Anda di halaman 1dari 90

HOW BUSSINES

Oleh: Muhammad Gufron Hidayat, S.E & Dedik Priyanto

TO

FRANCHISE YOUR

KATA PENGANTAR
Sistem penjualan franchise kini tidak lagi dipandang sebelah mata. Pertumbuhannya begitu masif seiring dengan pemahaman masyarakat umum yang meningkat mengenai pola penjualan franchise. Produk yang difranchisekan pun beragam. Berbagai jenis franchise ditawarkan dengan beragam patokan harga. Dari yang ratusan juta hingga jutaan rupiah semuanya ada. Ini tentu semakin menambah semarak pasar franchise dan semakin meningkatkan pertumbuhannya di bumi nusantara ini. Apakah Anda hanya akan menjadi penonton di tengah maraknya pertumbuhan franchise di Indonesia? Sejatinya hal itu merupakah sebuah kerugian bila terjadi pada diri Anda. Ada yang mengatakan jika sistem franchise merupakan jalan pintas untuk mencapai kesuksesan di dunia bisnis. Hal itu memang ada benarnya dengan alasan-alasan yang akan dikupas dalam buku ini. Buku ini membahas bagaimana memfranchisekan bisnis yang kita miliki serta hal apa saja yang diperlukan untuk melakukan usaha tersebut. Buku ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Mohon koreksi dan perbaikan seandainya hal itu terjadi.

Jakarta, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : MENJADI BESAR DENGAN FRANCHISE A. Kriteria Franchise B. Franchise dan Cabang, Serupa tapi Tak Sama C. Franchise, BO, Lisensi, dan MLM D. Tipe-Tipe Franchise E. Keunggulan Franchise F. Beberapa Istilah Franchise

BAB II

: MEMFRANCHISEKAN USAHA A. Misi Luhur Franchise B. Apakah Bisnis Anda Layak Difranchisekan? C. Menganalisa Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Keuangan Bisnis D. Memprediksi Permintaan Pasar E. Analisa Kekuatan dan Kelemahan Pesaing di Pasar F. Analisa Konsep Bisnis di Pasar yang Berbeda

BAB III

: LANGKAH-LANGKAH MEMFRANCHISEKAN BISNIS A. Sulitkah Memfranchisekan Usaha B. Persipan Memfranchisekan Usaha C. Langkah-langkah Memfranchisekan Usaha D. Franchise Development 1. Penyusunan Manual Sistem Teknologi Informasi 2. Penyusunan Manual Quality Control 3. Penyusunan Manual Pemasaran 4. Penyusunan Manual Pelatihan 5. Perancangan Organisasi Franchise

BAB IV

: FRANCHISE IMPLEMENTATION A. Perjanjian Franchise B. Franchise Relationship C. Prospektus Franchise D. Manual Operasi Franchise E. Menentukan Franchise Fee dan Royalty Fee F. Franchise Support G. Training H. Monitoring dan Evaluasi

BAB V

: KIAT SUKSES DALAM FRANCHISE A. Cermat Memilih Franchise B. Mahir Mengelola Franchise C. Melejitkan Brand D. Mengelola SDM E. Inovasi Produk F. Membangun Kesetiaan Pelanggan G. Melanggengkan Hubungan Franchisor-Franchisee H. Meningkatkan Profit Bisnis

SUMBER BACAAN BIODATA PENULIS

BAB I MENJADI BESAR DENGAN FRANCHISE


Dalam beberapa tahun terakhir, pola usaha waralaba atau franchise makin diminati di Indonesia. Franchise makin digemari karena relatif mudah dijalankan bagi mereka yang baru memulai usaha, atau bahkan bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman usaha sama sekali. Keberadaan franchise diyakini sebagai jalan pintas jadi pengusaha. Dengan franchise, pengusaha baru maupun yang kawakan tidak perlu repot memulai bisnis dari nol, karena menggunakan merek yang sudah memiliki reputasi di pasar. Ditambah lagi dengan wacana entrepreneurship atau kewirausahaan yang makin kencang digaungkan baik oleh pemerintah maupun swasta. Seolah menemukan ekosistem yang tepat, bisnis franchise bertumbuh kembang dengan cepat. Dampaknya, setiap tahun muncul ribuan pengusaha baru untuk menjadi franchisee atau mitra bisnis franchise. Pakar franchise dari Amerika Dr. Martin Mandelsonh mendefiniskan franchise sebagai modal izin dari seseorang (franchisor) kepada orang lain (franchisee), yang memberi hak (dan biasanya mempersyaratkan) franchisee untuk mengadakan bisnis di bawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh elemen yang dibutuhkan untuk membuat seseorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun oleh franchisor dibawah brand miliknya (ditraining), untuk kemudian franchisee menjalankannya berdasarkan pada basis yang telah ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan.

G. Kriteria Franchise Franchise berasal dari bahasa Prancis yang berarti bebas dari perhambaan atau perbudakan. Jika dihubungkan dengan konteks pemasaran, Franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk melaksanakan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah sebuah sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pewaralaba (franchisor) dan terwaralaba (franchisee). Secara bahasa, ketiga komponen tersebut adalah komponen utama dalam waralaba. Franchise adalah yang utama, dan didasari dengan sistem. Pertama, apakah franchising itu? Dari pemaparan di atas

di dapatkan bahwa, franchising adalah kegiatan untuk memberikan sistem dengan bentuk hadiah royalty. Maksudnya adalah, ada sebuah sistem ( dalam hal ini sistem jualan, penjualan) yang di berikan oleh Franchisor, kepada franchisee. Lebih jelasnya, menurut European Code of Ethics for Franchising, franchise didefinisikan sebagai: Sebuah sistem pemasaran barang, dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerjasama tertutup dan terus-menerus antara pelaku-pelaku independen (franchisor, maupun franchisee) dan terpisah baik secara (legal) hukum dan keuangan, dimana Franchisor memberikan hak kepada para individual Franchisee, dan membebankan kewajiban unutk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor. Istilah franchise secara konsep memiliki banyak pengertian. Masing-masing wilayah (negara) memiliki definisi sendiri mengenai franchise. Karena luasnya pengertian franchise, tidak ada definisi seragam mengenai pengertian franchise. Di Indonesia sendiri, franchise secara bahasa diartikan sebagai waralaba. Unsur utamanya antara lain, franchisor (pewaralaba) dan franchisee (terwaralaba). International Franchise Association dalam situs resminya mengartikan, franchise merupakan kesepakatan antara dua kelompok legal independen yang memberikan :

1. Seseorang atau kelompok orang (franchisee) berhak untuk memasarkan sebuah produk atau jasa
dengan menggunakan trademark atau nama dagang dari bisnis orang lain (franchisor).

2. Franchisee mendapat hak untuk memasarkan produk atau jasa dengan menggunakan metode
operasi dari franchisor.

3. Franchisee berkewajiban membayar hak yang ia dapatkan kepada franchisor. 4. Franchisor wajib memberikan hak dan dukungan kepada franchisee.
Dalam PP No 42 tahun 2007 disebutkan bahwa waralaba harus memenuhi 6 (enam) kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Memiliki ciri khas usaha; Mengacu pada kategori ini, usaha franchise berarti suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, sehingga membuat konsumen selalu mencari ciri khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan atau penataan serta cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari Pemberi Waralaba (franchisor). 2. Terbukti sudah memberikan keuntungan; Kategori ini menunjuk pada pengalaman Pemberi Waralaba (franchisor) yang telah menjalankan bisnisnya kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk

mengatasi berbagai macam kendala dalam perjalanan usahanya. Hal ini dapat dilihat dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan (proven). 3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan dan dibuat secara tertulis; Yang dimaksud dengan standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis adalah standar secara tertulis supaya Penerima Waralaba (franchisee) dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama (Standard Operational Procedure/SOP). 4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan; Yang dimaksud dengan mudah diajarkan dan diaplikasikan adalah mudah dilaksanakan sehingga Penerima Waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis, dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh Pemberi Waralaba. 5. Adanya dukungan yang berkesinambungan; Dukungan yang berkesinambungan adalah dukungan dari Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi. 6. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar; Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang, sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.

H. Franchise dan Cabang, Serupa Tapi Tak Sama Banyak pengusaha memimpikan pengembangan bisnisnya dapat menjangkau wilayah yang luas hingga mancanegara. Dengan begitu, hasil usahanya dapat lebih dikenal dan dinikmati lebih banyak orang. Dari sisi bisnis pun jelas sangat menggiurkan. Di Indonesia sendiri, tidak sedikit merek asing yang meramaikan dunia usaha bahkan mendominasinya. Merek-merek ini bisa ditemukan hampir ditiap kota besar Indonesia bahkan menjadikannya sebagai market leader di kategori bisnisnya masing-masing. Pola pengembangan bisnis konvensional biasanya dengan membuka cabang. Bisa dibayangkan berapa kekuatan modal dan waktu yang diperlukan untuk melakukan ekspansi. Dibanding dengan pola konvensional (branch), franchise memiliki banyak keunggulan. Bahkan, kesempatan untuk tumbuh jadi besar secara cepat sangat terbuka. Franchising is the most successful marketing concept ever created, jika ingin melaju di jalan tol bisnis, ambillah sistem franchise guna mempercepat pertumbuhan gerai. Pasalnya, franchsie diakui juga sebagai the engine of growth yang memungkinkan imperium bisnis Anda akan cepat tumbuh dan besar, tidak hanya skala lokal namun juga global.

Menumbuhkan bisnis tentu butuh effort yang tidak kecil. Bila dalam bisnis konvensional, semua mengacu pada sumber daya perusahaan atau pusat, maka di bisnis franchise semua unsurnya dapat dishare dengan franchisee. Hubungan antara franchisor dengan franshisee ibarat mitra, saling menghormati dan posisinya sejajar. Tidak seperti perusahaan, serba tersentralisasi, dan cenderung birokratis.

Franchise

Cabang

Unit usaha dikelola oleh


Mitra/Franchisee

Unit usaha dikelola oleh kepala


cabang/manager

Manajemennya desentralisasi High speed ekspansi dengan modal


franchisee

Manajemennya sentralisasi Kecepatan ekspansi tergantung modal


pemilik

Modal usaha ditanggung franchisee/


terwaralaba

Modal usaha ditanggung pemilik SDM milik pusat Tidak membayar sejumlah fee Closed management Resiko bisnis ditanggung pusat Karyawan kurang memiliki passion
yang tinggi dalam menyukseskan bisnisnya

SDM milik masing-masing franchisee Membayar sejumlah franchise fee Open management Resiko bisnis ditanggung franchisee Franchisee memiliki passion yang
tinggi dalam menyukseskan bisnisnya

I. Franchise, BO, Lisensi, dan MLM Pola kerja sama franchise yang tengah tumbuh pesat mampu mempesona calon investor maupun pebisnis. Tidak sedikit pelaku usaha yang mengklaim usaha miliknya sebagai peluang usaha franchise. Padahal, bisa jadi usahanya belum masuk kategori franchise. Hal itu yang membuat perlunya pembedaan yang tegas antara franchise dengan peluang investasi lain. Meski banyak bisnis franchise yang lahir dari Business Opportinity atau yang sering disebut BO, namun franchise tidak sama dengan BO. Berikut ini penjelasan yang membedakan antara franchise, Business Opportunity (BO), Lisensi dan Multi Level Marketing (MLM):

1. Waralaba (franchise) adalah hak khusus yang dimiliki orang perseorangan atau badan usaha
terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam memasarkan barang dan/atau jasa yang telah

terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

2. Business Opportunity (BO) merupakan cikal bakal atau embrio usaha untuk menjadi
franchiseable. Pada umumnya, BO berusia di bawah 3 tahun, tetapi mempunyai peluang menjanjikan bagi para pemilik modal yang berinvestasi di dalamnya.

3. Lisensi dalam UU Nomor 15 tahun 2001 tentang merek, adalah izin yang diberikan oleh pemilik
merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan) untuk menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

4. Multi Level Marketing (MLM) menurut Wikipedia, adalah sistem penjualan yang memanfaatkan
konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung. Harga barang yang ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi ditambah komisi yang menjadi hak konsumen karena secara tidak langsung telah membantu kelancaran distribusi.

Dari empat pengertian diatas, jelas terlihat perbedaan antara keempat peluang usaha tersebut. Yang paling mendekati kemiripan adalah franchise dan BO. Tipe yang paling umum dari BO adalah seperti bisnis-bisnis biasa pada umumnya yang menjual produk dan jasa, namun bisnis tersebut memberikan peluang bagi orang lain untuk mengembangkannya. Walaupun sebagian sistem franchise memiliki unsur-unsur demikian, perbedaan antara BO dan franchise terletak pada kadar hubungannya. Terdapat beberapa kriteria usaha franchise yang belum atau tidak dimiliki oleh BO. Namun demikian, bukan berarti BO tidak menarik untuk digeluti sebagai sebuah peluang bisnis dalam berinvestasi. Baik BO maupun franchise sama-sama baik jika digeluti dengan baik dan serius. Memang, franchise relatif lebih jelas dan mudah dijalankan, karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan dengan matang oleh franchisor. Namun untuk membayar sistem dan konsep bisnis franchise tidak murah. Karena franchisee harus membayar franchise fee untuk meduplikasi hak kekayaan intelektual franchisor, karena karya itu dibuat oleh franchisor dengan masa yang panjang dan tidak asal. Franchising (pewaralabaan) pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan manajemen. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee. Secara lebih spesifik, perbedaan antara franchise dan Bussines Opportunity (BO) diuraikan sebagai beriukut: 1. Branding dan Operating System (SOP)

Dalam bisnis franchise seluruh unit outlet atau gerai yang ada menggunakan nama merek dan sistem operasi prosedur yang sama, semua memiliki keseragaman. Sementara, dalam BO mitra bisnis tidak diharuskan menggunakan merek dan sistem operasi yang sama, mitra diberikan kebebasan untuk berubah bisnis sesuai yang dikehendaki. 2. Pay Ongoing Royalties (Pembayaran Royalti) Franchise juga menghendaki adanya pembayaran royalti bagi franchisee (mitra bisnis). Umumnya royalti dibayarkan setiap bulan dan berkelanjutan sepanjang kerjasama antara keduanya berlangsung. Sementara dalam business opportunity (BO) tidak dipungut royalti atau tidak mengenail istilah royalti, karena pada hakikatnya ia jual beli putus bisnis. 3. Ongoing Support (Dukungan berkelanjutan) Franchise atau waralaba dalam kontrak perjanjiannya menghendaki adanya dukungan berkelanjutan, seperti, marketing, training, kontrol dan monitor. Sementara dalam business opportunity (BO) mungkin saja ada dukungan atau bantuan berkelanjutan namun itu bukanlah satu hal yang mesti dilakukan, karena tidak ada dalam kontrak penjualan. 4. Legal Disclosure (Informasi Akurat) Franchisor atau pemilik bisnis franchise mesti membuka informasi sejelas-jelasnya dan sebenarbenarnya kepada franchisee atau calon franchiseenya. Keterangan itu meliputi nama perusahaan lengkap dengan data perusahaan, pemilik hingga laporan keuangan perusahaan tiga tahun terakhir. Dalam business opportunity (BO) hal tersebut diharuskan, namun demikian mereka tetap harus memberikan data semacam disclosure. 5. Research (Riset) 6. Dalam franchise semua data franchisee yang sudah ada tercatat dan tertulis dengan lengkap dalam dokumen disclosure, mulai dari nama franchisee, kedai hingga alamat lengkap dan kontaknya. Maka calon franchisee mungkin untuk melakukan riset guna memastikan suatu bisnis itu baik dan sehat dari unit bisnis yang telah berjalan. Sementara dalam business opportunity (BO) sulit untuk melakukan identifikasi karena setiap unitnya berdiri atas nama merek yang berbeda-beda.

Demikian sekilas perbedaan antara keduanya. Meski demikian keduanya baik bagi Anda yang tertantang untuk memulai bisnis dengan cara-cara yang jauh lebih aman.

J. Tipe-Tipe Franchise

Secara umum, franchise dibagi menjadi 2 jenis. Pertama adalah Product and Trademark Franchising (Waralaba Produk dan Merek Dagang), dan yang kedua adalah Business Format Franchising (Waralaba Format Bisnis). 1. Product and Trademark Franchising (Waralaba Produk dan Merek Dagang) Dalam format ini, Franchisor memberikan kepada Franchisee hak untuk menjual secara luas suat produk atau brand tertentu. Dalam Product Franchise ini, Franchisor menyediakan produk jadi, sedangkan Franchisee menyediakan outlet untuk melakukan penjualan. Contoh dari waralab tipe ini adalah waralaba pom bensin. 2. Business Format Franchising (Waralaba Format Bisnis) Dalam bisnis franchise ini, Franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk memasarkan suatu produk atau merek dagang tertentu serta menggunakan sistem operasional lengkap yang digunakan untuk menghasilkan produk, jasa atau teknologi tersebut. Franchisee diberikan hak untuk menggunakan paket bisnis yang telah dibuat dan ditetapkan oleh Franchisor, contohnya adalah KFC.

Kedua tipe franchise ini memang serupa, tapi tak sama. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa dalam sistem kedua (bisnis format franchise), franchisee diberikan hak penuh untuk menggunakan paket bisnis untuk mengembangkan usaha sesuai dengan kaidah dan aturan yang telah dibuat oleh Franchisor. Franchise jenis kedua ini memiliki keunggulan karena mampu memproduksi sendiri produk, jasa atau teknologi yang telah disetujui oleh Franchisor. Dalam hal ini, keuntungan yang didapatkan tentu saja lebih besar, karena Franchisee lebih dapat memperhitungkan cash flow, serta keuangan yang didapatkan. Keunggulan lain dari metode paket bisnis ini adalah memiliki perkembangan usaha yang lebih cepat, dengan catatan bahwa Franchisee memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengembangkan diri berdasarkan supervisi dari Franchisor. Kelemahannya, tentu saja adalah kebalikan dari keunggulan yang diberikan. Jika calon Franchisee tidak memiliki komitmen untuk berkembang bersama, dan tidak memiliki hasrat untuk mengembangkan kemajuan usaha yang tinggi, maka disarankan tidak menggunakan tipe format bisnis. Dengan bahasa singkat, tipe pertama memberikan tingkat sekuritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan franchise model paket bisnis.

K. Keunggulan Franchise Seperti telah dijelaskan sebelumnya, franchising pada dasarnya merupakan sebuah konsep untuk memperluas jaringan bisnis. Konsep franchise telah banyak mengantarkan merek lokal maupun asing menjadi besar dan mampu ekspansi lintas negara dengan puluhan juta customer. Franchise diakui sebagai

sistem yang dahsyat dalam mempercepat pertumbuhan outlet, atau bisa dibilang sebagai the engine for growth. Selain itu, Franchise juga merupakan jalur distribusi yang sangat efektif atau boleh dibilang dapat memotong jalur distribusi menyalurkan produk kepada end user melalui tangan franchisee. Sisi positif lainnya, terutama menyangkut hal Manajemen, Permodalan, dan Sumber daya manusia (SDM). Franchise merupakan strategi dan taktik yang mumpuni untuk menjadikan bisnis Anda tumbuh menjadi besar dengan speed yang kencang. Untuk lebih rinci, sedikitnya ada 7 keutamaan sistem franchise bagi franchisor, yaitu:

1. Kecepatan ekspansi lewat modal franchisee. Dengan memakai modal pihak ketiga, faktor untuk
cepat berkembang jauh lebih besar dibandingkan dengan membuka cabang sendiri.

2. Motivasi franchisee untuk sukses jauh lebih baik dibanding dengan karyawan atau manager,
sebab franchisee menyimpan modalnya di usaha tersebut sehingga passion menyukseskan gerainya jauh lebih tinggi.

3. Franchisor memiliki buying power yang tinggi kepada suplier. Harga beli untuk bahan baku,
peralatan, produk dan pembelian lainnya dengan kapasitas yang besar relatif lebih rendah.

4. Adanya shared advertising yang dapat meningkatkan brand awareness secara cepat, dengan biaya
yang dipikul bersama oleh seluruh jaringan usaha franchise.

5. Franchisee akan membantu lewat shared experience mengenai knowledge di setiap daerah
sehingga dapat dijadikan sebagai benchmark bagi outlet lainnya.

6. Memudahkan pengelolaan sumber daya manusia. Masing-masing franchisee mempunyai


tanggung jawab yang penuh terhadap setiap karyawannya masing-masing.

7. Mendapat revenue dari franchise fee, royalti fee, biaya training, produk, dan biaya lainnya.
Bagi franchisee konsep ini juga diakui memiliki banyak keunggulan. Dalam riset yang dilakukan oleh Majalah Info Franchise & The Bridge terhadap 23 merek franchise di Indonesia dengan jumlah 387 responden franchisee, ada beberapa alasan mereka membeli usaha waralaba. Dari seluruh responden yang ditanyai soal ini, 41% menjawab alasan mereka membeli waralaba karena waralaba sama dengan membeli merek yang sudah teruji. Alasan kedua, untuk investasi dengan return yang lebih tinggi (35%), kemudian ingin menjadi pengusaha (18%), serta mendapat dukungan franchisor (2%). Sedangkan faktor mereka memilih usaha waralaba, dari 387 responden, umumnya (40%) menjawab faktor merek dan sistem serta jaringan yang luas. Yang menjawab karena faktor berminat terhadap jenis usaha hanya 31%. Sisanya menjawab karena faktor presentasi usaha yang menarik (11%), referensi keluarga atau teman (8%) dan faktor lainnya (6%).

Adapun ketika ditanyakan soal pengalaman usaha, mayoritas responden memiliki pengalaman usaha. Meski begitu, ternyata mereka membutuhkan bimbingan dan pendampingan yang intensif. Ini terbukti dari pertanyaan waktu untuk beradaptasi dalam usaha, 78% responden menjawab sampai 6 bulan setelah usaha berjalan dan 12% yang membutukan pendampingan antara 6 12 bulan. Dilihat dari kacamata riset tersebut dan berbagai pengamatan menyebutkan bahwa membeli usaha waralaba memiliki banyak keunggulan antara lain:

1. Franchisee dapat menggunakan brand franchisor selama masa perjanjian franchise yang telah
disepakati bersama. Merek yang sudah tinggi ekuitasnya cenderung berpotensi lebih besar dalam memenangkan persaingan merebut customer dibanding dengan memulai bisnis sendiri.

2. Sistem Bisnisnya sudah teruji. Membeli franchise juga identik dengan membeli sistem. Selain
merek, kunci terpenting lainnya dalam bisnis adalah sistem. Sistem disini mencakup manajemen, keuangan, pemasaran, alur pasokan dan logistik (suplay chain) serta sumber daya manusia.

3. Adanya bantuan pelatihan atau training yang dilakukan oleh franchisor kepada karyawan maupun
owner baik sebelum pembukaan outlet maupun setelah pembukaan outlet.

4. Franchisor akan memberikan bantuan pendampingan dan bimibingan bisnis terhadap franchisee
baik pra-operasional maupun pasca-operasional.

5. Franchisor akan memberikan berbagai dukungan dari Pemberi Waralaba kepada Penerima
Waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.

6. Sharing Experience Franchisor. Franchisor akan mentransfer pengalamannya dalam mengelola


gerainya sehingga kendala-kendala yang terjadi dilapangan relatif lebih mudah diatasi.

