Anda di halaman 1dari 20

LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

“ ANJAK PIUTANG ”

DISUSUN

Oleh :

Melya Setia Andhani (1800542019)


Nadia Putri Ramadhanti (1800542032)
Ilham Muhammad Zidan (1800542051)

D III KEUANGAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS
2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ ii
BAB I................................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN................................................................................................................................................. 3
A. SEJARAH ANJAK PIUTANG..................................................................................................................................3
B. PENGERTIAN ANJAK PIUTANG..........................................................................................................................5
C. LANDASAN YURIDIS ANJAK PIUTANG (FACTORING...................................................................................6
D. JENIS - JENIS ANJAK PIUTANG...........................................................................................................................7
E. JASA YANG DITAWARKAN OLEH ANJAK PIUTANG...................................................................................11
F. BIAYA ANJAK PIUTANG.....................................................................................................................................12
G. MANFAAT ANJAK PIUTANG.............................................................................................................................13
BAB III............................................................................................................................................................ 15
PENUTUP........................................................................................................................................................ 15
A. KESIMPULAN........................................................................................................................................................15
B. SARAN....................................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 16

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang
berjudul “Anjak Piutang”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan lainnya. Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan, untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan isi makalah
ini. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak atas
sumber-sumber materi sebagai referensi yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Padang, 24 Februari 2020

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia bisnis, pelaku bisnis maupun perusahaan selalu ingin memperlancar barang
produksinya agar dapat meningkatkan keuntungan dan mempercepat perputaran modal yang
pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan semakin tingginya tingkat
persaingan antar perusahaan saat ini, akan memaksa perusahaan untuk memberikan pelayanan
yang maksimal kepada para pelanggannya, di mana salah satu caranya adalah dengan
mempermudah syarat pembayaran produk. Sekarang ini, perusahaan mempunyai alternatif lain
untuk memperoleh dana tunai yaitu dengan menjual/mengalihkan faktur-faktur piutang yang
dimilikinya ke lembaga anjak piutang (factoring).

Anjak piutang dalam bahasa Inggris yaitu Factoring pertama kali tumbuh di Amerika tahun
1889. Di Indonesia, factoring dikenal pada akhir tahun 1988 sejak berlakunya Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 27 Desember 1988.1 Anjak piutang (factoring) menurut
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 adalah pembiayaan dalam bentuk dan/atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam dan luar negeri. Dengan adanya perusahaan pembiayaan yang memberikan
jasa pengalihan piutang dengan konsep anjak piutang (factoring), maka akan memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk menyelesaikan piutangnya dan agar terhindar dari risiko yang
tidak diharapkan seperti wanprestasi (ingkar janji) dari pihak lain (debitur).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah Anjak Piutang ?


2. Apa itu Anjak Piutang ?
3. Bagaimana Landasan Yuridis Anjak Piutang ?
4. Apa Jenis - Jenis Anjak Piutang ?
5. Apa saja Jasa yang Ditawarkan oleh Anjak Piutang ?1
6. Bagaimana Biaya yang Dibebankan oleh Perusahaan Anjak Piutang ?
7. Apa saja Manfaat Anjak Piutang ?
C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Sejarah Anjak Piutang.


2. Mengetahui Pengertian Anjak Piutang.
3. Mengetahui Landasan Yuridis Anjak Piutang.
4. Mengetahui Jenis - Jenis Anjak Piutang.
5. Mengetahui Jasa yang Ditawarkan oleh Anjak Piutang.
6. Mengetahui Biaya yang Dibebankan oleh Perusahaan Anjak Piutang.
7. Mengetahui Manfaat Anjak Piutang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH ANJAK PIUTANG

Sejarah usaha jasa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Factoring sudah
dikenal sejak 2000 tahun lalu-pertama kali digunakan di Mesopotamia. Pertama kali, bentuk
usaha anjak piutang memang masih sangat sederhana. Pihak factor, biasanya bertindak sebagai
agen penjualan yang sekaligus pemberi perlindungan kredit. Kegiatan semacam ini dikategorikan
sebagai general factoring.
General factoring ini kemudian berkembang di daratan Eropa, tepatnya di Inggris.
Perusahaan factor di Inggris pada saat itu sangat membantu para pedagang dari Plymouth
(Amerika) untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa, dan juga membelikan barang
barang dagangan dari Inggris yang mereka inginkan untuk diimpor ke Amerika.
Revolusi industri di akhir abad ke 18 turut mendorong pertumbuhan bisnis jasa general
factoring. Mekanisasi alat alat tenun tekstil di Inggris dan tingginya minat beli tekstil di
Amerika, telah menyebabkan meningkatnya transaksi ekspor impor. Perkembangan bisnis
tersebut, otomatis turut memacu pertumbuhan industri factoring di Amerika, terutama di New
York City. Perusahaan factoring di Amerika saat itu seperti ketiban rezeki. Mereka mengageni
produk tekstil Eropa atas dasar konsinyasi. Mereka juga memberikan kredit, menjamin kredit
tersebut,memberikan pembayaran awal terhadap piutang yang timbul,dan melakukan penagihan
untuk kepentingan clientnya, yaitu menjamin kredit, melakukan penagihan, dan penyediaan ana.
Bentuk – bentuk usaha inilah yang kemudian menjadi embrio dari bisnis anjak piutang modern
seperti yang dikenal saat ini. Anjak piutang modern ini kemudian terus berkembang tidak hanya
di bidang usaha tekstil tetapi juga merambah ke berbagai sector industri, baik untuk transaksi
ekspor impor maupun transaksi local.
Kegiatan anjak piutang mulai dikenal luas ketika perusahaan-perusahaan manufacture di
Inggris berusaha menjual produknya ke Amerika. Amerika pada waktu itu, sekitar tahun 1880-
an, merupakan benua baru yang banyak didatangi dari benua eropa terutama inggris. Kedatangan
bangsa di eropa mau tidak mau menbawa konsekuensi bahwa mereka harus melakukan kegiatan
produksi dan konsumsi didaerah barunya, namun pada awalnya mereka tidak bisa banyak
melakukan kegiatan produksi karena terbatasnya sumber daya manusia, capital dan peralatan.
Keadaan ini memaksa mereka mendatangkan sebagian besar kebutuhan3 mereka dari daerah asal,
yaitu Inggris. Ketika perusahaan-perusahaan di Inggris ingin memasarkan atau menjual
produknya ke orang-orang Amerika, timbul masalah karena mereka tidak saling mengenal.
Resiko tidak terbayarnya penjualan secara kredit semakin besar bukan saja karena mereka tidak
saling mengenal tetapi juga karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong perusahaan-
perusahaan di Inggris untuk menemukan solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai.
Perusahaan – perusahaan tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai perantara
antara pihak penjual di Inggris dengan pembeli di Amerika, perusahaan-perusahaan ini
selanjutnya mulai dikenal sebagai factor atau agen. Jasa yang ditawarkan oleh factor pada waktu
itu masih berkisar terutama pada pengurusan dan pengalihan piutang saja.
Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan textile Inggris memerlukan
jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di Amerika. Mengingat factor ini
dianggap sebagai perusahaan yang cukup berpengalaman dalam berurusan dengan pembeli-
pembeli di Amerika dan juga berpengalaman dalam hal penyelesaian tagihan piutang. Maka
perusahaan textile di Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi
kredit kepada pembeli di Amerika. Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan kelayakan
suatu pembeli untuk memperoleh fasilitas pembelian dengan cara kredit (credit worthiness) dan
juga menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya suatu piutang dari penjualan textile
secara kredit. Lama kelamaan, factor tidak hanya memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi
sekaligus membeli faktur-faktur penjualan textile dari perusahaan textile. Factor kemudian
menguangkan atau menagih faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo.
Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak piutang ini tidak hanya diberikan
oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari kegiatan usahanya, tetapi juga oleh suatu
perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak piutang. Usaha mulai berkembang
mulai dari Amerika Utara, kemudian berkembang kebagian Amerika yang lain, lalu berkembang
di Eropa dan kemudian keseluruh dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang
berkembang dari semula textile kebidang – bidang lain termasuk jasa.
Bisnis anjak piutang modern ini akhirnya berkembang ke Eropa,terutama setelah berdirinya 3
(tiga) grup anjak piutang internasional,yaitu:
1. Heller Overseas Corporation (Heller Group), dalam grup factoring ini Heller berperan
sebagai induk perusahaan dari mayoritas anggotanya dan bermarkas di Chicago.
2. International Factors Group (IFG), di mana setiap grup ini tidak dikenal adanya induk
perusahaan, setiap anggota bebas satu sama lain tanpa adanya kaitan permodalan
.Grup ini hanya menerima satu anggota dari setip Negara, bermarkas di Brussel.
3. 3.Factors Chain International, di mana grup ini hampir sama dengan sistem IFG,
yakni tanpa kaitan permodalan antara sesama anggotanya. Namun grup ini dapat
menerima lebih dari satu anggota dari setiap Negara, bermarkas di Amsterdam.
Ketiga grup factoring ini telah memiliki anggota yang tersebar di seluruh dunia, yaitu di
negara negara seperti Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia
Baru, Afrika Selatan, Asean – termasuk Indonesia, Hong Kong, dan berbagai Negara lainnya.
4
B. PENGERTIAN ANJAK PIUTANG

Dalam Bahasa Indonesia, istilah factoring sering diterjemahkan dengan ”anjak piutang”.
Anjak piutang adalah kegiatan perusahaan pembiayaan untuk membeli atau mengambil alih dan
menata usahakan piutang dagang jangka pendek yang dimiliki oleh klien, yaitu pihak yang
menjual barang kepada konsumen secara kredit.1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.021/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan Pasal 1 (e) dinyatakan bahwa anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan serta pengurusan atas
piutang tersebut. Sedangkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan bahwa perusahaan anjak piutang
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dan
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.2
Secara konvensional, anjak piutang (factoring) didefinisikan sebagai kontrak di mana
perusahaan anjak piutang menyediakan jasa-jasa sekurang-kurangnya antara lain jasa
pembiayaan, jasa pembukaan (maintenance of account), jasa penagihan piutang, jasa
perlindungan terhadap risiko kredit dan untuk itu, klien berkewajiban kepada perusahaan anjak
piutang secara terus-menerus menjual atau menjaminkan piutang yang berasal dari penjualan
barang-barang atau pemberian jasa-jasa.3
Anjak piutang (factoring) secara syariah dapat merujuk pada Fatwa DSN Nomor 67/DSN-
MUI/III/2008 yang menyatakan bahwa anjak piutang syariah adalah pengalihan penyelesaian
piutang atau tagihan jangka pendek dari pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang kemudian
menagih piutang tersebut kepada pihak yang berhutang atau pihak yang ditunjuk oleh pihak yang
berhutang sesuai prinsip syariah.4
Dalam kegiatannya, perusahaan anjak piutang melakukan: (1) mengambil alih tagihan suatu
perusahaan baik dengan cara dibeli atau dengan cara lainnya sesuai dengan kesepakatan; dan (2)
mengelola usaha penjualan kredit (pembiayaan) suatu perusahaan. Adapun sumber keuntungan
perusahaan anjak piutang adalah biaya yang dikenakan kepada kliennya, yang terdiri atas: (1)
jasa penagihan (service charge) yang besarnya tergantung pada kesepakatan; dan (2) biaya
administrasi (discount charge) yang besarnya juga tergantung pada kesepakatan.5

1
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 159.
2
Pengertian anjak piutang (factoring) yang didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.021/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan dan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan juga terdapat di dalam Rinus Pantouw, Hak Tagih
Faktor Atas Piutang Dagang (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006), hlm. 5 5.
3
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Solo: Intermedia, 1995), hlm. 209.
4
Definisi anjak piutang secara syariah lebih lanjut dapat dilihat pada Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
67/DSN-MUI/III/2008 tentang Anjak Piutang Syariah
5
Ketut Rindjin, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000), hlm. 152.
Berdasarkan hal tersebut, sangatlah jelas bahwa perusahaan anjak piutang merupakan
perusahaan yang membantu dalam mengelola masalah hutang piutang, baik pengambil alihan
atau pembelian piutang yang bertujuan memperlancar kegiatan perusahaan dan menghindari
kredit (pembiayaan) macet agar perusahaan yang mempunyai masalah hutang piutang dapat
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan baik dan lancar. Perusahaan anjak piutang
tersebut juga akan mendapatkan insentif/bonus (fee) tertentu dari perusahaan yang mempunyai
masalah utang piutang.
Pada dasarnya, para pihak yang terlibat dalam kegiatan factoring adalah :
a. Pihak perusahaan faktor. Yakni yang merupakan pihak pemberi jasa factoring. Dalam hal
ini dia bertindak sebagai pihak pembeli piutang. Jika terhadap kegiatan factoring
internasional, maka terdapat dua perusahaan faktor, yaitu pihak perusahaan faktor
domestik (export factor) dan pihak perusahaan faktor luar negeri (import factor).
b. Pihak klien. Merupakan pihak yang mempunyai piutang/tagihan, yang akan dijual kepada
pihak perusahaan faktor.
c. Pihak costumer. Yakni pihak debitur yang berhutang kepada pihak klien, untuk
selanjutnya dia akan membayar hutangnya kepada pihak perusahaan faktor atau pihak
yang membeli suatu barang dari pihak klien.

