Anda di halaman 1dari 15

Diklat JFP Pertama

Tugas Konsep Tata Ruang Wilayah dan Kota

Strategi
Pembangunan
Wilayah
Kalimantan Barat
Kelompok 4
1. Aryowibowo Nurprilianto Nugroho
2. Astri Isnaini Dewi
3. Fitri Selva Maryani
4. Putri Prasetyan
// KALIMANTAN BARAT

Luas wilayah Kalimantan Barat sebesar 147.307 km2.


Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut :
● Bagian Barat berbatasan dengan Selat Karimata.
● Bagian Utara berbatasan langsung dengan
Sarawak (Malaysia Timur) dan Provinsi
Kalimantan Timur.
● Bagian Selatan berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Tengah serta Laut Jawa.
● Bagian Timur berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Secara administratif Provinsi Kalimantan Barat terdiri
dari 14 (empat belas) kabupaten/kota yaitu dua belas
kabupaten dan dua kota. Empat belas kabupaten/kota
ini terbagi dalam 174 kecamatan, 99 Kelurahan dan
2.031 desa.
// POTENSI KALIMANTAN BARAT
INTERNAL WILAYAH
1. Kalimantan Barat memiliki sumber daya alam yang melimpah meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan
dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan sektor pertambangan (terutama Uranium, Bauksit, Batu
Bara, dan Mineral Radioaktif) yang belum termanfaatkan secara optimal;
2. Posisi geografis Kalimantan Barat sangat strategis karena terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia 1
(ALKI-1) dan perairan lautnya berhadapan langsung ke Laut Cina Selatan;
3. Mempunyai daerah yang berbatasan langsung (Darat) dengan negara tetangga (Malaysia) yang menjadi beranda
terdepan perekonomian wilayah;
4. Kalimantan Barat memiliki potensi wisata yang cukup kaya dan beragam, mulai dari wisata alam, wisata
sejarah dan budaya serta wisata minat khusus seperti Ecotourism dengan alamnya yang masih potensial;
5. Kalimantan Barat mempunyai bentang hutan hujan tropika basah ( tropical rainforest) yang cukup luas yang
memiliki berbagai biodiversity endemik bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk
kepentingan kerjasama dengan pihak luar negeri, serta memiliki peran sebagai paru-paru dunia.
// POTENSI KALIMANTAN BARAT
EKSTERNAL WILAYAH
1. Pengembangan kerjasama antar kawasan dan antar negara secara lebih luas dan nyata seperti Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan memperluas peluang investasi, produksi, kesempatan kerja dan pendapatan bagi
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah;
2. Kalimantan Barat merupakan provinsi yang mempunyai akses hubungan darat secara langsung dengan negara
tetangga Malaysia dan Brunei, sehingga memiliki peluang sebagai berikut:
a. Interaksi sosial ekonomi yang didukung dengan Angkutan Lintas Batas Negara (ALBN) yang semakin meningkat;
b. Kerjasama Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia (Sosek Malindo) mendorong tumbuh dan berkembangnya
perekonomian wilayah kedua Negara;
c. Terbukanya pintu gerbang internasional yang meliputi: Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong-Tebedu, PLBN
Aruk–Biawak, PLBN Badau-Lubuk Antu dan pengembangan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Jagoi Babang-Serikin;
d. Adanya komitmen global terhadap mitigasi perubahan iklim dan percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB);
e. Perubahan tatanan kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya semakin meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan;
3. Sesuai dengan Visi Indonesia 2045 mendorong Pulau Kalimantan sebagai basis industri pengolahan dan
lumbung energi nasional dengan penajaman pada RPJMN 2020-2024 melalui pengembangan koridor
pertumbuhan dan pemerataan yang adaptif terhadap bencana dengan MP PKSN Paloh Aruk dan pembangunan Hub
Utama Pelabuhan Kijing. Hilirisasi komoditas unggulan, dan pengembangan DPP Sambas-Singkawang, serta
pelestarian kawasan konservasi.
// PERMASALAHAN KALIMANTAN
BARAT
INTERNAL WILAYAH
1. Terbatasnya infrastruktur dasar yang menghambat pengembangan usaha dan pelayanan publik;
2. Lemahnya daya saing Kalimantan Barat karena belum berkembangnya hilirisasi industri;
3. Kondisi infrastruktur di daerah perbatasan negara dan daerah tertinggal masih terbatas;
4. Belum optimalnya pengembangan sumber daya manusia yang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang masih berada di bawah rata-rata nasional;
5. Belum optimalnya kompetensi, sistem kinerja dan kesejahteraan aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan
publik;
6. Prasarana wilayah yang dimiliki belum mendorong peningkatan investasi;
7. Investasi belum optimal dalam mendukung perekonomian daerah;
8. Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari kegiatan ekstraksi sumber daya alam
dan lahan;
9. Belum optimalnya pelayanan akses dan pemerataan di bidang pendidikan dan kesehatan, terutama di wilayah
perbatasan, pedalaman, pesisir dan kepulauan;
10. Belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di bidang kehutanan, pertanian, perkebunan,
pertambangan dan energi, kelautan dan perikanan;
11. Masih sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas darat,
laut dan udara serta kesehatan masyarakat;
12. Panjangnya rentang kendali pelayanan serta penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang disebabkan
belum optimalnya konektivitas dan aksesibilitas antar daerah di wilayah Kalimantan Barat.
// PERMASALAHAN KALIMANTAN
BARAT
EKSTERNAL WILAYAH
Globalisasi membawa dampak yang dapat menjadi ancaman bagi Kalimantan Barat, yaitu:
1. Perlambatan ekonomi pada negara-negara tujuan ekspor atau menjadi mitra dagang Indonesia belum pulih
sepenuhnya sehingga berdampak pada perekonomian daerah;
2. Pemberlakuan Zona Perdagangan Bebas (Free Trade Area) meningkatkan arus masuk barang dan jasa dari pasar
internasional yang berdampak pada determinasi pasar lokal (daerah) dan pasar dalam negeri;
3. Arus informasi yang bersifat negatif semakin sulit dibendung akibat pesatnya perkembangan teknologi
informasi sehingga dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat di daerah;
4. Kurangnya koordinasi lintas sektoral antara pusat dan daerah dalam rangka pengawasan perairan teritorial
Kalimantan Barat, sehingga masih terjadi Illegal Fishing, Unreported Fishing and Unregulated Fishing di
wilayah perairan Kalimantan Barat;
5. Letak geografis Kalimantan Barat terutama di kawasan perbatasan negara rawan terjadi iLlegal trading,
trafficking, dan penyelundupan narkoba serta terorisme;
6. Pengelolaan daerah tertinggal dan persoalan perbatasan antar negara belum optimal.
STRATEGI PEMBANGUNAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1. Peningkatan kualitas infrastruktur
a. Meningkatkan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang aman, andal dan ramah lingkungan;
b. Penyediaan tenaga listrik Non PLN;
c. Diversifikasi dan konservasi energi serta pengembangan listrik yang bersumber dari energi baru dan
terbarukan (PLTA, PLTS, PLTMH dan PLTN, PLTB)
d. Pembentukan sekretariat bersama dalam pengelolaan prasarana sarana yang bersinergi antar Provinsi dan
Kabupaten
e. Meningkatkan kapasitas pelayanan sanitasi, air bersih, persampahan, serta kualitas infrastruktur jalan
pemukiman pedesaan dan perkotaan
f. Meningkatkan ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan, serta pelayanan angkutan yang aman, nyaman dan
terjangkau

2. Peningkatan kualitas SDM


a. Meningkatkan kualitas dan akses layanan pendidikan,
b. Meningkatkan kualitas dan akses layanan kesehatan
STRATEGI PEMBANGUNAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
3. Peningkatan perekonomian daerah
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor unggulan, salah satunya Pengembangan Sektor Pertanian.
Kalimantan Barat memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Pemerintah daerah telah
mengimplementasikan kebijakan untuk meningkatkan produksi pertanian, seperti pengembangan pertanian
organik, penggunaan teknologi modern, dan pelatihan petani.
b. Pengelolaan Sumber Daya Alam: Kalimantan Barat memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
termasuk hutan, tambang, dan perikanan. Pemerintah daerah telah mengadopsi kebijakan untuk menjaga
keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam ini, seperti melalui program penghijauan dan pengawasan ketat
terhadap aktivitas pertambangan.
4. Perbaikan Kualitas Lingkungan
a. Mendorong terbangunnya fasilitas pengelolaan sampah regional di Kalimantan Barat
b. Meningkatkan pembinaan kepada dunia usaha dalam pengelolaan limbah B3
c. Meningkatkan peran masyarakat dalam PPLH untuk menjaga kualitas lingkungan hidup yang lebih baik
d. Meningkatkan perlindungan hutan dan pengelolaan kawasan ekosistem esensial
e. Meningkatkan produktivitas lahan kritis serta pengelolaan DAS.
Strategi Pengembangan Perumahan
MBR
1. Peningkatan Kualitas Permukiman

Dalam sektor perumahan dan kawasan permukiman,


Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat melakukan
strategi peningkatan kualitas permukiman melalui
peningkatan penanganan hunian, pengurangan
kawasan permukiman kumuh, serta peningkatan
prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) bekerja
sama dengan pemerintah pusat serta kabupaten/kota
melalui pembagian kewenangan wilayah.
Memperhatikan karakteristik perairan, pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman mengadaptasi
konsep waterfront city untuk mengurangi tingkat
kekumuhan di sempadan sungai.
2. DAK Terintegrasi

Permasalahan:
Salah satu permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kalimantan Barat dalam
bidang perumahan adalah masih adanya Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di
permukiman liar sepanjang pesisir Sungai Kapuas, salah satunya Kawasan Parit
Nanas, Pontianak.
Potensi:
Kawasan Parit Nanas memiliki beberapa potensi diantaranya lokasi yang
strategis dan akses yang terjangkau, adanya duplikasi jembatan Landak dan
pengembangan lingkungan sekitarnya, pengembangan sepanjang Parit Nanas
yang berujung pada wisata kano, serta merupakan kawasan dengan potensi
ekonomi tinggi karena berada di pusat Kota Pontianak.

Kolaborasi Penataan Perumahan Kumuh MBR melalui Program DAK Terintegrasi

Upaya yang dilakukan Pemerintah bersama dengan Direktorat Pengembangan


Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya (Dit. PKP DJCK) Kementerian
PUPR untuk menangani permasalahan perumahan melalui kolaborasi perbaikan
rumah tidak layak huni bekerja sama dengan PT. Sarana Multigriya Finansial (SMF)
yang merupakan salah satu unit usaha dari Kementerian Keuangan melalui
Program pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu penataan kawasan kumuh
dengan memperbaiki kualitas permukiman melalui penyediaan akses air minum,
sanitasi, perumahan, dan prasarana sarana permukiman serta mengoptimalkan
berbagai sumber pendanaan.
3. Pengembangan Kawasan Perkotaan di Perbatasan Negara sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional

Terbukanya pintu gerbang internasional yang meliputi:


Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong-Tebedu, PLBN
Aruk–Biawak, PLBN Badau-Lubuk Antu dan pengembangan
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Jagoi Babang-Serikin;
mendorong kawasan perkotaan yang berada di perbatasan
negara berkembang menjadi kawasan penyangga dan
ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN). Pengembangan PKSN mendorong pengembangan
perumahan dalam kawasan melalui penanganan RTLH serta
pembangunan Rumah Khusus untuk pekerja PLBN.
Pengembangan perumahan didukung dengan akses air
bersih dan sanitasi yang layak.
4. Pengembangan teknologi berkelanjutan pada sarana hunian pariwisata

Kalimantan Barat memiliki 86 Desa Wisata yang belum


semuanya memiliki standar layak huni. Program
penanganan sarana hunian pariwisata (SARHUNTA) pada
destinasi wisata akan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat di sekitarnya. Selain meningkatkan taraf
hidup masyarakat lokal pendekatan ini juga membantu
pengunjung/wisatawan untuk menambah alternatif
pilihan akomodasi yang layak dan representatif pada
saat berwisata. Pengembangan teknologi hunian ramah
lingkungan pada rumah-rumah di dekat atraksi wisata
akan turut mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.
5. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Pembangunan Rusunawa di Kalimantan Barat adalah upaya


pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hunian layak yang
diprioritaskan untuk MBR. Pembangunan rumah susun
menjadi salah satu alternatif hunian dikarenakan luas
lahan untuk perumahan dan permukiman semakin terbatas
sedangkan kebutuhan hunian masyarakat terus meningkat.
// TERIMA KASIH //
ALTERNATIVE ICONS

Anda mungkin juga menyukai