Anda di halaman 1dari 10

HUKUM BISNIS

Franchise (Waralaba)
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis

Program Studi
Manajemen Akuntansi

Tatap Muka

Kode MK
84037

Disusun Oleh
Udjiani Hatiningrum

07

Abstract
Pada materi in dipelajari hal-hal tentang Pengertian Pengertian Franchise, Karakteristik Yuridis dari franchise, Dasar Hukum Franchise, Tertib Hukum Franchise

Kompetensi
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan Perihal franchise Serta dasar hukum franchise

FRANCHISE (WARALABA)
1. Pengertian Franchise 2. Karakteristik Yuridis dari Franchise 3. Dasar Hukum Franchise 4. Tertib Hukum Franchise

1.

Pengertian Franchise
Franchise atau sering disebut juga dengan istilah waralaba adalah suatu cara

melakukan kerja sama di bidang bisnis antara 2 (dua) atau lebih perusahaan, di mana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan pihak yang lain sebagai franchisee, di mana di dalamnya di atur bahwa pihak franchisor sebagai pemilik merek dari know-how (kecakapan) terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari/ atas suatu produk barang atau jasa, berdasar dan sesuai dengan rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan yang eksklusif ataupun noneksklusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal tersebut. Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-

DAG/PER/8/2012 yang dimaksud dengan Waralaba: hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian Waralaba.

Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima waralaba. Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang

diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba. Pemberi Waralaba Lanjutan adalah Penerima Waralaba yang diberi hak oleh Pemberi Waralaba untuk menunjuk Penerima Waralaba Lanjutan. Penerima Waralaba Lanjutan adalah orang perseorangan atau badan usaha yang menerima hak dari Pemberi Waralaba Lanjutan untuk memanfaatkan dan/atau

2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

menggunakan Waralaba. Prospektus Penawaran Waralaba adalah keterangan tertulis dari Pemberi Waralaba yang paling sedikit menjelaskan tentang identitas, legalitas, sejarah kegiatan, struktur organisasi, keuangan, jumlah tempat usaha, daftar Penerima

Waralaba, hak dan kewajiban Pemberi Waralaba. Franchise adalah suatu lisensi kontraktual yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee yang : 1. mengizinkan atau mengharuskan frnachisee selama jangka waktu franchise, untuk melaksanakan bisnis tertentu dengan menggunakan nama khusus yang dimiliki atau berhubungan dengan pihak franchisor; dan 2. memberikan hak kepada franchisor untuk melaksanakan pengawasan berlanjut selama jangka waktu franchisee terhadap aktivitas bisnis franchise oleh franchisee; dan 3. mewajibkan pihak franchisor untuk menyediakan bantuan kepada franchisee dalam hal melaksanakan bisnis franchise tersebut, semisal memberikan bantuan pendidikan, perdagangan, manajemen, dan lain-lain; dan 4. mewajibkan pihak franchisee untuk membayar sebara berkala kepada franchisor sejumlah uang sebagai imbalan penyediaan barang dan jasa oleh pihak franchisor; dan Dari pengertian tersebut di atas terlihat bahwa dalam setiap bisnis model franchise sekurangnya-kurangnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1. Adanya minimal 2 (dua) pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchee. Pihak franchisor sebagai pihak yang memberikan franchise, sementara pihak franchisee merupakan pihak yang diberikan/menerima franchise tersebut. 2. Adanya penawaran paket usaha dari franchisor. 3. Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak franchisee. 4. Dipunyainya unit usaha tertentu (outlet) oleh franchisee yang akan memanfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor. 5. Sering kali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dengan pihak franchisee. Waralaba pada dasarnya adalah izin khusus (licence) atas peminjaman hak kekayaan intelektual (HAKI) berupa merek dagang dan sistem bisnis yang dimiliki oleh suatu perusahaan/individu (pewaralaba atau franchisor) kepada terwaralaba (franchisee). Peminjaman ini diikat dan diatur oleh suatu perjanjian perjanjian waralaba atau lisensi.

2. Karakteristik Yuridis dari Franchise.

2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Ada beberapa karakteristis yuridis dari suatu bisnis franchise, yaitu sebagai berikut: 1. Unsur Dasar Dalam setiap deal franchise ada 3 (tiga) unsur dasar yang harus selalu dipunyai, yaitu: adanya pihak yang mempunyai bisnis franchise yang disebut sebagai franchisor. adanya pihak yang menjalankan bisnis franchise yang disebut sebagai franchisee. adanya bisnis franchise itu sendiri.

2. Produk Bisnisnya Unik Maksudnya: produk bisnis tersebut (barang ataupun jasa) belum dimiliki oleh orang lain dan belum beredar di pasaran selain dari yang dimiliki oleh pihak franchisor sendiri. yang lebih penting lagi, produk bisnis tersebut tidak mudah ditiru, tetapi juga mempunyai pasar yang baik. Sebab, jika produknya mudah ditiru, maka bagaimana mungkin pihak franchisor dapat melindungi konsep, image, proses ataupun model usaha yang difranchisekan, dengan atau tanpa hak paten, hak merek ataupun hak cipta. 3. Konsep Bisnis Total Franchise merupakan konsep bisnis total dengan penekanan pada bidang pemasaran. Karena itu, konsep franchise tidak jauh bergerak dari konsep P4, yakni : a. Product b. Price c. Place d. Promotion 4. Franchisee Memakai/Menjual Produk Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah hak dari franchisee untuk menggunakan atau menjual franchise yang didapat dari franchisor kepada pihak lain. 5. Franchisor menerima Fee dan Royalty Sebagai imbalannya, maka pihak franchisor berhak memperoleh fee (biaya) dalam berbagai bentuk dan royalty atas franchise yang diberikannya kepada franchisee.

2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

6. Adanya Pelatihan Manajemen dan Skill Khusus Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk mendidik dan melatih para manajer (dari franchisee) tentang tata cara bagaimana mengelola bisnis franchise tersebut. Di samping itu, juga diperlukan pelatihan terhadap pihak staf sehingga dihasilkan tenaga skill yang handal dalam memproduksi dan/atau memasarkan bisnis franchise tersebut secara operasional. 7. Pendaftaran Merek Dagang, Paten atau Hak cipta. Manfaat utama dari bisnis dengan sistem franchise bagi franchisee adalah terbukanya kemungkinan baginya untuk dapat berbisnis dengan menggunakan merek dagang yang biasanya sudah cukup terkenal. 8. Bantuan Pendanaan dari Pihak Franchisor. Sering juga pihak franchisor sendiri atau dengan bekerja sama dengan suatu lembaga finansial menyediakan dana kekapda pihak franchisee agar franchisee dapat menjalankan bisnis franchise tersebut. Karena itu, tidak aneh jika pihak franchisor menginginkan juga keterbukaan dari pihak franchisee, termasuk keterbukaan dari segi manajemen dan keuangannya. Ini merupakan keuntungan lain dari pihak franchisee mengingat jika dia mencari sendiri pihak penyandang dana tanpa ada campur tangan pihak franchisor telah mempunyai hubungan yang baik dengan pihak penyandang dana, ataupun karena dengan hal pendanaan, pihak franchisor bahkan dapat bertindak sebagai penjamin dari perolehan dana tersebut. 9. Pembelian Produk Langsung drai Franchisor. Dalam sistem franchise, biasanya sebagaian atau seluruh produk yang akan dikelola dengan sistem franchise oleh franchisee harus dipasok oleh pihak franchisor. Hal ini dilakukan dengan tujuan utama agar produk hasil franchise dapat dijaga dari segi kualitasnya maupun dari segi keseragamannya. Juga, dengan sistem demikian berarti biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang-barang yang akan diolah tersebut menjadi lebih ringan, mengingat adanya pembelian produk dalam jumlah yang besar. 10.Bantuan Promosi dan Periklanan dari Franchiseor. Salah satu keuntungan dari bisnis dengan model franchise adalah bahwa biasanya produk dan trade name (nama dagang) dari franchise tersebut telah dikenal secara meluas di pasarkan. Namun demikian, promosi tersebut perlu juga dilakukan terusmenerus untuk tetap menjaga image kepada masyarakat, apalagi jika ada pesaing pendatang baru misalnya. Di samping itu sering juga dilakukan promosi terhadap pembukaan outlet baru baik yang dilakukan oleh franchisee baru ataupun franchisee lama. Karena itu, dalam sistem bisnis franchise ini baisanya ditentukan besarnya
2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

biaya yang dialokasikan untuk promosi (biasanya berkisar 1% (satu persen) sampai 6% (enam persen) dari omzet penjualan yang harus diberikan franchisee kepada pihak franchisor. 11.Pelayanan Pemilihan Lokasi oleh Franchisor Masing-masing franchisor mempuyai kriteria sendiri untuk penentuan lokasi ini. Setiap lokasi franchise haruslah terlebih dahulu disetujui oleh pihak franchisor. Dalam meninjau lokasi tersebut, beberapa faktor yang biasanya dipertimbangkan oleh pihak franchisor antara lain: Jumlah dan kepadatan penduduk Latarbelakang etnik penduduk Pendapatan perkapita Jauh dekatnya lokasi pesaing Jauh dekatnya lokasi pesaing Arus lalu lintas, tempat parkir, keadaan alam sekitar, dan sebagainya.

12.Daerah Pemasaran yang Eksklusif Oleh pihak franchisor sering kali diberikan hak pemasaran kepada pihak franchisee dalam suatu daerah yang eksklusif, dalam arti hak tersebut tidak diberikan untuk 2 (dua) orang franchise dalam lokasi yang sama. 13.Pengendalian/Penyeragaman Mutu. Pihak franchisor sangat berkepentingan akan masalah mutu tersebut dan selalu memonitor mutu tersebut dengan jalan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pasokan bahan baku, proses pengolahan, dan hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi mutu produk dan pelayanan tersebut. 14. Mengandung Unsur Merek dan Sistem Bisnis. Di samping unsur merek dagang (trade mark) dan/ atau nama dagang (trade name) yang dimiliki oleh franchisor yang diserahkan pemakaiannya kepada pihak franchisee , unsur lainnya yang terkandung dalam bisnis franchise adalah apa yang disebut dengan istilah sistem Bisnis. Ke dalam sistem bisnis ini termasuk pertimbangan akan menggunakan ramuan khusus untuk diperdagangkan,

pengontrolan kualitas, marketing, appearance (penampilan)

(termasuk pemilihan

lokasi, bentuk bangunan) dan sebagainya. Sistem bisnis ini sangat penting, terutama bagi model franchise dengan merek populeralipun dalam praktek bisa gagal jika sistem bisnisnya tidak bagus.

2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Biaya-Biaya dalam Transaksi Franchise Adapun yang merupakan pos-pos biaya dalam sistem franchise yang normal adalah sebagai berikut: 1. Royalty Merupakan pembayaran oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor sebagai imbalan dari pemakaian hak franchise oleh franchisee. Sistem yang lebih sering dipakai dalam franchise in adalah dengaan pembayaran franchise fee dengan pemakaian sistem persentase tertentu dari omzet franchisee. 2. Franchise Fee Merupakan pembvayaran yang harus dilakukan oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor, yang merupakan biaya franchise, yang biasanya dilakukan dengan jumlah tertentu yang pasti dan dilakukan sekaligus dan hanya sekali saja. Dibayar hanya pada tahap saat franchise akan dimulai atau pada saat penandatanganan akta franchise. 3. Direct Expenses Ini merupakan biaya langsung yang hanya harus dikeluarkan sehubungan dengan pembukaan/pengembangan suatu bisnis franchise. Misalnya terhadap pemondokan pihak yang akan menjadi pelatih dan fee-nya, biaya pelatihan, dan biaya pada saat pembukaan. Dianjurkan agar pos-pos biaya seperti tersebut di atas hendaknya sudah diitentukan dengan jelas dalam kontrak franchise itu sendiri. 4. Biaya Sewa Walaupun sesungguhnya kurang lazim, ada beberapa franchisor yang ikut juga menyediakan tempat bisnis, maka dalam hal yang demikian pihak franchisee harus membayar harga sewa tempat tersebut kepada pihak franchisor. Sebaiknya, bayaran ini juga terlebih dahulu ditetapkan bersama secara tegas. 5. Marketing and Advertising Fees Karena pihak franchisor yang melakukan marketing dab iklan, maka pihak franchisee mesti juga ikut menanggung beban biaya tersebut dengan menghitungnya, baik secara persentase dari omzet penjualan ataupun jika ada marketing atau iklan tertentu. 6. Assignment Fees Yang dimaksud dengan assignment fees adalah biaya yang harus dibayar oleh franchisee kepada pihak franvchisor jika pihak franchisee tersebut mengalihkan bisnisnya kepada pihak lain, termasuk bisnis yang merupakan objeknya franchise. Oleh pihak franchisor biaya tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan persiapan
2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

pembuatan perjanjian penyerahan, pelatihan pemegang franchise yang baru, dan sebagainya.

3. Dasar Hukum Franchise.


Dalam hukum positif Indonesia tentang dasar hukum dari berlakunya franchise ini, yaitu: 1. Peraturan Khusus Terdapat peraturan khusus yang mengatur tentang franchise khususnya yang berkenaan dengan tertib administrasinya. Sehingga hal ini sangat membantu untuk mendapatkan praktek franchise yang baik. 2. Perjanjian Sebagai Dasar Hukum Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam hukum dikenal suatu asas yang disebut sebagai asas Kebebasan Berkontrak. Maksudnya para pihak bebas melakukan kontrak apa pun sepanjang tidak bertentangan hukum yang berlak, kebiasaan, kesopanan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum. Suatu perjanjian franchise yang dbuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi mereka. UU (KUHPerdata) tidak menempatkan perjanjian franchise sebagai suatu perjanjian bernama secara langsung, seperti jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Karena itu, ketentuan hukum perjanjian yang berlaku suatu kontrak franchise pada umumnya hanya ketentuan dalam bagian umum dari pengaturan tentang perjanjian, yaitu yang terdapat dalam Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1456 KUHPerdata. Misalnya, berlakunya ketentuan tentang syarat-syarat sahnya

perjanjian, tentang hapusnya perjanjian dan sebagainya. 3. Hukum keagenan Sebagai Dasar hukum Apabila kita melihat sifat dan hakikat dari hubungan bisnis franchise, dapat kita simpulkan bahwa secara substantif, tidak ada unsur keagenan di dalamnya. Sebab, sungguhpun ada hubungan internal yang intens antara franchisor dengan franchisee, tetapi hubungan yang eksternal antara franchisee dengan pelanggannya tidaklah mengaitkan dengan hubungan internal tersebut. 4. Undang-Undang Merek, Paten dan Hak Cipta Sebagai dasar Hukum Bisnis franchise sangat terkait erat dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan merek, paten atau hak cipta, sehingga mau tidak mau, perundang-undangan di bidang paten, merek dan hak cipta berlaku dalam bisnis franchise tersebut. 5. Perundang-undangan Lain Sebagai dasar Hukum Masih banyak perundang-perundangan lain yang berlaku terhadap bisnis franchise ini dan hal ini sangat bergantung kasus per kasus dari franchise tersebut.

2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

4. Tertib Hukum Franchise.


Agar terdapat ketertiban secara hukum bagi pelaksanaan suatu franchise, diperlukan tindakan-tindakan ketertiban sebagai berikut: 1. Suatu franchise harus didaftarkan. 2. Suatu franchise haruslah memegang teguh pada prinsip keterbukaan informasi. 3. Diperlukan suatu asosiasi franchise yang tangguh. 4. Perlu suatu kode etik terhadap franchise. 5. Perlu guidelines (pedoman) oleh pemerintah terhadap klausula-klausula yang baku terhadap kontrak franchise.

2013

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
Munir Fuady, Pengantar hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/8/2012.

2013

10

HUKUM BISNIS Udjiani Hatiningrum

Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai