Anda di halaman 1dari 6

A.

Hak Guna Paten (Franching/ waralaba)


Calon wirausahawan yang baru merintis usaha umumnya dihadapkan pada
tantangan besar di tahapan awal. Tantangan tersebut terkait upaya pengenalan produk
ataupun jasa yang dihasilkan, pembentukan citra usaha yang baik, hingga membuat
masyarakat sadar terkait keberadaan merk dagang dari usaha tersebut. Tahapan ini
menjadi salah satu langkah awal yang paling krusial dan menentukan eksistensi
sebuah usaha. Bagi calon wirausahawan yang mengalami kendala tersebut, namun
tetap berkeinginan menjadi wirausahawan, maka solusi yang dapat ditawarkan adalah
melalui pemanfaatan hak guna paten (franchising/waralaba). Hak guna paten
merupakan peluang bagi wirausahawan untuk masuk dalam usaha dengan
memanfaatkan pengalaman,pengetahuan, dan dukungan dari pemberi hak guna paten.
Melalui pemanfaatan hak guna paten, wirausahawan akan dilatih dan didukung terkait
pemasaran usaha dan akan menggunakan nama
yang telah mempunyai citra yang mapan.
Hak guna paten (franchising/waralaba) bisa didefinisikan sebagai persetujuan
dimana perusahaan atau distributor tunggal dari produk yang mempunyai merek
dagang memberikan hak eksklusif kepada perusahaan, distributor, atau pengecer
independen dengan imbalan pembayaran royalti dan menyesuaikan diri dengan
prosedur operasi standar. Lebih lanjut pada pasal 1 angka(1) Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba menyebutkan bahwa, "Waralaba adalah hak
khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/jasa yang telah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba". Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa se-orang penerima waralaba menjalankan usahanya sendiri tetapi dengan
mempergunakan merek dagang atau merek jasa serta de-nan memanfaatkan metode
dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan olgh pemberi waralaba. Pihak yang
menawarkan hak guna paten (franchising/waralaba) disebut pemberi hak guna paten
(franchisor). Sementara franchisee adalah orang yang membeli hak guna paten dan
diberikan kesempatan untuk masuk dalam usaha baru dengan peluang besar untuk
berhasil.
Franchisor dan franchisee dalam mengatur hubungannya seringkali mewujudkan
dalam suatu perjanjian tertentu. Jika di-lihat dari ruang lingkup dan konsenya, kontrak
franchise berada antara kontrak lisensi dan distributor. Selain membayar royalty,
franchisee juga dikenakan kewajiban yang telah ditetapkan oleh franchisor untuk
mendesain perusahaannya sedemikian rupa se-hingga menyerupai dengan desain
franchisor. Berkaitan dengan manajemen, franchisor memberikan asistensi dalam hal
mana-jemen kepada franchisee yang dimana franchisor telah menetapkan harga dan
menarik tarif untuk asistensi tersebut. Berkaitan pem-buatan produk, franchisee
diwajibkan membeli bahan baku dari franchisor, hal in dilakukan demi quality
control.
B. Keuntungan Dari Hak Guna Paten
Keuntungan yang diperoleh terkait pemanfaatan hak guna paten
(franchising/waralaba) yaitu wirausahawan tidak perlu pusing dengan hal yang
berkaitan memulai usaha baru. Pemberi hak guna paten akan memberikan rencana
operasi bisnis dengan arah yang jelas. Melalui konsep waralaba seseorang tidak perlu
memulai usaha dari nol, karena telah terdapat sistem yang terpadu dalam waralaba,
yang memungkinkan seorang penerima waralaba menjalankan usaha dengan baik.
Jika pemberi hak memberikan peluang kuat untuk berhasil, dia juga akan
menerima manfaat dari royalti yang diterima dari penerima hak guna paten. Untuk
menjamin tercapainya hal ini, pemberi hak harus menyediakan akuntansi standar dan
prosedur operasional dan mempertahankan kendali atas perancangan tata ruang,
peralatan dan perlengkapan. Kendali struktural sesungguh-nya menguntungkan bagi
penerima hak karena dia akan mendapatkan manfaat dari pengalaman si pemberi hak.
C. Persetujuan Hak Guna Paten
Kontrak atau persetujuan hak guna paten adalah tahap akhir untuk menjadi
pemakai hak guna paten. Persetujuan ini berisi semua persyaratan spesifik dan
kewajiban dari pemakai hak guna paten. Hal-hal seperti eksklusivitas daerah
pemasaran akan me-lindungi pemakai hak guna paten dari pesaing yang memiliki hak
guna paten yang sama. Persyaratan finansial akan menentukan harga dari hak guna
paten, jadwal pembayaran, hingga royalti yang harus dibayarkan.
Perjanjian waralaba memuat kumpulan persyaratan, ketentuan, dan komitmen
yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor (pemberi waralaba) bagi para franchisee
(penerima waralaba). Berikut ini dipaparkan pokok-pokok isi dari perjanjian waralaba
tersebut, yaitu:
1. Pemberian Hak Franchise. Franchisor dengan in memberi hak eksklusif kepada
franchisee, dan Franchisee menerima pemberian hak tersebut, untuk dapat
menggunakan nama dan sistem pengelolaan milik franchisor dalam suatu lokasi,
selama jangka waktu yang disepakati.
2. Lokasi, Counter dan Masa Percobaan. Lokasi franchise ditentukan ole franchisee
dengan sepengetahuan dan persetuiuan franchisor, setelah mempertimbangkan
kondisi dan potensi ekonomi di sekitar lokasi franchise tersebut.
3. Jangka Waktu Franchise. Jangka waktu pemberian hak franchise adalah 2 (dua)
tahun (jangka waktu) dan berlaku efektif sejak tanggal pembukaan counter yang
pertama kali. Jangka waktu franchise dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan
tertulis diantara para pihak.
4. Biaya Franchise dan Cara Pembayaran. Selama jangka waktu perjanjian,
franchisee setuju untuk membayar biaya atas pemberian hak franchise (biaya
franchise) meliputi joint fee, counter fee, advertising dan training fee
5. Royalty, franchisee setuju dan berkewajiban untuk membayar royalti kepada
franchisor setiap bulannya.
6. Pemeliharaan Citra sebagai pengganti istilah confidential information kadang-
kadang juga digunakan istilah rahasia dagang (trade secrets). Unsur rahasia dagang
memegang peranan yang sangat penting terutama dalam waralaba yang termasuk
chain style business, contohnya resep pembuatan Kentucky Fried Chicken atau Pizza
Hut.
D. Jenis- Jenis Hak Guna Paten
Pada dasarnya terdapat tiga jenis hak guna paten. Perbedaan mungkin ada sebagai
akibat inovasi baru dalam bidang hak guna paten.
1. Franchise untuk mendistribusikan hail produksi
Jenis hak guna paten in dapat ditemukan dalam industri mobil. Perusahaan
manufaktur menggunakan hak franchise untuk mendistribusikan hasil produksi
mereka melalui dealer mobil atau sepeda motor. Dealer tersebut berfungsi sebagai
toko eceran dari perusahaan mobil. Dalam beberapa hal dealer tersebut harus
memenuhi kuota yang ditetapkan perusahaan, tetapi sebagaimana halnya dengan
usaha hak gun paten, dealer mendapatkan manfaat dari dukungan periklanan dan
manajemen dari perusahaan mobil.
2. Franchise yang menawarkan nama, citra, metode menjalankan usaha
Jenis hak gun paten yang paling umum adalah jenis yang menawarkan nama,
citra, metode menjalankan usaha, dan lain-lain. Banyak masyarakat memilih hak guna
paten ini sebagai cara memulai usaha dikarenakan telah terdapat sistem yang terpadu,
merk dagang telah familiar dan dikenal masyarakat dan calon wirausahawan tidak
perlu memulai usaha dari nol.
3. Franchise yang menawarkan jasa seperti agen pribadi, konsultasi pajak dan real
estate
Banyak perusahaan pemilik hak guna paten yang menawar-kan jasa seperti agen
pribadi, konsultasi pajak pendapatan, dan real estate. Jasa-jasa tersebut menawarkan
nama-nama dan reputasi yang telah mapan serta metode menjalankan usaha. Dalam
beberapa contoh, seperti real estate, penerima hak (franchisee) sesungguhnya telah
mengoperasikan usaha, dan kemudian menjadi anggota perusahaan pemilik hak guna
paten.
E. Risiko Investasi Dan Penyebab Kegagalan Dalam Usaha Franchising
Usaha franchising melibatkan banyak risiko yang harus diketahui oleh para
wirausahawan sebelum mereka mempertimbangkan investasi demikian. Risiko dalam
berinvestasi termasuk dalam hal franchising adalah kerugian dan kebangkrutan usaha.
Berikut ini dipaparkan beberapa risiko investasi dan penyebab kegagalan dalam usaha
franchising, yakni:
1. Produk atau jasa kurang teruji keberhasilannya.
2. Produk atau jasa kurang populer.
3. Produk atau jasa membutuhkan waktu yang lama untuk dapat survive (bertahan)
dipasar (biasanya 3-6 tahun).
4. Pemberian pelatihan atau pembimbingan buruk.
5. Penerima waralaba tidak disiplin di dalam menjalankan usahanya (tidak sesuai
dengan petunjuk dari pemberi waralaba).
6. Penerima waralaba tidak membedakan keuangan antara usaha bisnis dengan
keperluan pribadi.
7. Penerima waralaba kurang mempunyai pengalaman dalam berbisnis.
8. Tidak sesuai dengan keahlian penerima waralaba.
9. Penerima waralaba kurang mampu dalam segi permodalan.
10. Penerima waralaba kurang berani untuk mengambil resiko atau takut gagal.
Langkah-langkah yang bisa diankbil untuk menurunkan atau meminimalisasi risiko
investasi dalam franchising:
1. Meneliti franchise
Sejumlah faktor yang harus dinilai sebelum membuat keputusan akhir dalam
memilih franchise adalah:
a. Usaha hak guna paten yang mapan dan belum mapan.
Terdapat banyak keuntungan dan kerugian dalam melakukan investasi pada
usaha hak gun paten yang mapan atau belum mapan. Investasi pada usaha hak
guna paten yang belum mapan merupakan investasi yang tidak mahal. Akan
tetapi, hal ini di-imbangi dengan risiko yang besar. Namun, di sisi lain investasi
pa-da usaha hak guna paten yang belum mapan merupakan tantangan yang bisa
mendatangkan keuntungan yang besar ketika usaha tumbuh dengan cepat.
Investasi pada saha hak guna paten yang sudah mapan akan mengurangi risiko
kegagalan tetapi mem-butuhkan investasi finansial yang sangat besar.
b. Stabilitas filkansial dari usaha hak guna paten.
Pembelian hak guna paten oleh wirausahawan hendakya dilakukan sesudah
penilaian stabilitas finansial dari pemilik hak guna paten. Terdapat banyak faktor
yang akan membantu wirausahawan menentukan stabilitas dan kemampuan
mendatangkan laba dari organisasi usaha hak guna paten dalam jangka panjang.
Pertanyaan berikut bisa ditanyakan ole penerima hak guna paten atau ditentukan
dari sumber alternatif.
A. Berapa banyak hak guna paten dalam organisasi?
B. Bagaimana keberhasilan tiap-tiap anggota organisasi hak guna paten?
C. Apakah sebagian besar keuntungan dari hak guna paten me-rupakan
fungsi dari imbalan dari penjualan hak gun paten tau dari royalti yang
didasarkan pada keuntungan dari penerima hak guna paten?
D. Apakah pemberi hak guna paten mempunyai pakar manajemen dalam
bidang produksi, keuangan, dan pemasaran?
Informasi diatas bisa didapatkan dafi laporan laba rugi organisasi hak guna
paten. Tatap muka dengan pemilik hak guna paten juga bisa mengucapkan citra
sukses dari organisasi.
2. Pasar potensial bagi usaha franchise baru.
Satu cara mudah adalah dengan mengevaluasi arus lalu lintas dan demografi
penduduk daerah tersebut. Informasi arus lalu lintas bisa diamati dengan mengunjungi
daerah tersebut. Arah arus lalu lintas, kemudahan masuk dalam usaha, dan jumlah
arus lalu lintas bisa diperkirakan dari pengamatan. Perlu juga menemukan lokasi
pesaing di daerah yang mungkin mempunyai pengaruh potensial terhadap usaha.
3. Keuntungan potensial bagi franchise baru.
Sebagaimana halnya dengan usaha pemula, penting untuk mengembangkan
laporan pendapatan, neraca, arus kas. Pemberi hak hendaknya memberikan proyeksi
untuk menghitung informasi yang dibutuhkan. Tidak setiap usaha hak guna paten
tepat untuk anda. Wirausahawan harus mengevaluasi usaha hak guna paten untuk
memutuskan mana yang paling tepat.

Anda mungkin juga menyukai