Anda di halaman 1dari 20

1. Hakekat dan bentuk waralaba.

2. Dampak bisnis waralaba


3. Klasifikasi dan manfaat bisniswaralaba.
4. Perjanjian dalam waralaba
5. Pembinaanwaralaba
6. Dokumen perijinan Bisniswaralaba
7. Melakukan bisnis waralaba4 X 6 JPMengamati-Mencermatiperma-salahan
sehari-hari yangberkaitan denganbisniswaralaba dan manfaatnya.

ASPEK HUKUM DALAM KONTRAK WARALABA


Filed under: Uncategorized — Tinggalkan komentar
31 Mei 2012
Aspek hukum dalam perjanjian franchise
Sesungguhnya aspek hukum yang paling pokok dalam bisnis franchise ini adalah
aspek hukum perjanjian. Namun demikian terdapat beberapa aspek yang timbul
dari perjanjian bisnis ini.
 
a. Hak cipta, paten dan merek
Di Indonesia masalah logo/desain/merek ini diatur dalam :
 Undang-undang nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang diperbarui
dengan Undang-undang nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-
undang nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dan Undang-undang nomor 19
Tahun 1992 tentang Merek yang menggantikan Undang-undang nomor 21 Tahun
1961 dan Undang-undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten. Kesemua perundangan
ini dapat dijadikan dasar bagi usaha bisnis Franchise dalam rangka memberi
perlindungan terhadap bisnis ini dari pihak ketiga yang dapat merugikan pemilik
bisnis ini.
 
b. Aspek hukum ketenagakerjaan
Hubungan antara franchisee dan franchisor dalam bisnis ini adalah hubungan
antara pekerja dan pengusaha yang diatur dalam perjanjian kerja. Dalam hal ini
franchisor dapat dianggap sebagai pemimpin perusahaan atau pengusaha dan
franchisee sebagai tenaga kerja.
 
Tentang kesepakatan kerja dalam kontrak tersebut diatur dalam :
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-2/MEN/1993 tentang Kesepakatan
Kerja Waktu Tertentu. Demikian pula hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan,
seperti masalah pembinaan profesionalisme pekerja ( Pasal 8 UU no. 14 Tahun
1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja dan
PP no.71 tahun 1991 tentang Latihan Kerja), masalah pembinaan dan perlindungan
kerja ( Pasal 9 dan 10 UU no. 14 Tahun 1969), masalah hubungan ketenagakerjaan
( Pasal 11 s/d 15 UU no 14 Tahun 1969, Kepmen no. 382/1992, UU no 21 Tahun
1954, UU no 7 Tahun 1963, Pasal 6 UU no 22 Tahun 1957, UU no. 3 Tahun 1992,
PP no. 14 tahun 1993), dan masalah pengawasan ketenagakerjaan ( UU no.3 Tahun
1951 dan pasal 16 UU no 14 Tahun 1969).
 
 
 
c. Aspek hukum perpajakan
Hubungan bisnis franchise merupakan hubungan hukum uyang memiliki potensi
fiskal sehingga hubungan ini menjadi obyek kena pajak. Hal ini adalah
konsekwensi dari prinsip hukum perpajakan yang menerapkan asas yang
menegakkan bahwa semua perjanjian niaga berpotensi fiskal. Aturan pajak yang
berhubungan dengan franchise adalah :
 UU no 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
 UU no. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa dan
Pajak Pertambahan Nilai atau Barang Mewah,
 PP no. 75 Tahun 1991 tentang Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan
Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Dilakukan Oleh Pedagang Eceran Besar, dan
 Keputusan Menteri Keuangan RI no. 1289/KMK.04/1991 tentang Tata Cara
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Penyerahan Barang Kena Pajak Yang
Dilakukan Oleh Pedagang Eceran Besar.
 
SUMBER        : http://mkn-unsri.blogspot.com/2010/09/aspek-hukum-dalam-
kontrak-waralaba.html
 
Katagori/Penggolongan Franchise
Pada umumnya, waralaba dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut[18]:
a. Distributorships (Product Franchise)

Dalam waralaba ini, franchisor memberikan lisensi kepada franchisee untuk


menjual barang-barang hasil produksinya. Pemberian lisensi ini bersifat ekslusif
ataupun nonekslusif. Seringkali terjadi franchisee diberi hak ekslusif untuk
memasarkan di suatu wilayah tertentu.

b. Chain Style Business

Jenis waralaba inilah yang paling dikenali masyarakat. Dalam jenis


ini, franchisee mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai
nama franchisor. Sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor,
maka franchisee harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan
berada di bawah pengawasan franchisor dalam hal bahan-bahan yang digunakan,
pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan para
karyawan dan lain-lain.

c. Manifacturing atau Processing Plants

Dalam waralaba jenis ini, franchisor memberitahukan bahan-bahan serta tata cara


pembuatan suatu produk, termasuk di dalamnya formula-formula
rahasianya. Franchisee memproduksi, kemudian memasarkan barang-barang itu
sesuai standar yang telah ditetapkan franchisor.

Model bisnis waralaba ada 3 macam, yakni waralaba jasa, waralaba barang dan
waralaba distribusi. Ketiga bentuk wralab tersebut ditemukan dalam kategorisasi
waralaba yang dibuat oleh European Court of Justice pada putusannya dalam kasus
“Pronuptia”[19]. Kombinasi ketiga bentuk waralaba tersebut terdapat di Inonesia
yang umumnya dapat ditemui pada usaha restoran cepat saji seperti Mc Donalds
dan Kentucky Fried Chiken. Di Indonesia system waralaba setidaknya dibagi
menjadi 4 jenis, yakni:
1. Waralaba dengan system format bisnis
2. Wralaba bagi keuntungan
3. Waralaba kerjasama investasi
4. Waralaba produk dan merek dagang
Dari keempat jenis waralaba tersebut, system waralaba yang berkembang di
Indonesia saat ini adalah waralaba produk dan merek dagang serta waralaba system
format bisnis.

Menurut Martin Mandelson, waralaba format bisnis terdapat cirri-ciri sebagai


berikut:[20]
1. Konsep bisnis yang menyeluruh dari franchisor

Konsep ini berhubungan dengan pengembangan cara untuk menjalankan bisnis


secara sukses yang seluruh aspeknya berasal dari franchisor. Franchisor akan
mengembangkan suatu ‘cetak biru’ sebagai dasar pengelolaan waralaba format
bisnis tersebut[21]
2. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek pengelolaan bisnis
yang sesuai dengan konsep franchisor

Franchisee akan diberikan pelatihan mengenai metode bisnis yang  diperlukan


untuk mengelola bisnis sesuai dengan cetak biru yang telah dibuat oleh franchisor.
Pelatihan ini biasanya menyangkut pelatihan penggunaan peralatan khusus, metode
pemasaran, penyiapan produk dan penerapan proses. Dalam pelatihan ini
diharapkan franchisee menjadi ahli pada seluruh bidang yang diperlukan untuk
menjalankan bisnis yang khusus tersebut.

3. Proses bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak franchisor[22].


Franchisor akan terus menerus memberikan berbagai jenis pelayanan, tergantung
pada tipe format bisnis yang diwaralabakan. Secara umum, proses ini dapat
dikatakan sebagai proses pemberian bantuan dan bimbingan yang terus menerus
yang meliputi:

1)    Kunjungan berkala franchisor kepada staf di lapangan guna membantu


memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan cetak biru
yang diperkirakan dapat menyebabkan kesulitan dagang bagi franchisee;

2)    Menghubungkan antara franchisor dengan seluruh franchisee secara bersama-


sama untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman;

3)    Inovasi produk atau konsep, termasuk penelitian mengenai kemungkinan-


kemungkinan pasar serta kesesuaiannya dengan bisnis yang ada;
4)    Pelatihan dan fasilitas pelatihan kembali untuk franchisee dan stafnya;

5)    Melakukan riset pasar;

6)    Iklan dan promosi pada tingkat local dan nasional;

7)    Peluang-peluang pembelian secara besar-besaran;

8)    Nasihat dan jasa manajemen dan akunting;

9)    Penerbitan news letter;

10) Riset mengenai materi, proses dan metode bisnis[23]


Menurut Juadir Sumardi, usaha bisnis waralaba dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
[24]
1. Waralaba Format Bisnis

Dalam waralaba format bisnis, pemegang waralaba (franchisee) memperoleh hak


untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah atau
lokasi yang spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran
dari franchisor. Dalam bentuk ini terdapat tiga jenis waralaba, yaitu waralaba
format pekerjaan, format usaha, dan format investasi.

1)    Waralaba format pekerjaan

Waralaba yang menjalankan usaha berupa format pekerjaan sebenarnya membeli


dukungan untuk usahanya sendiri, misalnya bisnis penjualan jasa penyetelan mesin
mobil dengan merek waralaba tertentu. Bentuk usaha waralaba seperti ini
cenderung paling mudah dan umumnya membutuhkan modal yang kecil karena
tidak menggunakan tempat dan perlengkapan yang berlebihan.

2)    Waralaba format usaha

Waralaba format usaha termasuk bisnis waralaba yang berkembang paling pesat.
Bentuknya berupa toko eceran yang menyediakan barang/ jasa atau restoran cepat
saji (fast food). Biaya yang dibutuhkan untuk waralaba format ini lebih besar dari
waralaba format pekerjaan karena dibutuhkan tempat usaha dan peralatan khusus.
3)    Waralaba format investasi

Ciri utama yang membedakan waralaba format ini dari waralaba format pekerjaan
dan usaha adalah besarnya usaha, khususnya besarnya investasi yang dibutuhkan.
Perusahaan yang mengambil waralaba format investasi biasanya ingin melakukan
diversifikasi atau penganerkaragaman pengelolaan, tetapi karena manajemennya
tidak berpengalaman dalam mengelola usaha baru sehingga ia memilih jalan
dengan mengambil waralaba format ini. Contoh waralaba format investasi adalah
usaha hotel dengan menggunakan nama dan standar sarana pelayanan hotel
franchisor.

2. Waralaba Format Distribusi Pokok

Dalam waralaba format ini, franchisee memperoleh lisensi untuk memasarkan


produk dari suatu perusahaan tunggal dalam lokasi yang spesifik. Franchisor juga
dapat memberikan franchisee wialayah tertentu, dimana frenchise wilayah
mendapat hak untuk menjual kepada sub-franchisee di wilayah geografis
tertentu. Franchisee itu bertanggung jawab atas beberapa atau seluruh
pemasaran sub-franchisee, melatih dan membantu sub-franchisee baru, dan
melakukan pengendalian dukungan operasi, serta program penagihan royalti.

Berdasarkan jumlah usaha yang berhak dimiliki franchisee, ada beberapa format


waralaba, yaitu sebagai berikut:[25]
a. Single Unit Franchise

Format ini adalah format yang paling sederhana dan paling banayak digunakan
karena kemudahannya. Franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk
menjalankan usaha atas nama usahanya serta dengan panduan prosedur yang telah
ditetapkan sebelumnya. Franchisee hanya diperkenankan untuk menjalankan
usahanya pada sebuah cabang atau unit yang telah disepakati.

b. Area Franchise

Dada format ini, franchisee memperoleh hak untuk menjalankan usahanya dalam
sebuah wialayah tertentu, misalkan pada sebuah provinsi atau kota, dengan jumlah
unit usaha/ cabang yang lebih dari satu.

c. Master franchise
Format master franchise memberikan hak kepada franchisee untuk menjalankan
usahanya di sebuah wilayah atau sebuah Negara dan bukan hanya membuka
usaha. Franchisee dapat menjual lisensi kepada sub-franchisee dengan ketentuan
yang telah disepakati.

Ciri-ciri Franchise
Waralaba merupakan bentuk kerja sama dimana franschisor memberikan izin atau
haknya kepada franchisee untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama,
merek dagang, produk/jasa dan system operasi usahanya dalam jumlah waktu
tertentu. Waralaba juga dapat dikatakan system keterkaitan usaha vertical antara
pemilik paten yang menciptakan paket teknologi bisnis (franchisor) dengan
penerima hak pengelolaan opersional bisnis (franchisee). Pada dasarnya, di dalam
system waralaba terdapat tiga komponen pokok, yakni:[26]
1. Franchisor, yaitu pihak yang memiliki system atau cara dalam berbisnis;
2. Franchisee, yaitu pihak yang membeli waralaba atau system
dari franchisor sehingga memiliki hak untuk menjalankan bisnis dengan cara
yang dikembangkan oleh franchisor;
3. Franchise atau waralaba, yaitu system dan cara bisnis itu sendiri yang
merupakan pngetahuan atau spesifikasi usaha dari franchisor yang dijual
kepada franchisee.

Sedangkan suatu bisnis waralaba dicirikan dengan adanya:


1. Franchisor yang menawarkan paket usaha,
2. Franchisee yang memiliki unit usaha (outlet) yang memanfaatkan paket
usaha milik franchisor,
3. Adanya kerja sama antara franchisor dan franchisee dalam hal pengelolaan
unit usaha,
4. Ada kontrak tertulis

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007,   kriteria


dari franchise antara lain:

1. Memiliki ciri khas usaha


2. Terbukti sudah meberikan keuntungan
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan atau jasa yang ditawarkan
yang di buat secara tertulis
4. Mudah diajarkan dan di aplikasikan
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan dan
6. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar

Bisnis franchise memiliki cirri-ciri utama, yakni:


a. Franchisee fee

Sejumlah biaya yang dbayarkan oleh franchisee kepada franchisor sebagai


pengganti penggunaan merek dagang, bergabung dalam jaringn usaha franchisor,
dan pengganti cost of learning franchisor.

b. Royalty fee

Sebagai pemasukan bersih franchisor dari usahanya mengembangkan bisnis


franchise.

Keuntungan Sistem Franchise
Bisnis yang menggunakan system franchise memiliki keuntungan-keuntungan.
Keuntungan tersebut adalah:

1. Merupakan permulaan bisnis yang sangat prospektif


2. Menguntungkan franchisee karena tidak memerlukan promosi dan
membayar iklan produk
3. Mampu mengembangkan segmentasi pasar terbesar dengan menguasai
jaringan-jaringan pasar
4. Sarana bagi proses alih teknologi dan ketrampilan
5. Menciptakan banyak kesempatan kerja.

Pendaftaran dan Kewenangan Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha


Waralaba (STUW)
Setelah perjanjian ditandatangani para pihak, maka penerima waralaba wajib
mendaftarkan perjanjian franchise atau waralaba beserta keterangan tertulis pada
Departemen Perdagangan dan Perindustrian c.q. pejabat yang berwenang
menerbitkan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba (STPUW) untuk
memperoleh STPUW. Tujuan pendaftaran ini adalah untuk kepentingan pembinaan
dan pengembangan usaha dengan cara waralaba. Mengenai pendaftaran waralaba
diatur dalam Pasal 10-13 PP no 42 tahun 2007.
Franchise Agreement (Perjanjian waralaba) adalah dokumen krusial baik sebagai franchisee
(terwaralaba) maupun franchisor (pewaralaba). Jika Anda sebagai franchisee, membeli franchise
bisa jadi adalah investasi signifikan buat Anda. Meskipun Anda sudah cukup tertarik dengan
franchise yang ditawarkan, sangat disarankan untuk tidak menanda-tangani perjanjian waralaba
terlebih dulu, atau membayar fee, menaruh deposit, menyiapkan lokasi hingga mendapatkan
kejelasan dan kesepakatan atas isi perjanjian. Cara paling sederhana untuk memulainya adalah
mendapatkan draft perjanjian dari dari franchisor. Mengapa demikian?

Pertimbangan berikut ini yang menyebabkan sebaiknya penyiapan bisnis dilakukan setelah
perjanjian ditanda-tangani :

 Sengketa antara franchisor dan franchisee sebagian besar disebabkan dari ketidak jelasan
perjanjian antara keduanya.
 Anda akan berada pada posisi lemah jika telah mengeluarkan sejumlah uang, seperti
membayar sewa dan membeli peralatan, sebelum menanda-tangani perjanjian.
 Isi perjanjian akan menentukan tingkat imbal hasil bisnis Anda. Fokuskan pada biaya-
biaya yang menjadi kewajiban Anda ke franchisor. Untuk biaya dalam bentuk persentase
tentukan besarannya di awal dengan tegas, hindari kalimat ‘akan ditentukan kemudian’,
dst. Ingat ilustrasi penawaran tidak memiliki kekuatan hukum dan hanya sebagai alat
pemasaran belaka.
 Disamping biaya, pos pendapatan juga mendapat harus diperhatikan. Adakah terdapat
pendapatan lain-lain, seperti sewa? Bagaimana pembagiannya?

Nah untuk membantu mempelajari Franchise Agreement berikut adalah 8 area utama yang harus
tercantum pada perjanjian, yang 6 diantaranya juga terdapat pada ketentuan British Franchise
Association :

1. Jangka waktu Term

Jangka waktu dalam perjanjian harus memuat berapa lama perjanjian berlangsung. Bagaimana
memperbaruinya dan apa persyaratannya.

2. Teritorial (Territory)

Adalah area (teritorial) yang berlaku dalam perjanjian, apakah hanya satu kota atau bisa kota lain
bahkan negara lain. Apakah Anda diberikan hak ekslusif untuk suatu area atau terdapat
franchisee lainnya dalam teritori tersebut.

3. Hak dan kewajiban


Idealnya posisi antara franchisee dan franchisor adalah seimbang. Namun dalam prakteknya
kondisi ini sulit diperoleh. Franchisee biasanya berada sedikit di bawah franchisor. Hak dan
kewajiban masing-masing harus dinyatakan secara tertulis di perjanjian. Jika terdapat asuransi-
asuransi yang dibutuhkan harus dinyatakan dengan tegas pihak yang menanggung. Bagian ini
perlu dicermati karena mayoritas sengketa bermula dari sini.
4. Hak Kekayaan Intelektual
Ini terkait dengan merek yang digunakan, dan bagaimana perlakuannya. Jika terdapat goodwill
harus dinyatakan bagaimana perlakuannya. Penting juga dinyatakan, jika franchisor adalah
pemegang master franchise, bagaimana perlakuannya jika hak master-franchise dari franchisor
utama tersebut berakhir.  

5. Biaya-Biaya (Fee)
Terdapat banyak biaya yang mesti Anda bayarkan dalam bisnis ini. Pastikan semua biaya
tersebut dinyatakan dalam perjanjian berikut besarannya. Tiap franchisor menetapkan biaya
beragam, biasanya berupa Franchise Fee (initial fee), royalty fee on sales, dan regular
management fee. Biaya-biaya lain yang dimungkinkan adalah joint marketing fee. Perlakuan fee
tersebut harus ditulis dengan tegas besarannya, apakah flat atau progresif.

6. Dukungan (Support) dari Franchisor


Perjanjian-perjanjian harus memuat secara tegas dukungan yang dijanjikan oleh franchisor.
Dukungan-dukungan tersebut memuat diantaranya namun tidak terbatas pada :

 Dukungan sebelum memulai bisnis, seperti perijinan, pemilihan lokasi, riset awal, desain
toko, pencarian peralatan (equipment), rekruitment.
 Dukungan operasional, meliputi teknologi informasi, jaminan pasokan barang/jasa,
asuransi, standard operation & procedure (SOP), regular training, riset pasar, administrasi
serta laporan-laporan. Tentukan jadwal atau tanggal-tanggal dukungan itu dapat dipenuhi
oleh franchisor.
 Dukungan umum (general support), meliputi bantuan hukum, perpajakan.

7. Batasan-batasan (Restriction)
Mengingat franchise lebih sebagai duplikasi bisnis, maka dalam operasinya harus berdasarkan
SOP dari franchisor. Bagian ini harus memuat secara tegas apa yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan. Contoh, apakah Anda diperbolehkan menentukan harga berbeda? Apakah
diperbolehkan memiliki bisnis serupa? Adakah larangan menjalankan bisnis sejenis paska
habisnya perjanjian? Juga penting diperhatikan adalah bagaimana pasokan diperoleh, apakah
semuanya dari franchisor, atau diperbolehkan dari supplier lain. Apakah terdapat jaminan
pasokan dari franchisor.

8. Exit Strategy
Bagian akhir perjanjian sebaiknya memuat bagaimana jika terjadi pemutusan perjanjian lebih
awal dan dengan kondisi-kondisi seperti apa saja. Exit Strategy ini juga sebaiknya menjelaskan
apakah Anda diperbolehkan menjual/mengalihkan franchise yang telah Anda beli karena alasan-
alasan tertentu seperti kesulitan finansial misalnya

Contoh berikut (lihat gambar) ini adalah tahapan-tahapan dalam membeli franchise Domino’s
Pizzas di Amerika. Yang diambil dari situs http://www.ehow.com/how_2086845_buy-dominos-
pizza-franchise.html. Perhatikan Step-7, tanda-tangan kontrak perjanjian bahkan baru dilakukan
setelah franchisee mendapat program pelatihan bisnisnya.
Dokumen
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa dokumen legalitas perusahaan yang
wajib dimiliki perusahaan seperti ;

a. akta pendirian, SK Menteri Hukum dan HAM, Nomor Pokok


Wajib Pajak (NPWP), 
b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
c. Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP), 
d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan dokumen legalitas lainnya
tergantung dari setiap jenis usahanya masing-masing. Di bawah
ini Libera.id akan menjabarkan satu per satu mengenai jenis-jenis
dokumen legalitas yang perlu dimiliki bisnis startup.

1. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba

Deskripsi

Prospektus Penawaran Waralaba adalah keterangan tertulis dari Pemberi Waralaba


yang paling sedikit menjelaskan tentang identitas, legalitas, sejarah kegiatan,
struktur organisasi, keuangan, jumlah tempat usaha, daftar penerima waralaba, hak
dan kewajiban pemberi dan penerima waralaba.

STPW yang penerbitannya menjadi kewenangan Walikota meliputi:

STPW Penerima Waralaba Berasal dari Waralaba Dalam Negeri;

STPW Penerima Waralaba Lanjutan Berasal dari Waralaba Luar Negeri; dan

STPW Penerima Waralaba Lanjutan Berasal dari Waralaba Dalam Negeri.

Syarat
Persyaratan untuk Penerima Waralaba Lanjutan Berasal Dari Waralaba (Dalam /
Luar Negeri) Jenis Permohonan : Baru

1. BPJS Ketenagakerjaan

2. Scan Izin Usaha (IUTM)

3. Scan Prospektus Penawaran Waralaba

4. Scan STPW Pemberi Waralaba

5. Scan Perjanjian Waralaba

6. Scan Akte Pendirian Perusahaan

7. Scan Tanda Bukti Pendaftaran HKI

8. Scan KTP Pemilik Usaha (Asli)

9. Scan Komposisi Barang/Bahan Baku yang Diwaralabakan

10. Scan Komposisi Penggunaan Tenaga Kerja

11. Scan Prospektus Penawaran Waralaba dari Pemberi Waralaba Lanjutan

12. Scan Surat Kuasa dan KTP Asli Penerima Kuasa (Bila Diwakilkan)

Persyaratan untuk Penerima Waralaba Berasal Dari Waralaba (Dalam / Luar


Negeri) Jenis Permohonan : Baru

1. BPJS Ketenagakerjaan

2. Scan Izin Usaha (IUTM)

3. Scan STPW Pemberi Waralaba


4. Scan Perjanjian Waralaba

5. Scan Prospektus Penawaran Waralaba

6. Scan Prospektus Penawaran Waralaba dari Pemberi Waralaba

7. Scan Akte Pendirian Perusahaan

8. Scan Tanda Bukti Pendaftaran HKI

9. Scan KTP Pemilik Usaha (Asli)

10. Scan Komposisi Barang/Bahan Baku yang Diwaralabakan

11. Scan Komposisi Penggunaan Tenaga Kerja

12. Scan Surat Kuasa dan KTP Asli Penerima Kuasa (Bila Diwakilkan)

Sumber: DPMPTSP Kota Tangerang

Lihat Lengkap

Tahapan

1. Pemohon mengajukan permohonan pendaftaran secara online di


http://dpmptsp.tangerangkota.go.id/

Pemohon membuat akun pendaftaran dan akan mendapatkan username/password;


mengisi form pendaftaran; dan mengunggah/mengirim dokumen persyaratan.

2. Pemeriksaan berkas administrasi

Pemohon mendapatkan EMAIL persetujuan dan dapat mencetak Tanda Bukti


Pendaftaran (jika berkas sesuai) atau EMAIL penolakan (jika berkas tdk sesuai).
3. Peninjauan lokasi obyek izin

Pemohon mendapatkan EMAIL pemberitahuan jadwal peninjauan lokasi. Setelah


dilakukan peninjauan lokasi, Pemohon diminta memberikan persetujuan Berita
Acara.

4. Pemohon menerima SK Izin yang dikirim oleh kantor POS.

Sumber: DPMPTSP Kota Tangerang

Lihat Lengkap

Biaya

Tidak ada retribusi

Catatan Penting

Output : SK Kepala DPMPTSP dan Sertifikat

Masa berlaku : 5 tahun

Dokumen Referensi

Dasar Hukum

Peraturan Menteri Perdagangan No: 53/M-DAG/PER/8/2012 tentang


Penyelenggaraan Waralaba

Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perizinan dan


Pendaftaran Usaha Perindustrian dan Perdagangan
WARALABA
1. Pengertian
Waralaba yang dulu dikenal dengan istilah franchise sekarang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan
barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau
digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan
waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan
pengwaralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu
atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur
dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu
meliputi area tertentu.
1. Pengwaralaba
Pengwaralaba atau pemberi waralaba (franchisor), adalah badan usaha atau
perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas usaha
yang dimilikinya.
1. Hak Franchisor
2. Melakukan pengawasan jalannya franchise,
3. Memperoleh laporan berkala atas jalannya usaha franchise
franchisee tersebut,
4. Melaksanakan inspeksi pada usaha franchisee untuk memastikan semua
berjalan sebagaimana mestinya,
5. Sampai batas tertentu, mewajibkan franchisee dalam hal-hal tertentu
membeli barang-barang tertentu dari franchisor,
6. Mewajibkan franchisee merahasiakan, HAKI, penemuan, atau ciri khas
usaha franchise tersebut,
7. Mewajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan yang sejenis,
serupa, atau apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha franchise tersebut,
8. Menerima pembayaran royalty fee,
9. Meminta dilakukannya pendaftaran atas franchise yang diberikan
kepada franchisee,
10. Jika franchise berakhir, franchisor berhak meminta kepada franchisee untuk
mengembalikan semua data, informasi maupun keterangan yang
diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan franchise,
11. Jika franchise berakhir, franchisor berhak melarang kepada franchisee untuk
memanfaatkan lebih lanjut semua data, informasi, maupun keterangan yang
diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan franchise,
12. Jika franchise berakhir, franchisor berhak untuk tetap me-
wajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau
apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha franchise tersebut,
13. Pemberian franchise, kecuali yang bersifat eksklusif, tidak menghapuskan
hak franchisor untuk tetap memanfaatkan, menggunakan, atau melaksanakan
sendiri HAKI, penemuan, atau ciri khas franchise
14. Kewajiban Franchisor
15. Memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan HAKI,
penemuan, atau ciri khas franchise, misalnya sistem manajemen usaha, cara
penjualan atau cara penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteris-
tik franchise, dalam rangka pelaksanaan franchise yang diberikan tersebut,
16. Memberikan bantuan pada franchisee berupa pembinaan, bimbingan, dan
pelatihan kepada
 
1. Pewaralaba
Pewaralaba atau penerima waralaba (franchisee), adalah badan usaha atau
perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak
atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas yang dimiliki pemberi
waralaba.
1. Hak Franchisee
2. Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan HAKI,
penemuan, atau ciri khas franchise, misalnya sistem manajemen usaha, cara
penjualan, cara penataan atau cara distribusi yang merupakan
karakteristik franchise, dalam rangka pelaksanaan franchise yang diberikan.
3. Memperoleh bantuan dari franchisor atas segala macam cara pemanfaatan
dan penggunaan HAKI, penemuan, atau ciri khas franchise misalnya sistem
manajemen usaha, cara penjualan atau cara penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik franchise, dalam rangka pelaksanaan franchise yang
diberikan tersebut.
4. Kewajiban Franchisee
A. Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh fran-
chisor kepadanya guna melaksanakan HAKI, penemuan, atau ciri khas
usaha franchise tersebut,
5. Memberikan keleluasaan kepada franchisor untuk melakukan pengawasan
dan inspeksi berkala maupun secara tiba-tiba guna memastikan
bahwa franchisee telah melaksanakan franchise yang digunakan dengan baik,
6. Memberikan laporan berkala ataupun laporan khusus atas,
7. Sampai batas tertentu, membeli barang modal atau barang-barang tertentu
dari franchisor,
8. Menjaga kerahasiaan HAKI, penemuan, atau ciri khas
usaha franchise tersebut, baik selama ataupun setelah berakhirnya masa
pemberian franchise,
9. Melaporkan segala pelanggaran HAKI, penemuan, atau ciri khas
usaha franchise tersebut yang terjadi dalam praktik,
10. Tidak memanfaatkan HAKI, penemuan, atau ciri khas
usaha franchise tersebut selain dengan tujuan melaksanakan franchise yang
diberikan,
11. Melakukan pendaftaran franchise,
12. Tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau apa saja yang bisa
menimbulkan persaingan usaha, baik langsung maupun tidak langsung dengan
usaha franchise tersebut,
13. Melakukan pembayaran royalty fee yang telah disepakati bersama,
14. Jika franchise berakhir, mengembalikan semua data, informasi, maupun
keterangan yang diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan franchise,
15. Jika franchise berakhir, tidak lagi memanfaatkan lebih lanjut semua data,
informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee selama
pelaksanaan franchise,
16. Jika franchise berakhir, tidak lagi melakukan kegiatan yang sejenis, serupa,
atau apa saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha franchise
1. Jenis Waralaba
2. Waralaba dalam negeri
3. Waralaba luar negeri.
1. Bidang Waralaba
2. Waralaba Makanan; KFC, Wong Solo, Mc.D. dll.
3. Waralaba Mini Market (Misalnya: Indomaret, Indoalpha Yomart, Alfamart
dan lain-lain).
4. Waralaba Otomotif (Seperti Motor Bridal, Shop Drive dan lain-lain)
5. Pendidikan; Primagama, EF, dll.
6. Telematika (Information & Communication Technology); Inke, X4Print,
Veneta, Multiplus, Java NetCafe, Net Ezy dll.
1. Kriteria tertentu sebagai syarat mutlak untuk adanya waralaba,
2. Memiliki ciri khas usaha. Artinya suatu usaha yang memiliki keunggulan
atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain yang
sejenis dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas di maksud. Misalnya
sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan dsb.
3. Terbukti sudah memberikan keuntungan. Maksudnya bahwa usaha tersebut
berdasarkan pengalaman pemberi waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (
lima ) tahun dan telah mempunyai kiat – kiat bisnis untuk mengatasi masalah –
masalah dalam perjalanan usahanya, terbukti masih bertahan dan
berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.
4. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
yag dibuat secara tertulis. Dimaksud dengan standar atas pelayanan dan barang
dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis adalah  supaya
penerima waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas
dan sama ( standard operational procedure ).
5. Mudah diajarkan dan di aplikasikan. Maksudnya usaha tersebut mudah
dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman
atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik
sesuai dengan bimbingan operasional dan manajeman yang berkesinambungan
yang diberikan oleh pemberi waralaba.
6. Adanya dukungan yang berkesinambungan yaitu dukungan dari pemberi
waralaba kepada penerima waralaba secara terus – menerus seperti bimbingan
operasional, pelatihan, dan promosi
7. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar yaitu HKI yang terkait dengan
usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang, sudah di daftarkan
dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi
yang berwenang.
1. Biaya waralaba
Biaya waralaba meliputi:
1. Ongkos awal, dimulai dari Rp10 juta hingga Rp1 miliar. Biaya ini meliputi
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat
usaha sesuai dengan spesifikasi pengwaralaba dan ongkos penggunaan HAKI.
2. Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba
operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari
penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10
persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu
dipertanggungjawabkan.
1. Pengembangan Perusahaan
Pengembangan usaha waralaba di Indonesia, dibutuhkan sistem waralaba yang
baik, dan peningkatan kreatifitas untuk menciptakan efisiensi usaha waralaba. 
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI) akan mendorong
para usaha waralaba untuk terus berkembang di Indonesia. Salah satunya dengan
menyediakan fasilitator guna melayani perkembangan para pengusaha waralaba di
Indonesia. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan berupaya
menghasilkan regulasi yang mendukung perkembangan usaha waralaba di
Indonesia.
 
1. Lembaga Pembiayaan Waralaba
2. Perbankan
3. Grup Investor
4. Modal Ventura
5. Kredit Tanpa Agunan
6. Perbankan Syari’ah
7. Dana Pensiun
8. Credit Card
9. Franchisor
10. Franchisee Group
11. Go Public
12. Franchise Your Business
13. Prosedur Pengajuan Kredit Modal Kerja
Syarat utama untuk mendapatkan kredit waralaba ini pada dasarnya sama, yakni
bisnis yang hendak dibiayai harus memiliki prospek yang bagus. Hal ini
merupakan prinsip yang dipegang oleh setipa bank dalam menyalurkan kreditnya.
Selain syarat utama tersebut, ada beberapa persyaratan lain dan dokumen yang
harus dipenuhi oleh calon debitur, yakni:
1. Mengajukan proposal atau rencana usaha,
2. Fotokopi identitas pribadi (KTP dan KK),
3. Fotokopi NPWP pribadi atau perusahaan,
4. Fotokopi rekening koran/tabungan,
5. Fotokopi surat tanda pendaftaran waralaba (STPW),
6. Surat rekomendasi dari franchisor.
7. Pola Kemitraan
Waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba
memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan
manajemen. Dalam pola ini UB yang bertindak sebagai pemberi waralaba
menyediakan penjaminan yang diajukan oleh UKM sebagai penerima waralaba
kepada pihak ketiga.
Kerjasama bisnis dengan model franchise merupakan kerja sama yang didasarkan
pada asas kepercayaan dan transparansi. Franchisor harus percaya akan
kemampuan franchisee dalam mengelola gerainya. Sebaliknya, franchisee juga
percaya bahwa bisnis yang dikembangkan franchisor betul-betul bisnis yang
prospektif dan menguntungkan. Dalam mekanisme operasionalnya, kedua belah
pihak juga harus percaya bahwa masing-masing memiliki iktikad baik untuk
bekerjasama dan berbagi keuntungan maupun risiko. Kepercayaan muncul dari
iktikad baik. Namun membangun kepercayaan saja tidaklah cukup. Perlu ada
instrumen hukum untuk melindungi hak-hak baik
pihak franchisor maupun franchisee dalam kerja sama mereka. Perlu ada kekuatan
hukum untuk “memaksa” kedua belah pihak tetap menyeimbangkan hak dan
kewajiban masing-masing. Selain itu, yang paling penting, franchisee harus tetap
membuka mata untuk memperhatikan huruf demi huruf dari
perjanjian franchise yang hendak tangani.
 
Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook

This entry was posted on 2 Februari 2015, in Kelas XII. Bookmark the permalink.Tinggalkan komentar

Anda mungkin juga menyukai