Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGANTAR HUKUM BISNIS

TENTANG

URUSAN PERUSAHAAN DAN JUAL BELI PERUSAHAAN

Oleh Kelompok 5

Muhammad Dzaki (1910522002)

Firdaus (1910521043)

Alif Priya Sulthon (1910521046)

Yodi Al Hamdi (1910521039)s

Dosen Pembimbing

Misnar Syam, S.H., M.H

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa limpahan nikmat dan pertolongan-Nya, kami
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa
ditujukan untuk panutan umat Islam yaitu, Nabi Muhammad SAW.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Urusan perusahaan dan Jual Beli
Perusahaan”. Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pengantar
Hukum Bisnis.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dan kurangnya
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami meminta saran, kritik dan petunjuk dari
berbagai pihak untuk menjadikan makalah ini lebih baik dan berguna untuk masa yang akan
datang.

Padang, 2 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH..........................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Urusan Perusahaan................................................................................................................6
a. Urusan Perusahaan............................................................................................................6
b. Goodwill............................................................................................................................7
c. Penjualan Urusan Perusahaan...........................................................................................8
B. Jual beli Perusahaan..............................................................................................................9
A. Perjanjian..........................................................................................................................9
B. Perjanjian Jual Beli.........................................................................................................13
C. Jual Beli Perusahaan.......................................................................................................15
BAB III..........................................................................................................................................18
KESIMPULAN..............................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan
non fisik. Kebutuhan itu tidak pernah dapat dihentikan selama hidup manusia. Untuk
mencapai kebutuhan itu, satu sama lain saling bergantung. Dalam rangka mencukupi
kebutuhan hidup, manusia melakukan hubungan dagang. Hal itu juga terus berkembang
seiring zaman dan dibentuk aturan yang jelas untuk mengatur kegiatan tersebut. Di
Indonesia terdapat hukum dagang yang mengatur urusan tersebut.

Dalam Dunia Usaha, terdapat dua hal yang harus diketahui oleh pengusaha
yaitu urusan perusahaan dan jual beli perusahaan. Urusan perusahaan memiliki cakupan
yang luas, melingkupi segala objek yang ada dalam lingkungan perusahaan, baik berupa
harta kekayaan perusahaan maupun usaha perusahaan. Jual beli adalah suatu perjajian
timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu (sipenjual) berjanji untuk menyerahkan
hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk
membayar harga yang terdiri atas jumlah uangsebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang Dimaksud Urusan Perusahaan?
2. Apapakah Pengertian dari Goodwill?
3. Bagaimana penjualan urusan perusahaan?
4. Apa yang Dimaksud dengan Perjanjian?
5. Apa yang Dimaksud dengan Perjanjian Jual Beli?
6. Apa itu Jual Beli Perusahaan?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Tentang Urusan Perusahaan
2. Mengetahui Tentang Goodwill
3. Mengetahui Tentang Penjualan Urusan Perusahaan
4. Mengetahui Tentang Perjanjian
5. Mengetahui Tentang Perjanjian Jual Beli
6. Mengetahui Tentang Jual Beli Perusahaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urusan Perusahaan

a. Urusan Perusahaan
Urusan Perusahaan adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa
Belanda Handelszaak, ada juga pakar hukum lain yang menerjemahkannya dengan
“usaha perniagaan”. Dari dua terjemahan tersebut, yang lebih tepat adalah urusan
perusahaan karena cakupan pengertiannya lebih luas, melingkupi segala objek yang ada
dalam lingkungan perusahaan, baik berupa harta kekayaan perusahaan maupun usaha
perusahaan.

Menurut H.M.N.Purwosutjipto, Urusan Perusahaan adalah segala macam


urusan, baik yang bersifat materil atau immateril yang termasuk dalam lingkungan
perusahaan.1

Menurut Abdulkadir Muhammad, Urusan perusahaan adalah segala objek yang


ada dalam lingkungan perusahaan, baik berupa harta kekayaan perusahaan maupun usaha
perusahaan.2

Urusan Perusahaan dapat ditinjau dari dua segi yaitu :

1. Segi Ekonomi
Urusan perusahaan adalah segala kekayaan dan usaha yang terdapat
dalam lingkungan perusahaan sebagai satu kesatuan dengan perusahaan, yang
digunakan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Tanpa kekayaan dan usaha, perusahaan tidak
mungkin memperoleh keuntungan, dalam arti ekonomi sebagai tujuan utama.
2. Segi Hukum

1
Misnar Syam. PPT URUSAN PERUSAHAAN
2
Suwardi,2015,Hukum Dagang Suatu Pengantar,Yogyakarta : Penerbit Deepublish, hlm.23.
Urusan perusahaan yang berupa kekayaan dan usaha perusahaan itu dapat
dialihkan pada pihak lain atau dapat dilakukan tanpa merugikan orang lain atau
tidak. Urusan Perusahaan yang berupa kekayaan adalah segala benda yang dapat
diperalihkan kepada pihak lain, baik tersendiri terpisah dari perusahaan maupun
secara bersama dengan perusahaan sebagai satu kesatuan.

Menurut H.M.N Purwosutjipto urusan perusahaan terdiri dari :

a) Benda tetap (benda tidak bergerak)


a. Benda tetap yang berwujud, misalnya tanah, kapal, dan pesawat.
b. Benda tetap yang tidak berwujud, misalnya hipotik, dan hal
tanggungan.
b) Benda bergerak
a. Benda bergerak yang berwujud, misalnya peralatan kantor, mobil,
dan barang dagangan.
b. Benda bergerak yang tidak berwujud, misalnya merek, hak paten,
piutang, goodwill, gadai, nama perusahaan.
c) Bukan benda, misalnya utang, langganan, rahasia perusahaan dan relasi.

b. Goodwill
a. Dari Segi ekonomi
Menurut S.J. Fockema Andrea, Goodwill adalah benda ekonomi tidak
berwujud yang timbul dalam hubungan antara perusahaan dan pelanggan serta
kemungkinan perkembangan yang akan dating. Goodwill dapat diperhitungkan
sebagai keuntungan atau laba.3
Berdasarkan pernyataan tersebut, goodwill dalam segi ekonomi adalah
benda tidak berwujud hasil kemajuan perusahaan yang digambarkan sebagai nilai
lebih. Oleh karena itu, goodwill dicatat dalam pembukuan sebagai keuntungan
atau laba. Keuntungan atau laba adalah hasil kegiatan ekonomi suatu perusahaan.

b. Dari Segi Hukum


Dari segi hukum goodwill adalah usaha perusahaan bukan benda dalam
arti hukum Karen tidak dapat dialihkan (dijual) kepada pihak lain. Goodwill
3
Ibid, hlm.28
bukan kekayaan yang dapat dijadikan objek hak, sehingga dalam segi hukum
menjadi tidak relevan. Akan tetapi menurut purwosutjipto, Goodwill adalah salah
satu unsur perusahaan yang termasuk kedalam kelompok benda bergerak tidak
berwujud yang bersifat imateriil.4 Dengan demikian beliau menganggap goodwill
itu benda bergerak tidak berwujud sama dengan hak kekayaan intelektual, seperti
hak cipta, hak paten, dan hak merek yang dapat dialihkan ke pihak lain.
Goodwill dalam hukum tidak mungkin diperjualbelikan, goodwiil bukan
hak, melainkan kegiatan dan pelayanan. Goodwill dapat dipindah tangankan
bersama dengan urusan perusahaan dan menjelma dalam neraca sebagai laba.

