Anda di halaman 1dari 14

PENDEKATAN REGULATORIS UNTUK PERUMUSAN TEORI

AKUNTANSI

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Calvin Andrean (173304010431)


2. Albert Wijaya (173304010390)
3. Juliana (173304010362)
4. Valen Avelina (173304010395)

MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI


NAMA DOSEN : Wenny Anggeresia Ginting, S.E., M.Si.
PROGRAM STUDI : S1-Akuntansi
KELAS : Akuntansi 5 D
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa mengucapkan terimakasih terhadap kerjasama didalam
kelompok ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan , 12 Desember 2019


BAB I

PENDAHUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar
pelaksanaan teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik, prinsip)
dan praktik yang sudah diterima oleh umum karena kegunaannya dan kelogisannya. Standar
akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan yang
memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar standar
akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.
Standar akuntansi ini akan terus–menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangan dan
tuntutan masyarakat. Belkaoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang
baku sebagai berikut:
Dapat menyajikan informasi tentang informasi keuangan, prestasi, dan kegiatan perusahaan.
Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang lazim diharapkan mempunyai sifat
yang jelas, konsisten, terpercaya dan dapat diperbandingkan.
Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan agar mereka dapat melaksanakan tugas
dengan hati–hati, independen, dan dapat mengabdikan keahliannya dan kejujurannya melalui
penyusunan laporan akuntansi setelah melalui pemeriksaan akuntan.
Memberikan data base kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap penting
dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan peraturan ekonomi,
dan peningkatan efesiensi ekonomi dan tujuan–tujuan makro lainnya.
Dapat menarik parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi. Semakin banyak
standar yang dikeluarkan, semakin banyak kontroversi dan semakin bergairah untuk berdebat,
berpolemik dan melakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Pendekatan Regulatoris Untuk Perumusan Teori Akuntansi


Bagaimana perkembangan stanar akuntansi di Indonesia?
Bagaimana perbandingan penggunaan standar akuntansi di Negara Australia dan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk Mengetahui Pendekatan Regulatoris Untuk Perumusan Teori Akuntansi


Untuk mengetahuii perkembangan standar akuntansi di Indonesia.
Untuk mengatahui gambaran perbandingan penggunanaan standar akuntansi di Negara Australia
dan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Standar Akuntansi


Standar memberikan aturan-aturan praktis dan bermanfaat bagi pekerjaan seorang
akuntan. Standar secara umum dapat diterima sebagai akuntan baku, yang didukung oleh sanksi-
sanksi untuk setiap ketidakpatuhan. Standar akuntansi biasanya terdiri dari tiga bagian :

1. Deskripsi masalah yang harus dipecahkan,


2. Diskusi dengan pertimbangan yang sehat atau cara-cara untuk menyelesaikan masalah,
3. Selanjutnya sejalan dengan keputusan atau teori yang ada, solusi yang disarankan.

Secara umum standar, terutama standar audit, dibatasi hanya untuk butir nomor 3, yang telah
menimbulkan banyak kontroversi dengan tidak adanya teori-teori yang mendukung dan
digunakannya pendekatan perumusan ad hoc. Edey membagi persyaratan standar menjadi empat
tipe utama:

1. Tipe 1 menyatakan bahwa para akuntan harus memberitahukan kepada masyarakat apa
yang mereka lakukan dengan mengungkapkan berbagai metode dan asumsi (kebijakan
akuntansi) yang mereka gunakan.
2. Tipe 2 ditujukan pada tercapainya suatu keseragaman dalam penyajian laporan-laporan
akuntansi.
3. Tipe 3 meminta adanya pengungkapan atas masalah-masalah spesifik di mana pengguna
mungkin diminta untuk menerapkan pertimbangan sendiri.
4. Tipe 4 mensyaratkan dibuatnya keputusan implisit atau eksplisit mengenai valuasi
(penilaian) aktiva dan penetuan laba yang telah disetujui.

Alasan mengapa standar akuntansi itu dibuat adalah:

1. Standar memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan penyelenggaraan


sebuah perusahaan kepada para pengguna informasi akuntansi.
2. Standar memberikan pedoman dan aturan tindakan bagi para akuntan publik yang
memungkinkan mereka untuk menerapkan kehati-hatian dan kebebasan dalam menjual keahlian
dan integritas mereka dalam mengaudit laporan-laporan perusahaan dan membuktikan validitas
dari laporan-laporan tersebut.
3. Standar memberikan database kepada pemerintah mengenai berbagai variabel yang
diangap sangat penting dalam pelaksanaan perpajakan, regulasi perusahaan, perencanaan dan
regulasi ekonomi serta peningkatan efisiensi ekonomi dan sasaran-sasaran sosial lainnya.
4. Standar menumbuhkan minat dalam prinsip-prinsip dan teori-teori bagi mereka yang
memiliki perhatian dalam disiplin ilmu akuntansi.
2.2 Tujuan Penetapan Standar

Pendekatan standar mungkin memberikan keuntungan dan kerugian bagi beberapa pihak.
Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan:

1. Pendekatan ketepatan penyajian. Pendekatan pertama mendukung pelaporan secara


netral dan pencarian ketepatan penyajian melalui proses penetapan standar. Akuntansi
dibandingkan dengan pembuatan peta keuangan, dimana peta-peta harus dibuat dengan kaurat
dan tepat.
2. Pendekatan konsekuensi ekonomi. Pendekatan kedua mendukung pengadopsian
standar yang akan memberikan konsekuensi ekonomi yang baik daripada konsekuensi ekonomi
yang buruk. Dengan pendekatan ini, standar yang diberlakukan adalah standar yang memiliki
dampak positif, atau paling tidak non-negatif bagi kesejahteraan sosial.
3. Pendekatan Kritikal-interpretatif. Pendekatan terakhir ini berpendapat bahwa
pelaporan keuangan hendaknya digunakan sebagai suatu instrumen perubahan sosial dan bahkan
suatu perubahan sosial yang radikal.

Perbedaan antara ketiga pendekatan tadi, pendekatan ketepatan penyajian, pendekatan


konsekuensi ekonomi dan pendekatan kritikal-interpretatif timbul dari komitmen-komitmen
normatif terhadap sasaran pelaporan keuangan yang saling bertentangan.

2.3 Entitas-entitas yang berkepentingan dengan standar akuntansi

2.3.1 Individual dan kantor akuntan public

Individual dan kantor akuntan publik bertanggung jawab melalui auditor-auditor


mereka untuk secara independen mensertifikasi laporan keuangan perusahaan telah
menyajikan hasil-hasil dari aktivitas bisnis dengan wajar dan akurat.

2.3.2 AICPA (American Institur of Certified Public Accountan)

Adalah organisasi pengoordinir profesional bagi para praktisi Certified Public


Accountant (CPA) di AS. Terdiri dari dua komite teknis seniornya yang penting adalah
Accounting Standards Executive Committee (AcSEC) dan Auditting Standards Executive
Committee (AdSEC).

2.3.3 AAA (American Accounting Association)

Adalah organisasi para akademisi akuntansi dan setiap individu yang tertarik
dalam peningkatan praktik dan teori akuntansi. Jurnal kuartalannya, Accounting Review,
diginakan sebagai media untuk saling bertukar pikiran dan hasil-hasil penelitian periset di
bidang akuntansi.
2.3.4 FASB (Financial Accounting Standards Board)

Adalah badan independen yang berwenang dan ditugaskan untuk menetapkan dan
meningkatkan standar pelaporan dan akuntansi keuangan yaitu standar-standar yang
berhubungan dengan pencatatan informasi yang bermakna mengenai peristiwa-peristiwa
dan transaksi-transaksi ekonomi dalam cara yang berguna dalam pelaporan keuangan.
FASB menggantikan APB di tahun 1973 sebagai badan yang bertanggung jawab untuk
membuat standar akuntansi.

2.3.5 SEC (Securities and Exchange Commission)

Dibentuk oleh Undang-Undang Kongres pada tahun 1934, bertanggung jawab


untuk menyelenggarakan administrasi berbagai hukum yang dimaksudkan untuk
mengatur sekuritas dan untuk memastikan ketepatan dari pelaporan keuangan dan
pengungkapan perusahaan-perusahaan Amerika.

