Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya
sektor perekonomian yang semakin meningkat, dinamis dengan penuh
persaingan serta tidak mengenal batas-batas wilayah. Berbagai bisnis
yang dijalankan dengan mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena
itu bisnis di zaman sekarang ini diperlukannya hukum untuk menaungi
dan melindungi dengan tujuan untuk mewujudkan rasa keadilan sosial
dan adanya kepastian hukum, bukan hanya sekedar mencari
keuntungan (profit oriented) tetapi ada pertanggungjawaban terhadap
dampak yang ditimbulkan dari operasional bisnis secara menyeluruh
tersebut.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para
bisnisman dan orang-orang yang ingin terjun langsung di dunia bisnis
hendaknya terlebih dahulu mengetahui dan memahami hukum bisnis
secara detail agar bisnis yang ditekuni berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat bagi dirinya dan menyejahterakan masyarakat
pada umumnya.
Di Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang yang lain,
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan
warganya. Untuk itu pengembangan pada sektor ekonomi menjadi
tumpuan utama agar taraf hidup rakyat menjadi lebih mapan.
Pembangunan ekonomi merupakan pengolahan kekuatan ekonomi
riil dimana dapat dilakukan melalui penanaman modal,
penggunaan teknologi dan kemampuan berorganisasi atau
manajemen.

1
Syahrin Naihasy mengatakan lebih lanjut bahwa sejak
perekonomian dunia telah mengalami perubahan yang sangat dahsyat
dan kini dunia, termasuk Indonesia, menyaksikan fase ekonomi global
yang bergerak cepat dan telah membuka tabir lintas batas antar
Negara. Dapat dikatakan bahwa dunia usaha adalah sebagai tumpuan
utama yang dipergunakan sebagai pilar dan dilaksanakan dengan
berbagai macam cara yang sekiranya dapat memupuk

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian waralaba ?
2. Apa persyaratan bisnis waralaba ?
3. Apa keuntungan dan kerugian franchise ?

C. Tujuan
Untuk mempermudah tercapainya arah serta sasaran yang
diharapkan bagi pembaca, maka penyusun merumuskan beberapa
tujuan yang hendak dicapai. Adapun rumusan tujuan-tujuan tersebut
adalah untuk mengetahui :
1. Pengertia waralaba
2. Sejarah waralaba
3. Jenis-jenis waralaba
4. Istilah waralaba
5. Persyaratan bisnis waralaba
6. Keuntungan dan kerugian waralaba
7. Keagenan dan distributor waralaba
8. Pengganti Kerugian
9. Bentuk kontrak waralaba

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian waralaba (franchise)


Waralaba merupakan terjemahan dari kata franchise( bahasa
prancis). Izraeli menemukan bahwa bahasa prancis berasal dari kata
kerja yakni “affrancir” yang berarti “to free”. Selanjutnya “to franchise”
bermakna memberikan suatu kebebasan untuk berbuat sesuatu.
Dalam kaitan waralaba, itu berarti untuk menjalankan sendiri suatu
usaha tertentu di wilayah yang tertentu pula.
Pengertian waralaba menurut pemerintah melalui peraturan
pemerintah nomor 16 tahun 1997 tentang waralaba, yaitu perikatan
yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan atau
menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan
dari cirri khas usaha yang di miliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang di tetapkan oleh pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan atau penjualan barang dan jasa.
Bagaimana pengertian waralaba menurut para ahli? Menurut
gunawan widjaja, waralaba merupakan salah satu bentuk pemberian
lisensi, hanya saja agak berbeda dengan pengertian lisensi pada
umumnya, waralaba menekankan pada kewajiban untuk
menggunakan system,metode, tata cara, prosedur, metode
pemasaran dan penjualan maupun hal-hal lain yang telah ditentukan
oleh pemberi waralaba secara eksklusif, serta tidak boleh dilanggar
maupun tidak boleh diabaikan oleh penerima lisensi . hal ini
mengakibatkan bahwa waralaba cenderung bersifat eksklusif.
Bagaimana pula pengertian waralaba menurut pelakunya?
Merujuk pada Wikipedia asosiasi franchise Indonesia mendefinisikan
waralaba ssebagai suatu system pendistribusian barang atau jasa

3
kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor) yang
memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan
cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu
tertentu meliputi area tertentu.

B. Sejarah Waralaba
Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing
Machine Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu
kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General Motor Industry
yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk
distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh
perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran
distribusi di AS dan negara-negara lain.
Sedangkan di Inggris waralaba dirintis oleh J Lyons melalui
usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60-an.Franchise
dengan cepat menjadi model yang dominan dalam mendistribusikan
barang dan jasa di Amerika Serikat. Menurut the International
Franchise Association, sekarang ini satu dari dua belas usaha
perdagangan di Amerika Serikat adalah franchise. Franchise
menyerap delapan juta tenaga kerja dan mencapai empat puluh satu
persen dari seluruh bisnis eceran di Amerika Serikat. Franchising
kemudian berkembang dengan pesat karena metode pemasaran ini
digunakan oleh berbagai jenis usaha, seperti restoran, bisnis retail,
salon rambut, hotel, dealer mobil, stasiun pompa bensin, dan
sebagainya.
Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya
Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya
terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997

4
mencatat sekitar 259 perusahaan penerima waralaba di Indonesia.
Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi
krisis moneter. Para penerima waralaba asing terpaksa menutup
usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga
tahun 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke
Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum
stabil ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003,
usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat
pesat.
Franchise dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu product and
trade franchise dan business format franchisee. Dalam bentuk yang
pertama franchisor memberikan lisensi kepada franchise untuk
menjual produk-produk franchisor. Contoh dari bentuk yang pertama
adalah dealer mobil dan stasiun pompa bensin.
Dalam bentuk yang kedua yaitu business format franchisee,
franchisor memberikan seluruh konsep bisnis yang meliputi strategi
pemasaran, pedoman dan standar pengoperasian usaha dan bantuan
dalam mengoperasikan franchise. Dengan demikian franchisee
mempunyai identitas yang tidak terpisahkan dari franchisor. Pada
umumnya bentuk ini digunakan dalam usaha fastfood restaurant
seperti Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Mc Donald, Hotel, dan jasa
penyewaan mobil. Bentuk inilah yang digunakan franchisor asing
menyerbu pasar Indonesia dan digunakan juga oleh bisnis lokal
seperti Es Teller 77, Rudi Hadisuwarno Salon, Mbok Berek, dan lain-
lain.

5
C. Jenis- jenis waralaba
Waralaba dibagi menjadi dua:
1. Waralaba luar negeri/asing yaitu waralaba yang berasal dari luar
negeri, jenis waralaba yang satu ini cenderung lebih banyak disukai
karena sebuah sistem dan mekanismenya lebih jelas, merek sudah
diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Contohnya: pada McDonald’s, (KFC) Kentucky Fried Chicken,
Bread Talk, Starbucks, Pizza Hut, dan lain sebagainya.
2. Waralaba dalam negeri yaitu waralaba yang berasal dari dalam
negeri, jenis waralaba yang satu ini juga menjadi salah satu pilihan
dalam investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi
pengusaha tetapi tidak mempunyai pengetahuan cukup piranti awal
dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
Contoh waralaba lokal yaitu : Primagama, Alfamart, Martha Tilaar,
Roti Buana, Edward Forrer, Bogasari Baking Center dan lain
sebagainya.

D. Istilah dalam waralaba


Berikut ini beberapa istilah yang digunakan dalam bisnis franchise:
1. Franchise format bisnis
Tipe franchise di mana franchisor tidak hanya memberikan produk
atau jasa dan merek dagangnya, tetapi juga memberikan metode
yang lengkap untuk menjalankan bisnisnya, seperti manual
operasi dan rencana marketing.
2. Disclosure statement
Di kenal juga sebagai UFOC (uniform franchise offering circular)
atau prospektus penawaran waralaba : artinya keterangan tertulis
dari pemberi waralaba yang sedikitnya menjelaskan tentang
identitas, legalitas, sejarah, struktur organisasi, keuangan, jumlah

6
tempat usaha, daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban
pemberi dan penerima waralaba
3. Perjanjian franchise
Perjanjian yang di buat antara franchisee dan francisor yang
mengatur kejasama kedua belah pihak dalam menjalankan bisnis
franchise
4. Franchesee
Pembeli franchise yang membeli merek dagang dan sistem bisnis
franchise dari franchisor
5. Franchisor
Penjual merek dagang dan sistem bisnis francise kepada
franchisee
6. Franchise fee
Fee yang di kenakan kepada franchisee untuk membeli merek
dagang dari franchisor
7. Initial fee
Fee di muka yang di keluarkan oleh franchisee. Istilah ini di kenal
juga sebagai franchese fee
8. Royalty fee
Fee bulanan yang dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor
atas dukungan yang diberikan franchisor. Bentuknya berupa
presentase terhadap penjualan kotor yang di bukukan oleh
pranchisee.

