Anda di halaman 1dari 12

A.

Terminologi Usaha Waralaba

Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba,


(Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba), waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas
usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil
dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba.
Definisi waralaba secara umum dapat diartikan sebagai pengaturan bisnis
di mana yang memiliki perusahaan (pewaralaba atau franchisor) memberi/menjual
hak kepada pihak pembeli atau penerima hak (terwaralaba atau franchisee) untuk
menjual produk dan atau jasa perusahaan pewaralaba tersebut dengan peraturan
dan syarat-syarat lain yang telah ditetapkan oleh pewaralaba.
Definisi waralaba lainnya adalah suatu strategi sistem, format bisnis, dan
pemasaraan yang bertujuan untuk mengembangkan jaringan usaha untuk
mengemas suatu produk atau jasa. Waralaba juga dapat pula diartikan sebagai
suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi keinginnan atau kebutuhan
konsumen yang lebih luas.
Franchising adalah suatu sistim pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah
pihak, di mana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan oleh pewaralaba. Franchising dapat pula berarti sistem pemasaran yang
melibatkan dua belah pihak yang terikat perjanjian, sehingga usaha waralaba
harus dijadikan sesuai dengan aturan-aturan dari pewaralaba.
Beberapa istilah berkaitan dengan usaha waralaba
 Franchise Contract adalah perjanjian hukum antara pewaralaba dengan
terwaralaba
 Franchise adalah hak-hak istimewa yang diatur dalam perjanjian waralaba.
 Franchisee (terwaralaba) adalah pihak yang mendapatkan hak untuk
menjalankan usaha waralaba yang kekuasaannya dibatasi berdasarkan
perjanjian dengan pewaralaba.
 Franchisor (pewaralaba) adalah pihak yang memiliki bisnis dan penjual
hak waralaba kepada terwaralaba. Pewaralaba adalah pihak didalam
kontrak waralaba yang menentukan sistem untuk diikuti dan syarat-syarat
yang disepakati oleh pihak lain yang terlibat.

B. Model Menjadi Terwaralaba Pada Usaha Waralaba


Tahap 1: Analisis Potensi Diri sebagai Terwaralaba
Analisis apakah diri anda memiliki potensi besar sebagai pembeli bisnis
dengan sistem waralaba sebagai terwaralaba dengan berbagai konsekuensi dan
kemungkinan risiko yang harus ditanggung.
Dalam fase ini, menurut Ir.Budi Utoyo (2009), cara mudah dan aman
untuk membeli franchise perlu melihat kesiapan diri anda dari sisi waktu, fasilitas
dan modal.

Tahap 2: Analisis Merek dan HAKI Pewaralaba


Pastikan anda memilih usaha waralaba yang telah memiliki merek terkenal
dan sudah memiliki Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang terdaftar pada
instansi yang berwenang. Memang biasanya biaya mendirikan waralaba lebih
mahal daripada menggunakan brand yang diciptakan sendiri, tetapi ada
kemungkinan jaminan sukses lebih besar. Calon terwaralaba harus memperoleh
kepastian bahwa produk dan atau jasa usaha waralaba yang akan dibeli telah
memperoleh hak kekayaan intelektual dari instansi berwenang.

Tahap 3: Anallisis Pasar dan Pemasaran


Usaha waralaba yang anda pilih sebaiknya produk atau jasa yang memiliki
keunggulan, keunikan, atau perbedaan yang tidak mudah ditiru ketimbang dengan
usaha sejenis dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas yang dimaksud.
Untuk calon terwaralaba hendaknya hati-hati jika akan membeli usaha waralaba,
sebab banyak perusahaan yang baru satu tahun tetapi sudah terlalu berani untuk
menawarkan usahanya dengan sistem waralaba. Pastikan bahwa usaha waralaba
yang anda pilih telah memiliki sistem atau format pemasaran yang mantap, teruji
dan tahan terhadap krisis minimal telah berumur lima tahun. Jika analisis pasar
dan pemasaran tidak jelas, prospek usaha waralaba itu biasanya juga tidak akan
jelas dan kemungkinan risiko kegagalan bisnis anda menjadi besar. Jangan
memilih waralaba yang hanya memiliki satu produk.

