Joint Venture
FRANCHISING/BISNIS FRANCHISE/ WARALABA
MENGAPA FRANCHISE?
Dalam bahasa Indonesia, wara=lebih, laba= untung, jadi berarti
lebih untung
Merupakan format bisnis yang dipandang risiko kegagalannya lebih
kecil ketimbang mendirikan sebuah usaha baru
Dipandang lebih mudah daripada memulai dari nol
Ada kepastian hukum yang diatur dengan Kepmen Perindustrian
dan Perdagangan RI; UU Hak Paten; UU Merek; UU tentang Rahasia
Dagang
DASAR HUKUM
Karekteristik FRANCHISING :
Harus ada karakter kontrak tertulis antara franchisor dan franschise dan isi kontrak
berdasarkan kesepakatan bersama.
Franchisor memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan dimasukan.
Franchise diperbolehkan beroprasi dengan menggunakan nama atau merek dagang
prosedur serta segala nama reputasi yang dimiliki franchisor.
Frachisee harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dananya sendiri /
dengan dukungan dari sumber dana yang lain.
Franchisee berhak penuh mengelola bisnisnya sendiri.
Franchesee membayar Fee / royalti kepada franchisor atas hak yang dapat dari
franchisor.
Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu dimana ia satu-satunya
pihak yang memasarkan barang / jasa yang dihasilkan.
JENIS FRANCHISE
Franchise
Franchisor
Franchisee
Ongkos Royalty
Advertising fee
Area Franchise
Istilah-istilah lain dalam Franchise
FRANCHISOR
Kerugian Franchisee :
– Program latihan yang dijanjikan kadang –kadang tidak sesuai.
– Perincian tiap hari tentang penyelaenggaraan perusahaan sering
diabaikan.
– Kebebasan yang diberikan kepada franchisee terikat pada
kontrak yang sudah di sepakati.
PROSEDUR PEMBUKAAN
FRANCHISE
1. Survei lokasi.
2. Pembayaran DP 80%.
3. Konfirmasi Transfer
4. Pengiriman Outlet.
5. Promosi dan Rekrutmen.
6. Bayar sisa pembayaran 20%.
7. Pelatihan Karyawan
8. Pelajari Buku Manual/ Panduan.
9. Pembukaan Usaha.
SARAN SARAN
– A menyerahkan tanah , dengan nilai yang disetujui $ 100.000, harga pokok $ 75.000
– B menyesuaikan pemetakan, perbaikan lain lain $ 60.000
– C Menyerahkan kepada A (managing partner) $ 40.000
– A membayar iklan, dan lain-lain $ 37.500
– Kapling tanah terjual total $ 250.000, dengan perincian $ 50.000 tunai dan sisanya
wesel.
– Wesel tagih djiual dengan diskonto 10%
– Perhitungan laba Perhitungan laba bersih bersih dan dan distribusi
– Komisi A $ 5.000 sebagai sebagai managing partner
– Pembagi A : B : C = 10 : 6 : 4
– = 250.000 – ( 100.000 + 60.000 + 37.500 + 20.000) =32.500
– Pembagian kas oleh A kepada anggota
Pembukuan Terpisah
Joint Venture Buku A Buku B Buku C
5 Kas 50.000
Wesel Tagih 200.000
Tanah 160.000
Laba Penjualan 90.000
6 Kas 180.000
By. Bunga 20.000
Wesel Tagih 200.000
– A menyerahkan tanah , dengan nilai yang disetujui $ 100.000, harga pokok $ 75.000
– B menyesuaikan pemetakan, perbaikan lain lain $ 60.000
– C Menyerahkan kepada A (managing partner) $ 40.000
– A membayar iklan, dan lain-lain $ 37.500
– Kapling tanah terjual total $ 250.000, dengan perincian $ 50.000 tunai dan sisanya
wesel.
– Wesel tagih djiual dengan diskonto 10%
– Perhitungan laba Perhitungan laba bersih bersih dan dan distribusi
– Komisi A $ 5.000 Komisi A $ 5.000 sebagai sebagai penagih penagih partner
– Pembagi A : B : C = 10 : 6 : 4
– = 250.000 – ( 100.000 + 60.000 + 37.500 + 20.000) =32.500
– Pembagian kas oleh A kepada anggota
Pembukuan Tdk Terpisah
Buku A (Managing Partner) Buku B Buku C
Hernawan Hadi.doc.
PENANAMAN MODAL
DALAM NEGERI
Hernawan Hadi.doc.
PENANAMAN MODAL
ASING
Hernawan Hadi.doc.
BIDANG PMA
Hernawan Hadi.doc.
KEBIJAKAN DALAM PMA
Hernawan Hadi.doc.
TEORI PMA
Hernawan Hadi.doc.
EFEK NEGATIF OTONOMI
DAERAH THD INVESTASI
– EKONOMI BIAYA TINGGI : banyak pungutan
dan pajak daerah yang membebani investor.
– TUMPANG TINDIH KEWENANGAN : tidak jelas
kewenangan perijinan investasi oleh Pusat,
Provinsi atau Kab/Kotamadya.
– PEREKRUTAN TENAGA KERJA : banyak daerah
mensyaratkan perekrutan tenaga lokal yg tdk
memenuhi kualifikasi.
– KERJA SAMA ANTAR DAERAH : tdk ada
kerjasama dan standarisasi peraturan daerah.
Hernawan Hadi.doc.
STRATEGI MENARIK
INVESTOR
– Kesempatan,kemitraan dan keamanan.
– Kompetisi sehat dan transparan.
– Memangkas ekonomi biaya tinggi.
– Aturan yg pro pasar.
– Menghapus monopoli.
– Prosedur izin cepat dan satu pintu.
– Menghormati kontrak.
– Kebijakan investasi yang jelas.
– Koordinasi antar sektor dan daerah.
– Penentuan tarif berdasarkan kondisi ekonomi.
– Penegakan hukum.
Hernawan Hadi.doc.
PASAR MODAL INDONESIA
UU No. 8 1995