Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Dalam dunia usaha yang selalu bergerak dinamis, pelaku usaha selalu
mencari terobosan baru dalam mengembangkan usahanya. Salah satu terobosan
yang dilakukan oleh pelaku bisnis adalah pengembangan usaha melalui sistem
franchisee yang di Indonesia diistilahkan dengan waralaba. Sistem ini bagi
sebagian usahawan yang ingin mengembangkan usahanya dipandang efektif dan
tepat guna dalam pengembangan suatu perusahaan karena tidak membutuhkan
investasi langsung melainkan melibatkan kerja sama pihak lain.
Franchise sebagai bentuk usaha banyak mendapat perhatian para pelaku
bisnis, dikarenakan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan
perekonomian dan memberikan kesempatan kepada golongan ekonomi lemah
untuk berusaha. Ini berarti bahwa franchise dapat memberikan kesempatan kerja,
pemerataan dan juga menciptakan lapangan kerja masyarakat.
B; Rumusan Masalah
1; Apa definisi waralaba ?
2; Apa saja elemen-elemen pokok dalam bisnis waralaba ?
3; Apa saja hak dan kewajiban franchisor dan franchisee ?
4; Apa saja keuntungan dan kerugian sistem franchise ?
5; Apa saja tipe-tipe waralaba ?
6; Bagaimana aspek hukum perjanjian franchise ?
7; Bagaimana contoh kasus waralaba di Indonesia ?
C; Tujuan

1; Untuk mengetahui definisi waralaba.


2; Untuk mengetahui elemen-elemen pokok dalam bisnis waralaba.
3; Untuk mengetahui hak dan kewajiban franchisor dan franchisee.
4; Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sistem franchise.
5; Untuk mengetahui tipe-tipe waralaba.
6; Untuk mengetahui aspek hukum perjanjian franchise.

7; Untuk mengetahui contoh kasus waralaba di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2

A; Definisi Waralaba

Kata franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang berarti bebas atau
lengkapnya bebas dari hambatan hambatan (free form sevited). Dalam bidang
bisnis, franchise berarti kebebasan yang diperoleh oleh seorang pengusaha untuk
menjalankan usahanya sendiri di wilayah tertentu dan dalam bentuk tertentu. 1
Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem
waralaba (franchise), yaitu suatu sistem keterkaitan usaha saling menguntungkan
antara pemberi waralaba dan penerima waralaba.
Menurut Gareth R. Jones dan Jennifer M. George mengatakan bahwa
franchising adalah menjual kepada pihak mancanegara suatu merek sekaligus cara
pengoperasiannya untuk mendapatkan sejumlah pembayaran plus bagian dari
keuntungan.
Menurut Dr. Martin Mendelsonh, pakar waralaba asal Amerika Serikat,
format bisnis Franchoise adalah izin dari satu orang (franchisor) kepada orang
lain (franchisee), yang memberi hak (dan biasanya mempersyaratkan) franchisor
untuk mengadakan bisnis di bawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh
elemen yang dibutuhkan untuk membuat orang yang sebelumnya belum terlatih
dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun
oleh franchisor di bawah brand miliknya, dan setelah di training untuk
menjalankannya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan
pendampingan yang berkelanjutan.
Di Indonesia konsep Franchise diterjemahkan dengan istilah waralaba. kata
waralaba pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari kata wara yang berarti lebih atau
istimewa dan laba berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan
keuntungan yang lebih atau istimewa yang berbeda dengan bisnis konvensional
yang sudah ada.
Menurut V. Winarto, Waralaba adalah hubungan kemitraan antara usahawan
yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah
dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam
bidang usaha penyediaan bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung
kepada konsumen. Sedangkan Imam Sjaputra Tunggal memaknai waralaba
sebagai salah satu bentuk kesepakatan, yaitu pemilik dari suatu produk atau jasa

1 Yustian Ismail, Pengembangan Franchise dan larangan Ritel besar masuk Kabupaten
(Business News, 1997) 3.

mengizinkan orang lain untuk membeli hak distribusi produk atau jasa tersebut
dan mengoperasikannya dengan bantuan pemilik. 2
Franchise menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (ENI) adalah sebagai
berikut :
Suatu bentuk kerjasama manufaktur atau penjualan antara pemilik
franchise dan pembeli franchise atas dasar kontrak dan pembayaran royalty.
Kerjasama ini meliputi pemberian lisensi atau hak pakai oleh pemegang
franchise yang memiliki nama atau merek, gagasan, proses, formula, atau alat
khusus ciptaannya kepada pihak pembeli franchise disertai dukungan teknis
dalam bentuk manajemen, pelatihan, promosi dan sebagainya. Untuk itu, pembeli
franchise membayar hak pakai tersebut disertai royalty, yang pada umumnya
merupakan persentase dari jumlah penjualan. 3
B; Elemen-Elemen Pokok Dalam Bisnis Waralaba

Semua definisi yang telah dipaparkan di atas, baik dari mancanegara maupun
domestik, menunjukkan bahwa Franchise pada dasarnya mengandung elemenelemen pokok sebagai berikut:
1 Franchisor yaitu pihak pemilik/produsen dari barang atau jasa yang telah
memiliki merek tertentu serta memberikan hak eksklusif tertentu untuk
pemasaran dari barang atau jasa itu.
2 Franchisee yaitu pihak yang menerima hak eksklusif itu dari franchisor.
3 Adanya penyerahan hak-hak secara eksklusif (dalam praktik meliputi
berbagai macam hak milik intelektual/hak milik perindustrian) dari
franchisor kepada franchisee.
4 Adanya penetapan wilayah tertentu, franchise area di mana franchise
diberikan hak untuk beroperasi di wilayah tertentu. Contoh: hanya
diperbolehkan untuk beroperasi di Pulau jawa.
5 Adanya imbal prestasi dari franchisee kepada franchisor yang berupa Initial
Fee dan Royalities serta biaya-biaya lain yang disepakati oleh kedua belah
pihak.
6 Adanya standar mutu yang ditetapkan oleh franchisor bagi franchisee, supaya
supervisi secara berkala dalam merpertahankan mutu.
7 Adanya pelatihan awal, pelatihan yang bersifat berkesinambungan, yang
diselenggarakan oleh franchisor guna peningkatan keterampilan. 4
2 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba (Yogyakarta:MedPress, 2008), 14-18.
3 Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada2006), 207208).
4 Hakim, Info Lengkap Waralaba, 18-19.

C; Hak dan Kewajiban Franchisor dan Franchisee

Hak dan kewajiban franchisor dan franchisee menurut Kepmen Perindustrian


dan Perdagangan No.259/MPP/Kep/1997 tanggal 30 Juli 1997:
1 Hak dan Kewajiban Franchisor
a
Hak Franchisor
1 Melakukan pengawasan jalannya waralaba.
2 Memperoleh laporan berkala atas jalannya usaha waralaba franchisee
tersebut.
3 Melaksanakan inspeksi pada usaha franchisee untuk memastikan
semua berjalan sebagaimana mestinya.
4 Sampai batas tertentu, mewajibkan franchisee dalam hal-hal tertentu
membeli barang-barang tertentu dari franchisor.
5 Mewajibkan franchisee merahasiakan, HAKI, penemuan, atau ciri
khas usaha waralaba tersebut.
6 Mewajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan yang sejenis,
serupa, atau apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik
langsung ataupun tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.
7 Menerima pembayaran royalty fee.
8 Meminta dilakukannya pendaftaran atas waralaba yang diberikan
kepada franchisee.
9 Jika waralaba berakhir, franchisor berhak meminta kepada franchisee
untuk mengembalikan semua data, informasi, maupun keterangan
yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan waralaba.
10 Jika waralaba berakhir, franchisor berhak melarang kepada franchisee
untuk memanfaatkan lebih lanjut semua data, informasi, maupun
keterangan yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan
waralaba.
11 Jika waralaba berakhir, franchisor berhak untuk tetap mewajibkan
franchisee untuk tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau
apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung
ataupun tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.
12 Pemberian waralaba, kecuali yang bersifat eksklusif, tidak
menghapuskan hak franchisor untuk tetap memanfaatkan,
menggunakan, atau melaksanakan sendiri HAKI, penemuan, atau ciri
khas waralaba tersebut.
b Kewajiban Franchisor

Memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan


HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba, misalnya sistem
manajemen usaha, cara penjualan atau cara penetapan atau cara
distribusi yang merupakan karakteristik waralaba, dalam rangka
pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut.
2 Memberikan bantuan pada franchisee berupa pembinaan, bimbingan,
dan pelatihan kepada franchisee.
Hak dan Kewajiban Franchisor
a; Hak Franchisee
1; Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan
HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba misalnya sistem manajemen
usaha, cara penjualan atau cara penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik waralaba, dalam rangka pelaksanaan
waralaba yang diberikan.
2; Memperoleh bantuan dari franchisor atas segala macam cara
pemanfaatan dan penggunaan HAKI, penemuan, atau ciri khas
waralaba misalnya sistem manajemen usaha, cara penjualan atau cara
penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik waralaba,
dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut.
b; Kewajiban Franchisee
1; Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh franchisor
kepadanya guna melaksanakan HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha
waralaba tersebut.
2; Memberikan keluasaan kepada franchisor untuk melakukan
pengawasan dan ispeksi berkala maupun secara tiba-tiba guna
memastikan bahwa franchisee telah melaksanakan waralaba yang
digunakan dengan baik.
3; Memberikan laporan berkala ataupun laporan khusus atas permintaan
franchisor.
4; Sampai batas tertentu, membeli barang modal atau barang-barang
tertentu dari franchisor.
5; Menjaga kerahasiaan HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba
tersebut, baik selama ataupun setelah berakhirnya masa pemberian
waralaba.
6; Melaporkan segala pelanggaran HAKI, penemuan, atau ciri khas
usaha waralaba tersebut yang terjadi dalam praktek.
1

7; Tidak memanfaatkan HAKI, penemuan, atau ciri khas usaha waralaba


8;
9;

10;
11;

12;

tersebut selain dengan tujuan melaksanakan waralaba yang diberikan.


Melakukan pendaftaran waralaba.
Tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau apa saja yang
bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung ataupun tidak
langsung dengan usaha waralaba tersebut.
Melakukan pembayaran royalty fee yang telah disepakati bersama.
Jika waralaba berakhir, mengembalikan semua data, informasi,
maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama masa
pelaksanaan waralaba.
Jika waralaba berakhir, tidak lagi memanfaatkan lebih lanjut semua
data, informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama
masa pelaksanaan waralaba. 5

D; Keuntungan dan Kerugian Sistem Franchise


1; Keuntungan Franchise bagi Pihak Franchisee.
a; Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dari pihak franchisee dapat

b;

c;
d;

e;

ditanggulangi dengan program-program pelatihan yang disediakan oleh


pihak franchisor.
Karena pihak franchisee pada prinsipnya memiliki bisnisnya sendiri
sebagai franchisee (yang hanya terikat kontrak dengan pihak franchisor)
maka dia mempunyai insentif yang besar untuk berusaha sekuat tenaga
untuk dapat memajukan bisnisnya itu, disamping mendapat bantuan dan
bimbingan yang terus menerus dari pihak franchisor.
Terdapat keuntungan bagi franchisee yang langsung dapat berbisnis
dibawah nama besar dan terkenal dari pihak franchisor.
Dibandingkan apabila franchisee berbisnis secara biasa maka dengan
berbisnis secara franchise pihak franchisee dapat menghemat cost dan
bermodalan yang diperlukan, hal ini dikarenakan operasi percobaan
yang dilakukan oleh pihak franchisor, sehingga menemukan sistem
yang efektif tetapi paling irit biaya.
Seringkali pihak franchisee menerima juga bantuan-bantuan berikut ini,
yaitu :
1; Penyeleksian tempat

5 Pietra Sarosa, Kiat Praktis Membuka Usaha: Mewaralabakan Usaha Anda (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2004), 120-122.

2; Persiapan rencana perbaikan model gedung sehingga sesuai dengan

rencana tata kota atau ketentuan hukum lainnya yang berlaku


3; Perolehan dana untuk sebagian biaya akuisisi dari bisnis yang di
franchisekan
4; Pelatihan staff
5; Pembelian peralatan
6; Seleksi dan pembelian suku cadang
7; Bantuan pembukaan bisnis dan menjalankannya dengan lancar
f; Keuntungan atas adanya iklan bersama secara meluas dari aktifitas
iklan dan promosi franchisor.
g; Keuntungan bagi franchisee dari adanya daya beli yang besar dan
negosiasi yang dilakukan pihak franchisor atas nama seluruh jaringan
franchisee.
h; Adanya akses bagi pihak franchisee untuk mendapatkan pengetahuan
dan skill khusus dari pihak franchisor.
i; Resiko dalam bisnis franchise umumnya kecil dibandingkan dengan
bisnis bisnis model lainnya.
j; Franchisee memperoleh jasa-jasa dari staf lapangan pihak franchisor.
k; Franchisee mendapatkan hak untuk menggunakan merek dagang, paten,
hak cipta, rahasia dagang, serta proses formula dan resep rahasia milik
franchisor.
l; Franchisee mengambil manfaat dari hasil program riset yang dilakukan
secara terus menerus oleh franchisor, sehingga dapat memperkuat daya
saing.
m; Informasi dan penglaman dari seluruh jaringan franchise yang ada lewat
franchisor dapat disebarkan ke seluruh jaringan yang ada.
n; Lebih mudah bagai franchisee untuk memperoleh dana dari penyandang
dana karena nama besar dan keberhasilan dari pihak franchisor.
2; Kerugian Franchise bagi Pihak Franchisee.
a; Kontrol yang besar oleh pihak franchisor terhadap pihak franchisee
menyebabkan pihak franchisee hilang kemandiriannya.
b; Pihak franchisee harus membayar berbagai macam fee kepada pihak
franchisor.
c; Biasanya kontrak franchise berisikan juga pembatasan-pembatasan
terhadap bisnis franchise dan ruang gerak dari pihak franchisee.
d; Franchisee menjadi terlalu bergantung pada pihak franchisor.

e; Kebijakan-kebijakan pihak franchisor tidak selamanya berkenan dihati

pihak franchisee.
f; Franchisor bisa jadi juga membuat kesalahan dalam kebijaksanaannya.
g; Turunnya reputasi dan citra dari merek bisnis franchisor karena alasan
yang tidak terduga-duga sebelumnya.
3; Keuntungan Franchise bagi Pihak Franchisor
a; Usahanya dapat cepat berkembang tetapi dengan menggunakan modal
dan motivasi dari pihak franchisee.
b; Mudahnya dikembangkan suatu pasar baru atau perluasan wilayah baru
karena nama franchisor yang sudah terkenal itu.
c; Franchisee akan memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan
bisnis franchise, karena dia memiliki bisnisnya sendiri.
d; Kecilnya modal untuk memperluas usaha karena sebagian besar modal
ditanggung oleh pihak franchisee.
e; Jumlah karyawan dari pihak franchisor relatif lebih sedikit.
f; Setiap dibuka unit franchise yang baru biasanya daya beli kelompok
usaha relatif meningkat.
g; Banyak dana dapat dihemat karena adanya promosi dan pelayanan
bersama.
h; Return on Investment cukup tinggi, terutama setelah tahun kedua atau
ketiga.
4; Kerugian Franchise bagi Franchisor
a; Franchisor tidak gampang mendikte franchisee, sehingga tidak
gampang baginya untuk mengadakan perubahan atau inovasi bisnis
yang baru.
b; Timbul kesulitan bagi franchisor dikarenakan biasanya terdapat harapan
yang terlalu tinggi bagi pihak franchisee yakni untuk mendapat
keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang sesingkatsingkatnya.
c; Jika ada kenaikan dari segi biaya biasanya pihak franchisor tidak mudah
untuk meyakinkan pihak franchisee.
d; Dapat menghancurkan reputasi dari pihak franchisor jika pihak
franchisee ternyata dipilih secara tidak tepat.
e; Mengingat ikatan franchise biasanya untuk jangka waktu yang lama
maka apabila pihak franchisor ingin mengakhiri perjanjian franchise
secara sepihak, misalnya karena ada kejadian yang tidak terantisipasi,

tidak gampang diakhiri kontrak franchise tersebut tanpa alasan-alasan


yang sah.
E; Tipe-Tipe Waralaba

Secara umum, sistem pewaralabaan dibedakan menjadi dua kategori besar,


yaitu waralaba produk dan merek dagang serta waralaba format bisnis. Leon C.
Megginson dan kawan-kawan membagi dua tipe sistem kewaralabaan sebagai
berikut:
1 Product and Trademark Franchising (Waralaba Produk dan Merek Dagang)
Dalam format ini, franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk
menjual secara luas suatu produk atau brand tertentu. Dalam Product and
trade-name franchise (atau sering disingkat product franchise), pemberi
waralaba menghasilkan produk dan penerima waralaba menyediakan outlet
untuk produk yang dihasilkan pemberi waralaba. 6
Dalam waralaba produk dan merek dagang, pemberi waralaba
memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang
dikembangkan oleh pemberi waralaba yang disertai dengan pemberian izin
untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba. Atas pemberian
izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya pemberi waralaba
mendapatkan suatu bentuk pembayaran royalty dimuka, dan selanjutnya
pemberi waralaba memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang
diwaralabakan kepada penerima waralaba.Contohnya waralaba pompa
bensin. 7
2 Bussiness Format Franchising (Waralaba Format Bisnis)
Franchisor memberikan kepada franchisee hak untuk memasarkan
suatu produk atau merek dagang tertentu serta menggunakan sistem operasi
lengkap dari franchisor, yang meliputi: pemasaran, iklan, perencanaan
strategik, pelatihan produksi, pedoman pengendalian mutu, dan lain-lain.
Dalam Bussiness Format Franchises (atau disebut operating system
franchises), penerima waralaba diberi lisensi untuk melakukan usaha dengan
menggunakan paket bisnis dan merek dagang yang telah dikembangkan oleh
pemberi waralaba. Di atas itu biasanya franchisee membayar royalti atau
membayar dari sebagian hasil penjualan. contohnya adalah McDonalds. 8

6 Hakim, Info Lengkap Waralaba, 22.


7 Suhamoko, Hukum Perjanjian-Teori dan Analisa Kasus (Jakarta: Kencana, 2004), 189-190.
8 Hakim, Info Lengkap Waralaba, 22.
10

F; Aspek Hukum Perjanjian Franchise

Dalam perjanjian franchise mengandung aspek-aspek hukum diantaranya adalah :


1; Perjanjian Franchise

Perjanjian franchise merupakan transaksi bisnis, dalam hal ini juga


dapat dimasukkan dalam hukum perdata internasional (HPI) karena adanya
unsur-unsur asing antara franchisor dan franchisee, bila masing-masing
negara mempunyai pengertian yang berlainan maka diketahui hukum mana
yang akan digunakan dalam perjanjian franchise tersebut. Ada beberapa
kemungkinan mengenai hukum yang harus dipergunakan dalam perjanjian
franchise. Hal ini disebabkan karena hak-hak dan kewajiban dari masingmasing pihak yang harus dilaksanakan menurut perjanjian franchise dapat
terjadi atau berlangsung di negara yang bersangkutan atau dari negara ke tiga.
Di dalam perjanjian franchise ini hukum yang berlaku dapat ditentukan oleh
para pihak sendiri atau berdasarkan asas- asas umum berlaku pada kontrak
internasional.
2; Dasar Hukum Mengenai Perjanjian Franchise Di Indonesia
a; Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 tentang Waralaba

(Franchise).
Pengaturan tentang masalah franchise di Indonesia saat ini secara
khusus telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997
tentang Waralaba (Franchise) yang telah diundangkan pada tanggal 18 juni
1997, karena Pemerintah beranggapan bahwa sistem franchise ini
merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kegiatan
perekonomian negera kita yang sedang lesu dan memberikan kesempatan
kepada masyarakat khususnya kepada golongan ekonomi lemah untuk
berusaha melaksanakan bisnisnya. Oleh karena itulah Pemerintah
mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut.

b; Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Segala peraturan yang mengatur tentang franchise tetaplah harus


tunduk pada peraturan dan ketentuan dalam KUHPerdata. Ketentuan

11

mengenai perjanijan dalam KUHPerdata itu diatur dalam buku III yang
mempunyai sifat terbuka, dimana dengan sifatnya yang terbuka itu akan
memberikan kebebasan berkontrak kepada para pihaknya, dengan adanya
asas kebebasan berkontrak memungkinkan untuk setiap orang dapat
membuat segala macam perjanjian.
Perjanjian Lisensi harus tunduk pada ketentuan umum Hukum
perdata pasal 1319 KUHPerdata yang berisi Semua Perjanjian, baik yang
mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu
nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat
didalam bab ini dan bab yang lalu.
Selain asas kebebasan berkontrak suatu perjanjian juga harus
menganut asas konsensualitas, dimana asas tersebut merupakan dasar dari
adanya sebuah perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak dimana adanya
kata sepakat antara para pihak dalam perjanian.
Didalam perjanjian diperlukan kata sepakat, sebagai langkah awal
sahnya suatu perjanjian yang diikuti dengan syarat-syarat lainnya maka
setelah perjanjian tersebut maka perjanjian itu akan berlaku sebagai
undang- undang bagi para pihaknya hal itu diatur dalam pasal 1338 ayat 1
KUHPerdata yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Disamping kedua asas diatas ada satu faktor utama yang harus
dimiliki oleh para pihak yaitu adanya suatu itikad baik dari masing-masing
pihak untuk melaksanakan perjanjian. Asas tentang itikad baik itu diatur
didalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang berbunyi : Suatu Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Didalam membuat suatu perjanjian para pihak harus memenuhi
ketentuan pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian :
1; Adanya kata sepakat diantara para pihak.
2; Kecakapan para pihak dalam hukum.
3; Suatu hal tertentu.
4; Kausa yang halal.
c; Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek.

12

Ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek


merupakan salah satu peraturan yang menjadi dasar hukum dari
terbentuknya suatu perjanjian franchise merek dagang dan juga merupakan
faktor utama serta memegang peranan yang sangat penting di dalam
adanya suatu franchise. Franchise merupakan pengkhususan dari merek.
d; Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tengang Usaha Asuransi

Setiap bentuk usaha apapun dan dalam bentuk apapun pastilah


akan mempunyai resiko didalam perjalanannya. Bentuk resiko yang akan
dihadapi oleh para pihak dalam bisnis franchise adalah resiko kerugian.
Namun hal tersebut oleh para pihak dapat diatasi dengan cara memasukan
usaha franchisenya ke dalam asuransi, dengan asuransi maka para pihak
tidak perlu memikirkan resiko kerugian yang akan diderita, dengan
asuransi resiko kerugian bisa ditutup atau paling tidak resiko tersebut bisa
diperkecil.
e; Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 295/MPP/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan


Pendaftaran Usaha Waralaba.
Setiap usaha waralaba (Franchise) yang akan berdiri dan memulai
usahanya harus mendaftarkan diri agar usahanya tersebut sah atau legal
menurut hukum yang berlaku. Kewajiban bagi setiap penerima waralaba
(franchise) untuk mendaftarkan usahanya diatur dalam pasal 11 ayat 1
dimana jelaskan : Bahwa setiap penerima waralaba (Franchisee) atau
penerima waralaba (Franchisee) lanjutan, wajib mendaftarkan perjanjian
waralabanya beserta keterangan tertulis sebagaimana yang dimaksud
didalam pasal 5 keputusan ini pada departemen perindustrian dan
perdagangan Cq Pejabat yang berwenang menerbitkan STPUW. 9

G; Contoh Kasus Waralaba

9 Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1995.

13

BREAKING NEWS: Indomaret Deliserdang Akui Buka Outlet Tanpa


Izin
Rabu, 22 Januari 2014 14:03 WIB
Laporan Wartawan Tribun Medan, Indra Gunawan Sipahutar
TRIBUNNEWS.COM, LUBUK PAKAM - Pihak Indomaret tidak
menampik tuduhan yang dilontarkan oleh Komisi C DPRD Deliserdang
terkait adanya 17 outlet di Deliserdang yang tidak berizin.
Supervisor Indomaret Roy

mengatakan

pihaknya

sudah

pernah

beritikat baik untuk melakukan pengurusan izin.


"Ceritanya itu gini, kami dapat lapak dan sedang renovasi. Disaat itu
kami ajukan permohonan izin. Tapi pas mau diurus izinnya rupanya ada
peraturan baru katanya di Pemkab. Kalau memang ada peraturan baru
peraturan lama diberlakukan lah aturannya," ujar Roy yang dihubungi melalui
telepon selulernya, Rabu (22/1/2014).
Meski belum dikeluarkan izin ia mengakui kalau pihaknya tetap saja
membuka outlet. Dalam hal ini dia menginginkan ada kebijaksanaan yang
baik dari Pemkab Deliserdang karena ada itikad baik untuk melakukan
pengurusan izin sudah ada.
Sebelumnya pihak Indomaret dipanggil oleh Komisi C DPRD
Deliserdang. Namun pihak Indomaret tidak memenuhi panggilan DPRD
itu. (dra/tribun-medan.com) 10

10 http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/22/breaking-news-indomaret-deliserdang-akuibuka-outlet-tanpa-izin

14

BAB III
PENUTUP
A; Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

DAFTAR PUSTAKA

15

Hakim, Lukman. 2008. Info Lengkap Waralaba. Yogyakarta: MedPress.


Ismail, Yustian. 1997. Pengembangan Franchise dan larangan Ritel besar masuk
Kabupaten. Business News.
Sarosa Pietra. 2004. Kiat Praktis Membuka Usaha: Mewaralabakan Usaha Anda.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Suhamoko. 2004. Hukum Perjanjian-Teori dan Analisa Kasus. Jakarta: Kencana.
Sumardi, Juajir. 1995. Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan
Transnasional. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Syahmin AK. 2006. Hukum Kontrak Internasional. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Tribun News. Indomaret Deliserdang Akui Buka Outlet Tanpa Izin , dalam
http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/22/breaking-news-indomaretdeliserdang-akui-buka-outlet-tanpa-izin (diakses pada 05-10-2014)

16

Anda mungkin juga menyukai