Anda di halaman 1dari 4

KESIMPULAN RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN INVESTASI DAN EKPOR NON MIGAS

Perkembangan investasi dan ekspor non migas di kalimantan Timur tahun 2010 mununjukan adanya perbaikan. Berbagai kebijakan pemerintah dalam rangka menciptakan iklim usaha yang kondusif diarahkan untuk meningkatkan investasi dan mendorong peningkatan ekpor nonmigas dari berbagai sektor yang potensial. Peningkatan investasi dan pertumbuhan ekspor non migas yang berkelanjutan diharpkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian Kalimantan Timur dan Nasional. Untuk itu berbagai pemasalahan dan hambatan perlu segera diselesaikan secara sistematis dan berkesinambungan. Forum Rapat Koordinasi Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi Daerah kalimantan Timur yang baru dibentuk melalui Surat Keputusan Gubernur Kalminatan Timur nomor : 582/K.122/2011 tanggal 22 Februari 2011, tentang Pembentukan Tim Peningkatan Ekspor dan Peningklatan Investasi Daerah (BEPIDA) provinsi Kalimantan Timur, sebagai tindak lanjut dari rekomendasi hasil Rakor Panjatapda 2010 di Bontang telah melaksanakan rapor PEPIDA di Pulau Derawan Kabupaten Berau pada tanggal 18 April 2011, telah merumuskan permasalahan dan langkah antisipasi terhadap hambatan peningkatan ekspor dan peningkatan investasi, sebagai berikut : 1. Mendorong percepatan penyelesaian usulan perubahan RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan redistribursi lahan serta kejelasan lahan un untuk membersihkan kepastian kepada para investor. 2. Kalimantan Timur menduduki posisi ke 5 besar destinasi tujuan investasi, namun masih banyak permasalahan yang perlu dijelaskan, seperti pada pembebasan dan sengketa lahan dan penuntasan infrastruktur serta peningkatan upaya promosi yang berkesinambungan dan terintegarasi antara Trade, Tourism dan Invesment. 3. Pembentukan dan operasionalisasi PTSP di setiap kabupaten dan provinsi untuk memberikan kemudahan pelayanan dalam rangka penanaman modal yang transparan, efisien, rosponsif dan akuntabel. 4. Menperlaju laju luas pemanfaatan lahan pertambangan dan produksi, untuk mengurangi kerusakan lingkungan, dengan maksud untuk memberikan perhatian kepada hak azasi perlindungan terhadap manusia dalam ekplorasi tambang, dan memperhatikan pula masalah pemungkiman manusia sebagai mana halnya adanya perlindungan terhadap flora dan fauna. Dan reklamasi di lahan tambang agar dilaksanakan sesuai Amda/UKL-UPL. 5. Koordinasi lintas sektor, antara sub sektor di lingkup pertanian dalam rangka kemandirian pangan ;

a. Segera mewujudkan program foog estate di kabupaten Bulungan seluas 30.000 ha yang simultan dengan persiapan payung hukumnya. b. Pemanfaatan lahan sawit pada lokasi tanam belum tentu menghasilkan pertama (TBM. I) untuk tanaman pangan (padi dan palawija), sebagai antisipasi ketahanan pangan. c. Integrasi sapi dan sawit (perkebunan dan peternakan) dalam rangka swasembada daging. d. Penyiapan pakan ternak (pertanian dan peternakan) agar tidak lagi memasukan bahan pakar dari luar. e. Penyiapan pakan ikan, mina padi dan keramba (pertanian dan perikanan) dalam rangka mendukung visi KALTIM untiuk menjadi provinsi Penghasil Ikan tertinggi di indonesia dan Indonesia menjadi Produsen ikan terbesar di Dunia. 6. Untuk mewujudkan Kaltim Green sebagai bagian dari komitmen pemerintah terhadap pemanasan global dan untuk menurunkan emisi rumah kaca, maka program HTI dan penanaman pohon 1 man 5 trees terus digalakan. 7. Pembinaan kelembagaan dan sarana prasarana serta Sumber Daya Manusia di lingkup pertanian dalam arti luas untuk mendukung peningkatan produksi. 8. Peningkatan infrastruktur dalam mendukunbg peningkatan investasi, produksi serta merealisasikan pembangunan industru hilir berbasis agribisnis/oleochimical serta memanfaatkan klaster dan kawasan industri yang telah disiapkan. 9. Belum berubahnya struktur ekspor non migas Kalimantan Timur yang masih didominasi oleh sumber daya alam yang non renewable, dimana share komuditi batubara terus meningkat dari 74,75 persen pada tahun 2005 menjadi 87,30 persen pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 ini meningkat menjadi 87,59 dari toral ekspor non migas sebesar 12,9 milyar US$. Disamping perlu merubah strukturnya ke arah agro industri, maka perlu pula merubah struktur pelaku dengan mendorong dan memberikan peran yang lebih luas kepada pelaku ekspor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 10.Disparitas regional di wilayah perbatasan diakibatkan oleh terbatasnya infrastruktur seperti sarana dan prasarana dasar seperti sarana dan prasarana pemukiman, jaringan air bersih, jaringan drainase, sarana dan prasarana transportasi, telekomunikasi, dan lainnya menyebabkan wilayah ini memiliki aksesbilitas yang rendah dan terisolasi dari wilayah sekitarnya, sehingga pengembangan komoditi inti daerah sebagai upaya diversifikasi produk ekspor masih belum optimal.

11.Masih belum adanya lembaga ekonomi desa perbatasan yang mampu berperan sebagai lembaga penggerak ekonomi desa. Di sisi lain peran Bulog dan pertamina sebagai penyangga logistik, stabilator harga dan penyalur kebutuhan pokok hanya terbatas pada komoditi tertentu seperti beras dan bahan bakar dan jangkauannya pun terbatas pada daerah perkotaan dan pesisir saja, sehingga masalah ketersediaan bahan pokok dan barang strategis di perbatasan serta pemasaran produk masyarakat belum ditangani secara profesional. Yang menyebabkan komoditi ekspor melalui lintas batas tidak memiliki posisi tawar yang layak dan nilai tambahnya belum banyak dimiliki oleh masyarakat perbatasan. 12.Meningkatkan promosi kawasan industri (KIPI Maloy, KIE Bontang dan KI Kariangau Balikpapan, serta mengupayakan penuntasan infrastruktur : Jembatan Pulau Balang, Run Way Sepinggan, Bendungan Sungai Wain (air bersih/baku) untuk mendukung percepatan pengembangan Kapet Sasamba. 13.Melakukan upaya perubahan struktur ekspor non migas ke arah komoditi agro industri, melalui penggalian potensi dan pengembangan kompetensi inti daerah, meningkatkan diversifikasi komoditi ekspor melalui peningkatan mutu, kemasan dan promosi yang berkesinambungan. 14.Pelaksanaan kebijakan untuk melancarkan kegiatan ekspor non migas melalui Instruksi Presiden RI Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dalam bagian 11 huruf 11 butir B yang isinya memerintahkan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk meningkatkan pelayanan publik dan meniadakan pungutan liar dalam pelaksanaannya untuk dipedomani oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 15.Mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk mengeluarkan komoditi batu bara dari sistem preferensi (Perjanjian Free Trade/ACFTA, AJFTA, dan lainnya), sehingga dengan demikian, bagi komoditi raw material dan non renewable tidak mendapatkan kemudahan/penurunan bea masuk di negara tujuan ekspor, dengan harapan akan terjadi upaya penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penghematan energi nasional. 16.Jika memungkinkan untuk dilakukan excercise dan realokasi anggaran untuk memperbesar anggaran pembangunan infrastruktur dengan maksud untuk mempercepat pembukaan akses dan memecahkan isolaso daerah. 17.Perlu dilakukan kajian pengaruh penambangan dan ekspor hasil tambang terhadap lingkungan, kesejahteraan masyarakat dan tingkat kemajuan suatu daerah, dalam rangka upaya penghematan energi nasional.

LAIN-LAIN

1. Tim Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi Daerah Kalimantan Timur perlu merumuskan program dan kegiatan yang sinergi antar Kelompok Kerja (Pokja) serta program/kegiatan Kabupaten Kota dan melengkapinya dengan rumusan kebijakan serta rencana aksi yang sejalan dengan visi dan misi pembangunan Provinsi Kalimantan Timur. 2. Program kerja dan langkah kegiatan Tim Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi harus sejalan dengan Program dan Kebijakan TIM PEPI Pusat, antara lain : a. Promosi b. Peningkatan kualitas pelayanan publik (ekspor) c. Bantuan alat peralatan penunjang ekspor yang tersinergi dengan program daerah (seperti ketersediaan lahan dan penunjangnya). 3. Pengembangan pelabuhan dalam rangka upaya peningkatan ekspor di tingkat Kabupaten, perlu dilakukan kajian yang mendalam oleh TIM Pepida Kalimantan Timur untuk menghindari kasus serupa di luar daerah yang tidak dapat mengoptimalkan fungsi pelabuhannya. 4. Pepida Provinsi Kalimantan Timur sebagai forum koordinasi yang bertugas dalam upaya pengembangan produk ekspor, peningkatan teknologi dan mutu produksi, pengembangan permodalan eksportir, informasi pasar dan pengembangan daya saing produk serta peningkatan investasi perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan peran dan fungsinya, karenanya Rapat Pleno Pepida 2011 di Pulau Derawan Kabupaten Berau merekomendasikan pelaksanaan Rapat Koordinasi Tahun 2012 dilaksanakan di Kota Tarakan atau Kabupaten Paser atau Kabupaten Kutai Timur dengan Orientasi Lapangan ke Sulawesi Utara (Manado). Pulau Derawan Berau, 18 April 2011 Tim Perumus

Anda mungkin juga menyukai