Anda di halaman 1dari 2

Pemakaian jilban bagi karyawan mulimah

“Bolehkah Pengusaha Melarang Pekerja Wanita untuk Berjilbab?” Pertanyaan tersebut sekarang
menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat. Walau sekarang sekarang sudah jarang
perusahaan yang melarang karyawatinya mengenakan jilbab, namun masih saja ada beberapa
perusahaan yang memberlakukan aturan perusahaan sendiri untuk perusahaan mereka.
Pembahasan terhadap kasus larangan pemakaian jilbab tersebut akan dibagi menjadi 2 pelanggaran
yakni perbuatan diskriminasi dan pelanggaran HAM.
1. Perbuatan Diskriminasi
Ketentuan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 UU Ketenagakerjaan di atas menegaskan bahwa pengusaha
dilarang melakukan diskriminasi terhadap pekerjanya maupun calon pekerja yang ingin bekerja di
perusahaannya karena pada dasarnya tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan, baik itu berdasarkan agama, kelamin, suku, ras maupun
aliran politik.
Jika pengusaha melanggar Pasal 5 dan Pasal 6 UU Ketenagakerjaan, menteri atau pejabat yang
ditunjuk dapat mengenakan sanksi administratif kepada pengusaha sesuai Pasal 190 ayat (1) dan
(2) UU Ketenagakerjaan.

2. Perbuatan Pelanggaran HAM


Mengenakan jilbab merupakan bentuk pelaksanaan ibadah yang merupakan bagian dari hak asasi
manusia dalam beragama. Hak beragama itu sendiri telah tercantum dalam Pasal 28E ayat (1) dan
(2) UUD 1945.

Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaanya itu dan itu negara menjamin kemerdekaan Ketentuan ini dipertegas kembali dalam
Pasal 22 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM).

Ini artinya, mengenakan jilbab sepenuhnya merupakan hak asasi yang pekerja miliki dan tidak bisa
dilarang oleh pengusaha.
Sebagai pihak yang direnggut haknya, pekerja dapat mengambil langkah hukum dengan melakukan
pengaduan ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) diajukan dengan laporan dan
diadukan secara lisan atau tertulis sesuai Pasal 90 ayat (1) UU HAM.

Pemakaian jilbab/hijab merupakan salah satu ibadah yang wajib bagi semua wanita muslimah.
Pelarangan perusahaan terhadap karyawan/ pegawai wanita dalam mengenakan jilbab tidak hanya
melanggar hukum Ketenagakerjaan, tetapi juga termasuk pelanggaran HAM dalam beribadah dan
gugatan dapat dilaporkan dalam bentuk lisan maupun tulisan ke Komnas HAM.
Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik Cat

Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,
korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel korban
memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang bukan area
lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah
tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban tercekik
ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-siap untuk pulang
kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya tidak ada yang melihat korban
sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban meninggal dunia.

Analisa : TAHAPAN PENYEBAB

 Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar
 Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih
penggunaan pakaian kerja.
 Penyebab Pokok
Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai
mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko
tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai kurangnya kepekaan pegawai terhadap
lingkungannya tempat bekerja.

Analisa : STRATEGI PENGENDALIAN

 memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan
pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah
terjadinya kecelakaan yang sama.
 selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk
mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi tanda
peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
 Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
 Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab menjalankan
penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
 Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai