulan. Untuk bank yang berstatus
pengawasan khusus dan mendaftar pada pasar modal, dilakukan pengawasan selama 6
bulan.

Secara khusus dalam menjalankan tugasnya sebagai pengatur, OJK memiliki kewenangan
tertentu dengan menetapkan peraturan perundangan – undangan pada sektor jasa keuangan. Dalam
UU no. 21 Tahun 2011, diatur wewenang OJK dalam peraturan pengawasan, tata cara pengenaan
sanksi, dan penetapan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.
Adapun dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas, OJK memiliki kewenangan untuk
melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, dan perlindungan konsumen dan tindakan lain
terhadap lembaga jasa keuangan.

IV. Asas – Asas OJK

Dalam pelaksanaan tugasnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki delapan asas yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan sesuai. Asas – asas tersebut ialah :
1). Asas Profesionalitas
Dalam menjalankan tugasnya OJK mengutamakan keahlian dan kompetensi untuk
mencapai tujuan yang terbaik, namun tetap berlandaskan pada kode etik yang telah diatur
dalam undang – undang.
2). Asas Independensi
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian OJK, lembaga negara ini bekerja secara
independen dalam mengatur jasa keuangan di Indonesia.
3). Asas Kepastian Hukum
Dalam pembentukan dan penyelenggaraan lembaga OJK berlandaskan pada hukum
dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.
4). Asas Kepentingan Umum
OJK dibentuk dan menjalankan tugasnya mengacu kepada kepentingan umum
(konsumen). Dengan kata lain, dalam pelaksanaan tugas OJK harus melindungi dan
membela kepentingan konsumen.
5). Asas Keterbukaan
OJK memberikan akses terbuka kepada masyarakat apabila ingin memberikan
informasi yang jujur dan tidak diskriminatif terkait dengan adanya pelanggaran di sektor jasa
keuangan.
6). Asas Profesionalisme
OJK terdiri dari individu-individu yang profesional sehingga dalam pelaksaan tugas dan
wewenangnya OJK harus berlandaskan asas profesionalisme.
7). Asas Integritas
Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, OJK harus berpegang teguh kepada
nilai-nilai moral dan norma yang berlaku.
8). Asas Akuntabilitas
Segala tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh OJK adalah untuk kebaikan
konsumen dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

B. Lembaga Keuangan

Lembaga Keuangan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis lembaga yaitu lembaga keuangan
bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB).

a. Lembaga keuangan Bank


I. Latar Belakang Berdirinya Bank

Pada abad 18 SM di Babilonia, sudah dikenal sistem bank. Pada masa itu orang – orang
menjadikan tempat ibadah sebagai tempat menyimpan barang berharga dan tempat melakukan
pertukaran barang. Tempat ibadah dipilih karena tempat tersebut relative aman dengan logika,
bahwa orang – orang yang hendak beribadah adalah orang – orang baik sehingga tidak mungkin
memiliki niat untuk mencuri. Pada abad 4 Masehi di Yunani dan Romawi kuno, sudah terdapat
kegiatan perbankan yang lebih bervariasi. Pada masa itu mereka sudah mengatur untuk menerima
simpanan, menyalurkan penyimpanan, pertukaran uang, dan pengujian keaslian koin. Kegiatan ini
berakhir dengan runtuhnn ini berakhir dengan runtuhnya kerajaan Roma.
Pada abad 12 – 14 di Italia, sudah dikenal kegiatan perbankan modern pertama. Kegiatan
tersebut khususnya terdapat di Kota Venice, Genoa, dan fiorence. Masyarakat pada masa itu
memiliki bangku khusus yang digunakan untuk melakukan pertukaran barang (Banca). Di Fiorence,
Italia bahkan telah mengenal fasilitas perdagangan dengan alat pembayaran yang disebut ‘bill of
exchange’. Pada zaman sekarang, alat pembayaran ini lebih dikenal dengan sebutan cek (withdrawal
slip). Pada abad 16, Pemerintah Italia mendirikan Bank Piazza yang pada akhirnya dikenal sebagai
bank modern pertama di dunia.
Perkembangan perbankan di Eropa semakin meluas, hingga akhirnya tersebar ke seluruh
dunia. Pada zaman penjajahan, Belanda membawa aktivitas perbankan pada Negara jajahannya
termasuk Indonesia. Pada 10 Oktober 1827, didirikanlah bank pertama di Indonesia yang diberi nama
‘De Javasche Bank’.

II. Pengertian Bank

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Lembaga Keuangan Bank (LKB) adalah lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana,
serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Adapun menurut Undang – Undang Republik Indonesa Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud
bank (perbankan) adakah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Para ahli juga memberikan pengertian yang berbeda beda mengenai bank, diantaranya sebagai
berikut :


Menurut Thomas Mayer, James D. Duesenberry dan Z. Aliber
“Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting bagi kita untuk
menciptakan beberapa uang dan memiliki berbagai macam kegiatan yang lainnya.”
 Menurut G.M. Verryn Stuart
“Bank merupakan suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,
baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang
lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat baru berupa uang giral.”
 Menurut Pierson (Ahli ekonomi dari Belanda)
“Bank adalah badan atau lembaga yang menerima kredit. Bank menerima simpanan
dari masyarkat dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan. Simpanan dari
masyarakat tersebut kemudian dikelola dengan cara menyalurkannya dalam bentuk investasi
dan kredit kepada badan usaha swata atau pemerintah. Dari kegiatan tersebut, bank
memeperoleh keuntungan berupa dividen atau pendapatan bunga yang dapat digunakan
untuk membayar biaya operasional dan mengambangkan usaha.”
 Menurut A. Abdurrachman
“Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa,
seperti pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-
benda berharga, membiayai usaha perusahaan, dan lain-lain. Menurutnya bank adalah suatu
usaha perdagangan yang menjual jasa penyimpanan uang dan pemberian kredit dengan
tujuan mencari keuntungan yang wajar dari bermoral” (Buku Ensiklopedi Keuangan dan
Perdagangan).
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
bank adalah lembaga atau badan usaha yang menghimpun dana dan menyalurkannya kepada
masyarakat dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

III. Fungsi Bank

Bank juga memiliki berbagai fungsi yang berkontribusi besar bagi perekonomian Negara.
Secara umum, fungsi dari bank adalah :
 Tempat penyimpanan uang.
 Menghimpun dana dari Masyarakat.
 Menyalurkan dana.
 Menyediakan layanan jasa bank.

Adapun menurut Prof. Dr. Thamrin Abdullah, M.Pd., Bank memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai model investasi, berarti transaksi derivatif dapat dijadikan salah satu model
berinvestasi walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield
enhancement).
2. Sebagai cara lindung nilai, berarti transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara
untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging) atau disebut juga sebagai
risk management.
3. Informasi harga, berarti transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau
memberikan informasi tentang harga barang komoditas tertentu di kemudian hari (price
discovery).
4. Fungsi spekulatif, berarti transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi
(untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.
5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, berarti transaksi derivatif
dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai
suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.
IV. Tujuan Bank

Adapun tujuan dari bank adalah sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan bahwa, ”Perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.”
Senada akan hal itu, dalam buku yang tulisan “Manajemen Bank”(disusun oleh
Andrianto,SE.,M.Ak, Dr.Didin Fatihuddin,SE,M.Si., dan Dr. M. Anang Firmansyah,SE,MM.), bahwa
Perbankan Indonesia Bertujuan “menunjang pelaksanaan pemabngunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.”
Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, bank (perbankan) Indonesia dalam
melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip
kehati-hatian karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses
pembangunan bangsa.

V. Pembagian Jenis - Jenis Bank

Bank dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan fungsi dan kepemilikannya.
a) Pembagian Bank Berdasarkan Fungsinya.
Berdasarkan fungsinya, bank dibagi lagi menjadi 3 jenis yaitu bank sentral, bank umum, dan
bank perkreditan rakyat.
 Bank Sentral
Berfungsi sebagai perencana dan pelaksana kebijakan moneter dan juga pengatur
kelancaran sistem pembayaran. Bank Indonesia adalah bank sentral di Negara
Indonesia.
 Bank Umum
Berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke
masyarakat melalui pinjaman. Bank ini dapat berbentuk konvensional maupun syariah.
Contoh dari bank umum adalah bank BRI, BNI, Danamon, dan lain – lain.
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Berfungsi Menghimpun dana dari masyarakat ,menyalurkan dana dari
masyarkat,menyediakan pembiayaan bagi nasabah, dan menempatkan dananya pada
bank lain. Contoh BPR adalah Bank Supra, Bank Wijamulya Santosa, Bank Tapeudana,
dan lain – lain.
Antara BPR dan bank umum memiliki beberapa kesamaan namun BPR tidak memiliki
wewenang untuk melakukan jual beli valuta asing. Sehingga BPR tidak bisa melakukan pertukaran
uang, kliring transfer antar bank, memberikan cek dan giro, membuka asuransi, dan mengeluarkan
kartu kredit. BPR juga hanya melayani sampai tingkat kecamatan/kabupaten.

PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL DAN SYARIAH


No Faktor Konvensional Syariah
1 Landasan Hukum Berdasarkan undang – undang Berdasarkan Al – Quran dan Hadits
dan hukum yang berlaku di serta fatwa ulama (MUI)
Indonesia
2 Pemberian Investasi Pada semua jenis usaha Hanya pada usaha yang dianggap
halal dalam syariat Islam
3 Tujuan Bertujuan untuk mencari Bertujuan untuk memberikan
keuntungan sebesar besarnya kemudahan dan kemakmuran bagi
nasabah
4 Pembagian Berdasarkan suku bunga Berdasarkan bagi hasil sesuai
keuntungan kesepakatan

5 Hubungan bank- Bersifat kreditur dan debitur Bersifat Kemitraan


nasabah

6 Pengawasan Undang – Undang dan OJK OJK dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS)
7 Penyelesaian Peradilan Negeri Badan Arbitrase Muamalah Indonesia
Sengketa

b) Pembagian Bank Berdasarkan Kepemilikannya


Berdasarkan kepemilikannya bank terbagi menjadi 5 yaitu bank milik pemerintah, milik swasta
nasional, milik koperasi, milik campuran, dan milik asing.
 Bank Milik Pemerintah
Sebagian besar modal bank jenis ini dimiliki oleh pemerintah, diawasi oleh pemerintah,
dan keuntungannya adalah milik pemerintah. Bank milik pemerintah juga terbagi lagi menjadi
dua yaitu bank milik pemerintah pusat dan bank milik pemerintah daerah. Contoh bank milik
pemerintah pusat adalah bank BRI dan bank BNI. Adapun contoh bank milik pemerintah
daerah adalah bank Jatim dan bank DKI.
 Bank Milik Swasta Nasional
Sebagian besar modal dimiliki perusahaan swasta nasional. Contohnya adalah BCA
yang dimiliki oleh PT. Djarum dan Bank Mega yang dimiliki oleh CT Group.
 Bank Milik Koperasi
Modal yang dimiliki oleh bank berasal dari koperasi atau perkumpulan koperasi
Indonesia. Contohnya adalah Bank Bukopin
 Bank Milik Campuran
Modal yang dimiliki bank bercampur antara pihak asing dan pihak swasta nasional.
Contohnya adalah bank ANZ dan Bank DBS.
 Bank Milik Asing
Modal yang dimiliki oleh bank dikuasai oleh pihak asing yang dapat berbentuk bank
milik pemerintah maupun bank milik swasta asing, yang membuka cabang di Indonesia.
Contoh Bank asing KEB Hana bank dan Maybank.

VI. Produk – Produk Bank


Selain Memberikan jasa dan pinjaman, bank juga mengeluarkan produk – produk bank untuk
memperoleh keuntungan tambahan dalam menjalankan Bank.
a. Produk Bank Sentral
a) Uang Kartal
Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam
melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 tahun
1968 pasal 26 ayat 1, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang
logam dan kertas.
- Uang Kartal Kertas - Uang Kartal Logam

b) Uang Giral
Uang Giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank umum berupa surat-surat
berharga. Uang giral sewaktu-waktu dapat dipakai sebagai alat pembayaran.

- Cek - Giro

- Kartu Kredit
- Wesel Pos
c) Kredit pada bank
Produk terakhir dari bank sentral adalah memberikan jasa perkreditan kepada
bank – bank umum yang ada di Indonesia

b. Produk Bank Umum


Produk pada bank umum terbagi menjadi dua yaitu produk disisi kewajiban neraca
bank dan produk disisi aktiva neraca bank.
1. Produk di Sisi Kewajiban Neraca Bank
a) Giro ( Demand Deposit)
Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek atau bilyet giro (BG). Kepada pemegang rekening akan diberikan jasa
giro (bunga). Jasa giro bagi bank merupakan dana murah karena bunganya relative
rendah dibandingkan dengan bunga simpanan lainnya. Antara giro tabungan selintas
cukup mirip, namun keduanya memiliki beberapa perbedaan di antaranya :
 Jenis Nasabah
Tabungan biasa biasa dimiliki oleh perseorangan. Sementara itu, meskipun
ditujukan pula untuk perorangan, nasabah yang memakai produk giro biasanya
berbentuk badan usaha.
 Jenis Penarikan
Karakteristik kedua ada di jenis penarikan.. Berbeda dengan tabungan, dana di giro
hanya dapat dicairkan dengan cek ataupun bilyet giro. bilyet giro adalah adalah alat
transaksi pembayaran nontunai yang pencairannya tidak dapat secara tunai. Dana yang
tertera dalam bilyet giro hanya dapat dicairkan dengan pemindah bukuan ke rekening
pihak tertentu. Biasanya bilyet giro digunakan perusahaan untu melakukan pembayaran
gaji terhadap karyawan.
 Syarat Pembukuan Rekening
Ketika hendak mengajukan diri menjadi nasabah produk tabungan, hanya perlu
melampirkan data diri berupa kartu identitas dan mengisi formulir yang disediakan oleh
pihak bank. Namun ketika hendak membuka rekening giro, ada satu dokumen lagi yang
mutlak harus dimiliki, yakni nomor pokok wajib pajak (NPWP).

b) Tabungan ( Saving deposit)


Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh bank dan dapat dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan,
kwitansi atau kartu (ATM).

c) Deposito ( Deposit)
Simpanan pada Bank yang memiliki jangka waktu tertentu, pencairannya dilakukan
pada saat jatuh tempo simpanan. Kepada pemegang rekening akan diberikan bunga.
Deposito memiliki berbagai jenis yaitu :
i. Deposito Berjangka (Time Deposit)
Merupakan deposito yang diterbitkan atas nama deposan (nasabah) baik
individu maupun institusi untuk jangka waktu tertentu (1,3,6 ,12 bulan).
ii. Sertifikat Deposit ( Certificate of Deposit )
Merupakan deposito yang diterbitkan atas unjuk (tanpa nama) dalam bentuk
sertifikat yang dapat diperjual belikan kepada pihak lain.
iii. Deposit Pemberitahuan ( Deposit on Call )
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan maksimal 1
bulan, diterbitkan atas nama deposan dalam jumlah minimal yang ditentukan oleh
Bank. Pembayaran bunga dilakukan pada saat pencairan deposito. Sebelum
deposito dicairkan, deposan membuat pemeritahuan kepada bank minimal 3 hari
sebelum jatuh tempo.

2. Produk di Sisi Aktiva Neraca Bank


Produk – produk yang diberikan dalam sisi aktiva neraca bank ialah berupa kredit.
Kredit tersebut, kemudian terbagi lagi dalam jenis – jenis tertentu yaitu :
a) Kredit Investasi,
Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi.
b) Kedit Modal Kerja,
Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan modal usaha.
c) Kredit Perdagangan,
Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memperbesar/memperlancar
kegiatan perdagangan.
d) Kredit Produktif,
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan.
e) Kredit Konsumtif,
Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan konsumsi.
f) Kredit Profesi,
Merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan professional
g) Kredit Sindikasi,
Merupakan Kredit yang diberikan kepada debitur korporasi secara bersama-sama
dengan beberapa bank lain.
h) Kredit Program
Merupakan Kredit yang diberikan bank dalam rangka memenuhi suatu program
pemerintah.

Contoh logo – logo bank

1) Bank milik pemerintah


a. Pemerintah Pusat b. Pemerintah Daerah
2) Bank Milik Swasta Nasional

3) Bank Milik Koperasi

4) Bank Milik Campuran

5) Bank Milik Asing

b) Lembaga Keuangan Bukan Bank

I. Pengertian

Lembaga Keuangan Bukan Bank atau yang disingkat LKBB adalah semua lembaga/badan
yang melakukan aktivitas keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung menghimpun
dana dari masyarakat dengan menerbitkan surat-surat berharga dan menyalurkan dana tersebut
untuk membiayai investasi di berbagai perusahaan. Pengertian ini berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan RI No. KEP-38/MK/IV/1972.
Sama halnya dengan bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank ini juga memiliki peranan yang
sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian negara Indonesia. Sebab, dengan adanya LKBB
ini secara otomatis konsumsi domestik akan bergerak maju dan mendorong lajunya perekonomian
Indonesia. Namun, fungsi dan tugasnyalah yang membedakan antara bank dan lembaga
keuangan lain non bank.

II. Fungsi Utama Lembaga Keuangan Bukan Bank

 Pemberian Bantuan Modal


Meskipun di bank terdapat program pembelian bantuan modal, tetapi kenyataannya hal itu
menjadi salah satu fungsi diadakannya LKBB. Pemberian bantuan modal yang dilakukan oleh
LKBB biasanya dalam bentuk kredit, baik untuk jangka panjang ataupun jangka pendek. Dengan
adanya LKBB ini, sangat memudahkan masyarakat yang ingin membuka usaha tetapi tidak
memiliki modal dan tentunya dengan bunga yang sangat ringan. Meminjam modal di LKBB ini
juga menjadi solusi agar Anda tidak terjerat utang yang sangat tinggi dari pihak rentenir.
 Mengumpulkan Dana
Memiliki fungsi sebagai pengumpul dana dari masyarakat dengan mengeluarkan
dokumen berharga dan menyalurkannya kembali untuk pembiayaan investasi kepada
perseorangan maupun perusahaan yang membutuhkan.
 Mendorong Pengembangan Perekonomian Pasar Uang dan Pasar Modal
Lembaga ini juga berfungsi sebagai penggerak, penanggung, dan perantara di setiap
pengeluaran dan penukaran saham-saham, surat utang, obligasi, dan surat-surat berharga
lainnya.
 Menjadi Perantara
Berperan menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia serta menjadi
badan hukum pemerintah dalam pengadaan kredit di dalam negeri maupun luar negeri.
 Mencari Tenaga Ahli
Memiliki fungsi sebagai perantara untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam
mendapatkan tenaga ahli di bidang finansial.
 Membuka Kegiatan Lain
Sebagai pelaksana kegiatan usaha lain di bidang keuangan. Namun, sebelumnya harus
mendapatkan persetujuan dari menteri keuangan Republik Indonesia.

III. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Non Bank

Hingga saat ini, sudah ada banyak sekali jenis-jenis perusahaan yang ada di Indonesia. Nah,
agar Anda mengetahui lebih dalam lagi, berikut ini ulasan selengkapnya:

1) Koperasi Simpan Pinjam


Koperasi Simpan Pinjam merupakan salah satu lembaga finansial yang menghimpun dana dari
setiap anggotanya, kemudian menyalurkannya kembali kepada anggota maupun non-anggota
yang sedang membutuhkan dana. Sumber pemasukan koperasi berasal dari anggota dan juga
pinjaman dari lembaga keuangan lainnya. Tujuan dibuatnya komperasi simpan pinjam ini, untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan juga seluruh masyarakat Indonesia.
Sudah ada banyak jenis-jenis koperasi simpan pinjam yang mungkin saja bisa membantu Anda,
seperti Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Serba Usaha (KSU), dan Koperasi Pasar. Namun,
pastikan koperasi yang Anda pilih di bawah naungan pemerintah.

2) Pegadaian
Untuk yang satu ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Pegadaian termasuk salah
satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki fungsi sebagai penyaluran kredit kepada
masyarakat. Dasar hukum yang digunakan adalah hukum gadai sehingga masyarakat terhindar
dari bunga yang terlalu tinggi. Bagi Anda yang pernah melakukan transaksi di pegadaian, pasti
sudah tahu mekanismenya. Namun, untuk Anda yang baru akan mengikuti program-program di
pegadian, jangan khawatir karena semua prosesnya sangat mudah. Pegadaian bukan hanya
tempat untuk mengadaikan barang saja, tetapi ada beberapa produk layanan lain yang bisa Anda
pilih, di antaranya:
1. Gadai konvensional.
2. Gadai syariah.
3. Gadai emas.
4. Jasa taksiran dan sertifikasi logam mulia.
5. Jasa penitipan barang berharga.

3) Perusahaan Dana Pensiun


Lembaga jasa keuangan non bank bukan hanya menyediakan produk peminjaman saja, tetapi
juga ada lembaga yang menyediakan layanan jaminan hari tua, yaitu Perusahaan Dana Pensiun.
Perusahaan Dana Pensiun adalah badan usaha LKBB yang menyediakan layanan jaminan masa
tua dengan cara menghimpun dana yang dipotong dari gaji karyawan setiap bulannya. Kemudian
dana tersebut akan diserahkan kepada masyarakat tersebut ketika sudah pensiun atau tidak
bekerja lagi. Dalam kata lain, cara ini sama saja seperti menabung untuk membiayai kehidupan di
masa tua. Perusahaan Dana Pensuin memiliki beberapa jenis berikut ini:
1. Taspen.
2. Asabri.
3. BPJS Ketenagakerjaan.
4. DPPK (Dana Pensiun Pemberi Kerja).
5. DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)

.
4) Perusahaan Leasing
Nyatanya, perusahaan yang bergabung dalam LKBB itu sangat banyak ya, salah satunya
adalah perusahaan leasing atau Multifinance yang memberikan layanan pembiayaan dengan
sistem kontrak sewa yang digabungkan dengan pembelian secara angsuran kepada perusahaan
maupun perorangan. Adanya perusahaan ini tentu sangat membantu sekali untuk Anda yang ingin
memiliki kendaraan bermotor tanpa harus membayar secara tunai. Adapun beberapa perusahaan
leasing yang cukup populer di Indonesia di antaranya sebagai berikut.
1. BCA Finance.
2. BFI Finance.
3. Summit Oto Finance.
4. Indomobil Finance Indonesia.
5. Astra Credit Companies (ACC).
6. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk.
7. Federal International Finance (FIF).

5) Perusahaan Asuransi
Satu lagi perusahaan finasial yang bisa membatu kehidupan Anda, yaitu perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi adalah lembaga yang menghimpun dana dengan cara menarik premi setiap
bulannya selama masa kontrak kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
kedua belah pihak dan sesuai yang tertulis di dalam polis. Tujuan dari asuransi ini adalah untuk
mengendalikan keuangan seseorang tetap terjaga ketika terjadi risiko yang membutuhkan biaya.
Adapun beberapa jenis asuransi yang bisa Anda miliki adalah sebagai berikut:
1. Asuransi kesehatan.
2. Asuransi jiwa.
3. Asuransi pendidikan.
4. Asuransi kendaraan.
5. Asuransi kepemilikan rumah dan properti.
6. Asuransi bisnis.
Itulah informasi seputar lembaga jasa keuangan non bank berserta contoh-contoh lembaganya
yang bisa memberikan kemudahan bagi kelangsungan kehidupan Anda. Gunakan lembaga-
lembaga tersebut dengan bijak dan sesuaikan dengan kebutuhan Anda.

C. Lembaga Penjamin Simpanan

I. Latar belakang
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter parah yang berakibat dilikuidasinya
16 bank. Likuidasi adalah keadaan dimana perusahaan menjual asset – asetnya untuk membayar
utang. Hal ini sama saja dengan penutupan usaha terhadap perusahaan tersebut.
Hal ini sempat membuat kepercayaan masyarakat pada perbankan menurun drastis. Maka
untuk mengatasinya, pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan memberikan jaminan untuk
seluruh kewajiban bank terhadap nasabahnya, termasuk simpanan masyarakat (blanket
guarantee). Kebijakan blanket guarantee terbukti dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas telah membebani
keuangan negara dan dapat menimbulkan moral hazard bagi pelaku perbankan dan nasabah
sehingga hal ini dirasa kurang maksimal.
Dengan melihat salah satu sisi negatif blanket guarantee dan setelah mempertimbangkan
faktor lainnya serta semakin membaiknya kondisi perbankan, kebijakan blanket guarantee
akhirnya diputuskan untuk diakhiri. Namun pemerintah menilai bahwa penjaminan simpanan
masih tetap diperlukan untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan
meminimalkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan moral
hazard. Sehingga penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut diganti dengan sistem
penjaminan yang terbatas.
Maka pemertintah merumuskan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan
yang berisi “ Pembentukan suatu lembaga penjamin simpanan (LPS) sebagai pelaksana
penjaminan bagi masyarakat.”
Pada 22 September 2004, presiden mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) berisi pernyataan bahwa “LPS merupakan
lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah dan turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan seusai dengan kewenangannya.” yang diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009. UU LPS diundangkan tanggal 22 September 2004 dan
mulai berlaku 12 bulan setelah diundangkan, yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan
berlakunya UU LPS, maka LPS mulai beroperasi sejak tanggal 22 September 2005. Perubahan
yang signifikan dalam penjaminan melalui LPS adalah dihapuskannya blanket guarantee, yaitu
penjaminan seluruh kewajiban bank, tanpa ada batasan nilai menjadi limited guarantee, yaitu
penjaminan secara terbatas.

II. Pengertian
LPS adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.. Badan ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 24
tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004

III. Tugas dan Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004, LPS merupakan lembaga independen
yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif memelihara stabilitas
sistem perbankan sesuai kewenangannnya. Simpanan nasabah bank konvensional yang dijamin
LPS berbentuk: tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito, dan bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Selain itu, LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah yang
berbentuk: giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

Secara detil, LPS mempunyai beberapa tugas dalam menjalankan fungsinya, antara lain:
o Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan
o Melaksanakan penjaminan simpanan
o Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan
o Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal
yang tidak berdampak sistemik
o Melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik

Untuk menunjang tugas dan fungsi tersebut, LPS diberikan wewenang antara lain:
 Menetapkan dan memungut premi penjaminan dan kontribusi ketika bank pertama
kali menjadi peserta sekaligus melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
 Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan
bank sekaligus melakukan rekonsiliasi, verifikasi dan konfirmasi atas data tersebut
 Menetapkan syarat, tata cara dan ketentuan pembayaran klaim
 Menunjuk, menguasakan, dan menugaskan pihak lain bertindak atas nama LPS,
untuk melaksanakan sebagian tugas tertentu
 Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan
termasuk menjatuhkan sanksi administratif bagi yang melanggar ketentuan

IV.Nilai Simpanan yang Dijamin LPS


Nilai simpanan yang dijamin LPS adalah Rp2 miliar maksimal per nasabah per bank.
Apabila nasabah mempunyai beberapa rekening simpanan dalam satu bank, maka simpanan
yang dijamin dihitung dari jumlah saldo seluruh rekening. Nilai simpanan yang dijamin meliputi:
simpanan pokok ditambah bunga untuk bank konvensional dan simpanan pokok ditambah bagi
hasil untuk bank syariah. Sedangkan untuk simpanan diatas Rp2 miliar diselesaikan Tim Likuidasi
berdasarkan likuidasi kekayaan bank. Untuk nasabah yang mempunyai rekening gabungan (joint
account), maka saldo pada rekening gabungan dibagi sama besar antar pemilik rekening.
Jika terjadi risiko terhadap bank di mana nasabah menyimpan uang didalamnya dan masih
masuk dalam nilai simpanan yang dijamin LPS, maka nasabah bisa melakukan klaim kepada
LPS. Apabila nasabah mempunyai kewajiban pada bank, maka pembayaran klaim penjaminan
terhadap nasabah terlebih dahulu memperhitungkan kewajibannya (set off). Adapun cara
pembayaran klaim nasabah adalah sebagai berikut:
 LPS menentukan simpanan nasabah yang layak bayar, setelah rekonsiliasi dan
verifikasi data simpanan nasabah bank yang dicabut izin usahanya dalam waktu 90 hari
kerja sejak izin usaha bank dicabut
 LPS mulai membayar simpanan yang layak bayar selambat-lambatnya 5 hari kerja
sejak verifikasi dimulai
 Jangka waktu pengajuan klaim penjaminan adalah 5 tahun sejak izin usaha dicabut
Bagi nasabah yang merasa dirugikan, dapat mengajukan keberatan kepada LPS yang
didukung dengan bukti nyata dan jelas, serta melakukan upaya hukum melalui pengadilan. LPS
menjamin simpanan seluruh bank konvensional dan bank syariah di wilayah Republik Indonesia,
baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Namun dalam memberikan jasa penyimpanan terdapat beberapa Syarat yang harus dipenuhi
yaitu :
 Simpanan nasabah tercatat dalam pembukuan bank
 Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi tingkat suku bunga wajar
yang ditetapkan LPS atau nasabah tidak menerima imbalan yang tidak wajar dari bank
 Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank

\
V. Kewajiban Bank Terkait Simpanan yang Dijamin LPS
Agar simpanan nasabah di bank mendapatkan jaminan oleh LPS, maka sebagai peserta
penjaminan LPS, setiap bank wajib:
- Menyerahkan dokumen, antara lain:
- Salinan anggaran dasar dan akta pendirian bank
- Salinan dokumen perizinan bank
- Surat keterangan dari LPP mengenai tingkat kesehatan bank
- Surat pernyataan dari pemegang saham atau pengendali bagi yang berbadan
hukum koperasi serta kantor pusat dari cabang bank asing, direksi dan komisaris
- Menyampaikan laporan secara berkala, membayar kontribusi kepesertaan dan premi
penjaminan
- Memberikan data, informasi dan dokumen yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
penjaminan
- Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya di dalam kantor bank atau tempat
lainnya agar mudah diketahui masyarakat
- Menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank agar diketahui dengan
mudah oleh nasabah, mengenai:
o Maksimum tingkat bunga yang dianggap wajar dan ditetapkan LPS
o Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS
o
Pemerintah mempunyai komitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan LPS, serta
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap LPS. Untuk menjalankan fungsi tersebut LPS
bisa mengambil sumber pendanaan yang berasal dari:
 Modal awal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan sebesar Rp4 triliun
 Kontribusi kepesertaan yang dibayarkan ketika bank pertama kali menjadi peserta
 Premi penjaminan yang dibayar bank tiap semester
 Hasil investasi cadangan penjaminan

Di dalam UU LPS, sudah diatur jika LPS sampai kekurangan modal awal, maka pemerintah
akan menutup kekurangan tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari DPR. Sedangkan jika
LPS mengalami kesulitan likuiditas dalam pembayaran klaim penjaminan, maka Pemerintah akan
memberikan pinjaman kepada LPS. Stuktur Organisasi LPS terdiri dari: Dewan Komisioner dan
Kepala Eksekutif. Dewan Komisioner merupakan pimpinan LPS, yang dipimpin seorang Ketua
Dewan Komisioner. Dewan Komisioner LPS diangkat oleh Presiden. Sedangkan Kepala Eksekutif
merupakan Anggota Dewan Komisioner yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional LPS.
Logo LPS Lama  Logo LPS Baru

D) Lembaga Keuangan Mikro


I. Latar Belakang
Dalam upaya mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diperlukan
dukungan yang komprehensif dari lembaga keuangan. Selama ini UMKM terkendala akses
pendanaan ke lembaga keuangan formal. Untuk mengatasi kendala tersebut, di masyarakat telah
tumbuh dan berkembang banyak lembaga keuangan non-bank yang melakukan kegiatan usaha
jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik yang didirikan pemerintah atau
masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut dikenal dengan sebutan lembaga keuangan mikro
(LKM). Tetapi LKM tersebut banyak yang belum berbadan hukum dan memiliki izin usaha. Dalam
rangka memberikan landasan hukum yang kuat atas operasionalisasi LKM, pada 8 Januari 2013
telah diundangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

II. Dasar hukum


1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (Undang-
Undang LKM).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 89 Tahun 2014 tentang Suku Bunga Pinjaman Atau Imbal
Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
3. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK), SEOJK Nomor 29/SEOJK.05/2015
tentang Laporan Keuangan Lembaga Keuangan Mikro.
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) :
a. POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan
Lembaga Keuangan Mikro.
b. POJK Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga
Keuangan Mikro.
c. POJK Nomor 14/POJK.05/2014 tentang Pembinaan dan Pengawasan Lembaga
Keuangan Mikro.
d. POJK Nomor 61/POJK.05/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga
Keuangan Mikro.
e. POJK Nomor 62/POJK.05/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan
Mikro.

III. Pengertian LKM


Secara garis besar, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang
khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota
dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan
usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

IV. Kegiatan Usaha LKM


1. Kegiatan usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui Pinjaman atau Pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada
anggota dan masyarakat, pengelolaan Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha.
2. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah.
3. LKM dapat melakukan kegiatan berbasis fee sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

a) Tujuan LKM:
1. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;
2. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas masyarakat; dan
3. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat
miskin atau berpenghasilan rendah

b) Kewajiban Memperoleh Izin Usaha LKM


1. Lembaga yang akan menjalankan usaha LKM setelah berlakunya Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, wajib memperoleh izin usaha LKM.
2. Permohonan izin usaha sebagai LKM disampaikan kepada Kantor Regional/Kantor
OJK/Direktorat LKM sesuai tempat kedudukan LKM.

c) Bentuk Badan Hukum LKM


1. Koperasi; atau
2. Perseroan Terbatas (sahamnya paling sedikit 60 persen dimiliki oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atau badan usaha milik desa/kelurahan, sisa kepemilikan saham PT dapat
dimiliki oleh WNI atau koperasi dengan kepemilikan WNI paling banyak sebesar 20
persen).

d) Kepemilikan LKM
LKM hanya dapat dimiliki oleh:
1. Warga Negara Indonesia;
2. Badan usaha milik desa/kelurahan;
3. Pemerintah daerah kabupaten/kota; atau
4. Koperasi.

LKM dilarang dimiliki, baik langsung maupun tidak langsung, oleh warga negara asing atau
badan usaha yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh warga negara asing atau badan usaha
asing.

V) Luas Cakupan Wilayah Usaha dan Permodalan LKM


1. Luas Cakupan wilayah usaha suatu LKM berada dalam satu wilayah desa/kelurahan,
kecamatan, atau kabupaten/kota sesuai dengan skala usaha masing-masing LKM.
2. Skala usaha LKM yang dimaksud ditetapkan berdasarkan distribusi nasabah peminjam
atau Pembiayaan sebagai berikut:
a. LKM memiliki skala usaha desa/kelurahan apabila memberikan Pinjaman atau
Pembiayaan kepada penduduk di 1 (satu) desa/kelurahan;
b. LKM memiliki skala usaha kecamatan apabila memberikan Pinjaman atau
Pembiayaan kepada penduduk di 2 (dua) desa/kelurahan atau lebih dalam 1 (satu)
wilayah kecamatan yang sama;
c. LKM memiliki skala usaha kabupaten/kota apabila memberikan Pinjaman atau
Pembiayaan kepada penduduk di 2 (dua) kecamatan atau lebih dalam 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota yang sama.
3. Modal LKM terdiri dari modal disetor untuk LKM yang berbadan hukum PT atau simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah untuk LKM yang berbadan hukum Koperasi dengan
besaran:
a. Wilayah usaha desa/kelurahan : Rp 50.000.000
b. Wilayah usaha kecamatan : Rp 100.000.000
c. Wilayah usaha kabupaten/kota : Rp 500.000.000

VI) Transformasi LKM


LKM wajib bertransformasi menjadi bank perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat
syariah jika:
1. Melakukan kegiatan usaha melebihi 1 (satu) wilayah kabupaten/kota tempat
kedudukan LKM; atau
2. LKM telah memiliki:
a. Ekuitas paling kurang 5 (lima) kali dari persyaratan modal disetor minimum bank
perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat syariah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. Jumlah dana pihak ketiga dalam bentuk simpanan yang dihimpun dalam 1 (satu)
tahun terakhir paling kurang 25 (dua puluh lima) kali dari persyaratan modal disetor
minimum bank perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat syariah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

VII )Laporan Keuangan LKM


1. LKM wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala setiap 4 (empat) bulan untuk
periode yang berakhir pada 30 April, 31 Agustus, dan 31 Desember kepada OJK.
2. Penyampaian laporan keuangan dilakukan paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
3. Ketentuan mengenai laporan keuangan LKM diatur dalam surat edaran OJK.

a) Larangan Bagi LKM


Dalam melakukan kegiatan usaha, LKM dilarang:
1. Menerima Simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
3. Melakukan usaha perasuransian sebagai penanggung;
4. Bertindak sebagai penjamin;
5. Memberi pinjaman atau pembiayaan kepada LKM lain, kecuali dalam rangka
mengatasi kesulitan likuiditas bagi LKM lain dalam wilayah kabupaten/kota yang
sama;
6. Melakukan penyaluran pinjaman atau pembiayaan di luar cakupan wilayah usaha;
atau
7. Melakukan usaha di luar kegiatan usaha seperti yang dimaksud dalam Pasal 2
Peraturan OJK Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga
Keuangan Mikro.

b) Pembinaan, Pengaturan, dan Pengawasan LKM


1. Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan LKM dilakukan oleh OJK.
2. Dalam melakukan pembinaan LKM, OJK berkoordinasi dengan kementerian yang
menyelenggarakan urusan koperasi dan Kementerian Dalam Negeri.
3. Pembinaan dan pengawasan LKM didelegasikan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota atau pihak lain yang ditunjuk.

VIII. Peran Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk kelompok G-20. G-20 merupakan
sebutan bagi perkumpulan ekonomi, baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia
saat ini sedang berada pada kategori negara berkembang. Tidak mengherankan jika kondisi
ekonomi rakyat sebagian besar masih berada di bawah rata-rata negara maju, Amerika Serikat
sebagai contohnya.
Banyak masyarakat Indonesia masih berpenghasilan rendah yang menyebabkan mereka
hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan kondisi yang sedemikian rumit tersebut maka diperlukan
sebuah lembaga yang dapat menggandeng mereka untuk meningkatkan taraf hidup terutama
dalam peningkatan kondisi perekonomiannya. Untuk itu, diperlukan sebuah lembaga keuangan
yang dapat hadir di tengah masyarakat untuk membantu menstabilkan kondisi perekonomian.
Mungkin di antara kita masih banyak yang bertanya-tanya apakah ada lembaga seperti itu?
Jawabannya adalah ada, yaitu lembaga keuangan mikro. Lembaga tersebut merupakan lembaga
keuangan dimana dikhususkan untuk memberikan pelayanan berupa jasa kepada mereka
(masyarakat) yang memiliki penghasilan minim serta masuk dalam lingkaran miskin, selain itu
juga untuk mereka para pengusaha kecil atau mikro yang masih membutuhkan bantuan. Bentuk
bantuannya bisa berupa pinjaman, pembiayaan usaha mikro dan pengelolaan simpanan. Di sini
akan dipaparkan beberapa peran dari lembaga keuangan mikro khususnya di Indonesia.

1.Peran Pengentasan Kemiskinan


Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan banyak sarana dan program baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung. Sarana dan program tersebut diantaranya dengan
mendorong usaha kecil atau usaha mikro yang bersifat produktif melalui penyediaan fasilitas
pinjaman skala kecil. Dengan demikian makan akan dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat dan dapat menumbuhkan usaha-usaha kecil dan mikro di tingkat bawah seperti
pedesaan.

2.Peran Pendorong Pertumbuhan Ekonomi


Dalam upaya peningkatan angka pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus bisa mengurangi
angka pengangguran dengan mendorong sektor usaha mikro. Usaha tersebut dapat berupa
pemberian kredit dengan bunga kecil. Selain itu juga menumbuh kembangkan produksi mikro
dalam jumlah yang lebih besar lagi, seperti pada pemberian kredit kepada usaha properti dan
jenis usaha lainnya. Hal tersebut dikarenakan usaha kecil mikro sudah jelas terbukti memiliki
kemampuan bertahan dalam menghadapi krisis yang tinggi. Ketika krisis ekonomi sedang di alami
oleh negara-negara ASEAN tidak terkecuali Indonesia pada tahun 1997-1998 lalu, sektor bisnis
properti mengalami keterpurukan yang tergolong mendalam sementara sektor usaha mikro dapat
tetap mampu berdiri. Usaha mikro pula lah yang mampu tetap mempertahankan Indonesia tidak
semakin terpuruk.

IX. Jenis-Jenis LKM di Indonesia


Secara garis besar lembaga keuangan mikro di Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. formal,
2. semi formal, dan
3. non formal.
Yang dimaksud formal yaitu yang diatur dan diawasi secara langsung oleh Bank Indonesia.
Contoh dari yang formal ini adalah divisi keuangan mikro bank besar, seperti: BRI, Bank
Danamon, Bank Mandiri, dan Bank Bukopin, serta BPR.
Semi formal merupakan lembaga yang pendiriannya dan operasional lembaganya diatur oleh
regulator perbankan, tetapi pengawasannya dilakukan secara mandiri atau di luar dari regulator
perbankan. Contoh dari lembaga keuangan semi formal dapat berupa perum pegadaian.
Dan yang terakhir adalah non-formal. Lembaga keuangan sejenis ini tidak memiliki kerangka atau
dasar hukum yang jelas. Contoh dari lembaga non formal tersebut adalah Koperasi kredit,
Koperasi keuangan serta koperasi simpan pinjam. Lembaga lembaga ini sangat penting
pengaruhnya terhadap penyediaan jasa keuangan untuk golongan menengah ke bawah
A. Pengertian
Secara umum dapat diartikan pengaturan atau pengelolaan. Berasal dari bahasa inggris yaitu to manage
yang artinya mengendalikan, menangani, atau mengelola.
Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan oleh sekelompok orang atau
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tsb dengan cara bekerjasama dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki.

B. Unsur unsur manajemen


1. Man (manusia)
2. Money (uang)
3. Materials (bahan)
4. Machines (mesin)
5. Method(cara)
6. Market (pasar/pemasaran)

C. Jenjang Manajemen
1. Top Manajer
Merupakan tingkatan manajemen tertinggi dalam struktur organisasi, dan memiliki tanggung jawab
dalam membuat keputusan organsasi serta menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan.

2. Middle Manajer
Merupakan tingkatan dalam klasifikasi manajemen yang menjembatani antara tingkatan lower
manajer dengan top manajer. Selain itu, middle manajer bertugas mengelola pekerjaan lower manajer dan
mempertanggungjawabkannya kepada top manajer.
3. Lower Manajer
Merupakan tingkatan paling bawah dalam klasifikasi manajemen memiliki tugas untuk mengelola
pekerjaan dari pekerja-pekerja diluar tingkatan manajerial, yang meliputi orang-orang yang melakukan
pekerjaan di bidang produksi dan pelayanan pada pelanggan. Selain itu lower manajer juga harus
mempertanggungjawabkan pekerjaan karyawan-karyawan yang dipimpinnya kepada middle manajer.

D. Prinsip Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol


1. Pembagian kerja
2. Wewenang
3. Kesatuan perintah
4. Disiplin
5. Kepentingan bersama
6. Kesatuan arah
7. Sentralisasi
8. Pemberian upah
9. Jenjang jabatan
10. Tata tertib
11. Persamaan
12. Kestabilan staf
13. Semangat korps
14. Inisatif

E. Fungsi manajemen
Adalah membuat agar setiap jenjang memiliki ritme yang sama untuk melaksanakan tugasnya
masing masing.

1. Perencanaan (palanning)

 What? Apa yang akan dituju atau dicapai sebuah organisasi?


 When? Kapan waktu yang tepat untuk menentukan pekerjaan?
 Why? Mengapa memilih tujuan tsb untuk kemauan organisasi?
 Where? Dimana lokasi yang strategis dan ekonomis?
 Who? Siapa orang yang dipilih untuk menjalankan organisasi?
 How? Bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dgn efektif dan efesien?

2. Pengorganisasian (organizing)

Adalah proses menyatukan orang orang untuk bekerja sama dan membagi tugas dalam
mencapai tujuan.

Fungsi manajemen organisasi :

 Menentukan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan


 Mengelompokkan kegiatan perusahaan
 Menugaskan kpd semua unit sesuai dgn kewajiban masing masing

Bentuk bentuk organisasi :

a) Organisasi garis

Adalah bentuk organisasi dalam manajemen saat pimpinan langsung memberikan


amanat kpd bawahan.

b) Organisasi lini dan staf

Adalah wewengan oranisasi yang dipegang langsung oleh menejer atas yang
diterapkan pada karyawannya untuk mencapai keberhasilan

c) Organisasi fungsional

Adalah bentuk organisasi yang dirancang sesuai jenis fungsinya dan dibagi menurut
pekerjaan tiap bagaian.

d) Organisasi matriks

Adalah bentuk organisasi yang mengharuskan adanya tanggung jawab dari setiap
bagian kpd atasan dan bagian lainnya.

3. Pelaksanaan ( actuating)

a) Otoriter
b) Demokratis
c) Kendali bebas

4. Pengawasan (controling)

F. Bidang manajemen
1. Menejemen produksi

Adalah manajemen yang menekan pada terencana dan tersistemnya sebuah kegiatan produksi
yang mengubah input menjadi output.

2. Manajemen pemasaran

Manajemen yang berkaitan erat dengan penjualan da pasar ( konsumen)

3. Manajemen keuangan

Adalah aktivitas penggolaan atau pengaturan keuangan yang berhubungan dengan


perencanaan, pengendalia, dan pendistribusian.

Fungsi manajemen keuangan:

 Raising of faund,menyusun anggaran penerima


 Allocation of found, mengalokasikan sumber keuangan pada aktivitas perusahaan
 Controlling of found, pengawasan thd penggunaan uang

Tujuan manajemen keuangan:

 Memaksimalkan keuntungan
 Mengutamakan kesejahteraan perusahaan
 Memastikan bahwa member member keuangan digunakan secara efektif dan
efesien.

Peran manajemen keuangan:

 Bertangguang jawab atas perolehan, pembiayaan, dan manajemen harta atau


aset.

 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi


 Menghadapi tantangan dalam mengelolah aset secara efesien.

4. Manajemen SDA

Adalah yang kegiatan utamannya berkaitan dengan input produksi berupa tenaga kerja

Tujuan manajemen SDA:

 untuk mendapatkan pengawaian yang berkualitas


 untuk meningkatkan kemampuan kerja karyawan
 untuk menciptakan kondisi yang nyaman baik hubungan vertikal maupun
horizontal

5. Manajemen administrasi

adalah sebuah usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan pengaturan kebijakan di dalam
organisasi dengan tujuan agar sasaran organisasi dapat tercapai dengan baik.

Tujuan manajemen administrasi :

 Mengelola seluruh data dan keterangan secara lengkap, melindungi dan


menyimpna serta memberikan informasi kepada yang membutuhkan.
 Menampilkan laporan dan catatan penting dengan rincian biaya yang sesuai.
 Membantu perusahaan untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan yang
berhubungan dengan administrasi.
 Pemberian pelayanan oleh tata usaha kepada para mitra kerja dan juga pelanggan.
 Menyediakan laporan yang relevan dan terbaru.

Fungsi Manajemen Administrasi:
 Melakukan perencanaan terkait administrasi, misalnya pemeliharaan sarana
prasarana seperti tata ruang, ventilasi, anggaran perusahaan, dan lainnya.
 Pengorganisaisan dengan mengelompokkan alat yang dipakai dalam bidang usaha,
tugas, tanggung jawab dan SDM yang terbagi di dalamnya. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan organisasi yang selaras dengan visi perusahaan.
 Memberikan Dorongan kepada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi
terutama di lingkup administrasi.
 Melakukan pengawasan terhadap proses administrasi kantor.

Tugas Pokok Manajemen Administrasi:


Millis Geoffrey membagi tugas pokok administrasi menjadi:
 Duplicating (penggandaan)
 Mailing (Pengiriman surat atau pesan dan sejenisnya)
 Calculating (Kalkulasi)
 Pengarsipan (Filing)
 Telephoning
 Checking
 Dsb.

G. Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Kegiatan Sekolah


Menurut Daryanto,pengelolaaan pembelajaran adalah pengelolaan kegiatan belajar menagajar secara
utuh dan menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,evaluasi pembelajaran termasuk evaluasi
program dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai