Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

( Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan )

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

NAMA :

1.Petresia Kakesina (ketua)

2.Philipus Nurue

3.Putri Ubra

4.Riyanti Talapessy

5.Shanon Pattiasina

6.Tessa Redjo

7.Trinitha Laratmas

8.Valyen Atuany

FAKULTAS : EKONOMI

PRODI : AKUNTANSI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima
kasih terhadap Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini , sehingga dapat
membantu pemahaman dan pengetahuan penulis mengenai pembelajaran yang diberikan.

Penulis sangat berharap semoga Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar Makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini .

AMBON , 3 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .............................................................................................................


KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................
C. TUJUAN ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................
BANK INDONESIA ..........................................................................................................
 PENGERTIAN BANK INDONESIA .........................................................................
 TUJUAN BANK INDONESIA ..................................................................................
 TUGAS BANK INDONESIA ....................................................................................
 KEWENANGAN BANK INDONESIA .....................................................................
 HUBUNGAN BANK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH ..............................
OTORITAS JASA KEUANGAN .....................................................................................
 PENGERTIAN OJK ...................................................................................................
 VISI DAN MISI OJK .................................................................................................
 KEWENANGAN OJK ................................................................................................
 ASAS OJK ..................................................................................................................
 STRUKTUR DAN KELEMBAGAAN OJK ..............................................................
 FUNGSI DAN CAKUPAN OJK .................................................................................
 SINERGI OJK .............................................................................................................
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................
A. KESIMPULAN ............................................................................................................
B. SARAN ........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
BANK INDONESIA

Kembali di era pemerintahan Hindia-Belanda, De Javasche Bank didirikan tepatnya pada


tahun 1828. De Javasche Bank bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Kira-kira satu
abad kemudian, tepatnya pada tahun 1953, Bank Indonesia dibentuk dengan menggantikan
fungsi dan peran De Javasche Bank. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia saat itu memiliki
tiga fungsi utama yaitu di bidang perbankan, moneter, dan sistem pembayaran. Selain itu,
Bank Indonesia juga diberi wewenang untuk melakukan fungsi bank komersial sebagaimana
pendahulunya. Lima belas tahun kemudian pemerintah menerbitkan Undang-Undang Bank
Sentral yang isinya  mengatur tentang tugas serta kedudukan Bank Indonesia. Undang-
Undang ini tentunya juga sebagai pembeda atas bank-bank lain yang melakukan fungsi
komersial. Setelah diterbitkan Undang-Undang tersebut, Bank Indonesia juga memiliki tugas
tambahan yaitu membantu pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 1999 Bank Indonesia memasuki era baru dalam sejarah sebagai Bank Sentral
independen yang memiliki tugas dan wewenang untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tugas tersebut ditetapkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Setelah
itu, beberapa amendemen Undang-Undang Bank Indonesia dilakukan. Pertama pada tahun
2004, UU Bank Indonesia diamendemen dengan konsentrasi pada aspek penting yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Amendemen
selanjutnya yaitu pada tahun 2008 ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 1999.
Dalam perubahan tersebut ditegaskan bahwa Bank Indonesia juga berperan sebagai bagian
dari upaya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Perubahan Undang-Undang tersebut
ditujukan untuk mewujudkan ketahanan perbankan secara nasional untuk menanggulangi
krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap layanan pembiayaan jangka
pendek dari BI.
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga ini merupakan badan independen yang memiliki fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan.
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan merupakan upaya pemerintah Republik Indonesia
menghadirkan lembaga yang mampu menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
terhadap keseluruhan kegiatan sektor keuangan, baik perbankan maupun Lembaga keuangan
non-bank. Secara fungsi, lembaga ini menggantikan tugas Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bappepam-LK) serta mengambil alih tugas Bank Indonesia dalam hal
pengawasan perbankan.
Setelah Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 disahkan, Presiden Republik Indonesia saat itu, 
Susilo Bambang Yudhoyono pada 16 Juli 2012 menetapkan sembilan anggota dewan
komisioner Otoritas Jasa Keuangan, termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Setelah itu, pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap I,
untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas selama
masa transisi. Mulai 31 Desember 2012, Otoritas Jasa Keuangan secara efektif beroperasi
dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank.
Setelah itu, pada 18 Maret 2013 dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap II
untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam  pelaksanaan pengalihan
fungsi, tugas dan wewenang Pengaturan dan Pengawasan  Perbankan dari Bank Indonesia.
Per 31 Desember 2013 Pengawasan Perbankan sepenuhnya beralih dari Bank Indonesia ke
Otoritas Jasa Keuangan, sekaligus menandai dimulainya operasional Otoritas Jasa Keuangan
secara penuh. Perluasan fungsi pengawasan Industri Keuangan Non-Bank, pada 1 Januari
2015 Otoritas Jasa Keuangan memulai Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian, ungsi, tujuan dan peran serta kewenangan dari Bank Indonesia (BI)
2. Pengertian, Fungsi dan peran serta tujuan dari OJK

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menjelaskan tentang pengertian, fungsi, tujuan dan peran serta kewenangan dari
Bank Indonesia (BI)
2. Menjelaskan tentang pengertian, fungsi dan peran serta tujuan dari OJK
BAB II
PEMBAHASAN

BANK INDONESIA (BI)


 PENGERTIAN BI
Bank Sentral  merupakan suatu institusi nasional yang memiliki tanggung jawab untuk
menjaga stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di suatu negara.
Bank Indonesia merupakan bank sentral yang ada di Indonesia dan diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, serta dinyatakan berlaku pada 17
Mei 1999.
Namun undang-undang tersebut diamendemen dan digantikan dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2009.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen,
sehingga dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya tanpa ada campur tangan
pemerintah ataupun pihak lain, kecuali guna hal-hal yang tegas diatur dalam undang-
undang.
Hal ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran serta fungsinya
sebagai otoritas moneter secara efektif dan efisien.
Tidak ada satu pihak pun yang dapat mencampuri pelaksanaan dari Bank Indonesia. Bank
Indonesia juga dapat menolak ataupun mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dan
dari pihak mana pun.
 TUJUAN BI
Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal, yaitu mencapai serta memelihara kestabilan
nilai rupiah.
Kestabilan yang dimaksud adalah kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa
serta kestabilan terhadap nilai uang negara lain.
Tujuan ini perlu ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu kebijakan moneter dengan
prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat dan tepat, serta sistem perbankan
yang dan keuangan yang sehat.
 TUGAS BI
Untuk mencapai tujuan tersebut, BI mempunyai tugas:
1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
2. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan
3. mengatur dan mengawasi bank.

 KEWENANGAN BI
a. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter BI berwenang:
1. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi yang
ditetapkan; dan
2. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara antara lain:
o operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
o penetapan tingkat diskonto; dan
o penetapan cadangan wajib minimum.
Berkaitan dengan hal tersebut, BI melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan
sistem nilai yang ditetapkan, mengelola cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban
luar negeri dan dapat menerima pinjaman luar negeri.
Untuk mencapai sasaran-sasaran moneter, BI juga dapat mempunyai fungsi lender of
the last resort.
b. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI berwenang:
1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran.
2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentang kegiatannya.
3. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Di samping itu, BI juga diberi kewenangan untuk mengatur sistem kliring antar bank
dalam mata uang rupiah atau valuta asing dan menetapkan macam, harga, ciri uang yang
akan dikeluarkan, bahan baku yang digunakan dana tanggal mulai berlakunya sebagai alat
pembayaran yang sah.
c. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur dan mengawasi bank.
BI menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan
sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan pengawasan bank, dalam UU ini diamanatkan bahwa tugas
mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang
independen, dan dibentuk dengan UU. 
Dalam melaksanakan tugasnya, BI dipimpin oleh Dewan Gubernur, yang terdiri atas
seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan minimal 4 orang atau
Maximal. 7 orang Deputi Gubernur.

 HUBUNGAN BI DENGAN PEMERINTAH


Dalam rangka koordinasi kebijakan antara otoritas moneter dengan otoritas fiskal dan
sektor riil, Rapat Dewan Gubernur dapat dihadiri oleh Menteri atau pejabat Pemerintah.
Demikian pula sebaliknya Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet.
BI bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah.
Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang negara, Pemerintah wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan BI dan DPR.
BI dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang negara, kecuali di pasar
sekunder.
Akuntabilitas dan Anggaran
Agar independen yang diberikan kepada BI dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab, kepada BI dituntut untuk transparan dan memenuhi prinsip akuntabilitas publik.
Transparansi dan prinsip akuntabilitas publik dilakukan dengan cara antara lain :
Menyampaikan informasi kepada masyarakat secara terbuka melalui media masa pada
setiap awal tahun anggaran yang memuat evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
moneter pada tahun sebelumnya dan rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-
sasaran moneter untuk tahun yang akan datang. Informasi ini juga disampaikan secara
tertulis kepada Presiden dan DPR.
Menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan.
Laporan hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya disampaikan oleh BPK kepada DPR dan
diumumkan oleh BI melalui media masa.
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
 PENGERTIAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Secara simpel, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah lembaga independen yang
bebas dari campur tangan pihak lain yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan juga penyidikan. Hingga tahun 2022
mendatang, OJK dipimpin oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, yaitu
Wimboh Santoso, SE., MSc., Ph.D
OJK adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan serta pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dan sektor jasa non-
keuangan yang meliputi sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun,
lembaga pembiayaan serta lembaga jasa keuangan lainnya. Dengan dibentuknya OJK,
diharapkan mampu mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh dan
bisa meningkatkan daya saing perekonomian.
 VISI DAN MISI OJK
1. Visi :
Menjadi Lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat dan mampu mewujudkan industri jasa
keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat
memajukan kesejahteraan umum.
2. Misi :
Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan dalam sektor jasa keuangan secara
teratur, adil, transparan & akuntabel ;
Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan & stabil
Melindungi kepentingan konsumen & masyarakat
 KEWENANGAN OJK
Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:
a.   Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank
yang meliputi :
Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana
kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan
akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank;
Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan
aktivitas di bidang jasa;
Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas
maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan dan pencadangan
bank; laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem informasi
debitur; pengujian kredit (credit testing); dan standar akuntansi bank;
Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti-pencucian
uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; serta
pemeriksaan bank.
b.  Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) meliputi :
Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga
jasa keuangan;
Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
d. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) meliputi :
Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan atau penunjang kegiatan
jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan;
Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau pihak tertentu;
Melakukan penunjukan pengelola statuter;
Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya
pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha,
pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

 ASAS OJK
Selain visi, misi dan wewenang, OJK juga memiliki beberapa nilai seperti integritas,
profesionalisme, sinergi, inklusif, serta visioner. Selain itu, dalam menjalankan seluruh
tugasnya, OJK adalah Lembaga yang selalu berlandaskan asas asas yang telah ditentukan.
Berikut ini adalah asas-asas yang dimiliki OJK.
a. Asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
b. Asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
c. Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;
d. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi
dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan;
e. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan
tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap
tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
dan
g. Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
 STRUKTUR KELEMBAGAAN OJK
Otoritas Jasa Keuangan memiliki dua struktur, yakni Dewan Komisioner dan Pelaksana
Kegiatan Operasional.
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan terdiri dari:
Ketua merangkap anggota.
Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota.
Ketua Dewan Audit merangkap anggota.
Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
Anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia.
Anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat Eselon
I Kementerian Keuangan.
Pelaksana Kegiatan Operasional Otoritas Jasa Keuangan terdiri dari:
Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I.
Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor Perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor Pasar
Modal.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang Pengawasan Sektor IKNB.
Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen memimpin
bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
Setap Kepala Eksekutif dibantu oleh Deputi Komisioner dan Kepala Departemen yang
masing-masing membawahi suatu bidang yang spesifik. Misalnya, Kepala Eksekutif
Pasar Modal dibantu oleh Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I dan Deputi
Komisioner Pengawas Pasar Modal II. Di bawah dua Deputi Komisioner tersebut ada
Departemen Pengawasan PM 1A, Departemen Pengawasan PM 1B, Departemen
Pengawasan PM 2A dan Departemen Pengawasan PM 2B.

 FUNGSI DAN CAKUPAN OJK


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan memiliki fungsi, tugas
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan untuk sektor
perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-bank.
Selain itu, ada pula fungsi Otoritas Jasa Keuangan sebagai ujung toimbak inklusi
keuangan serta perlindungan konsumen.
Dalam sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan memiliki tugas pokok antara lain:
Melakukan  penelitian dalam rangka mendukung pengaturan bank dan pengembangan
sistem pengawasan bank.
Melakukan pengaturan bank dan industri perbankan.
Menyusun sistem dan ketentuan pengawasan bank.
Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pemeriksaan bank.
Melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang perbankan.
Melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi terhadap penyimpangan yang diduga
mengandung unsur pidana di bidang perbankan.
Melaksanakan remedial dan resolusi bank yang memiliki kondisi tidak sehat sebagai
tindak lanjut dari hasil pengawasan bank yang normal.
Mengembangkan pengawasan perbankan.
Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbankan.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.
Selain mengatur dan mengawasi perbankan konvensional, Otoritas Jasa Keuangan juga
mengatur dan mengawasi bank syariah serta unit usaha syariah pada bank umum
konvensional.
Dalam sektor pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan memiliki tugas penyelenggaraan
sistem pengaturan dan pengawasan sektor pasar modal yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Tugas pokok Otoritas Jasa Keuangan pada sektor pasar modal antara lain:
Menyusun peraturan pelaksanaan bidang Pasar Modal.
Melaksanakan Protokol Manajemen Krisis Pasar Modal.
Menetapkan ketentuan akuntasi di bidang Pasar Modal.
Merumuskan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang Pasar Modal.
Melaksanakan analisis, pengembangan dan pengawasan Pasar Modal termasuk Pasar
Modal Syariah.
Melaksanakan penegakan hukum di bidang Pasar Modal.
Menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh OJK,
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.
Merumuskan prinsip-prinsip Pengelolaan Investasi, Transaksi dan Lembaga Efek, dan
tata kelola Emiten dan Perusahaan Publik.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperolah izin usaha,
persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak lain yang bergerak di bidang Pasar Modal.
Memberikan perintah tertulis, menunjuk dan/atau menetapkan penggunaan pengelola
statuter terhadap pihak/lembaga jasa keuangan yang melakukan kegiatan di bidang Pasar
Modal dalam rangka mencegah dan mengurangi kerugian konsumen, masyarakat dan
sektor jasa keuangan.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.
Pelaku pasar modal yang mencakup pengawasan Otoritas Jasa Keuangan ini antara lain,
perusahaan efek, wakil perusahaan efek, pengelolaan investasi, emiten dan perusahaan
publik, Lembaga dan profesi penunjang pasar modal serta pasar modal syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang dibuat untuk sektor pasar modal juga mencakup
hal yang paling terkecil. Misalnya, POJK Nomor 29/POJK.04/2017 tentang laporan Wali
Amanat atau POJK Nomor 23/POJK.04/2017 tentang Prospektus Awal dan Info Memo.
Selain itu, pada sektor pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan juga mengatur dan
mengawasi mengenai pasar modal syariah serta produk-produk pasar modal syariah.
Dalam sektor industri keuangan non-bank, fungsi pokok Otoritas Jasa Keuangan antara
lain:
Menyusun peraturan di bidang IKNB.
Melaksanakan protokol manajemen krisis IKNB.
Melakukan penegakan peraturan di bidang IKNB.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha,
persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak lain yang bergerak di IKNB.
Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang IKNB.
Melaksanakan kebijakan di bidang IKNB sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Melakukan perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang IKNB.
Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang IKNB.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.
Cakupan industri keuangan non-bank yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan ini
sangatlah luas. Sektor ini meliputi asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun,
pegadaian, lembaga jasa keuangan khusus, jasa penunjang industri keuangan non-bank
dan perusahaan-perusahaan keuangan non-bank syariah.
Saat ini industri keuangan non-bank yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan bertambah
satu, yakni financial technology atau fintech. Sektor ini memang menjadi perhatian
Otoritas Jasa Keuangan sebab perkembangannya tergolong sangat pesat.
Peran penting Otoritas Jasa Keuangan dalam mendorong fintech semakin diperkuat
dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 13/POJK.02/2018 Tentang Inovasi
Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan.
Dalam keterangan resminya, Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso
menyatakan, POJK mengenai fintech dikeluarkan karena Otoritas Jasa Keuangan tidak
menafikan kemajuan teknologi di industri keuangan digital.  Sehingga, diperlukan
peraturan yang mampu memayungi industri fintech sehingga dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat.
Dalam POJK No. 13/POJK.02/2018, Otoritas Jasa Keuangan telah menyusun semua hal
yang diperlukan bagi industri fintech, antara lain:
Mekanisme pencatatan dan pendaftaran fintech.
Mekanisme pemantauan dan pengawasan fintech.
Pembentukan ekosistem fintech.
Membangun budaya inovasi.
Kewajiban perlindungan data konsumen.
Kewajiban bagi perusahaan fintech menjalankan manajemen resiko yang efektif.
Penyelenggara fintech wajib ikut serta dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan.
Meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar industri, pemerintah, akademisi dan
innovation hub yang lain.
Fintech wajib menjalankan prinsip dasar perlindungan konsumen.
Fintech wajib untuk menerapkan prinsip transparansi.
Penyelenggara fintech wajib menerapkan program anti pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme di sektor jasa keuangan.
POJK No. 13/POJK.02/2018 bisa dikatakan sebagai payung hukum yang lengkap dan
menyeluruh dari Otoritas Jasa Keuangan untuk industri fintech. Namun, sebelumnya
Otoritas Jasa Keuangan sudah merintis dengan POJK 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
 SINERGI OJK
Sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan, gerak langkah
Otoritas Jasa Keuangan tentu tidak lepas dari sinergi dan hubungan saling kerja sama
dengan lembaga negara lainnya seperti Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Contoh terbaru sinergi antara Otoritas Jasa Keuangan dengan DJP adalah kesiapan DJP
menerapkan pertukaran data otomatis atau Automatic Exchange of Information (AEoI).
Melalui data ini DJP bisa mendapatkan data warga negara Indonesia yang menjadi
nasabah lembaga jasa keuangan di luar negeri.
Kepada awak media, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Robert Pakpahan
mengungkapkan, DJP telah menandatangani dan telah bekerjasama dengan Otoritas Jasa
Keuangan untuk mengimplementasikan AEoL.
Lewat data-data dari AEoL ini akan mampu meningkatkan penerimaan pajak dari Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Orang Pribadi.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Bank Indonesia merupakan bank yang cukup berperan dalam peningkatan perekonomian
nasional. Peran Bank Indonesia dalam perekonomian nasional dapat kita liha dalam Undang-
Undang NO. 23 Tahun 1999, “bertindak sebagai pemegang kas pemerintah”. Bank Indonesia
juga cukup dibutuhkan ketika hendak dilahirkan satu kebijakan yang berkaitan dengan
permasalahan ekonomi. Bahkan diwajibkan meminta saran dari Bank Indonesia ketika
pemerintah hendak melakukan satu tindakan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang dirancang untuk
melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal,
reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Adapun tujuan utama
pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan memelihara kepercayaan publik di bidang
jasa keuangan. Kedua, menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.
Ketiga, meningkatkan pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan. Keempat,
melindungi kepentingan konsumen jasa keuangan.

SARAN

Dengan disususnnya makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui pengertian, fungsi,


wewenang dari Bank Indonesia Jasa Keuangan. Dan diharapkan pembaca dapat mengetahui
perbedaan antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-bank-indonesia-sejarah-berdiri-
tugas-dan-tujuannya
https://blog.julo.co.id/cari-tahu-lebih-dalam-tentang-otoritas-jasa-keuangan-
ojk/#:~:text=OJK%20adalah%20lembaga%20yang%20dibentuk,modal%2C
%20perasuransian%2C%20dana%20pensiun%2C
https://zaviabalqis.wordpress.com/2020/06/05/makalah-bi-dan-ojk/

Anda mungkin juga menyukai