1. Jelaskan Peran OJK dalam kegiatan keuangan di Indonesia !
2. Sebut dan jelaskan Klasifikasi Bank secara lengkap ! 3. Jelaskan bagaimana peran Pemerintah dalam kaitanya tentang terkait keuangan inklusif ! 4. Sebut dan Jelasakan 6 Prinsip Dasar Akuntansi ! 5. Jelaskan dengan lengkap Definisi dari Fintech !
JAWABAN
1. Peran OJK dalam Mengawasi Dunia Perbankan
Peran OJK pada setiap kegiatan di sektor perbankan diatur melalui Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 7. Di mana, peran OJK adalah menetapkan setiap pengaturan serta melaksanakan pengawasan yang meliputi beberapa hal. Apa saja cakupan yang menjadi bagian dari proses pengaturan dan pengawasan yang dilakukan oleh OJK, di antaranya: Memberikan perizinan untuk mendirikan bank meliputi izin pembukaan kantor bank, anggaran dasar, perencanaan kerja, kepengurusan, kepemilikan, merger, sumber daya manusia, pencabutan izin usaha, konsolidasi, dan akuisisi bank. Mengawasi kegiatan usaha pada bank yang meliputi penyediaan dana, sumber dana, aktivitas pada bidang jasa, serta produk hibridasi. Acuan dasar yang digunakan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada pengaturan dan pengawasan kegiatan bisnis bank agar mengetahui kesehatan bank meliputi beberapa hal, di antaranya: a. Laporan oleh bank yang berhubungan dengan kesehatan serta kinerja bank. b. Pengujian setiap kredit. c. Sistem informasi setiap debitur. d. Standar akuntansi pada bank. e. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, pencadangan bank, batas maksimum pemberian kredit, dan rasio pinjaman pada simpanan. Selain itu, OJK juga memiliki wewenang yang berhubungan dengan pembuatan aturan serta pelaksanaan pengawasan pada beberapa aspek seperti tata kelola bank, manajemen risiko yang ada, prinsip mengetahui nasabah pencegahan bank yang mendanai kegiatan terorisme dan kejahatan perbankan lainnya, serta tindakan sebagai bentuk anti kegiatan pencucian uang. Wewenang OJK yang berkaitan dengan tugas dalam mengawasi kegiatan usaha bank diatur melalui Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 9. Sebagaimana aturan tersebut menjelaskan wewenang OJK di antaranya: Membuat setiap kebijakan operasional pengawasan dalam kegiatan jasa keuangan. Melakukan pengawasan kepada setiap pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala eksekutif. Memberi perintah tertulis, baik kepada bank atau pihak tertentu. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan hal lain kepada bank, pelaku, serta penunjang kegiatan usaha jasa keuangan, sebagaimana disebutkan di dalam peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Menetapkan penggunaan dan melaksanakan penunjukkan pengelola statuter. Memberikan dan memberlakukan sanksi administratif kepada setiap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Memberi izin serta mencabut izin kegiatan usaha. Peran OJK dalam Memberikan Izin Pendirian Bank Peran OJK sebagai pemberi izin untuk mendirikan bisnis atau usaha bank seperti membuka kantor cabang menjadi bagian dari wewenang yang ditetapkan melalui undang-undang. Di mana, sebelumnya wewenang ini menjadi bagian kewenangan Bank Indonesia. Peran OJK dalam mengatur kegiatan usaha bank juga melalui pemberian persetujuan bagi bank untuk menyelenggarakan kegiatan usahanya. Selain memberikan izin pendirian bank, OJK juga memiliki wewenang dalam mencabut kembali izin usaha dan kegiatan bisnis bank. Hal ini dilakukan karena pihak bank yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang telah dibuat. Di mana, ketentuan dari wewenang yang ada pada OJK berhubungan dengan tugasnya dalam mengatur setiap kegiatan bank berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 8. Peran OJK dalam Memperkuat Ketahanan bagi Jasa Keuangan Melalui Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan yang telah ditetapkan sejak tahun 2011, peran OJK secara penuh mengawasi setiap sektor jasa keuangan termasuk kegiatan usaha bank. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan pada ketahanan jasa keuangan. Di mana, setiap bank akan dibentuk sistem pengawasan keuangan secara jelas dan transparan. Hal ini juga dimaksudkan agar bank dapat saling bersinergi dan bekerja sama dalam menutup kelemahan atau kekurangan yang ada di setiap sektor keuangan. Peran OJK dalam Membenahi Kekurangan yang Ada Selain mengatur dan mengawasi setiap kegiatan usaha bank, peran OJK juga sebagai pihak yang memberikan edukasi kepada masyarakat umum tentang dunia perbankan. Selama ini ketertarikan akan jasa keuangan mungkin menjadi permasalahan dan kekurangan yang harus dibenahi. Pasalnya, masyarakat masih belum begitu percaya atau takut pada hal yang berkaitan dengan perbankan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan dunia perbankan. Dengan hadirnya OJK sebagai lembaga pengawas kegiatan jasa keuangan, OJK juga menjadi media untuk mensosialisasikan pengetahuan akan dunia perbankan kepada masyarakat luas. 2. KLASIFIKASI BANK Bank dikelompokkan berdasar berbagai macam perspektif, yaitu dari: 1. Segi fungsinya, 2. Segi kepemilikannya, 3. Segi status, dan 4. Cara menentukan harga. Berdasarkan segi fungsinya, bank diklasifikasi menjadi: Bank umum (komersial + syariah): bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prirnsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR: bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prirnsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berdasarkan segi kepemilikannya, bank diklasifikasi menjadi: Bank Pemerintah: bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Bank swasta nasional: bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional Indonesia. Bank koperasi: bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh perusahaan berbadan hukum koperasi. Bank asing: bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh asing, baik swasta maupun pemerintah asing. Bank campuran: bank yang modalnya dimiliki swasta nasional Indonesia dan asing, dan pada umumnya sebagian besar saham dimiliki oleh swasta Indonesia. Berdasarkan segi statusnya, bank diklasifikasi menjadi: Bank devisa: bank yang melaksanakan transaksi luar negeri atau bank yang melaksanakan transaksi luar negeri atau transaksinya berhubungan dengan valas. Bank nondevisa: bank yang tidak diperbolehkan melakukan transaksi yang berkaitan dengan valas. Berdasarkan segi cara menentukan harga, bank diklasifikasi menjadi: Bank konvensional: bank yang dalam menentukan harganya menetapkan suatu tingkat bunga tertentu, baik untuk dana yang dikumpulkan maupun disalurkan. Bank syariah: bank yang penentuan harganya tidak menetapkan suatu tingkat bunga tertentu tetapi didasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Pengklasifikasian bank ini tidak dapat secara kaku diterapkan saat ini, mengingat fenomena kepemilikan bank di Indonesia pasca krisis ekonomi 1998 sangat rumit. 3. Pemerintah memberikan perhatian serius terkait keuangan inklusif, yang dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Disebutkan dalam peraturan dimaksud bahwa sistem keuangan inklusif diwujudkan melalui akses masyarakat terhadap layanan keuangan sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekonomi dan membuka jalan untuk keluar dari kemiskinan serta mengurangi kesenjangan ekonomi. Namun kenyataannya, jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di Asia, Indeks Keuangan Inklusif di Indonesia masih relatif lebih rendah. Berdasarkan data Global Index 2014, baru sekitar 36% penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki akses keuangan pada lembaga keuangan formal. Dari data survei 2016 yang dikeluarkan oleh OJK pada Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI), disebutkan bahwa indeks literasi keuangan sebesar 29,7%. Berdasarkan Perpres No. 82 di atas, pemerintah telah mendirikan Dewan Nasional Keuangan Inklusif yang keanggotaannya terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Menko Perekonomian, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan 12 Kementerian terkait lainnya. Implementasi dari SNKI ditujukan untuk mencapai target keuangan inklusif yaitu persentase jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal menjadi sebesar 75% pada akhir tahun 2019. Dalam SNKI disebutkan bahwa aspek penggunaan teknologi informasi dan inovasi merupakan salah satu enabler yang mendorong perluasan akses dan penggunaan produk keuangan. Bahkan pada penjelasan Pilar dan Fondasi SNKI, digambarkan bahwa infrastruktur dan teknologi informasi menjadi salah satu fondasi yang mendukung kelima pilar SNKI yang meliputi: Pilar Edukasi Keuangan, Pilar Hak Properti Masyarakat, Pilar Fasilitas Intermediasi dan Saluran Distribusi Keuangan, Pilar Layanan Keuangan pada Sektor Pemerintah, dan Pilar Perlindungan Konsumen. Berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan inovasi di sektor jasa keuangan di Indonesia, maka saat ini dapat dilihat perkembangan yang cukup signifikan. Beragam layanan keuangan yang memanfaatkan teknologi informasi atau yang sering disebut sebagai Financial Technology (Fintech) telah menjadi hal yang umum di masyarakat, baik yang ditawarkan oleh lembaga keuangan yang diawasi oleh OJK (seperti layanan pada bank, asuransi, asuransi, atau lembaga keuangan tedaftar lainnya) maupun yang ditawarkan oleh perusahaan startup (perusahaan yang belum terdafar dan diawasi oleh OJK). Fintech sudah semakin diterima oleh masyarakat karena dapat menghadirkan beragam layanan yang relatif menarik, mudah digunakan, dan nyaman untuk digunakan oleh konsumen. Memperhatikan data Asosiasi Fintech Indonesia (AFI), jumlah perusahaan Fintech di Indonesia tumbuh 78% pada periode 2015- 2016. Sampai dengan November 2016, tercatat tercatat sebanyak 103 perusahaan start-up Fintech yang terdaftar di AFI. Melihat perkembangan dan potensi tersebut, maka Fintech diharapkan dapat berperan sebagai pendukung untuk meningkatkan tingkat inklusi keuangan di Indonesia (OJK, 2017) 4. Prinsip Dasar Asuransi Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu: Insurable interest Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum. Utmost good faith Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah: si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan. Proximate cause Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen. Indemnity Suatu mekanisme di mana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278). Subrogation Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar. Contribution Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity. Prinsip Dasar Akuntansi Prinsip dasar dalam akuntansi diatur oleh IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia). IAI adalah sebuah badan yang mengatur peraturan dan kebijakan akuntansi yang ada di Indonesia. Berikut 10 prinsip dasar akuntansi yang ada di dalam peraturan akuntansi. Prinsip Entitas Ekonomi Berdasarkan prinsip ini, sebuah perusahaan diartikan sebagai sebuah kesatuan usaha, baik berdiri sendiri maupun terpisah dari entitas ekonomi. Dengan kata lain, aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan harus dipisah dengan aset milik pribadi. Dengan begitu, pencatatan transaksi keuangan juga harus dibedakan antara pencatatan milik pribadi dan perusahaan. Prinsip Periode Akuntansi Salah satu prinsip dasar akuntansi ini juga disebut dengan prinsip kurun waktu. Artinya, penilaian dan pelaporan keuangan sebuah perusahaan dibatasi oleh periode waktu tertentu. Hal ini bertujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan mudah untuk diketahui dan terukur dengan lebih baik. Prinsip Satuan Moneter Dalam prinsip ini, pencatatan transaksi keuangan hanya dinyatakan dan diukur dalam bentuk mata uang. Artinya, prinsip ini tidak melibatkan faktor kualitatif seperti mutu, kinerja, prestasi, dan lain-lain karena tidak dapat diukur dalam bentuk uang. Prinsip Kesinambungan Usaha Definisi dari prinsip ini adalah sebuah usaha akan berjalan secara konsisten dan berkesinambungan tanpa adanya pemberhentian usaha. Kecuali, jika usaha atau bisnis tersebut mempunyai masalah yang bisa menyebabkan pemberhentian bisnis. Prinsip Biaya Historis Prinsip biaya historis mempunyai makna jika pencatatan transaksi keuangan atas sebuah barang sudah didapatkan oleh sebuah perusahaan, maka pencatatan keuangannya berdasarkan pada berbagai biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang tersebut. Apabila ada proses tawar menawar, maka harga yang dicatat adalah harga yang menjadi kesepakatan kedua belah pihak. Prinsip Pengungkapan Penuh Dalam menyajikan informasi, laporan keuangan harus mempunyai prinsip pengungkapan informasi secara penuh. Jika terdapat informasi yang tidak dapat dimuat di laporan keuangan, maka Anda bisa menulis keterangan tambahan informasi berupa catatan kaki atau lampiran. Prinsip Pengakuan Pendapatan Pendapatan muncul karena adanya kenaikan keuangan yang diperoleh dari sebuah aktivitas usaha seperti penjualan. Pendapatan diakui ketika adanya kepastian mengenai kenaikan volume pemasukan yang diperoleh dari transaksi penjualan. Prinsip Mempertemukan Yang dimaksud dari prinsip ini adalah biaya yang dipertemukan dengan pendapatan yang sudah diterima perusahaan. Hal ini memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil mengenai besar atau kecilnya laba bersih yang diperoleh. Prinsip Konsistensi Laporan keuangan yang disajikan harus konsisten. Artinya, laporan tersebut tidak berubah dalam prosedur, metode, ataupun kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan. Hal ini memudahkan pihak perusahaan untuk melihat dan membandingkan laporan keuangan yang dihasilkan pada beberapa periode sebelumnya. Prinsip Materialitas Dalam prinsip ini, pencatatan dan pengukuran informasi dapat dilakukan secara material atau bernilai nominal. Prinsip ini juga menentukan apakah sebuah laporan keuangan perlu ditulis ulang atau hanya dikoreksi saja. 5. Definisi Fintech Kata fintech berasal dari penggabungan dua bidang yang saling melengkapi: layanan keuangan dan solusi berbasis teknologi canggih. Literatur ekonomi tidak menyetujui definisi tunggal fintech karena keragaman bisnis secara keseluruhan. Kata "fintech" telah masuk ke Kamus Oxford sebagai: "Program komputer dan teknologi lain yang digunakan untuk mendukung atau mengaktifkan layanan perbankan dan keuangan". Wikipedia mendefinisikan "FinTech" sebagai: "Teknologi keuangan, juga dikenal sebagai Fintech, adalah lini bisnis yang didasarkan pada penggunaan perangkat lunak untuk menyediakan layanan keuangan. Perusahaan fintech umumnya adalah perusahaan rintisan yang didirikan dengan tujuan untuk mengganggu sistem keuangan dan perusahaan yang tidak terlalu bergantung pada perangkat lunak. ”