2.3.6   Organisasi profesional lainnya

Organisasi ini secara aktif terlibat dalam pembuatatan standar akuntansi di


negaranya masing-masing.

2.3.7 Para pengguna laporan keuangan

Ada 2 pengguna laporan keuangan :


1. Pengguna langsung :
a. Pemilik perusahaan dan pemegang saham
b. Kreditor
c. Manajemen perusahaan
d. Otoritas perpajakan
e. Pekerja
f. Para pelanggan
2. Pengguna tidak langsung :
a. Analis dan penasihat keuangan
b. Bursa saham
c. Pengacara
d. Pihak yang berwenang
e. Asosiasi perdangan
f. Serikat pekerja
2.4 Siapa yang berwenang menetapkan standar
2.4.1 Teori tentang regulasi
Regulasi pada umumnya diasumsikan harus diperoleh oleh suatu industri tertentu
dan dirancang serta dioperasikan terutama untuk kepentingannya sendiri. Terdapat dua
kategori utama dalam regulasi suatu industri tertentu:
1. Teori-teori kepentingan publik, berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai
suatu jawaban atas permintaan publik akan perbaikan dari harga-harga pasar yang
tidak efisien dan tidak adil. Terutama dibuat untuk memberikan perlindungan dan
kebaikan bagi masyarakat umum.
2. Kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan, berpendapat bahwa
regulasi diberikan sebagai jawaban atas permintaan dari kelompok dengan
kepentingan khusus, dengan maksud untuk memaksimalkan laba dari para
anggotanya. Versi utama dari teori ini adalah:
1. Teori regulasi kaum elit yang menguasai politik: penggunaan kekuatan
politik untuk memperoleh kendali regulatoris.
2. Teori regulasi ekonomi: kekuatan ekonomi.
2.4.2 Haruskah kita mengatur akuntansi?
Terjadi perdebatan mengenai apakah akuntansi sebaiknya diatur atau tidak.
1. Mendukung opini pasar yang tidak diregulasi: perusahaan mempunyai insentif
untuk memberikan laporan secara sukarela karena kalau tidak, dapat diartikan
sebagai berita buruk.
2. Mendukung pasar yang diregulasi: menggunakan argumentasi kepentingan
publik, dan kebutuhan untuk mencapai sasaran sosial yang diinginkan, antara
lain kewajaran dari pelaporan, infomasi yang simetris dan perlindungan para
investor.
Kegagalan pasar mungkin diakibatkan dari:
1. Keengganan suatu perusahaan untuk mengungkapkan informasi tentang
dirinya sendiri karena ia merupakan pemasok monopoli dari informasi
tersebut.
2. Terjadinya kecurangan.
3. Kurangnya produksi informasi akuntansi sebagai barang publik.
2.4.3 Pendekatan pasar bebas
Asumsi dasar: informasi akuntansi adalah sebuah barang ekonomi, sama seperti
barang atau jasa lainnya. Oleh karena itu, ia menjadi subjek atas kekuatan permintaan dan
kekuatan pasok. Hasilnya adalah jumlah optimal dari informasi yang diungkapkan pada
harga yang optimal. Oleh karenanya pasar dinyatakan sebagai suatu mekanisme yang
ideal untuk menentukan jenis-jenis informasi yang harus diungkapkan, penerima dari
informasi dan standar akuntansi yang mengatur pembuatan informasi semacam itu.
1. Kegagalan pasar secara eksplisit dengan asumsi bahwa baik jumlah atau mutu
dari informasi akuntansi berbeda dari nilai optimum sosial.
2. Kegagalan pasar secara implisit dalam pasar pribadi informasi akuntansi.
3. Kendali monopoli atas informasi oleh manajemen.
4. Investor yang naif.
5. Fiksasi fungsional.
6. Angka-angka yang menyesatkan.
7. Prosedur yang berbeda-beda.
8. Kurangnya objektivitas.
2.4.4 Regulasi standar akuntansi di sektor swasta

Asumsi: kepentingan publik dalam akuntansi akan terpenuhi dengan baik jika
pembuatan standar diserahkan kepada sektor swasta. Di Amerika, pembuatan standar
swasta melibatkan Committee on Accounting Prosecudes dan Financial Accounting
Standard Board. Mengingat FASB saat ini adalah badan penyusun standar yang ada di
sektor swasta, maka akan digunakan untuk menggambarkan keunggulan dan kelemahan
dari standar akuntansi yang diatur oleh sektor swasta.
Keunggulan:
1. FASB tampaknya responsif terhadap berbagai konstituennya.
2. FASB tampaknya mampu menarik, sebagai anggota atau sebagai staf, orang-
orang yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan pengukuran alternatif dan sistem
pengungkapan.
3. FASB tampaknya berhasil menumbuhkan respon dari konstituen pokoknya
dan dalam menjawab input tersebut.
Kelemahan:
1. FASB kurang memiliki wewenang hukum dan kekuatan untuk menegakkan
pelaksanaannya.
2. FASB sering mendapat tuduan kurang independen dari para konstituennya
yang utama, kantor akuntan publik dan perusahaan-perusahaan.
3. FASB sering kali dituduh lambat dalam merespon masalah-masalah besar
yang merupakan hal yang sangat penting bagi para konstituennya.

2.4.5 Regulasi standar akuntansi di sektor publik


Agar regulasi berjalan efektif maka regulasi harus berasal dari prinsip umum
tertentu. Elliot dan Schuetze menyatakan:
1. Regulasi tidak boleh melanggar hak azazi dan Undang-undang dasar.
2. Regulasi harus dirancang untuk mencegah kemungkinan atau realitas
perubahan sosial.
3. Regulasi harus mencerminkan kepentingan publik.
4. Regulasi seharusnya tidak digunakan oleh sektor swasta apabila tujuannya
dapat dicapai oleh institusi-institusi sektor swasta.
5. Regulasi yang potensial seharusnya tidak menanggung beban bahwa regulasi
tersebut sudah terjamin kekuatannya, daripada pendukung regulasi yang
membukikan bahwa regulais tersebut memang terjamin.
6. Tindakan yang berhubungan dengan regulasi seharusnya tidak digunakan
untuk memperbaiki pelanggaran hukum yang kadang-kadang terjadi, yang
sebenarnya merupakan tugas penyelenggara hukum dan tanggung jawab yang
berkaitan dengan regulasi juga tidak diterapkan untuk memerangi perilaku
anti sosial yang kadang-kadang terjadi, yang sebenarnya dapat dilarang
melalui undang-undang.
Walaupun seluruh prinsip ini terpenuhi , regulasi tetap saja kemungkinan untuk
gagal. Buckley dan O’Sullivan mengidentifikasi adanya sejumlah kegagalan
regulasi yang meliputi:
1. Zero-Cost Phenomenon merupakan hasil dari kenyataan bahwa regulasi sama
sekali tidak menanggung kerugian yang ditimbulkan akibat kegagalannya.
2. Regulatory lag atau nonfeasance meruapakan akibat dari penundaan sebuah
regulasi .
3. Regulatory trap mengacu pada kesulitan-kesulitan untuk membalik regulasi
yang sudah ada .
4. Tar-baby effectmeruapakan akibat dari yang ditimbulkan dari kecendrungan
regulasi untuk terus berkembang.
Pendukung regulasi standar akuntansi oleh sector public menggunakan argumen
berikut dalam mempertahankan pendapat mereka:
1. Secara umum sudah diketahui bahwa proses inovasi dalam akuntansi
didasarkan pada peran lembaga pemerintah, seperti SEC yang disebut sebagai
“pengganggu yang kreatif (creative irritant) “ . burton mantan chif accountant
SEC,membuat catatan berikut ini: Sejak pembentukannya ditahun 1934, SEC
merupakan sumber gangguan utama dalam akuntansi , dan praktik profesi
akuntan public secara umum melayani keberadaannya. Hipotesis tulisan ini
adalah bahwa kombinasi dorongan SEC an reaksi profesi adalah sesuatu yang
secara logis muncul dari paksaan historis dan ekonomis terhadap
pekerjaannya yang bersifat berkesinambungan, dan hasilnya diharapkan
memenuhi keseimbangan kepuasan dari berbagai kepentingan dan tujuan.
Dalam lingkungan laporan keuangan yang ada saat ini, perubahan yang
mendasar tidak akan terjadi tanpa adanya dorongan SEC.Implikasinya adalah
bahwa SEC merupakan katalisator terpenting dalam perubahan dan bahwa
sector swasta serta paksaan pasar tidak menyajikan kepeloporan yang
diperlukan untuk sejumlah perubahan. SEC meruapakan instrument dalam
menuntun profesi dari metode akuntani yang  “safe” dan “konservatif” kearah
metode yang lebih inofatif dan lebih realistis.
2. Diyakini bahwa struktur regulasi pasar saham yang ditetapkan malalui
Securities Acts of 1933 dan 1934 memberi perlindungan bagi para investor
terhadap berbagai ancaman.
3. SEC termotivasi oleh keinginan untuk menyajikan tingkat pengungkapan
kepada public dan yang dianggap perlu dan memadai dalam pembuatan
keputusan . Burton menyatakan: SEC bertujuan untuk mencapai tingkat
pengungkapan kepada publik paling tidak pada tingkat pengungkapan yang
diharapkan para penyajia atau sebagian besar pemakai .apabila terjadi
kekeliruan tujuan , SEC berharap melakukan hal itu karena upaya menyajikan
lebih banyak informasi , karena premis yang mendasari tujuan regulasi adalah
bahwa regulasi tersebut bertujuan untuk memastikan keberadaan informasi
yang memadai , sehingga mekanisme alokasi modal yang ada dipasar dapat
terjadi secara efektif. Untuk melakukan hal tersebut SEC berasumsi bahwa
peran para investor dan upaya-upaya untuk mendifinisak keperluan mereka
harus digali secara terus menerus oleh para analis dan pihak-pihak lainnya.
4. Tidak seperti FASB, SEC mempunyai legitimasi yang lebih besar melalui
kewenangan statutory yang lebih jelas. selain itu SEC juga memiliki kekuatan
meaksa yang lebih besar daripada sektor swasta.
5. Sejumlah tuntutan agar sektor pubik menjadi pengawas dan pengendali
muncul disaat suatu tujuan bertentagan dengan kepentingan umum. Intervensi
pemerintah secara minimal dianggap perlu untuk menolak perilaku ekstrim
dan negatif.
6. Anggota dewan Richard H. Baker, kepala Hause Banking Committee’s yang
merupakan bagian komite pasar modal, tahun 1988 memperkenalkan
Financial Accounting Fairness Act yang menyebabkan SEC memveto
pengumuman FASB sebelum perusahaan disyaratkan untuk memenuhi
ketentuan tersebut. Menurut ketentuan , SEC dalam memutuskah apakah
prinsip-prinsip FASB dapat diterapkan untuk perusahaan public, seharusnya
mempertimbangkan sekumpulan pertanyaan yang harus dipenuhi dalam
membuat regulasi , atau lolos dari ketentuan organisasi yang memiliki aturan
tersendiri seperti National Association of Securities Dealers.
Namun demikian terdapat argumen kuat yang menentang regulasi stadar
akuntansi oleh sector publik:
1. Umumnya diketahui bahwa diperlukan biaya yang besar untuk memenuhi
ketentuan pemerintah dalam penyampaian informasi.
2. Beberapa orang berargumen bahwa para birokrat mempunyai kecendrungan
untuk memaksimalkan total anggaran biro mereka.
3. Akan timbul kondisi yang berbahaya jika penyusunan standar semakin
bersifat politis
4. Beberapa kalangan mempertanyakan tentang perlunya sistem pemerintahan
yang didukung kekuatan kepolisiaan. Kondisi semacam itu dapat menghalangi
aktivitas penelitian serta pelaksanaan kebijakan akuntansi.

2.5 Legistimasi Proses Penetapan Standar

2.5.1 Prognosis pesimistik

Legitimasi proses penyusunan standar kadang-kadang dihubungkan dengan


kemampuannya untuk menghasilkan sistem akuntansi optimal yakni “sebuah sistem
dimana keuntungan yang diharapkan oleh pemakai strategi keputusan optimal, dapat
lebih besar atau paling tidak sama dengan keuntungan yang diperoleh dari sistem lain “.
Implikasinya adalah tidak ada alternatif penyajian pelaporan keuangan yang didasarkan
pada aturan akuntannsi lain yang dapat menyajikan manfaat lebih baik. Peningkatan
perdebatan dalam literature akuntansi menekankan pada pencapaian optial sebuah sistem
akuntansi . Perdebatan diperpanas oleh penggunaan teorema yang mustahil oleh Demski
untuk pendapat bahwa:
1. Proses penyusunan standar akuntansi harus memuaskan kondisi arrow agar
dapat disahkan.
2. Tidak aka nada sekumpulan standar yang selalu mencari aternatif sesuai
preferensi dan keyakinan.
Ia menyimpulkan sebagai berikut:
Kami telah menginterpretasikan teori akuntansi sebagai penyaji suatu peringkat
yang lengkap dan transitif dari alternatif-alternatif akuntansi pada tingkat
individual. Dengan demikian terbukti bahwa tidak ada sekumpulan standar (yang
diterapkan pada  setiap alternatif) yang ada akan merangking alternatif akuntansi
dalam hubungannya dengan konsisten preferensi dan keyakinan individual.

Prognosis pesimistik ini diperluas untuk menunjukkan:


1. Bahwa pemilihan alternatif laporan keuangan “pada akhirnya memerlukan
pertukaran antara keuntungan seseorang di satu sisi dengan yang lainnya.”
2. Bahwa resolusi alternatif laporan keuangan akan mensyaratan “kebijakan nilai
atau etika yang akan dipertukarkann dengan kesejahteraan seseorang dan
dalam dimensi apa terhadap kesejahteraan siapa”
2.5.2 Prognosis optimistik

Cushing telah memberikan prognosis optimistic tentang tanggung jawab prinsip


akuntansi optimal, dengan catatan bahwa asumsi heterogenitas pengguna ditinggalkan
dan asumsi yang mendasari  Arrow Paradox menghadapi tantangan, yaitu asumsi:
1. Definisi Arrow tentang fungsi kesejahteraan sosial mensyaratkan piihan sosial
yang bersifat transitif.
2. Bahwa kondisi Arrow tentang “indenpendensi atau alternatif-alternatif yang
tidak relevan” merupakan pertanyaan yang patut diajukan.

Prognosis optimistic lainnya ditawarkan oleh Bromwich tentang kemungkinan


standar-standar auntansi yang bersifat parsial : yaitu standar-standar untu satu atau ebih
masalah akuntansi lainnya.

2.6 Standar Akuntansi Yang Berlebihan

Accounting Standard Overload umumnya berhubungan dengan standar akuntansi. Situasi berikut
ini diidentifikasikan sebagai Accounting Standards Overload:
1. Standar yang terlalu banyak.
2. Standar yang terlalu rumit.
3. Tidak ada standar yang kaku, membuat pemilihan aplikasi menjadi sulit.
4. Standar bertujuan umum (general-purpose standards) yang gagal menyajikan perbedaan
diantaranya:
a. Entitas publik dan non publik.
b. Laporan keuangan tahunan dan interim.
c. Perusahaan besar dan kecil.
d. Laporan keuangan auditan dan non-auditan.
5. Standar bertujuan umum  yang gagal menyajikan perbedaan kebutuhan di antara para
penyaji, pengguna dan CPA.
6. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks atau kedua-duanya.

2.6.1 Dampak dari standar akuntansi yang berlebihan


Standar akuntansi yang jumlahnya banyak, terlalu sempit, dan kaku dapat
berpengaruh serius dala pekerjaan akuntan, nilai informasi yang disajikan untuk para
pengguna, dan keputusan yang dibuat oleh manajer.Akuntan dapat kehilangan orientasiya
terhadap tugas yang sesungguhnya akibat bayaknya data yang diperlukan saat memenuhi
ketentuan suatu standar. Audit dapat menemui kegagalan , karena akuntan dapat
kehilangan fokus audit dan meninggalkan beberapa prosedur audit yang penting.

2.6.2   Solusi bagi masalah akuntansi yang berlebihan


Komite khusus AICPA tentang standar akuntansi mengevaluasi berbagai
kemungkinan pendekatan berikut ini yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut:
1. Tidak ada perubahan, mempertahankan apa yang sudah ada (status quo).
2. Perubahan dari konsep yang ada sekarang yang berupa PABU tunggal dan
seragam untuk seluruh bisnis menjadi dua kelompok PABU, sehingga ada
PABU tersendiri untuk entitas tertentu, seperti untuk perusahaan kecil
nonpublik.
3. Perubahan dalam PABU untuk mempermudah penerapannya dalam setiap
usaha bisnis.
4. Menentukan alternative pengungkapan dan pengukukuran yang berbeda.
5. Perubahan dla standar pelaporan CPA atas laporan keuangan.
6. Alternative terhadap PABU sebagai dasar yang sifatna pilihan dalam peyajian
laporan keuangan.

2.7 Pilihan Dalam Akuntansi

Motivasi (kategori sasaran) dilakukannya pilihan dalam akuntansi:


1. pembuatan kontrak (perspektif pembuatan kontrak yang efektif).
2. pemberian harga atas aktiva.
3. mempengaruhi pihak-pihak eksternal.

2.8 Strategi Penetapan Standar Bagi Negara-negara Berkembang

Ada empat jenis strategi yaitu pendekatan evolusioner, pendekatan transfer teknologi,
penggunaan standar akuntansi internasional dan strategi situasional.

2.8.1 Pendekatan evolusioner

Diasumsikan para mitra asing akan menyesuaikan aturan-aturannya sendi mereka


ingin tetap terus membina perdagangan dengan negara tersebut dan/atau
mempertahankan operasinya.

2.8.2 Pendekatan transfer teknologi

Pengembangan melalui transfer teknologi berasal dari operasi dan aktivitas kantor
akuntan internasional, perusahan multinasional dan para akademisi yang berpraktik di
negara berkembang, atau berbagai perjanjian internasional dan kesepakatan kerja sama
yang meminta dilakukannya pertukaran informasi dan teknologi.

2.8.3 Penggunaan standar akuntansi internasional

Adalah bergabung dengan Internasional Accounting Standards Committee (IASC)


atau badan standar internasional lainnya.

2.8.4 Strategi situasional

Atau dikenal sebagai ”pengembangan standar akuntansi dengan  didasarkan atas


analisis dari prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi di negara- negara maju
terhadap latar belakang lingkungan yang mendasarinya”. Faktor faktor tersebut adalah
linguistik kultural, politik dan hak-hak sipil, ekonomi dan karakteristik demografis, serta
lingkungan hukum dan perpajakan negara yang bersangkutan.

2.9 Kesimpulan

Penyusunan dari standar akuntansi muncul sebagai suatu masalah yang kompleks.
Pertama,  terlihat bahwa standar didasarkan pada pinsip-prinsip debatan yang luas dan
perbandingan antara pendukung dan penentang teori-teori yang relevan, dan kemudian dipilih
oleh badan penyusun standar. Kedua, terdapat pertentangan yang jelas dalam kepentingan dan
kebutuhan diantara entitas-entitas yang terkait dengan prinsip akuntansi. Ketiga, pengembangan
prinsip-prinsip akuntansi merupakan sebuah perjalanan panjang, pertama didominasi oleh
manajemen , diregulasi oleh profesi dan kemudian benar-benar menjadi sesuatu yang bersifat
politis. Keempat, setiap bentuk penyusunan standar dalam pasar bebas, sector swasta, atau sector
publik lainnya, memiliki keunggulan dan keterbatasanya masing-masing; tidak ada konsep atau
praktik yang dapat dijadikan ukuran.Kelima, masalah accounting standard overload memerlukan
perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai