Anda di halaman 1dari 10

Tanya Jawab Kelompok 2 Hukum Bisnis

1. Apakah sanksi yang didapat jika pemberi atau penerima waralaba melanggar
perjanjian/kontrak? (Nadhifah, kel. 4)
Jawab :
sanksi kepada para pihak seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan
apabila terjadi suatu sengketa franchise. Dalam Peraturan Mentri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012, sanksi tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal
32 yang mengatakan pemberi waralaba dan penerima waralaba yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, dikenakan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis dan denda terhadap pemberi maupun penerima waralaba. Lalu,
sanksi yang kedua pada Pasal 33 Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012 mengatur tentang upaya perlindungan hukum yang
mengatakan pemberi waralaba dan penerima waralaba yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, 19, 21, 27 dan 30 dikenakan sanksi administratif
berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara STPW, maupun pencabutan STPW.

2. Apakah waralaba dengan reseller olshop itu sama? (Aulia Shandy, kel 5)
Jawab :
Tidak, dilihat dari pengertian dan sistemnya pun berbeda
waralaba adalah metode mendistribusikan produk atau layanan yang melibatkan Pemilik
waralaba sebagai pemilik merek dagang atau nama dagang dan sistem bisnis. Sedangkan
Reseller adalah penjual tangan kedua, yang menjual kembali barang dari produsen atau
supplier ke konsumen akhir. Sistem waralaba berbeda dengan sistem reseller. Pada sistem
reseller, kita sebagai reseller harus membuat brand sendiri, mempromosikan sendiri, dan
membangun pasar dari awal. selain itu, pada sistem reseller tidak didukung online
customer support dan juga tidak didukung tim teknis.
3. Apa contoh dari bisnis waralaba? Dan bagaimana mekanismenya? (Nafisa, kel 1)
Jawab :
Di Indonesia sendiri, sudah banyak usaha waralaba yang berjalan hampir di seluruh
Indonesia. Baik itu usaha waralaba kecil-kecilan maupun besar seperti fast food,
minimarket, dan lain-lain. Untuk menjalankan bisnis ini, tentu ada beberapa hal yang ada
pada mekanisme waralaba dari mendaftar sampai menjalankan. Berikut adalah
mekanismenya.

1. Mendatangi Kantor Pusat Waralaba


Hal yang utama dalam mekanisme waralaba adalah mendatangi kantor pusat waralaba
yang ingin mitra waralaba jalankan.
2. Menanyakan Keperluan Yang Harus Disiapkan
Setelah sampai di kantor pusat waralaba, hal pertama yang harus mitra waralaba lakukan
sebelum mendaftar adalah menanyakan keperluan yang harus disiapkan. Keperluan ini
meliputi dokumen pribadi mitra waralaba, surat perizinan usaha, dan lain sebagainya.
3. Menanyakan Berapa Modal Yang Dibutuhkan
Sebuah usaha tanpa adanya modal tentu saja menjadi hal yang tidak mungkin terjadi.
Berapapun modalnya baik itu besar maupun kecil dapat mempengaruhi jalannya suatu
usaha. Begitu juga dengan waralaba, tentunya mitra bisnis bisa menanyakan modal yang
dibutuhkan dalam menjalankan usaha waralaba ketika mitra waralaba mendatangi kantor
pusat waralaba tersebut.
4. Menanyakan Sistem Pembagian Keuntungan
Sebaik-baiknya sebuah bisnis adalah bisnis yang memberikan keuntungan bagi para
pelakunya. Keuntungan yang didapatkan juga setidaknya harus lebih besar dari modal
yang dikeluarkan. Untuk usaha sendiri, biasanya tidak perlu memikirkan pembagian
keuntungan. Akan tetapi bagi usaha seperti ini, tentunya ada sebuah mekanisme waralaba
untuk pembagian keuntungan.
5. Menanyakan Peralatan Yang Didapatkan
Ketika menjalankan usaha franchise minimarket misalnya, akan ada peralatan yang wajib
untuk diletakkan pada tempat usaha waralaba. Contohnya seperti rak barang, komputer
kasir, troli, keranjang belanja, dan lain sebagainya. Maka dari itu, hal ini bisa ditanyakan
sebelum mitra waralaba akan melakukan pendaftaran waralaba ke kantor pusat waralaba.
6. Menanyakan Bahan Baku Atau Isi Untuk Usaha Waralaba
Kembali ke permisalan waralaba minimarket tadi, sebuah usaha waralaba ini akan
membutuhkan yang namanya stok barang. Perlunya stok barang ini adalah untuk menjaga
supaya barang tidak kehabisan ketika pelanggan membutuhkan barang tersebut. Contoh
lain misalnya pada waralaba makanan, ada bahan baku yang tidak bisa ditemukan di
daerah mitra waralaba tinggal.
7. Mendaftar Waralaba
Setelah apa yang mitra waralaba tanyakan kepada kantor pusat waralaba memenuhi
persyaratan, maka mitra waralaba bisa mendaftar langsung di tempat. Akan tetapi, jika
mitra waralaba merasa ada beberapa hal yang masih kurang, maka mitra waralaba bisa
mendaftar waralaba di lain kesempatan. Atau jika merasa tidak cocok, maka bisa
mencoba waralaba lainnya.

Contoh bisnis waralaba banyak sekali yahh saat ini franchise Indomaret, Siapa yang tidak
mengenal franchise minimarket Indomaret? Nampaknya Indomaret ini banyak ditemui di
pinggir jalan utama dengan jarak yang dekat-dekat. Minimarket Indomaret memang
wajar banyak ditemui di berbagai wilayah karena barang yang dijual adalah kebutuhan
sehari-hari. Kemudian Jco Donuts, Banyak yang mengira kalau Jco Donuts adalah
franchise asing, tetapi ternyata salah besar. Jco Donuts adalah murni berasal dari
Indonesia buatan dari Johnny Andrean seorang pebisnis salon terkenal di Indonesia.
Tidak hanya donat, Jco menjual donat, yogurt, burger, kopi dan minuman lainnya. Dalam
proses membangun Jco ini tidaklah mudah, perlu waktu untuk melakukan riset pasar,
survey tentang donat yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia.
4. Bagaimana cara mengatasi kegagalan yang dialami franchisee/franchisor? (Viska, kel 5)
Jawab :
Yantje Wongso, CEO dan Founder Franchise Depo Air Minum Biru dalam sebuah
webinar pernah mengatakan Kesenangan dan kemampuan adalah kunci dasar untuk
mengatasi kesulitan yang terjadi dalam sebuah bisnis franchise. menghadapi kesulitan
yang dihadapi menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan, sehingga dengan
kompetensi yang dimilikinya akan mampu menemukan solusi di setiap permasalahan
yang dihadapi. Dan menurut saya, karena kegagalan tidak dapat diprediksi, maka ketika
kegagalan tersebut terjadi pada diri kita Pertama, buatlah list hal-hal apa saja yang
menyebabkan kegagalan itu terjadi berdasarkan skala prioritas. Sehingga nomer paling
atas adalah permasalahan yang harus segera diselesaikan. Dan yang kedua, jangan
menyelesaikan pikiran dengan pikiran yang penuh. Intinya, menerima kegagalan, kaji,
evaluasi, dan coba lagi.

5. Bagaimana pemilik waralaba memastikan bahwa penerima waralaba mengikuti semua


sistem, standar, dan persyaratan bisnis? (Andien, kel 1)
Jawab :
Seorang pemilik waralaba dapat memastikan bahwa penerima waralaba mematuhi semua
sistem bisnis, standar, dan persyaratan melalui bantuan dan pengawasan terus menerus
dan teratur kepada penerima waralaba.

6. Apakah ada sanksi pidana penipuan apabila menawarkan usaha waralaba yang belum
terdaftar waralaba?(Meilani, Kel 7)
Jawab :
Pada prinsipnya, pemberi waralaba (franchisor) wajib mendaftarkan prospektus
penawaran waralaba sebelum membuat perjanjian waralaba dengan penerima waralaba
(franchisee). Namun di sisi lain, penerima waralaba juga wajib mendaftarkan perjanjian
waralaba. Kedua hal ini dilakukan untuk mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba.
Apabila prosedur wajib tersebut tidak dipenuhi, perjanjian waralaba menjadi batal demi
hukum. Pemberi waralaba berkewajiban untuk mengembalikan nominal investasi yang
telah diberikan oleh penerima waralaba.
Adapun tuduhan penipuan lebih terkait pada ada tidaknya jaminan nilai keuntungan
tertentu yang dijanjikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

7. karena kita masih di masa pandemi seperti ini, kendala apa saja yang harus diperhatikan
ketika mendirikan waralaba dan bagaimana cara agar kita bisa mempertahankan warabala
di masa pandemi? (Medika, kel.6)
Jawab :
tantangan atau kendala yang dihadapi waralaba di masa pandemi, antara lain:

1. Berkurangnya Jumlah Modal


Salah satu faktor yang membuat bisnis tak mampu bertahan lama adalah modal yang
tidak cukup atau berkurang drastis. Bagi franchisor, jumlah modal mempengaruhi
anggaran yang disediakan untuk menunjang fasilitas, operasional bisnis, pemasaran,
hingga kebutuhan lain yang berhubungan dengan franchisee.
2. Munculnya Keraguan dari Calon Franchisee
Faktor ini yang membuat franchisor kebingungan saat hendak mengambil langkah untuk
menyelamatkan usaha. Hal tersebut bisa membuat calon franchisee bertanya-tanya
terhadap kecakapan franchisor.
3. Kesulitan Membuka Cabang
Wabah Covid-19 memaksa sebagian besar orang memilih prioritas untuk bertahan hidup.
Dalam situasi seperti ini, tak menutup kemungkinan calon franchisee yang sudah tertarik
dengan waralaba menunda rencananya untuk membuka bisnis karena ada hal-hal lain
yang perlu mereka utamakan.
4. Memberhentikan sejumlah pekerja
Untuk menjaga biaya operasional yang semakin kritis, tak sedikit franchisor yang
merumahkan sejumlah pekerja, entah sementara atau permanen. Berkurangnya SDM
jelas mempengaruhi kinerja bisnis yang dikelola franchisor.
Cara mempertahankan waralaba ditengah pandemi:
Dalam kondisi wabah virus corona, pengusaha waralaba dituntut berpikir kreatif untuk
mencari solusi terbaik. Ini perlu dilakukan agar usaha yang dijalankan tetap bertahan dan
berjalan dengan baik. Setidaknya pelaku usaha harus menyusun strategi rencana jangka
pendek. Misalnya mulai per tiga bulan dari
1. aspek keuangan
Pertama, pastikan posisi saldo saat ini dan dana cadangan operasional yang dimiliki aman
selama tiga bulan mendatang. Kedua, buat perhitungan anggaran total pengeluaran
operasional baik yang rutin atau sifatnya tetap. Ketiga, buat perhitungan proyeksi
pendapatan dari berbagai sumber. Keempat, lakukan pengeluaran dengan bijak. Kelima,
hal yang tidak kalah penting mengontrol biaya bahan baku.
2. Aspek Pelanggan dan Marketing
Pada aspek ini, keselamatan jadi hal pertama yang perlu diperhatikan. Pastikan
keselamatan pelanggan dengan standar gerai yang bersih dan aman.
3. Aspek SDM
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan edukasi terhadap karyawan.
Edukasi tentang pencegahan penularan virus Covid-19.

Memunculkan rasa tanggung jawab dan empati akan krisis yang sedang terjadi.
Sampaikan pula langkah-langkah penyelamatan bisnis menghadapi krisis yang
diakibatkan dari bencana tersebut.

8. Apa aja sih kriteria yg harus dipenuhi oleh waralaba? (Leili, Kel. 3)
Jawab :
Kriteria yang harus dipenuhi adalah:
a. Memiliki ciri khas usaha
Yang dimaksud adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak
mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan membuat konsumen selalu
mencari ciri khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan,
atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari Pemberi
Waralaba.
b. Terbukti sudah memberikan keuntungan
Hal ini dibuktikan dengan pengalaman Pemberi Waralaba yang telah dimiliki kurang
lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-
masalah dalam perjalanan usahanya. Kiat-kiat ini terbukti dengan masih bertahan dan
berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.
c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat
secara tertulis.
Yang dimaksud adalah standar secara tertulis supaya Penerima Waralaba dapat
melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama (Standard Operational
Procedure).
d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan
Yang dimaksud adalah mudah dilaksanakan, sehingga Penerima Waralaba yang belum
memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya
dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang
berkesinambungan yang diberikan oleh Pemberi Waralaba.
e. Adanya dukungan yang berkesinambungan
Yang dimaksud adalah dukungan dari Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba
secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.
f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar
Yang dimaksud adalah Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha seperti
merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang, yang sudah didaftarkan dan mempunyai
sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.
[PP42/2007:3. JPP42/2007:3. Permendag No. 31/M-DAG/PER/8/2008:2(1)]

9. Ketentuan apa yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan Waralaba? afifah kel 1
Jawab :
a. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4742);
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847 Nomor
23);
c. Undang-Undang Penyaluran Perusahaan 1934 (Bedrijfs Reglementerings Ordonantie
1934, Staatsblad 1938 Nomor 86);
d. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3611);
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);
h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
i. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3718);

10. faktor faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pemiligan usaha waralaba
(Aura,kel5)
Jawab :
Bagi perusahaan waralaba perlu mempertimbangkan faktor faktor yang mempengaruhi
dalam memilih waralaba yaitu reputasi merek, sistem bisnis, biaya fee, dukungan dari
franchisor, kepercayaan, resiko kegagalan, dan keunikan produk.

11. Apakah franchise itu lebih menguntungkan dibandingkan membuat usaha sendiri? (Windi
Kel 3)
Jawab :
Usaha sendiri lebih unggul dibandingkan franchise. Memiliki usaha sendiri sama artinya
dengan memiliki semua hak untuk membuat kebijakan sesuai dengan keinginan. Sebuah
keuntungan yang tidak bisa didapat oleh pemilik bisnis franchise.

12. kapan pemberi waralaba harus menyampaikan perjanjian waralaba kepada calon
penerima waralaba? (nanda, kel 7)
Jawab :
Paling singkat 2 (dua) minggu sebelum penandatanganan Perjanjian Waralaba.
[Permendag No. 31/M-DAG/PER/8/2008:4(1)]

13. Bagaimana jika pada masa kontrak atau perjanjian penerima waralaba melanggar hukum
apakah pemberi waralaba bertanggung jawab atas hal tersebut ? (dinda)
Jawab :
Setiap perjanjian waralaba yang telah dibuat oleh kedua belah pihak akan menimbulkan
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak, apabila tidak
dilaksanakan maka dapat dikatakan melakukan wanprestasi. Dalam hal pelanggaran atas
hak merek yang dilakukan oleh pihak penerima waralaba. Akibat hukum yang
ditimbulkan bila terjadi wanprestasi dalam perjanjian waralaba yakni pemberi waralaba
akan melakukan pemutusan perjanjian waralaba secara sepihak dan menuntut ganti
kerugian. Hendaknya para pihak dalam perjanjian waralaba baik pihak Pemberi Waralaba
maupun pihak Penerima Waralaba menjalankan fungsi, peran serta hak dan kewajibannya
masing-masing sesuai isi klausul dalam perjanjian waralaba yang telah disepakati
bersama sebagai dasar hukum menjalankan bisnis waralaba tersebut. Penerima Waralaba
mentaati segala aturan yang telah ditetapkan oleh Pemberi Waralaba dalam perjanjian
waralaba. Apabila tidak ditaati, maka Pemberi Waralaba berhak untuk menyatakan
Penerima Waralaba wanprestasi.

14. Bagaimana cara pendaftaran oleh pemberi waralaba dan kepada siapa permohonan
pendaftaran waralaba diajukan? ( nanda fitria)
Jawab :
Pemberi waralaba memiliki kewajiban untuk mendaftarkan prokpestus penawaran
waralaba. Pendaftran tersebbut dilakukan sebelum membuat perjanjian waralaba dengan
penerima waralaba. Mengenai permohonan prospektus waralaba pemilik waralaba harus
mengajukannya dengan melampirkan dokumen, fotocopy prospektus penawaran dan fc
legalitas usaha.permohonan pendaftaran waralaba diajukan kepada menteri perindustrian
dan perdagangan. Mentri akan menerbitkan surat tanda pendaftaran waralaba apabila
permohonan waralaba telah memenuhi persyaratan dan berlaku untuk 5thn.

Anda mungkin juga menyukai