Kenapa calon franchisee tertarik membeli hak franchise bisnis Anda? Pertanyaan tersebut tentunya harus Anda jawab. Pada bagian ini, kita akan membahas penyusunan manfaat yang akan Anda tawarkan kepada para calon franchisee. Seperti juga bisnis-bisnis lain, franchise pun tidak memiliki jaminan kesuskesan. Akan tetapi, sebuah risiko bisnis dapat diminimalisir melalui franchise. Kata-kata tersebut pastinya perlu Anda rumuskan kedalam manfaat yang akan diperoleh oleh franchisee jika bergabung dengan usaha franchise Anda. Berikut ini adalah 15 poin yang sering digunakan oleh franchisor dalam menyusun manfaat dari konsep franchise yang akan ditawarkan, sebagai berikut:

1. Pemakaian merek yang sudah terbukti berhasil 2. Proteksi wilayah franchise 3. Perekrutan karyawan

4. Pelatihan awal dan pelatihan lanjutan 5. Pendampingan pra-operasional hingga pembukaan 6. Pemberian sistem administrasi dan keuangan yang telah teruji 7. Suplai produk dan perlengkapan 8. Memiliki jaringan usaha yang luas 9. Adanya dukungan promosi bersama secara nasional. 10. Penelitian dan pengembangan (R&D) yang berkesinambungan 11. Adanya komitmen bisnis untuk menyukseskan franchisee 12. Adanya jaminan kualitas produk yang baik 13. Dukungan manajemen bisnis 14. Mendapat bantuan dalam strategi bisnis 15. Mendapat bantuan dalam permasalahan operasional, dll.
L. Beberapa Istilah Franchise 1. Franchisor adalah pemberi waralaba/pewaralaba. Orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba. 2. Franchisee adalah penerima waralaba/terwaralaba. Orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba. 3. Pemberi waralaba lanjutan adalah penerima waralaba yang mendapat hak untuk menunjuk penerima waralaba lain. Orang perseorangan atau badan usaha yang menerima hak dari pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba untuk menunjuk penerima waralaba lanjutan. 4. Penerima waralaba lanjutan adalah orang perseorangan atau badan usaha yang menerima hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba dari pemberi waralaba lanjutan. 5. Prospektus penawaran waralaba adalah keterangan tertulis dari pemberi waralaba yang sedikitnya menjelaskan tentang identitas, legalitas, sejarah kegiatan, struktur organisasi, keuangan, jumlah tempat usaha, daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban pemberi dan penerima waralaba. 6. Franchise Fee adalah biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee karena menggunakan merek yang diwaralabakan, serta hak menggunakan pedoman operasional selama jangka waktu perjanjian franchise.

7. Advertising fee adalah fee yang dibayarkan franchisee kepada franchisor untuk membiayai promosi, strategi pemasaran yang dihandle secara kolektif. 8. Royalti fee adalah fee yang disisihkan dari penjualan kotor untuk mendukung keberlangsungan bisnis yang sedang dibangun. 9. Trade Mark adalah merek dagang yang meliputi logo serta nama merek yang dilisensikan pada franchisee.

BAB II MEMFRANCHISEKAN USAHA


Tentang pola kerja sama dengan sistem franchise serta keunggulannya, tentu kita sepakat bahwa pola franchise menjadi pilihan tepat untuk meningkatkan pertumbuhan gerai. Hanya saja, dibutuhkan persyaratan dari sebuah bisnis untuk bisa difranchisekan. Pola franchise banyak diminati pengusaha karena beberapa alasan. Selain memiliki tingkat risiko yang kecil, franchise juga mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun harus selalu diingat, usaha yang difranchisekan harus betul-betul mempunyai proven track record. Hal itu menjadi syarat mutlak sebelum usaha dapat difranchisekan. Selain itu, juga harus memiliki keunikan (differensiasi) dan memiliki prototype agar bisa direplikasi ditempat lain. Alasan lain memfranchisekan usaha bagi pengusaha, dapat membuat jalan usaha menjadi lebih cepat dalam merebut pangsa pasar. Dengan begitu, franchise dapat mengatasi persaingan. Sebab didalam persaingan, siapa yang lebih dulu menguasai jaringan akan lebih unggul. Banyak juga pengusaha memilih pola franchise karena alasan ekspansi usaha menjadi lebih ringan alias tidak membutuhkan modal banyak karena modal itu akan disiapkan oleh franchiseenya atau calon franchiseenya. Hal itu sah-sah saja karena franchise merupakan salah satu metode perluasan usaha dengan modal rendah (low capital). Keterbatasan SDM juga bisa diatasi karena dengan franchise, berarti franchisor memperoleh para talent bisnis terbaik di masing-masing teritori untuk mengembangkan bisnis. Mereka itu (franchisee atau calon franchisee) adalah pengusaha lokal sebagai peminat franchise yang Anda sebagai pengusaha tawarkan. Selain itu, Anda tidak dipusingkan dengan pengelolaan karyawan karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab franchisee. Keterbatasan manajemen juga bukan persoalan besar. Sebab, pengelolaan outlet milik franchisee dilakukan secara independen. Pengelolaan rantai usaha menjadi unit-unit bisnis mandiri.

A. Misi Luhur Franchise Sebagai salah satu bidang usaha, harus pula diikuti bahwa memiliki tujuan dan misi, selain tentu saja untuk mendapatkan keuntungan. Nah, sistem franchise yang menggunakan sistem waralaba ini memiliki banyak segi. Salah satunya adalah untuk membuka peluang usaha. Menurut Tri Rahardjo dan Rofian Akbar (2008) menjelaskan dengan cukup gamblang mengenai misi luhur ini. Sebagai pengusaha, yang harus Anda ingat sebagai pengusaha, menggunakan pola franchise berarti Anda harus siap berbagi profit dengan para investor atau pembeli hak franchise (franchisee). Berbeda jika Anda buka cabang sendiri, seluruh profit akan masuk ke kantong Anda sendiri.Untuk itu, calon franchisor harus memiliki misi yang luhur ketika memfranchisekan usahanya. Jangan sampai hanya berniat mengeruk keuntungan dari jualan franchise tanpa memperhatikan franchiseenya. Misi yang harus dimiliki franchisor dalam memfranchisekan usahanya adalah, membuat franchiseenya sukses (seperti franchisor) bahkan lebih sukses dari yang didapat franchisor. Yang tidak kalah penting, untuk menjadi pengusaha franchise perlu ada kesiapan mental dan pergeseran paradigma yaitu, usahanya sekarang adalah menjual bisnis kepada mitra investor. Hal ini harus diwujudkan dengan melakukan inti kegiatan antara lain, melakukan branding development, training development, dan marketing development. Sistem franchise harus dibangun karena franchisor akan menghadapi banyak mitra kerja dari berbagai macam latar belakang. Untuk melakukan operasional kemitraanyang efektif dan dapat menumbuhkembangkan usahanya secara bersama, maka perlu dibuat sistem penerapan komprehensif yang seragam dan efektif. Lepas dari misi luhur yang dijabarkan diatas, pola franchise menjadi opsi yang tepat bagi pengusaha yang memiliki keterbatasan finansial. Kenapa? Karena modal yang dikeluarkan untuk membuka outlet baru, modal kerja dan biaya perijinan semuanya ditanggung oleh pembeli hak franchise. Malah justru franchisee menjadi sumber pendapatan baru bagi franchisor dari pembayaran franchise fee dan royalty fee. Sedangkan bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), bisnis waralaba ini dapat membantu untuk mengambangkan salah satu jenis usaha bagi lapisan bawah. Menurut Herustiati dan victoria Simanungkalit, bahwa dengan waralaba para pengusaha meningkatkan dan mengembangkan UKM. Dengan kendala yang dimilikinya mereka dapat dan mampu memanfaatkan sistem waralaba dalam mengembangkan usahanya terutama sebagai penerima waralaba (franchisee), karena: 1. UKM mendapat pelatihan khusus yang telah terstruktur dari pihak franchisor untuk mengatasi kendala pengetahuan yang dimiliki oleh UKM. Di samping itu, franchisee (dalam hal ini UKM)

dapat memanfaatkan pengalaman, organisasi & manajemen kantor franchisor; walaupun dia tetap mandiri dalam menjalankan bisnisnya sendiri. 2. UKM jelas akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dibandingkan bila UKM mencoba menjalankan bisnis sejenis secara mandiri. Hal ini dimungkinkan karena franchisor tidak lagi memperhitungkan biaya-biaya percobaan Yang telah dilakukannya. 3. UKM mendapat keuntungan untangible dengan resiko yang lebih rendah karena produk yang dihasilkannya sudah mempunyai brand name yang mapan dalam pandangan & pikiran konsumen. Disamping itu, franchisee (UKM) mendapat keuntungan dm"i pcnggunaan paten, merk dagi.mg, hak cipta, rabasia dagang, proses, [orIllula dari pihakfi'ancllisol: d) UKM dapat memanfaatkan hasil penelitian & pengembangan franchisor dalam memperbaiki bisnis sehingga bisnis tersebut tetap kornpetitif. 4. UKM mendapat bantuan dari franchisor dalam memilih lokasi usaha berdasarkan pengalaman franchisor. Hal tersebut menguntungkan karena salah satu faktor kunci kesuksesan bisnis waralaba adalah pemilihan lokasi yang tepat dan strategis dari sisi pasar. B. Apakah Bisnis Anda Layak Difranchisekan? Beberapa kemungkinan mewaralabakan usaha ini memerlukan sebuah kajian khusus. Berangkat dari pertanyaan mendasar tersebut, ada dua kajian yang mendasari franchise-ability study. Pertama, aspek non-finansial. Kedua, aspek finansial. Selain kedua aspek tersebut, ada 4 indikator yang menjadikan usaha Anda layak difranchisekan. a. Be Credible b. Be Unique c. Be teachable d. Be Profitable : Memiliki kredibilitas usaha, dan terpercaya : Memiliki keunikan untuk dijual : Mudah untuk ditransformasikan kepada franchisee, dan : Usaha tersebut mempunyai tingkat keuntungan yang baik dan tingkat

pengembalian modal yang cepat

(Sumber : Successful Franchising, Mark C. Siebert)

Pertama, aspek Non-Finansial Aspek non-finansial merupakan gambaran seberapa kredibel usaha Anda untuk bisa difranchisekan. Ada beberapa kategori yang dapat dijadikan acuan dalam hal ini. Yakni:

1. Dapat terstandarisasi
Usaha yang akan difranchisekan harus dapat distandarkan. Standarisasi ini mulai dari sistem operasional, bentuk dan identitas usaha, termasuk juga sistem monitoring dan pelaporannya. Tentu ini menjadi modal awal untuk berwirausaha franchise.

2. Usaha tersebut memiliki keunikan/keistimewaan


Keunikan ini berarti, produk yang akan kita franchisekan memiliki keunggulan yang tidak hanya profitable, melainkan unggul untul untuk kepentingan operasional usahanya. Terutama dari segi kompetisi, tidak mudah ditiru dan menjadi nilai tambah bagi usahanya.

3. Transparan
Ini adalah kemampuan transparan, sehingga para calon mitra atau franchisee dapat melihat dengan jeli kemampuan kinerja dan dukungan dari franchisor kepada franchiseenya.

4. Mudah transfer pengetahuan


Perusahaan yang sukses biasanya dapat mengajarkan usahanya secara efektif dan efisien, jika knowledge transfer yang dilakukan berjalan baik, maka bisnis tersebut akan semakin sukses.

5. Sudahkah bisnis Anda benar-benar berhasil dan telah memberikan keuntungan bagi Anda? Faktor
yang paling penting untuk mewaralabakan usaha adalah proven track record, usaha tersebut telah terbukti berjalan dengan sukses dan ditangani dengan baik.

Terkait dengan poin ini, calon franchisor perlu membuat semacam pilot project untuk melihat kemungkinan sistem franchisenya berjalan baik atau tidak. Perlu juga dikaji dalam franchise-ability, apakah usaha yang akan difranchisekan tersebut memiliki peminat dan pasar yang cukup untuk dijual. Jangan sampai terjadi, setelah memfranchisekan usaha ternyata peminat dan pasarnya tidak cukup banyak. Kedua, aspek Finansial Pertanyaan yang dapat diajukan bagi diri Anda sendiri adalah, apakah secara finansial bisnis tersebut dapat difranchisekan? Ini pertanyaan yang sangat penting sebelum kita memfranchisekan usaha. Ada 3 aspek yang bisa dilihat. Menghitung kelayakan bisnis yang akan difranchisekan. Bisnis franchise akan menarik banyak peminat jika bisnis tersebut dari sisi pengembalian modal relatif cepat dan dengan modal investasi yang tidak terlalu besar. Kedua, menghitung kelayakan usaha bagi franchisee. Pada faktor ini kita memproyeksikan R/L dengan memasukan unsur franchise fee dan royalty fee. Dalam hal ini, Anda dapat memproyeksikan berapa lama tingkat pengembalian modal franchisee dan berapa jumlah nilai investasi yang dibutuhkan untuk membuka suatu outlet franchisee. Ketiga, menghitung kelayakan usaha bagi Franchisor. Dalam tahapan ini Anda akan menghitung berapa jumlah nilai investasi yang akan Anda tanamkan untuk membangun perusahaan franchise. Sebagai franchisor Anda juga akan menghitung kapan kembali modal atas investasi tersebut, dan dibutuhkan berapa franchisee untuk mencapai hal tersebut. Agar tahapan-tahapan memfranchisekan usaha bisa berjalan lancar dan mampu mendukung kegiatan franchisee dalam menjalankan usahanya dengan sukses, maka proses pewaralabaannya dibagi kedalam tiga fase. Yaitu; 1. Fase penyusunan sistem franchise, Langkah pertama yang dilakukan dalam rangka memfranchisekan usaha yang Anda miliki adalah melakukan penyusunan sistem franchise. Sistem franchise harus solid sebagai persiapan untuk menghadapi berbagai tantangan dan persaingan. Sistem yang solid ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang dihadapi franchisor maupun franchisee. Masalah franchisor yang bisa diatasi dengan sistem franchise adalah kemungkinan ekspansi usaha dengan modal terbatas dan terbebas dari segala kerepotan mengenai masalah tenaga kerja. Sedangkan masalah franchisee yang bisa diatasi dengan sistem franchisee adalah kemungkinan membuka usaha dengan resiko yang lebih rendah karena sudah tersedia sistem yang proven dan adanya bantuan dari franchisor.

Untuk alasan itulah sistem baku dari franchise harus dibentuk. Tujuannya untuk memudahkan franchisee menduplikasi usaha. Karena sistem merupakan pengejawantahan dari pengalaman dan sistem sukses franchisor. Setelah sistem dibangun, langkah lanjutannya adalah melakukan implementasi sistem tersebut dan terus melakukan perbaikan dan pengembangan sistem secara berkelanjutan. Bagaimanapun, usaha yang Anda franchisekan akan dilepas dan dijalankan franchisee (investor). Karenanya perlu persiapan matang. Tidak boleh terburu-buru menjual franchise ketika sistemnya belum baku. Jika itu dilakukan, akan merugikan franchisee. Jika franchisor merugikan franchiseenya, dalam jangka panjang franchisor pun akan mengalami kerugian. Apalagi franchisenya. Yang termasuk dalam penyusunan sistem franchise adalah differensiasi (uniqeness),keseragaman (uniformity) dan merek yang kuat. Differensiasi berarti, usaha tersebut memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh usaha sejenis milik pesaing. Dengan begitu, differensiasi ini menjadi salah satu keunggulan yang menonjol serta menjadi value added bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Sedangkan keseragaman dimaksudkan untuk menciptakan kesamaan di semua cabang atau outlet. Sehingga customer (end user) di mana pun, dalam melakukan pembelian atau mendapat pelayanan jasa, tidak merasakan adanya perbedaan. Sementara merek yang kuat menjadi keharusan karena merek mencerminkan image dan karakter dari sebuah usaha (produk/layanan jasa). 2. Fase pemasaran franchise, dan Fase selanjutnya setelah menyusun sistem franchise yang solid adalah fase pemasaran dari sistem tersebut. Sebuah usaha difranchisekan dengan maksud agar investor mau melakukan pembelian terhadap usaha tersebut. Agar sukses memasarkan dan menjual franchise, aktivitas marketing menjadi keharusan. Hal ini berlaku untuk kategori bisnis apapun. Sebagaimana umumnya, aktivitas marketing yang bisa dilakukan antara lain, lewat iklan di media massa (elektronik, cetak, dan sosial media/media on line), pameran/expo franchise, pemberitaan media dalam bentuk artikel (media cetak) atau talkshow (media elektronik), advertorial, brosur, flyer, poster, serta road show ke berbagai daerah untuk melakukan gathering dengan calon-calon franchisee yang potensial. Ada tiga hal yang haru diperhatikan terkait pemasaran franchise. Pertama, benefit untuk franchisee. Dalam hal ini, franchisor harus bisa meyakinkan franchisee dari ragam benefit yang diterima jika membeli usaha franchisenya. Misalnya benefit dari sisi return yang menarik, jangka waktu BEP jika berita buruk tentang usaha franchise tersebut tersebar luas, akibatnya bisa membuat calon franchisee potensial enggan membeli

(break event point) yang tidak terlalu lama dan sejumlah benefit lain yang bisa membuat franchisee tertarik dengan usaha franchisor. Kedua, proposal atau perjanjian kontrak waralaba (franchise agreement) yang menarik. Seringkali suatu konsep sudah bagus dan menarik tetapi tidak bisa menyajikan banyak benefit kepada franchisee. Karena itu, franchisor harus bisa menyajikan kontrak perjanjian yang mampu menarik minat calon franchisee terhadap usaha yang ditawarkan. Ketiga, strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang tepat akan membantu franchisor mencapai tujuannya. Franchisor harus jeli dalam menggunakan media promosi. Efektifitas dan efisiensi menjadi faktor pertimbangan utama penggunaan media promosi. Sebagai franchisor, Anda harus tahu persis apa yang Anda tawarkan kepada calon franchisee. 3. Fase pemeliharaan (maintenance) franchise. Setelah bisnis franchise Anda berjalan, Anda tentu tidak bisa begitu saja melepasnya. Perlu ada pemeliharaan terhadap bisnis franchise tersebut sehingga tetap eksis dan membesar. Cara yang paling utama adalah mempertahankan sinergi kemitraan antara franchisor dengan franchisee. Komunikasi yang baik franchisee-franchisor harus dipertahankan. Dalam hubungan kerja sama ini, kesuksesan franchisee akan menjadi kesuksesan jaringan franchise yang dimiliki franchisor. Untuk itu, franchisor harus siap membantu dan memberi dukungan agar franchiseenya bisa sukses seperti yang diharapkan. Tapi jangan lupa, usaha milik franchisee adalah usaha mandiri, bukan merupakan cabang dari franchisor. Karena itu, perlu dijaga supaya dukungan dari franchisor tidak menciptakan ketergantungan franchisee kepada franchisor dalam memajukan bisnisnya. Ada tiga aktivitas yang bisa dilakukan pada fase pemeliharaan ini. Pertama, penyeleksian para franchisee. Franchisor jangan terburu-buru menyetujui calon franchisee yang berminat membeli usahanya. Franchisor harus meneliti secara jeli dan cermat terhadap calon franchiseenya. Sebab, layaknya sebuah kerja sama bisnis, kepercayaan adalah modal utama. Salah memilih franchisee bisa berakibat fatal pada bisnis yang sudah susah payah dibangun. Kedua, asistensi bagi para franchisee. Hal ini perlu dilakukan agar sistem franchise yang diterapkan bisa diduplikasi secara benar. Proses pendampingan ini begitu penting, mengingat konsep bisnis franchise ini memerlukan kebersamaan yang terus menerus dan kontinyu. Terakhir, mengatasi masalah secara bersama-sama. Lalu, kapan usaha Anda bisa difranchisekan? Seperti bisnis pada umumnya, maka produk yang dijual haruslah mampu terserap oleh pasar. Begitu halnya dengan bisnis waralaba ini. Untuk ada syaratnya, menurut Tri Raharjo dan Rofian Akbar (2008), paling tidak ada delapan syarat. Yakni;

Pertama, usaha yang Anda bangun harus sukses dahulu. Ukuran sukses tidak hanya dalam hitungan bulan. Paling tidak, franchisor perlu membuktikan masa sukses usahanya dalam tiga tahun terakhir. Kurang dari itu, belum menjadi reason bagi bagi calon investor untuk membelinya. Kedua, memastikan bahwa franchisee bisa berhasil. Artinya, usaha yang dibangun oleh franchisor sangat menguntungkan dan trennya memperlihatkan kinerja penjualan yang terus meningkat. Jangan sampai niatan Anda hanya sekedar untuk mendapatkan franchise fee atau menerapkan target jangka pendek tanpa mempertimbangkan faktor franchisee. Ketiga, bisnis tersebut bisa dioperasikan oleh investor. Anda atau staf Anda harus bisa melatih calon investor untuk menjalankan usaha tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Keempat, Anda harus punya petunjuk manual untuk semua operasi usaha, baik harian, mingguan dan bulanan.. Tujuannya, agar franchisee bisa menjalankan usaha tersebut sesuai petunjuk manual secara sistimatis seperti yang Anda lakukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Kelima, produk yang Anda jual harus punya daya tarik pasar dalam jangka waktu yang panjang. Sejumlah produk memiliki lifecircle yang sangat pendek, terutama untuk produk-produk fesyen. Anda harus memikirkan konsep produk sehingga bisa bertahan lama di pasaran. Karena itu, produk Anda harus punya differensiasi atau keunikan tersendiri. Keenam, Bisa dijalankan di berbagai tempat. Artinya, usaha tersebut bisa dijalankan di berbagai tempat sesuai dengan persyaratan usaha dan bisa dipindahkan lokasinya ke tempat lain, termasuk juga ke luar negeri. Ketujuh, usaha Anda harus punya potensi pasar yang cukup agar bisa dinikmati oleh para franchisee. Dalam hal ini, franchisee juga harus bisa meraih laba yang wajar setelah menyetorkan modal pertamanya untuk pendirian usaha. Jangan sampai margin yang ditarik franchisor terlalu tinggi sehingga merugikan franchisor. Kedelapan, Usaha tersebut sudah didaftarkan dengan nama atau mereknya. Ini harus dilakukan tidak hanya untuk melindungi usaha Anda, tetapi juga para franchisor yang menggunakan merek Anda. Sembilan, sebagai franchisor Anda harus punya SDM dan sumber dana yang memadai untuk men-supporst usaha Anda ke depannya.

C. Menganalisa Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Keuangan Bisnis 1. Cara menganalisa Keuntungan Keuntungan dalam sebuah usaha adalah sebuah keharusan. Namun dalam bisnis waralaba bukan itu yang menjadi poin utama dalam meretaskan usaha ini, bahwa proses menjadi begitu penting dalam waralaba, itu benar. Karena waralaba tidak hanya memberi keuntungan secara cepat, melainkan juga kontinyu. Untuk proses begitu penting untuk menjaga stabilitas keuntungan kita.

Dalam hampir setiap presentasi atau yang tersaji dalam brosur/proposal, pemilik waralaba optimis bahwa BEP (Break Event Poit) atau titik impas akan terjadi pada periode tertentu, misalnya 6 bulan. Untuk awal, kita harus membaca data nilai Investasi Awal, biaya produksi, biaya operasional dan biaya tetap lainnya. Kesemuanya harus dihitung dengan sesama, sehingga BEP kita tidak anjlok diawal investasi. Untuk itu, perlu diperhatikan seperi ini; Misalnya, Investasi Waralaba A sebesar Rp. 10.000.000,-., biaya produksi per unit Rp. 4.000,-, harga jual produk A Rp. 10.000,-/. Seandainya pemilik Waralaba sudah menyediakan gerai seperti gerobak/etalase, kita dapat menghitung langsung dengan rumus sederhana, yaitu Rp. 10.000.000,- / (Rp. 10.000 - Rp. 4.000) = 6000. Artinya nilai investasi akan kembali bila pewaralaba sudah berhasil menjual produk snack tsb sebanyak 6000 buah. Jika rata-rata penjualan mencapai 60 unit produk/hari, diperlukan waktu 100 hari penjualan untuk mencapai BEP. Begitu pula sebaliknya, jika produk yang dijual tidak bisa memenuhi target penjualannya seperti yang dihitung di atas. Tentu proses untuk menuju BEP akan lebih lama lagi. Misalnya, penjual itu hanya mampu menjual produknya 50/hari. Tentu akan lebih lama ia akan mampu mencapai titik impas. Perhitungan di atas dapat dilakukan secara sederhana, itupun jika dalam klausul kontrak di awal antara franchisor dan franchisee terjadi kesepakan bahwa posisi franchisor sebagai penyedia utama, sedangkan franchisee menjalankan bisnis. Misalnya, semua peralatan yang digunakan, baik itu gerai/gerobak/tempat dlsb, adalah produk yang disiapkan franchisor, Apabila tidak, maka hitung-hitungannya akan berbeda. Untuk mencapai BEP seorang franchisee harus menghitung juga biaya peralatan selain biaya produksi. Untuk itu, maka biaya akan menjadi elemen biaya tetap yang menambah jumlah investasi awal dalam menggunakan bisnis franchise.

Contoh analisa keungan Analisa Keuntungan Franchise Bubble Tea dari Frezz Bubble Paket bazar dalam mall, asumsi penjualan rata-rata 50 cup per hari. Modal (paket usaha tipe outlet) Jumlah Rp. awal 12.500.000,-

Penjualan

bulanan

(Asumsi penjualan rata-rata 50 cup per hari, harga jual Rp. 9.000,-; biaya bahan baku diasumsikan Rp.

4.000,- per cup) Biaya-biaya Biaya sewa Biaya tenaga kerja Biaya Overhead License Fee Biaya Bahan Baku* Jumlah Laba Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

Jumlah

Rp.

13.500.000,-

2.500.000,1.800.000,250.000,138.900,6.000.000,10.688.900,-

(Penjualan bulanan dikurangi biaya-biaya) Lama pengembalian

Jumlah

Rp. modal

2.811.100,(RoI)** Bulan

(Modal awal dibagi laba per bulan) ** Jika asumsi penjualan

4,4 50 cup per hari

tercapai.

Paket Modal

Outlet

dalam

mall,

asumsi

penjualan

rata-rata

75

cup

per

hari awal

(paket usaha tipe outlet) Penjualan 4.000,- per cup) Biaya-biaya Biaya sewa Biaya tenaga kerja Biaya Overhead Rp. Rp. Rp.

Jumlah

Rp.

25.000.000,bulanan

(Asumsi penjualan rata-rata 75 cup per hari, harga jual Rp. 9.000,-; biaya bahan baku diasumsikan Rp. Jumlah Rp. 20.250.000,-

3.000.000,1.800.000,300.000,-

License Fee Biaya Bahan Baku* Jumlah Laba

Rp. Rp. Rp.

138.900,9.000.000,14.238.900,-

(Penjualan bulanan dikurangi biaya-biaya) Lama pengembalian

Jumlah

Rp. modal

6.011.100,(RoI)** Bulan

(Modal awal dibagi laba per bulan) ** Jika asumsi penjualan

4,2 75 cup per hari

tercapai.

Paket Modal

Outlet

dalam

mall,

asumsi

penjualan

rata-rata

50

cup

per

hari awal

(paket usaha tipe outlet) Penjualan 4.000,- per cup) Biaya-biaya Biaya sewa Biaya tenaga kerja Biaya Overhead License Fee Biaya Bahan Baku* Jumlah Laba (Penjualan bulanan dikurangi biaya-biaya) Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

Jumlah

Rp.

25.000.000,bulanan

(Asumsi penjualan rata-rata 50 cup per hari, harga jual Rp. 9.000,-; biaya bahan baku diasumsikan Rp. Jumlah Rp. 13.500.000,-

3.000.000,1.800.000,250.000,138.900,6.000.000,11.188.900,-

Jumlah

Rp.

2.311.100,-

Lama

pengembalian 10,8

modal

(RoI)** Bulan

(Modal awal dibagi laba per bulan)

** Jika asumsi penjualan 50 cup per hari tercapai. 2. Likuiditas Franchise Dalam sebuah usaha, likuiditas merupakan sesuatu keharusan. Karena memenuhi kewajiban operasional suatu perusahaan merupakan masalah bisa atau tidaknya sebuah dalam perusahaan jangka pendeknya seperti pembayaran gaji, pembayaran tagihan hutang dagang serta pembayaran biaya operasional. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila jumlah asset lancarnya lebih besar daripada hutang lancarnya. Masalah likuiditas perlu dijaga untuk jenis bisnis tertentu dengan siklus pendek. Masalah likuiditas perlu dijaga untuk jenis bisnis tertentu dengan siklus pendek. Dalam franchise, likuiditas ini begitu penting untuk mengetahui apakah aktiva yang telah kita investasikan menjadi sesuatu yang proven atau tidak, mencapai BEP atau belum, ini sangat ditentukan oleh bagaimana usaha ini menjadi likuid. Misalnya, jika dalam manajemen keuangan franchise, selain modal itu diinvestasikan dalam aktiva lancar, dan jangan dilupakan adalah hutang perusahaan lancar dengan jangka waktu pendek (modal kerja). Dengan adanya investasi dalam aktiva tetap, diharapkan perusahaan dapat memperoleh manfaat karena investasi tersebut. Investasi ini dapat ditujukan untuk menambah kuantitas produk, meningkatkan kualitas produk, menambah lini produk, dan lain sebagainya. Jika tidak, tentu akan sangat menganggu likuiditas perusahaan. Misalnya, franchise A tidak mampu mereproduksi usaha selama setahu, sedangkan BEP masih belum sampai. Tentu ini akan perusahaan itu akan terlikuidasi.

3. Solvabilitas Setelah kita tahu bagaimana Profitabiltas dan Likuiditas usaha franchise, maka mari untuk mengetahui bagaimana mengetahui solvabilitas (Pemecahan) dalam franchise. Yang paling utama adalah hubungan baik antara franchisor dan franchisee. Mengenai hal ini, Pemred Majalah Info Franchise melihat ada tujuh hal yang sering dilakukan untuk menjaga harmonisasi ini; a. Adakan pertemuan rutin dengan franchisee Anda. Anda bisa melakukan setiap bulan, tiga bulanan atau momen momen tertentu yang telah ditentukan. b. Mengundang seluruh franchisee setahun sekali untuk diadakan franchisee gathering, sekaligus digunakan untuk pembahasan program 1 tahun kedepan.

c. Membangun media komunikasi melalui telpon, website, news letter, sms blast, fax, e-mail, dll. d. Memperingati hari besar secara bersama (seluruh franchisee). Mis: Halal Bihalal, Buka Puasa bersama, Natal, dll. e. Selalu melibatkan franchisee dalam membuat program-program baru yang akan berdampak pada gerai franchisee serta melibatkan dalam program cross database untuk program marketing. f. Membuat hotline untuk mempermudah franchisee berkomunikasi dengan franchisor. Sebaiknya gunakan provider telepon yang sama untuk mengurangi beban biaya telepon. g. Selalu mengadakan kontroling dan monitoring secara berkala sesaui dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Tentu, hal demikian menjadi tidak penting jika tidak adanya kesungguhan dari Franchisor dan fracnhisee, bahwa untuk menjalin hubungan dengan sistem franchise, tidak hanya berbicara soal rekanan bisnis. Lebih dari itu, mereka seperti sebuah keluarga yang akan terus bersama menapaki sukses, karena sistem inilah franchise begitu unggul dibanding yang lain. D. Memprediksi Permintaan Pasar Dalam bisnis franchise, pasar adalah elemen penting. Tidak bisa dipungkiri bahwa jikalau tidak ada pasar, tidak ada bisnis. Apapun itu bentuknya. Termasuk juga bisnis franchise, yang sangat membutuhkan pasar sebagai domain utama berbisnis. Lalu bagaimana memprediksi permintaan pasar? Sebagai franchisee, tentu pasar ini menjadi begitu menjanjikan. Coba Anda ingat kembali satu kunci dari bisnis franchisee. Salah satu kunci berbisnis franchise adalah ciri khas. Nah, inovasi menjadi begitu penting dalam membaca prediksi pasar. Percayalah, jika produk yang kita jual ini mempunyai ciri khas, dan tentu saja dengan branding dan marketing yang bagus, pembeli tetap mengejar kita. Di manapun kita pasar itu. Tentu saja, kita membutuhkan inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan bisnis ini. Tapi ini bukan yang utama, jika ciri khas ini sudah melekat di pembeli. Untuk itulah, Standar Operation (SOP) begitu penting, karena di situ terjadi kelekatan dan kedekatan (Proximity) antara franchisee dengan pembeli. Itulah yang membedakan dengan yang lain.

E. Analisa Kekuatan dan Kelemahan Pesaing di Pasar

Dalam berbisnis, apapun itu bisnisnya, tentu kita akan mendapatkan pesaing usaha. Tak terkecuali bisnis waralaba ini. Ada beberapa tipe pesaing bisnis; 1. Destruktif Tipe ini menggunakan pasar untuk kepentingan dirinya, tanpa melihat apakah pesaing yang lain rugi atau tidak. Biasanya tipe pesaing seperti ini akan memanfaatkan cara-cara yang kadang tidak logis dalam berbisnis yang sehat, dan berusaha menancapkan pengaruhnya di lingkungan di mana ia berusaha, serta acap kali mengacaukan pasar yang telah ada. Misalnya, dalam sebuah usaha, di situ terdapat dua jenis restoran. Sebut saja A dan B. Pesaing yang destruktif membanting harga makanannya jauh di bawah standar. Ini tentu akan mengacauakan pasar yang telah disepakati. Lalu, bagaimana menghadapi tipe pesaing seperti ini? Jika sama-sama franchising, sedangkan kita orang baru, lebih baik jangan dulu mengikuti alur yang dibuat pesaing tipe ini. Selalu inovasi dengna branding, tentu akan membuat produk kita akan semakin terkenal di antara calon pembeli. Percayalah pada kekuatan produk kita. Dengan jaringan waralaba, tentu kita akan lebih mudah mendapatkan pangsa pasar, karena penelitian sebelum membaca akan begitu berpengaruh pada jalur nanti. 2. Konstruktif Tipe pesaing jenis ini kerap membuat inovasi dalam persaingan menghadapi pasar. Inilah yang akan membuat iklim pasar dengan inovasi-inovasi baru. Misalnya, bisnis A menambah restoran mereka dengan mendatangkan pagelaran musik setiap minggu, maka anda bisa menarik dengan mengambil ambassador pemusik atau siap sebagai penarik. Nah, inilah yang disebut kreativitas dan inovasi. Untuk berhadapan dengan tipe pesaing ini, tentu kita akan banyak belajar dan membaca, serta riset untuk bisa mengalahkan saingan kita itu. Jika anda tidak sanggup melakukan hal yang pertama karena masalah dana atau kemampuan. Gunakan cara ini yaitu cari sesuatu yang berbeda? Maksudnya walaupun dalam bisnis yang sama anda tidak perlu membuat kemampuan yang sama. Jika pesaing anda dapat membuat mobil yang bisa terbang, anda bisa mencari alternatif lain yaitu membuat mobil yang bisa menyelam ke air. Nah, dalam berbisnis waralaba, kita jangan menyerah adi dalam bisnis jangan menyerah dahulu. Walaupun mungkin saingan kita saat ini lebih kuat. Tapi ada solusi untuk tetap menarik pelanggan ke dalam usaha yang sedang kita jalani. F. Analisa Konsep Bisnis di Pasar yang Berbeda

Salah satu konsep bisnis franchise adalah metode jaringan. Namun jaringan ini jangan diartikan seperti metode jaringan dalam bisnis Mulit level Marketing (MLM), karena yang dijual dalam Franchise adalah proses usaha, bukan hanya produk (MLM). Nah, di situ Anda dapat mengambil secercah kesimpulan sementara bahwa dalam franchise metode jaringan begitu penting dalam membaca pasar. Banyak sekali contoh, misalnya kita lihat jejaring bisnis Mc Donald, yang awalnya hanya ada di Amerika saja, mampu kita lihat di pojok-pojok tempat di sekitar kita. Harus diakui, bisnis waralaba memang memiliki keistimewaan, tidak hanya karena reputasi merek dan sistem bisnisnya yang memang sudah mapan. Dalam pasar yang berbeda pun, tidak ada monopoli bisnis. Bahkan juga didukung oleh pemerintah sebagai salah satu anjuran wirausaha. Sehingga, tidak berlebihan kiranya, jika franchise menurut Anang Sukandar, ketua Asosiasi Franchise Indonesia dianggap sebagai lokomotif entrepreneur baru di Indonesia. Karena melalui franchise, jalur menjadi pengusaha atau wiraswasta relatife cepat dan singkat tanpa resiko yang besar. Sehingga dengan demikian bisa memangkas waktu, tenaga, dan proses trial and error yang panjang. Cukup dengan mengambil paket pengalaman bisnis franchise yang sudah lengkap dalam panduan bisnis, sang franchisee bisa leluasa dan mudah menjalankan bisnisnya tanpa harus memulai dari nol. Di manapun pasar itu ada, karena di mana masih ada pembeli, maka di situ bisnis franchise akan tetap berjalan, tentu dengan pengamatan yagn cermat dan tepat sebelum memutuskan untuk terjun ke bisnis franchise.

BAB III CARA MEMBACA UNSUR-UNSUR KEUANGAN


Secara garis besar, cara untuk membaca laporan keuangan telah dipaparkan oleh James O. Gill sebagai berikut: 1. Mulai dari belakang Setiap laporan keuangan tercantum di belakangnya siapa dan pihak mana yang mengaudit. Bagian ini sangat penting untuk diketahui agar laporan keuangan tersebut bisa dikatakan sah secara hukum. Biasanya laporan yang dibuat oleh auditor independen dimuat di bagian belakang laporan tahunan. Adapun kategori umum dalam laporan keuangan memuat hal-hal sebagai berikut: a. Surat CEO b. Laporan keuangan yang terdiri dari: Neraca Laporan laba rugi

Laporan aliran kas Laporan perubahan posisi keuangan Laporan modal pemegang saham

c. Catatan kaki d. Penjelasan dan analisis e. Laporan oleh audit independen

2. Catatan kaki Catatan kaki merupakan poin selanjutnya yang harus diperhatikan. Catatan kaki harus diperiksa untuk melihat apakah perusahaan telah mengubah prinsip atau metode akuntansinya. Jika memang perusahaan sedang merubah akuntansinya, pastikan kita mencari tahu alasan perubahan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut: a. Apakah periode penyusutan lebih dari seharusnya, atau karena aktiva yang tidak dipakai sehingga memiliki umur pakai yang lebih lama? b. Jika penjualan tidak berkembang sebagaimana yang ditargetkan, perlu dijelaskan juga di catatan kaki. c. Pendapatan meningkat karena adanya keberuntungan dan manajemen ingin menyimpan sebagai hasil untuk masa-masa di mana penjualan sedang menurun atau melonggarkan pembayaran pajak. d. Apakah penjualan menurun karena adanya perubahan dalam akuntansi dan bukan karena penjualan?

3. Laporan keuangan Dalam membandingkan rasio dari seluruh tahun yang dilaporkan, berikan perhatian khusus untuk piutang dan sediaan. Jika laporan tidak menyebutkan rasionya, Anda harus melakukannya sendiri. Pertanyaan yang harus diajukan adalah sebagai berikut: a. Periksa apakah utang dan sediaan meningkat secara lebih cepat dibandingkan penjualan atau sebaliknya. b. Periksa apakah ini berarti perusahaan sedang berusaha meningkatkan atau menjaga penjualan dengan kebijakan kredit yang kurang baik. c. Periksa apakah perusahaan tetap mengoprasikan pabrik pada tingkat tinggi tanpa adanya penjualan. d. Apakah produksi tersebut dimaksudkan untuk sediaan di saat penjualan sedang tinggi?

e. Periksa rasio lancar dan lihat apakah perusahaan membayar tepat waktu dan memiliki kebijakan penagihan piutang yang baik. f. Periksa apakah utang jangka panjang meluas. Hal ini berarti umumnya baik, namun jika penjualan menurun, hal tersebut mungkin tidak terlalu baik. g. Lihat nilai aktiva kemudian bandingkan dengan perusahaan sejenis apakah perusahaan menaksir terlalu tinggi, apakah ada penjelasan, menaksir terlalu tinggi tidak terlalu berarti tidak ada pembelian yang antusias.

4. Surat CEO Memeriksa surat dari CEO atau pemilik perusahaan sangat penting dilakukan. Surat tersebut akan memberikan petunjuka kepada pihak yang berkepentingan mengenai jalanya usaha yang dikembangkan. Isi surat tersebut sejatinya harus sama dengan temuan yang Anda temukan di laporan keuangan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat surat dari CEO ini, yaitu: a. Perhatikan kata-kata lemah dalam surat seperti; kami sedang berusaha melakukan, terus bergerak maju, hampir selesai, dianggap demikian dan sebagainya. b. Waspadai kata-kata yang terkesan seperti permohonan maaf, kalimat yang banyak dibumbui kata-kata daripada tindakan analisis dalam penjualan utang atau laba. c. Surat tersebut harus mengandung informasi yang mudah dipahami mengenai hal yang sedang terjadi, arah yang akan ditempuh perusahaan dan cara mencapainya.

5. Penjelasan dan Analisis Langkah selanjutnya yaitu periksa penjelasan dan analisis yang disediakan dalam laporan keuangan tersebut. Penjelasan dan analisis ini dilakukan oleh auditor independen.

A. Membaca Neraca Di dalam akuntansi keuangan, neraca atau laporan posisi keuangan (bahasa Inggris: balance sheet) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi dimana hal itu menunjukkan posisi keuangan perusahaan tersebut pada akhir periode. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan akuntansi berikut: Aset = Liabilitas + Ekuitas

Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan, caturwulanan, atau tahunan). Jika laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan, maka neraca menggambarkan posisi keuangan. Dengan menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas, struktur modal dan efisiensi perusahaan serta menghitung tingkat pengembalian aktiva atas laba bersih. Hubungan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat likuiditas perusahaan. Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Indikator yang paling sering digunakan dalam mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio untuk periode berjalan dengan current ratio periode sebelumnya dan juga membandingkan antara current ratio suatu perusahaan dengan current ratio perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Persyaratan current ratio minimum pun acapkali diperlukan dalam kontrak perjanjian utang. Jika besarnya current ratio berada di bawah tingkat tertentu yang disyaratkan, maka dapat berakibat pada batalnya pinjaman yang akan diberikan. Informasi yang terkandung dalam neraca juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk menghitung besarnya tingkat pengembalian aktiva atas laba bersih. Informasi ini sesungguhnya memberikan gambaran kepada pemakai laporan keuangan mengenai tingkat profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Cara penghitungan tingkat keuntungan tersebut adalah dengan membagi laba bersih dengan total aktiva. Dari perhitungan itu didapat berapa tingkat pengembalian dari usaha yang kita lakukan. Semakin besar tingkat pengembaliannya, otomatis semakin baik kinerja usaha yang kita lakukan tersebut. Berikut ini adalah pos-pos neraca yang umum digunakan:

AKTIVA Aktiva Lancar: Kas dan Setara Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Persediaan Biaya Dibayar di Muka

KEWAJIBAN Kewajiban Lancar: Utang Usaha & Utang Wesel Jangka Pendek Beban yang Masih Harus Dibayar Pendapatan Diterima di Muka Bagian Utang Jangka Panjang yang Lancar

Aktiva Tidak Lancar: Investasi Jangka Panjang Aktiva Tetap Aktiva Tidak Berwujud Aktiva Tidak Lancar Lainnya

Kewajiban Tidak lancar: Utang Jangka Panjang Kewajiban Sewa Jangka Panjang Kewajiban Pajak yang Ditangguhkan Kewajiban Tidak Lancar Lainya EKUITAS PEMILIK Modal Disetor Laba Ditahan Saham Treasury Akumulasi Laba Komprehensif Lainnya

Pos-pos yang ada dalam neraca umumnya diklasifikasikan sebagai pos lancar (jangka pendek) dan pos tidak lancar (jangka panjang). Bagi kebanyakan perusahaan, hitungan lancar dan tidak lancar adalah satu tahun. Jadi, aktiva yang diperkirakan akan digunakan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang dikatakan sebagai aktiva lancar. Demikian juga sebaliknya, aktiva yang diperkirakan akan digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun dikatakan sebagai aktiva tidak lancar. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama. Siklus operasi normal perusahaan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan mulai dari membeli barang dagangan dari pemasok, menjualnya kepada pelanggan, sampai pada diterimanya penagihan piutang usaha atau piutang dagang. Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan penyajiannya di neraca haruslah berdasarkan pada urutan tingkat likuiditas. Kas merupakan aktiva yang paling likuid (lancar), lalu diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang, persediaan dan biaya dibayar dimuka.

Kas dan Setara Kas Kas diurutkan atau ditempatkan sebagai komponen pertama dari aktiva lancar dalam neraca karena merupakan komponen aktiva yang paling likuid. Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos (kiriman uang lewat pos; money orders), dan deposito. Kas dan Setara Kas merupakan istilah umum yang banyak digunakan dalam neraca. Kas sendiri terdiri dari uang kas yang disimpan di bank ( cash in bank) dan uang kas yang tersedia di perusahaan

(cash on hand). Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera, biasanya kurang dari tiga bulan (90 hari). Contoh dari setara kas adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank, surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memiliki peringkat kredit yang baik, surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah atau negara dan investasi dalam dana pasar uang. Kas dan setara kas ini akan disajikan dalam neraca sebesar nilai wajar.

Investasi Jangka Pendek Investasi jangka pendek biasanya dilakukan di sekuritas utang (obligasi) dan sekuritas ekuitas (saham). Sekuritas tersebut dibeli oleh perusahaan dengan maksud untuk diperjualbelikan secara aktif dalam rangka mendapatkan keuntungan dari selisih harga jangka pendek (capital gain). Investasi dalam sekuritas di atas dilaporkan di neraca sebagai aktiva lancar (investasi jangka pendek). Piutang Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi piutang usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan-pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 hingga 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam nerca sebagai aktiva lancar. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel di sini adalah pihak yang telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui pinjaman sejumlah uang. Pihak yang berutang berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promissory note. Bagi pihak yang berjanji untuk membayar (dalam hal ini adalah pembuat wesel), instrumen kreditnya dinamakan wesel bayar. Sedangkan bagi pihak yang dijanjikan untuk menerima pembayaran, instrumennya dinamakan wesel tagih yang akan dicatat dalam pembukuan sebagai piutang wesel. Sedangkan yang termasuk sebagai piutang lain-lain adalah piutang bunga (tagihan kreditur kepada debitur sebagai hasil dari pemberian pinjaman uang), piutang deviden (sebagai hasil dari penanaman modal), piutang pajak (tagihan subjek pajak kepada pemerintah berupa pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak) dan piutang karyawan (tagihan majikan kepada karyawan yang berhutang). Jika piutang dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal operasi perusahaan, dipilih yang paling lama, maka piutang lain-lain ini akan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

Persediaan Untuk perusahaan dagang, persediannya dinamakan persediaan barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi), di mana barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari. Mengenai kepemilikan barang-barang yang masih dalam perjalanan seharusnya masuk atau diperhitungkan sebagai bagian persediaan dari pihak yang memang secara hukum memiliki hak yang sah atas barang tersebut. Untuk keperluan pencatatan, hak kepemilikan barang biasanya ditentukan di awal transaksi jual beli, yaitu berdasarkan pada perjanjian atau syarat-syarat penjualan yang disepakati. Jika syarat penjualannya adalah franko gudang penjual maka begitu barang keluar dari gudang penjual, barang tersebut telah menjadi milik atau tanggung jawab penuh pembeli. Sedangkan jika syarat penjualannya adalah franko gudang pembeli maka kepemilikan barang baru akan beralih dari penjual ke pembeli apabila barang tersebut benar-benar telah diterima atau sampai ke gudang pembeli.

Biaya Dibayar di Muka Biaya dibayar di muka yang termasuk dalam aktiva lancar adalah pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat yang akan diterima dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, dipilih yang paling lama. Contoh yang paling umum dari biaya dibayar di muka adalah biaya asuransi, sewa, iklan dan perlengkapan. Biaya dibayar di muka akan disajikan dalam neraca sebesar biaya historis.

Aktiva Tidak Lancar Aktiva tidak lancar mencakup berbagai pos, yaitu investasi jangka panjang (disebut investasi saja), aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva tidak lancar lainnya. Aktiva tidak lancar pada umumnya akan disajikan di neraca setelah penyajian aktiva lancar. Susunan atau urutan penyajian seperti ini adalah berdasarkan pada kebiasaan, bukan merupakan keharusan. Investasi Jangka Panjang Investasi yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang akan dilaporkan di neraca dengan judul investasi. Sekuritas utang (obligasi) dan sekuritas ekuitas (saham) yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk dijual dalam waktu satu tahun mendatang akan diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang. Dalam beberapa kasus, perusahaan juga dapat melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap, seperti tanah, yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk digunakan dalam kegiatan operasi bisnis perusahaan, melainkan untuk tujuan spekulasi (investasi).

Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun. Aktiva tetap merupakan bagian terpenting dalam suatu perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, jumlah dana yang diinvestasikan, maupun pengawasannya. Aktiva tetap dilaporkan dalam neraca berdasarkan urutan masa manfaatnya yang paling lama, yaitu dimulai dari tanah, bangunan dan seterusnya. Aktiva tetap pada umumnya dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal perusahaan. Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu. Aktiva yang umum dilaporkan di dalam kategori ini meliputi tanah, bangunan, mesin, perabot, peralatan dan kendaraan bermotor.

Aktiva Tidak Berwujud Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik dan dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi maupun kontrak sosial. Contoh dari aktiva tidak berwujud adalah goodwill (nama baik), trademark (merek dagang), franchises (waralaba), patent dan copyright (hak cipta). Aktiva Tidak Lancar Lainnya Pos-pos yang dicantumkan dalam kelompok aktiva tidak lancar lainnya sangat beragam dalam praktik. Umumnya, pos-pos ini meliputi biaya dibayar di muka (jangka panjang), biaya pensiun dibayar di muka, piutang tidak lancar, aktiva pajak penghasilan yang ditangguhkan dan aktiva yang dimiliki untuk dijual.

Kewajiban Lancar Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Kewajiban lancar pada umumnya mencakup berbagai pos, yaitu utang usaha dan utang wesel jangka pendek, beban yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka dan bagian utang jangka panjang yang lancar.

Utang Usaha dan Utang Wesel Jangka Pendek

Utang usaha timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum melakukan pembayaran. Dalam transaksi perusahaan dagang, seringkali perusahaan membeli barang dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali kepada para pelanggannya. Utang usaha ini biasanya segera dilunasi oleh perusahaan dalam jangka waktu yang sangat singkat sesuai dengan persyaratan kredit yang tertera dalam faktur tagihan. Kewajiban dalam bentuk janji tertulis dicatat sebagai utang wesel. Pihak yang berutang berjanji kepada pihak yang diutangkan untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel. Biasanya wesel diterbitkan oleh debitur ketika sejumlah uang dipinjam dari bank atau kreditur. Bagi pihak yang berjanji akan membayar, instrumen kreditnya dinamakan wesel bayar yang tidak lain akan dicatat sebagai utang wesel. Utang wesel dapat diklasifikasikan dalam neraca sebagai kewajiban lancar atau kewajiban tidak lancar.

Beban yang Masih Harus Dibayar Jika ada diantara karyawan yang mendapat gaji melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak (PTKP), maka pajak tersebut menjadi pajak yang terhutang kepada pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang terkena pajak penghasilan. Sebagai pemberi kerja, berkewajiban memotong dan memungut pajak tersebut. Utang pajak penghasilan karyawan ini harus segera dibayarkan selambatlambatnya tanggal 10 di bulan berikutnya setelah gaji dibayarkan. Selain pajak penghasilan karyawan, termasuk dalam beban yang harus dibayar yaitu utang bunga, utang upah dan utang pajak penjualan.

Pendapatan Diterima di Muka Pendapatan di muka timbul pada saat pembayaran diterima sebelum barang atau jasa diberikan. Contohnya adalah sewa diterima di muka, dimana pihak yang menyewakan biasanya akan menerima terlebih dahulu uang muka dari pihak penyewa untuk pemakaian sewa beberapa bulan ke depan. Uang yang diterima di muka ini, bagi pihak yang menyewakan merupakan utang, karena uang telah diterima atas periode sewa yang belum berjalan. Utang secara berangsur-angsur akan berkurang secara proporsional dari bulan ke bulan sepanjang pemakaian sewa yang telah terjadi.

Bagian Utang Jangka Panjang yang Lancar Bagian dari utang jangka panjang yang lancar adalah sebagian dari kewajiban jangka panjang yang akan segera jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan.

Kewajiban Tidak Lancar Kewajiban tidak lancar adalah kewajiban yang diperkirakan tidak akan dibayar dalam waktu 12 bulan atau dalam satu siklus operasi normal. Kewajiban tidak lancar pada umumnya mencakup berbagai pos, yaitu utang jangka panjang, kewajiban sewa jangka panjang, kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan dan kewajiban tidak lancar lainnya.

Utang Jangka Panjang Wesel jangka panjang, obligasi dan kewajiban sejenis lainnya yang tidak memerlukan penggunaan dana lancar untuk pembayarannya akan dilaporkan dalam neraca dengan judul utang jangka panjang.

Kewajiban Sewa Jangka Panjang Untuk akuntansi sewa guna usaha modal, nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum akan dicatat sebagai kewajiban jangka panjang. Bagian dari kewajiban jangka panjang tersebut yang akan jatuh tempo dalam satu tahun mendatang akan diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.

Kewajiban Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan Kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan adalah perkiraan pajak penghasilan atas pendapatan yang sudah terjadi (menurut akuntansi), tetapi berdasarkan ketentuan perpajakan belum terhutang pajak (karena belum ada penerimaan kas). Oleh karena itulah dikatakan sebagai kewajiban pajak yang ditangguhkan. Kewajiban pajak ini timbul karena adanya perbedaan sementara dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara menurut akuntansi dengan menurut pajak.

Kewajiban Tidak Lancar Lainnya Yang termasuk sebagai kewajiban tidak lancar lainnya adalah kewajiban pensiun yang masih harus dibayar, utang jaminan produk dan kewajiban kontinjensi lainnya. Suatu transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila kejadian tertentu terjadi di masa mendatang. Kewajiban ini dinamakan kewajiban kontinjensi. Beberapa perusahaan setuju untuk memberikan garansi atau jaminan kepada pelanggannya atas unit produk yang kurang memuaskan atau untuk mengganti barang yang rusak. Ketika jaminan ini melibatkan biaya di masa yang akan datang, maka estimasi atas biaya garansi seharusnya dibuat dan ditandingkan terhadap pendapatan periode berjalan.

Ekuitas Pemilik Ada beberapa macam metode pelaporan ekuitas yang umum digunakan. Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas dilaporkan secara tunggal dengan menggunakan akun modal. Untuk perusahaan persekutuan, ekuitas dilaporkan dengan menggunakan beberapa akun modal yang disajikan secara terpisah untuk masing-masing anggota sekutu. Adapun ekuitas pemilik dalam perusahaan perseroan dinamakan sebagai ekuitas pemegang saham. Dalam neraca perseroan, bagian ekuitas pemegang saham akan melaporkan secara terpisah jumlah dari masing-masing dua sumber utama modal. Sumber modal pertama adalah modal yang disetor dan kedua adalah laba bersih yang diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan, yang dinamakan laba ditahan.

Modal Disetor Modal disetor dapat dipahami sebagai keseluruhan jumlah kas dan aktiva lainnya yang disetorkan oleh pemegang saham ke dalam perseroan untuk dipertukarkan dengan saham. Jumlah maksimum lembar saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan dinamakan sebagai modal dasar. Besarnya modal dasar biasanya disebutkan dalam akta pendirian perusahaan.

Laba Ditahan Laba ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan perusahaan, yaitu laba bersih. Sebagian laba bersih ini akan ditahan atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba bersih dari keseluruhan periode yang masih tersisa setelah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Besarnya laba ditahan pada akhir periode dapat dihitung dengan cara menyesuaikan laba ditahan yang ada pada awal periode dengan laba ditahan untuk periode berjalan.

Saham Treasury Saham yang diperoleh kembali adalah saham milik perusahaan yang telah diterbitkan dan beredar, kemudian dibeli kembali oleh perusahaan. Perusahaan dapat membeli kembali saham miliknya dengan beberapa alasan berikut: 1. Diberikan sebagai bonus kepada pejabat dan karyawan perusahaan 2. Meningkatkan volume perdagangan saham di bursa efek dengan harapan dapat mendongkrak harga pasar saham 3. Memperoleh tambahan saham yang akan digunakan dalam rangka akuisisi perusahaan lain 4. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar

Akumulasi Laba Komprehensif Lain Laba komprehensif lain biasanya timbul dari: 1. Penyesuaian atas pengukuran ulang mata uang asing 2. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi atas sekuritas yang tersedia untuk dijual 3. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan atas instrumen keuangan derivatif

B. Membaca Rugi Laba Laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Transaksitransaksi ini diikhtisarkan dalam laporan laba rugi. Para akuntan telah mengadopsi pendekatan transaksi dalam mengukur laba atau rugi bersih, yang menekankan pada perhitungan langsung antara pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pendekatan transaksi ini biasanya disebut metode penandingan. Laba dihasilkan dari selisih antara sumber daya masuk (pendapatan dan keuntungan) dengan sumber daya keluar (beban dan kerugian) selama priode waktu tertentu. Adapun definisi yang resmi digunakan untuk pos pos yang berhubungan dengan laba atau dikenal sebagai unsur-unsur utama laporan laba rugi adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan; adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. 2. Beban; adalah arus keluar aktiva atau penggunaan lainnya atas aktiva atau terjadinya kewajiban entitas yang disebabkan oleh pengiriman atau pembuatan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. 3. Keuntungan; adalah kenaikan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral (transaksi di luar operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi insidental (transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. 4. Kerugian; adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral (transaksi di luar operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi insidental (transaksi yang terjadinya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.

Pendapatan bisa dalam berbagai bentuk, seperti penjualan, honor, bunga, deviden dan sewa. Demikian juga dengan beban, yang memiliki berbagai bentuk seperti harga pokok penjualan, biaya pengiriman barang atau ongkos angkut keluar, penyusutan, amortisasi, bunga, sewa, gaji dan upah, utilitas (air, listrik, telepon), piutang tak tertagih, garansi, asuransi, iklan, perlengkapan dan pajak. Keuntungan dan kerugian juga bisa berasal dari banyak peristiwa seperti penjualan investasi, penjualan aktiva tetap, penebusan utang obligasi, penjualan piutang usaha dan lain-lain. Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk pilihan, yaitu bentuk langsung (single step) atau bentuk bertahap (multiple step). Laporan laba rugi dengan bentuk langsung menekankan pada total pendapatan dan total beban sebagai faktor penetu laba/rugi bersih. Seluruh pendapatan, baik yang berasal dari kegiatan normal bisnis perusahaan (yaitu pendapatan penjualan bersih) maupun yang bukan berasal dari kegiatan normal bisnis perusahaan atau pendapatan lain-lain seperti pendapatan bunga, deviden dan sewa akan digabung menjadi satu jumlah sebagai total pendapatan. Demikian juga untuk seluruh beban, beban umum dan administrasi hingga beban bunga (beban lain-lain) akan digabung menjadi sat jumlah sebagai total beban. Laba/rugi bersih dihitung dari selisih antara total pendapatan dengan total beban. Dengan demikian, dalam laporan laba rugi bentuk langsung ini tidak merinci berapa besarnya laba kotor, beban operasional, laba operasional, pendapatan lain-lain dan beban lain-lain. Laporan laba rugi langsung biasanya dipakai dalam laporan keuangan karena bentuknya yang sederhana, meskipun dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan laporan laba rugi bertahap semakin populer. Keunggulan utama dari laporan laba rugi bentuk langsung adalah terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Dengan demikian, laporan laba rugi bentuk langsung ini menghilangkan masalah klasifikasi yang bisa muncul. Berikut ini adalah format laporan laba rugi bentuk langsung:

PT. UNTUNG JAYA Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007

Pendapatan: Penjualan Bersih Pendapatan Deviden Pendapatan Sewa Total Pendapatan xxx xxx xxx + xxx

Beban Harga Pokok Penjualan Beban Penjualan Beban Umum dan Administrasi Beban Bung Total Beban Laba sebelum Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Laba Bersih xxx xxx xxx xxx + xxx xxx xxx xxx -

Sedangkan untuk laporan laba rugi dengan bentuk bertahap, laporan laba rugi bentuk ini menunjukan tahapan-tahapan dalam menentukan laba bersih. Pendapatan penjualan bersih akan dikurangkan dengan harga pokok penjualan untuk menentukan besarnya laba kotor. Laba kotor ini akan dikurangkan dengan beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi untuk menentukan besarnya laba operasional. Lalu, laba operasional ini akan ditambah dengan pendapatan dan keuntungan lain-lain dan dikurangkan dengan beban dan kerugian lain-lain untuk menentukan besarnya laba sebelum pajak penghasilan. Laba sebelum pajak penghasilan dikurangkan dengan pajak penghasilan diperoleh laba bersih. Dalam laporan laba rugi bentuk bertahap, bagian operasi dipisahkan dan dibedakan dengan bagian nonoperasi. Bagian operasi adalah bagian yang melaporkan pendapatan dan beban dari operasi utama perusahaan. Bagian operasi ini memuat bagian pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, beban penjualan, serta beban umum dan administrasi. Sedangkan bagian nonoperasi adalah bagian yang melaporkan pendapatan dan beban lain-lain dari aktivitas sekunder perusahaan, seperti pendapatan deviden, pendapatan sewa dan beban bunga. Selain itu, keuntungan dan kerugian tertentu yang jarang terjadi juga dilaporkan dalam bagian nonoperasi, seperti keuntungan atas penjualan investasi dan kerugian atas penjualan peralatan. Umumnya, bagian nonoperasi dibadi menjadi dua subbagian utama, yaitu; pendapatan dan keuntungan lain-lain dan beban dan kerugian lain-lain. Berikut contoh format laporan laba rugi bentuk bertahap:

PT. Untung Jaya Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2007

Pendapatan Penjualan: Penjualan Return & Penyesuaian Harga Jual Potongan penjualan Penjualan Bersih xxx (xxx) (xxx) xxx

Harga Pokok Penjualan: Persediaan Barang Dagangan (awal) Pembelian Return & Penyesuaian Harga Beli Potongan Pembelian Pembelian Bersih Ongkos Angkut Masuk Harga Pokok Barang yang Dibeli Harga Pokok Barang yang Tersedia untuk Dijual Persediaan Barang Dagangan (akhir) Harga Pokok Penjualan Laba Kotor xxx (xxx) (xxx) xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) xxx xxx

Beban Operasional:

Beban Penjualan: Beban Upah Karyawan Toko Beban Perlengkapan Toko Beban Sewa Toko Beban Iklan Beban Pengiriman Barang Beban Penyusutan Peralatan Toko Beban Penjualan Lainnya Total Beban Penjualan xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Beban Umum dan Administrasi: Beban Upah Karyawan Kantor Beban Perlengkapan Kantor Beban Utilitas Beban Penyusutan Gedung Kantor Beban Penyusutan Peralatan Kantor Beban Umum dan Administras Lainnya Total Beban Umum dan Administrasi Total Beban Operasional Laba Operasional xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx

Pendapatan dan Keuntungan Lain-lain: Pendapatan Deviden Pendapatan Sewa Keuntungan atas Penjualan Investasi Total Pendapatan dan Keuntungan Lain-Lain xxx xxx xxx xxx

Beban dan Kerugian Lain-lain: Beban Bunga Kerugian atas Penjualan Peralatan Total Beban dan Kerugian Lain-Lain xxx xxx (xxx)

Laba sebelum Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Laba Bersih Laba per Saham Biasa

xxx (xxx) xxx xxx

C. Membaca Analisa Rasio

PT HARUM Neraca per 31 Desember 2010

Aktiva Aktiva Lancar: Kas .. Rp Efek . Rp Piutang Rp Persediaan (inventory) ... Rp 200.000,200.000,160.000,840.000,-

Hutang dan Modal Sendiri Hutang Lancar: Hutang jual beli . Rp 300.000,Hutang wesel . Rp 100.000,Hutang pajak . Rp 160.000,Jumlah Hutang Lancar . Rp 560.000,-

Jumlah Aktiva Lancar Rp 1. 400.000,Aktiva Tetap: Mesin . Rp 700.000,Akumulasi Depresiasi (Rp 100.000,-) Rp 600.000,Bangunan Rp 1.000.000,Akumulasi Depresi (Rp 200.000,-) Rp 800.000,Tanah .. Rp 100.000,Intangibles . Rp 100.000,Jumlah Aktiva Tetap Jumlah Aktiva Rp 1.600.000,Rp 3.000.000,-

Hutang Jangka Panjang: 5% Obligasi Rp 600.000,-

Modal Sendiri: Modal Saham Rp 1.200.000,Agio Saham Rp 200.000,Rp 1.400.000,Laba Ditahan . Rp 440.000,Modal Sendiri Rp 1.840.000,-

Jumlah Hutang dan Modal Sendiri Rp 3.000.000,-

PT HARUM Laporan Laba & Rugi Selama satu tahun yang berakhir pada 31 desember 2010

Penjualan .. Rp 4.000.000,Harga pokok penjualan (Rp 3.000.000,-) Laba bruto Rp 1.000.000,Biaya-biaya administrasi, penjualan, umum . (Rp 570.000,-) Keuntungan sebelum bunga dan pajak (EBIT) . Rp 430.000,Bunga obligasi (5 % x Rp 600.000,-) . (Rp 30.000,-)

Keuntungan sebelum pajak Rp Keuntungan neto sesudah pajak (EAT) Rp

400.000,240.000,-

Pajak perseroan (Rp 160.000,-)

Berdasarkan data laporan keuangan tersebut kita akan menghitung berbagai macam rasio keuangan seperti berikut ini:

Rasio 1. Rasio Likuiditas a. Rasio lancar (Current ratio)

Metode Penghitungan

Interpretasi Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar . Setiap hutang lancar Rp 1,dijamin oleh aktiva lancar Rp 250,Kemampuan untuk

= = 2,5 : 1 Atau 250 %

b. Rasio kas (Cash ratio) = = 0,71 : 1 atau 71 %

membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Setiap hutang lancar Rp 1,- dijamin oleh kas dan efek Rp 0,71,Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Setip hutang lancar Rp 1,- dijamin oleh quick assets Rp 1,-

c. Rasio sangat lancar (Quick ratio)

= 1 : 1 atau 100 %

d. Working capital to total aset ratio Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja.

= 0,28 : 1 atau 28% 2. Rasio leverage/Solvabilitas a. Total debt to equity ratio Rasio yang digunakan utang menilai utang dengan ekuitas. Rp 0,63 = 0,63 : 1 atau 63 % dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan hutang Rasio ini menyatakan bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai oleh hutang atau = 0,39 : 1 atau 39% berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Rp 0,39 dari setiap rupiah aktiva digunakan untuk menjamin c. Long term debt to equity ratio hutang. Rasio ini menyatakan setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan = 0,33 : 1 atau 33 % untuk hutang jangka panjang. Rp 0,33 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk menjamin d. Tangible assets debt coverage hutang jangka panjang. Rasio ini menyatakan besarnya aktiva tetap tengible yang digunakan untuk menjamin hutang = 3,9 : 1 atau 390% jangka panjang setiap rupiahnya. Setiap rupiah hutang jangka panjang dijamin oleh aktiva

b. Total debt to total capital assets

e. Times interesr earned ratio

tangible sebesar Rp. 3,90 Rasio ini menyatakan besarnya jaminan membayar bunga hutang = 14,3 x jangka panjang. Setiap rupiah bunga hutang jangka panjang dijamin oleh keuntungan Rp 14,33 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva = 1,33 : 1 atau 1,33 x yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah aktiva. Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,33 x atau setiap rupiah aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1,33 Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan = 25 x piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. = 14,4 hari atau 15 hari Piutang dikumpulkan ratarata setiap 15 hari sekali.

3. Rasio Aktivitas a. Total aset turn over

b. Perputaran piutang (Receivables turnover)

c. Hari rata-rata penagihan piutang (Days of receivable)

Makin kecil harinya makin d. Perputaran sediaan (Inventory turnover) = 3,6 x baik. Kemampuan dana yang tertanam dalam sediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Dana yang tertenam dalam persediaan berputar rata-rata 3,6 x e. Hari rata-rata penagihan sediaan (Days of inventory) = 10 hari f. Perputaran modal kerja (Working capital turnover) = 4,76 x atau 4,8 x dalam satu tahun. Periode menahan rata-rata persediaan barang di gudang. Persediaan berada di gudang rata-rata selama 10 hari. Rasio untuk mengukur keefektifan modal kerja dalam periode tertentu. Dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata4. Rasio Keuntungan a. Marjin keuntungan kotor (Gross profit margin) = 25 % b. Hasil pengembalian investasi (Return on investment/ROI) =8% c. Hasil pengembalian ekuitas (Return on equity/ROE) = 13 % d. Rasio operasional (Operating ratio) rata 4,8 x dalam setahun Rasio yang menyatakan laba kotor per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan menghasilkan laba kotor Rp 0,25. Rasio yang menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Biaya operasi per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan mempunyai

biaya operasi Rp 0,89. = 89,25 % e. Marjin keuntungan bersih (Net profit margin) =6% Makin besar rasio ini berarti semakin buruk. Keuntungan bersih per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,06

BAB IV FRANCHISE IMPLEMENTATION


I. Perjanjian Franchise Perjanjian franchise merupakan kumpulan persayaratan, ketentuan dan komitmen tertulis yang dibuat antara franchisor dan franchisee. Merujuk pada PP Waralaba No. 42 tahun 2007 pasal 4 ayat 1 dan 2 dalam membuat perjanjian franchise harus memperhatikan aspek hukum Indonesia dan berbahasa Indonesia. Ada dua landasan normatif yang dijadikan referensi membuat perjanjian franchise yaitu, PP 42 tahun 2007 tentang franchise dan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 31/M-DAG/PER/8/2008. Berdasarkan kedua landasan hukum tersebut , dapat diambil kesimpulan setidaknya perjanjian franchise memuat hal-hal berikut:

1. Nama dan alamat para pihak. Yaitu nama dan alamat jelas perusahaan serta nama dan alamat jelas
pemilik/penanggung jawab perusahaan yang mengadakan perjanjian yaitu Pemberi Franchise (franchisor) dan Penerima Franchise (franchisee).

2. Jenis hak Kekayaan Intelektual. Yaitu jenis Hak Kekayaan Intelektual Pemberi Franchise, seperti
merek dan logo perusahaan, desain outlet/gerai, sistem manajemen/ pemasaran atau racikan bumbu masakan yang difranchisekan.

3. Kegiatan usaha. Yaitu kegiatan usaha yang diperjanjikan seperti perdagangan eceran/ritel,
pendidikan, restoran, apotek atau bengkel.

4. Hak dan kewajiban Pemberi Franchise dan Penerima Franchise, yaitu hak yang dimiliki baik oleh
Pemberi Franchise maupun Penerima Franchise, seperti:

a. Pemberi Franchise berhak menerima fee atau royalty dari Penerima Franchise, dan selanjutnya Pemberi Franchise berkewajiban memberikan pembinaan secara berkesinambungan kepada Penerima Franchise. b. Penerima Franchise berhak menggunakan Hak Kekayaan Intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Franchise, dan selanjutnya Penerima Franchise berkewajiban menjaga Kode Etik/kerahasiaan HKI atau ciri khas usaha yang diberikan Pemberi Franchise.

5. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan Pemberi
Franchise kepada Penerima Franchise. Contohnya bantuan fasilitas berupa penyediaan dan pemeliharaan komputer dan program IT pengelolaan kegiatan usaha.

6. Wilayah usaha. Yaitu batasan wilayah yang diberikan Pemberi Franchise kepada Penerima
Franchise untuk mengembangkan bisnis Franchise seperti wilayah Sumatra, Jawa dan Bali atau di seluruh Indonesia.

7. Jangka waktu perjanjian. Yaitu batasan waktu mulai dan berakhir perjanjian. Misalnya perjanjian
kerjasama ditetapkan berlaku selama 10 tahun terhitung sejak surat perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak.

8. Tata cara pembayaran imbalan. Yaitu tata cara/ketentuan termasuk waktu dan cara perhitungan
besarnya imbalan seperti franchise fee dan royalty fee apabila disepakati dalam perjanjian yang menjadi tanggung jawab Penerima Franchise.

9. Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris. Yaitu nama dan alamat jelas pemilik
usaha apabila perseorangan, serta nama dan alamat pemegang saham, komisaris dan direksi apabila berupa badan usaha.

10. Penyelesaian sengketa. Yaitu penetapan tempat/lokasi penyelesaian sengketa, seperti melalui
Pengadilan Negeri tempat/domisili perusahaan atau melalui Arbitrase dengan memperhatikan hukum Indonesia.

Tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian. Misalnya berisi pemutusan perjanjian tidak dapat dilakukan secara sepihak, perjanjian berakhir dengan sendirinya apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian telah berakhir. Perjanjian dapat diperpanjang kembali apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak dengan ketentuan yang ditetapkan bersama. Jaminan dari pihak Pemberi Franchise untuk tetap menjalankan kewajiban-kewajibannya kepada Penerima Franchise sesuai dengan isi Perjanjian hingga jangka waktu Perjanjian berakhir. Harus diperhatikan pula aplikasi perjanjian antara franchisor dan franchisee tersebut. Aplikasi perjanjian tersebut mencakup:

a. Perjanjian dari masing-masing pihak, sebelum, saat dan sesudah. b. Perincian aturan yang harus ditaati. c. Perincian eksklusivitas penyediaan barang atau supplier referensial. d. Persyaratan dalam politik harga e. Konfirmasi pihak independen f. Pasal/klausul kerahasiaan perusahaan

Berikut ini contoh perjanjian franchise yang digunakan di franhcise restoran.

Yang bertandatangan di bawah ini:

1. ., Direktur Restoran . beralamat di ., dalam


hal ini bertindak untuk dan atas nama Restoran . dalam perjanjian ini selanjutnya disebut Franchisor.

2. ., swasta beralamat di ., dalam hal ini bertindak untuk


dan atas nama pribadi selaku penerima Franchise yang selanjutnya disebut Franchisee.

Pada hari ini Kamis, tanggal . () bertempat di kantor Restoran . di alamat tersebut di atas Franchisor dan Franchisee sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerja sama franchise dengan menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Franchisor adalah restoran yang menyajikan makanan siap saji yang dikenal dengan
nama Restoran .

2. Bahwa Franchisor setuju memberikan izin dan membantu Franchise menjual dan menyajikan
makanan Restoran . untuk wilayah ...........

3. Bahwa Franchisee berjanji akan mengawasi, menjaga dan mengendalikan mutu makanan
Restoran . serta memberikan pelayanan terbaik bagi setiap konsumen sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Franchisor.

4. Bahwa Franchisor memberikan hak ekslusif kepada Franchisee untuk membuka restoran yang
menyediakan dan menyajikan makanan siap saji yang ditetapkan Franchisor di seluruh wilayah .

5. Franchisor memberikan izin kepada Franchisee dengan nama Restoran .. untuk itu
Franchisee dapat menggunakan merek dan sistem secara bersamaan dengan Franchisee lainnya yang sudah diizinkan oleh Franchisor sebelumnya.

6. Franchisee setuju membeli dan menjalankan serta mematuhi semua ketetapan dan persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh Franchisor.

Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah ditetapkan di atas dengan ini Franchisor dan Franchisee sepakat untuk melaksanakan Perjanjian ini dalam bentuk kerjasama, untuk selanjutnya disebut sebagai Perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:

PASAL 1: SYARAT-SYARAT Franchisee menyatakan bahwa untuk memenuh seluruh persyaratan yang ditetapkah oleh Franchisor antara lain:

1. Memiliki tempat usaha baik miliki sendiri atau hak sewa minimal 5 (lima) tahun seluas 400
meter persegi dengan desain sebagaimana terlampir.

2. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai minimal untuk 15 kendaraan roda 4 (empat) dan 50
(limapuluh) kendaraan roda 2 (dua) dan minimal satu toilet untuk konsumen.

3. Menyediakan modal awal usaha sebesar Rp. 300.000.000 (tigaratus juta rupiah) dan uang
jaminan sebesar Rp. 35.000.000 (tigapuluh lima juta rupiah) yang harus disetor ke rekening Franchisor.

4. Tidak akan menyediakan dan menyajikan makanan lain dan atas usaha lain selain makanan
Restoran . yang ditetapkan oleh Franchisor.

PASAL 2: FRANCHISEE FEE DAN ROYALTI

1. Franchisee setuju membayar Franchisee Fee sebesar Rp. 50.000.000 (limapuluh juta rupiah),
pembayaran mana dilakukan pada saat perjanjian ini ditandatangani.

2. Franchisor berhak mendapatkan royalty sebesar 2% (dua persen) dari omzet penjualan setiap
restoran yang dibayarkan pada setiap tanggal 25 setiap bulannya untuk penjualan bulan sebelumnya.

3. Untuk keperluan promosi secara nasional produk .., Franchisee bersedia membayar
marketing fee sebesar 1% (satu persen) dari omzet penjualan kepada Franchisor.

4. Marketing fee sebagaimana diatur dalam ayat 3 pasal ini semata-mata hanya dipergunakan oleh
Franchisor untuk mempromosikan prpoduk .. secara nasional yang dibayarkan bersamaan dengan pembayaran royalti.

PASAL 3: SENGKETA DENGAN PIHAK KETIGA Franchisee tidak akan melibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung Franchisor bila Franchisee terlibat tuntutan hukum dan/atau non hukum yang dilakukan oleh pihak lain berkaitan dengan usaha restoran yang dikelolanya.

PASAL 4: JAM BUKA RESTORAN

1. Pada tiga bulan pertama sejak perjanjian ini ditandatangani Franchisee akan membuka dan
mengoperasikan restoran di dan selanjutnya secara bertahap akan membuka 2 (dua cabang) antara lain:

a. Cabang . b. Cabang . 2. Franchisee tidak diperkenankan memindahkan alamat restoran ke tempat lain tanpa persetujuan
tertulis dari Franchisor.

3. Dalam hal Franchisor memberikan izin pemindahan lokasi restoran, maka Franchisee wajib
membayar biaya administrasi sebesar Rp. 4.000.000 (empat juta rupiah). Atas seluruh biaya baik renovasi, izin, pajak dan biaya apapun yang timbul akibat perpindahan lokasi di tanggung oleh Franchisee sendiri.

PASAL 5: KEWAJIBAN FRANCHISOR Selama perjanjian ini berlangsung Franchisor berkewajiban untuk:

1. Memberikan panduan operasional pengelolaan restoran kepada franchisee dan menyediakan


secara cuma-cuma pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dan teknik penyajian menu Restoran .

2. Menyediakan desain interior, peleatih dan materi pelatihan untuk para pekerja restoran
franchisee atas biaya franchisor sendiri.

3. Menyelenggarakan program pelatihan untuk franchisee secara berkesinambungan dan berkala


paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.

4. Memberikan konsultasi gratis kepada franchisee apabila restoran franchisee berada dalam
keadaan krisis yang dapat menyebabkan tutupnya atau berhentinya bisnis restoran franchisee.

5. Memberikan rekomendasi kepada pihak perbankan/lembaga keuangan guna membentu


franchisee memeproleh pinjaman untuk pengembangan restorannya.

PASAL 6: KEWAJIBAN FRANCHISEE

1. Seluruh biaya untuk pengadaan perabotan untuk keperluan restoran serta bahan-bahan baku
pembuat menu Restoran .. yang sesuai dengan standar franchisor serta biaya-biaya lain seperti pengurusan perizinan atas pembukaan dan pengoperasian restoran menjadi tanggungan franchisee sendiri.

2. Franchisee setuju bahwa pengadaan brosur, kartu nama, formulir, kwitansi, seragam, bahan/atau
alat promosi dan benda-benda lain yang diperlukan untuk menunjang usaha restoran, franchisee sepakat untuk membeli dari franchisor atas biaya franchisee.

3. Franchisee atau pekerja yang dipekerjakan oleh franchisee pada restoran yang dimaksudkan
dalam perjanjian ini wajib mengikuti program pelatihan dna kerja praktek yang diselenggarakan franchisor atas biaya franchisee.

PASAL 7: BIAYA-BIAYA

1. Franchisee sestuju membayar kepada franchisor semua biaya dan iuran sesuai dengan perjanjian
ini termasuk biaya atau tagihan tambahan atas semua produk atau jasa-jasa yang diberikan atau akan diberikan kepada franchisor. Setiap pembayaran yang terlambat akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1% per hari untuk paling lama satu bulan.

2. Franchisee setuju untuk biaya penyelenggaraan seminar, workshop/pelatihan dan pertemuan


bulanan dan/atau tahunan yang diselenggarakan franchisor bersama-sama dengan franchisee lainnya.

PASAL 8: PAJAK Setiap pembayaran yang dilakukan oleh franchisee kepada franchisor yang atas pembayaran tersebut franchisor dibebani pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka beban pajak tersebut ditanggung oleh franchisee.

PASAL 9: PERUBAHAN SISTEM Franchisor berhak untuk mengubah dan menyesuaikan sistem marketing, termasuk penentuan adanya pemakaian nama dagang, tanda dagang, tanda pelayanan baru, identifikasi baru, produk dan menu-menu baru yang dilakukan dengan itikad baik demi usaha franchisee.

PASAL 10: JANGKA WAKTU Perjanjian ini berlaku selama 5 (lima) tahun sejak perjanjian ini ditandatangani yakni tanggal 12 juni 2008 dan berakhir pada tanggal 11 Juni 2013 dan atas kesepakatan kedua belah pihak dapat diperpanjang dengan syarat dan jangka waktu yang akan ditetapkan kemudian.

PASAL 11: KUASA

1. Franchisee dengan ini memberikan kuasa kepada franchisor untuk sewaktu-waktu seuai dengan
keinginan franchisor untuk memeriksa dan atau mengaudit segala catatan dan pembukuan franchisee tanpa pengecualian apapun juga.

2. Seluruh biaya audit dan biaya lain termasuk biaya pengacara dibayar dalam proses pemeriksaan
dan atau audit sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sepenuhnya ditanggung oleh franchisee.

PASAL 12: LAPORAN

1. Franchisee setuju memberikan laporan penjualan secara periodik setiap bulan yang diserahkan
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya untuk laporan penjualan bulan sebelumnya.

2. Dalam sekali setahun franchisee wajib melaporkan semua transaksi keuangan secara tertulis
termasuk neraca dan daftar laba rugi secara terus-menerus selama masa perjanjian ini.

3. Laporan tahunan sebagaimana tersebut di atas disiapkan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
paling lambat 30 hari setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan. Laporan tersebut harus ditandatangani oleh penanggungjawab restoran bersama akuntan publik yang ditunjuk oleh franchisor.

PASAL 13: RAHASIA DAGANG Franchisee diwajibkan untuk merahasiakan sistem, manajemen dan cara-cara pengelolaan restoran yang didapat dari franchisor.

PASAL 14: PEMBATALAN Franchisor dapat membatalkan secara sepihak perjanjian ini karena hal-hal berikut:

1. Apabila franchisee lalai dan atau tidak melakukan kewajibannya yang diatur dalam perjanjian
ini padahal sudah diberikan peringatan ketiga oleh franchisor namun masih melakukan pelanggaran baik berbeda maupun yang sama, pelanggaran mana yang dianggap serius sebagaimana tertulis dalam surat peringatan/teguran yang menurut ukuran franchisor.

2. Apabila franchisee bangkrut atau dinyatakan pailit kecuali jika franchisee dengan segera
memenuhi kembali semua kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian ini.

3. Dalam hal perjanjian ini diakhiri atau dibatalkan, franchisee berkewajiban untuk: a. Membayar kepada franchisor dengan segera seluruh jumlah hutang-hutangnya sekaligus dan
lunas dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal perjanjian ini berakhir.

b. Tidak menuntut dan meminta kembali franchise fee dan biaya-biaya lain yang sudah
dikeluarkan beserta bunganya.

c. Dengan segera dan secara tetap menghentikan penggunaan semua tanda milik/label
franchisor.

d. Franchisee tidak diperkenankan mempromosikan atau mengiklankan restorannya dengan


menggunakan nama dan merek franchisor.

e. Franchisee dengan segera mengembalikan kepada franchisor semua buku manual penuntun,

video, kaset, formulir atau peralatan dan barang-barang cetakan yang berisi tanda-tanda paroduk makanan milik franchisor paling lambat 14 hari setelah perjanjian ini berakhir.

f. Franchisee memberikan kausa penuh kepada franchisor melakukan pemeriksaan/inspeksi


dan memasuki restoran franchisee serta mengambil tanda-tanda yang bercirikan merek franchisor.

PASAL 15: PENYELESAIAN PERSELISIHAN Apabila timbul sengketa diantara kedua belah pihak akibat dari perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Apabila dalam musyawarah untuk mufakat tersebut tidak berhasil mencapai kesepakatan maka kedua belah pihak akan menyelesaikan secara hukum dan karenanya kedua belah pihak memilih domisili hukum yang tetap di kantor Kepaniteraan Pengalidan ..

PASAL 16: PENUTUP Demikianlah perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani tanpa adanya paksaan dari pihak manapun serta dibuat 2 (dua) rangkap masingmasing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

J.

Franchise Relationship Meskipun sudah menjadi ungkapan klasik, kata-kata bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

terus menyemangati lahirnya momentum kemajuan baru. Ungkapan itu ternyata sangat bermakna jika diwujudkan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup. Begitupun dalam bisnis, ungkapan itu sangat ampuh diterapkan dalam mengembangkan sebuah jaringan bisnis dalam satu tim. Perlu ditegaskan, bisnis yang mengandalkan jaringan sebagai tonggak kepanjangan prinsipal mereknya tidak lain adalah waralaba. Karena mengandalkan jaringan, konsep waralaba pun sering disebut business relationship. Banyak franchisor lokal mengakui kekuatan relationship dalam mengembangkan gerainya. Sebut saja Anthonius Thedy, pemilik TX travel, franchisor ini yang paling sering dan secara terbuka menyebut bisnisnya sebagai business relationship. Oleh karenanya, Anthon sangat memperhatikan hubungan dirinya selaku franchisor dengan para franchisee. Berbagai kegiatan untuk

membangun sebuah relationship yang baik dengan franchisee selalu ia gelar, entah itu bersifat secara personal yaitu dengan mengunjungi para franchisornya di daerah, maupun dengan cara mengontrol terus semua gerai franchisee guna mendeteksi kendala dan persoalan yang terjadi di sana. Dengan demikian, tim franchisor yang memang sudah disiapkan untuk men-support franchisee akan cepat diutus dari pusat untuk mengatasi masalah yang terjadi di gerai franchisee. Veneta system, waralaba tinta isi ulang ini sangat detail memperhatikan kinerja setiap outlet franchisenya. Waralaba ini benar-benar serius membangun relasi dengan para franchiseenya. Seperti yang sering diutarakan Iwansja, owner Veneta System, sampai saat ini dirinya bersama tim Veneta, mati-matian bekerja keras untuk mensukseskan setiap gerai franchiseenya. Karena Iwansja sadar, bahwa bisnis waralabanya tidak akan bertahan lama jika para franchiseenya tidak sukses. Oleh sebab itu, Veneta telah menyiapkan berbagai macam tools support untuk membimbing franchiseenya meraih keuntungan dalam menjalankan bisnisnya. Tidak hanya itu, Manager Regional Veneta dipersiapkan untuk selalu mengontrol penjualan gerai franchiseenya melalui system yang sudah diaplikasikan oleh divisi IT. Jika dalam satu waktu ada penjualan franchisee yang menurun, tim penjualan akan segera ke TKP. Selain TX travel dan Veneta, waralaba Odiva, bisnis rental DVD film ini juga tidak pernah absen menyelenggarakan gathering tahunan dengan para franchiseenya. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memperkuat relationship franchisor dengan para franchisee. Tidak hanya sharing idea dengan para franchisee, dalam gathering tahunan itu biasanya Odiva selalu memberikan apresiasi bagi para franchisee yang telah sukses menjalankan gerainya melebihi target yang ditetapkan oleh franchisor. Apresiasi yang diberikan pun terbilang serius, misalnya memberikan awar franchisee of the year, the best ini marketing, the best ini selling, sampat the best in marchendising. Masing-masing kategori diberikan hadiah seperti uang tunai hingga sepeda motor diberikan kepada franchisee pada gathering tahunan tersebut. Jika dilihat lebih jauh, dari kekuatan jaringan inilah sebetulnya sebuah merek franchise bisa sustain. Berama franchise, franchisor bisa melakukan sinergi membangun kekuatan bisnis bersama. Banyak merek farnchise ternama yang membuat inovasi bersama para franchiseenya. KFC misalnya, waralaba asal Amerika ini selalu melakukan gathering tahunan yang dilakukan oleh Kepala Regionalnya di beberapa negara. K. Prospektus Franchise Membuat prospektus bisnis franchise adalah syarat sebelum usaha Anda dijual kepada franchisee. Syarat ini sebagai salah satu point of view bagi franchisee, apakah perusahaan Anda termasuk perusahaan dengan reputasi baik. Jangan sampai franchisee berada dalam situasi membeli kucing dalam karung.

Transparansi dalam bisnis fanchise sangat diperhatikan. Sampai dalam PP No. 42 Tahun 2007 tentang franchise, yang mengatur kewajiban franchise, setiap pemberi franchise harus memberikan prospektus penawaran kepada calon penerima franchise pada saat menawarkan franchise. Dalam prospektus, franchisor harus sejujur mungkin menampilkan data-data perusahaan, termasuk kinerja keuangan selama dua tahun terakhir. Franchisor harus fair dalam menampilkan laporan keuangannya. Ditambah beberapa outlet yang berkinerja baik, selain organisasi usaha franchisornya yang harus baik. Sesuai PP No. 42 Tahun 2007 tentang franchise, ada beberapa ketentuan tentang isi prospektus.

a) Harus memuat data identitas pemberi franchise. b) Legalitas usaha franchise. c) Sejarah kegiatan usaha. d) Struktur organisasi pemberi franchise. e) Laporan keuangan dua tahun terakhir. f) Sebuah propektus juga harus berisi jumlah tempat usaha (franchisee). g) Daftar penerima franchise. h) Memuat hak dan kewajiban pemberi dan penerima franchise.
Layaknya sebuah ikatan perkawinan, franchisor yang akan bekerjasama dengan franchisee, harus menyamakan persepsi, prosedurnya ada kecocokan antara dua orang yang akan melangsungkan perjanjian usaha. Harus punya chemistry antar keduanya. Ini penting, mengingat Anda berdua baru saja kenal. Memahami karakter masing-masing tentu membutuhkan proses yang sama-sama intens untuk saling menumbuhkan manfaat sehingga bisnis kedua pihak juga tumbuh dengan baik. Prospektus usaha juga ada masa berlakunya. Ingat, perubahan dalam dunia bisnis sangat cepat, apabila tidak di-up date, maka bisnis yang Anda jalankan tidak up dateable dengan kemajuan dan perubahan yang sangat cepat. Atau durasi yang jelas tentang life time prospektus bisnis Anda. L. Manual Operasi Franchise Panduan operasi manual merupakan hal penting sebelum Anda menjual bisnis franchise kepada orang lain. Didalamnya, terdapat aspek operasional bisnis yang detail. Manual operasi bertujuan mentraining franchisee mengetahui dan memahami semua aspek dari bisnis franchise. Sehingga seluruh outlet franchise memilki keseragaman satu dengan lainnya. Standar Operation Manual dalam bisnis franchise berfungsi sebagai kitab suci yang menjadi petunjuk bagaimana proses kerja dilakukan. Kedudukannya dalam bisnis franchise ibarat nyawa. Ia yang

menggerakkan semua fungsi manajemen. Operation Manual seharusnya dapat menentukan efektivitas dari pekerjaan tersebut. Isi operation manual dalam bisnis franchise umumnya meliputi tiga macam. Bagian pertama, ada pendahuluan, sejarah perusahaan, organisasi franchisor, kewajiban franchisee dan franchisor. Kedua, harus mencakup aturan umum operasi, faktor sukses yang penting apa, standar mutu, hubungan pelanggan, sistem persediaan, variasi produk, tata cara beroperasi, penentuan harga, cara menjaga citra merek, dan pelayanan konsumen. Ketiga, perawatan, keuangan, pemasaran, operasional dan personalia. Didalam bisnis franchise, hubungan franchisor dan franchisee dibangun atas dasar perjanjian franchise serta manual operasi. Keduanya dilaksanakan untuk mengembangkan bisnis. Karena hanya dengan hubungan yang baik, bisnis franchise akan dapat berkembang. Franchisee harus memahami dan mengikuti manual operasi. Karena merupakan panduan untuk mensukseskan operasional usaha. Berikut ini outline Operation Manual:

1. Pendahuluan a. Pengantar b. Sejarah Franchisor c. Organisasi Franchisor d. Hak dan Kewajiban Franchisor e. Hak dan Kewajiban Franchisee 2. Tahapan Operasional
Tahapan operasional dari bisnis yang harus diikuti franchisee

3. Panduan dan tugas pra pembukaan a. Desain interior outlet, spesifikasi kontruksi b. Bentuk bangunan umumnya meliputi interior & eksterior, dimensi, dan spesifikasi c. Izin usaha, asuransi dan legalitas d. Order dan penerimaan barang, suplier, inventarisasi e. Tim Manajemen : manager, karyawan, dan konsultan f.
Aplikasi untuk lisensi, izin, dan pemeliharaan

g. Evaluasi dan Negosiasi 4. Kebijakan a. Tema, image, dan dekorasi b. Standar Kualitas Pelayanan c. Kebijakan harga

d. Gaji Karyawan e. Pelayanan customer f. Penanganan berbagai tipe komplain g. Penampilan dan Seragam bagi karyawan h. Jam Operasi 5. Operasional dan Pemeliharaan a. Pemeliharaan umum b. Job description karyawan, manajer, dan staf penjualan, dll. c. Keseharian : Prosedur buka toko dan tutup toko serta checklist d. Laporan harian, mingguan, dan bulanan e. Inspeksi internal dan checklist f. Standar keselamatan dan kesehatan g. Ruang istirahat h. Kunci, alarm, dan pengaman i. Prosedur darurat 6. Peralatan, Sistem Komputer, dan suplai
a. Peralatan, inventarisasi kebutuhan kantor b. Spesifikasi, vendor, perawatan dan perbaikan peralatan c. Operasional dan manajemen dari database franchisor

7. Administrasi a. Personel: tabel pekerjaan, deskripsi tugas dan posisi, rekrutmen karyawan, kualifikasi,
wawancara, form lamaran, cek referensi, jam kerja, shift, waktu jaga, lowongan, izin sakit, cuti, training, pembayaran pajak, aturan perusahaan, hak dan kewajiban pegawai, memo dan catatan.

b. Menyimpan laporan dan akuntansi c. Mengatur pembayaran supplier, penerimaan barang, dan mengumpulkan barang dalam
gudang.

d. Rekrutmen dan training e. Quality kontrol f. Kebijakan Asuransi 8. Promosi Penjualan a. Perencanaan pembukaan (with timetable)

b. Promosi umum (on going): Radio, Newspaper, direct mail, advertising agency, Comunity
Group, dll.

c. Promosi spesial : Loyalty program, konsumen premium, dll. d. Kehumasan e. Menggunakan public figure f. Diskon dan promosi g. Memelihara visi yang tinggi dalam komunitas h. Memahami dan menganalisa tren dan statistik demografi lokal. 9. Proteksi merek dagang dan rahasia dagang a. Penggunaan dan pemakain merek dagang b. Contoh penyalahgunaan merek dagang c. Pemeliharaan dan proteksi rahasia dagang d. Memelihara dan menggunakan manual operasi e. Proteksi dari software komputer dan manual operasi f. Perjanjian menjaga rahasia dagang untuk karyawan 10. Laporan Kepada Franchisor a. Petunjuk dan syarat-syaratnya b. Contoh Form laporan
Untuk meminimalisir permasalahan, sebaiknya mempunyai sistem control yang baik. Hal tersebut berfungsi untuk mereview setiap aktifitas franchisee, apakah franchisee sudah berjalan sesuai aturan yang ditetapkan. Program supervisi yang efektif menjadi kunci dalam hubungan franchisor-franchisee agar tetap sesuai aturan. M. Menentukan Franchise Fee dan Royalty Fee Franchise fee adalah biaya waralaba atau biaya yang harus dibayar di muka sebelum gerai waralaba Anda mulai beroperasi. Adapun royalty fee adalah biaya yang harus dibayarkan setelah gerai waralaba mulai beroperasi. Pada prinsipnya, franchise fee dibayarkan untuk lisensi atau hak untuk menggunakan merek yang diwaralabakan selama jangka waktu waralaba dan sebagai hak untuk menggunakan pedoman operasional selama jangka waktu waralaba berlangsung.

Franchisor sebetulnya bebas menentukan berapa besarnya franchise fee. Ada yang menentukan Rp. 10 juta/tahun, ada juga yang lebih. Semuanya tergantung dari potensi dan prospek bisnisnya. Jika seorang franchisor bisa membuktikan bahwa bisnisnya memiliki potensi keuntungan yang sangat besar, menentukan franchise fee sebesar-besarnya juga tidak masalah, karena franchisee akan tetap untung. Adapun royalti fee adalah biaya yang harus dibayar setelah gerai waralaba mulai beroperasi. Pada umumnya, pewaralaba yang menetapkan pembayaran harus dilakukan setiap awal bulan, misalnya sebelum tanggal 10 bulan. Royalty fee yang wajar di seluruh dunia adalah 5%, 10% atau 15% dari omzet (penjualan). Tentunya memilih prosentase ini tidak semudah menunjuk salah satunya, karena harus mempertimbangkan nett profit minimal yang harus diperoleh franchisee untuk mengembalikan biaya investasinya. Semakin banyak omzet penjualannya, semakin banyak pula dapat mengambil royalty feenya. Metode royalti ini beragam. Namun umumnya berupa persentase terhadap setiap penghasilan yang diterima franchisee, dengan mengecualikan unsur pajak, bila ada. Pada prinisipnya, royalti fee digunakan untuk: a. Kelangsungan operasional pewaralaba dalam kaitannya dengan bimbingan berkesinambungan bagai para terwaralaba. b. Pelaksanaan audit waralaba dan evaluasi bisnis yang keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bimbingan berkesinambungan. c. Penelitian dan pengambangan (R&D). d. Pengelolaan merek dan strategi pemasaran.

Menentukan franchise fee dan royalty fee harus berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang sudah berjalan (ambil rata-rata omzet, cost, nett profit dalam tiga tahun terakhir berturut-turut). Dengan cara ini, kita dapat menentukan franchise fee dan royalty fee yang wajar. Franchise fee dan royalty fee masuk pada kolom biaya, sehingga mengurangi nett profit. Ini yang perlu diwaspadai. Banyak franchisor abal-abal yang tidak mengenakan franchise fee dan royalty fee, itu maksudnya supaya nett profit franchisee tidak berkurang. Padahal tanpa franchise fee dan royalty fee, franchisor tidak dapat hidup. N. Franchise Support Ada dua jenis support yang diberikan kepada franchisee dalam bisnis franchise. Pertama, support awal ketika sebelum pembukaan outlet (pra-opening). Kedua, support lanjutan setelah outlet berjalan (pasca-opening). Kami mencoba menyederhanakan menjadi beberapa point penting yang bisa Anda terapkan pada usaha franchise Anda.

1. Support Awal
Pada awal franchisee akan memulai usaha biasanya seorang franchisor melakukan berbagai hal sebagai berikut:

a. Membantu franchisee mengenai pemahaman tentang konsep usaha franchise yang benar. b. Membantu calon franchisee untuk melakukan survei dan penentuan titik lokasi yang tepat. c. Franchisor melakukan supervisi atas kesiapan pendirian dan pembukaan sebuah gerai
franchise (baik interior dan eksterior gerai, suplay produk, perlengkapan, dll.)

d. Membantu melakukan rekrutmen karyawan sesuai dengan stAndar yang telah ditentukan. e. Memberikan training bagi seluruh karywan franchisee baik training di dalam kelas maupun
on job training.

f. Memberikan training bagi franchisee baik training managerial skill, entreprenurship,


pengelolaan SDM, lokal marketing, pengeloalaan finance, dll.

g. Melakukan pendampingan pada saat pembukaan gerai selama + 2 minggu (tergantung dari
jenis usahanya).

h. Memberikan sistem operasi dan administrasi toko yang sudah teruji akurasinya termasuk
instalasi dan training software.

i. Memberikan buku manual dan memberikan cara pemakaian franchise operasional manual
sebagai panduan dalam menjalankan operasi bisnis franchisee.

j. Membantu dan memanatau kesiapan marketing pada grand opening store. 2. Support Lanjutan
Setelah gerai beroperasi biasanya seorang franchisor melakukan berbagai hal sebagai berikut:

a. Melakukan monitoring atas perencanan marketing b. Melakukan store visit dan supervisi secara berkala. Contoh: Monitoring bulanan (tergantung
dari jenis bisnisnya)

c. Melakukan business review & franchise audit. d. Melakukan update informasi usaha Anda melalui media online/offline bisa dilakukan dengan
rapat-rapat, buletin, majalah dll.

e. Untuk support setiap hari disediakan tim operasional yang dapat membantu permasalahan
yang mungkin timbul. Terdiri dari operasional manager, distrik manager dan regional manager.

f. Memberikan training secara berkelanjutan. g. Memberikan marketing program secara nasional. h. Management advice untuk continous improvement i. Apabila ada outlet yang mengalami penurunan akan dibimbing untuk mermperbaiki dan
menaikan angka penjualan. Adanya tim recovery untuk merecovery toko yang tidak mencapai target.

Di bisnis franchise, franchisor dan franchisee seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Antar keduanya saling membutuhkan sehingga dapat mencapai win-win dengan tujuan merasakan keuntungan bersama. Maka itu, support untuk kesuksesan franchisee mutlak diperlukan. Untuk terciptanya sisbiosis mutualisme yang baik antara franchisor dan franchisee, maka keduanya harus mengetahui peran dan kewajiban masing-masing. Berikut ini beberapa kewajiban franchisor antara lain:

a. Dukungan dan pelatihan Awal


Dukungan dan pelatihan awal amat diperlukan. Bagaimana pun franchisee Anda belum tahu tentang bisnis yang dijalankan.

b. Buku panduan operasi


Buku panduan operasi semacam hand book, buku pegangan dari bisnis yang sedang Anda geluti bersama-sama franchisee. Semua prosedur operasional perusahaan tercatat didalamnya, mulai dari hulu sampai hilir. Ditulis dengan bahasa sederhana, mudah dimengerti.

c. Dukungan strategi pemasaran


Dukungan pada aspek pemasaran tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Seorang franchisor dituntut untuk dapat membuat program dan strategi pemasaran secara nasional. Misalnya memasang iklan di media massa nasional, suratkabar TV, majalah atau beberapa kegiatan event.

d. Dukungan manajemen yang berkesinambungan


Dukungan manajemen dapat menambah vitalitas franchisee dalam mencapai target yang sudah ditetapkan. Untuk itu, franchisor sudah semestinya memberikan arahan, bahkan menjadi seorang konsultan bisnisnya untuk memastikan keberhasilan franchisee.

e. Business Review
Menganalisa apakah bisnis franchisee sudah sesaui dengan yang di proyeksikan. Kalau belum, franchisor akan membuat analisa dalam periode tertentu. Dan membantu franchisee dalam memecahkan permasalahan tersebut.

Adapun tanggung jawab sebagai franchisee sebagai berikut:

a. Mencapai target penjualan


Franchisee semaksimal mungkin dapat mencapai target penjualan.

b. Meningkatkan citra brand franchisor


Langkahlangkah yang bisa dilakukan adalah promosi di skala lokal. Biasanya lewat flyer, spanduk, memasang iklan di media kawasan dan berbagai komunitas yang bisa mengangkat citra dari merek franchise.

c. Menjalankan bisnis sesuai SOP usaha


Seorang franchisee wajib patuh terhadap sistem yang sudah dibangun oleh franchisor. Dengan disiplin mengikuti aturan franchisor akan memudahkan franchisee untuk mencapai tahap kesuksesan dalam bisnis franchisenya.

d. Merawat property corporate identity


Seorang franchisee juga wajib menjaga dan merawat material-material seperti logo, signage, interior dan eksterior. Hal ini untuk menjaga bahwa citra perusahaan tetap terjaga.

e. Hukum
Seorang franchisee wajib membaca setiap pasal yang ada dalam perjanjian franchise, hal ini untuk memastikan supaya tidak terjadi perselisihan. O. Training Ada ungkapan menarik dalam bisnis franchise, good people to make a great franchise, Atau lebih tepatnya professional people will make a great franchise! Perusahaan franchise yang hebat pastinya didukung oleh SDM-SDM yang terlatih dan berdedikasi tinggi terhadap kemajuan perusahaan. Beberapa merek franchise asing tidak tanggung-tanggung dalam membangun SDM siap pakai. Mereka bahkan menyiapkan lahan khusus untuk membangun kawah candradimuka pembinaan SDM (training center) di perusahaannya. Muncullah apa yang dinamakan the sophisticated franchising! Sistem bisnis yang mengintegrasikan nilai pelayanan, kualitas, dan kebersihan menjadi komoditas jualan yang menarik. Semuanya sudah distandarisasi dalam sebuah konsep bisnis dan SOP dengan baik. Meski tidak semua, pemain franchise lokal Indonesia juga mulai serius mengembangkan training center untuk kebutuhan franchisenya. Bahkan membangun classroom sebagai ruang training hingga membuat mock up store di kantornya. Untuk memberikan pemahaman kepada SDM yang baru direkrut tentu tidak mudah. Ditambah lagi dengan pada saat awal franchisee bergabung, sudah tentu mereka belum memahami bisnisnya. Di

Indonesia sendiri, training biasanya dibagi menjadi dua bagian, initial training (sebelum pembukaan outlet) dan training lanjutan atau advance training (setelah pembukaan outlet). Pelatihan SDM tentu menjadi sangat penting. Seorang franchisor harus memiliki treatment khusus terlebih di Indonesia dengan keragaman budayanya. Masing-masing daerah memiliki sifat yang khas sehingga perlu diciptakan materi yang mudah dimengerti dan diaplikasikan. Berikut ini gambaran materi training yang biasa diberikan:

Initial Training

Advanced Training

1. Pengenalan Company Culture 2. Corporate identity 3. Standard interior dan eksterior 4. Product knowledge 5. Customer services 6. Manajemen pegawai 7. Salesmanship 8. Marketing & promotion 9. Kepuasan pelanggan 10. Administarsi 11. Pajak & keuangan 12. Software/Computer 13. Warehouse dan inventory 14. Daily store operation procedure

1. Analisa sales 2. Analisa product 3. Analisa pesaing dan pasar 4. Trik meningkatkan penjualan 5. Handling people 6. Handling complaint 7. Leadership skill 8. Problem solving 9. Couching & counseling

P. Monitoring dan Evaluasi Sistem monitoring dalam franchising merupakan cara franchisor untuk menilai apakah transfer knowledge yang diberikan kepada franchisee dijalankan secara benar atau tidak, apakah franchisee tersebut sudah menjalankan usahanya sesuai dengan SOP atau tidak. Hal tersebut perlu dilakukan karena franchising merupakan duplikasi experience. Jika sistemnya tidak dilakukan, maka sulit meraih kesuksesan. Jangan pernah meremehkan sistem monitoring. Kesalahan pada sistem monitoring bisa mengakibatkan kebangkrutan dan kejatuhan brand. Dengan sistem monitoring yang baik, franchisor bisa

mengarahkan franchisee untuk mengikuti standar yang diinginkan. Umumnya franchisee yang tidak mengikuti standar dari franchisor mengalami kegagalan menjalankan usahanya. Franchisee yang sukses adalah franchisee yang bisa bekerja sama dengan franchisor. Kerja sama yang dimaksud termasuk meniru apa yang telah dikerjakan franchisor. Dengan begitu, risiko kegagalan bisa diminimalisir. Dalam hal inilah sistem monitoring berperan, agar franchisee tetap berada pada aturan usaha yang telah disepakati dan tercatat dalam SOP. Franchisor yang tidak memiliki sistem monitoring seolah mempertaruhkan brand dan nama baik mereknya. Sistem monitoring juga terkait dengan royalti. Paling tidak, sistem monitoring bisa menutupi ketakutan franchisor jika franchiseenya melakukan kenakalan. Sebab, jika tidak ada sistem monitoring, franchisor sulit mengetahui floting terutama dalam hal keuangan. Keuntungan memiliki sistem monitoring yang baik antara lain, outlet franchisee akan beroperasi seperti halnya outlet franchisee. Bisnis yang dijalankan franchisee betul-betul merupakan duplikasi dari kesuksesan usaha franchisor. Dari sisi konsumen, tidak akan bisa membedakan outlet franchisee dengan franchisor karena sistemnya berjalan sangat serupa. Keuntungan lain, franchisor bisa menjaga standar dan tipikal setiap outlet, sehingga brand image bisa tetap terjaga. Terakhir, bisa menghilangkan ketakutan franchisor terkait dengan kesalahan operasional dan keuangan franchisee. Sistem monitoring tidak rumit untuk dijalankan. Hanya saja, monitoring merupakan kebiasaan baru dalam sebuah perusahaan, khususnya perusahaan yang baru menjadi franchisor. Tantangan bagi franchisor terletak pada keunikan konsep franchise dimana franchisee sebagai investor duduk setara dengan franchisor. Kebanyakan franchisee merupakan partner bisnis yang tidak memiliki pengalaman. Sehingga dalam sistem monitoring, franchisor tidak bisa menyuruh, hanya membujuk franchisee untuk menjalankan bisnisnya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Sebetulnya, inti dari monitoring yang dilakukan franchisor adalah memberi supporting. Akan tetapi, franchisee bisa saja merasa dimata-matai. Guna menghindari hal seperti itu, franchisor harus bisa meyakinkan franchisee, bahwa orang yang datang melakukan monitoring itu untuk membantu kelancaran bisnisnya. Monitoring biasanya dibantu dengan system teknologi (IT). Tapi sayangnya, sistem IT yang ada di Indonesia cenderung rapuh karena biasanya sudah mengalami pembongkaran-pembongkaran untuk kebutuhan tertentu. Jadi, penting bagi franchisor untuk menggunakan perusahaan IT yang sudah besar dan establish serta telah melewati proses trial and error. Ada satu hal yang memudahkan franchisor melakukan monitoring, yaitu kedisiplinan, baik kedisiplinan terkait dengan waktu yang dikerjakan maupun system pelaporan. Laporan harus selalu dibaca. Kadangkala laporan tidak pernah dibaca sehingga hasil monitoring tidak diketahui. Kemudian

setelah parah, baru diketahui. Maka itu, dalam organisasi franchise, antara training, monitoring, dan operasional harus dibawah satu decision. Monitoring yang buruk bisa mengakibatkan kebangkrutan. Dan sebaliknya, sistem monitoring yang baik bisa meningkatkan kinerja setiap outlet franchisee karena monitoring berarti juga bimbingan kepada franchisee. Selain memiliki wawasan dan pemahaman mengenai bisnisnya, franchisor juga tahu persis aturan main bisnisnya. Pengalaman yang dimiliki sebagai pengusaha menjadikan dirinya mampu melihat kecenderungan yang dapat meningkatkan penjualan. Melalui monitoring, franchisor dapat melakukan pemantauan dan memberi dukungan yang diperlukan franchiseenya.

BAB V KIAT SUKSES DALAM FRANCHISE


I. Cermat Memilih Frachise Siapapun tidak ingin salah dalam memilih franchise yang ingin dikelolanya. Banyak kejadian, akibat kesalahan dalam menentukan franchise, akhirnya terwaralaba hanya mengalami kerugian. Untu itu, kecermatan dalam memilih franchise merupakan harga mati yang harus didahulukan. Beberapa pedoman dalam tahapan memilih franchise antara lain:

1. Bila Anda menjadi investor owner-operator, pilih bidang yang kira-kira dapat Anda nikmati
rutinitas kesehariannya.

2. Patut Anda pertimbangkan dalam proses memilih ini: Pilihlah bisnis yang tetap dibutuhkan meski
di tengah situasi krisis. Misalnya, gunting rambut atau salon (rambut selalu tumbuh dan harus dipotong); kebutuhan anak-anak (pendidikan dan ritel produk anak-anak); ritel kebutuhan seharihari (minimarket); dan kesehatan (apotek, toko obat, klinik, laboratorium). Bidang lain yang mungkin masih bisa diperdebatkan, tetapi tetap menarik pula di tengah krisis adalah produk fashion wanita, kecantikan wajah, hobi, perawatan mobil, laundry, serta makanan dan minuman.

3. Pilih produk yang memiliki kecukupan pasar di wilayah Anda. Kecukupan pasar berarti ada
permintaan (demand) yang cukup dan cenderung terus meningkat.

4. Ingat pernyataan ini: Kesuksesan di kota asal merek waralaba bukan jaminan bahwa merek itu
akan sukses di lokasi Anda. Kekuatan pemimpin pasar di suatu daerah juga terlihat dari kepiawaian mereka menghadapi pesaing dari daerah lain, misalnya bimbel Ganesha di Bandung mampu menghadang serbuan merek besar dari Yogyakarta, dan Briton (kursus bahasa Inggris) tetap berjaya di Makassar meski merek besar dari Jawa masuk ke ibu kota Sulawesi Selatan itu.

5. Sesuaikan dengan kesiapan jumlah dana Anda. Dalam masalah pendanaan, sebaiknya tidak
bergantung pada pembiayaan oleh bank, meski banyak tawaran untuk kredit khusus waralaba. Seandainya terpaksa, sebaiknya jumlah pinjaman tidak lebih dari jumlah utang dagang. Ini disebabkan margin keuntungan harus dibagi dengan pewaralaba dalam bentuk biaya waralaba seperti franchise fee dan royalti, sehingga tambahan pembayaran bunga bank berpotensi akan membebani Anda secara signifikan.

6. Pastikan Anda dapat memercayai reputasi dan integritas pewaralaba, baik perusahaannya maupun
pemilik dan tim manajemennya. Waralaba itu terkait dengan prospek atau peluang usaha dan hubungan jangka panjang antara terwaralaba dengan pewaralaba, minimum lima tahun. Beberapa cara menggali aspek ini antara lain dengan bertanya kepada orang-orang yang sedang, atau pernah menjadi terwaralaba. Pihak lain yang bisa ditanya antara lain: pegawai pewaralaba dan terwaralaba, bankir, dan pemasok.

7. Ujilah semua asumsi dalam proyeksi keuangan yang disajikan oleh pewaralaba, mulai dari harga
jual hingga margin keuntungan, mulai dari volume penjualan hingga jumlah pelanggan dan jumlah nominal transaksi per pelanggan, juga asumsi mengenai biaya sewa tempat, asumsi biaya listrik bulanan, dan gaji pegawai yang tak jarang kurang realistis (di bawah UMR). Bila perlu, tongkrongi gerai mereka selama seminggu. Buatlah sendiri proyeksi keuangan versi Anda, yang

sudah disesuaikan asumsi-asumsinya, sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan Anda dalam memilih waralaba yang akan Anda beli. Jangan memercayai mentah-mentah angka yang disajikan dalam iklan atau berita ataupun profil mengenai waralaba di media massa.

8. Evaluasi dengan teliti isi kontrak atau perjanjian waralaba. Perhatikan kewajiban pewaralaba dan
terwaralaba, serta pembatasan yang diberlakukan terhadap Anda. Teliti kejelasan syarat dan biaya perpanjangan perjanjian waralaba bila jangka waktu perjanjiannya berakhir nanti. Cermati pula hal-hal yang dapat mengakibatkan pengakhiran perjanjian atau pemutusan hubungan waralaba, serta aspek-aspek terkait dengan exit strategy (pengalihan hak waralaba kepada pihak lain, perubahan kepemilikan saham perusahaan Anda, hak ahli waris, dan sebagainya). Jangan segan bertanya kepada pewaralaba bila ada yang kurang Anda mengerti. Negosiasikan hal-hal yang perlu dinegosiasikan.

9. Bila ada jaminan atau garansi tertentu, pastikan jaminan itu tercantum dalam kontrak dan katakatanya mudah Anda dipahami. Ada pewaralaba yang memberi jaminan keuntungan minimum 1% per bulan, entah dihitung dari jumlah modal yang ditempatkan atau dari angka lain. Ada pula pewaralaba yang memberi jaminan uang kembali bila dalam waktu tertentu tidak tercapai tingkat pengembalian balik modal hingga 100%. Pastikan ada kesamaan persepsi mengenai definisi balik modal ini. Pastikan pula kejelasan persyaratan berlakunya jaminan ini.

10. Pilih lokasi yang terbaik. Persetujuan pewaralaba terhadap lokasi yang Anda ajukan tidak
memberi jaminan bahwa bisnis Anda akan lancar. Bila perlu, Anda sewakan ruko Anda ke pihak lain, kemudian Anda menyewa ruko orang lain yang lebih strategis. Biaya sewa ruko yang murah akan menjadi mahal ketika ruko itu tidak mendatangkan jumlah pelanggan yang dibutuhkan. Tidak jarang selisih biaya sewanya setara atau lebih besar dari biaya promosi untuk mendatangkan pelanggan ke ruko yang kurang strategis itu.

J.

Mahir Mengelola Franchise Mengelola franchise berarti memanfaatkan kekuatan pengetahuan dan pengalaman pewaralaba

untuk pertumbuhan bisnis Anda sebagai terwaralaba, karena kedua aspek itulah yang dibayar atas nama franchise fee dan royalti. Bila Anda tidak salah memilih pewaralaba, dengan menjalin komunikasi yang baik Anda pasti dapat menikmati manfaat maksimal dari pengetahuan dan pengalaman pewaralaba Anda, mulai dari aspek pengelolaan SDM, sistem administrasi, hingga strategi pemasaran dan cara memberikan layanan prima

untuk kepuasan pelanggan. Meski demikian, harus dipahami bahwa pewaralaba bukan dewa yang mampu menyelesaikan semua permasalahan. Bisa saja persoalan yang Anda hadapi merupakan hal yang baru bagi pewaralaba, sehingga solusinya tidak secepat harapan Anda. Tekun mengoperasikan berarti Anda terlibat penuh dalam mengoperasikan bisnis Anda. Sejauh ini faktor kehadiran pemilik (investor) sangat memengaruhi moril dan standar layanan, serta kinerja gerai waralaba. Bahkan waralaba sekaliber Subway di luar negeri pun ada yang merugi karena investornya jarang berada di lokasi gerai. Setelah gerai itu dijual ke pihak lain yang kemudian terlibat dalam keseharian bisnisnya, gerai Subway itu segera meraih keuntungan yang signifikan. Salah satu gerai Apotek K-24 yang terbaik layanan dan kinerjanya juga dipengaruhi faktor kehadiran investor dalam keseharian operasional gerainya. Demikian pula dengan gerai ILP yang kinerjanya tergolong kinclong. Investornya terlibat aktif dalam operasional gerainya. Investor ini juga memberi umpan balik yang kemudian mendorong pewaralaba ILP mengembangkan produk atau materi untuk pasar yang sebelumnya belum terlayani. Patut dicatat bahwa kehadiran investor dalam keseharian kadang menjadi kontraproduktif, bila pola hubungan dan komunikasi antara investor dan pegawai kurang baik, misalnya cara menegur kesalahan pegawai yang kasar, atau sikap mencurigai pegawai yang berlebihan sehingga membuat pegawai tidak nyaman. Dalam hal ini investor harus belajar kepada pewaralaba mengenai cara mengelola, bersikap dan menegur pegawainya. Tekun mengoperasikan juga berarti rajin mengamati persaingan di sekitar lokasi gerai (di wilayahnya), melaporkan dan berkonsultasi dengan pewaralaba. Hal ini sangat penting karena pewaralaba berada di lokasi yang relatif jauh dari lokasi gerai terwaralaba. Berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi terwaralaba ataupun pewaralaba. Dalam situasi bisnis yang baik (meraih keuntungan) ataupun kurang baik (sedang merugi), terwaralaba dan pewaralaba harus membangun komunikasi yang rutin. Keputusan-keputusan penting sering kali gagal diambil karena kurangnya komunikasi ini, sehingga tak jarang terwaralaba atau investor mengalami kerugian sangat besar ketika mengambil keputusan untuk menutup bisnis waralabanya. Padahal bila komunikasi dilakukan dengan baik, mungkin kerugian ini bisa diminimalkan. Atau, dalam kasus tertentu mungkin kerugian ini bisa berbalik jadi meraih keuntungan bila ada komunikasi yang berkualitas antara terwaralaba dan pewaralaba. Harus diakui, menurut pengamatan para ahli, waralaba bukan diperuntukkan bagi semua orang. Ada beberapa kelompok orang tertentu yang tidak cocok menjadi terwaralaba. Pertama, orang-orang yang sangat independen dan superkreatif, yaitu sulit tunduk pada sistem yang sudah dibuat oleh pewaralaba. Kedua, orang-orang yang cenderung tidak sabar dan emosional. Ingat peribahasa tak ada

gading yang tak retak. Cepat atau lambat, terwaralaba pasti menemukan kekurangan pewaralaba. Bila Anda cenderung emosional dan marah meledak-ledak, sebaiknya jangan menjadi terwaralaba. Komunikasi yang baik, termasuk kemampuan mengendalikan emosi dan menyampaikan keluhan dengan baik, merupakan salah satu kunci sukses terwaralaba. Ketiga adalah orang-orang yang tidak rela bila setiap bulan harus membayar royalti kepada pewaralaba. Memasuki tahun kedua biasanya bisnis Anda mulai berjalan lancar dengan konsultasi yang sangat minim. Ini adalah periode ujian kesetiaan Anda kepada jasa pewaralaba yang membimbing Anda memulai bisnis dengan baik. Pertimbangkanlah, apakah Anda termasuk orang yang akan setia dan menghargai bimbingan awal pewaralaba, atau Anda termasuk orang yang cenderung bakal terusik oleh royalti yang harus dibayar dari bulan ke bulan. Di luar ketiga kelompok tersebut, kriteria dari pewaralabalah yang hendak menentukan apakah Anda cocok menjadi terwaralaba mereka. BreadTalk misalnya, kriterianya bahwa terwaralaba harus memiliki jaringan yang kuat dengan retail space (plaza dan mal). Adapun kriteria Apotek K-24, terwaralaba harus memiliki nilai kebersamaan dalam kemajemukan. TX Travel memiliki kriteria bahwa investor harus owner-operator.

K. Melejitkan Brand Membangun brand merupakan langkah-langkah memberikan sebuah identitas pada sebuah produk/jasa, dan menciptakan sebuah nama yang memenuhi dasar-dasar marketing strategy yang telah ditetapkan (segmentasi, targeting, positioning). Kemudian melakukan langkah-langkah yang konsisten dan persisten men-delivery semua kelebihan produk-produk untuk mendapatkan tempat khusus (diingat/di aware) di otak konsumen. Benarkah ada asumsi bahwa biaya untuk kegiatan brand building relatif mahal? No. Di atas saya tulis persistence, konsisten, kreatif. Biaya pasti harus efisien, yang pasti nilai ide resep dan management produk/ jasa Anda pasti lebih mahal. Menetapkan sebuah nama brand bagi produk adalah sesuatu yang sangat penting, karena Brand yang kuat akan menimbulkan efek positif bagi produsen, yaitu akan terjadi peningkatan brand share, brand equity, dan brand awareness. Beberapa hal yang perlu diingat dalam menentukan sebuah brand adalah:

1. Brand yang baik adalah brand yang mudah diingat


Hal ini membantu terbentuknya brand awareness, yaitu kepedulian konsumen terhadap produk kita.

2. Brand memiliki arti.


Ketika kita menentukan brand, hendaknya konsumen mengerti maknanya

3. Brand harus mudah ditransfer


Brand harus dapat digunakan untuk penamaan produk lainnya.

4. Brand harus mudah diadaptasikan


Artinya, brand dapat disesuaikan dengan lokasi dan waktu.

5. Brand harus dapat dilindungi dari segi hukum


Hal ini dimungkinkan dengan cara mempatenkannya

Sebagai contohnya adalah Apel Washington. Brand buah ini memiliki nama yang mudah disebutkan oleh konsumen, memiliki arti yang sangat baik dan mudah ditransfer, yaitu sebuah kota di Amerika, juga seorang pahlawan. Brand ini tidak tergeser oleh waktu, sampai kapanpun dama brand ini tetap mudah diucapkan serta tidak akan ada masalah dengan kamus bahasa di negara manapun. Pertanyaannya kemudian. Bagaimana kita membangun brand. Resep yang paling gampang adalah dengan menggunakan formula sederhana yang disebut PDB: Positioning-Diferensiasi-Brand. Agar brend equity Anda kokoh maka Anda harus punya positioning tepat. Mau contoh? Apa yang ada di benak Anda begitu dengar sabun Lux? Jawabnya bisa Tamara Blazinsky, bisa bintang film, bisa juga sabun kecantikan. Apa yang ada di benak Anda begitu dengar Kijang? Jawabnya pasti mobil keluarga. Itulah positioning. Intinya, Anda harus mampu menempatkan produk Anda secara tepat di benak pelanggan. Ingat satu hal ini: perang pemasaran bukan ada di pasar. Perang pemasaran ada di benak pelanggan. Apa bukti bahwa produk Anda punya positioning yang kuat. Jawabnya, jika Anda punya satu kata di benak pelanggan Anda. Contohnya tadi, Lux punya satu kata sabun kecantikan, Kijang punya satu kata mobil keluarga. Clear punya satu kata anti ketombe. Lalu setelah Anda punya positioning kokoh, pekerjaan besar Anda selanjutnya adalah memenuhi janji yang ada dalam positioning Anda dengan diferensiasi yang kuat. Positioning bisa diibaratkan sebagai janji, sementara diferensiasi adalah delivery-nya. Kalau kijang mengatakan dirinya mobil untuk keluarga Indonesia maka Kijang harus muat banyak, bisa dipakai untuk ke kantor, mengantar anak-anak ke sekolah, bisa dipakai ibu ke pasar, dan sebagainya. Kalau dikatakan diferensiasi adalah delivery, maka delivery Anda haruslah unik. Artinya berbeda dengan pesaing Anda. Beda bukan asal beda, tapi beda yang merupakan keunggulan Anda dibanding pesaing. Kalau itu diwujudkan, biasanya sering dikatakan produk Anda memiliki point of differentiation yang solid. Produk yang sukses pasti memiliki positioning yang tepat, yang didukung diferensiasi yang kokoh.

Kalau Anda sudah punya positioning yang tepat dan diferensiasi yang kokoh, dengan sendirinya Anda akan mendapatkan berkah berupa brand equity yang kokoh. Apa bukti produk Anda memiliki brand equity yang kokoh? Kalau produk Anda dikenal orang alias memiliki awareness yang tinggi. Tak hanya itu, produk Anda juga punya association tertentu di mata pelanggan Anda. Juga, produk Anda dipersepsi oleh pelanggan memiliki kualitas oke alias percieved quality yang tinggi. Dan terakhir, pelanggan Anda memiliki loyalitas yang tinggi kepada produk Anda alias tidak gampang pindah ke lain hati. Nah, setelah Anda memiliki brand equity yang kokoh, sekarang Anda membutuhkan waralaba. Kebodohan utama seorang marketer adalah jika dia tidak semaksimal mungkin memanfaatkan kekuatan brand equity yang dimilikinya untuk mendongkrak profit. Salah satunya adalah melalui waralaba. Harus diingat waralaba tak lain adalah jualan merek. Waralaba tak lain adalah profitisasi dari brand equity yang Anda miliki. Kalau diumpamakan petani penggarap sawah, upaya kita membangun merek bisa dikatakan sebagai upaya menanam dan membesarkan padi di sawah. Sementara waralaba adalah upaya memanen-nya. Waralaba akan sukses kalau cara memanennya benar. Kalau keliru ya, profit yang dihasilkan nggak maksimal. Apakah kalau kita sudah memanen lalu kemudian kita tidak lagi melakukan brand-building? Itu keliru besar. Justru setelah bisnis waralaba Anda berjalan bagus, tantangan berikutnya adalah, Anda bersama dengan franchisee harus secara kontinyu melakukan brand-building. Kenapa demikian? Karena DNA kesuksesan bisnis waralaba Anda terletak di brand-building ini. Tanpa ini kekuatan brand Anda akan semakin loyo, dan akhirnya bisnis waralaba Anda pun akan ikut-ikutan lo yo.

L. Mengelola SDM Pengelolaan sumber daya manusia dalam istilah lain sering disebut personal management atau resources administration. Beberapa istilah tersebut dalam bidang pendidikan merupakan salah satu substansi dari manajemen pendidikan. Untuk memperjelas konsep pengelolaan sumber daya manusia, Edwin B. Flippo menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya manusia merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan atau sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat.

Karayawan (Sumber Daya Manusia) yang merupakan aset perusahaan. Jangan abaikan SDM, karena yang menjalankan bisnis perusahaan adalah karyawan. Banyak perusahaan raksasa di Amerika bahkan menempatkan karyawan sebagai sahabat dan keluarga. Karyawan patut diberikan apresiasi (reward) apabila menorehkan kesuksesan. Begitu juga sebaliknya, berikan hukuman ( punishment) jika kinerjanya tidak sesuai harapan. Karyawan harus diapresiasi dengan penggajian yang adil sesuai dengan standar UMP atau standar yang sudah tertuang dalam SOP franchisor. Anda juga perlu mempertimbangkan pemberian insentif, bonus, tunjangan, asuransi hingga program refreshing untuk mengembalikan semangan kerja serta solidaritas kebersamaan bekerjanya. Di sisi lain, Anda sebagai pimpinan atau pemilik franchise harus mendorong karyawan memilki skill yang baik baik melalui training, pendidikan, pengendalian langsung di lapangan dan apapun bentuknya agar karyawan bisa memanfaatkan kemampuan optimalnya demi kemajuan bisnis Anda. Dunia kerja berikut perlengkapannya terus berkembang, jadi meningkatkan kualitas karyawan merupakan solusi bijak yang bisa dilakukan. Berikut ini beberap tips untuk mengelola SDM:

1. Sistem pengupahan biasanya mengikuti standar UMP serta SOP franchisor. Namun untuk
kebijakan insenstif, bonus dan penghargaan lainnya, dipertimbangkan sesuai dengan kebijakan keuangan perusahaan Anda.

2. Perhatikan juga pembinaan, arahan serta penjelasan terhadap karyawan. Mereka merupakan aset
yang menjadi ujung tombak sekaligus pembentukan citra dari setiap usaha yang dijalankan. Pembinaan juga terkait dengan bagaimana melayani dengan cepat, tepat sasaran, lugas dan cekatan. Karyawan juga harus diberikan pemahaman produk serta product selling.

3. Jika ada masalah dengan karyawan Anda, bicarakan dengan baik sehingga tercapai win-win
solution. Anda juga harus bisa memetakan permasalahan dengan karyawan, misalnya masalah kecil, menengah, dan berat, sehingga bisa menjadi acuan dalam mengambil keputusan lebih lanjut.

4. Berikan hak karyawan seadil-adilnya. Misalnya selain gaji, ada uang makan, uang lembur, THR,
insentif, bonus dan sebagainya. Untuk gaji, selain berdasarkan petunjuk UMP dan SOP franchisor, sebaiknya juga perlu dipertimbangkan performa karyawan bersangkutan.

5. Penguatan team work bagi karyawan merupakan hal penting dalam rangka mencapai tujuan
bersama di perusahaan. Apapun bisnis Anda, bila memiliki team work yang kuat pasti dapat mencapai tujuan dengan lebih mudah. Kegiatan memperkuat team work bisa melalui outbond,

refreshing, atau kegiatan-kegiatan serupa yang membangkitkan rasa kebersamaan diantara sesama karyawan.

6. Sebelum grand opening gerai franchise baru Anda, pastikan bahwa persiapan SDM sudah matang
melalui pendidikan dan berbagai training pra-operasional sehingga perusahaan Anda sudah siap berjalan dengan karyawan yang memang sudah memiliki skill.

7. Pendidikan (training) karyawan tidak melulu pada peningkatan skill. Perlu diingat, hal yang juga
turut mendukung adalah pendidikan sikap (attitude) dan etika sehingga karyawan bisa selalu waspada, jujur dan bermoral.

8. Jangan lupakan nasihat franchisor dalam membina karyawan. Karena bagaimanapun juga,
franchisor sudah teruji dengan bisnisnya yang telah berkembang pesat sehingga Anda membeli bisnis franchisenya.

9. Perlu juga mencatat perkembangan kinerja karyawan sehingga berguna untuk menentukan bonus,
gaji serta berbagai apresiasi lainnya.

10. Menyediakan sarana dan prasarana demi kenyamanan kerja karyawan. Misalnya sepeda motor
dan sebagainya. Sarana tersebut untuk mempermudah kerja karyawan. Bila benar-benar dibutuhkan, perlu Anda pertimbangkan.

11. Menanamkan rasa memiliki bisnis dalam diri karyawan. Bila rasa memiliki sudah muncul pada
setiap karyawan, meraka akan merasa bertanggung jawab atas maju mundurnya kinerja perusahaan. Dengan demikian, etos kerja mereka pun dengan sendirinya akan meningkat.

12. Intensiflah memotivasi dan memberikan passion kepada para karyawan agar semangan kerja
meraka selalu tinggi.

M. Inovasi Produk Ibarat makhluk hidup, sebuah merek atau produk bisa saja mati. Dalam hal ini, satu hal yang tidak boleh terlewatkan dalam pemasaran bisnis apapun adalah filosofi daur ulang, yaitu lahir, tumbuh, menua, dan mati. Melalui filosofi daur hidup, kematian sebuah produk atau merek bisa dihindari atau digantikan dengan tumbuh kembali. Dengan syarat, pelakunya mampu melakukan revitalisasi. Sebuah produk atau merek memiliki life cyrcle. Artinya, ada suatu masa dimana merek atau produk bisa mati. Akan tetapi, seperti dikatakan dalam paragraf awal, kematian sebuah merek atau produk bisa dihindari jika pemilik merek atau produk bisa meniupkan kembali roh dengan cara merevitalisasi. Misalnya dengan melakukan inovasi atau berbagai cara lain.

Hampir semua produk mengalami life cyrcle. Dulu misalnya, produk sepatu hanya terbagi dua, sepatu formal dan non formal. Tapi saat ini, untuk olah raga saja ada sepatu basket. Jogging, sepak bola, tenis, golf, senam, futsal, dengan beragam model. Sejalan dengan pasar yang semakin terfragmentasi dan matang, maka menimbulkan konsekuensi tersendiri. Sehingga terjadi semacam evolusi dari pasar massal, yang kemudian terfragmentasi dan menuntut pemasar mengambil langkah differensiasi untuk menangkap sempalan-sempalan pasar. Daya beda (differensiator) itu terbentuk oleh kreativitas pemasar dalam melakukan inovasi untuk menangkap selera pasar. Inovasi lebih mudah diserap konsumen jika konsumen mendapatkan nilai lebih dari produk yang digantikan dengan sesedikit mungkin merubah perilaku atau nilai yang telah dianutnya. Nilai lebih atau manfaat yang ditawarkan produk baru itu bukan dalam arti obyektif, tetapi merupakan keunggulan relatif yang dirasakan konsumen. Jika terpaksa harus merubah perilaku, konsumen harus betul-betul yakin bahwa produk baru tersebut member manfaat besar. Mengutip studi Rogers, ada lima karakteristik yang dihubungkan dengan keberhasilan suatu produk baru.

1. Keunggulan relatif (relative advantage) produk baru dibandingkan dengan produk yang
digantikan, tapi bukan dengan kriteria objektif, melainkan dengan keunggulan relatif di mata konsumen.

2. Kesesuaian (compability) dengan nilai yang telah melekat dalam diri pelanggan. 3. Kompleksitasnya. Semakin sulit dimengerti, semakin sulit untuk diterima. 4. Kemungkinan untuk dicoba (triability), seperti pemberian sampel. 5. Sejauhmana produk tersebut dapat terlihat oleh konsumen (obserability).
Selain itu, mengutip Clancy dan Shulman, ada lima alasan yang dapat menyebabkan produk baru gagal di pasar.

1. Penetapan target dan positioning yang lemah. 2. Ketidakpuasan terhadap suatu produk, yaitu kegagalan dalam memenuhi dan melebihi harapan
konsumen dan melakukan penawaran yang kompetitif.

3. Kesadaran yang kurang terhadap suatu produk baru. 4. Kurangnya promosi dan distribusi.
Salah satu kunci dalam penyebaran produk inovatif adalah komunikasi. Terutama jika produk tersebut harus merubah keyakinan, sikap, atau perilaku pemakai produk lama secara siginifikan.

Komunikasi one step flow masih dirasakan efektif untuk produk inovatif dengan tujuan merangsang pembeli impulsif macam fast moving consumer goods. Tetapi untuk inovasi produk yang lebih kompleks, aliran dua tahap dan komunikasi words of mouth memegang peranan cukup penting. Yang penting diingat, inovasi mengandung risiko. Meski begitu, inovasi dan pengambilan risiko adalah salah satu esensi dari semangat entrepreneurship yang menjadikan perusahaan semakin besar dan dapat bertahan dalam situasi hyper competitive. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam Harvard Business Review mengutarakan tentang value innovation logic yang ditemukan dalam perusahaanperusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi. Penganut logika model ini berasumsi, mereka adalah pemain aktif yang dapat membentuk kondisi suatu industri. Dalam focus strateginya bukan sekedar melakukan benchmarking dengan kompetitor, tetapi melakukan quantum leap guna mendominasi pasar. Hal ini berbeda dengan logika konvensional yang menganggapnya sebagai sesuatu yang given. Inovasi produk yang dilakukan sangat tergantung pada produk serta dinamika pasar dan strategi yang dipilih. Untuk barang teknologi secara umum, perlu inovasi yang terus menerus. Produk pangan barangkali memiliki masa yang lebih panjang. Beberapa produk minuman tidak terlalu sering berinovasi dalam produknya. Namun, inovasi dalam komunikasi pemasaran menjadi keharusan. Intinya, inovasi bisa dilakukan dari sisi produk itu sendiri, kemasan, penyampaian (delivery), dan komunikasi pemasarannya. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan inovasi produk adalah kelayakan dalam berkompetisi di pasar dan kemampuan sumber daya internal untuk mendukung produk inovatif tersebut. Bagaimana dengan standar produk? Haruskah sama disemua tempat? Standar lebih mengacu kepada standarisasi kualitas. Dari sisi produk, tidak harus sama disetiap tempat. Tetapi konsistensi harus tetap dijaga. Konsistensi terhadap apa yang sudah digariskan yang biasanya terkait dengan kualitas. Perubahan atau penyesuaian produk untuk konsumen tertentu tidak boleh merusak citra produk (brand image). Perubahan rasa mengikuti selesar pasar disuatu daerah bisa saja dilakukan. Hal itu tergantung kepada kebutuhan. Yang perlu diingat, harus tetap mempertimbangkan kelayakannya, juga didukung strategi pemasaran yang tepat. Penyesuaian produk berdasarkan kecenderungan konsumen di daerah tertentu tidak menyalahi standarisasi, asalkan produk yang spesifik untuk di daerah tertentu diberi tanda. Untuk merek-merek global di sejumlah negara, satu produk bisa berbeda taste-nya dan bisa berjalan seperti yang terjadi pada sejumlah produk resto. Tujuan perbedaan taste untuk mengakomodasi perbedaan selera konsumen yang relatif besar antar negara. Ditingkat lokal (antar wilayah dalam satu negara) juga bisa dilakukan penyesuaian, jika perbedaan itu cukup signifikan. Namun, jika perbedaan produknya cukup mencolok sebaiknya diberi nama yang berbeda walaupun masih di bawah paying merek yang sama. Karena bisa jadi, konsumen datang dari daerah yang jauh yang hanya mengenal taste dari daerahnya. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi persepsi yang

salah akibat perbedaan taste. Selanjutnya, agar penyesuaian produk bisa berjalan baik, sebaiknya dilakukan riset terlebih dahulu. N. Membangun Kesetiaan Pelanggan Di jaman persaingan yang keras dan kian banyak pilihan buat konsumen, dapat dikatakan masalah loyalitas atau kesetiaan pelanggan memang amat tipis dan rentan, apalagi bila mereka pernah mengalami ketidakpuasan dengan layanan atau produk kita. Pilihan yang begitu banyak membuat pelanggan gampang melirik tetangga dan mulai coba-coba. Perselingkuhan pelanggan dengan pesaing kadang membuat kita jengkel, karena pelanggan demi pelanggan rontok, terpikat oleh pesaing. Tentunya sakit hati dan jengkel, bukan? Inilah akibat kalau berbisnis hanya menjual dan menjual, tanpa berusaha membuat pelanggan betah dan selalu datang kembali. Daripada sakit hati, lebih baik kita mulai dengan mengenali tipe pelanggan kita. Ada beberapa tipe yang harus diidentifikasi dengan cermat, sebelum kita benar-benar merangkul mereka lebih jauh dan membangun semacam intimacy dengan pelanggan. Berikut ini adalah tipe-tipe pelanggan yang bisa dikenali.

1. Swinger, tipe pelanggan yang memang tidak loyal, banyak coba-coba, tidak memiliki pola
konsumsi yang lebih rutin, permanen atau menjadi kebiasaan tetap, belum percaya merek tertentu, bahkan cenderung impulsif. Golongan yang sensitif terhadap harga juga sering menjadi swinger. Merek bukanlah preferensi dalam keputusan membelinya. Slogannya: Ada duit gua beli, duit kurang gua cari yang lain atau belum coba yang baru tuh ?

2. Habitual, tipe pelanggan yang baru mulai punya pola konsumsi rutin terhadap suatu produk dan
mulai sadar merek. Hanya sekali-kali mencoba beralih ke merek lain . Tak ada rotan, akarpun jadi, namun nantinya juga kembali ke rotan. Kelompok peminum kopi di kafe bisa saja ke Starbucks, namun sekali waktu mereka juga suka-suka ke Coffee Bean. Dua-duanya sama-sama tempat mengekspresikan diri lebih dari sekedar minum kopi.

3. Loyalist, tipe pelanggan yang fanatik merek produk yang dikonsumsinya. Kalau sudah Mc.D,
seterusnya akan ke Mc.D, atau penikmat kopi yang fanatik dengan merek tertentu. Kalau pelanggan sejak dini sudah terbiasa dengan suatu merek, biasanya merek tersebut akan mengakar di hatinya dan amat sangat mungkin dia menjadi semacam endorser lintas generasi, misalnya seorang ayah mengajak anaknya makan di Bakmi GM 77 atau menikmati Es Teler 77, sambil bercerita bahwa merek tersebut adalah merek tempat makan favoritnya sejak pacaran.

Menggiring pelanggan untuk menjadi loyal ibarat menggiring domba untuk menjadi penurut. Biarpun asal mulanya swinger, namun suatu saat bisa jadi loyalist. Sudah barang tentu buat mereka harus dibuatkan suatu komunitas serta program-program yang menarik. Semakin besar komunitas pelanggan loyal, maka akan semakin kuat eksistensi bisnis kita, karena komunitas pelanggan yang loyal akan beranak-pinak buat kita. Nah, bagi Anda khususnya para pemula bisnis waralaba, bila pelanggan sudah mulai mencoba produk kita, buatlah agar hal ini bisa menjadi kebiasaan atau habit, yakni membeli ulang dan mengkonsumsi produk kita secara berkelanjutan. Suatu kebiasaan sifatnya akan lebih mengakar dan mendarah-daging, karena dipupuk atas kepuasan atas nilai yang diterima dan kecintaan mereka terhadap merek. Jangan meledak heboh di awal, laku keras, buka sana-sini, lalu tutup sana-sini dan pudar tenggelam ditelan persaingan. Jangan biarkan pelanggan lari! Tentu tidak ada salahnya bila kita membangun komunitas pelanggan kita melalui praktek model keanggotaan. Namun darimana memulainya? Berikut adalah langkah-langkah praktis buat Anda.

1. Database Building. Mulailah dengan membangun database konsumen secara komprehensif. Bila
Anda meminta konsumen untuk meninggalkan kartu nama di semacam toples, atau mengisi formulir angket kepuasan, untuk apa semua itu? Apakah kemudian Anda manfaatkan dengan baik?

2. Continuous Loyalty Program. Program kesetiaan pelanggan melalui keanggotaan akan menarik
bila perusahaan juga membuat program atau event secara kontinyu, bukan sekali terus bubar. Pelanggan seluler yang mendapat Gold Card harus merasakan program yang berkelanjutan, bukan hanya sekali-kali saja.

3. Customer Reward Management. Berikan reward kepada pelanggan-pelanggan yang setia. Alokasi
dana untuk reward agar pelanggan tetap setia, karena biaya merebut kembali konsumen yang hilang atau mencari konsumen baru, akan relatif lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada.

4. Customer Communication Program. Buat program komunikasi yang jelas dan bekelanjutan,
apakah dalam bentuk newsletter, direct-mail, telephone, toll-free service, dsb.

5. Dalam konteks praktek bisnis yang lebih canggih, customer-loyalty-program ini adalah bagian
yang integral dari suatu model Customer Relationship Managemen (CRM).

Tentunya bila kita berpikir sebagai pelanggan, kita ingin mendapatkan pelayanan yang differentiated dan valuable. Kalau dulu kita cukup senang ketika memiliki kartu keanggotaan dari toko buku sehingga bisa mendapatkan diskon, kini kita tidak hanya senang, tapi juga sangat senang dan bangga, karena semakin sering berbelanja, kita bukan hanya mendapat point-rewards, tapi juga diundang hadir seminar gratis, bedah buku dan berkesempatan membeli buku autograph version, dengan tandatangan asli penulisnya.

O. Melanggengkan Hubungan Franchisor-Franchisee Bisnis franchise itu ibarat tubuh. Franchisor dan franchisee merupakan bagian dari satu tubuh. Jika ada satu yang sakit, maka bagian tubuh lain ikut merasakannya. Franchisee dan franchisor merupakan sejajar, berjalan dalam satu visi bisnis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi satu sama lain. Keduanya harus saling mendukung dan membutuhkan. Franchisor dan franchisee juga memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan, ditaati, dan dihormati. Sehingga dalam perjalanan menjalin bisnisnya, harus ada upaya untuk terus saling mengingatkan dalam rangka sukses bersama. Jika diibaratkan sebagai hubungan guru dan murid, franchisor berperan sebagai guru dan franchisee sebagai murid. Jika franchisee puas dan berhasil dalam meningkatkan profitnya, franchisor ibarat guru yang mendapati anak muridnya berprestasi gemilang. Bagi franchisor, franchisee merupakan aset sekaligus partner dalam menjalankan bisnis. Franchisor dan franchisee secara bersama terlibat dalam setiap review perusahaan, terutama mengenai progres bisnis yang dilakukan secara berkala. Termasuk didalamnya merumuskan langkah-langkah perbaikan yang perlu diambil untuk mencapai harapan dan keinginan merek franchisenya. Terkait dengan kerja sama tersebut, franchisor harus bisa menciptakan kepuasan dalam diri franchisee karena franchisee akan menjadi agen komunikasi bagi calon-calon franchisee baru. Pengalaman franchisee dalam menjalin kerja sama dengan Anda sebagai franchisor dapat mengundang berbagai calon investor baru. Sebaliknya, jika informasi dari franchisee bersifat negatif karena tidak puas dengan sistem franchise Anda, akan sulit rasanya mendapatkan franchisee baru. Kepuasan maupun ketidakpuasan franchisee dipicu oleh franchisornya. Maka itu, franchisor harus lebih dulu memulai upaya terbaiknya sehingga bisa dicontoh dan menjadi inspirasi bagi para franchiseenya. Franchisee juga harus didorong dan terus diberikan stimulus agar bisa lebih sukses dari franchisornya sehingga bisa melakukan yang terbaik bagi bisnisnya. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan franchisor guna memberi kepuasan bagi franchiseenya, yaitu :

Membangun sistem yang solid. Sistem yang solid dapat mempercepat proses transfer knowledge of business kepada para mitra (franchisee) untuk selanjutnya bisa lebih mendekatkan diri kepada customer. Sistem disini tentunya mengacu kepada sistem secara keseluruhan (komprehensif) yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk membangun jaringan bisnisnya. Membangun relationship. Pola hubungan diarahkan pada komunikasi dua arah. Baik franchior maupun franchisee berada dalam posisi setara. Hanya saja, secara fungsional berbeda. Yang juga tidak kalah penting, franchisor memiliki kemauan untuk mendengarkan harapan dan keinginan franchisee dalam membangun bisnisnya bersama-sama franchisor. Hubungan yang intim antara franchisee-franchisor banyak memberi efek positif. Permasalahan yang muncul akan lebih mudah diselesaikan jika hubungan franchisee dengan franchisor berjalan harmonis. Untuk membangun hubungan dengan franchisee, bisa menggunakan beberapa pola antara lain : Rutin berinteraksi dan berkomunikasi minimal 1 2 kali dalam seminggu untuk persoalan yang strategis, taktis, teknis, dan non-bisnis. Jangan menutup diri bila franchisee sedang menghadapi atau sedang ingin membahas hal strategis maupun fundamental. Seorang franchisor yang bertanggung jawab tentu tidak akan meninggalkan atau membiarkan franchisee-nya berada dalam kesulitan. Melalui diskusi dan pemecahan masalah bersama, hal yang sedang dialami franchisee akan segera teratasi dan hal ini tentu menguntungkan pihak franchisor pula. Berinteraksi dan berkomunikasi intens dalam pertemuan bulanan, semesteran atau tahunan, dan moment-moment tertentu yang dianggap penting. Hal ini perlu sekali dilakukan untuk menjaga hubungan antara franchisor dan franchisee. Forum ini juga bisa digunakan sebagai media penyelesaian masalah atau berbagai pengalaman sesama franchisee. Dengan pertemuan dan jalinan yang baik antara kedua belah pihak, para franchisor dan franchisee, bersiaplah menerima keuntungan yang berlimpah. Meningkatkan support. Franchisor dapat memberikan franchise support berupa pelatihan, dan sharing business knowledge baik mengenai produk, penjualan dan entrepreneurship. Pelatihan dapat dilakukan di kelas atau on the job training di salah satu outlet franchise selama periode tertentu. Setiap outlet franchisee memiliki dinamika dan kondisi yang berbeda-beda. Jika ada problem yang harus dipecahkan, franchisor semaksimal mungkin bisa memberi solusi. Dan tentunya, franchisor bisa melayani dengan setulus hati serta memberikan pelayanan yang terbaik. Membantu meningkatkan profit. Ukuran kepuasan dalam bisnis franchise adalah, jika kinerja bisnis franchisee mengalami peningkatan dan memperoleh omzet dan profit yang baik. Kepuasan franchisee merupakan kebanggaan bagi franchisor. Sebab dengan begitu, reputasi organisasi franchise, brand, sistem, program, dan strategi milik franchisor terbukti bagus. Kepuasan franchisee adalah angka tertinggi. Karena dari situ bisa lahir bisnis yang sustain. Franchisee berperan

sebagai ujung tombak penjualan produk/jasa Anda. Jika franchisee tidak puas, customer tidak akan puas. Dan sebaliknya, kalau customer puas, untung franchisee juga akan melimpah dan berlipat ganda.

P. Meningkatkan Profit Bisnis Profit atau penghasilan bersih merupakan tujuan utama dari sebuah usaha. Tentunya, semua pemilik usaha akan menginginkan profit yang maksimal dari apapun usaha yang dikerjakannya. Dalam membeli usaha franchise pun investor atau calon franchisee sudah sedikit banyak menanyakan potensial profit kepada franchisornya sebelum membeli franchise tersebut. Berapa lama untuk bisa kembali modal, dan proyeksi ROI nya berapa? Pertanyaan ini sangat lazim didengar kaum franchisor dari usaha apapun. Sebuah usaha bisa menciptakan angka profit yang baik tergantung dari banyak faktor dan proses untuk mencapai hasil akhir tersebut, antara lain produk atau jasa yang unik dan berkualitas, customer service yang memuaskan, lokasi usaha yang strategis, manajemen yang efisien dan efektif, pengeluaran yang efisien dan relaistis, dan lain sebagainya. Umumnya, faktor-faktor di atas sudah dipenuhi atau paling tidak dibantu oleh pihak franchisor agar franchisee tidak perlu menciptakan sebuah formula usaha yang unggulan lagi. Akan tetapi, profit sebuah usaha franchise dapat ditingkatkan dengan kecerdasan franchisee dalam menjalankan usahanya dengan menggunakan teknik-teknik sales yang jitu. Guna menemukan teknik sales yang jitu, franchisee perlu melakukan pendataan performa gerainya selama beberapa bulan. Pendataan ini sangat berhubungan dengan perilaku usaha franchisee beserta pelanggannya. Beberapa hal yang ingin kita ketahui adalah jumlah transaksi dalam sebulan, peningkatan atau penurunan jumlah transaksi, jumlah nominal rata-rata dalam sebuah transaksi, jumlah tamu yang datang, persentasi terjadinya penjualan dari tamu yang datang, profil tamu yang menjadi pelanggan, dan lain lain. Berdasarkan pendataan diatas, franchisee dapat membuat sebuah laporan statistik dari performa gerainya. Walaupun franchisor umumnya sudah memberitahu proyeksi performa dan profil pelanggan untuk usahanya, gerai franchisee adalah sebuah usaha yang berdiri sendiri dan di lokasi sendiri yang unik. Oleh sebab itu perilaku pasar, dan performa gerai franchisee dapat sedikit banyak berbeda dengan franchisor. Franchisee harus menemukan kelebihan dan kekurangan dari gerainya sendiri, guna menemukan teknik yang tepat untuk meningkatkan profit. Dari data yang sudah dikumpulkan, franchisee dapat menyimpulkan kelebihan dan kekurangan dari gerainya. Apabila anda merasa bahwa jumlah tamu yang datang kurang memuaskan, maka anda harus menemukan cara marketing yang lebih baik dalam memasarkan gerai anda. Marketing dapat dilakukan dengan berbagai cara misalkan membagikan brosur di area setempat, mengadakan promosi khusus seperti diskon, mengadakan pameran, mengiklan di surat kabar atau radio setempat, dan lain

sebagainya. Anda juga bisa bertukar pikiran dengan franchisor anda dalam mengadakan promosi gerai anda untuk meningkatkan jumlah tamu yang datang ke gerai anda. Kadang kala, tamu yang berdatangan ke gerai anda sudah cukup banyak akan tetapi jumlah transaksi kurang baik, misalkan ada 100 tamu yang datang yang bertransaksi hanya 20 orang. Jadi, anda perlu menemukan cara untuk meningkatkan jumlah transaksi dari tamu yang berdatangan. Hal ini dapat dilakukan dengan sales people yang lebih handal, jadi anda perlu merekrut sales people yang lebih baik, training sales people dengan lebih profesional, dan memberikan insentif yang baik bagi sales people anda. Apabila anda bisa meningkatkan kinerja sales people anda, maka konversi tamu menjadi pelanggan dapat ditingkatkan dan omzet dan profit pun akan meningkat. Jumlah tamu sudah memuaskan, dan angka conversi juga sudah tinggi, akan tetapi jumlah nominal dari tiap transaksi cenderung rendah. Anda dapat mencoba untuk meningkatkan nilai rata-rata jumlah transaksi dengan cara up-selling atau cross-selling. Teknik up-selling biasanya dilakukan oleh sales people yang menawarkan promosi-promosi tertentu kepada pelanggan yang sudah melakukan transaksi agar jumlah transaksi dapat ditingkatkan. Teknik cross-selling adalah menawarkan produk atau jasa yang berkesinambungan dengan apa yang sudah dibeli oleh pelanggan. Anda bisa mencoba untuk menjual produk atau jasa lain yang tidak dijual oleh gerai franchise anda untuk cross-selling, tentunya dengan sepengetahuan dan persetujuan dari franchisor. Dengan mengadakan in-store promotion dan paket-paket pembelian lainnya, umumnya impulse buying (membeli produk dan jasa yang tidak direncanakan sebelumnya dan terjadi karena ditawarkan atau melihat barang dan jasa tersebut ditempat) akan tercipta.faktor impluse buying akan sangat membantu dalam meningkatkan jumlah nominal transaksi dan alhasil meningkatkan omzet dan profit. Mengenal profil pelanggan anda juga akan sangat membantu dalam menyesuaikan customer service yang jitu dan memuaskan. Apabila sebagian besar customer anda adalah remaja dan orang yang cenderung usianya masih muda, maka sales people anda juga harus dapat menyesuaikan diri dengan mereka. Maka dari cara berpakaian, perilaku, dan bahasa yang digunakan pun harus nyambung dengan customer anda, agar supaya mereka merasa comfortable di gerai anda dan menjadi tempat yang akan dikunjungi kembali. Dengan demikian, anda dapat membangun database pelanggan yang setia yang seringkali membantu anda memperkenalkan usaha anda kepada teman-teman dan kerabatnya ( word of mouth). Faktor word of mouth ini dapat dikatakan marketing yang paling efektif dan dipercaya oleh masyarakat. Bagi franchisor, keberhasilan franchisee selain akan mendorong angka royalty dan pembelian bahan baku (pada umumnya) juga akan sangat membantu dalam perkembangan nama baik dari merek usahanya. Oleh sebab itu, franchisor sudah selayaknya membantu franchisee untuk terus maju dan meraih keberhasilan setinggi mungkin. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan

penyegaran dalam operational agar gerai franchisee dapat beroperasi dengan lebih efisien. Pelatihanpelatihan manajemen dan sales dan marketing juga penting dalam keberhasilan bersama dalam berusaha. Franchisor juga sebaiknya menerima kritik dan saran dari franchisee agar franchisee dapat lebih leluasa dalam menjalankan ide-ide pemasaran yang mungkin efektif dalam meningkatkan profitnya.

SUMBER BACAAN
Sumber Buku Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah I. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Karamoy, Amir. 1996. Sukses Usaha Lewat Waralaba. Jakarta: Bisnis Indonesia. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Riyanto, Bambang. 1984. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Raharjo, Tri & Rofian Akbar. 2008. Be Enterpreneur Be Rich. Jakarta: Info Franchise Publsihing. Raharjo, Tri & Rofian Akbar. 2008. The Power of Franchise. Jakarta: Info Franchise Publishing.

Sumber Majalah Franchise Your Business. 2009. Jakarta: Info Franchise Publishing. Franchise Bible. 2009. Jakarta: Info Franchise Publishing. Kiat & Strategi Menjadi Franchisee Sukses. 2006. Jakarta: Info Franchise Publsihing. Novitasari, Dyna. 50 Waralaba Potensial Di Bawah 10 juta. Yogyakarta: G-Media. Resep Anti Gagal Berbisnis Franchise. 2009. Jakarta: Info Franchise Publsihing. Tips Praktis Menjalankan Bisnis Franchise. 2006. Jakarta: Info Franchise Publishing.

Sumber Internet http://swa.co.id/2009/07/kiat-memilih-dan-mengelola-waralaba/ http://mustafit.wordpress.com/contoh-contoh-kontrak-perjanjian/contoh-perjanjian-franchise-restoran/ http://www.majalahfranchise.com/?link=franchise_article&id=37

BIODARA PENULIS

Muhammad Gufron Hidayat, lebih akrab disapa Gufron. Telah menyelesaikan studi sarjana di UIN Syarif Hidayatullah dengan majority Perbankan Syariah. Bergiat di dunia tulis menulis dan dunia ekonomi. Bukunya yang telah diterbitkan diantaranya Shalat Jumat; Kegunaan dan Kedahsyatannya , Penerbit Inti Media, 2010. Rahasia Dahsyatnya Tawakal, Penerbit Jendela Dunia, 2010. Adapun tulisannya yang telah dimuat di media diantaranya Pacaran? No Way!, Opini MQ Media; 2006, Kesempatan Terbaik, Kolom Hikmah Republika; 2008, Kurban dan Persaudaraan, Kolom Hikmah Republika; 2008, Jalan Mengukuhkan Entitas Bangsa, Kolom Suara Mahasiswa Sindo; 2008, Embara, Kolom Hikmah Republika; 2008, Mengungkap Sisi lain DPR, Kolom Perada Koran Jakarta; 2008, Menyoal Teka-teki Konversi, Kolom Suara Mahasiswa Sindo; 2008, Sederhana dalam Berinfak, Kolom

Hikamah Republika; 2008, Meredam Amarah, Kolom Hikmah Republika; 2009, Harga Mati Kasih Sayang, Kolom Perada Koran Jakarta; 24 September 2009. Untuk berhubungan dengan penulis bisa melalui gufronhidayat@gmail.com

Dedik Priyanto, adalah penulis muda yang banyak melahirkan karya-karya baik fiksi maupun nonfiksi. Karya fiksinya berjudul Bolot, Sampah Mak Isah, Kado Terindah dari Rafi telah dicetak oleh penerbit Inter Plus. Selain itu, tulisannya banyak tersebar di media baik lokal maupun nasional berbentuk resensi maupun artikel.

Anda mungkin juga menyukai