Anda di halaman 1dari 25

FRANCHISING

DHIVA PUTRI H (17030021)


FAUZIYYAH AFIFAH (17030027)
GHOZY KHALISH T (17030028)
KRISNA CHANDRA S (17030040)
1. Pengetian Franchising
• Waralaba atau lebih populer disebut dengan Franchise (Bahasa Perancis) dan
Waralaba (Bahasa Inggris) merupakan hak untuk menjual produk atau jasa. Definisi
waralaba lainnya adalah hubungan kerja yang dimiliki kontrak atau perjanjian antara
pemilik waralaba (franchisor) dan penerima (franchise).
• Menurut Hukum Pemerintah Indonesia: waralaba adalah perikatan yang salah
satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari
kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak
lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain
tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
2. Jenis-Jenis Franchise
Jenis-Jenis Waralaba Menurut Kriteria / Produk Yang Ditawarkan
• Waralaba Produk
Produk yang dijual dalam bentuk barang seperti makanan. Contoh jenis usaha waralaba
antara lain Mc Donald, KFC, Kebab Turki, Cakekinia dan lain sebagainya.
• Waralaba Jasa
Ini adalah jenis waralaba yang memberikan produk dalam bentuk layanan jasa. Contohnya
adalah pada bidang pendidikan, studio foto atau video, layanan agen perjalanan dan perjalanan.
• Waralaba Gabungan
Produk yang dijual pada jenis waralaba ini adalah dalam bentuk barang dan jasa.
Jenis-Jenis Franchise
Jenis Waralaba Menurut Asalnya
• Waralaba Luar Negeri
Jenis waralaba ini lebih mengarah ke masyarakat, karena waralaba ini memiliki sistem yang
lebih jelas, perusahaan merek telah diterima oleh orang di seluruh dunia, selain itu juga lebih
bergengsi.
• Waralaba Dalam Negeri
Waralaba jenis ini masuk dalam kategori pilihan investasi untuk orang yang menjadi
pengusaha dengan cepat tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang awal dan
kelanjutan usaha pemiliki waralaba. Contoh jenis waralaba yang disajikan dari dalam negeri
adalah restoran cepat saji.
3. Perbedaan Franchise dan Tipe Bisnis Lainnya
• 1. Bisnis Rintisan
Bisnis rintisan adalah semua bisnis yang dirintis dari nol. Resiko dan kesibukannya lebih besar, tetapi hasil
(return) juga lebih besar. Tipe bisnis inilah yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia.
• 2. Bussiness Opportunity
Dengan BO (bussiness opportunity) kita mendapat kemudahan merek, ilmu dan peralatan dari pusat. Sehingga
lebih mudah dalam persiapan awal dalam membuka bisnis.
BO merupakan suatu terobosan bisnis bagi pemula dengan resiko rendah/kecil tapi punya keuntungan yang
lumayan. BO paling banyak digunakan adalah BO untuk Donat.
Contoh lainnya tipe bisnis BO adalah EDAM Burger, Lekker Crepes, Fresh Corn, Bakmi Raos, Bakmi Jawa,
Campina Ice Cream, Pendidikan Tumble Tuts, Kurir TIKI BEP, Es Cendol Gading, Coffe Tofee, Digital Print,
Stempel Photo Apang, Lucky Crepes, Pai Puff. dll.
Perbedaan Franchise dan Tipe Bisnis Lainnya
• 3. Franchise
Franschise dikenal dengan istilah waralaba. Dengan franchise kita akan mendapatkan merek, sistem dari pusat.
Support dari pusat dilakukan terus-menerus (Karena pembayaran royalti ke pusat juga terus-menerus).
Peranan pusat sebanding dengan royalti. Misalnya royalti untuk pusat sebesar 1%, maka peranan pusat juga 1%.
Contoh bisnis yang dikelola dengan tipe bisnis franchise seperti McDonald, KFC, Pizza Hut, Starbucks Coffee
dll.
• 4. Autopilot
Semua dikelola pusat (franshistor). Secara umum, pusatlah yang bertanggung jawab. Yang termasuk tipe bisnis
autopilot adalah Indomaret, Idol Mart, dll. Return yang didapatkan tidak terlalu besar.
4. Kelebihan Frenchise
• Kelebihan dari waralaba adalah:
• • Proses Cepat usaha yang lebih cepat
• • Mempunyai sistem yang sudah terbukti berhasil
• • Mempunyai citra merek yang telah dikenal luas dan terbukti berhasil
• • Risiko kegagalan sangat kecil
Kekurangan
• Kekurangan waralaba adalah :
• • Biaya Waralaba
• • Biaya Royalti
• • Memberlakukan aturan main yang harus diikuti
• • Melakukan pengotrolan dan pengawasan dengan teratur
5. Dasar dan Perlindungan Hukum Franchise

• Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus
dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi Pemberi
Waralaba (franchisor) maupun Penerima Waralaba (franchisee). Karenanya, kita
dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba
berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan
format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
PP No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no
42 Tahun 2007 tentang Waralaba
• Pendaftaran (Pasal 10, 11,12 PP No. 42/2007)
• Dalam hal pendaftaran, pemerintah dapat melakukan pengawasan atas materi perjanjian franchise
agar memuat ketentuan-ketentuan yang tidak bertentangan dengan hukum, asas kebebasan
berkontrak serta menjamin keseimbangan hak dan kewajiban Pemberi Waralaba (franchisor) dan
Penerima Waralaba (franchisee). Keseimbangan kedudukan para pihak perlu diperhatikan untuk
menghindari terjadinya monopoli bisnis oleh pihak tertentu yang pada akhirnya dapat
menyebabkan market monopoly. Namun dalam praktek masih didapati perjanjian waralaba yang
tidak didaftarkan padahal hal ini sebenarnya kurang memberikan jaminan perlindungan bagi
bisnis franchise tersebut. Pendaftaran dapat dilakukan di instansi terkait dan umumnya di
Departemen Hukum dan HAM.
• Jangka Waktu (Pasal 12 PP No. 42/2007)
• Penentuan jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali penting sebab dengan
jangka waktu yang relatif pendek seandainya terjadi pengakhiran perjanjian, maka Penerima
Waralaba (franchisee) dapat rugi karena investasi franchise, franchise fee, royalti, serta fee lainnya
telah banyak dikeluarkan tetapi belum mendapat kompensasi keuntungan dari bisnis franchise
yang dijalankan.
• Peraturan Hukum dan Implementasinya
• Walaupun saat ini Indonesia belum mempunyai Undang-Undang yang secara khusus mengatur bisnis
waralaba, namun keberadaan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba telah cukup
memberikan landasan hukum bagi bisnis waralaba di Indonesia.
• Sanksi
• Bagi para pihak baik itu Pemberi maupun Penerima Waralaba (franchisee) jika tidak memenuhi persyaratan
dengan tidak memenuhi masing-masing hak dan kewajibannya sehingga menimbulkan kerugian bagi salah
satu pihak dan tetap melaksanakan kegiatan usaha, dikenakan sanksi hukum berdasarkan PP 42/2007
berupa: peringatan tertulis sebanyak tiga kali jika tidak dilaksanakan dikenakan denda sebesar Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) serta pencabutan surat tanda pendaftaran waralaba.
• Apabila timbul persengketaan diantara Pemberi Waralaba (franchisor) dan Penerima Waralaba (franchisee)
dapat diselesaikan melalui cara damai atau jalur pengadilan.
6. Elemen Penting Dalam Mendirikan
Frenchise
• Ada 6 syarat wajib yang harus dipenuhi sebelum mengurus izin franchise yang tercantum dalam
PP No 42 Tahun 2007 yaitu:
• Memiliki Ciri Khas Menarik
Jika ingin mendirikan usaha franchise, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat
produk yang memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini, tentu bisa membedakan antara franchise yang
kamu buat dengan franchise lainnya. Sebuah bisnis yang memiliki keunikan pasti akan lebih cepat
dikenal masyarakat luas. Apalagi, saat ini banyak produk sejenis yang bermunculan dalam hitungan
waktu sebentar. Untuk menguasai pasar, Anda haruslah menjadi pencipta produk baru dan unik.
• Memiliki Catatan Keuangan
Syarat kedua yang harus dimiliki oleh pendiri usaha franchise adalah memiliki catatan keuangan yang
harus dipenuhi. Jadi, sebelum menjual usaha jenis ini, cobalah untuk membuat pembukuan secara
rutin. Walaupun bisnis yang dimiliki belum besar, Anda tetap harus memiliki pencatatan keuangan
yang baik. Dengan begitu, Anda bisa melihat dan mengetahui perkembangan bisnis yang Anda miliki
dari waktu ke waktu. Dengan pencatatan keuangan, Anda juga bisa melihat keadaan bisnis, apakah
sedang mengalami kerugian atau keuntungan.
• Memiliki SOP yang Jelas
Standar Operasional Prosedur atau SOP adalah dokumen atau acuan yang membantu setiap orang
melaksanaakan tugasnya masing-masing. Dengan SOP yang jelas, Anda akan memiliki standar kualitas yang sama
antara franchise satu dengan lainnya dari segi produk dan pelayanan kepada konsumen. Bukan hanya SOP yang
jelas, Anda juga harus membuat SOP yang mudah diaplikasikan dan tidak terlalu memberatkan.
Untuk menentukan SOP yang sesuai harus melalui beberapa tahapan seperti:
• a. Pembentukan tim khusus untuk membuat SOP.
• b. Pembagian tugas setiap tim.
• c. Mendokumentasikan jenis kegiatan.
• d. Menyusun alur kerja, instruksi kerja dan beberapa formulir pendukung.
• e. Berdiksusi antar tim.
• f. Libatkan pelaksana SOP dalam pembahasan.
• g. Uji coba SOP.
• h. Evaluasi dan perbaikan.
Dengan SOP yang sederhana, maka semua elemen yang terlibat dalam bisnis akan lebih mudah diajarkan dan
pengaplikasiannya dalam bisnis.
• Adanya Dukungan yang Berkesinambungan
Pemilik franchise biasanya akan memberikan pelatihan kepada mitra yang telah
bergabung dengan franchise yang dimilkinya. Selain mendapatkan pelatihan, mitra yang
bergabung dengan bisnis franchise akan mendapatkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan bisnis franchise yang akan diikutinya seperti bahan produksi, peralatan dapur,
outlet untuk jualan, seragam karyawan, dan sebagainya.
• Memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) yang Terdaftar
Hak Kekayaan Intelektual atau biasa disebut HAKI adalah buah dari pemikiran
seseorang atas sebuah produk baru yang memiliki manfaat untuk banyak orang dan
produk tersebut benar-benar hasil karya sendiri serta belum pernah ada yang
menciptakan sebelumnya. HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Merk, dan Hak Paten.
Jadi ini menjadi salah satu poin plus yang menjadikan produk Anda unik tidak ada yang
menyamai. Jika ada produk meniru produk yang Anda miliki tanpa ijin terlebih dahulu,
maka Anda bisa menggugatnya secara hukum.
7. Perjanjian dan Isi Kontrak Frenchise
• Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis yang dibuat antara Pemberi
Waralaba dan Penerima Waralaba untuk hak cipta dan kewajiban masing-
masing pihak. Selain itu, perjanjian waralaba juga diperlukan sebagai salah
satu persyaratan administrasi untuk waralaba untuk mendapatkan Surat
Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) sebagai lisensi untuk perusahaan
penerima waralaba (franchisee).
• Pada Peraturan Menteri Perdagangan No.53 tahun 2012, isi kontrak franchise
diantaranya
1. Nama dan alamat pihak pihak , yaitu nama dan alamat jelas pemilik / penanggung
jawab perusahaan yang memenuhi perjanjian yaitu Pemberi Waralaba dan Penerima
Waralaba.
2. Jenis hak Kekayaan Interlektual , yaitu jenis Hak Kekayaan Intelektual Pemberi
Waralaba, seperti merek dan logo perusahaan, gerai desain, gerai manajemen /
pemasaran atau racikan bumbu masakan yang diwaralabakan.
3. Kegiatan usaha , yaitu kegiatan usaha yang diperjanjikan seperti perdagangan eceran
/ eceran, pendidikan, restoran, apotek atau bengkel.
4. Hak dan menerima Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba , yaitu hak yang diberikan baik oleh Pemberi
Waralaba maupun Penerima Waralaba, seperti: Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan
pemasaran yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba, seperti bantuan menyediakan bantuan
pengiriman dan pengiriman komputer dan program IT.
5. Wilayah usaha , yaitu batas wilayah yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba untuk
mengembangkan bisnis Waralaba seperti; Wilayah Sumatra, Jawa dan Bali atau di seluruh Indonesia.
6. Batas waktu perjanjian , yaitu batas waktu mulai dan berakhirnya perjanjian sejak perjanjian ditandatangani
oleh kedua belah pihak
7. Tata cara pembayaran ketidakseimbangan , yaitu tata cara / ketentuan termasuk waktu dan cara perhitungan
ketidakseimbangan seperti biaya atau royalti yang disetujui dalam perjanjian yang menjadi tanggung jawab
Penerima Waralaba.
8. Penyelesaian sengketa , yaitu penetapan tempat / lokasi penyelesaian sengketa, seperti
melalui Pengadilan Negeri tempat / domisili perusahaan atau melalui Pengadilan, Arbitrase
dengan mengunakan hukum Indonesia.
9. Tata cara memperpanjang, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian seperti pemutusan
perjanjian tidak dapat dilakukan dengan sepihak, perjanjian berakhir dengan sendirinya dimulai
pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian telah berakhir. Perjanjian dapat diperpanjang
kembali disetujui dikehendaki oleh kedua belah pihak dengan ketentuan yang ditetapkan
bersama.
10. Jaminan dari pihak Pemberi Waralaba untuk tetap menjalankan kewajiban-kewajibannya
untuk Penerima Waralaba sesuai dengan isi Perjanjian atas jangka waktu Perjanjian berakhir
11. Jumlah gerai yang akan dikelola oleh Penerima Waralaba.
8. Hak dan Kewajiban dalam Frenchise
• Menurut Gunawan Wijaya dalam Hariyani (2001:96), pemberi waralaba maupun
penerima waralaba mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:
A.Pemberi Waralaba (Franchisor)
• Pemberi waralaba mempunyai kewajiban untuk:
1.Memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan HAKI yang
dilisensikan, yang diperlukan oleh Penerima lisensi HAKI untuk melaksanakan lisensi
yang diberikan tersebut.
2.Memberikan bantuan kepada penerima lisensi mengenai cara pemanfaatan dan atau
penggunaan HAKI yang dilakukan tersebut.
• Hak bagi pemberi Waralaba:
1.Melakukan pengawasan jalannya pelaksanaan dan penggunaan/pemanfaatan lisensi oleh penerima lisensi/penerima waralaba
2.Memperoleh laporan secara berkala atas jalannya kegiatan usaha Penerima lisensi yang mempergunakan HAKI yang
dilisensikan
3.Mewajibkan penerima lisensi, dalam hal-hal tertentu untuk membeli barang modan dan barang lainnya dari pemberi lisensi
4.Mewajibkan penerima lisensi agar tidak melakukan kegiatanyang sejenis, serupa, taupun secara langsung maupun tidak
langsung dapat menimbulkan persaingan dengan kegiatan usaha yang mempergunakan HAKI yang dilisensikan
5.Menerima pembayaran royalty dalam bentuk, jenis dan jumlah yang dianggap layak olehnya selaku pemberi lisensi
6.Melakukan pendaftaran lisensi HAKI yang diberikan kepada penerima lisensi
B. Penerima Waralaba (Franchisee)
• Kewajiban penerima Waralaba:
• 1. Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh pemberi lisensi HAKI guna melaksanakan HAKI yang dilisensikan
tersebut.
• 2. Memberikan keleluasaan kepada pemberi lisensi untuk melakukan pengawasan maupun inspeksi berkala ataupun tiba-
tiba. Guna memastikan bahwa peerima lisensi telah melaksanakan HAKI yang dilisensikan dengan baik
• 3.Memberikan laporan baik secara berkala maupun atas permintaan khusus
• 4.Menjaga kerahasiaan atas HAKI yang dilisensikan, baik selama atau setelah berakhirnya masa pemberian lisensi
• 5.Tidak memanfaatkan HAKI yang dilisensikan selain dengan tujuan untuk melaksanakan lisensi yang diberikan
• 6.Melakukan pendaftaran loyalty dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang telah disepakati bersama.
• Hak penerima waralaba:
• 1.Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan HAKI
yang dilisensikan, yang diperlukan olehnya untuk melaksanakan lisensi
tersebut.
• 2.Memperoleh bantuan dari pemberi lisensi atas segala macam cara
pemanfaatan dan atau penggunaan HAKI yang dilisensikan tersebut.
9. Penyebab Kegagalan Frenchise
• Faktor internal dari franchisee berperan cukup besar dalam kegagalan menjalankan bisnis franchise, faktor-faktor tersebut
antara lain:
• 1. Keliru dalam persepsi awal saat menentukan bisnis franchise, sebagian bisar mengira dengan menjalankan bisnis
franchise, pasti usahanya pasti berhasil tanpa perlu repot terjun di operasional dan memonitor usahanya. Bisnis franchise
sama dengan model bisnis yang lain, mesti ada keterlibatan langsung, memahami seluk beluk bisnisnya, melakukan promosi
dll. Karena bisnis franchise adalah active income, BUKAN PASSIVE INCOME
• 2. Terjun di bisnis franchise hanya ikut-ikutan, karena teman-teman atau saudara membeli bisnis franchise dan kelihatan
cukup sukses, akhirnya dia ikut membeli bisnis franchise. Padalah bisnis yang dijalankan tidak sesuai dengan passion atau
minatnya, sehingga dalam menjalankannya tidak dengan sepenuh hati
• 3. Kurang kompeten dalam bidang usaha yang digeluti. Misalnya franchisee menjalankan peluang usaha restoran, padahal
yang bersangkutan sama sekali tidak ada kompetensi di bidang makanan ditambah tidak mau berusaha belajar dengan keras.
Padahal kalau mau berusaha belajar dengan tekun dan sering bertanya dengan franchisor, maka akan lebih mudah
mempelajari bisnisnya
• 4. Kurang bisa memanage waktu sehingga kurang dalam monitor usahanya. Banyak yang terjun di bisnis franchise sambil
tetap kerja di kantor, dengan alasan sibuk di kantor akhirnya bisnisnya tidak terawasi dengan baik. Kalau mau sukses di 2
kuadran sekaligus, maka harus bisa membagi waktu, tidak boleh beralasan tidak sempat mengelola usaha. Jadi harus
menyediakan waktu setelah pulang kantor untuk kontrol usahanya
• 5. Menyerahkan semua operasional kepada karyawan. Ini yang banyak terjadi pada para franchisee yang mengalami
kegagalan, menyerahkan bisnisnya ke tangan orang lain dan percaya sepenuhnya kepada karyawan. Akhirnya banyak terjadi
usahanya gagal karena uangnya dimanipulasi oleh karyawan. Mental business owner tentu berbeda dengan mental karyawan,
keputusan-keputusan strategi seringkali tidak bisa dilakukan oleh level karyawan, biarpun dia sudah bisa dipercaya, tapi
kemampuan tentu berbeda
• 6. Cepat menyerah menghadapi masalah, baik soal karyawan yang masuk keluar, penjualan yang naik turun, persaingan dan
lain-lain. Orang sukses bukan tidak pernah menghadapi masalah, justru masalah yang membuat orang bisa sukses. Karena
dengan masalah yang ada, orang bisa belajar mencari solusi sehingga kemampuannya akan meningkat
• 7. Sikap negatif, selalu menyalahkan faktor external, entah faktor pasar maupun faktor franchisor yang kurang memberikan
support. Pengusaha sukses selalu menjauhkan diri dari sikap negatif, yang dipikirkan adalah sikap positif dan melakukan
kegiatan positif
• TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai