Anda di halaman 1dari 16

Bagi yang baru mengenal bisnis waralaba atau franchise anda akan menemukan istilah

Franchising, Franchisor, Franchisee, Franchise fee dan Royalty fee. Berikut arti dan
penjelasan Franchising, Franchisor, Franchisee, Franchise fee dan Royalty fee.

Arti Franchising atau Waralaba

Waralaba secara umum didefinisikan sebagai hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa
maupun layanan.

Menurut Hukum Pemerintah Indonesia: waralaba adalah perikatan yang salah satu
pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual
(HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan
dan atau penjualan barang dan jasa.

Asosiasi Franchise Indonesia menjelaskan definisi waralaba sebagai:Suatu sistem


pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor)
yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan
merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka
waktu tertentu dan meliputi area tertentu.

Arti Franchisor (Pewaralaba)

Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak
kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan, atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

Arti Franchisee (Penerima Waralaba)

Penerima waralaba (franchisee), adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak
untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan,
atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

Arti Franchise Fee

Franchise fee atau biaya awal waralaba adalah biaya yang harus dibayarkan dimuka sebelum
gerai waralaba Anda mulai beroperasi. Pada prinsipnya biaya ini dibayarkan untuk :

Lisensi atau hak untuk menggunakan merk yang diwaralabakan selama jangka waktu
waralaba
Hak untuk menggunakan (meminjam) pedoman operasional selama jangga waktu
waralaba

Berapa besarnya? Tergantung kebijaksanaan franchisor. Tapi sejatinya ini sangat penting
untuk anda tanyakan, apakah biaya awal waralaba telah termasuk hal-hal berikut :

Survey Lokasi
Design layout
Informasi berupa daftar inventory awal, termasuk stock barang yang dibutuhkan
Sourching (pencarian supplier) untuk initial inventory dan stock barang
Bimbingan dan diskusi untuk menyusun business plan
Rekruitmen dan tau seleksi para pegawai mula-mula
Penyelenggaraan pelatihan awal
Supervisi dan eksekusi launching

Arti Royalty Fee

Royalty Fee adalah biaya yang harus dibayar setelah gerai waralaba mulai beroperasi. Pada
umumnya pewaralaba menetapkan pembayaran harus dilakukan setiap awal bulan, misalnya
sebelum tanggal 10 setiap bulan.

Metode royalty ini beragam, manun pada umumnya berupa persentase terhadap setiap
penghasilan yang diterima franchisee, dengan mengecualikan unsur pajak, bila ada. Ada yang
menetapkan flat, berapapun omset yang diraih franchisee maka prosentasenya tetap tidak
berubah. Namun ada juga yang melakukan penetapan persentase progresif sesuai dengan nilai
penjualan franchisee dengan batasan minimal omset tentunya.

Pada prinsipnya, royalty fee ada dan digunakan untuk :

Kelangsungan operasional pewaralaba dalam kaitannya dengan bimbingan


berkesinambungan bagi para terwaralaba
Pelaksanaan audit waralaba dan evaluasi bisnis yang keduanya merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari bimbingan berkesinambungan.
Penelitian dan pengembangan (R&D) Pengelolaan merk dan strategi pemasaran

pengertian franchising, franchisor, Franchisee, Franchise fee dan Royalty


fee (Biaya royalti)

Waralaba (Franchising )

Adalah di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memamfaatkan dan atau menggunakan
hak atas kekayaan tinjauan hukum islam terhadap transaksi bisnis Intelektual atau penemuan
atau cirri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan
yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau
jasa.

Franchisor

Adalah orang atau badan usaha yang memiliki konsep, merek produk dan , di mana
franchisor menguasai, mengembangkan dan memberikannya melalui kontrak perjanjian
franchise. Franchisor bertugas merekrut kandidat untuk menjadi bagian dalam jaringannya.
Franchisor mengkontribusikan dan asistensi. Franchisor mengendalikan dan mengatur outlet
franhisee dan menyediakan service/layanan sebelum grand opening dan selama aktivitas
bisnis berjalan.
Franchisee

Adalah orang atau badan usaha yang memperoleh hak mereproduksi konsep franchisor di
mana franchisee terikat dengan kontrak perjanjian. Franchisee berkomitmen dalam
menghormati konsep, spesifikasi dan peraturannya. Franchisee membayar kewajibannya
sesuai dengan yang tertulis di kontrak (bersambung). Franchisee juga berkomitmen untuk
tidak memvulgarisasi informasi yang dia dapat lewat franchise. Ini adalah komitmen
kerahasiaan yang dituntut sejak pertama kali kotak dengan franchisor terjadi. Franchisee
adalah pengusaha atau perusahaan independen franchisor.

Franchise fee

merupakan biaya yang dibayarkan oleh penerima waralaba (franchisee) kepada pemberi
waralaba (franchisor) untuk membiayai pos pengeluaran/belanja iklan dari franchisor yang
disebarluaskan secara nasional/international. Besarnya Franchise fee biasanya 3% dari
penjualan. Tidak semua franchisor mengenakan Franchise fee kepada franchiseenya. Alasan
dari adanya Franchise fee adalah kenyataan bahwa tujuan dari jaringan waralaba adalah
membentuk satu skala ekonomi yang demikian besar sehingga biaya-biaya per outletnya
menjadi sedemikian effisiennya untuk bersaing dengan usaha sejenis. Mengingat Franchise
fee merupakan pos pengeluaran yang dirasakan manfaatnya oleh semua jaringan, maka setiap
anggota jaringan (franchisee) diminta untuk memberikan kontribusi dalam bentuk Franchise
fee.

Royalty fee (Biaya royalti)

adalah satu set jumlah uang yang pemilik waralaba bisnis harus membayar untuk menjadi
bagian dari sistem waralaba. Biasanya, biaya dihitung sebagai persentase dari penjualan kotor
atau bersih dan dibayar mingguan, bulanan atau kuartalan. Menutupi biaya hak penggunaan
merek waralaba dan uang biasanya digunakan untuk membantu pemilik waralaba (atau
perusahaan induk waralaba) offset dukungan administrasi dan fungsi.
Apa Itu Franchise? Pengertian
Franchise, Franchisor, Dan
Franchisee
Apa yang dimaksud dengan franchise? Mari kita pahami. Dalam bahasa Indonesia, istilah
franchise biasanya dikenal dengan waralaba. Franchise atau waralaba adalah sebuah metode
dalam sistem distribusi barang atau jasa. Metode ini membentuk suatu model hubungan
kerjasama bisnis antara franchisor (pemilik usaha) dengan franchisee (pemilik modal/investor).

Franchisor (Pewaralaba), yaitu pihak yang menjual atau meminjamkan hak dagangnya, atau merk
dagangnya serta sebuah sistem bisnis untuk menjalankan bisnis tersebut.
Franchisee (Terwaralaba), yaitu pihak yang membayar royalti dan biaya lainnnya yang dipersyaratkan
oleh franchisor untuk dapat menggunakan merk dagangnya serta sistem bisnis yang dirancang oleh
franchisor.
Franchise merupakan bentuk duplikasi bisnis yang telah sukses dan mempunyai brand yang
sudah dikenal. Dengan demikian calon investor yang ingin membeli franchise tidak harus
menajalankan bisnis dari nol. Tidak harus dipusingkan dengan nama produk, jenis produk,
produksi, dan pemasaran. Mereka hanya menjalankan sistem yang telah berjalan dengan baik
dan telah teruji keberhasilannya.

Kegiatan franchise adalah cara untuk mengembangkan dan melebarkan sayap usaha dengan
bekerja sama dengan berbagai pihak yang mempunyai modal dan ingin membuka usaha tetapi
tidak memiliki brand yang bagus dan terkenal. Perusahaan yang membuka franchise biasanya
adalah perusahaan terkenal dan sudah terjamin dari segi kualitas produk, pelayanan dan cara
memasarkan produknya. Secara teknis, kontrak kerja antara franchisor dan franchisee inilah yang
disebut franchise, tetapi kini kata franchise lebih sering dianalogikan sebagai cara dari franchisee
menjalankan bisnisnya.

Keuntungan Berbisnis Franchise


Keuntungan berbisnis franchise jika dilihat dari sisi franchisee dan franchisor adalah kerjasama
yang saling menguntungkan dan membutuhkan. Franchisor butuh modal dan perluasan jaringan,
franchisee butuh produk terkenal yang mudah dijual dan dipasarkan.

Seorang franchisee (orang yang membeli franchise) diuntungkan dengan sistem kerjasama
franchise. Ia tidak perlu repot-repot menyiapkan, menentukan, memasarkan produk yang akan
dijual dari nol. Semua mudah, cukup tinggal jalankan saja dan menjual produk yang sudah teruji
dan dikenal masyarakat luas.

Orang yang punya modal, ingin berbisnis tetapi belum tahu dan khawatir dengan resikonya, bisa
mencoba bisnis franchise. Tidak perlu merintis bisnis dari awal, cukup menjalankan model yang
sudah ditetapkan franchisor.

Bagi franchisor, mem-franchisekan bisnisnya adalah peluang untuk mengembangkan bisnis dan
distribusi produk-produknya secara lebih luas tanpa harus menguras modal yang besar, tanpa
harus membuka gerai sendiri di berbagai tempat, yang tentunya memerlukan modal yang besar.
Jadi bisnis franchise merupakan salah satu cara untuk melakukan penetrasi pasar yang lebih
luas lagi dengan bantuan franchisee. Dengan semakin banyaknya franchisee maka semakin
kuat jaringan bisnis yang dimilikinya.

#tda #franchise #ummedan #komunitassosial

www,tdamedan.org

source ; http://bisnisfranchiseindonesia.com
Apa Itu Franchise? Pengertian Franchise, Franchisor, Dan Franchisee - Apakah anda
sering mendengan kata waralaba? Itu lo suatu macam kerjasama antara pemilik usaha dengan
seseorang yang memiliki modal usaha. Anda tahu SOP Ayam Pak Min Klaten, Waroeng
Steak, Alfamart, Indomart dsb.. Nah, contoh-contoh di atas adalah contoh usaha waralaba.
Banyak kita temui di berbagai tempat dengan merk atau nama usaha yang sama namun
pemilik usahanya berbeda.

Ya, intinya franchise itu kita sebagai pemilik modal (franchisee) bekerja sama dengan
pemilik usaha (franchisor) untuk membuka usaha dengan nama yang sama seperti usaha yang
dimiliki franchisor. Ya, semacam kita numpak merk gitulah.. Tapi, tetap ada syarat-syarat
terntentu. Dan terkadang stok bahan bakunya di dapat dari pemiliki usaha.

Agar lebih jelas lagi, berikut ini kami beri penjelasan mengenai pengertian franchise
(waralaba), franchisor dan franchisee.
Cara Memungut dan Mengelola Advertising Fee di Bisnis Franchise

Advertising Fee dalam franchising adalah pungutan dana dari para Franchisee yang
dikumpulkan oleh Franchisor untuk kepentingan pemasaran bersama. Artinya, dana yang
terkumpul semuanya dipakai untuk kepentingan bisnis yang dipasarkan melalui sistem
franchise ini. Bagaimana cara penempatannya? Bergantung dari program dan atau
kebijaksanaan Franchisor, tetapi benefit yang akan didapat, akan dirasakan oleh para
Franchisee dan Franchisor.

Umumnya, dana dari Advertising Fee lebih ditujukan untuk branding dan program-program
pemasaran yang akan diberlakukan di outlet para Franchisee secara bersama-sama. Jadwal
penempatannya pun biasanya tidak setiap bulan, tapi misalnya setiap tiga bulan. Dengan dana
yang terkumpul dari para Franchisee selama tiga bulan tentunya akan lebih besar nilai
penempatannya, yang mana akan lebih berasa manfaatnya.

Advertising Fee dipungut dalam bentuk prosentase terhadap Sales para Franchisee. Kenapa
dari nilai Sales? Karena nilai Sales adalah nilai yang paling mudah dihitung, didapat dan
dibuktikan. Tidak diperlukan pekerjaan audit keuangan untuk membuktikan nilainya seperti
bila dikenakan dari Gros Profit atau Net Profit. Berapa besaran prosentasenya, tentunya
bukan sembarang angka yang ditentukan oleh Franchisor. Besaran nilai Advertising Fee
harus dihitung agar tidak memberatkan para Franchisee, tetapi dapat memenuhi program
pemasaran yang dibuat oleh Franchisor.

Cara penagihan dan pemungutan Advertising Fee adalah seperti tata cara penagihan dan
pemungutan hal keuangan pada umumnya. Yang spesial adalah bahwa Advertising Fee ini
dimasukan dalam Perjanjian Waralaba antara Franchisee dan Franchisor. Dalam Perjanjian
juga disebutkan bahwa Advertising Fee (bila ada) merupakan sebuah sistem yang wajib
dilaksanakan dan tidak boleh dilanggar. Karena merupakan bagian dari sistem franchise,
maka kelalaian dalam membayar Advertising Fee dapat mengakibatkan pemutusan hubungan
franchise.

Ada juga Franchisor yang hanya membebankan denda pinalti bagi Franchisee yang terlambat
membayar Advertising Fee. Sebenarnya bila Advertising Fee ini sudah masuk dalam sistem
franchise milik Franchisor, maka otomatis menjadi bagian dari Kekayaan Intelektual
Franchisor. Pelanggaran terhadap sistem yang telah menjadi Kekayaan Intelektual Franchisor
seharusnya hanya pemutusan hubungan, tidak perlu melalui denda pinalti, di mana seolah-
olah pinalti hanya memberikan opsi bagi yang bersalah untuk membayar sejumlah uang bila
mau memperlambat pembayaran tagihan.

Advertising Fee dari kacamata perpajakan dikenakan Pph 15%, karena memakai kata Fee.
Padahal Advertising Fee ini bukanlah penghasilan Franchisor, tetapi titipan uang milik
Franchisee untuk dipakai sebagai biaya pemasaran bersama. Tapi bila Advertising Fee dicatat
sebagai Biaya Pemasaran Bersama, dan surat tagihan disebutkan sebagai Biaya Pemasaran
Bersama, maka tidak kena pajak, karena memakai kata biaya. Oleh karena itu, berdasarkan
pemakaiannya, sebaiknya dipakai istilah Biaya Pemasaran Bersama, karena memang dana
tersebut 100% dipakai sebagai biaya pemasaran, dan dapat diaudit bila diperlukan
pembuktian.

Salam,
Royandi Y

Managing Partner

Kantor Konsultan Franchise IFBM


Materi kewirausahaan: Franchise

BISNIS FRANCHISE/ WARALABA

MENGAPA FRANCHISE?

Bisnis franchise di Indonesia makin marak. Di kota-kota besar sampai dengan di daerah, kini
tersedia berbagai produk dan layanan yang telah dikenal luas. Misalnya, berbagai produk
ayam goreng atau makanan cepat saji lainnya. Mengapa orang tertarik untuk
menginvestasikan modalnya untuk bisnis franchise? Dalam bahasa Indonesia, Franchise
dialihbahasakan menjadi waralaba, wara= lebih, laba=untung, jadi berarti lebih untung.
Karena lebih untung, tentu saja bisnis ini menarik.

Pandangan lain tentang bisnis franchise adalah, karena bisnis ini merupakan format bisnis
yang dipandang risiko kegagalannya lebih kecil ketimbang mendirikan sebuah usaha baru.
Bisnis ini juga dipandang lebih mudah dari pada memulai dari nol, karena dengan membayar
sejumlah tertentu, seorang pembeli franchise atau disebut dengan Franchisee dapat
memperoleh hak-hak yang terkait dengan paket bisnis berupa lisensi untuk menggunakan
mereknya, resep rahasia pemilik franchise atau Franchisor atau sistem manajemen mereka,
peralatan serta ba-han baku untuk usaha awal. Dengan hak-hak ini maka usaha dapat segera
dimulai setelah seluruh perjanjian dan prosedur franchise dipenuhi.

Bisnis Franchise juga menjadi menarik, karena telah ada kepastian hukumnya di Indonesia.
Bisnis Franchise diatur dengan Kepmen Perindustrian dan Perda-gangan RI; UU Hak Paten;
UU Merek; UU tentang Rahasia Dagang.

DASAR HUKUM

Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni
1997, yaitu de-ngan diterbitkannya Peraturan pemerintah Republik Indonesia (PP) No.16
tahun 1997 tentang Waralaba, yang kemudian dicabut dan telah diganti dengan PP No. 42/
2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum untuk
format waralaba adalah:

Kepmen Perindustrian dan Perdagangan RI No.259/ MPP/KEP/7/1997 tanggal 30 Juli


1997
Undang Undang no 14 tahun 2001 tentang Hak Paten
Undang Undang no. 15 tahun 2001 tentang Merek
Undang Undang no 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

PENGERTIAN

Untuk memahami lebih jauh tentang franchise, maka perlu dipahami terlebih dahulu
pengertian franchise. Franchise (Prancis), yang berarti kejujuran atau kebebasan. Franchise
secara mudah sering diartikan sebagai hak-hak untuk menjual jasa atau layanan. Dalam buku
Jurus Jitu Antirugi Franchise, Eka Darma Pranoto (2010:4), menuliskan bahwa kita membeli
satu paket bisnis dengan harga tertentu, sebagai gantinya pihak penjual paket bisnis akan
memberikan kita lisensi untuk menggunakan mereknya, resep rahasia mereka atau sistem
manajemen mereka, peralatan serta bahan baku untuk usaha awal. Pada bagian lain Eka
(2010:2) menuliskan perlu dipahami bahwa bisnis franchise, seyogyanya merupakan bisnis
khusus, jenis bisnis yang spesial, dan terbukti su-dah sukses, sehingga layak diwaralabakan.
Bisnis fran-chise bukan sekedar bisnis seumur jagung yang belum je-las tingkat return dan
operasionalnya.

DEFINISI

Beberapa definisi tentang Franchise/ waralaba telah dirumuskan, antara lain: Berdasarkan
rumusan AFI (Asosiasi Franchise Indo-nesia), suatu sistem pendistribusian barang atau jasa
ke-pada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (Franchisor) memberikan hak kepada
individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prose-dur
dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya da-lam jangka waktu tertentu meliputi area
tertentu. (Sonny Sumarsono, 2009:1)

Menurut versi Pemerintah Indonesia, bahwa wara-laba adalah perikatan dimana salah satu
pihak diberikan hak memanfaatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atau pertemuan dari
ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang
dite-tapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan
jasa (Sonny Sumarsono, 2009:1)

Definisi lain menyebutkan bahwa, Franchise adalah membeli paket bisnis orang lain, dimana
kita akan men-dapat outlet untuk berjualan, paket peralatan usaha yang lengkap, bahan baku
bulan pertama, tata cara dalam bu-ku panduan, hak berkonsultasi, kepada pihak penjual
franchise, serta lisesni penggunaan merek dagang bisnis tersebut (Eka Darma Pranoto,
2010:4)

JENIS FRANCHISE

Dari sisi asal produk atau layanan yang dipasarkan, franchise/waralaba ada 2 jenis, yaitu
Franchise luar negeri dan franchise dalam negeri:

Franchise luar negeri, cenderung lebih disukai ka-rena sistemnya lebih jelas, merek
sudah diterima di berbagai negara, dan dirasakan lebih bergengsi
Franchise dalam negeri, pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi
pengusaha te-tapi tidak memiliki pengetahuan, cukup piranti awal dan kelanjutan
usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.

Sedangkan berdasarkan pola pengoperasiannya, waralaba dibagi dalam dua jenis, yaitu
waralaba dengan format bisnis dan waralaba produk dan merek dagang.

a. Waralaba dengan format bisnis, franchisor memberi-kan hak (lisensi) kepada franchisee
untuk menjual produk/jasa menggunakan merek, identitas dari sistem yang dimiliki
franchisor
b. Waralaba produk dan merek dagang, pemberian hak dan izin pengelolaan dari franchisor
kepada franchisee untuk menjual produk dengan menggunakan merek dagang dalam bentuk
keagenan, distributor, atau lisensi penjualan

APA DAN SIAPA?

Dalam upaya mempelajari lebih lanjut tentang Franchise maka perlu dipelajari beberapa
istilah yang ter-kait dengan bisnis ini, antara lain: Franchise; Franchisor; Franchisee; Biaya
Royalty/Royalty fee; Advertising fee; Area Franchise dan istilah-istilah lain dalam Franchise.
Satu persatu akan dijelaskan sebagai berikut:

1. FRANCHISOR
Franchisor adalah pihak penjual Franshise/pemberi waralaba. Franchisor dapat berupa badan
usaha atau per-orangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan
atau menggunakan HAKI atau pene-muan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Franchisor
bertugas memberikan outlet dan bahan baku serta menye-diakan pelatihan operasional bisnis
kepada pihak franchi-see. Dengan kata lain Franchisor membuat manual ope-rasi sebagai
panduan operasional secara detail bagi fran-chisee tentang bagaimana melakukan fungsi-
fungsi dalam menjalankan bisnis. Bagian-bagian yang tercantum dalam manual operasi
berkaitan dengan operasional, personalia, marketing, kehumasan, customer service,
perawatan dsb. Penyimpangan terhadap manual operasi akan mengaki-batan franchise
kehilangan hak waralaba. (Sonny Sumar-sono, 2009:6)

2. FRANCHISEE
Franchisee adalah penerima waralaba. Adalah pi-hak yang membeli franchise. Franchise
dapat berupa badan usaha atau pero-rangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau pene-muan atau ciri khas yang dimiliki
pemberi waralaba. Franchise, adalah individu/perusahaan yang dibe-rikan hak oleh franchisor
dengan cara membeli hak terse-but untuk area dan periode tertentu. Hak yang didapat oleh
Franchisee adalah menerima outlet, peralatan atau in-ventaris usaha lengkap, distribusi bahan
baku, pelatihan produksi, menerima transfer rahasia manajemen, lisensi penggunaan merek
bisnis, serta hak konsultasi.

3. FRANCHISE FEE
Dalam Bisnis Franchise, dikenal istilah Franchise Fee, adalah biaya pembelian hak waralaba
yang dikeluar-kan oleh franchisee setelah dinyatakan memenuhi syarat. Franchise Fee,
merupakan biaya pembelian fran-chise yang harus dibayarkan pihak franchisee kepada pi-hak
franchisor pada saat membeli paket bisnis tersebut. Franchise Fee, umumnya dibayarkan satu
kali saja. Akan dikembalikan oleh franchisor dalam bentuk fasilitas pelatihan awal, dukungan
set up awal dari outlet pertama yang akan dibuka franchisee.

Contoh yang disaji-kan oleh Eka Darma Pranoto (2010:7), sebagai berikut: Asep membeli
paket Burger Super Yogya (nama fiktif) dari franchisor Hendry. Maka sebagai Franchisee,
Asep ha-rus membayar 15 juta rupiah kepada Hendry. Uang 15 juta tersebut akan
dibelanjakan 3,5 juta untuk pembuatan gerobak, 2 juta untuk pembelian alat-alat makan serta
1,5 juta untuk bahan baku bulan pertama, dan sisanya masuk kantong Hendry sendiri. Kalau
dilihat si penjual untung besar. Ya!, tetapi bagi Asep, dapat berdagang de-ngan kelengkapan
peralatan dan bahan standar, produk yang dijual telah dikenal (dengan menggunakan merek
Burger Super Yogya ), sehingga menarik pelanggan, dan mendapat buku panduan berisi
tata cara atau rahasia ma-najemen bisnis agar berhasil; pelatihan memasak dan yang terkait
dengan prosedur operasi serta bocoran resep rahasia lainnya; serta hak berkonsultasi kepada
Hendry apabila pihak pembeli mengalami masalah, yang semua-nya akan menjadi modal
bisnis bagi Asep.

4. ROYALTY FEE
Royalty Fee, merupakan biaya royalty yang harus dibayarkan pihak franchisee kepada
franchisor sebagai konsekuensi penggunaan atas merek dagang bisnis. Pada franchise nyata
Royalty Fee harus dibayar setelah 3 tahun pertama, dibayarkan pemegang waralaba setiap
bulan dari laba operasional. Besarnya Royalty Fee berkisar 5-15% dari pengha-silan kotor,
tetapi patokan Royalty Fee yang layak adalah 10%. Menurut Eka Darma Pranoto (2010:7),
besar biaya royalty umumnya berkisar mulai dari 500 ribu/bulan. Ja-rang ada franchise yang
mau mematok royalty di bawah 500 ribu/ bulan. Penggunaan biaya royalty, biasanya dike-
luarkan untuk pemasaran.

5. ADVERTISING FEE
Advertising Fee, merupakan biaya yang harus dike-luarkan oleh franchisee untuk
pemasaran/promosi/peri-klanan. Merupakan biaya yang dibayarkan oleh franchisee kepada
franchisor untuk membiayai pos pengeluaran/ belanja iklan dari franchisor yang
disebarluaskan secara nasional/internasional. Menurut Sonny Sumarsono (2009:13), besarnya
Advertising Fee maksimal 3% dari penjualan. Tidak semua franchisor mengenakan
Advertising Fee adalah kenyataan bahwa tujuan dari jaringan waralaba adalah membentuk
satu skala ekonomi yang demikian besar sehingga biaya-biaya per outletnya menjadi
sedemikian efisiennya untuk bersaing dengan usaha sejenis. Mengingat Advertising Fee
merupakan pos pengeluaran yang dirasakan manfaatnya oleh semua jaringan, maka setiap
anggota jaringan (fran-chise) diminta untuk memberikan kontribusi dalam ben-tuk
Advertising Fee Salah satu contoh adalah, biaya iklan Mc Donalds, Pizza Hutz, atau lainnya
di televisi dibayar menggunakan biaya pemasaran/Advertising Fee, yang dikumpulkan secara
kolektif dari para Franchise Mc Donalds, Pizza Hutz di seluruh Indonesia. Jadi, dana dari
ratusan franchise di seluruh pelosok nusantara akan dikumpulkan secara ko-lektif menjadi
satu dan dikelola oleh pihak perwakilan franchisor di Indonesia, dan digunakan untuk
mengiklan-kan produk di TV agar penjualan semakin meningkat.

6. AREA FRANCHISE
Dalam bisnis franchise, dikenal Area Franchise, yai-tu semacam perwakilan franchise pada
area tertentu. Dise-but juga Master Franchise, dengan hak waralaba yang biasanya diberikan
meliputi wilayah geografis tertentu (biasanya negara) yang ditentukan dalam perjanjian war-
alaba. Pada praktiknya area franchise dapat diberikan tar-get dan dead line terkait dengan
jumlah outlet yang harus dibuka dalam kurun waktu tertentu. Selain itu Area
Franchise/Master Franchise dapat menjual hak waralaba-nya kepada area, individual atau
Multiple Franchisee.

7. MULTIPLE FRANCHISE
Multiple Franchise, adalah Franchisor yang meme-gang hak waralaba untuk lebih dari satu
outlet di area geo-grafis tertentu, akan tetapi tidak bisa menjual hak wara-laba yang
dimilikinya. Sehingga Multiple Franchise hanya memegang hak untuk mengoperasikan
waralaba saja.

8. INDIVIDUAL FRANCHISE
Individual Franchise adalah Franchisee yang bertin-dak atas nama sendiri yang memegang
hak waralaba un-tuk satu outlet saja, dan tidak dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya.
9. DEVELOPMENT AGREEMENT
Adalah perjanjian antara Franchisor dengan Master Franchise atau Area Franchise berkaitan
dengan komitmen franchise dalam hal target pengembangan waralaba di area geografis yang
dimilikinya.

10. BUSINESS FORMAT FRANCHISING


Waralaba format bisnis merupakan jenis waralaba yang paling maju. Dalam waralaba format
bisnis, Franchis-or memberikan hak (lisensi) kepada franchisee untuk men-jual produk/jasa
menggunakan merek, identitas dari sis-tem yang dimiliki franchisor. Selain itu Franchisor
melatih franchisee dalam hal pemasaran, penjualan, pengelolaan stock, akunting, personalia,
pemeliharaan, pengembangan bisnis dan semua aspek yang berkaitan dengan pengelo-laan
usaha yang bersangkutan. Selain itu dalam waralaba format bisnis, franchisor juga
memberikan dukungan untuk kesinambungan bisnis dalam bentuk konsultasi usaha, internal
audit, pemusatan pembelian untuk mendapatkan harga terbaik, pengem-bangan produk dan
advertising (Sonny Sumarsono, 2009: 14).

11. CONVERSION FRANCHISE


Waralaba konversi adalah jenis waralaba dimana franchisor memberikan lisensi kepada usaha
sejenis milik franchise untuk bergabung di dalam rantai usaha yang di-miliki franchisor untuk
menggunakan merek, logo dan sis-tem operasi franchisor. Contoh penerapan waralaba
konversi ini adalah dalam rantai hotel.

12. DISCLOSURE
Pada awal pembelian waralaba dikenal dengan sebutan FOC (Franchise Ofering Circular).
Disclosure meru-pakan penyajian fakta berupa kondisi penjualan, perso-nalia maupun
keuangan dari franchisor kepada calon fran-chisee. Fakta yang disajikan merupakan dokumen
rahasia, tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi, untuk mengetahui kondisi usaha
dan memutuskan pembelian hak waralaba. Biasanya diberikan paling tidak sepuluh hari
sebelum pembelian waralaba untuk dipelajari calon pembeli waralaba. Dalam praktik
selanjutnya disclosure agreement ka-dang dilakukan jika franchisor memberikan satu
informa-si berkaitan dengan usaha waralaba tersebut kepada para franchisee-nya.

13. DISTRIBUTORSHIP (Dealer)


Merupakan hak yang diberikan oleh pabrikan atau wholesaler kepada individu/perusahaan
untuk menjual produk atau jasa kepada pihak lain. Distributorship, meru-pakan cikal bakal
format waralaba yang paling sederhana Umumnya Distributorship yang hanya menyangkut
perpindahan kepemilikan produk bukan merupakan for-mat waralaba. Namun demikian
Distributorship yang men-cantumkan adanya disclosure dalam persyaratan kerjasa-manya
dapat disebut sebagai salah satu format waralaba yang paling sederhana (Sonny Sumarsono,
2009:15).

14. FRANCHSEES QUALIFICATION QUESTIONAIRE


Untuk menilai apakah calon franchisee layak untuk mengoperasikan bisnis franchisor, maka
diperlukan peni-laian kualifikasi. Untuk kepentingan tersebut digunakan Franchsees
Qualification Questionaire atau Kuesioner Kua-lifikasi Pewaralaba/franchisee. Franchsees
Qualification Questionaire, merupakan dokumen yang disiapkan franchisor untuk dilengkapi
fran-chisee. Dokumen tersebut berisi informasi untuk menen-tukan kandidat mampu dan
memiliki motivasi memulai usaha seperti yang dimiliki franchisor. Dokumen ini juga berisi
tentang tertarik membeli hak waralaba dari franchis-or dan kemampuan finansial kandidat.
15. MYSTERY SHOPERS
Mystery Shopers adalah satu alat yang digunakan Franchisor atau franchisee untuk menilai
seberapa baik penerapan standar operasional di satu outlet dari sisi pe-langgan.

16. INITIAL INVESTMENT


Initial Investment, adalah modal awal yang harus disetorkan dan dimiliki oleh Franchisee
pada saat memulai usaha waralabanya. Merupakan biaya pembelian franchise yang harus
dibayarkan pihak franchisee kepada franchisor pada saat membeli paket bisnis tersebut.
Terdiri atas Fran-chisee Fee, investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup
operasi selama bulan-bulan awal wara-labanya.

17. MANUAL OPERASI/OPERATING MANUAL


Manual operasi, adalah manual yang dibuat oleh Franchisor sebagai panduan operasional
bagi Franchisee. Merupakan panduan komprehensif dan detail bagaimana cara melakukan
fungsi-fungsi operasi bisnis franchisor. Manual ini memuat pangaturan yang terkait dengan
ope-rasional, personalia, marketing, keuangan, kehumasan, customer service, perawatan, dsb.
Apabila Franchisee me-langgar atau melakukan penyimpangan terhadap keten-tuan dalam
manual ini dapat kehilangan hak franchisee.

Eka Darma Pranoto (2010:9-10), menuliskan ten-tang Manual Book, sebagai panduan cara
mengelola bisnis yang berisikan standar manajeman (SOP) untuk mengelola bisnis franchise.
Buku ini adalah hak terbesar bagi pem-beli franchise, karena melalui buku ini franchisee
dapat mentransfer ilmu dari franchisor dari sebuah dokumen tertulis.

Manual Operasi, dengan sebutan SOP/Standar Operating Procedure, di dalamnya berupa


sumber ilmu yang merupakan standar manajemen yang berlaku di fran-chise. SOP berisi tata
cara bisnis agar bisa sukses, mulai dari memilih karyawan, tata cara produksi, pema-saran,
dsb, yang bisa dikatakan salah satu rahasia kesuksesan bisnis yang ditransfer franchisor ke
pihak franchisee. SOP ini mengatur tata cara manajemen secara tertulis, jelas dan
terumuskan.

Contoh SOP untuk bisnis Burger:


Secara berkala, karyawan harus selalu membuat masakan jadi, misalnya potongan selada
telah dipotong rapi, tomat yang sudah diiris, dsb, sehingga ketika ada pelanggan datang,
penyajian dapat cepat dilakukan
Sebelum usaha dimulai, X-banner harus dipasang tegak agar menarik konsumen
Tiap malam, listrik di outlet harus dinyalakan agar menarik perhatian pelanggan
Cara memasak adalah digoreng selama 3 menit. Patokannya adalah produk sudah
kekuningan dan cukup keras.
Memasak harus menggunakan api sedang agar tidak mudah gosong
Secara berkala, pihak franchisee harus berkunjung ke outlet dan mencicipi rasa produk hasil
masakan kar-yawan, dengan tujuan mengevaluasi dan memastikan bahwa rasa dan kualitas
sudah sesuai standar.

18. COMPANY OWNED OUTLET/ PILOT STORE


Company Owned Outlet atau Pilot Store adalah Out-let milik Franchisor Franchisor yang
terpercaya adalah Franchisor yang telah terbukti sukses dan mengoperasikan outlet milik
mereka sendiri yang disebut Pilot Store atau Company Owned Outlet. Jangan pernah
membeli waralaba kalau tidak ter-bukti akan outlet yang dipasarkan franchise/ waralabanya
19. OFFER
Penawaran merupakan komunikasi lisan atau tertulis dari Franchisor kepada calon
Franchisee. Komunikasi tertulis dpat berupa prospektus, dsb. Saran Eka Darma Pranoto
(2010:30), dalam menilai tawaran franchise, pas-tikan anda selalu melakukan prinsip 3D:
Disurvei, Dicek, Diputuskan mau diterima atau ditolak.

KELEBIHAN BISNIS FRANCHISE


Bagi mereka yang mempunyai modal tetapi belum mene-mukan ide bisnis, bisnis waralaba
dapat menjadi pilihan, karena mempunya kelebihan:

1. Mereknya sudah dikenal luas oleh masyarakat Produk yang sudah dikenal masyarakat
akan cenderung men-jadi pilihan dibanding dengan produk baru, meskipun produknya
sama, ciri khususnya sama, penataan gerainya sama, pelayanan sama. Masyarakat
akan memilih produk yang telah dikenal, karena biasanya mereka menggunakan
motto yang pasti-pasti sajalah.
2. Produknya memenuhi standar kualitas produksi. Kare-na franchise selalu menetapkan
tata cara dan prosedur penyediaan produk. Dalam penetapan prosedur penyediaan
produk atau layanan sudah didahului dengan uji kelayakan dan evaluasi produk secara
berkala. Apabila ada perubahan prosedur penyediaan produk untuk kualitas yang
lebih baik pihak franchisor juga memberikan informasi kepada franchiseenya.
3. Standar manajemennya sudah terbukti sukses dan ada jaminan
pembimbingan/konsultasi. Dalam memilih franchise, calon franchisor berhak
meminta bukti keberhasilan manajemen dengan melihat laporan keuangan franchisor
sebagai gambaran tentang keberhasilan manajemen. Selain keberhasilan manajemen,
franchisor yang baik (bukan asal-asalan) juga menyediakan pembimbingan dalam
menangani keluhan pelanggan atau masalah lainnya terkait dengan manajemen
operasi bisnis.

CARA MEMBELI FRANCHISE SAMPAI OPENING

Secara berturut-turut diringkas sebagaimana dijelaskan oleh Eka Darma Pranoto (2010:24-
29):

1. Survei lokasi. Cari lokasi yang dekat dengan pangsa pasar, ramai dan berdaya beli
kuat. Kalau tidak mam-pu bisa minta bantuan pihak franchisor
2. Pembayaran DP 80%. Pembayaran umumnya melalui transfer rekening.
3. Simpan Nota Transfer baik-baik. Dengan cara melakukan scan atau fotocopy.
Kemudian kirim hasil scan ke franchisor sebagai bukti telah melakukan transfer
4. Pengiriman Outlet. Yaitu peralatan dan barang inventtaris maupun bahan baku pada
bulan-bulan awal oleh franchisor
5. Promosi dan Rekrutmen. Merupakan langkah persiapan operasi usaha dengan
kegiatan menyebarkan bro-sur ke daerah sekitar dan melakukan upaya mencari
karyawan.
6. Bayar sisa pembayaran 20%. Lakukan cara yang sa-ma dengan langkah no.2.
7. Pelatihan Karyawan. Kirimkan karyawan yang telah Anda rekrut untuk mengikuti
pelatihan di tempat fran-chisor. Atau Anda sendiri datang ke pelatihan, kemudian
mentransfer kepada karyawan Anda.
8. Pelajari Buku Manual/Panduan. Buku panduan diterima dalam satu paket dengan
pengiriman outlet. Pelajari minimal 2 kali, apabila ada yang kurang dimengerti dapat
bertanya kepada franchisor atau customer service franchise Anda.
9. Pembukaan Usaha. Bawalah semua bahan baku ke tempat usaha dan lakukan
pembukaan usaha. Bila Franchise Anda besar biasanya disertai pembagian voucher
kepada calon pelanggan.

SARAN-SARAN

Zaenal Abidin (2008:58-59), dalam Monyet Aja Bisa Cari Duit!, menuliskan bahwa:
Membeli Waralaba adalah salah satu jalan pintas kalau seseorang mau memulai usa-ha.
Membeli waralaba bukan berarti membeli sukses. Membeli waralaba adalah membeli sistem.
Kalau Anda membeli sistem yang sudah terbukti sukses, maka ke-mungkinan sukses apabila
sistem itu Anda jalankan dalam usaha Anda. Membeli waralaba, mungkin akan mengurangi
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi.

Sedangkan Eka Darma Pranoto (2010:2) mengingatkan bahwa kita harus dapat membedakan
tawaran franchise yang kebetulan dan prospeknya cerah, dengan tawaran franchise yang
cuma asal-asalan dan berpotensi meragukan pembeli. Kalau memang mau membeli
Franchise, belilah yang benar-benar franchise dan jangan membeli yang sifatnya sekedar
bisnis opportunity (bisnis yang tak jelas kualitasnya, tetapi disamarkan dengan label nama
franchise).

Lebih lanjut, ditambahkan Eka, meskipun bisnis franchise merupakan bisnis yang sistemnya
sudah dirancang agar pembelinya bisa meraih untung lebih mudah hanya dengan
menduplikasikan sistem. Namun, pada praktik nyatanya tidak semudah itu. Kadang sistem
manajemen yang diberikan penjual franchise tidak bisa berjalan di lingkungan tertentu.
Dalam konteks demikian, pihak pembeli franchise harus berani berkreasi sendiri kalau tidak
ingin usahanya gulung tikar.

Anda mungkin juga menyukai