Anda di halaman 1dari 22

Franchise

(Waralaba)

DISUSUN UNTUK TUGAS KULIAH

HUKUM BISNIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya sektor
perekonomian yang semakin meningkat, dinamis dengan penuh persaingan
serta tidak mengenal batas-batas wilayah. Berbagai bisnis yang dijalankan
dengan mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman
sekarang ini diperlukannya hukum untuk menaungi dan melindungi dengan
tujuan untuk mewujudkan rasa keadilan sosial dan adanya kepastian hukum,
bukan hanya sekedar mencari keuntungan (profit oriented) tetapi ada
pertanggungjawaban terhadap dampak yang ditimbulkan dari operasional
bisnis secara menyeluruh tersebut.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para
bisnisman dan orang-orang yang ingin terjun langsung di dunia bisnis
hendaknya terlebih dahulu mengetahui dan memahami hukum bisnis secara
detail agar bisnis yang ditekuni berjalan dengan baik dan memberikan manfaat
bagi dirinya dan menyejahterakan masyarakat pada umumnya.
Di Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang yang lain,
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.
Untuk itu pengembangan pada sektor ekonomi menjadi tumpuan utama agar
taraf hidup rakyat menjadi lebih mapan. Pembangunan ekonomi merupakan
pengolahan kekuatan ekonomi riil dimana dapat dilakukan melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi dan kemampuan berorganisasi atau
manajemen.
Syahrin Naihasy mengatakan lebih lanjut bahwa sejak perekonomian
dunia telah mengalami perubahan yang sangat dahsyat dan kini dunia,
termasuk Indonesia, menyaksikan fase ekonomi global yang bergerak cepat
dan telah membuka tabir lintas batas antar Negara. Dapat dikatakan bahwa
dunia usaha adalah sebagai tumpuan utama yang dipergunakan sebagai pilar
dan dilaksanakan dengan berbagai macam cara yang sekiranya dapat
memupuk
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Defenisi & Elemen Waralaba ?
2. Bagaimana Beberapa Terminologi Waralaba ?
3. Bagaimana Model Menjadi Terwaralaba Pada Usaha Waralaba ?
4. Bagaimana Jenis – Jenis Usaha Waralaba ?
5. Bagaimana Prinsip Dasar Usaha Waralaba &Pertimbangan Dalam
Membeli Waralaba ?
6. Bagaimana Kiat Memilih Pewaralaba & Proses Pendirian Usaha Waralaba
?
7. Bagaimana Kriteria Untuk Mengajukan Usaha Waralaba ?
8. Bagaimana Pro Kontra Usaha Waralaba ?
9. Bagaimana Positif dan Negatif Usaha Waralaba ?
10. Bagaimana Insiprasi Cerita ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami Defenisi & Elemen Waralaba
2. Untuk memahami Beberapa Terminologi Waralaba
3. Untuk memahami Model Menjadi Terwaralaba Pada Usaha Waralaba
4. Untuk memahami Jenis – Jenis Usaha Waralaba
5. Untuk memahami Prinsip Dasar Usaha Waralaba &Pertimbangan Dalam
Membeli Waralaba
6. Untuk memahami Kiat Memilih Pewaralaba & Proses Pendirian Usaha
Waralaba
7. Untuk memahami Kriteria Untuk Mengajukan Usaha Waralaba
8. Untuk memahami Pro Kontra Usaha Waralaba
9. Untuk memahami Positif dan Negatif Usaha Waralaba
10. Untuk memahami Insiprasi Cerita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi & Elemen Waralaba


