PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Dalam dunia usaha yang selalu bergerak dinamis, pelaku usaha selalu
mencari terobosan baru dalam mengembangkan usahanya. Salah satu terobosan
yang dilakukan oleh pelaku bisnis adalah pengembangan usaha melalui sistem
franchisee yang di Indonesia diistilahkan dengan waralaba. Sistem ini bagi
sebagian usahawan yang ingin mengembangkan usahanya dipandang efektif dan
tepat guna dalam pengembangan suatu perusahaan karena tidak membutuhkan
investasi langsung melainkan melibatkan kerja sama pihak lain.
Franchise sebagai bentuk usaha banyak mendapat perhatian para pelaku
bisnis, dikarenakan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan
perekonomian dan memberikan kesempatan kepada golongan ekonomi lemah
untuk berusaha. Ini berarti bahwa franchise dapat memberikan kesempatan kerja,
pemerataan dan juga menciptakan lapangan kerja masyarakat.
B; Rumusan Masalah
1; Apa definisi waralaba ?
2; Apa saja elemen-elemen pokok dalam bisnis waralaba ?
3; Apa saja hak dan kewajiban franchisor dan franchisee ?
4; Apa saja keuntungan dan kerugian sistem franchise ?
5; Apa saja tipe-tipe waralaba ?
6; Bagaimana aspek hukum perjanjian franchise ?
7; Bagaimana contoh kasus waralaba di Indonesia ?
C; Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2
A; Definisi Waralaba
Kata franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang berarti bebas atau
lengkapnya bebas dari hambatan hambatan (free form sevited). Dalam bidang
bisnis, franchise berarti kebebasan yang diperoleh oleh seorang pengusaha untuk
menjalankan usahanya sendiri di wilayah tertentu dan dalam bentuk tertentu. 1
Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem
waralaba (franchise), yaitu suatu sistem keterkaitan usaha saling menguntungkan
antara pemberi waralaba dan penerima waralaba.
Menurut Gareth R. Jones dan Jennifer M. George mengatakan bahwa
franchising adalah menjual kepada pihak mancanegara suatu merek sekaligus cara
pengoperasiannya untuk mendapatkan sejumlah pembayaran plus bagian dari
keuntungan.
Menurut Dr. Martin Mendelsonh, pakar waralaba asal Amerika Serikat,
format bisnis Franchoise adalah izin dari satu orang (franchisor) kepada orang
lain (franchisee), yang memberi hak (dan biasanya mempersyaratkan) franchisor
untuk mengadakan bisnis di bawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh
elemen yang dibutuhkan untuk membuat orang yang sebelumnya belum terlatih
dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan/dibangun
oleh franchisor di bawah brand miliknya, dan setelah di training untuk
menjalankannya berdasarkan pada basis yang ditentukan sebelumnya dengan
pendampingan yang berkelanjutan.
Di Indonesia konsep Franchise diterjemahkan dengan istilah waralaba. kata
waralaba pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari kata wara yang berarti lebih atau
istimewa dan laba berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan
keuntungan yang lebih atau istimewa yang berbeda dengan bisnis konvensional
yang sudah ada.
Menurut V. Winarto, Waralaba adalah hubungan kemitraan antara usahawan
yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah
dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam
bidang usaha penyediaan bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung
kepada konsumen. Sedangkan Imam Sjaputra Tunggal memaknai waralaba
sebagai salah satu bentuk kesepakatan, yaitu pemilik dari suatu produk atau jasa
1 Yustian Ismail, Pengembangan Franchise dan larangan Ritel besar masuk Kabupaten
(Business News, 1997) 3.
mengizinkan orang lain untuk membeli hak distribusi produk atau jasa tersebut
dan mengoperasikannya dengan bantuan pemilik. 2
Franchise menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (ENI) adalah sebagai
berikut :
Suatu bentuk kerjasama manufaktur atau penjualan antara pemilik
franchise dan pembeli franchise atas dasar kontrak dan pembayaran royalty.
Kerjasama ini meliputi pemberian lisensi atau hak pakai oleh pemegang
franchise yang memiliki nama atau merek, gagasan, proses, formula, atau alat
khusus ciptaannya kepada pihak pembeli franchise disertai dukungan teknis
dalam bentuk manajemen, pelatihan, promosi dan sebagainya. Untuk itu, pembeli
franchise membayar hak pakai tersebut disertai royalty, yang pada umumnya
merupakan persentase dari jumlah penjualan. 3
B; Elemen-Elemen Pokok Dalam Bisnis Waralaba
Semua definisi yang telah dipaparkan di atas, baik dari mancanegara maupun
domestik, menunjukkan bahwa Franchise pada dasarnya mengandung elemenelemen pokok sebagai berikut:
1 Franchisor yaitu pihak pemilik/produsen dari barang atau jasa yang telah
memiliki merek tertentu serta memberikan hak eksklusif tertentu untuk
pemasaran dari barang atau jasa itu.
2 Franchisee yaitu pihak yang menerima hak eksklusif itu dari franchisor.
3 Adanya penyerahan hak-hak secara eksklusif (dalam praktik meliputi
berbagai macam hak milik intelektual/hak milik perindustrian) dari
franchisor kepada franchisee.
4 Adanya penetapan wilayah tertentu, franchise area di mana franchise
diberikan hak untuk beroperasi di wilayah tertentu. Contoh: hanya
diperbolehkan untuk beroperasi di Pulau jawa.
5 Adanya imbal prestasi dari franchisee kepada franchisor yang berupa Initial
Fee dan Royalities serta biaya-biaya lain yang disepakati oleh kedua belah
pihak.
6 Adanya standar mutu yang ditetapkan oleh franchisor bagi franchisee, supaya
supervisi secara berkala dalam merpertahankan mutu.
7 Adanya pelatihan awal, pelatihan yang bersifat berkesinambungan, yang
diselenggarakan oleh franchisor guna peningkatan keterampilan. 4
2 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba (Yogyakarta:MedPress, 2008), 14-18.
3 Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada2006), 207208).
4 Hakim, Info Lengkap Waralaba, 18-19.
10;
11;
12;
b;
c;
d;
e;
5 Pietra Sarosa, Kiat Praktis Membuka Usaha: Mewaralabakan Usaha Anda (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2004), 120-122.
pihak franchisee.
f; Franchisor bisa jadi juga membuat kesalahan dalam kebijaksanaannya.
g; Turunnya reputasi dan citra dari merek bisnis franchisor karena alasan
yang tidak terduga-duga sebelumnya.
3; Keuntungan Franchise bagi Pihak Franchisor
a; Usahanya dapat cepat berkembang tetapi dengan menggunakan modal
dan motivasi dari pihak franchisee.
b; Mudahnya dikembangkan suatu pasar baru atau perluasan wilayah baru
karena nama franchisor yang sudah terkenal itu.
c; Franchisee akan memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan
bisnis franchise, karena dia memiliki bisnisnya sendiri.
d; Kecilnya modal untuk memperluas usaha karena sebagian besar modal
ditanggung oleh pihak franchisee.
e; Jumlah karyawan dari pihak franchisor relatif lebih sedikit.
f; Setiap dibuka unit franchise yang baru biasanya daya beli kelompok
usaha relatif meningkat.
g; Banyak dana dapat dihemat karena adanya promosi dan pelayanan
bersama.
h; Return on Investment cukup tinggi, terutama setelah tahun kedua atau
ketiga.
4; Kerugian Franchise bagi Franchisor
a; Franchisor tidak gampang mendikte franchisee, sehingga tidak
gampang baginya untuk mengadakan perubahan atau inovasi bisnis
yang baru.
b; Timbul kesulitan bagi franchisor dikarenakan biasanya terdapat harapan
yang terlalu tinggi bagi pihak franchisee yakni untuk mendapat
keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang sesingkatsingkatnya.
c; Jika ada kenaikan dari segi biaya biasanya pihak franchisor tidak mudah
untuk meyakinkan pihak franchisee.
d; Dapat menghancurkan reputasi dari pihak franchisor jika pihak
franchisee ternyata dipilih secara tidak tepat.
e; Mengingat ikatan franchise biasanya untuk jangka waktu yang lama
maka apabila pihak franchisor ingin mengakhiri perjanjian franchise
secara sepihak, misalnya karena ada kejadian yang tidak terantisipasi,
(Franchise).
Pengaturan tentang masalah franchise di Indonesia saat ini secara
khusus telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997
tentang Waralaba (Franchise) yang telah diundangkan pada tanggal 18 juni
1997, karena Pemerintah beranggapan bahwa sistem franchise ini
merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kegiatan
perekonomian negera kita yang sedang lesu dan memberikan kesempatan
kepada masyarakat khususnya kepada golongan ekonomi lemah untuk
berusaha melaksanakan bisnisnya. Oleh karena itulah Pemerintah
mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut.
11
mengenai perjanijan dalam KUHPerdata itu diatur dalam buku III yang
mempunyai sifat terbuka, dimana dengan sifatnya yang terbuka itu akan
memberikan kebebasan berkontrak kepada para pihaknya, dengan adanya
asas kebebasan berkontrak memungkinkan untuk setiap orang dapat
membuat segala macam perjanjian.
Perjanjian Lisensi harus tunduk pada ketentuan umum Hukum
perdata pasal 1319 KUHPerdata yang berisi Semua Perjanjian, baik yang
mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu
nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat
didalam bab ini dan bab yang lalu.
Selain asas kebebasan berkontrak suatu perjanjian juga harus
menganut asas konsensualitas, dimana asas tersebut merupakan dasar dari
adanya sebuah perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak dimana adanya
kata sepakat antara para pihak dalam perjanian.
Didalam perjanjian diperlukan kata sepakat, sebagai langkah awal
sahnya suatu perjanjian yang diikuti dengan syarat-syarat lainnya maka
setelah perjanjian tersebut maka perjanjian itu akan berlaku sebagai
undang- undang bagi para pihaknya hal itu diatur dalam pasal 1338 ayat 1
KUHPerdata yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Disamping kedua asas diatas ada satu faktor utama yang harus
dimiliki oleh para pihak yaitu adanya suatu itikad baik dari masing-masing
pihak untuk melaksanakan perjanjian. Asas tentang itikad baik itu diatur
didalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang berbunyi : Suatu Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Didalam membuat suatu perjanjian para pihak harus memenuhi
ketentuan pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian :
1; Adanya kata sepakat diantara para pihak.
2; Kecakapan para pihak dalam hukum.
3; Suatu hal tertentu.
4; Kausa yang halal.
c; Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek.
12
9 Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1995.
13
mengatakan
pihaknya
sudah
pernah
10 http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/22/breaking-news-indomaret-deliserdang-akuibuka-outlet-tanpa-izin
14
BAB III
PENUTUP
A; Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
15
16