C. LANDASAN YURIDIS ANJAK PIUTANG (FACTORING)


a. Surat keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 tentang perusahaan
pembiayaan.
b. Surat keputusan Menteri Keuangan RI No. 172/KMK.06/2000 tanggal 23 April 2002
tentang perubahan atas Keputusan menteri No. 448/KMK.017/2000 tentang perubahan
pembiayaan.
c. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 185/KMK.06/2000 tanggal 24 April 2002
tentang Penghentian Pemberian Izin Usaha perusahaan pembiayaan.6
d. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 desember
1988, perusahaan anjak piutang adalah: “Badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri. Jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan anjak piutang meliputi jasa
pembiayaan atas piutang dan jasa non pembiayaan atas piutang.7
e. Dasar Hukum Administratif
Dasar hukum yang bersifatt administratif dalam tingkatan undang-undang kita temukan
dalam Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, seperti
yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Pasal 6 huruf I
memberi alas hukum kepada bank untuk melakukan6 kegiatan factoring,
6
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga pembiayaan dan
Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.165
7
www.depkeu.go.id, www.google.com cara tentang Leasing, Lembaga Pembiayaan Konsumen, Anjak
Piutang.diakses 1/03/15, 11.23.
sekaligus memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan istilah factoring, In Casu
dipakai istilah “Anjak Piutang.”
Peraturan-peraturan factoring adalah :
1. Keppres RI No.61 Tahun 1998, tentang Lembaga Pembiayaan.
2. Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK0.17/2000 tentang Perusahaan
Pembiayaan
Selain dasar hukum yang telah disebutkan, masih ada lagi ketentuan-ketentuan
administratif yang mengatur masalah factoring untuk sektor – sektor tertentu. Misalnya terhadap
factoring yang dipraktekkan oleh perbankan yang diatur oleh Bank Indonesia.8

D. JENIS - JENIS ANJAK PIUTANG

Pada pelaksanaannya, jenis dari anjak piutang yang diberikan oleh faktor dan yang akan
diterima oleh klien sangat bergantung pada formulasi dari perjanjian yang dibuat oleh kedua
pihak. Atas dasar hal tersebut jasa anjak piutang dapat dibedakan atas dasar hal- hal berikut.
1. Berdasarkan Jasa yang Ditawarkan atau pelayanan
Atas dasar jasa yang diberikan oleh faktor, anjak piutang dapat dibedakan menjadi:9
a) Full Service Factoring
Yaitu perjanjian anjak piutang yang meliputi semua jenis jasa anjak piutang baik
dalam bentuk jasa pembiayaan maupun jasa non-pembiayaan misalnya urusan adm inistrasi
penjualan (sale ledger adm inistration), tagihan dan penagihan piutang termasuk
menanggung resiko terhadap piutang yang macet.
b) Bulk Factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa pembayaran dan pemberitahuan saat jatuh
tempo pada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti proteksi resiko piutang,
asdministrai penjualan, dan penagihan.

c) Maturity Factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa proteksi resiko piutang, administrasi
penjualan secara menyeluruh, dan penagihan. Proteksi risiko atas piutang diberikan oleh
faktor tanpa melakukan pembiayaan atas pemberian uang maku atas pelunasan piutang.
Pembelian piutang oleh factor dilakukan pada tanggal tertentu yang biasanya ditentukan
atas dasar rata- rata jangka waktu tempo dari piutang yang diberikan kepada klien.
d) Invoice Discounting
Anjak piutang jenis ini hanya memberikan jasa pembiayaan saja, sedangkan jasa
nonpembiayaan sama sekali tidak diberikan. 7

8
Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 64.
9
Sigit Triandaru dan Tokoh Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Yogyakarta: Salemba Empat).
2. Berdasarkan Distribusi Resiko
Pada mekanisme penjualan tanpa adanya perusahaan anjak piutang, resiko tidak
terbayarnya piutang milik klien sepenuhnya ditanggung oleh klien sendiri. Dengan adanya
perusahaan anjak piutang, risiko tersebut tidak harus selalu secara penuh ditanggung klien. Atas
dasar distribusi resiko tidak terbayarnya piutang oleh nasabah, anjak piutang dapat dibedakan
menjadi:

a) With Resource factoring

Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring
berkaitan dengan resiko debitor yang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Keadaan ini
bagi perusahaan anjak piutang merupakan ancaman resiko. Dalam perjanjian with recourse,
klien akan menanggung resiko kredit terhadap piutang yang dialihkan kepada perusahaan
anjak piutang. Oleh karena itu, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung
jawab (recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tidak tertagih dari
customer.10

b) Without Resource Factoring

Pada tahap awal factor memberikan uang muka sejumlah proporsi tertentu kepada
klien atas piutang atau faktur yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh tempo, apabila
nasabah sama sekali tidak melunasi utangnya, maka klien tidak berkrwajiban untuk
mengembalikan sejumlah uang muka yang telah diterimanya dari factor. Dengan demikian,
risiko tidak terbayarnya piutang tidak seluruhnya ditanggung oleh klien. Klien hanya
menanggung risiko sebesar piutang yang tidak dibiayai atau tida diberi uang muka oleh
factor, sedangkan factor sendiri menanggung rsiko sebesar uang muka atau pembiyaan yag
telah diberikan kepada kliennya.11

3. Berdasarkan Keterlibatan Nasabah dalam Perjanjian


a) Disclosed Factoring
Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam disclosed
factoring adalah dengan sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) piha nasabah.
Mengingat pihak nasabah telah mengetahui adanya pengalihan piutang kepada factor,
maka hak penagihan piutang dapat dialihkan kepada factor , sehingga pada saat jatuh
tempo nasabah dapat melunasi utangnya melalui factor. Secara praktis, tipe Disclosed
Factoring memungkinkan pemberian jassa penagihan piutang kepada klien oleh faktor.
8

10
Munir Fuadi, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktik (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 110.
11
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 274
b) Undisclosed factoring
Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam undisclosed
factoring adalah tanpa sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) pihak nasabah.
Mengingat pihak nasabah tidak mengetahui adanya pengalihan piutang kepada factor, hak
penagihan piutang tidak dapat dialihkan kepada factor, sehingga pada saat jatuh tempo
nasabah tetap harus melunasi utangnya langsung kepada klien. Secara praktis, tipe
undisclosed factoring ini tidak memungkinkan pemberian jasa penagihan piutang kepada
klien oleh factor, kecuali terjadi pelanggaran atau cidera janji yang dilakukan oleh
nasabah.12

4. Segijumlah hutang yang dialihkan, anjak piutang (factoring) dapat dibedakan


menjadi:13
a) Facultative factoring, yaitu pihak factoring diberikan hak opsi untuk menentukan
apakah piutang diterima dengan kontrak factoring atau tidak. Sebelum piutang itu
dinyatakan diterima, klien bebas menjual piutangnya kepada pihak lain.
b) Whole turn over factoring, yaitu perjanjian factoring dilakukan atas seluruh turn over
(total keseluruhan dana yang ditransaksikan) dari perusahaan klien atas piutang yang
ada atau yang akan datang. Hal ini untuk menghindari klien menjual piutangnya kepada
pihak lain.

5. Berdasarkan Lingkup Pelayanan


Pihak- pihak yang terlibat dalam suatu proses anjak piutang dapat berlokasi dalam suatu
wilayah negara yang sama dan dapat juga berlokasi dalam wilayah yang berbeda. Apabila
ditinjau atas dasar kedudukan geografis dari pihak- pihak yang terlibat dalam proses anajk
piutang tersebut, maka anjak piutang dapat dibedakan menjadi:14

a) Domestic Factoring
Pihak- pihak yang terlibat dalam domestic factring berkedudukan dalam satu
wilayah negara. Apabila dilakukan dalam lingkup domestik, prosesnya adalah sebagai
berikut :

12
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, hlm. 114
13
Ibid., hlm. 115.
14
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, hlm. 276
Supplier/klien/penjual barang
atau jasa

Factor/perusahaan anjak Customer/debitur/pembeli


piutang

Keterangan skema:

1. Perjanjian
2. Jual beli barang secara kredit
3. Pengalihan/penjualan piutang (dengan penyerahan dokumen penjualan)
Supplier/Klien/Penjual barang dan Jasa Factor/Perusahaan Anjak Piutang
Customer/Debitur/ Pembeli
4. Pembayaran (uang muka sejumlah x% dari nilai piutang)
5. Penagihan
6. Pelunasan (100%)
7. Pelunasan piutang (100% - uang muka x%)

Klien melakukan transaksi jual beli dengan pihak konsumen. Penyerahan barang jasa
diikuti dengan penagihan yang diwujudkan dalam dokumen berupa faktur. Dokumen tersebut
selanjutnya akan diserahkan kepada perusahaan anjak piutang dan klien akan mendapatkan
pembayaran setelah dikurangi dengan diskonto. Bila telah jatuh tempo, konsumen akan langsung
melakukan pembayaran kepada pihak perusahaan anjak piutang secara penuh. Kemudian
perusahaan anjak piutang akan menyerahkan kembali dokumen yang telah dilunasi tersebut
beserta dengan tagihan yang tidak ikut dibiayai.

b) International factoring
Pihak-pihak yang terlibat dalam international factoring berkedudukan dalam
wilayah negara yang berbeda, terutama perbedaan kedudukan antara klien atau supplier
dengan kedudukan customer.

a. Factor atau cabang dari factor yang berkedudukan10 sama dengan penjual dan
memberikan pelayanan anjak piutang kepada penjual disebut dengan export factor.
b. Factor atau cabang dari factor yang berkedudukan sama dengan pembeli dan
memberikan pelayanan anjak piutang kepada pembeli disebut import factor.
Wilayah Negara A Wilayah Negara B

Penjual/klien/supplier/ek Pembeli/Customer/
sportir Debitur/Importir

Ekspor factor Impor factor

Keterangan skema:

1. Perjanjian factoring yang melibatkan klien, export factor, import factor


dan pembeli.
2. Jual beli secara kredit
3. Pengalihan piutang (dengan penyerahan dokumen penjualan dan
pengiriman barang)
4. Pembayaran (uang muka sejumlah x%)
5. Pelimpahan Penagihan (dengan penyerahan dokumen penjualan dan
pengiriman)
6. Penagihan saat jatuh tempo (menggunakan dokumen penjualan dan
pengiriman)
7. Pelunasan (100%)
8. Pelunasan (100%)
9. Pelunasan (100%-uang muka x%)

E. JASA YANG DITAWARKAN OLEH ANJAK PIUTANG

a. Jasa Pembiayaan

Perusahaan anjak piutang memberikan pembiayaan yang 11besarnya berkisar antara 60%-
80% dari total piutang setelah dilakukan kontrak anjak piutang dan penyerahan bukti-bukti
penjualan barang. Kontrak atau transaksi ini dapat dilakukan atas dasar with recourse atau
without recourse. Dalam pengambilan keputusan mengenai dasar transaksi anjak piutang
yangmana yang akan dilakukan, perusahaan anjak piutang akan memperhatikan dan
mempertimbangkan besarnya risiko terjadinya kemacetan yang mungkin dihadapi oleh pihak
nasabah (customer).

b. Jasa Non-pembiayaan

Penyediaan jasa nonpembiayaan oleh perusahaan anjak piutang pada dasarnyamerupakan


jasa untuk melayani kepentingan pengelolaan kredit klien (supplier).Produk jasa jasa
nonpembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang antara lain sebagai berikut:

a. Investigasi kredit (credit investigation) atau analisis kredit.


b. Sales ledger administration atatt sales accounting.
c. Pengawasan kredit dan penagihannya. Perusahaan anjak piutang dapat memberikan jasa
pengawasan atau monitoring terhadap penjualan yang dilakukan klien termasuk pula
menetapkan prosedur penagihannya.
d. Perlindungan terhadap risiko kredit. Perusahaan anjak piutang dapat mengusahakan
cara-cara pengamanan terhadap risiko piutang khususnya dalam hal export financing.
Untuk tujuan ini perusahaan dapat pulamemberikan jasa perlindungan terhadap risiko
terjadinya fluktuasi kurs valuta asing.Jasa jasa non pembiayaan yang diberikan oleh
perusahaan anjak piutang sebagaimana dijelaskan di atas pada prinsipnya merupakan
fungsi credit department bagi perusahaan klien. Perusahaan anjak piutang
menyampaikan laporan kepada kliennya yang menyangkut antara lain hal-hal sebagai
berikut:
 Credit standing para nasabah (customer).
 Posisi piutang klien termasuk tanggal jatuh temponya yang bagi klienberguna
untuk perencanaan penjualan kredit pada periode berikutnya.
 Statement of account kepada nasabah. Dokumen ini sangat perlu bagi pihak
nasabah yang bersangkutan dalam melakukan rekonsiliasi atas
pembayaranpembayaran yang telah dilakukannya, di samping sebagai
informasimengenai posisi utang dan tanggal jatuh temponya.
 Kegiatan penagihan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. Dalam proses penagihan ini, perusahaan factoring berusaha
sebaikbaiknya untuk tidak merusak hubungan klien dengan nasabah.

12
F. BIAYA ANJAK PIUTANG

Biaya biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang antara lain terdiri atas service
charge dan initial payment charge atau juga disebut discount charge(biaya bunga). Besamya
service charge anjak piutang untuk jasa nonpembiayaa nuntuk anjak piutang domestik berkisar
antara 0,5%-1.5% dari jumlah tagihan. Sedangkan untuk anjak piutang internasional antara
1,0%-2,5%. Pembayaran service charge tersebut biasanya dipotong dari pembayaran pre
financing yang diberikan oleh perusahaan anjak piutang. Sedangkan biaya bunga atau
discountcharge sehubungan dengan pembayaran di muka (initial payment), perusahaan anjak
piutang mengenakan biaya antara 2%-3% p.a. di atas prime rate. Biaya yang terdiri atas 2 (dua)
macam biaya:15

1. Service charge.

Service charge atau fee yaitu fee yang dibayarkan oleh klien kepada factor karena
factor memberikan jasa non pembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu
dari piutang atas dasar beban kerja yang akan dilakukan oleh factor. Semakin besar volume
penjualan, maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan piutang, maka fee ini
juga semakin besar.

2. Discount Charge.

Biaya ini secara langsung berhubungan dengan pembayaran di muka yang diberikan
oleh perusahaan anjak piutang kepada klien setelah penyerahan faktur dilakukan. Besarnya
biaya tersebut juga dinyatakan dalam suatu persentase secara tahunan (annual basis). Seperti
halnya dengan service charge, biaya ini juga ditetapkan berdasarkan negosiasi antara pihak
perusahaan anjak piutang dengan klien sebelum kontrak anjak piutang dilakukan.

G. MANFAAT ANJAK PIUTANG

Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan anjak piutang akan memberikan atau
memperoleh keuntungan bagi masing-masing pihak yang terlibat, baik perusahaan anjak piutang,
klien, maupun customer.16Secara umum anjak piutang memberikan manfaat, sebagai berikut:

1. Manfaat bagi klien, di mana manfaat yang dapat diterima klien terdiri dari:
a. Manfaat karena menerima jasa pembiayaan, antara lain:17
1) Peningkatan penjualan, yakni dengan adanya jasa pembiayaan memungkinkan klien
melakukan penjualan dengan cara kredit (pembiayaan). Penjualan dengan kredit ini
sebenarnya sulit untuk dilakukan apabila klien mengalami kesulitan modal. Namun
dengan adanya jasa anjak piutang, klien mampu menjual dengan cara kredit.
Penjualan dengan cara kredit meningkatkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli
13
dengan dana terbatas.
15
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan, hlm. 141.
16
Frianto Pandi, dkk., Lembaga Keuangan, hlm. 102.
17
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: Ekonisia, 2010), hlm. 139.
2) Kelancaran modal kerja, yakni jasa anjak piutang memungkinkan klien untuk
mengkonversikan piutangnya yang belum jatuh tempo menjadi dana tunai dengan
prosedur yang relatif mudah dan cepat. Tersedianya dana tunai yang lebih besar ini
dapat dimanfaatkan oleh klien untuk mendanai kegiatan operasional klien seperti
pembelian bahan baku, pembayaran gaji pegawai, dan lain-lain.
3) Pengurangan risiko tidak tertagihnya piutang, yakni pembayaran dengan cara without
recourse memungkinkan adanya pengalihan sebagian risiko tidak tertagihnya piutang
kepada lembaga factoring. Pengalihan risiko ini sangat menguntungkan bagi
kelancaran dan kepastian usaha bagi pihak klien
b. Manfaat yang diterima karena jasa non pembiayaan, antara lain:18
1) Memudahkan penagihan piutang, yaitu jasa penagihan piutang yang diberikan oleh
lembaga factoring yang dalam ini klien tidak perlu secara langsung melakukan
penagihan piutang pada customer sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat
dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan lain yang lebih produktif.
2) Efisiensi usaha, yakni jasa administrasi penjualan memungkinkan klien untuk
mengelola kegiatan penjualan secara lebih rapi dan efisien karena administrasinya
dilakukan oleh pihak factoring yang sudah lebih berpengalaman.
3) Peningkatan kualitas piutang, yaitu jasa administrasi penjualan memungkinkan
pemberian fasilitas kredit kepada pembeli secara lebih efektif, sehingga kemungkinan
tertagihnya piutang menjadi lebih tinggi.

2. Manfaat bagi factor (lembaga factoring), di mana manfaat utama yang diterima lembaga
factoring adalah penerimaan dalam bentuk fee dari pihak klien. Dalam hal ini, fee tersebut
terdiri dari:19
a. Discount fee, yaitu fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor
memberikan jasa pembiayaan (uang muka) atas piutang yang diberikan oleh factor.
Discount fee diperhitungkan sebesar persentase tertentu terhadap besarnya pembiayaan
yang diberikan atas dasar risiko tertagihnya piutang, jangka waktu, dan rata-rata
tingkat bunga perbankan.
b. Service fee, yaitu fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor
memberikan jasa non pembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu
dari piutang atas dasar beban kerja yang akan dilakukan oleh factor. Semakin besar
volume penjualan, maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan piutang,
maka fee ini juga semakin besar.
14
3. Manfaat bagi customer, antara lain:20
18
Ibid., hlm. 140
19
Ibid., hlm. 141
20
Ibid., hlm. 142
a. Kesempatan untuk melakukan pembelian dengan kredit, di mana dengan kehadiran
jasa pembiayaan anjak piutang memungkinkan klien untuk melakukan penjualan
secara kredit.
b. Pelayanan penjualan yang lebih baik, di mana jasa administrasi penjualan
memungkinkan klien melakukan penjualan dengan lebih cepat dan tepat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anjak piutang adalah kegiatan perusahaan pembiayaan untuk membeli atau mengambil
alih dan menata usahakan piutang dagang jangka pendek yang dimiliki oleh klien, yaitu pihak
yang menjual barang kepada konsumen secara kredit. Tiga pihak yang terlibat dalam anjak
piutang adalah penjual, debitur, dan pihak yang membiayai (factor).
Secara umum dengan adanya jasa dari perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat
dari transaksi yang diberikan. Klien mendapat kas langsung dari penjualannya dalam bulan
berjalan dan tidak perlu menunggu waktu sampai pembayaran dari customer. Dengan demikian,
likuiditas perusahaan akan lebih terjamin dan modal kerja akan terus bergulir. Kas yang
diperoleh dari perusahaan anjak piutang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan biaya produksi.
Biaya produksi dapat dipangkas dengan memanfatkan diskonto dari para pemasok karena
melakukan pemberian tunai. Pemberian tunai pastinya mendapatkan diskon. Besarnya diskon
dapat digunakan untuk mengkompensasi biaya bunga yang dibayarkan kepada pihak perusahaan
anjak piutang. Klien juga dibantu dari sisi administrasi piutang. Klien tidak perlu lagi melakukan
penagihan kepada customer, karena perusahaan anjak piutang yang akan melakukannya
sekaligus memberikan posisi piutang kepada klien. Laporan ini juga akan berguna ketika
customer mengajukan kembali permohanan pembelian secara angsuran.

B. SARAN

Dari penjelasan yang telah kami paparkan sebelumnya terdapat kelebihan dan kekurangannya
masing – masing, namun untuk meningkatkan pemaparan di atas adapun saran – saran untuk
menunjang sebuah peningkatan dari materi maupun penerapannya.15

1) Alangkah baiknya jika materi makalah yang tersebut di atas tidak hanya dijadikan
sebagai materi yang membantu mahasiswa saja namun dapat digunakan langsung atau
dipratekkan secara langsung dalam kehidupan sehari – hari, dalam dunia kerja nantinya
atau dalam proses pembelajaran
2) Alangkah baiknya jika setiap individu dapat menerapkan dan mengerti mengenai materi
yang sudah kami paparkan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2005. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Dahlan, Siamat. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Solo: Intermedia.

Fuadi, Munir. 1995. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktik. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ghofur Anshori, Abdul. Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga
pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Rajawali Press.

Martono. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia.

Pandi, Frianto dkk. 2009. Lembaga Keuangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pantouw, Rinus.2006. Hak Tagih Faktor Atas Piutang Dagang. Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group.

Rindjin, Ketut. 2000. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Sigit Triandaru dan Tokoh Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Yogyakarta: Salemba Empat.
www.depkeu.go.id, www.google.com cara tentang Leasing, Lembaga Pembiayaan Konsumen,
Anjak Piutang.diakses 1/03/15, 11.23. 16
file:///C:/Users/SOY/Downloads/BAB%20II%20PEMBAHASAN%20II.1%20PENGERTIAN%20ANJAK
%20PIUTANG.pdf

Anda mungkin juga menyukai