Tahap 4: Analisis Profil dan Prospek Waralaba


Pilih usaha waralaba yang telah memiliki ciri khas usaha, keuntungan
sudah terbukti dan laba perusahaan waralaba tersebut selalu meningkat. Telah
memiliki prosedur operasional. Pastikan bahwa usaha waralaba yang akan anda
beli memiliki prospek yang tidak diragukan.
Tahap 5: Analisis Support dan Sistem Pewaralaba
Pastikan bahwa usaha waralaba yang akan anda pilih memiliki SOP secara
tertulis untuk pelayanan dan kualifikasi barang atau jasa yang ditawarkan sebagai
sarana kendali mutu pelayanan atau kendali mutu lainnya secara terpadu.
Secara tertulis terwaralaba harus memperoleh berbgai bantuan dan sistem
apa saja yang akan diperjualbelikan. Support dan system yang diberikan oleh
pewaralaba kepada terwaralaba mulai dari pra-operasional, pra-peluncuran
(launching), ada supervisi saat peluncuran dan pasca-peluncuran. Hal inilah yang
paling sulit dipenuhi oleh para pewaralaba, tetapi justru itulah ciri utama
waralaba.

Tahap 6: Analisis Pendanaan, BEP dan Risiko Waralaba


Ketika anda tertarik untuk membeli usaha waralaba, mintalah perhitungan
jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, potensi kerugian yang
mungkin akan anda tanggung dan juga potensi pendapatan dalam jangka tertentu
yang akan diterima. Biaya-biaya yang harus dianalisis adalah besarnya biaya sewa
tanah dan ruangan, biaya bahan baku, tenaga kerja, energi listrik, ait, telepon.
Perlu dilakukan pula analisis mengenai berapa lamakah waktu yang diperlukan
untuk balik modal (break event point - BEP) atas sejumlh modal yang tertanam
atau akan diinvestasikan. Anda juga harus sadar bahwa setiap tawaran waralaba
mempunyai variasi risiko yang berbeda-beda.

Tahap 7: Evaluasi dan Pemilihan Waralaba


Tahap ke 7 ini terdri atas fase investigasi, evaluasi dan pemilihan.
1. Fase investigasi:
a. Pembuktian, bahwa waralaba tersebut menguntungkan.
b. Proyeksi Cash Flow,mencakup berapa pemasukan tiap hari,minggu,bulan
dan seterusnya
c. Meneliti keunikan apa yang dimiliki sehingga tidak mudah untuk ditiru
d. Mengkaji petunjuk teknis dan SOP, mencakup dokumen yang diberikan
oleh pewaralaba kepada terwaralaba. Dokumen tersebut berujuan untuk
mengatur hal-hal yang sifatnya teknis,misalnya SOP pemasaran, SOP
pelayanan,juknis resep menu, juknis penataan ruangan dll.
e. Memastikan adanya hak paten, banyak bisnis yang belum dipatenkan
tetapi sudah diwaralabakan, hal ini tentu akan merugikan karena banyak
hal akan mudah ditiru dan sangat bahaya jika kelak hak patennya dipegang
oleh orang lain.
f. Kontrak, tanyakan isi kontrak atau perjanjian waralaba secara lengkap dari
pewaralaba guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fase evaluasi:

Melakukan evaluasi dari 6 tahap pada fase investigasi . Jika semuanya visible
maka selanjutnya adalah berkonsultasi kepada ahli hukum atau pihak-pihak yang
kompeten lainnya.
3. Fase pemilihan:
a. Pilihlah bisnis waralaba yang cocok dengan waktu, fasilitas dan modal
anda.
b. Pilihlah waralaba yang paling cocok dengan perasaan, kepercayaan,
kemauan, hobi atau hal-hal lain yang anda tentukan baik secara individu
maupun pertimbangan keluarga.

Tahap 8: Pembukaan
Fase pembukaan ini mencakup:
a. Training. Anda berhak menanyakan materi, metode dan berapa lama
training yang akan diberikan oleh pihak pewaralaba kepada anda sebagai
terrwaralaba.
b. Marketing. Anda perlu menanyakan srategi, sistem pemasaran, serta
marketing tools seperti apa yang akan diberikan oleh pewaralaba kepada
terwaralaba.
c. Team force. Anda perlu memastikan apakah ada juga tim intidari
pewaralaba pada saat awal pembukaan.

C. Jenis-jenis usaha waralaba

Menurut Longenecker, dkk., (2005) edisi 12, jenis-jenis usaha waralaba ada tujuh,
yaitu:
1) Waralaba nama dagang dan produk (product and trade name franchise).
Bantuan-bantuan hak menggunakan/menjuai nama dagang dan produk
yang telah dikenal luas (grants the right to use a widely recognized product
or name).
2) Waralaba unit tunggal (single unit franchise). Waralaba jenis ini
merupakan waralaba paling sederhana dan paling banyak digunakan
karena kemudahannya. Pewaralaba memberikan hak kepada terwaralaba
untuk menjalankan usaha atas nama usahanya dengan panduan prosedur
yang telah ditetapkan sebelumnya. Terwaralaba hanya diperkenankan
untuk menjalankan usahanya di sebuah gerai yang telah disepakati.
3) Waralaba format bisnis (business format franchise). Menyediakan seluruh
sistem pemasaran dan petunjuk yang terus-menerus dari pewaralaba
(provides an entire marketing system and ongoing guidance from the
franchisor).
4) Waralaba dukung-mendukang (piggyback franchising). Operasi suatu
waralaba ritel dalam fasilitas fisik/bangunan toko terwaralaba (the
operation of a ritelfranchise within the plrysical facilities of a host store).
5) Waralaba pemegang lisensi pemilik (master licensee). Perusahaan
independent atau individu yang bertindak sebagai agen penjualan produk
dengan tanggung jawab untuk menemukan terwaralaba baru dengan
batasan suatu teritorial khusus. (An independent firm or individual acting
as a sales agent with the responsibility for finding new franchises within a
specified territory). Format master francftise memberikan hak pada
pemegangnya untuk menjalankan usahanya di sebuah teritorial ataupun
sebuah sistem, dan bukan hanya membuka usaha, pemegang hak dapat
menjual lisensi kepada sub-waralaba dengan ketentuan yang telah
disepakati kedua belah pihak.
6) Waralaba kepemilikan multiunit/kelipatan (multiple-unit ownership).
Mengangkat penerima hak (terwaralaba) tunggal untuk memiliki lebih dari
satu gerai waralaba atau dapat membuka beberapa gerai dari perusahaan
yang sama (holding by a single franchisee of more than one franchise from
the same company).
7) Waralaba pengembang wilayah (area developers). Perorangan atau
perusahaan yang memperoleh hak untuk membuka beberapa gerai
waralaba dalam wilayah yang telah ditentukan (individuals or firms that
obtain the legal right to open several frqnchised outlets in a given
area).Padawaralaba jenis ini, terwaralaba memperoleh hak untuk
menjalankan usahanya dalam sebuah teritoriai tertentu, misalkan pada
sebuah propinsi ataupun kota, dengan jumlah cabang yang lebih dari I
gerai.

D. Prinsip Dasar Usaha Waralaba

Prinsip dasar atau syarat utama dalam pelaksanaan usaha waralaba, antara lain:
1) Pewaralaba harus hidup dari royalti (bagi keuntungan) yang dibayarkan
oleh terwaralaba sebagai pemakai format bisnis yang telah diciptakan oleh
pewaralaba.
2) Pewaralaba harus bersedia memberikan informasi yang berkaitan dengan
produk dan atau jasa yang akan diwaralabakan secara jujur, benar,
lengkap, transparan, serta tidak ada unsur kesengajaan dalam
menyembunyikan informasi atau ketidakbenarannya.
3) Jaringan waralaba harus besar agar royalti yang didapat mampu
membiayai operasional bisnis dari pewaralaba, sehingga dapat
mengembangkan usaha lebih baik.
4) Seluruh distribusi bahan baku sebaiknya dijagaoleh pewaralaba untuk
mengukur volume bisnis dan menjaga kualitas bahan baku.
5) Secara prinsip, terwaralaba bisa mendapatkan harga beli yang lebih murah
dari harga jual pewaralaba kepada pelanggan.
6) Terwaralaba menlukai bisnis yang dibelinya, memiliki komitmen penuh,
dan percaya akan potensi itu.
7) Terwaralaba sebaiknya bekerja keras berpengabdian dan percaya bahwa
sukses berasal dari dirinya sendiri bukan dari pewaralaba.
8) Terwaralaba sebaiknya memiliki tipe owner-operator, yakni bersedia
terlibat dalam pengelolaan gerainya minimal 45 jam per minggu,.
9) Terwaralaba harus memahami bahwa bergabung dengan sistem waralaba
bukan untuk mencari kambing hitam bila usaha gagal atau merugi.
10) Terwaralaba sebaiknya memahami setiap usaha pasti ada risiko gagal dan
memiliki/membeli bisnis dengan sistem usaha waralaba tidak selalu
menjamin kesuksesan.
11) Terwaralaba sebaiknya memahami keunggulan dan kelemahan jika
bergabung pada usaha waralaba.
12) Terwaralaba harus memiliki kemampuan manajemen yang memadai,
termasuk mengelola sumber daya manusia (SDM) dan pelayanan
pelanggan sepenuh hati.

E. Beberapa Hal Yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Membeli Usaha


Sistem Waralaba

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh terwaralaba sebelum


membeli usaha sistem waralaba yaitu:
1) Berapa lama usaha waralaba tersebut telah berjalan dan berapa lama usaha
tersebut telah diwaralabakan.
2) Kesehatan keuangan dan rekam jejak (track record) yang baik. Sebelum
memutuskan untuk membeli, kenali dengan baik rekam jejak perusahaan
yang akan Anda beli. Banyak-banyaklah membaca majalah ataupun
tabloid yang berhubungan dengan usaha dan bisnis, simak rubrik opini dan
pertanyaan dari pembaca karena sering kali dapat diperoleh insight yang
bermanfaat mengenai sebuah usaha waralaba yang sedang diteiaah.
Misalnya tabloid Peluang Usaha, majalah Franchising, dan lain-lain.
3) Berapa banyak jumlah terwaralaba yang telah berjalan atau juga berapa
banyak jumlah gerai yang telah beroperasi dan berjalan sehat.
4) Nilai atas produk dan atau jasa daiam hubungannya dengan kemampuan
bertahan atas produk/jasa dalam jangka panjang, apakah akan terpengaruh
oleh teknologi, atau seberapa banyak pesaing yang ingin memasuki pasar
yang sama, dan sebagainya.
5) Keharusan untuk membeli bahan baku dari pewaralaba. Untuk beberapa
jenis produk tertentu, ada kalanya pewaralaba mengharuskan bahan baku
dibeli dari pihak mereka, tergantung dari jenis produk mereka, hal ini
dapat menguntungkan atau malah merugikan.
6) Jenis promosi yang dilakukan oleh pihak pewaralaba, apakah memadai
dan apakah metode komunikasinya dirasakan telah sesuai dengan target
pasar.
7) Ada baiknya bila calon terwaralaba dapat melihat lebih dahulu contoh isi
kontrak yang akan disetujui.
8) Estimasi keuntungan dan bahkan estimasi kerugian yang diproyeksikan
dengan realistis.
9) Batasan-batasan yang diberlakukan oleh pewaralaba untuk kegiatan
operasi dan keuangan perusahaan.
10) Adanya target penjualan ataupun omzet yang diterapkan pada terwaralaba.