1. Defenisi
Franchise atau Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-
an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan
distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal,
namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini
di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses,
John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang
mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri
otomotif AS, Generals Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah
sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan
kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif
antar pabrikan mobil dengan dealer.
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap
saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer
membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson
bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran
modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri
menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan
membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam
perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan
terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai
format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba
generasi kedua.
Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara
asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis
diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel
yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh
J.Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis
waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam
menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama,
tidak berdasarkan SARA.
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya
sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur,
namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya .
Sistem bisnis franchise pada saat ini tidak hanya pada penjualan produk
dalam bentuk barang tetapi sudah berkembang pada penjualan ide atau jasa.
Yang penting dalam perkembangan franchise saat ini adalah bagaimana
mengembangkan konsep atau ide franchisor agar dapat dikembangkan oleh
franchisee dengan mutu, standar dan keseragaman tetap terjaga.
Franchising atau waralaba (dari bahasa Prancis untuk kejujuran atau
kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud
dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI)
atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Sedangkan
menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana
pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan
untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-
cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi
area tertentu.
International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise
sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchisee, di mana
franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang
usaha yang dijalankan oleh franchisee (Alon, 2006). Sedangkan menurut
British Franchise Association franchise didefinisikan sebagai garansi lisensi
kontraktual antara satu orang (franchisor) dengan pihak lain (franchisee).
Para pakar memberikan beberapa pengertian tentang waralaba
diantaranya:
1. M. Jafar mengemukakan pengertian waralaba adalah pola hubungan
kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha
yang memberikan hak lisensi, merek, saluran distribusi perusahaannya
kepada mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai dengan
bantuan teknis bimbingan manajemen.
2. Yoseph Mancuso Mengemukakan pengertian waralaba adalah Franchise
merupakan suatu istilah yang menunjukan hubungan antara dua pihak atau
lebih guna mendistribusikan barang atau jasa.
3. Douglas J. Quen mengatakan bahwa franchise ialah suatu metode
perluasan, pemasaran dan bisnis, yaitu perluasan dan distribusi produk
serta pelayanan dengan membagi bersama standar pemasaran dan
operasional.
4. Dalam buku ensikopledi manajemen mengungkapkan pengertian waralaba
adalah hak istimewa atau hak khusus yang diberikan oleh pemerintah
untuk mengoperasikan pelayanan kendaraan untuk umum, misalnya motor
dan jalan di kota tertentu. Dan istilah inipun kadang-kadang dipergunakan
untuk menunjukan hak istimewa oleh organisasi swasta, misalnya
pemberian wilayah eklusif pada agen penjualan oleh suatu perusahaan
swasta.
Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan
yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas
usaha yang dimilikinya. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan
usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas
yang dimiliki pemberi waralaba.
Pada saat ini dapat dikatakan bahwa franchising merupakan salah satu
segi pemasaran dari banyak kemungkinan cara memasarkan usaha yang
sedang berkembang pesat. Franchising adalah sebuah bentuk jaringan bisnis,
jaringan yang terdiri dari banyak pengusaha yang bekerja dengan sebuah
sistem yang sama.
Salah satu keuntungan bisnis franchising ini adalah penerima waralaba
tidak perlu lagi bersusah payah mengembangkan usahanya dengan
membangun citra yang baik dan terkenal. Ia cukup menumpang pada pamor
yang sudah terkenal dari pemilik waralaba(franchisor), sehingga demikian
penerima waralaba(franchisee) yang umumnya adalah pengusaha kecil akan
menikmati kesukseskan dan keberuntungan dari perusahaan berskala besar
tanpa harus melaksanakan sendiri suatu riset dan pengembangan, pemasaran
dan promosi yang biasanya memerlukan biaya yang sangat besar yang tidak
mungkin dipikul oleh pengusaha kecil tersebut
Oleh karena sistem yang disediakan tersebut, seorang pemilik modal
atau perusahaan tidak harus memulai usahanya dari nol, sehingga resiko
kegagalan dari usaha pemilik modal menjadi sangat kecil. Dengan keuntungan
dan keunggulan yang ditawarkan dengan model bisnis franchise ini, banyak
masyarakat pemilik modal yang memang pada awalnya sudah menyiapkan
dananya untuk membuka usaha menjadi tertarik untuk menginvestasikan
dananya kedalam format bisnis ini. Tanpa memperhatikan lagi sisi-sisi
kelemahan dan resiko atas bisnis ini.
Meskipun resiko kegagalan dari pemilik modal sangat kecil, namun
bukan berarti format usaha seperti ini bebas dari resiko. Salah memilih
fanchisee bisa berbahaya, karena franchisee yang tidak tepat bisa menghambat
dalam pengembangan usaha, merusak citra merk franchisor, mencuri sistem
bisnis francishor dan menerapkannya dalam usaha yang sejenis sehingga
menjadi kompetitor bagi franchisor. Franchisee pun dapat terancam apabila
franchisor membuka usaha baru yang sejenis dengan usaha yang telah ia
serahkan kepada franchisee sehingga menjadi kompetitor bagi franchisee.
2. Elemen Waralaba
Berikut adalah 2 elemen dalam bisnis waralaba:
1) Franchisor (pemilik bisnis/pemberi waralaba). pemilik merk
dagang/usaha yang memberikan hal penjualan kepada pihak lain, bisa
berupa badan usaha ataupun perseorangan.
2) Franchisee (pembeli franchise/penerima waralaba). pihak pembeli
waralaba yang menerima hak untuk menjalankan bisnis dari franchisor,
bisa berupa badan usaha ataupun perseorangan.
Dalam waralaba, pemilik bisnis atau yang dikenal dengan sebutan
franchisor menggunakan uang sang pembeli franchise (franchisee) untuk
mengembangkan bisnisnya. Sebagai barternya, ia menyediakan sistem bisnis
yang sudah siap jalan kepada pihak franchisee. Dengan demikian, franchisee
dapat berbisnis dengan merk, sistem, dan prosedur yang sudah ada sehingga
tidak perlu membangun dari nol lagi.

B. Beberapa Terminologi Waralaba


Waralaba sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu, waralaba dalam negeri
dan waralaba luar negeri atau asing. Waralaba dalam negeri yang berbentuk
retail mini outlet yang ada di Indonesia diantaranya Alfamart, Indomaret yang
tersebar di pelosok Indonesia. Untuk waralaba di bidang makanan diantaranya
Wong Solo, CFC, Sapo Oriental dll. Waralaba asing yang saat ini ada di
Indonesia diantaranya Lawson dan 7eleven. Kedua waralaba asing ini
memiliki kesamaan dalam konsep pemasaran dimana bukan hanya menjual
produk retail, melainkan juga menawarkan konsep cafe yang menjual
makanan minuman siap saji. Beberapa terminologi berkaitan dengan usaha
waralaba:
1) Franchise Contract adalah perjanjian hukum antara pewaralaba dengan
terwaralaba
2) Franchise adalah hak-hak istimewa yang diatur dalam perjanjian waralaba.
3) Franchisee (terwaralaba) adalah pihak yang mendapatkan hak untuk
menjalankan usaha waralaba yang kekuasaannya dibatasi berdasarkan
perjanjian dengan pewaralaba.
4) Franchisor (pewaralaba) adalah pihak yang memiliki bisnis dan penjual
hak waralaba kepada terwaralaba. Pewaralaba adalah pihak didalam
kontrak waralaba yang menentukan sistem untuk diikuti dan syarat-syarat
yang disepakati oleh pihak lain yang terlibat.
C. Model Menjadi Terwaralaba Pada Usaha Waralaba
Punya bisnis sendiri menjadi impian bagi banyak orang. Namun,
banyak juga yang menahan impian untuk memulai bisnis sendiri dengan
menimbang banyaknya tantangan yang dihadapi. Berbagai contoh tantangan
yang bakal dihadapi oleh pebisnis pemula biasanya mencakup ketersediaan
modal dan sumber daya, ide bisnis, termasuk strategi pemasaran.
Untuk menyiasati berbagai tantangan tersebut, mungkin anda perlu
mengenal model bisnis yang sudah lama ada dan kian berkembang, yaitu
model bisnis kemitraan atau waralaba.
Model bisnis kemitraan ini sudah ada sejak 1930-an saat Howard
Deering Johnson memperkenalkan franchising dengan restauran McDonald-
nya. Bisnis waralaba secara definisi adalah model bisnis yang menjadi
jembatan antara pemilik merek dengan pemodal. Dengan model waralaba,
pemilik merek memberikan hak kepada pemodal untuk menjalankan usahanya
termasuk penggunaan merek berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
Di Indonesia istilah waralaba dapat ditemukan dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Waralaba.
Dalam peraturan tersebut, disebutkan jika waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang
telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak
lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Sementara itu, menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba adalah
suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan
pewaralaba atau franchisor yang memberikan hak kepada individu atau
perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur
dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu.
Jadi di dalam waralaba adalah pemberi waralaba dan ada pula penerima
waralaba. Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha
yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba
yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba. Sementara Penerima Waralaba
adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh Pemberi
Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang
dimiliki Pemberi Waralaba.
Penerima waralaba tentu memiliki sejumlah kewajiban seperti
membayar biaya royalti, biaya pengadaan peralatan pendukung usaha,
pengadaan bahan baku, dan biaya lain yang disepakati dalam perjanjian. Jika
anda tertarik untuk mulai menjalankan bisnis dengan model waralaba, maka
yang wajib diperhatikan oleh penerima waralaba adalah bisnis tersebut telah
1) Memiliki Ciri Khas Usaha;
2) Terbukti sudah memberikan keuntungan;
3) Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
yang dibuat secara tertulis;
4) Mudah diajarkan dan diaplikasikan;
5) Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan
6) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang telah didaftarkan
D. Jenis – Jenis Usaha Waralaba
Menurut produk yang ditawarkannya, bisnis waralaba terbagi ke dalam
3 jenis, yaitu:
1. Waralaba Produk
Sudah tentu bisnis waralaba yang satu ini akan menawarkan atau
menjual sebuah produk atau benda tertentu. Contoh yang biasa kita temui
adalah: minuman thai tea, coffee shop, fried chicken, kedai kebab dan lain
sebagainya.
2. Waralaba Jasa
Jika waralaba produk akan menjual produk dalam bentuk barang,
maka waralaba jasa sudah pasti menjual produk dalam wujud layanan jasa
tertentu. Contohnya: salon, tempat les atau pelatihan tertentu, dan lain-lain
3. Waralaba Gabungan
Merupakan jenis bisnis waralaba yang mencampurkan antara
waralaba produk dan jasa dalam penawaran produknya. Contoh: salon
yang juga menjual dan memiliki alat kosmetik sendiri.
Waralaba Berdasar Lokasi Asal
Sementara itu, jika dibagi berdasarkan lokasi asalnya, bisnis waralaba
terbagi ke dalam 2 macam, yaitu:
1. Waralaba Mancanegara
Waralaba jenis ini akan menjual brand yang berasal dari luar
negeri. Contohnya: McD, KFC, dan yang lainnya.
2. Waralaba Dalam Negeri
Jenis waralaba ini adalah bisnis yang menjual produk hasil karya
anak negeri yang sudah memiliki brand yang dikenal di benak masyarakat.
Contohnya: indomaret, alfamart dan lain sebagainya.
Jenis Waralaba Berdasarkan International Franchise Association
Ada pula bisnis franchise jika dikelompokkan menurut International
Franchise Association (IFA), yaitu:
1) Product Franchise

Yaitu usaha waralaba dimana pemilik brand memiliki kontrol


penuh terhadap pihak yang menjual kembali atau mendistribusikan
produknya. Biasanya, dalam kesepakatan antara pihak pemilik dan
distributor atau pebisnis waralaba tersebut ada kesepakatan berupa
pebisnis waralaba atau franchise bisa mendapatkan hak untuk
menggunakan merek dan hak ciptanya, namun sebelumnya membayar
sejumlah uang tertentu.
2) Manufacturing Franchisee

Jenis bisnis waralaba yang berikutnya ini merupakan hak yang


dimiliki franchisee untuk membuat produksi produk dari brand tertentu
yang dimiliki franchisor. Kita sebagai pebisnis waralaba memiliki hak
untuk mencampur atau mengolah bahan baku yang telah disediakan oleh
pemilik brand tersebut.
3) Business Opportunity Ventures

Dalam bisnis waralaba yang satu ini, kita diwajibkan untuk


membeli serta mendistribusikan atau memasarkan berbagai produk yang
berasal dari perusahaan tertentu.
4) Business Format Franchising

Untuk jenis bisnis waralaba yang terakhir ini, bisa dibilang sebagai
format yang menyeluruh atau lengkap. Dimana franchisee akan menjual
produk milik franchisor dengan menjalankan kesepakatan atau cara dan
sistem yang disesuaikan dengan franchisor tersebut
E. Prinsip Dasar Usaha Waralaba &Pertimbangan Dalam Membeli
Waralaba
1. Prinsip Dasar
Jika setiap pemilik waralaba mengikuti prinsip-prinsip ini dari desain
dan awal waralaba mereka untuk pertumbuhan dan pengembangannya,
waralaba mereka akan berkembang.
a) Mengungkapkan manfaat berinvestasi dalam waralaba tanpa
mengucilkan
Dalam pemasaran dan penjualan waralaba jujur dan hindari
menciptakan harapan palsu. Setelah 35 tahun dalam industri waralaba,
salah satu kesalahan paling sering yang pernah saya lihat, adalah
menyiratkan bahwa mencapai kesuksesan waralaba lebih mudah
daripada yang sebenarnya. Lebih baik kehilangan kandidat untuk
representasi atau pengungkapan yang jujur, daripada mendapatkan
franchisee baru berdasarkan harapan yang tidak realistis.

b) Melatih dan siapkan waralaba baru dengan benar Semua franchisee


baru harus dilatih dengan baik dan siap sepenuhnya untuk
mengendalikan waralaba baru. Beberapa waralaba startup berhemat
dalam pelatihan, karena kurangnya modal atau untuk menghemat uang.
Jika pemilik waralaba tidak dapat memberikan pelatihan berkualitas
kepada pewaralaba baru mereka, lebih baik menunggu hingga mereka
dapat. Setelah pelatihan, mayoritas franchisee baru berdiri sendiri.
c) Franchisors dapat mencapai ROI yang menguntungkan tanpa harus
memberikan kinerja yang luar biasa Ketika membangun elemen dari
waralaba baru, itu harus terstruktur sehingga franchisee dapat
menghasilkan uang. Perusahaan yang menambah biaya royalti dan
biaya lain ke dalam operasi perusahaan yang sedikit menguntungkan,
akan membuat banyak waralaba baru mereka gagal. Tujuannya tidak
bisa lebih jelas.
d) Ukur kinerja waralaba Evaluasi kinerja keuangan waralaba secara
terjadwal. Tanpa mengetahui bagaimana kinerja franchisee, akan sulit
jika tidak mustahil untuk mengetahui seberapa baik kinerja program
waralaba secara keseluruhan. Tanpa pengetahuan ini, seorang pemilik
waralaba akan kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan strategis yang penting.
e) Pikirkan keuntungan jangka panjang dibandingkan dengan manfaat
jangka pendek. Sebelum membuat keputusan penting yang akan
memengaruhi pewaralaba, penting untuk mengukur secara akurat
dampak perubahan yang akan terjadi pada masing-masing waralaba
dan jaringan secara keseluruhan
2. Pertimbangan
Usaha waralaba yang dilakukan dengan pertimbangan yang baik
dan matang akan menjadi peluang yang sangat menguntungkan bagi
pelaksananya. Namun, jika waralaba tidak dibarengi dengan pertimbangan
yang baik, maka jenis bisnis ini hanya akan mengundang risiko dan
kerugian dalam hidup kita.
F. Kiat Memilih Pewaralaba & Proses Pendirian Usaha Waralaba
1. Kiat Memilih Pewaralaba
Dalam menentukan bisnis waralaba yang akan Anda pilih, butuh kiat-
kiat khusus agar bisa mendapatkan keuntungan yang besar dengan modal yang
terbatas. Berikut adalah cara-cara dalam memilih bisnis waralaba agar
meminimalisasi risiko kerugian.
a) Bangun Bisnis Sesuai Modal
Modal adalah hal utama dalam membangun bisnis waralaba. Ini bisa
menjadi kendala di mana orang mempunyai mimpi untuk mendirikan
usaha sendiri tapi tak ada modal. Namun, Anda bisa melakukan pinjaman
di bank. Jika menggunakan pinjaman dari bank, sebaiknya tentukan paket
waralaba yang masih bisa dijangkau oleh Anda dan pikirkan pula
kemampuan dalam mengangsur tiap bulannya. Hal ini dilakukan agar
Anda tidak mengalami kerugian dan tetap bisa mengangsur.
b) Sesuaikan dengan minat atau hobi Anda
Pilihlah bisnis waralaba yang sesuai dengan minat atau hobi Anda.
Memulai bisnis dalam bentuk apa pun akan lebih baik jika sesuai dengan
hati. Anda akan menikmati setiap prosesnya dan tidak ada unsur paksaan
di dalamnya. Jangan terlalu mengikuti orang lain kalau sebenarnya Anda
tidak minat pada bisnis itu. Contohnya, jika Anda senang dalam bidang
kuliner, Anda bisa memulai bisnis waralaba dengan membuka restoran
atau kedai kopi.
c) Pilih harga produk waralaba yang terjangkau
Harga produk waralaba juga perlu diperhatikan ketika ingin memulai
bisnis. Jangan memilih waralaba yang menetapkan harga tinggi dan tidak
sesuai dengan kondisi ekonomi di sekitar bisnis Anda. Hal ini dapat
membuat tidak adanya konsumen yang membeli karena harga yang terlalu
tinggi.
d) Izin bisnis waralaba harus legal
Pastikan surat-surat yang berkaitan dengan izin bisnis waralaba
tersebut jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Jangan sampai tersangkut
kasus hukum. Hal ini bisa membuat Anda mengalami kerugian.
e) Kompetisi
Pertimbangkan tingkat kompetisi bisnis waralaba yang ingin Anda
jalankan. Jika di lokasi tersebut sudah ada yang menawarkan produk
sejenis dengan produk Anda, bisa jadi lokasi itu tidak tepat untuk Anda
pilih. Sebaiknya, usahakan cari lokasi yang sebelumnya tidak ada produk
sejenis dengan produk Anda.
f) Pilih lokasi yang tepat dan strategis
Pemilihan lokasi yang tepat merupakan hal yang sangat penting
dalam menjalankan sebuah bisnis waralaba. Jika lokasi yang Anda pilih
strategis, maka akan mendatangkan konsumen yang banyak. Carilah lokasi
di tempat ramai seperti pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, pusat
perkantoran, dan lain-lain. Selain mendatangkan konsumen yang banyak,
lokasi ini juga dapat meningkatkan omzet yang tingg
2. Proses Pendirian Usaha Waralaba
Pendaftaran usaha franchise atau waralaba telah diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan (Permendag) No.31/M-DAG/PER/8/2008 tentang
Penyelenggaraan Waralaba. Sebelum dapat membuat izin usaha franchise ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu syarat pra-kontrak, syarat
administratif, dan juga syarat teknis. Berikut adalah rincian :
Syarat Pra-kontrak
a) Identitas pemilik franchise
b) Dokumen hukum
c) Riwayat bisnis
d) Struktur organisasi
e) Audit neraca dua tahun terakhir (kecuali usaha mikro dan kecil)
f) Jumlah bisnis franchise
g) Daftar franchise
Syarat Administratif
Form Permohonan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (disertai cap
perusahaan, tanda tangan Direktur, dan materai)
a) FC KTP Pemohon dengan KTP yang asli
b) FC prospektus penawaran waralaba
c) FC perjanjian waralaba
d) FC izin usaha
e) FC tanda bukti pendaftaran HAKI
f) Detail penggunaan tenaga kerja
g) Komposisi barang/bahan baku yang diwaralabakan
h) Surat kuasa bermaterai (bila diurus pihak ketiga).
i) Surat Kuasa Pengurusan (bila dilalui perantara)
j) FC Akta pendirian untuk badan hukum
k) FC NPWP Pribadi dan NPWP Perusahaan.
l) Tanda bukti keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.
Syarat Teknis
a) Surat rekomendasi dari Dinas Perdagangan.
b) 80% dari peralatan bisnis dan barang dagangan dalam bisnis franchise
harus diproduksi di dalam negeri.
c) Pemilik waralaba harus bekerja sama dengan perusahaan skala kecil dan
menengah untuk memenuhi persyaratan pemilik franchise.

G. Pro Kontra Usaha Waralaba


Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya bahwa banyak orang
yang memuji bisnis waralaba ini. Jadi, akankah lebih baik jika kita membahas
tentang alasan-alasan mengapa orang-orang menjadi pro terhadap bisnis
waralaba atau franchise ini.
1. Waralaba Menawarkan Tingkat Kegagalan yang Rendah.

Setiap ada bisnis baru yang berkembang dengan pesat, pastinya


bisnis tersebut akan menjadi pusat perhatian bagi para pebisnis atau
wiraswasta lainnya. Ini bukan hanya menjadi pusat perhatian, namun
mereka akan mencari tahu apakah bisnis tersebut dapat menjadi bisnis
waralaba, sehingga mereka bisa membangun bisnis yang serupa dengan
memberikan imbalan lisensi tahunan kepada pemilik waralaba atau
perusahaan induk.
Seringkali bisnis waralaba diambil dari bisnis yang memang sudah
berkembang dan populer sebelumnya, sehingga para pebisnis pun merasa
tidak takut untuk membangun waralaba atau franchise. Dengan kata lain,
waralaba menawarkan tingkat kegagalan yang rendah kepada para pebisnis
yang mau menjalankan waralabanya, karena jenis bisnis tersebut sudah
teruji kesuksesannya. Selain itu berdasarkan data statistik yang banyak
tersebar, waralaba memiliki peluang sukses yang jauh lebih tinggi
dibandingkan bisnis baru yang dibangun secara mandiri.
2. Waralaba Memberi Kekuatan Pasar dari Perusahaan Induk.

Tanpa harus pusing-pusing memikirkan strategi pasar untuk


menarik perhatian pembeli dan pelanggan, orang-orang yang melakukan
bisnis waralaba akan mendapatkan manfaat dari daya beli kolektif yang
berasal dari perusahaan induk atau perusahaan utama yang memprakarsai
bisnis tersebut lebih awal. Disadari atau tidak, perusahaan induk akan
memberikan kekuatan pasar yang luar biasa kepada para pewaralaba-nya.
Dengan demikian, bagi kita yang menjalankan bisnis waralaba akan lebih
terbantu untuk mengikuti rekam jejak kesuksesan yang dimiliki
perusahaan induk.
3. Waralaba akan Memberikan Bantuan Bisnis yang Menguntungkan.

Menjadi pemilik waralaba bukan hanya sedang menjalankan bisnis


yang rendah tingkat kerugiannya, namun para pebisnis waralaba juga akan
mendapatkan bantuan berharga bagi bisnis mereka sepanjang masa.
Sebagai contoh, ketika kita menjalankan bisnis waralaba, kita akan
mendapatkan peralatan, persediaan serta instruksi-instruksi penting yang
diperlukan untuk memulai bisnis kita. Eits, tidak hanya itu loh rekan-
rekan. Seringkali kita akan mendapatkan pelatihan secara berkelanjutan
yang diadakan oleh para perusahaan induk. Selain itu, ketika perusahaan
induk membuat pemasaran besar-besaran dalam tingkat nasional, tentunya
kita juga akan menuai manfaat dari pemasaran tersebut. Dengan begitu,
pelanggan kita akan semakin bertambah dari hari ke hari.
4. Waralaba akan Membuat Bisnis Kita Menjadi Lebih Cepat Populer.

Tanpa harus susah payah untuk membangun bisnis yang populer di


mata masyarakat, bisnis waralaba sudah memberi peluang ini kepada kita
sejak awal. Dengan kata lain, memiliki waralaba sama saja seperti
membeli bisnis dengan bonus pelanggan setia yang sudah termasuk dalam
paket bisnis tersebut.
5. Profit yang Tinggi dan Lebih Cepat Didapatkan.

Keuntungan waralaba terakhir adalah pengembalian investasi atau


yang biasa kita sebut sebagai Return on Investment (ROI) yang akan
terjadi dengan sangat cepat dan dalam jumlah yang tinggi jika kita benar-
benar fokus dengan bisnis waralaba yang kita terapkan. Apabila
keuntungan yang didapatkan memang lebih terjamin, siapa sih yang tidak
akan tertarik untuk membangun bisnis waralaba?

H. Positif dan Negatif Usaha Waralaba


Membeli waralaba dapat menjadi alternatif untuk memulai bisnis anda
sendiri. Di bawah ini adalah beberapa keuntungan dan kerugian dari membeli
waralaba.
Keuntungan berbisnis waralaba:
1. Memberikan manfaat jaringan bisnis yang luas bagi pemiliki usaha kecil.
2. Kita tidak terlalu membutuhkan pengalaman bisnis yang memadai untuk
menjalankan sebuah bisnis waralaba. Penjual waralaba akan memberikan
pelatihan yang kita butuhkan dalam menjalankan bisnis tersebut.
3. Pelaku bisnis waralaba memiliki peluang sukses yang lebih cepat dari pada
pelaku bisnis yang memulai usaha sendiri dari nol.
4. Untuk jenis usaha dengan skala yang sama, anda akan membutuhkan dana
yang lebih kecil jika ikut waralaba ketimbang memulai usaha sendiri dari
nol.
5. Bisnis waralaba sering kali telah memiliki reputasi dan citra yang mapan,
manajemen dan praktik kerja yang terbukti, akses ke iklan nasional dan
dukungan kerja secara berkelanjutan.
Kerugian berbisnis waralaba:
1. Membeli waralaba berarti membuat perjanjian formal dengan pemilik
waralaba anda, perjanjian tersebut baik secara hukum maupun tata kelola
finansial.
2. Perjanjian waralaba akan mendikte dan mengatur cara dan langkah anda
dalam menjalankan bisnis, tidak akan ada banyak ruang untuk
meningkatkan kreativitas anda dalam bisnis tersebut.
3. Penjual waralaba biasanya akan memberikan batasan-batasan tentang
dimana saja anda boleh menjual produk-produknya, jenis produk apa saja
yang boleh anda jual, dan pemasok mana saja yang boleh anda gunakan.
4. Performa atau kinerja buruk dari pembeli waralaba lain juga akan
menurunkan reputasi bisnis waralaba anda.
5. Membeli waralaba berarti anda harus siap untuk membagi keuntungan
dengan penjual waralaba anda.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu keuntungan bisnis franchising ini adalah penerima waralaba
tidak perlu lagi bersusah payah mengembangkan usahanya dengan
membangun citra yang baik dan terkenal. Ia cukup menumpang pada pamor
yang sudah terkenal dari pemilik waralaba(franchisor), sehingga demikian
penerima waralaba(franchisee) yang umumnya adalah pengusaha kecil akan
menikmati kesukseskan dan keberuntungan dari perusahaan berskala besar
tanpa harus melaksanakan sendiri suatu riset dan pengembangan, pemasaran
dan promosi yang biasanya memerlukan biaya yang sangat besar yang tidak
mungkin dipikul oleh pengusaha kecil tersebut
B. Saran
Pada pelaksanaan perjanjian franchise atau waralaba kedua belah pihak
harus menuangkan segala bentuk hak dan kewajiban sebagaimana yang
disepakati bersama dalam ketentuan franchiseagreement, dan mematuhi isi
dari kontrak, jangan sampai terjadi pemutusan secara sepihak
olehfranchisor atau menolak untuk memperbaharui perjanjian dan kemudian
mendistribusikan sendiriproduknya di wilayah franchise.
Dalam hal terjadi pemutusan perjanjian franchise secara sepihak
oleh franchisor sebelum berakhirnya kontrak sebaiknya diselesaikan secara
arbitrase atau non ligitasi karena prosesnya cepat, tidak memakan waktu, dan
keputusan yang dibuat bersifat privat sehingga dapat menghindari kerusakan
hubungan antara franchisor dan franchisee.

DAFTAR PUSTAKA

Adolf Huala. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, PT


Refika Aditama, Bandung, 2010.
Amir Karamoy. Waralaba Jalur Bebas Hambatan Menjadi
Pengusaha Sukses, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2011.
Marbun, BN. Membuat Perjanjian yang Aman dan Sesuai Hukum,
Puspa Swara, Jakarta, 2010.
Margono Suyud. Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual,
Nuansa Aulia, Bandung, 2010.
Miru, Ahmadi. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,
Rajawali Pers, Jakarta, 2011.
Saidin OK, H. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
(Intellectual Property Rights), RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
Salim, H.S. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar Grafika,

Anda mungkin juga menyukai