Oleh Kelompok 8
ANGGOTA :
1. Muhammad Hafiz (1810531047)
2. Fakhri Muhammad Berry (1810532059)
3. Desmalia Syakira (1810532008)
4. Fadiah Rama Wangsa (1810532004)
DASAR HUKUM WARALABA
Waralaba menurut Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997, pasal 1 adalah perikatan dimana
salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau
penjualan barang dan atau jasa
Waralaba menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1) adalah hak
khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan
ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan
dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
WARALABA SEBAGAI BENTUK PERJANJIAN
• Adanya minimal 2 (dua) pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak
franchisor sebagai pihak yang memberikan franchise, sementara pihak franchisee
merupakan pihak yang diberikan/ menerima franchise tersebut.
• Adanya penawaran paket usaha dari franchisor.
• Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak
franchisee.
• Mempunyai unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan memanfaatkan
paket usaha miliknya pihak franchisor.
• Sering kali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dengan pihak franchise.
SUBJEK DAN OBJEK FRANCHISE
• Dalam franchise ada dua pihak/subjek yang terlibat, yaitu franchisor (pemberi waralaba) dan penerima
waralaba (franchise) di mana masing-masing pihak terikat dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba.
Peraturan Pemerintah RI No.42 Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat (2) yang dimaksud pemberi waralaba adalah
orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan
Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba.
Dan dalam pasal 1 ayat (3) yang dimaksud penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha
yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang
dimiliki Pemberi Waralaba.
• Dan yang menjadi objek franchise adalah lisensi, yakni izin yang diberikan oleh franchisor kepada
franchisee.
CIRI-CIRI KONTRAK FRANCHISE
• Kontrak bisnis yang menyeluruh dari Franchisor. Adalah pengembangan cara untuk menjalankan
pasar/bisnis
• Adanya proses permulaan dalam pelatihan keseluruhan aspek pengelolaan bisnis yang sesuai dengan
konsep franchisor. Adalah Franchisee akan diberi pelatihan mengenai metode bisnis yang diperlukan
untuk mengelola bisnis
• Proses Bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak franchisor
Contoh :
1. Kunjungan berkala franchisor kepada staf di lapangan
2. Menghubungkan antara franchisor dengan franchisee
3. Adanya inovasi produk dan konsep secara terus menerus
4. Adanya pelatihan dan fasilitas yang khusus
SYARAT YANG HARUS DIMILIKI SUATU
USAHA APABILA INGIN DIWARALABAKAN
Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 pasal 6, Perjanjian Waralaba dapat memuat klausula
pemberian hak bagi Penerima Waralaba untuk menunjuk Penerima Waralaba lain.
Dan Penerima Waralaba yang diberi hak untuk menunjuk Penerima Waralaba lain, harus memiliki
dan melaksanakan sendiri paling sedikit 1 (satu) tempat usaha Waralaba.
Pelaksanaan perjanjian yang dibuat para pihak adalah sah karena telah memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu sebagai berikut :
1. Adanya kesepakatan dari para pihak yang membuat perjanjian artinya untuk membuat
perjanjian tidak boleh ada paksaan, tidak boleh ada penipuan dan tidak boleh ada
kekhilafan.
2. Para pihak cakap (wenang) bertindak dalam hukum, artinya pihak-pihak yang membuat
perjanjian cakap (wenang) untuk membuat perjanjian seperti sudah dewasa, tidak berada
dalam pengampuan (gila, pemabok, penjudi dan sebagainya).
3. Suatu hal tertentu, artinya apa yang menjadi obyek perjanjian, dalam hal ini adalah
perjanjian waralaba dengan bidang usaha berupa minimarket / retail dan sebagainya.
4. Sebab yang halal, artinya perjanjian yang dibuat tidak bertentangan dengan Undang-
Undang, agama, ketertiban umum dan kesusilaan.
JENIS- JENIS WARALABA
b. Waralaba jasa
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang berwujud layanan jasa, misalnya seperti
pendidikan, studio photo atau jasa sewa video, dan jasa agen perjalanan atau travel.
Contoh dari jenis usaha waralaba jasa antara lain adalah seperti bimbingan belajar hafara dan aliago
travel.
c. Waralaba gabungan
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang digabungkan atau dengan kata lain produk
yang ditawarkan adalah barang dan jasa.
• Waralaba Menurut Asalnya
a. Waralaba berasal dari luar negeri
Waralaba jenis ini lebih cenderung disukai oleh masyarakat.
b. Waralaba berasal dalam negeri
Waralaba jenis ini termasuk dalam salah satu pilihan investasi bagi orang-orang yang ingin
menjadi pengusaha dengan cepat namun orang tersebut tidak memiliki pengethuan cukup
mengenai awal dan kelanjutan usaha oleh pemilik waralaba
Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta bantuan dan fasilitas yang
diberikan kepada Penerima Waralaba, adalah sebagai berikut :
Pemberi waralaba berkewajiban Pemberi waralaba memiliki hak
• Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 7, Pemberi • 1. Berhak menerima fee atau royalty dari penerima
Waralaba harus memberikan prospektus penawaran Waralaba kepada waralaba.
calon Penerima Waralaba pada saat melakukan penawaran.
• 2. Melakukan pengawasan jalannya pelaksanaan waralaba;
• Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 8, Pemberi
• 3. Memperoleh laporan-laporan secara berkala atas jalannya
Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan,
kegiatan usaha penerima waralaba (franchisee).
bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian dan
pengembangan kepada Penerima Waralaba secara • 4. Melaksanakan inspeksi pada daerah kerja Penerima
berkesinambungan. Waralaba;
• Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 9, • 5. Meminta dilakukannya pendaftaran atas waralaba yang
diberikan kepada penerima waralaba;
(1) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba mengutamakan
penggunaan barang dan/atau jasa hasil produksi dalam negeri sepanjang • 6. Menerima pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan
memenuhi standar mutu barang dan/atau jasa yang ditetapkan secara jumlah yang dianggap layak olehnya.
tertulis oleh Pemberi Waralaba.
• Produk atau jasa dikonsumsi dengan mutu yang sama. • Franchisee tidak bebas mengembangkan usahanya
karena berbagai peraturan yang diberikan oleh
• Keuntungan dari royalti atau penjual lisensi. franchisor.
• Bisnisnya bisa berkembang dengan cepat di banyak lokasi • Franchisee biasanya terikat pada pembelian bahan untuk
secara bersamaan, meningkatnya keuntungan dengan produksi untuk standarisasi produk /jasa yang dijual.
memanfaatkan investasi dari franchisee.
• Franchisee harus jeli dan tidak terjebak pada isi
Bagi Franchisee (pemilik hak-jual) :
perjanjian dengan franchisor, karena bagaimanapun
• Popularitas produk atau jasa sudah dikenal konsumen, biasanya perjanjian akan berpihak kepada prinsipal /
menghemat biaya promosi. franchisor dengan perbandingan 60:40.
• Mendapatkan fasilitas-fasilitas manajemen tertentu sesuai
dengan training yang dilakukan oleh franchiser.
POS-POS BIAYA NORMAL PADA SYSTEM
FRANCHISE
Royalty Franchise Fee Direct Expenses
Pembayaran oleh pihak Bayaran yang harus Biaya langsung yang harus
franchisee kepada pihak dilakukan oleh pihak dikeluarkan sehubungan
franchisor sebagai imbalan franchisee kepada pihak dengan
dari pemakaian hak franchise franchisor, yang merupakan pembukaan/pengembangan
oleh franchisee. biaya franchise, yang suatu bisnis franchise.
biasanya dilakukan dengan
jumlah tertentu yang pasti
dan dilakukan sekaligus dan
hanya sekali saja
Marketing and
Biaya Sewa Advertising Fee Assignment Fees
Walaupun sesungguhnya Karena pihak franchisor yang Biaya yang harus dibayar
kurang lazim, ada beberapa melakukan marketing dan oleh pihak franchisee kepada
franchisor yang ikut juga iklan, maka pihak franchisee pihak franchisor jika pihak
menyediakan tempat bisnis, mesti juga ikut menanggung franchisee tersebut
maka dalam hal yang beban baiay tersebut dengan mengalihkan bisnisnya
demikian pihak franchisee menghitungnya, baik secara kepada pihak lain, termasuk
harus membayar harga sewa persentase dari omzet bisnis yang merupakan
tempat tersebut kepada penjualan ataupun jika da objeknya franchise
pihak franchisor marketing atau iklan tertentu.
PENDAFTARAN WARALABA
Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 12 ayat Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 12
(1), ayat (2), Pendaftaran perjanjian waralaba oleh penerima
Pengajuan prospektus penawaran dari pihak pemberi waralaba
waralaba (franchisee) kepada Menteri dengan melampirkan:
(franchisor) kepada Menteri dengan melampirkan: • fotokopi legalitas usaha
• fotokopi perjanjian waralaba
• fotokopi prospektus penawaran • fotokopi prospektus penawaran waralaba
• fotokopi legalitas usaha • fotokopi KTP pemilik/pengurus perusahaan
• Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 14, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan Waralaba. Pembinaan antara lain berupa pemberian:
c. rekomendasi untuk mengikuti pameran Waralaba baik di dalam negeri dan luar negeri;
PENGAWASAN WARALABA
Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Pasal 15, Menteri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Waralaba, dan menteri dapat melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam melaksanakan pengawasan tersebut.
BERAKHIRNYA KONTRAK FRANCHISE
Dalam Pasal 1266 KUHPerdata dinyatakan, “Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-
persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.
Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di
dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk, menurut
keadaan, atas permintaan si tergugat memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya.
Jangka waktu mana tidak boleh lebih dari satu bulan”.