F. Kiat memilih pewaralaba

Hampir semua pewaralaba mengatakan diri dan bisnisnya paling baik di dunia.
Sebagai calon terwaralaba Anda tidak boleh mengandalkan informasi satu arah
dari pewaralaba saja sepenuhnya. Menurut Bambang N.Rachmadi (2007),
sebelum Anda memilih, sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut.
1. Jangan mudah percaya dengan brosur, lebih-lebih kepada calo usaha
waralaba.
2. Jangan berharap ingin cepat kaya yang berlebihan.
3. Jangan memilih waralaba hanya karena harganya yang murah.
4. Tentukan tujuan Anda memasuki bisnis waralaba.
5. Perhatikan tingkat risiko usaha waralaba yang Anda pilih.
6. Hati-hati dengan faktor subjektivitas atau emosional.
7. Hindari pewaralaba yang hanya memiliki satu jenis produk.
8. Hindari waralaba yang membutuhkan banyak karyawan.
9. Hindari pewaralaba yang terjerat masalah hukum.
10. Selidiki seberapa banyak terwaralaba yang gagal.
11. Pelajari dukungan promosi pewaralaba selama ini.
12. Kunjungi beberapa pewaralaba sebagai perbandingan.
13. Pelajari dokumen dan informasi yang sudah diperoleh.
14. Mengujungi atau bertukar pikiran dengan terwaralaba lain yang sudah
membelinya lebih dahulu.
15. Pelajari laporan keuangan pewaralaba.
16. Bandingkan tingkat penghasilan usaha waralaba yang akan Anda beli
dengan penghasilkan deposito atas rencana investasi Anda.
17. Pertimbangkan besarnya franchise fee, royalti, atau fee lainnya.

G. Proses Pendirian Usaha waralaba

Proses pendirian bisnis dengan sistem waralaba:


1. Pewaralaba akan mengirim brosur dan bahan-bahan lain pada Anda.
Banyak pula pewaralaba yang memberikan pertanyaan/kuesioner yang
lengkap. Permintaan Anda akan diproses berdasarkan pertukaran informasi
yang datang pada pewaralaba.
2. Langkah selanjutnya adalah evaluasi perusahaan. Evaluasi ini berisi
beberapa informasi penting antara lain :
a. pewaralaba, para pendahulunya, dan cabang-cabang pembantunya;
b. sejarah atau perjalanan bisnis;
c. status hukum;
d. biaya waralaba (franchise fee) atau biaya awal pendirian;
e. biaya-biaya lain;
f. investasi awal;
g. peraturan pemasok bahan baku produk dan layanan;
h. obligasiterwaralaba;
i. finansial minimal evaluasi laporan keuangan tiga tahun terakhir.
3. Ketahui berapa banyak terwaralaba yang telah ikut bergabung pada
pewaralaba yang akan Anda beli. Temui secara langsung pemilik
perusahaan pewaralaba dan para terwaralabanya tersebut, dan perhatikan
secara detail segala opini dari pewaralaba dan terwaralaba. Tanyakan pada
pemilik bisnis itu mengenai dukungan (support) apa saja yang akan anda
peroleh, seperti pelatihan, promosi, dan panduan yang akan diterima ketika
mereka pertama kali mengikuti waralaba ini.
4. Lihat rencana bisnis pewaralaba, manual pengoperasian, dan analisis
pasar. Cobalah untuk bertemu dengan pewaralaba secara perorangan.
Buatlah pertemuan dengan personel operasi waralaba yang akan
bertransaksi dengan Anda. Simpan semua pertanyaan berikut ini dalam
pikiran Anda ketika bertemu dengan mereka:
a. Apakah berbagai informasi yang diberikan kepada Anda sudah
benar, jujur, lengkap, transparan, dan jelas?
b. Apakah visi dan misinya sama dengan visi dan misi Anda?
c. Apakah program peiatihan akan diberikan dargan sejelas-jelasnya?
d. Apakah hal-hal yang dia katakan sesuai dengan apa yang
terwaralaba lain katakan?
e. Apakah pasarnya terlihat kuat, khususnya prospeknya bagus untuk
jangka panjang?

H. Kriteria Untuk Mengajukan Usaha Sistem Waralaba

Kriteria untuk mengajukan Franchise menurut PP No. 42 Tahun 2007 tentang


waralaba:
1. Terbukti memberi keuntungan. Hati-hati sebab banyak perusahaan yang
baru satu tahun. tetapi sudah terlalu berani untuk menawarkan sistem
waralaba.
2. Memiliki SOP manual tertulis untuk pelayanan dan kualifikasi barang dan
atau jasa yang ditawarkan. Banyak pewaralaba yang tidak mampu
merumuskan SOP secara tertulis dan tidak jarang yang SOP-nya
dirahasiakan oleh pihak pewaralaba dan masih dianggap sebagai secret
(rahasia) bisnis.
3. Manajemennya mudah diajarkan dan diterapkan.Pelajari dengan saksama
apakah sistem manajemennya bersedia untuk diajarkan dan dapat dengan
mudah diterapkan.
4. Memberikan dukungan berkesinambungan kepada terwaralaba. Hindari
pewaralaba yang hanya membatasi waktu kontrak waralaba jangka
pendek, namun dengan biaya yang terlalu tinggi, sehingga menyulitkan
keuangan bagi terwaralaba di kemudian hari.
5. Memiliki hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar di instansi
berwenang.Pastikan bahwa produk dan atau jasa usaha waralaba yang
akan Anda beli telah memperoleh HAKI dari instansi berwenang tidak
sekadar "katanya" atau informasi menurut versi franchisor atau pewaralaba
sendiri.

I. Pro Dan kontra Usaha Waralaba


 Pihak yang Pro terhadap Usaha Waralaba
1. Kemungkinan sukses iebih tinggi dibanding bila mulai usaha dari nol
2. Merek bisnis sudah terbukti dikenal luas.
3. Tuntutan syarat khusus (prakualifikasi) bagi terwaralaba.
4. Tersedia pelatihan oreh pewaralaba bagi caron terwaralaba.
5. Percepatan perluasan usaha dengan modal relatif rendah.
6. Efisiensi dalam meraih target pasar melalui promosi bersama.
7. Terbentuknya kekuatan ekonomi dalam jaringan distribusi.
8. Menggantikan kebutuhan personel pewaralaba dengan para operator yang
dimiliki oleh terwaralaba (slim organization).
9. Pemilik gerai memiliki motivasi tinggi karena menyangkut pengembalian
investasi dan keuntungan usaha yang cepat.
10. Disediakan bantuan atau plnjaman keuangan oleh pewaralaba kepada
terwaralaba.
11. Bantuan manfaat operasi dari pewaralaba kepada terwaralaba.
 Pihak Yang Kontra Terhadap Usaha Waralaba
1. Biaya-biaya waralaba yang cenderung tinggi adalah :
a. biaya waralaba awal (initial franchise fee);
b. biaya-biaya investasi (investment costs);
c. pembayaran royalti (royalty payments);
d. biaya-biaya periklanan (advertising costs).
2. Berbagai pembatasan pada operasi-operasi bisnis (restrictions on business
operations)
3. Kehilangan kemerdekaan (loss of independence).
4. Kewenangan gerai di tangan terwaralaba (kalau terlalu banyak ide
merepotkan pihak pewaralaba).
5. Perlu perubahan paradigma (paradigm shift) atas materi yang dijual.
6. Untuk membentuk sistem usaha yang baku, perlu adanya proses yang
lebih birokratis.