Goodwill dapat terjadi karena hal-hal berikut :


a. Hubungan baik antara perusahaan dan konsumen;
b. Manajemen perusahaan yang baik dan teratur;
c. Pemilihan tempat penjualan yang strategis;
d. Pemasangan iklan yang tepat dan menarik pelanggan;
e. Produksi yang bermutu tinggi, memenuhi selera konsumen dengan harga
layak;
f. Pelayanan perusahaan yang ramah dan menarik pembeli; dan
g. Barang produksi perusahaan dibutuhkan terus menerus karena vital,
jumlah penduduk bertambah, dan daya beli masyarakat meningkat.

c. Penjualan Urusan Perusahaan


Urusan perusahaan dapat dijual secara en bloc (bersama-sama, sehingga
merupakan satu kesatuan). Hal ini dapat dirujuk dalam pasal 1573 dan 1533
KUHPER. Pasal 1573 KUHPER memperbolehkan penjualan harta warisan tanpa
perincian. Pasal 1533 KUHPER memperbolehkan Penjualan suatu piutang
meliputi segala sesuatu yang melekat padanya seperti penanggungan, hak
istimewa dan hak hipotek.

Meskipun dapat dijual secara enbloc, penyerahannya memiliki aturan tersendiri,


yaitu :
4
Ibid,hlm.29
1) Penyerahan Benda Tidak Bergerak
Peralihan benda tidak bergerak yang berwujud/semua yang melekat
diatas tanah dilakukan dengan balik nama dibuat dihadapan PPAT. Peralihan
hak atas kapal laut atau pesawat udara dengan akta otentik dihadapan pejabat
terkait.
2) Penyerahan Benda Bergerak
a) Benda bergerak yang berwujud :Menurut pasal 612 KUHPER, penyerahan
benda-benda bergerak yang berwujud cukup melalui tangan ke tangan atau
dengan penyerahan kunci.
b) Penyerahan Piutang Atas Nama :Penyerahan dilakukan dengan cessie,
yakni akta otentik atau akta dibawah tangan yang khusus dibuat untuk
memindahkan piutang tersebut dan harus diberitahukan kepada debitur.
c) Penyerahan Piutang Atas Pembawa : Penyerahan ini dilakukan dari tangan
ke tangan.
d)       Penyerahan Piutang Atas Pengganti : Dilakukan dengan penyerahan
surat piutang yang bersangkutan.
e)        Penyerahan Kendaraan Bermotor : Dilakukan dengan balik nama dan
penyerahan kendaraan bermotor yang bersangkutan berdasarkan peraturan
khusus dari SAMSAT.

B. Jual beli Perusahaan

a. Perjanjian
Menurut pasal 1313 KUHPerdata, Perjanjian adalah perbuatan hukum antara
dua orang atau lebih dimana mereka saling mengikatkan dirinya. Asas-asas yang terdapat
dalam suatu perjanjian umumnya terdapat dalam perjanjian jual beli. Dalam hukum
perjanjian ada beberapa asas, namun secara umum asas perjanjian ada lima yaitu :

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Asas Kebebasan Berkontrak dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “ Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Asas Kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan


kebebasan kepada para pihak untuk:

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian;


b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang paling penting di dalam


perjanjian karena di dalam asas ini tampak adanya ungkapan hak asasi manusia
dalam membuat suatu perjanjian serta memberi peluang bagi perkembangan
hukum perjanjian.

2. Asas Konsensualitas

Asas Konsensualisme Asas konsensualisme dapat dilihat dalampasal


1320 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam pasal tersebut
dinyatakan bahwa salah satu syarat adanya suatu perjanjianadalah adanya
kesepakatan dari kedua belah pihak. Asaskonsensualisme mengandung pengertian
bahwa suatu perjanjian padaumumnya tidak diadakan secara formal melainkan
cukup dengankesepakatan antara kedua belah pihak saja. Kesepakatan
merupakanpersesuaian antara kehendak dan pernyataan dari kedua belah pihak.

3. Asas mengikatnya suatu perjanjian

Asas ini terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dimana suatu
perjanjian dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pembuatnya.
Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut
karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji
tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.

4. Asas iktikad baik (Goede Trouw)


Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata). Iktikad baik ada dua yaitu :

a. Bersifat objektif, artinya mengindahkan kepatutan dan kesusilaan.


Contoh, Si A melakukan perjanjian dengan si B membangun rumah.
Si A ingin memakai keramik cap gajah namun di pasaran habis maka
diganti cap semut oleh si B.

b. Bersifat subjektif, artinya ditentukan sikap batin seseorang. Contoh, si


A ingin membeli motor, kemudian datanglah si B (penampilan
preman) yang mau menjual motor tanpa surat-surat dengan harga
sangat murah. Si A tidak mau membeli karena takut bukan barang
halal atau barang tidak legal.

5. Asas Kepribadian

Asas Kepribadian Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan


perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat dalam pasal
1317 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang janji untuk pihak ketiga.
Syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata merupakan syarat sahnya perjanjian adalah :

a. Kesepakatan para pihak

Syarat pertama untuk sahnya suatu perjanjian adalah adanya suatu


kesepakatan atau konsensus pada para pihak. Yang dimaksud dengan
kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara para pihak dalam
perjanjian. Jadi dalam hal ini tidak boleh adanya unsur pemaksaan kehendak
dari salah satu pihak pada pihak lainnya. Sepakat juga dinamakan suatu
perizinan, terjadi oleh karena kedua belah pihak sama sama setuju mengenai
hal-hal yang pokok dari suatu perjanjian yang diadakan.

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian


Cakap artinya adalah kemampuan untuk melakukan suatu
perbuatan hukum yang dalam hal ini adalah membuat suatu perjanjian.
Perbuatan hukum adalah segala perbuatan yang dapat menimbulkan akibat
hukum. Orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang
yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah berumur 21 tahun sesuai
dengan pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam pasal 1330
disebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan
hukum adalah :

1) Orang yang belum dewasa

2) Orang yang dibawah pengampuan

3) Seorang istri.

Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran


Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, orang-orang
perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap. Mereka
berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin suaminya.

c. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu disebut juga dengan objek perjanjian. Objek


perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para pihak yang dapat berupa
barang maupun jasa namun juga dapat berupa tidak berbuat sesuatu. Objek
Perjanjian juga biasa disebut dengan Prestasi. Prestasi terdiri atas :

a) memberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan


barang.
b) berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak,
membangun rumah, melukis suatu lukisan yang dipesan.
c) tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan
suatu bangunan, perjanjian untuk tidak menggunakan merek
dagang tertentu.
d. Suatu sebab yang halal

Di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum perdata tidak


dijelaskan pengertian sebab yang halal. Yang dimaksud dengan sebab yang
halal adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum.

Syarat pertama dan kedua merupakan syarat subjektif karena


berkaitan dengan subjek perjanjian dan syarat ketiga dan keempat
merupakan syarat objektif karena berkaitan dengan objek perjanjian.
Apabila syarat pertama dan syarat kedua tidak terpenuhi, maka perjanjian
itu dapat diminta pembatalannya. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu
adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan ijinnya secara
tidak bebas. Sedangkan apabila syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi,
maka akibatnya adalah perjanjian tersebut batal demi hukum artinya
perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada sama sekali sehingga para
pihak tidak dapat menuntut apapun apabila terjadi masalah di kemudian
hari.

b. Perjanjian Jual Beli


Jual beli adalah suatu perjajian timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu
(sipenjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan
pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah
uangsebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.

Perjanjian Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan
pembeli, denganmana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda,
sedangkanpihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagaimana
yang telah diperjanjikan. (Psl 1457 KUH Pdt).
Menurut KUHPerdata perjanjian jual beli terdapat asas obligatoir dimana
dengan terjadinya perjanjian belum terjadi peralihan hak milik. Hak milik beralih jika
telah terjadi penyerahan. Menurut Pasal 612 s. d Pasal 620 KUHPerdata terdapat dua
penyerahan yaitu:
a) Feitelijke levering : penyerahan yang nyata dari suatu benda sehinga
benda tersebut dialihkan ke dalam kekuasaan yang nyata dari pihak
lawan.
b) Juridische levering : penyerahan milik beserta hak untuk memiliki suatu
benda kepada pihak lainnya.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal tiga jenis benda yaitu benda
bergerak, benda tidak bergerak dan benda tidak bertubuh maka penyerahan hak miliknya
juga ada tiga macam yang berlaku untuk masing-masing barang tersebut yaitu :

a. Penyerahan Benda Bergerak Mengenai Penyerahan benda bergerak


terdapat dalam pasal 612 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menyatakan Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak
bertubuh dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu
oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari
bangunan dalam mana kebendaan itu berada.
b. Penyerahan Benda Tidak Bergerak Mengenai Penyerahan benda tidak
bergerak diatur dalam Pasal 616-620 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang menyebutkan bahwa penyerahan barang tidak bergerak
dilakukan dengan balik nama. Untuk tanah dilakukan dengan Akta PPAT
sedangkan yang lain dilakukan dengan akta notaris.
c. Penyerahan Benda Tidak Bertubuh Diatur dalam pasal 613 KUH. Perdata
yang menyebutkan penyerahan akan piutang atas nama dilakukan dengan
akta notaris atau akta dibawah tangan yang harus diberitahukan kepada
dibitur secara tertulis, disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap
piutang karena surat bawa dilakukan dengan penyerahan surat itu,
penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk dilakukan dengan
penyerahan surat disertai dengan endorsemen.

Resiko dalam perjanjian jual beli


Di dalam hukum dikenal suatu ajaran yang dinamakan dengan Resicoleer.
Resicoleer adalah suatu ajaran , yaitu seseorang berkewajiban memikul kerugian, jika ada
sesuatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang menjadi
objek perjanjian. Sedengkan Risiko dalam Perjanjian jual beli tergantung pada jenis
barang yang diperjualbelikan, yaitu:

1. Barang telah ditentukan

Mengenai risiko dalam jual beli terhadap barang tertentu diatur


dalam pasal 1460 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hal pertama yang
harus dipahami adalah pengertian dari barang tertentu tersebut.Yang
dimaksudkan dengan barang tertentu adalah barang yang pada waktu
perjanjian dibuat sudah ada dan ditunjuk oleh pembeli. Mengenai barang
seperti itu pasal 1460 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menetapkan
bahwa risiko terhadap barang tersebut ditanggung oleh si pembeli meskipun
barangnya belum diserahkan.

2. Barang tumpukan

Barang yang dijual menurut tumpukan, dapat dikatakan sudah dari


semula dipisahkan dari barang-barang milik penjual lainnya, sehingga sudah
dari semula dalam keadaan siap untuk diserahkan kepada pembeli. Oleh
sebab itu dalam hal ini, risiko diletakkan kepada si pembeli karena barang-
barang tersebut telah terpisah.

3. Barang yang dijual berdasarkan timbangan, ukuran atau jumlah.

Barang yang masih harus ditimbang terlebih dahulu, dihitung atau


diukur sebelumnya dikirim (diserahkan) kepada si pembeli, boleh dikatakan
baru dipisahkan dari barang-barang milik si penjual lainnya setelah
dilakukan penimbangan, penghitungan atau pengukuran.Setelah
dilakukannya penimbangan, penghitungan atau pengukuran, maka segala
risiko yang terjadi pada barang tersebut adalah merupakan tanggung jawab
dari si pembeli.Sebaliknya apabila barang tersebut belum dilakukan
penimbangan, penghitungan atau pengukuran maka segala risiko yang ada
pada barang tersebut merupakan tanggungjawab dari pihak penjual.Hal ini
diatur dalam pasal 1461 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

c. Jual Beli Perusahaan


Menurut Zeylemeker jual beli perusahaan (handelskoop) adalah
perbuatan pedagang atau pengusaha lainnya yang berdasarkan  perusahaannya/
jabatannya melakukan perjanjian jual beli. Dengan demikian jual beli perusahaan tersebut
merupakan jual beli yang memiliki sifat-sifat khusus.
Tata caranya sama dengan Perjanjian Jual Beli pada umumnya,sebagaimana
diatur dalam Pasal 1458 BW, juga merupakan perjanjian konsesual, artinya jual heu dapat
dinyatakan sahapabila terdapat “kata sepakat” dan kedua belah pihak (penjual &
pembeli). Namun biasanya di dalam jual beli perusahaan ini selalu diikuti oleh
pembuatan “AKTE”, sejak saat penawaran dan calon penjual kepada calon pembeli,
sudah dilakukan dengan surat atau akte penawaran (offeste) dimana biasanya disertai
dengan keterangan tentang:

 Barangnya, yaitu yang berhubungan dengan jenis & macam barangnya,


kualitas barangnya, banyaknya barang dan harga barangnya;
 Syarat Penyerahan Barangnya, seperti Loco Gudang, Franco Gudang, f.ob.
dli;
 Syarat Pembayarannya, seperti Pembayaran di Muka, Cash on delivery,
Cash, atau dengan cara kredit.

Syarat-syarat penyerahan dalam perjanjian jual beli perusahaan :

 Syarat loco,artinya gudang penjual.Maksudnya adalah bahwa pembeli


menerima penyerahan barang di gudang penjual,sehingga resiko dan hak
milik atas barang beralih kepada pembeli mulai saat barang diangkut
keluar gudang penjual. semua biaya pengangkutan dan kerusakan barang
mulai dari gudang penjual sampai di gudang atau tempat pembeli menjadi
tanggung jawab pembeli.
 Syarat F.A.S (free alongside ship) artinya bebas samping kapal.
maksudnya adalah bahwa penyerahan barang dilakukan di dermaga di
samping kapal yang disediakan oleh pembeli di pelabuhan embarkasi. Hak
milik dan resiko atas barang beralih kepada pembeli sejak saat barang
ditempatkan di dermaga di samping kapal. Semua biaya muat,premi
asuransi,biaya pengangkutan,biaya pembongkaran,dan kerugian sampai di
gudang pembeli menjadi tanggung jawab pembeli.
 Syarat F.O.B (free on board),artinya bebas diatas kapal. maksudnya adalah
bahwa penyerahan barang dilakukan di atas kapal yang disediakan oleh
pembeli di pelabuhan embarkasi.Hak milik dan resiko atas barang beralih
kepada pembeli sejak saat barang ditempatkan di dermaga di samping
kapal. Semua biaya muat,premi asuransi,biaya angkutan,biaya
pembongkaran dan kerugian sampai di gudang pembeli menjadi tanggung
jawab pembeli.
 Syarat C.I.F (cost,insurance,and freight) artinya ongkos,premi asuransi dan
biaya angkutan. maksudnya adalah bahwa semua ongkos,premi
asuransi,biaya angkutan barang sampai di pelabuhan pembongkaran
menjadi tanggung jawab penjual. Penjual harus mengantarkan barang
sampai di pelabuhan pembeli. Resiko atas barang beralih kepada pembeli
sejak saat barang ditempatkan di atas kapal di pelabuhan embarkasi.
 Syarat C.F (cost and freight) artinya ongkos dan biaya angkutan,yaitu
premi asuransi yang menjadi tanggungjawab pembeli.
 Syarat Franco,yaitu bahwa penjual harus menyerahkan barang di gudang
pembeli. Hak milik dan resiko beralih kepada pembeli pada saat barang
berada di gudang pembeli.

Syarat-syarat pembayaran dalam jual beli perusahaan :

Pembayaran dalam jual beli perusahaan dilakukan melalui bank dengan menggunakan
surat-surat berharga, dengan cara khusus yang pada dunia perbankan dikenal dengan LC
(letter of credit). dalam hal penyerahan dan pembayaran,dokumen-dokumen pendukung
yang dikenal dalam jual beli perusahaan yaitu :
 Konosemen (bill of lading),yaitu pengangkutan barang yang berisi daftar
barang yang dikirimkan oleh penjual kepada pembeli. Konosemen
merupakan dokumen induk,yang dilampiri dokumen penunjang.
 Faktur (invoice), merupakan dokumen penunjang yaitu dokumen dari
penjual yang berisi catatan barang-barang yang dikirim dengan harganya
di tempat penjual.
 Polis asuransi (insurance policy) merupakan dokumen penunjang yaitu
bukti bahwa barang yang dikirimkan itu sudah di asuransikan. Jika jual
beli perusahaan bersyarat loco,FAS,FOB,CF polis diusahakan oleh
pembeli,sedangkan untuk yang bersyarat CIF atau franco , polis
diusahakan oleh penjual.
 Keterangan asli (certificate of origin) yaitu dokumen penunjang berupa
surat bukti keaslian barang yang dibuat oleh kamar dagang negara penjual.
 Daftar koli (packing list),yaitu dokumen penunjang yaitu surat bukti
pengepakan dan isinya yang dibuat oleh perusahaan yang mengepak
barang itu.
 Daftar timbangan (weigth list),yaitu dokumen penunjang yaitu surat bukti
daftar timbangan barang-barang di pelabuhan embarkasi (pemuatan).

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Urusan Perusahaan adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa
Belanda Handelszaak, ada juga pakar hukum lain yang menerjemahkannya dengan
“usaha perniagaan”. Dari dua terjemahan tersebut, yang lebih tepat adalah urusan
perusahaan karena cakupan pengertiannya lebih luas, melingkupi segala objek yang ada
dalam lingkungan perusahaan, baik berupa harta kekayaan perusahaan maupun usaha
perusahaan. Urusan Perusahaan dapat ditinjau dari segi ekonomi dan hukum. Jual beli
adalah suatu perjajian timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu (sipenjual) berjanji
untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli)
berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah uangsebagai imbalan dari
perolehan hak milik tersebut. Perjanjian Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik
antara penjual dan pembeli, denganmana pihak penjual mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu benda, sedangkanpihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar
harga benda sebagaimana yang telah diperjanjikan. Jual beli perusahaan (handelskoop)
adalah perbuatan pedagang atau pengusaha lainnya yang beradasarkan perusahaannya
atau melakukan perjanjian jual beli. Dengan demikian jual beli perusahaan tersebut
merupakan jual beli yang memiliki sifat-sifat khusus.

B. Saran
Setiap orang yang melakukan kegiatan bisnis yang berkaitan dengan
perusahaan harus mengerti tentang urusan perusahaan dan jual beli perusahaan. Hal
tersebut telah diatur oleh KUHPerdata agar terciptanya keteraturan dalam dunia bisnis
dan terciptanya usaha yang sehat serta keadilan bagi setiap pelaku bisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Haya, R. (2010, Oktober 16). http://riahaya.blogspot.com/. Retrieved Maret 31, 2020, from
riahaya.blogspot.com: http://riahaya.blogspot.com/2010/10/menjalankan-perusahaaan-
dan-urusan.html

Is, M. S. (2016). Hukum Perusahaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Kencana.

Suwardi. (2015). Hukum Dagang Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

http://osteon001st.blogspot.com/2015/03/hukum-dagang.html

https://books.google.co.id/books?
id=ktYvDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=I2GhDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=hukum+perusahaan&ots=kVABadUu
TL&sig=KjBKJx8lUeLduNGO_aTPJ7y4o3g&redir_esc=y#v=onepage&q=hukum
%20perusahaan&f=false

http://lawofpardomuan.blogspot.com/2010/10/urusan-perusahaan.html

http://rifqilutfi.blogspot.com/2016/02/urusan-perusahaan.html

Anda mungkin juga menyukai