E. Persyaratan Bisnis Waralaba


1. Menutamakan Produksi dalam Negeri
Franchisor dan Franchisee harus mengutamakan
penggunaan barang dan atau bahan hasil produksi dalam negeri
sebanyak banyaknya sepanjang memenuhi standar mutu barang

7
dan jasa yang disediakan dan atau dijual berdasarkan perjanjian
franchise. Franchisor melakukan pembinaan serta memberi
bimbingan dan pelatihan kepada franchise .
2. Mengutamakan Pengusaha Kecil dan Menengah
Franchisor mengutamakan pengusaha kecil dan menengah
sebagaimana franchisee atau franchisee lanjutan dan atau pemasok
(supplier) dalam rangka penyediaan dan atau pengadaan barang
dan jasa. Dalam hal franchisee atau franchisee lanjutan bukan
merupakan pengusaha kecil dan menengah , franchisor dan
franchisee lanjutan wajib mengutamakan kerja sama, pasokan
barang, jasa dari pengusaha kecil dan menengah.
3. Bisnis franchise dapat diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan
memperhatikan perkembangan sosial dan ekonomi dan dalam
rangka pengembangan usaha kecil dan menengah.
Penyelenggaran franchise pada dasarnya dilakukan secara
bertahap terutama di ibukota provinsi. Pengembangan franchise
diluar ibu kota provinsi seperti di ibu kota kabupaten/ kota dan
tempat-tempat tertentu lainnya yang memerlukan kehadiran
franchise dilakukan secara bertahap dan dengan memperhatikan
keseimbangan antara kebutuhan usaha dan tingkat pertumbuhan
sosial dan ekonomi terutama dalam rangka pengembangan usaha
kecil dan menengah di wilayah yang bersangkutan.
Selanjutnya , penyelenggaraan franchise diatur dalam
Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997. Bisnis
franchise dapat dilakukan disemua ibu kota provinsi dan
kota/tempat tertentu lainnya di daerah kabupaten yang ditetapkan
dari waktu ke waktu oleh Menteri (Pasal 18 ayat (1) Kepeutusan
Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997). Lokasi bisnis franchise

8
di ibu kota provinsi yang berada di pasar tradisional dan di luar
pasar modern ( mall, supermarket, departement store, dan shopping
centre) hanya dibolehkan bagi bisnis franchise yang
diselenggarakan oleh pengusaha kecil (Pasal 18 ayat (3)
Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997).
Bisnis franchise di kota/ tempat tertentu lainnya di daerah
kabupaten ditetapkan oleh Menteri secara bertahap dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat, tingkat perkembangan
sosial dan ekonomi dan dalam rangka pengembangan usaha kecil
dan menengah di wilayah yang bersangkutan (Pasal 18 ayat (2)
Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 Tahun 1997) .
Dikecualikan oleh ketentuan Pasal 18 tersebut adalah
kegaiatan bisnis franchise yang memperdagangkan khusus
barang/makanan/minuman dan jasa tradisional khas Indonesia
dapat diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia oleh usaha
kecil dan menengah dan/atau mengikutsertakan usaha kecil dan
menengah (Pasal 20 Keputusan Menteri Perindag Nomor 259 tahun
1997).

4. Larangan Lebih dari satu Franchise


Franchisor dilarang menunjuk lebih dari satu franchisee di
lokasi tertentu yang berdekatan untuk barang atau jasa yang sama
dan menggunakan merek yang sama, apabila diketahui bahwa
penunjukan lebih dari satu franchise itu akan mengakibatkan ketidak
layakan bisnis franchise di lokasi tersebut. Larangan ini berlaku juga
bagi franchise utama untuk menunjuk lebih dari satu franchisee
lanjutan.

9
F. Kelebihan Dan Kekurangan Franchise
1. Keuntungan bisnis franchise
Ada bebrapa keuntungan membeli franchise, diantaranya sebagai
berikut:
a. Dengan membeli franchise, anda menjadi seorang pemilik
bisnis, bukan sekedar bekerja dalam bisnis franchise yang
anda beli, tapi lebih pada memilikinya, sedangkan yang kerja
adalah para karyawan anda.
b. Gerbang masuk paling mudah untuk memulai suatu bisnis
dibidang yang anda sukai.
c. Bisnis franchise telah memiliki merek dagang yang dikenal
luas sehingga mempermudah konsumen untuk mengenal
produk atau jasa yang ditawarkan di lokasi manapun.
d. Bisnis pranchise meningkatkan peluang keberhasilan dalam
berbisnis karna telah terbukti memiliki produk atau jasa
unggulan dan sistem yang teruji.
e. Anda dapat menawarkan konsumen suatu kualitas dan
konsistensi produk atau layanan sesuai standar yang
ditetapkan franchisor.
f. Anda mendapat bantuan star-up atau persiapan pembukaan
atlet yang umumnya meliputi pemilihan lokasi, desain, dan
renovasi tempat, trening karyawan, pengadaan peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan serta program opening grai.
g. Setelah pasca pembukaan anda mendapat bantuan dukungan
yang berkesinambungan, baik dalam hal trening, promosi
nasional, bantuan oprasional, dan bantuan manajemen lain
yang diperlukan.

10
2. Kerugian bisnis franchise
a. Bisnis franchise tidak sepenuhnya menjadikan franchisenya
independen atau mandiri dalam berbisnis, tetapi franchise
berbisnis sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
franchisor.bagi sebagian bagi sebagian orang, hal ini
membuatnya tidak leluasa untuk menuangkan kreativitas yang
dimilikinya kedalam bisnis franchisenya.
b. Ada biaya-biaya yang harus anda keluarkan bukan hanya
diawal seperti franchisofi tetapi juga berkelanjutan seperti
biaya royalti dan aftertising lalu ada kemungkinan jika salah
satu franchise bermasalah, terutama masalah citra, maka anda
sebagai franchise di lokasi lain dapat pula kena dampaknya.
Dan bagitu pula apabila franchisor mengalami masalah maka
mau tidak mau franchiseenya juga turut kena imbasnya.
c. Franchise diatur dalam perjanjian yang dibatasi oleh waktu.
Umumnya hanya lima tahun.

G. Keagenan Dan Distributor Waralaba


1. Keagenan
Agen atau agent adalah perusahaan nasional adalah
perusahaan nasional yang menjalankan keagenan. Sedangkan
keagenan adalah hubungan hukum antara pemegang merk
(principal) dan suatu perusahaan dalam penunjukan untuk
melakukan perakitan, pembuatan, manufaktur serta penjualan,
distribbusi modal atau produk industri tertentu.
Jasa keagenan adalah usaha jasa perantara untuk
melakukan suatu transaksi bisnis tertentu yang menghubungka
produsen disatu pihak dan konsumen lain pihak. Agen bertindak
melakukan pembuatan hukum misalnya barang atau jasa tidak atas

11
namanya sendiri tetapi atas nama prinsipal. Agen dalam hal ini
berkedudukan sebagai perantara.
Jika agen mengadakan transaksi dengan konsumen maka
barang dikirimkan langsung dari prinsipal ke konsumen. Jenis-jenis
keagenan adalah sebagai berikut:
a. Agen manufaktur
Agen maufaktur adalah agen yang berhubungan lansung
dengan pabrik untuk melakukan pemasaran atas seluruh atau
sebagian barang-barang hasil produksi pabrik tersebut.
b. Agen penjualan
Agen penjualan adalah agen yang merupakan wakil dari
pihak penjual, yang bertuga untuk menjual barang-barang milik
pihak principal kepada pihak konsumen.
c. Agen pembelian
Agen pembelian adalah agen yang merupakan wakil dari
pihak pembeli, yang bertugas untuk melakukan seluruh
transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.
d. Agen umum
Agen umum adalah agen yang diberikan wewenang
secara umum untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-
barang yang telah ditentukan.
e. Agen khusus
Agen khusus adalah agen yang diberikan wewenang
khusus kasus per kasus atau melakukan sebagian saja dari
transaksi tersebut.
f. Agen tunggal/ eksklusif
Agen tunggal/ eksklusif adalah penunjuka hanya satu
agen untuk mewakili principal untuk suatu wilayah tertentu.

12
2. Distributor waralaba
Distributor adalah langsung orang atau lembaga yang
melakukan kegiatan distribusi atau disebut juga pedagang yang
membeli atau mendapatkan produk barang dagangan dari tangan
pertama atau produsen secara langsung. Pedagang besar biasanya
diberikan hak wewenang wilayah daerah tertentu dari produsen.
Distributor adalah suatu Perusahaan / Pihak yang ditunjuk oleh
Pihak Principal untuk memasarkan dan menjual barang-barang
principal dalam wilayah tertentu dan jangka waktu tertentu, dimana
pihak Distributor dalam menjalankan kegiatannya tidak bertindak
selaku wakil dari Distributor. Distributor bertindak untuk dan atas
namanya sendiri.
Dalam melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan barang,
Distributor melakukan pembelian barang-barang dari pihak
Principal. Dengan adanya Jual beli tersebut, kepemilikan barang
berpindah kepada pihak distributor, dan barang-barang yang telah
menjadi miliknya tersebut yang dijual kembali kepada konsumen
terbatas dalam wilayah yang diperjanjikan. Secara khusus
ketentuan perundang-undangan yang mengatur distributor belum
ada, jadi ketentuan-ketentuan yang berlaku adalah ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh beberapa departemen teknis
misalnya, Departemen Perdagangan dan Perindustrian yang diatur
dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 77/Kp/III/78,
tanggal 9 Maret 1978 yang menetukan bahwa lamanya perjanjian
harus dilakukan.

13
H. Pengganti Kerugian
Ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitur
yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu kontrak untuk memberikan
penggantian biaya, kerugian dan bunga. Menurut Tukirin Sy.
Sastroresono pengertian masing-masing berikut :
1. Biaya adalah segala pengeluaran yang telah dikeluarkan secara
nyata oleh salah satu pihak.
2. Rugi adalah hilangnya suatu keuntungan yang sudah dihitung.
3. Bunga adalah timbul dalam perikatan yang memberikan sejumlah
uang dan pelaksanaannya tidak tepat pada waktunya.

I. Bentuk Kontrak Waralaba


Bentuk-bentuk kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat
oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan
suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan ( cukup
kesepakatan para pihak ).
Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan
berikut ini :
1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak
yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak
dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak
ketiga.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para
pihak .Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata
hanya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan
tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum
dari isi perjanjian.

14
3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk
akta notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan
di muka pejabat yang berwenang untuk itu.

J. Syarat-syarat Sahnya Kontrak Waralaba


Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 Kitab
Undang- Undang Hukum Perdata diperlukan empat syarat yaitu:
1. Kesepakatan (toesteming / izin) kedua belah pihak.
2. Kecakapan Bertindak.
3. Mengenai suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal ( Geoorloofde oorzaak ).
Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi di atur di
luar pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut :
1. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik.
2. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.
3. Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan.
4. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Waralaba (Franchise) merupakan suatu bentuk bisnis
kerjasama yang dilakukan oleh dua belah pihak, dimana pihak
pertama (franchisor) memberikan hak kepada pihak kedua (franchisee)
untuk menjual produk atau jasa dengan memanfaatkan merk dagang
yang dimiliki oleh pihak pertama (franchisor) sesuai dengan prosedur
atau system yang diberikan.
Waralaba merupakan salah satu bentuk perikatan/atau
perjanjian dimana kedua belah pihak harus memenuhi hak dan
kewajibannya masing-masing. Perjanjian waralaba adalah perjanjian
yang tidak bertentangan dengan undang-undang, agama, ketertiban
umum, dan kesusilaan. Artinya perjanjian itu menjadi sebuah aturan
bagi mereka yang membuatnya, dan mengikat kedua belah pihak.
Perjanjian bisnis waralaba ini merupakan perjanjian baku timbal balik
dimana masing-masing pihak berkewajiban melakukan prestasi
sehingga akan saling menguntungkan.
Kemudian banyak orang yang mengatakan bahwa waralaba itu
sama dengan lisensi, padahal pada kenyataannya kedua istilah
tersebut berbeda baik dari segi pengertian maupun dari segi
pengaplikasiannya. Lisensi merupakan pemberian hak merk/hak cipta
kepada pihak tertentu dan tidak mempunyai tanggung jawab untuk
melakukan bimbingan ataupun pelatihan kepada penerima lisensi.
Sedangkan di dalam bisnis waralaba, pihak franchisor mempunyai
kewajiban untuk memberikan pelatihan dan bimbingan kepada pihak
franchisee.

16
DAFTAR PUSTAKA

Damsar, Indrayani. 2018. Pengantar Sosiologi Pasar, Edisi 1.


Prenadamedia Group. Jakarta.
Ramadhan, Hendry E. 2010. Jitu Membeli Franchise. Penebar Swadaya.
Jakarta

https://marketing.co.id/sejarah-waralaba/

https: //www.gurupendidikan.co.id/pengertian-3-tipe-dan-jenis-jenis-
warabala-beserta-contohnya-terlengkap/

https:// sulemanilahi.wordpress.com/2016/03/28/makalah-tentang-
waralaba/

17

Anda mungkin juga menyukai