J. Positif Dan Negatifnya Usaha waralaba


 Sisi Positif Usaha Waralaba
1. Mendapatkan pelatihan formal.
2. Memperolehbantuanmodai/keuangan.
3. Metode pemasarannya telah teruji.
4. Memberikan bantuan sistem pengelolaan.
5. Waktu mulai (start-up) bisnis lebih cepat.
6. Tingkat kegagalan usaha yang relatiflebih rendah.
 Sisi Negatif Usaha Waralaba
1. Biaya usaha waralabanya yang sering kali cenderung lebih tinggi.
2. Pembagian royalti sering kali memberatkan.
3. Terdapatbatasan-batasan pertumbuhan.
4. Tidak memiliki kebebasan dalam operasi dan pemasaran.
5. Pewaralaba mungkin akan menjadi pemasok tunggal atas berbagai
perlengkapan dan bahan- bahan baku.
6. Batasan atau klausal pembaruan.
7. Waralaba, lisensi (licency), dan/atau royalty fee wajib ada dan menjadi
syarat mutlak dalam waralaba. jika ada pewaralaba yang menyatakan tidak
memungut waralaba dan royalty fee, itu tidak benar. Di balik itu, ada yang
ditutup-tutupi atau dirahasiakan menyangkut keuntungan, atau mungkin
sudah dibebankan pada unsur-unsur lain seperti wajib membeli bahan
baku dari pewaralaba dan sebagainya.
8. Mendengar waralaba, lisensi, dan atau royalty fee mungkin sudah tidak
asing lagi bagi kita karena sering ditulis dan diulas di berbagai media,
buku, dan seminar-seminar publik. Namun demikian, sebetulnya istilah
tersebut lazim dipakai dalam bidang lisensi, distribusi, maupun waralaba.
Selain itu, di masing-masing bidang, royalty fee sesungguhnya lebih
menitik beratkan pada aspek penggunaan karena memang royalty ;fee
adalah biaya yang harus dibayar secara periodik atas penggunaan konsep,
sistem, penemuan, proses, metode (HAKI), logo, nama dagang, dan
sebagainya.
9. Dalam waralaba lisensi, dan atau royalty fee sebagai suatu sistem dan atau
format bisnis yang dituangkan dalam suatu perjanjian waralaba antara
pewaralaba (sebagai pemilik dari hak intelektual, brand,logo dan sistem
operasi) dan terwaralaba (sebagai penerima konsep, sistem, penemuan,
proses, HAKI, logo, dan merek), royalty fee wajlb dibayarkan oleh
terwaralaba kepada pewaralaba setiap bulan/triwulan atau sesuai perjanjian
waralaba.
10. Mengenai berapa besarnya hak waralaba, lisensi, dan atau royalty fee
bergantung jenis usaha serta hitung-hitungan dari pewaralaba yang
mencakup aspek feasibility atau kelayakan suatu usaha waralaba. Namun
menurut penulis, besarnya franchise, lisensi, dan atau royalty fee yang
wajar seperti di luar negeri, yakni antara 1-12 persen. jika lebih dari itu,
dapat dikatakan sudah tidak wajar, dan persentase waralaba, lisensi, dan
atau royalty fee tersebut sebaiknya disepakati dihitung dari net profif
bukan dari omzet kotor seperti yang banyak ditawarkan oleh para
pewaralaba di Indonesia, contoh minimarket.
11. Keberadaan waralaba, lisensi, dan atau royalty fee sudah seharusnya
dijadikan sumber utama pendapatan pewaralaba demi kelangsungan hidup
usahanya, karena bagaimana pun juga pewaralaba membutuhkan dana
tersebut untuk membiayai segala pengeluaran untuk mendukung usahanya
seperti: membayar biaya supervisi, biaya pengawasan, dan biaya on going
assistent secara terus-menerus.
12. Meskipun hak waralaba, lisensi, dan atau royalty fee sewajarnya ada dan
harus ada dalam waralaba, namun sebaiknya fee atau biaya atas waralaba,
lisensi, dan atau royalti harus sama atau proporsional untuk setiap
terwaralaba seperti yang tercantum pada peraturan pemerintah atau
undang-undang. ladi, tidak boleh ada diskriminasi waralaba asing dan
lokal, meskipun pewaralaba memiliki terwaralaba di beberapa daerah
dengan omzetnya yang berbeda-beda. Misalnya, jika pihak pewaralaba
mematok fee atas waralaba, lisensi, dan atau royalti sebesar 5 persen,
semua terwaralaba seharusnya juga membayar 5 persen. Oleh karena itu,
usaha waralaba harus memiliki omzet yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai