GEMACITRA OBJEKLESTARI
Bab
Provinsi Maluku Utara yang dibentuk melalui Undang‐undang Nomor 46 Tahun 1999 dan
hanya berselang waktu kurang lebih 2 bulan, wilayah ini dilanda konflik yang mengakibatkan
tatanan ekonomi dan sosial kemasyarakatan maupun prasarana dan sarana yang telah
dibangun sebelumnya menjadi hancur. Pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam kurun
waktu 1999 – 2005 difokuskan pada upaya‐upaya penanggulangan pasca konflik. Walaupun
demikian dalam kurun waktu tersebut pembangunan di Provinsi Maluku Utara tetap berjalan
sebagaimana mestinya dan telah menunjukan kemajuan berarti di berbagai bidang terutama
keberhasilan dalam menciptakan stabilitas keamanan wilayah yang semakin kondusif
sehingga pembangunan dapat terlaksana.
Pencapaian keberhasilan ditunjukan oleh kemajuan diberbagai bidang seperti bidang politik
dan pemerintahan, hukum dan keamanan, perekonomian daerah, sosial budaya dan
kemasyarakatan, infrastruktur, sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, pengembangan wilayah dan penataan ruang.
Propinsi Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terletak diantara 3 0 Lintang Utara‐
30Lintang Selatan dan 1240‐ 1290Bujur Timur memiliki luas wilayah 145.819,1 kilometerpersegi.
Sebagian wilayah Maluku Utara merupakan wilayah laut, yaitu seluas 100.731,44 kilometer
persegi (69,08 persen). Sisanya seluas 45.087,66 kilometer persegi (30,92 persen), adalah
daratan. Jumlah pulau di Provinsi Maluku Utara sebanyak 1.428 buah pulau besar dan kecil.
Dari aspek geologi, Wilayah Maluku Utara terdiri dari 2 (dua) lengkungan kesatuan yang
melintasi Philipina, Sangir Talaud dan Minahasa yang dilingkupi oleh lengkung Sulawesi dan
Palung Sangihe yang berciri vukanis dengan lengkung kontinen Melanesia yang bergerak dari
gugusan melalui Irian (Papua) Bagian Utara yang bercirikan bukan vulkanis. Selain itu
kepulauan di wilayah ini pada umumnya merupakan pertemuan jalur gempa lingkar pasifik.
Oleh karena itu, wilayah ini termasuk daerah rawan bencana.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -1
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Permasalahan yang dihadapi Provinsi Maluku Utara sebagai wilayah kepulauan adalah
rendahnya aksesibilitas, terbatasnya infrastruktur wilayah, rendahnya kualitas dan kuantitas
SDM, dan keamanan di laut, namun secara khusus wilayah ini masih memiliki keterbatasan
baik dibidang infrastruktur perekonomian, sosial, keamanan dan kelembagaan. Dalam rangka
upaya percepatan pembangunan di wilayah provinsi kepulauan, maka persoalan mendasar
yang dihadapi adalah terbatasnya kapasitas sumber‐sumber pembiayaan pembangunan
daerah (pendapatan daerah) baik yang diperoleh dari PAD, dan terutama melalui APBN.
Demikian halnya dengan penentuan DAU dan DAK yang kurang memperhatikan realitas
kondisi objektif wilayah kepulauan. Keterbatasan dalam upaya mengoptimalkan PAD, DAU
dan DAK, tidak terlepas dari ketentuan‐ketentuan regulatif terutama yang mengatur tentang
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan serta sistim bagi hasil antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka percepatan pembangunan Provinsi Maluku
Utara sebagai provinsi kepulauan. Jalinan kerjasama yang dilakukan oleh (tujuh) provinsi
kepulauan yang tergabung dalam Forum Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi
Kepulauan telah melakukan langkah‐langkah percepatan pembangunan daerah kepulauan di
berbagai aspek yaitu meliputi : aspek politik dan pemerintahan, apek hukum dan HAM, aspek
sosial ekonomi dan aspek pertahanan keamanan.
Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung
jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar‐
besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek
pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan
tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta
keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan
dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan
sumber Penelitian Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Maluku Utara “Studi Pendekatan
Strategi Pembangunan Berdimensi Wilayah Kepulauan Dalam Perspektif Otonomi Daerah”
daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman,
tertib, efektif, dan efisien.
Ditinjau dari aspek pengembangan wilayah, Provinsi Maluku Utara memiliki potensi dan
pengembangan yang sangat baik. Potensi yang strategis sangat menjanjikan pembangunan di
masa yang akan datang yaitu :
a) Letak yang strategis karena berada pada pelintasan dua kutub wilayah perekonomian
antara Sulawesi Utara (Manado, Bitung) dan Papua (Sorong, Jayapura), sehingga dapat
menjadi persinggahan komoditi‐komoditi antar kedua wilayah tersebut sebelum
dipasarkan ke konsumen.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -2
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
b) Provinsi Maluku Utara berada pada bibir lautan pasifik yang berhadapan langsung
dengan negara yang tumbuh dan maju seperti : Philipina, Malaysia dan Brunei
Darussalam, Korea, jepang dan Negara‐negara di Amerika Latin yang merupakan pasar
potensial. Untuk itu komoditi yang berpotensi untuk pengembangan eksport seperti :
Hasil laut, hasil hutan/kayu, kopra, cacao dan cengkih.
c) Dengan melihat karakteristik wilayah Provinsi Maluku Utara, terdiri dari 76,28 persen
merupakan perairan, maka dapat dikatakan bahwa, pengembangan potensi unggulan
daerah khususnya subsektor perikanan dan kelautan mempunyai prospek yang sangat
menjanjikan.
c) Konsep Pengembangan “Laut‐Pulau”, Konsep ini didasari oleh anggapan bahwa laut
merupakan sarana penghubung antar pulau‐pulau di Provinsi Maluku Utara, dan juga
dianggap sebagai wilayah potensial untuk dapat dibudidayakan, sehingga pemanfaatan
ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya juga terdapat di wilayah laut.
a) Kawasan sentra produksi misalnya Wilayah Halmahera Utara, Halmahera Selatan dan
Kota Tidore kepulauan merupakan sentra produksi kelapa, kakao, pala, cengkeh, vanili,
dengan komoditi andalan kelapa.
Kawasan Cepat Tumbuh, kawasan ini meliputi (1) Kawasan Halmahera Utara dan
sekitarnya; dan (2) Kota Ternate dan sekitarnya.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -3
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Kawasan Perbatasan, yaitu kawasan yang perlu diperhatikan dari segi kepentingan
pertahanan keamanan yaitu Kawasan Pulau Morotai dan Halmahera Timur.
Penelitian Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Maluku Utara “Studi Pendekatan
Strategi Pembangunan Berdimensi Wilayah Kepulauan Dalam Perspektif Otonomi
Daerah”
Kawasan Khusus, kawasan khusus ini, meliputi kawasan kritis dan kawasan rawan
bencana, kawasan kritis adalah kawasan yang dianggap kritis untuk dikembalikan
fungsinya, meliputi : areal perambahan hutan/pengusahaan hutan (HPHH), areal
bekas tambang, maupun perladangan berpindah yang dilakukan oleh penduduk
setempat. Sedangkan kawasan rawan bencana seperti kawasan rawan bencana
berupa gunung berapi, gerakan tanah dan gempa bumi serta tsunami. Kedua jenis
kawasan sampai saat ini belum dipetakan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -4
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Sedangkan permasalahan dalam penataan ruang adalah Rencana Tata Ruang belum dijadikan
acuan dalam pembangunan lintas sektor dan wilayah, serta banyaknya penyimpangan dalam
pemanfataan ruang. Keterbatasan ruang wiayah, perubahan struktur dan pola ruang serta
pertumbuhan dan mobilitas penduduk yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun
melahirkan kebutuhan akan Perencanaan tata ruang yang komprehensif dan
mengintegrasikan pendekatan berbasis wilayah kepulauan.
Calon lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo secara administrative berada di Wilayah Desa Wasileo,
Kecamatan Maba Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. Sesuai posisi
letak administrative, pengembangan wilayah lokasi ini akan berorientasi pada pusat-pusat
pertumbuhan di sekitar wilayahnya.
SP-SP lain di sekitar lokasi, kondisi saat ini memiliki orientasi pengembangan langsung ke Buli
atau Maba sebagai kota dengan tingkat hirarki pengembangan II (Ordo II), bahkan ke Tobelo
ibukota Kabupaten Halmahera Utara (Ordo II) dan selanjutnya ke Ternate (Ordo I).
Kecamatan Dorosagu (Ordo III) adalah kota kecamatan yang kurang berkembang, karena
akses dari lokasi studi cukup sulit (kondisi jalan rusak) dan kondisi fisiknya kurang
menguntungkan bagi pengembangan suatu kota (dikitari perbukitan). Oleh karena itu dapat
dipahami bahwa orientasi lalulintas perdagangan barang/jasa lebih banyak ke Kota Buli,
Maba, dan Tobelo.
Lokasi transmigrasi Patlean SP.5/Desa Wasileo terletak bersebelahan dengan Desa Wasileo
yaitu sekitar 15 menit perjalanan (± 3 Km), posisinya berada diantara sungai Ake Wayay dan
Sungai Ake Mabulan. Kondisi topografi Patlean SP.5/Desa Wasileo merupakan daerah dataran
dengan kemiringan lahan 0-3%.
Sarana transportasi menuju lokasi ini dari Sofifi adalah dengan menggunakan transportasi
darat menuju Tobelo dan dilanjutkan dengan menggunakan jalur transportasi laut menuju
Desa Wasileo. Sedangkan aksesibilitas menuju lokasi maupun keluar lokasi studi melalui jalur
darat masih dalam tingkat perencanaan jalan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -5
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Sehubungan dengan hal tersebut diatas biaya transportasi di lokasi studi relatif mahal, pada
tabel dibawah dapat dilihat route aksesibilitas dan biaya transportasi antar daerah disekitar
lokasi studi.
Penilaian fisik lahan didasarkan pada parameter utama penilaian yaitu berdasarkan penilaian
kesesuaian lahan. Parameter kesesuaian lahan telah mencerminkan keadaan permukaan
lahan (topografi), daya dukung lahan (macam dan sifat fisik-kimia tanah), kondisi iklim serta
keadaan drainase yang menggambarkan kondisi layak tidaknya lahan untuk digunakan
sebagai tempat hunian dan tempat usaha.
Dari areal survei seluas 950 Ha ternyata ha hampir seluruhnya merupakan lahan datar (0-3%)
dan hanya sebagian kecil terdapat bukit (16-25%) di sebelah timur areal survey seluas 11,31 Ha
(1,19 %). Meskipun areal survey terletak tidak jauh dari pantai, areal survey yang direncanakan
untuk permukiman transmigrasi tidak terkena pasang surut air laut. Kondisi drainase di areal
survey agak terhambat karena tidak lancarnya aliran permukaan dari alur-alur drainase alami
yang ada ke badan sungai, dengan adanya pembukaan lahan dan dibuatnya parit-parit di kiri-
kanan jalan poros atau jalan desa akan membuat lahan menjadi kering sehingga
memungkinkan untuk alokasi tapak rumah dengan tipe non panggung.
Berdasarkan kajian iklim dan macam tanah yang ada. Areal survey dapat dikembangkan
untuk budidaya tanaman padi sawah, tanaman pangan lahan kering, maupun tanaman
tahunan dengan kelas kesesuaian lahan actual dari cukup sesuai (S2) hingga sesuai marginal
(S3). Faktor penghambat utama kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian adalah
rendahnya kesuburan tanah. Faktor penghambat kesesuaian lahan ini dapat diperbaiki
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -6
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
dengan pemberian pupuk sehingga akan meningkatkan kesesuaian lahannya menjadi cukup
sesuai (S2) hingga sangat sesuai (S1) untuk pengembangan pertanian.
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku Utara skala 1 : 250.000, lokasi
Patlean SP.5/Desa Wasileo berada dalam kawasan Areal Penggunaan Lain (APL).
Pencadangan lokasi ini untuk pengembangan permukiman transmigrasi adalah berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Halmahera Timur Nomor : 168/ 28/ HT/ 2011 tentang Pencadangan
Areal Transmigrasi dengan luas pencadangan untuk Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo adalah
seluas 950 Ha.
Berdasarkan kondisi iklim yang ada di lokasi studi, air hujan dapat menjadi sumber air
potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Disamping air hujan, sumber
air potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih adalah air tanah
dangkal. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan membuat sumur uji baik di lahan
pekarangan maupun di pusat desa, air tanah dangkal di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
memiliki kedalaman berkisar antara 3 hingga 5 meter dari permukaan tanah dengan aquifer
batu pasir.
Dari perhitungan resiko banjir berdasarkan kajian iklim (curah hujan), tinggi tebing dan debit
sungai di sekitar areal survey serta pasang surut air laut yang terjadi, areal survey aman dari
resiko banjir. Pasang surut air laut di lokasi survey mempunyai fluktuasi perbedaan antara
pasang tertinggi (HLW) dan terendah (LLW) ± 2 meter, dan intrusi pasang surut air laut ini ke
dalam badan sungai hanya berjarak 500 meter hingga 1 km, sehingga masih sangat jauh dari
areal yang direncanakan untuk permukiman transmigrasi.
Penilaian kesesuaian permukiman ini terdiri dari beberapa bagian penilaian seperti yang telah
diuraiakan di atas, yaitu penilaian penilaian aksesibilitas lahan, penilaian fisik lahan, penilaian
status lahan, penilaian ketersediaan air dan resiko banjir. Sehingga kesesuaian permukiman
dapat menggambarkan bahwa lahan dapat layak huni, layak usaha, layak berkembang, dan
layak lingkungan.
Selain penilaian terhadap faktor-faktor di atas, beberapa hal perlu mendapat perhatian agar
areal survey sesuai untuk dikembangkan sebagai permukiman antara lain :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -7
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
2. Penggunaan air hujan sebagai sumber air bersih dilakukan dengan melakukan
penampungan air atap menggunakan gentong plastik 300 liter dengan kecukupan 4
(empat) buah gentong plastik/KK.
4. Pusat pertumbuhan terdekat yang untuk pemasaran hasil-hasil pertanian adalah ke Buli
(Kabupaten Halmahera Timur) dan ke Kota Tobelo (ibukota Kabupaten Halmahera
Utara).
Analisis tata ruang merupakan langkah awal dalam membuat desain tata ruang pemukiman.
Analisis ini dilakukan untuk menilai kesesuaian pemukiman dan kesesuaian lahan usaha,
meliputi lingkungan fisik lahan, lingkungan pertanian, sosial budaya dan ekonomi, dan
legalitas dari calon lokasi pemukiman transmigrasi beserta aksesibilitasnya.
Unit permukiman transmigrasi pada hakekatnya adalah penataan ruang unit permukiman
baru yang dirancang sebagai tempat tinggal transmigran dan dikelilingi oleh unit ruang yang
dijadikan lahan usaha, sehingga transmigran yang bermukim didalamnya akan
mengembangkan pemukiman barunya berdasarkan kegiatan usaha yang dilaksanakan pada
suatu tempat yang telah dibatasi oleh peruntukan lahan yang telah dialokasikan.
Untuk mewujudkan suatu bentuk pemukiman transmigrasi yang baik, haruslah ada dukungan
teknis lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya. Dukungan teknis dari lingkungan fisik
dalam hal ini adalah aspek pertama yang harus dipertimbangkan karena dapat menentukan
layak tidaknya suatu lokasi untuk diusahakan dan dikembangkan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -8
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
lingkungan bio - fisiknya juga lingkungan sosial – budaya dari transmigran pendatang dan
penduduk setempat.
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan terhadap pembangunan transmigrasi, maka harus
dilakukan studi perencanaan permukiman yang hasil perencanaannya dapat mempercepat
dan memperlancar kegiatan pembangunan fisik yang dapat mendukung bagi pelaksanaan
pembangunan di daerah.
Peruntukan lahan yang direncanakan berdasarkan kesesuaian lahan dan pola usaha
yang diusulkan.
Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan lain seperti
kawasan kehutanan, ladang/kebun penduduk kecuali ada penyerahan lahan oleh
penduduk dan lain sebagainya.
Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi dan sesuai
dengan kebutuhan pemukiman.
Kriteria perencanaan penyusunan rencana blok tata ruang pada RTSP ini adalah: Kelas
kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan tanaman pangan lahan
kering adalah kelas kesesuaian lahan minimal S3 (sesuai marginal). Kriteria yang digunakan
meliputi :
Pola permukiman adalah Desa berinti (Nucleus) dimana fasilitas umum dapat
mengakomodir kegiatan masyarakat setempat/transmigran
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -9
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Untuk perencanaan yang dekat dengan desa lama, Pusat Desa (FU) sebaiknya
melihat kondisi yang ada, apakah perlu rehabilitasi atau membuat baru, di Pusat
Desa Baru/Lama
c. Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah permukiman terutama antar jalan desa
harus saling berhubungan.
d. Kapling rumah transmigrans harus menghadap ke jalan desa dan saling berhadapan
dengan rumah didepannya, pola yang diterapkan adalah empat mengelompok, yaitu
dua rumah dari dua blok LP dibangun bergandengan dan berhadapan dengan dua
rumah di depannya. Sehingga dapat menciptakan interaksi sosial yang lebih baik
antar transmigran.
a. Alokasi lahan untuk transmigran pola tanaman pangan lahan basah sebesar
2,00 Ha/KK, dengan perincian sebagai berikut :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -10
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Kuburan : 2,25 Ha
Tanah Bengkok : 12,50 Ha
Test Farm/Seed Farm : 2,00 Ha
Berdasarkan hasil analisis lahan yang ada dengan memilah lahan yang layak secara fisik dan
lahan yang dialokasikan untuk konservasi, maka ketersediaan lahan di lokasi Patlean
SP.5/Desa Wasileo dapat direncanakan untuk lokasi permukiman dengan daya tampung 200
KK. Hasil analisis ketersediaan lahannya disajikan pada Gambar 3.1. berikut.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -11
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Gambar 3.1
Bagan Alir Analisis Tata Ruang Patlean SP.5/Desa Wasileo
LahanTidak Sesuai
(Areal Konservasi)
44,75 Ha
Lahan Cadangan
8,50 Ha
Daya Tampung
200 KK
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -12
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Dari analisa seleksi lahan efektif seperti Nampak pada Gambar 3.1. di atas, maka di areal survai
Patlean SP.5/Desa Wasileo didapatkan daya tampung sebesar 200 KK dengan peruntukan
Lahan Pekarangan seluas 50,00 Ha, Lahan Usaha I seluas 150,00 Ha dan Lahan Usaha II seluas
200,00 Ha. Rincian alokasi lahan untuk masing - masing peruntukan seperti terlihat pada
Tabel 3.4.1.
Tabel 3.4.1
Rencana Tata Ruang Patlean SP.5/Desa Wasileo
Panjang Luas
No Alokasi Lahan Jumlah Keterangan
(m) Ha %
I Lahan Dibuka
1. Lahan Pekarangan (0,25 Ha) 200 - 50,00 5,27 LC
2. Lahan Usaha I (0,75 Ha) 200 - 150,00 15,78 LC
3. Pusat Desa (FU) - - 8,00 0,84 LC
4. Jalan Poros (ROW 20 m) - 470 0,94 0,10 LC
5. Jalan Desa (ROW 10 m) - 5.490 5,49 0,58 LC
6. Kuburan - - 2,25 0,23 LC
7. Tanah Bengkok - - 12,50 1,31 LC
8. Test Farm/Seed Farm - - 2,00 0,21 LC
9. Alokasi Jalan Lahan Usaha I (ROW 5 m) - 3.270 1,63 0,18 LC
Sub Jumlah I 9.230 232,81 24,50
II Lahan Tidak Dibuka
1. Lahan Usaha II (1,00 Ha) 200 - 200,00 21,06 Non LC
2. Pangonan - - 1,50 0,16 Non LC
3. Tanah Kas Desa - - 10,00 1,05 Non LC
4. Lahan Cadangan - 8,50 0,89 Non LC
5. Konservasi - - 44,75 4,71 Non LC
6. Enclave Kebun Kelapa Produktif dan - - 452,44 47,63 Non LC
Penggunaan lain
Sub Jumlah II - - 717,19 75,50 Non LC
Jumlah I + II - 9.230 950,00 100,00 -
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013
Keterangan : LC = Land Clearing (Pembukaan Lahan)
Struktur tata ruang yang direncanakan pada Patlean SP.5/Desa Wasileo terdiri dari Pusat
Desa, Lahan Pekarangan, dan Lahan Usaha. Pola permukiman yang direncanakan adalah pola
konsentris yaitu pusat desa terletak di tengah, kemudian dikelilingi oleh lahan pekarangan
dan lahan usaha.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -13
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
1. Pusat Desa/FU seluas 8,0 ha, terletak di dalam satu blok yang meliputi fasilitas umum
2. Areal untuk Lahan Pekarangan (LP) dalam perencanaan ini seluas 0,25 Ha dengan ukuran
kapling 25 x 100 m.
4. Lahan Usaha II (LU II) seluas 1,0 Ha dengan ukuran kapling 100 x 100 m.
5. Fasilitas umum yang terletak di luar pusat desa dan merupakan bagian lahan yang akan
dibuka meliputi lahan kuburan, Tanah bengkok. Fasilitas umum kuburan seluas 2,25 Ha
dan dibuat tidak terlalu jauh dari pusat desa.
Tata ruang yang terjadi dibuat berdasarkan pemanfaatan dan pengaturan ruang secara
optimal dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Secara makro, bentuk tata ruang mengelompok sesuai dengan areal yang layak sebagai
lahan Pekarangan dan lahan Usaha. Masing - masing KK mendapat alokasi Lahan
Pekarangan 0,25 Ha dan Lahan Usaha I sebesar 0,75 Ha dan Lahan Usaha II 1,0 Ha.
2. Jalan Poros yang direncanakan berakses ke jalan desa dan direncanakan terhubung
dengan jalan penghubung ke Patlean SP.4.
3. Jalan Desa yang direncanakan menghubungkan antar lahan pekarangan dengan Pusat
Desa (PD).
4. Karena akses utama menuju ke luar lokasi transmigrasi adalah melalui jalur laut dari Desa
Wasileo, maka perlu dibuat dermaga di Desa Wasileo yang menjorok ke laut sepanjang
500 meter karena kondisi saat ini kapal Ferry tidak dapat merapat ke pantai sehingga
menjadi kendala pada saat dilakukan bongkar muat hasil bumi.
6. Untuk sarana ibadah dibuat masjid sebanyak 1 buah satu di pusat desa.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -14
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Rancangan kapling yang dibuat mengikuti pola empat mengelompok, dimana dua rumah
transmigran dibuat berdekatan dekat dengan batas kapling lahan pekarangan dan
berhadapan dengan dua kapling rumah yang ada di depannya (seberang jalan desa).
Alokasi lahan yang terdapat di fasilitas umum (pusat desa) yang belum terpakai sebaiknya
jangan digunakan/dikonversi untuk peruntukan lain yang bukan bangunan fasilitas umum.
Hal tersebut untuk mengantisipasi kebutuhan sarana fasilitas umum dimasa datang seiring
dengan perkembangan pemukiman, sehingga lahan yang dibutuhkan tersedia.
Sebagai gambaran tata ruang Patlean SP.5/Desa Wasileo dapat dilihat pada peta Rencana
Tata Ruang Gambar 3.2. Sedangkan tata ruang pusat desa dapat dilihat pada Peta Detail Tata
Ruang Gambar 3.3.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -15
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Gambar 3.2
Peta Rencana Tata Ruang (RTSP)
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -16
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Gambar 3.3
Peta Detail Tata Ruang
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -17
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Di sekitar lokasi studi terdapat 4 (empat) SP termasuk SP.5. Daya tampung masing-masing
SP yang ada di lokasi survey adalah sebagai berikut :
Karena di lokasi studi ini belum adanya delineasi atau penamaan struktur Satuan Kawasan
Permukiman (SKP) dan mengingat cukup banyaknya SP-SP yang ada di lokasi studi maka SP-
SP yang ada di lokasi studi dimasukan kedalam satu SKP (SKP A), dengan pusat SKP yang
diusulkan adalah di SP.5 dengan pertimbangan kemudahan transportasi arus barang dan jasa
baik kondisi saat ini (transportasi laut) melalui Desa Wasileo, maupun dimasa yang akan
datang apabila jaringan “jalan kabupaten” ruas Patlean-Wasileo-Dorosagu-Buli hingga ke
Maba (Ibukota Kabupaten Halmahera Timur) telah dikembangkan.
Jumlah SP yang ada didalam satuan kawasan permukiman (SKP A) Patlean ini hanya berjumlah 4
(empat) SP. Penambahan jumlah SP didalam kawasan SKP A ini tidak dapat dilakukan karena
sudah tidak ada lagi kawasan APL, kecuali dengan melakukan alih fungsi kawasan HPK menjadi
APL.
Dalam perencanaan pengembangan wilayah dikenal adanya sistem hirarki pusat-pusat. Pusat
yang hirarkinya lebih rendah berada dalam wilayah pengaruh atau merupakan sub-ordinasi
dari pusat di atasnya. Wilayah pengaruh pusat dari sekelompok pusat-pusat yang berada
dalam sub-ordinasinya tersebut membentuk suatu wilayah yang menggambarkan adanya
struktur wilayah dan tercakup dalam satuan mekanisme pengembangan.
Pusat yang lebih tinggi hirarkinya memiliki fasilitas pelayanan yang lebih lengkap, sehingga
dapat berfungsi dan berperan dalam memberikan pelayanan untuk menunjang kelangsungan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -18
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
kehidupan Sosial ekonomi dan administratif pada hirarki pusat yang lebih rendah, disamping
itu juga akan memperjelas orientasi perkembangan masing-masing pusat tersebut.
Agar permukiman yang direncanakan mempunyai orientasi perkembangan yang jelas dan
terarah serta memungkinkan terjadinya interaksi internal dalam mendapatkan pelayanan
Sosial ekonomi dari pusat-pusat yang hirarkinya lebih tinggi, maka kedudukan SP yang di
survei perlu dianalisa. Hirarki pusat-pusat dikaitkan dengan fungsi SP dibedakan atas :
Mengingat status kawasan hutan di kawasan Patlean ini sudah tidak adanya lagi kawasan APL
yang dapat dikembangkan, maka SKP di kawasan Patlean ini (SKP A) hanya terdiri dari 4 SP.
Sehingga fungsi SP-SP di kawasan ini termasuk kedalam SKP A dan diusulkan untuk
dimasukkan kedalam hirarki pusat pertumbuhan diatasnya yaitu kedalam Wilayah
Pengembangan Transmigrasi (WPT) yang terdekat.
Daerah studi termasuk kedalam wilayah Desa Wasileo Kecamatan Maba Utara Kabupaten
Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo merupakan satuan permukiman dengan pola Tanaman
Pangan Lahan Kering (TPLK). Lokasi ini diusulkan sebagai unit permukiman transmigrasi
(UPT) dengan daya tamping 200 KK. Pembangunan lokasi ini sebagai UPT baru akan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -19
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Alinemen jalan yang direncanakan adalah berupa jaringan jalan untuk melayani mobilisasi
penduduk dalam suatu kawasan pemukiman. Jaringan jalan yang direncanakan di lokasi
Patlean SP.5/Desa Wasileo dapat dilihat pada Gambar 3.4 sedangkan uraian dari masing -
masing peruntukannya adalah sebagai berikut :
a) Rencana Jalan Poros sepanjang 470 meter (DMJ = 20 meter dengan badan jalan 10
meter, perkerasan 4,5 meter). Jalan ini menghubungkan pusat desa Patlean SP.5/Desa
Wasileo dengan dengan jalan penghubung. Jalan poros ini dilengkapi gorong-gorong
beton panjang 7,5 meter sebanyak 2 buah.
b) Rencana Jalan Desa sepanjang 5.490 meter (DMJ = 10 meter dengan badan jalan 4,5
meter, perkerasan 3,0meter), dilengkapi dengan gorong - gorong beton panjang 6
meter sebanyak 28 buah, dibangun pada setiap perpotongan jalan desa dengan jalan
poros maupun jalan desa lainnya.
c) Rencana Jalan Lahan (LU) sepanjang 3.270 m (DMJ = 5 meter) untuk memudahkan
aksesibilitas dari dan ke lahan usaha. Jalan usaha ini dilengkapi gorong-gorong beton
panjang 3,5 meter sebanyak 5 buah.
Dimasa yang akan datang arus perdagangan barang dan jasa dari kawasan permukiman
transmigrasi Patlean diharapkan tidak lagi menggunakan jalur transportasi laut. Berdasarkan
Peta Infrastruktur Kabupaten Halmahera Timur sudah terdapat perencanaan jaringan jalan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -20
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Perhitungan volume dan biaya pekerjaan pembangunan jalan adalah berdasarkan rencana
Jalan Poros, Jalan Desa, dan Jalan Lahan berikut dengan pembuatan gorong - gorong beton.
Tabel 3.4.-2
Volume Pembangunan Jalan dan Gorong-gorong
Penetapan standar harga yang digunakan untuk satuan bahan, barang dan upah adalah
Standar Harga yang berlaku di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Halmahera
Timur Provinsi Maluku Utara tahun anggaran 2012.
Untuk penimbunan dan pembentukan badan jalan poros dan jalan desa digunakan timbunan
tanah setempat dari hasil penggalian drainase di kiri-kanan jalan. Sedangkan material untuk
perkerasan jalan dapat diperoleh dari sungai Ake Mabulan yang terletak di sebelah barat daya
calon lokasi permukiman Patlean SP.5/Desa Wasileo yang berjarak 4,18 km dari BMJ-0.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -21
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Gambar 3.4
Peta Alinemen Jalan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -22
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Luasan pembukaan lahan tersebut ditentukan oleh batas - batas areal yang akan dibuka
maupun areal yang tidak dibuka, sehingga diharapkan tidak akan terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaannya.
Lahan yang akan dibuka diarahkan dengan pembuatan patok - patok Batas Pembukaan Lahan
(BPL) dengan menggunakan pipa paralon (PVC). Jumlah dan jenis lahan akan dibuka meliputi
Lahan Pekarangan (LP), Pusat Desa (PD), Kuburan, Tanah bengkok, Jalan Desa, Jalan Poros,
dan jalan lahan usaha yang berada pada areal lahan yang diperuntukkan untuk LP dan LU I.
Jumlah total areal batas pembukaan lahan adalah seluas 232,81 Ha.
Tabel 3.5-1
Rincian Areal Pembukaan Lahan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Tabel 3.5-2
Koordinat Patok Batas Pembukaan Lahan
di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -23
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Pembukaan lahan hanya dilakukan pada areal/lahan yang diperuntukan untuk lahan
pekarangan, Lahan Usaha I dan lahan fasilitas umum. Pemilihan metode pembukaan lahan
didasarkan kepada jenis penutupan vegetasi dan macam tanah yang ada di lokasi studi.
Berdasarkan hasil pengamatan, penggunaan lahan yang akan dibuka adalah hutan tersier dan
ladang/tegalan. Berdasarkan jenis penutupan vegetasi yang ada, metode pembukaan lahan
yang disarankan adalah metode semi mekanis. Pada metode ini pembukaan lahan dilakukan
hanya dengan alat bantu sederhana seperti kapak, parang, linggis, dan gergaji. Satu-satunya
alat mekanis yang digunakan adalah chain saw.
Tabel 3.5-3. Jenis Penggunaan Lahan, Luas dan Metode Pembukaan Lahan yang
Direkomendasikan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Peruntukan Jenis Pengunaan Lahan (Ha)
No Tahapan Pembukaan Lahan
Lahan HT LD SB KP Total
1 PD 8,00 - - - 8,00 Tebas-Tebang-Potong dan Pilah-
Kumpul-Bersih
2 LP 35,75 14,25 - - 50,00 Tebas-Tebang-Potong dan Pilah-
Kumpul-Bersih
3 LU I 105,25 44,75 - - 150,00 Tebas-Tebang-Potong dan Pilah-
Kumpul-Bersih
Total 149,00 59,00 - - 208,00
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013Keterangan : HT = Hutan Tersier, LD = Ladang/Tegalan, SB = Semak Belukar,
KP = Kebun Produktif Masyarakat.
Tabel. 3.5-4. Kondisi LP, LU-I dan PD dan Metode Pembukaan Lahan
di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -24
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
1. Tebas
Yaitu menebas bersih semak belukar dan pohon - pohon yang berdiameter < 7 cm. Tunggul
hasil penebasan kemudian dipotong rata permukaan tanah. Segera setelah penebasan pohon
- pohon kemudian direncek hingga cabang - cabang, dahan-dahan pohon terpisah dari
induknya dan dengan demikian hasil rencek dapat dengan mudah diangkut kejalur - jalur
penumpukan agar tidak tertindih dengan tumbangan pohon besar berikutnya.
2. Tebang
Proses ini menebang pohon-pohon yang berdiameter 7 – 10 cm. Tunggul hasil penebangan
kemudian dipotong rata dengan permukaan tanah. Segera setelah penebangan, pohon -
pohon yang tumbang kemudian direncek hingga cabang - cabang dan dahan, ranting - ranting
pohon terpisah dari batang induknya.
3. Potong
Proses ini memotong - motong batang kayu yang sudah direncek dan memotong - motong
hasil rencekan agar lebih mudah untuk diangkut kepenumpukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Kayu - kayu yang tidak dapat dimanfaatkan dipotong-potong dengan ukuran 2 m dengan
tujuan agar mudah diangkut ketempat penumpukan.
c. Kayu - kayu untuk keperluan kayu bakar transmigran dipotong-potong dengan ukuran
kecil (± 2 m) dengan tujuan agar dapat diangkut atau dipindahkan dengan mudah
ketempat pengumpulan dibatas kapling lahan usaha.
d. Kayu limbah berupa cabang, dahan hasil rencekan harus dipotong - potong dengan
ukuran 1 – 2 m.
4. Pilah
Memilih dan memilah hasil perencekan dan pemotongan untuk memisahkan kayu limbah dan
kayu yang dapat dimanfaatkan.
5. Kumpul
b. Mengumpulkan dan menumpuk kayu - kayu yang secara potensial masih dapat
dimanfaatkan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -25
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
c. Semua jenis potongan batang, cabang, dahan dan ranting yang masih berada diantara
jalur tumpukan kayu harus dipindahkan kedalam jalur antara tumpukan kayu.
6. Bersih
b. Pembersihan akhir, yaitu mengumpulkan sisa dahan, ranting, dan serasah daun, serta
menumpuknya disamping jalur - jalur tumpukan yang ada sehingga tersedia lahan yang
bersih untuk dimanfaatkan menjadi lahan usaha tani oleh transmigran.
Lokasi RTSP Patlean SP-5 / Desa Wasileo yang akan dikembangkan menjadi kawasan
permukiman transmigrasi dengan pola TU – TPLK, merupakan kawasan yang kondisi
topografi yang datar dan jenis tanahnya aluvial, Gleisol, kambisol dan regosol .. Mengingat
kondisi lahannya, curah hujan sedang, maka potensi erosi baik erosi percik maupun erosi alur
kemungkinannya sangat rendah.
Berdasarkan kondisi lokasi yang umumnya berupa hutan tersier, semak dan sedikit belukar
dengan pohon-pohon kecil, serta pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pembukaan lahan, maka pelaksanaan pembukaan lahan sebaiknya dilakukan
secara manual agar mengurangi kerusakan permukaan tanah. Peralatan yang diperlukan
adalah chainsaw, parang dan lain-lain. Untuk pembersihan tunggul-tunggul pohon yang
masih ada juga dapat dilakukan secara manual. Penggunaan alat berat hanya diperlukan pada
waktu pembuatan badan jalan, diantaranya penggunaan bulldozer (D6-D8), grader dan
dumptruck.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -26
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Untuk penyiapan lahan dengan metode tersebut selain diperlukan alat-alat dari berbagai tipe
sesuai dengan kondisi lahan yang ada juga diperlukan berbagai disiplin tenaga ahli seperti,
Site Manager, Land Clearing, Specialist, Tenaga Pelaksana, dan Tenaga Administrasi serta
Buruh Lokal.
Perkiraan biaya pembukaan lahan beserta luasannya disajikan pada Tabel 3.5.5
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -27
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -28
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Gambar 3.5
Peta Batas Pembukaan Lahan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -29
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Bangunan yang dipersiapkan dan diperlukan sesuai peruntukan antara lain rumah
transmigran dan jamban keluarga, serta bangunan fasilitas umum.
Dari hasil penyusunan RTSP diperoleh daya tampung lahan pekarangan sebanyak 200 KK,
maka jumlah kapling rumah ada 200 buah. Ukuran bangunan rumah transmigran 6 x 6 m2 (36
m2) dibuat dengan tipe semi permanen dengan tinggi dinding tembok setinggi 80 cm.
Rangka bangunan dan dinding papan untuk bangunan fasilitas umum terbuat dari kayu kelas
1, sedangkan untuk rumah transmigran terbuat dari kayu kelas 2 dengan atap seng
gelombang (1 unit rumah 62 lembar), dilengkapi dengan 2 buah gentong penampung air.
Jenis jumlah bangunan rumah transmigran dapat dilihat pada Tabel 3.6-1.
Tabel 3.6-1
Jenis dan Jumlah Bangunan Rumah Transmigran
Jumlah
No Jenis Fasilitas Umum Tipe Banguan Keterangan
(Unit)
Rencana bangunan fasilitas umum (Fasum) disesuaikan dengan tingkat kebutuhan bagi
pelayanan transmigran, yaitu bangunan fasilitas sosial, ekonomi dan budaya. Posisi bangunan
bangunan tersebut mempertimbangkan hubungan fungsional satu sama lain agar memiliki
tingkat kemudahan pencapaian maupun pelayanannya.
Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat fasilitas umum yang terdapat di Pusat Desa,
maka perlu diperhatikan kriteria dalam penyiapannya yaitu :
a) Semua bangunan hendaknya terletak di tepi jalan poros
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -30
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
b) Bangunan gudang beras dan pupuk harus terletak di tepi jalan poros.
Jenis bangunan fasilitas umum yang diusulkan dibangun di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
dapat dilihat pada Tabel 3.6-2.
Tabel 3.6-2
Alokasi Jenis Bangunan Fasilitas Umum di Di Pusat Desa
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -31
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Gambar 3.6
Peta Detail Pusat Desa
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -32
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Pembangunan perumahan dan sejumlah fasilitas umum yang akan dibuat memerlukan
sejumlah besar bahan material, seperti semen, seng, paku dan lainnya. Semua kebutuhan
bahan bangunan tersebut harus didatangkan dari luar lokasi proyek kecuali kebutuhan akan
kayu masih banyak terdapat di sekitar areal proyek. Sedangkan bahan bagunan harus dibeli
Tobelo dengan menggunakan transportasi laut (8 jam perjalanan).
Biaya penyiapan bangunan untuk RTJK dan Fasilitas Umum dapat dilihat pada table dibawah
ini.
Tabel 3.6.3 Jumlah Biaya dan Jenis Bangunan (RTJK, Fasilitas Umum)
yang akan dibangun di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Jumlah 10.422.600.000
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -33
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Bentuk usaha tani yang dimaksud adalah kegiatan usaha tani dalam meningkatkan daya guna
lahan dan produktivitas tanaman di lahan transmigrasi. Bentuk usaha tani yang akan
diterapkan di lokasi adalah usaha tani lahan kering dengan bentuk usaha tani persawahan
tadah hujan, Ladang/Kebun pada saat musim kering, usaha tani perkebunan dan usaha
peternakan serta pengembangan usaha perikanan/nelayan. Dilokasi survey usaha tani yang
dilaksanakan masyarakat dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut : 1). Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat,
2). Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah, 3).
Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten dan 4). Kurang
memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya.
Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja,
modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertania. Di Indonesia, selain usahatani dikenal pula istilah perkebunan, yang sebenarnya
juga merupakan usaha tani yang dilaksanakan secara komersial. Saat ini belum ditemukan
perusahaan perkebunan yang beroperasi di lokasi studi yaitu. Ada beberapa hal yang
membedakan usaha tani penduduk dengan usaha tani perkebunan antara lain sebagai berikut
:
1. Luas lahanUsahatani memiliki lahan yang sempit, sedangkan perkebunan memiliki lahan
yang luas.
2. Status lahan. Usahatni status lahannya milik sendiri, sewa, dan sakap(garapan) sedangkan,
perkebunan status lahannya memakai Hak Guna Usaha (HGU), dan biasanya dimiliki oleh
swasta.
3. Pengelolaan. Usahatani dikelola secara sederhana, sedangkan perkebunan secara kompleks.
4. Jenis tanaman. Usahatani jenis tanamannya campuran atau monokultur pangan, sedangkan
perkebunan tanaman perdagangan monokultur.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -34
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
diusahakan.
Tipe usahatani yang diterapkan akan menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada
macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
a. Macam tipe usahatani :Usahatani padi dan Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian,
jagung)
b. Cara penyusunan tanaman:
Usahatani Monokultur:Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu
lahan.Pola ini idak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada lahan yang
sama. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang memiliki lahan
khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang sempit.
Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis
sayuran dalam suatu luasan lahan. Menurut Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa
prinsip tumpangsari lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya :
o Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih mempunyai
umur yang tidak sama
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -35
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Lahan utama dalam melakukan kegiatan usahatani di lokasi studi adalah lahan pekarangan (LP =
0,25 Ha) yang berada di dekat perumahan pemukiman warga dan Lahan Usaha I (LU I = 0,75
Ha) serta lahan usaha II (LU II = 1 Ha). Kegiatan utama yang akan dilakukan adalah
pemnafaatan lahan pekarangan dengan luas lahan 0,25 Ha atau 2.500 m2 dengan usaha tani lahan
Basah (usaha tani ladang/kebun dan sawah tadah hujan).
Pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan usaha dalam rangka mempercepat perkembangan usaha
perekonomian transmigrasi dan masyarakat di sekitarnya serta untuk menyediakan kebutuhan
bahan pangan yang seimbang bagi keluarga transmigran dan untuk mengurangi resiko kegagalan
panen maka pengembangan pola penanaman komoditas tanaman pangan dan sayuranserta
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -36
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
tanaman tahunan/buah-buahan yang beragam secara monokultur dan polikultur sangat diperlukan.
Cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang diperuntukkan kepada Keluarga transmigran yang
meliputi LP, LU I, dan LU II dengan menanami tanaman yang cocok dengan kondisi geofisik dan
lahan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi / setidaknya dapat mencukupi kebutuhan
keluarga dan investasi. Pada Pola Transmigrasi Umum Lahan Perkebunan yang diusulkan di
lokasi studi, transmigran nantinya mendapatkan lahan seluas 2 ha yang terdiri dari Lahan
Pekarangan seluas 0,25 Ha, Lahan Usaha I ( LU I ) seluas 0,75 Ha, dan Lahan Usaha II seluas 1,0
Ha, sedangkan untuk pusat desa / Fasilitas umum seluas 4,0 Ha/SP. Prioritas pemanfaatan lahan
untuk pengembangan komoditas pertanian yaitu : tanaman pangan dan hortikultura pada Lahan
Pekarangan dan tanaman pangan dan tahunan (perkebunan) pada Lahan Usaha I dan Lahan
Perkebunan pada Lahan Usaha II.
Sasaran yang ingin dicapai pada pemanfaatan lahan untuk sub sektor tanaman pangan dan sub
sektor perkebunan adalah :
1. Meningkatkan produktivitas lahan, baik dengan cara melakukan usaha tani atau dengan
usaha peternakan sehingga lahan yang digunakan memiliki daya guna yang lebih optimal.
2. Menjaga dan melestarikan ketersediaan sumberdaya lahan, setidaknya beberapa tanaman atau
tumbuhan yang berpotensi dapat dipertahankan serta lahan yang sudah dibuka menjadi lebih
lestari dengan dilakukan budidaya secara intensif.
3. Membudidayakan tanaman yang cocok berdasarkan kesesuaian biofisik (lahan, iklim) dan
secara ekonomi yaitu adanya permintaan pasar, serta teknologi budidaya yang tepat guna.
4. Melakukan intensifikasi lahan serta diversifikasi pemanfaatan lahan untuk usaha peternakan
dengan penerapan sistem pertanian terpadu berwawasan lingkungan (Integrated Farming)
dalam menjaga tingkat kesuburan tanah. Untuk usaha peternakan setidaknya tidak diliarkan
dan dilakukan budidaya secara intensif.
5. Mendapatkan hasil produksi pertanian dan perkebunan dalam rangka memenuhi konsumsi
sendiri dan kebutuhan lokal/nasional.
6. Memberikan peningkatan dalam pendapatan keluarga transmigran, yang pada akhirnya dapat
melakukan kegiatan investasi untuk usaha serta perbaikan taraf hidup menjadi lebih
sejahtera.
Jadwal dan pola penanaman yang akan diterapkan di lokasi studi tentunya disesuaikan
berdasarkan kondisi iklim yang dikaitkan dengan kebutuhan tanaman terhadap air.
Ketersediaan sumberdaya manusia (tenaga kerja) dianalisis berdasarkan data kependudukan
dan sosial ekonomi, sedangkan sarana produksi tanaman disusun berdasarkan pendekatan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -37
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
upaya peningkatan produktivitas lahan dalam rangka mendapatkan hasil produksi yang
optimal, dengan cara pemupukan, pengapuran, pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu serta pengelolaan gulma dan lahan secara optimal. Perkiraan produksi tanaman
diperhitungkan melalui :
Frekuensi / jadwal penanaman tanaman dalam satu periode (12 bulan), apakah 1 kali atau 2
kali dalam satu tahun, khususnya dilokasi studi hanya satu kali melakukan penanaman
dalam satu tahun.
Jenis tanaman yang diusahakan apakah satu jenias atau banyak jenis, setidaknya
diusahakan beberapa jenis tanaman dalam satu lahan usaha tani. Hal ini perlu dilakukan
dalam meminimalkan resiko kegagalan usaha tani.
Besar kecilnya ketersediaan sarana produksi tanaman (saprotan) yang digunakan seperti
Insektisida, Fungisida, Rodentisida, Herbisida, Nematosida, Pupuk, Kapur dan benih.
Tingkat intensitas dalam melakukan perawatan tanaman dan pengendalian organisme
penganggu tanaman. Pada dasarnya kegiatan pemeliharaan tanaman berbanding lurus
dengan tingkat produksi yang dihasilkan.
Desk study, dengan mengacu pada hasil penelitian instansi yang terkait dan sumber data
kecamatan atau kabupaten dalam angka serta data kualitatif dari pelaku di lokasi studi
(observasi lapangan).
Bentuk usaha tani yang diusulkan untuk dikembangkan di lokasi studi adalah dengan pola
TPLK. Jenis dan alokasi lahan yang akan diusahakan transmigran adalahLahan Pekarangan
(LP) dan Lahan Usaha (LU):
Usaha Tani Pemanfaatan Lahan Pekarangan (LP) dan Lahan Usaha (LU)
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -38
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
memenuhi kebutuhan gizi keluarga antara lain kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral. Oleh karena itu jenis komoditi yang diusahakan berdasarkan kondisi geofisik dan
kesesuaian lahan adalah tanaman pangan seperti padi sri tanjung dan padi sawah, ubi kayu,
ubi jalar, jagung dan sayur-sayuran seperti sawi, tomat, kol, cabe, bayam, kangkung dan labu
serta lainnya. Disamping tanaman tersebut, lahan usaha ini dapat diprioritaskan untuk
tempat pemeliharaan ternak seperti sapi/kerbau, kambing, ayam dan itik. Letak lahan ini
berada disekitar rumah, maka diharapkan usahatani pada lahan ini akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif. Penataan ruang pada Lahan Pekarangan (LP) seluas 0,5 Ha
dilokasi transmigrasi dengan peruntukan sebagai berikut :
16
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -39
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
17
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -40
1. Tanaman pagar
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
2. Area parkir/tanaman buah
3. Toga
5. Lantai jemur/multiguna space
6. Lahan sayuran dan tanaman buah-buahan
16
15
7. Lahan tanaman palawija
14
12
9. Tanaman ubi jalar
13
17
17. Pepaya
18. Tanaman buah
2
3
Lahan usaha yang dimaksud dalam hal ini adalah lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari dan lahan untuk investasi bagi masyarakat di masa depan serta lahan yang dapat
digunakan untuk kerjasama dengan pihak investor. Lahan usaha dalam hal ini di bagi menjadi
dua bagian yaitu lahan usaha I (LU I) untuk penambahan kebutuhan pendapatan sehari hari
masyarakat dengan luas 0,75 Ha dan Lahan Usaha II (LU II) yang dapat digunakan sebagai
lahan Investasi atau lahan diversifikasi usaha dengan luas 1,0 Ha, umumya dapat diarahkan
untuk lahan usaha perkebunan seperti kelapa, pala, kakao atau tanaman lainnya yang
prospek.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -41
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -42
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
sekitar lokasi studi (menghasilkan tingkat pengetahuan dan keberhasilan yang dilakukan) dan
metode pemilihan komoditas dengan memberikan skoring pada komoditi terpilih
berdasarkan prioritas seleksi sebagai berikut :
1. Pemasaran hasil produksi tanaman, perikanan atau peternakan
2. Penguasaan Teknis budidaya dan lingkungan tumbuh di lokasi studi
3. Kesesuaian ekonomi yaitu apakah ada kelembagaan yang mengelola atau membantu
dalam usaha yang dijalankan
4. Organisasi pengelolaan yang ada seperti kelompok tani, penyuluh atau instansi terkait
dari pemerintah atau perusahaan swasta
5. Kelembagaan support tersedianya perusahaan pendamping atau lembaga pengelolaan
khusus untuk komoditi yang dikembangkan, termasuk lembaga pembiayaan bukan
perorangan (seperti : toke/pembeli/tengkulak, rentenir dan sejenisnya)
6. Dan keberadaan tanaman yang ditanam, apakah di lokasi tanaman tersebut
dibudidayakan oleh warga/masyarakat setempat.
Berdasarkan hal tersebut maka Jenis-jenis tanaman yang diusulkan untuk dapat di
kembangkan dibagi dalam kriteria jenis tanaman seperti data dibawah ini :
1. Tanaman Pangan Sawah tadah hujan dan Padi sawah, Jagung, ubi kayudan ubi
Jalar
2. Tanaman Sayuran Sawi, kangkung, bayam, tomat,cabe, petsai buncis, labu,
mentimun dan lainnya
3. Tanaman Buah-buahan ambu, Pisang, pepaya, Mangga, Durian, Nangka Rambutan,
Lengkeng, Jeruk, Sawo, melon, semangka
4. Tanaman Perkebunan elapa, Pinang, Kelapa sawit, kakao, pala
5. Tanaman Kehutanan Jabon, mahoni, Sengon, Jati, Gmelina dll
Hasil produksi jenis-jenis tanaman ini selain untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi
keluarga transmigran juga diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama transmigran.
Perincian tentang jenis tanaman serta varietas yang diusulkan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -43
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Salah satu buah lokal yang dapat menjadi andalan khususnya di desa Wasileo buah Jeruk,
Langsat dan lainnya merupakan salah satu tanaman yang paling banyak di budiayakan
masyarakat dan mudah dalam penjualannya serta potensi pasar masih terbuka. Salah satu
buah unggul ini seperti jeruk mempunyai ciri khas sendiri dengan kualitas rasa yang manis dan
enak serta mempunyai aroma yang khas. Jenis tanaman lain yang memiliki potensi besar dan
dapat dijadikan andalan untuk dikembangkan adalah tanaman kelapa, pinang dan pala
dengan catatan tersedianya pengolahan paska panen dan pengolahan lanjutannya serta
adanya pasar dalam skala besar di lokasi yang terdekat (seperti Kota Tobello, Maba dan
Sekitarnya). Kelapa merupakankomoditi yang mempunyai prospek pasar yangcukup luas,
baik di dalam maupun di luarnegeri. Kelapa mempunyai nilai ekonomi tinggisebagai bahan
produk minyak nabati, kopra, arang aktif bahan makanan sampai bahan baku industri
danperabot rumah tangga seperti sofa/spring bed. Sedangkan komoditi Pala
dapatdimanfaatkan sebagai bahan baku industri minyak atsiri, dan bahan baku industrial
obat-obatan. sedangkan untuk tanaman pinang sejauh ini dimanfaatkan untuk dikonsumsi
segar sebagai campuran menguyah sirih yang biasa dilakukan sebagian masyarakat pada
umumnya.
Tanaman perkebunan yag akan menjadi ciri khas produk Wasileo dan akan diperkenalkan
salah satunya adalah hasil olahan kelapa (kopra). Tanaman kelapa merupakan tanaman
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -44
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
rakyat yang dikembangkan hanya untuk pelengkap kebutuhan saja dan belum dikembangkan
secara ekonomis. Perkebunan kelapa milik rakyatsebagian besar belum menerapkan
teknologi budidaya anjuran, budidayanya masih asalan dan produksinya rendah. Perlu
dilakukan upaya perbaikan penerapan teknologi budidaya di perkebunan rakyat agar
produksinya dapat ditingkatkan. Perlakukan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di
lahan usaha adalah teknologi budidaya yang baik. Ada lima faktor yang menentukan
keberhasilan budidaya tanaman khsusnya perkebunan, yaitu:
1) Teknik penyediaan sarana produksi
2) Proses produksi/budidaya harus dilakukan lebih intensif
3) Teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri)
4) System pemasarannya.
5) Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan
dengan baik dan benar (Litbang Pertanian, 2008).
Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka dapat dihasilkan mutu produk yang baik
dan sesuai dengan kehendak pasar. Berdasarkan potensi ekonomi, sumber daya dan
kesesuaian geofisik di lokasi studi maka komoditas tersebut sangat cocok untuk
dikembangkan sebagai tanaman utama di Lahan Usaha I dan II (disamping untuk tanaman
pangan atau buah serta tanaman kehutanan).
Gangguan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
produksi tanaman, disamping kendala cuaca dan banjir. Hama dan penyakit yang dominan
menyerang tanaman penduduk di lokasi studi untuk tanaman padi umumnya adalah tikus,
walang sangit, wereng dan ulat tanah. Sedangkan pada tanaman kelapa hama yang
menyerang relatif tidak banyak dan sesekali sering juga mendapatkan serangan kumbang
kelapa serta untuk tanaman masih kecil banyak terserang hama tikus. Kondisi ini dapat
dikendalikan dengan melakukan pengendalian secara mekanis yaitu pemasangan pagar
keliling atau membuat perangkap untuk menjebak.
Pola penanamanyang dapat diterapkan di lokasi survai adalah multiple cropping (tumpang
sari). Menurut Santoso (1990), beberapa keuntungan dari pola tanam tumpangsari
adalahsebagai berikut :
1. Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga pertanian
2. Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman.
3. Meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -45
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Sistem tumpang sari (polikultur)sangat efisien dalam pemanfaatan lahan, curah hujan, dan
sinar matahari dibandingkan dengan pola tanam tunggal (monokultur). Kerugian lain dari
pola tanam monokultur secara terus menerus dalam lahan yang sama adalah dapat
menimbulkan defisiensi unsur hara dalam tanah, serta rentannya hama dan penyakit,
sehingga dapat menyebabkan kegagalan panen.
Ditinjau dari faktor lingkungan (topografi lahan, curah hujan, jenis tanah), pola tanam
tumpang sari merupakan salah satu upaya melakukan konservasi tanah yaitu dapat
mengurangi resiko erosi, karena sistem percabangan tanaman, kerimbunan daun serta tinggi
tanaman dapat saling menunjang dalam menahan pengaruh langsung jatuhnya air hujan,
sehingga tanah tidak mudah tererosi dan akar tanaman tahunan/pohon buah-buahan mampu
menahan tanah dari kelongsoran. Tumpang sari dapat dilakukan pada lahan usaha tanaman
perkebunan dengan tanaman semusim (pada lahan relatif datar) dan penggunaan tanaman
penaung yang produktif. Jenisnya usaha penanaman tanaman dengan sistem tumpang sari
disesuaikan dengan kebutuhan petani, nilai ekonomi dan kondisi iklim yang ada, tanaman
anjuran untuk lahan perkebunan adalah kelapa sedangkan untuk tanaman buah bisa
amenggunakan pepaya, pisang sedangkan untuk tanaman pangan dan hortikultura bisa padi,
jagung dan sayuran. Beberapa sistem tumpang sari dapat dilihat seperti di bawah ini :
Tumpangsari Tanaman Semusim Dengan tanaman perkebunan (kelapa/karet).
Diusahakan selama masa persiapan lahan dan selama tanaman belum menghasilkan
(tajuk tanaman belum saling menutup) atau selama iklim mikro masih memungkinkan.
Untuk pengusahaan yang bersifat lebih permanen pada lahan datar dapat dilakukan
dengan sistem budidaya lorong (alley cropping). Pada tiap antar barisan disediakan
lorong dengan lebar 8-9 m untuk tanaman tumpangsari. Tanaman semusim yang banyak
diusahakan antara lain adalah jenis sayuran (terong, tomat, dan cabe, palawija (jagung),
kacang‐kacangan dan umbiumbian. Tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan
tinggi dapat juga berfungsi sebagai penaung sementara yang efektif. Limbah tanaman
semusim misalnya jagung dan sayuran dapat dimanfaatkan untuk pupuk hijau/kompos
atau mulsa tanaman perkebunan dan bahan makanan ternak.
Pohon Penaung Produktif Dipilih yang memiliki kanopi tidak terlalu rimbun, daun
berukuran kecil atau sempitmemanjang agar dapat memberikan cahaya dengan baik.
Tanaman penaung tidak bersifat sebagai inang hama penyakit utama tanaman
perkebunan dan tidak menimbulkan pengaruh allelopati. Pohon naungan yang produktif
dan banyak dipakai untuk naungan tanaman perkebunan saat awal antara lain :
macadamia, gamal, lamtoro, dadap dan pohon kelapa/pinang.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -46
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
a. Lahan Pekarangan
Rencana pola tanam dilahan pekarangan berdasarkan luas lahan yang dipergunakan serta
periode musim tanam dalam satu tahun, dengan sistem pola pergiliran tanaman, seperti
pada tabel di bawah ini :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -47
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
b. Lahan Usaha I :
Lahan Usaha I seluas 0,75 ha dapat diusahakan untuk tanaman pangan dan tanaman
hortikultura serta tanaman perkebunan. Pada dasarnya pemanfaatan lahan usaha I
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tambahan warga transmigran yang ada dilokasi.
Adapun jenis tanaman yang diusulkan dan sesuai hasil penilaian kesesuaian lahan di
lokasi survei adalah
1. Komoditi Utama : Tanaman Kelapa 0,75 hatanaman inti (100 Pohon)
2. Tumpang sari dengan tanaman padi Gogo/Tadah Hujan atau Jagung sekitar 0,2 ha
3. Tanaman pinggir dengan tanaman buah-buahan seperti Nangka, Jambu, langsat,
Pinang dll.
c. Lahan Usaha II
Lahan Usaha II seluas 1,0 ha merupakan lahan untuk usaha tanaman tahunan. Adapaun
jenis tanaman tahunan yang diusulkan adalah Kelapa dan. Pemilihan jenis tanaman
tahunan kelapa ini didasarkan atas pertimbangan kemudahan pemasaran hasil dimana
disekitar lokasi studi banyak petani menanam kelapa dan lebih mudah menjual hasilnya
karena sudah ada ikatan dengan pembeli kopra di Tobello. Alternatif perencanaan
tanaman untuk lahan usaha II adalah sebagai berikuit :
1. Tanaman Kelapa/pala 1,0 Ha tanaman inti/pokok
2. Tumpang sari dengan tanaman pangan dan sayuran atau palawija dan dapat juga
dengan tanaman pepaya
3. Tanaman pinggir dengan tanaman pakan ternak Gamal/lamtoro/cebreng/singkong
dan tanaman kehutanan seperti sengon atau jabon.
Pengaturan pola dan jadwal tanam setiap komoditas yang akan ditanam pada lahan
pekarangan dan lahan usaha I serta II dapat diatur berdasarkan kebiasaan masyarakat. Agar
memperoleh hasil produksi pertanian yang optimal, maka disarankan untuk menggunakan
varietas tanaman yang memiliki potensi hasil produksi yang tinggi, umur panen pendek, tahan
terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kesesuaian dengan kondisi iklim dan ketinggian
tempat di sekitar lokasi studi. Rencana untuk pola dan jadwal tanam dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -48
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-50 CH eff
ETO Tan.
-100 Defisit/Surplus
Bulan Tanam
Lahan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lahan Pekarangan
Padi
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Sayuran & Palawija
Jagung
Lahan Usaha (LU I)
Kelapa
Padi
Lahan Usaha (LU II)
Kelapa
Pala
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -49
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Padi
Sumberdaya manusia (tenaga kerja) merupakan modal utama bagi para transmigran
selain ketersediaan lahan yang cukup bagi kehidupan warga transmigran. Ketersediaan
tenaga kerja di lokasi transmigran pada umumnya bersumber dari keluarga transmigran
itu sendiri.Tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga transmigran tergantung dari
susunan strukutur usia anggota keluarga para transmigran. Diasumsikan satu Kepala
Keluarga terdiri dari 4 jiwa yaitu suami, isteri, dan 2 orang anak masing-masing berumur
8 dan 6 tahun.
Tabel 3.7.4. Ketersediaan Tenaga Kerja per Kepala Keluarga per Tahun
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -50
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.7.5. Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja untuk LP, LU I dan LU II
per KK per Tahun
I. Lahan Pekarangan
1. Padi 0,100 36,50 36,50 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38
2. Jagung 0,050 15,00 15,00 11,25 8,44 8,44 8,44 8,44 8,44 8,44 8,44
3. Ubi Jalar 0,025 4,63 4,63 3,47 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60
4. Ubi Kayu 0,025 7,50 7,50 5,63 4,22 4,22 4,22 4,22 4,22 4,22 4,22
5. Sayuran &
0,050 8,75 8,75 6,56 4,92 4,92 4,92 4,92 4,92 4,92 4,92
Palawija
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -51
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
6. Buah-buahan 0,060 1,80 1,80 1,35 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01
Jumlah I 0,3100 74,18 74,18 55,63 48,57 48,57 48,57 48,57 48,57 48,57 48,57
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -52
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dalam kegiatan usaha tani maka
diperlukan masukan pertanian yang seperti pupuk, benih unggul, dan pestisida untuk
pengendalian organisme penganggu tanaman. Kuantitas dan jenis masukan pertanian
yang diberikan tergantung kepada luas yang digarap oleh transmigran serta jumlah dan
jenis tanaman yang akan diusahakan. Penentuan masukan pertanian (pupuk kimia
seperti Urea, SP-36, KCL dan NPK, pupuk organik, Pestisida, Benih tanaman) yang harus
diberikan sebaiknya harus melalui percobaan di lapangan (Demplot/Visitor plot) yang
mewakili variasi dari karakteristik tanah di lokasi studi. Hasil penelitian inilah yang
seharusnya dijadikan dasar dalam menentukan jumlah dan jenis masukan yang harus
diberikan. Masukan (input) pertanian yang diusulkan berdasarkan hasil analisis tanah
dan kebutuhan input standar dari masing-masing tanaman yang akan dibudidayakan di
lapangan.
1). Kebutuhan Masukan Pertanian di Lahan Usaha. Kebutuhan masukan pertanian untuk
Lahan Pekarangan di lokasi studi berdasarkan jenis tanaman, jenis pupuk, dan
jumlahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -53
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Drainas
Tahun Land e Bibit Ajir Tanaman Pupuk dan Obat-obatan (kg) Tenaga
Clearing (pohon (buah Penaung SP- Pestisid Kerja
Ke- (ha) (ha) ) ) (pohon) Urea 36 KCl a (HKP)
1
2 - - 135 - 60 120 60 2.24 87,50
3 - - - - 100 200 200 4.20 87,50
4 - - - - - 100 200 200 4.20 109,38
5 - - - - - 120 240 240 4.20 136,72
6 - - - - - 120 240 240 1.85 136,72
7 - - - - - 120 240 240 1.85 136,72
8 - - - - - 120 240 240 1.85 184,57
9 - - - - - 120 240 240 1.85 184,57
10 - - - - - 120 240 240 1.85 203,03
11 - - - - - 120 240 240 1.85 213,18
12 - - - - - 120 240 240 1.85 223,84
13 - - - - - 120 240 240 1.85 235,03
14 - - - - - 120 240 240 1.85 246,78
15 - - - - - 120 240 240 1.85 259,12
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -54
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Land Drainase Bibit Ajir Tanaman Pupuk dan Obat-obatan (kg) Tenaga
Tahun
ke- Clearing Penaung Kerja
(ha) (pohon) (buah) Urea SP-36 KCl Pestisida
(ha) (kg) (HKP)
2
1.00 165 - 60 120 60 2.24 100,00
3
4 100,00 200,00 200,00 2.50 150,00
5 - - - - 120,00 205,00 230,00 1.60 187,50
Produksi tanaman disetiap lokasi memiliki perbedaan satu dengan lokasi lainnya
lainnya, beberapa hal yang mempengaruhi besarnya produksi suatu tanaman adalah
lokasi tanaman, jenis tanaman, jenis bibit yang digunakan, pengaruh iklim dan
klimatologis serta tingakat intensitas perawatan tanaman tersebut.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -55
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.7.9. Perkiraan Hasil Produksi untuk Tanaman Pangan, Palawija dan Sayuran
di Lahan Pekarangan (KK/Tahun)
TOTAL
Nilai Produksi (kg)
Tahun PENDAPATAN
ke- Produks Produksi Produksi Sayura
Padi
i Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar n
1 150 275 375 288 163 -
2 180 330 450 345 195 2.092.500
3 189 347 473 362 205 2.312.888
4 198 364 496 380 215 2.562.238
5 208 382 521 399 226 2.844.780
6 210 385 525 400 230 3.041.493
7 250 400 550 400 250 3.476.030
8 250 400 550 400 250 3.628.058
9 250 400 550 400 250 3.772.589
10 250 400 550 400 250 3.928.998
11 250 400 550 400 250 4.098.342
12 250 400 550 400 250 4.157.988
13 250 400 550 400 250 4.220.616
14 250 400 550 400 250 4.286.376
15 250 400 550 400 250 4.355.423
Sumber : Hasil Analisis, 2013.
Hasil Produksi : Jagung: biji pipilan, Ubi kayu: ubi segar, Ubi Jalar : ubi segar, Sayuran : sayur
segar
Harga Produksi : Jagung Rp. 2500/kg, Padi (gabah) Rp. 3500/kg, Ubi Kayu Rp. 500/kg, Ubi
jalar Rp.600/kg dan sayur mayur Rp. 3.000/Kg. Diketahuia ada kenaikan harga 5%-10 per
tahun.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -56
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Perkiraan Hasil Produksi di Lahan Usaha I. Perkiraan atau proyeksi hasil produksi dari
Lahan Usaha I untuk tanaman perkebunan dengan tanaman pinggir berupa tanaman
kehutanan dan tanaman buah secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -57
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.7.9. Perkiraan Hasil Produksi untuk Tanaman Kelapa di LU Idan Tanaman Padi
Lahan Usaha I
Tahun Ke -
Kopra Padi
1
2 310,00
3 - 310,00
4 - 350,00
5 - 350,00
6 - 410,00
7 1.113
8 1.125
9 1.313
10 1.425
11 1.425
12 1.425
13 2.145
14 2.145
15 2.145
16 2.145
17 2.145
18 2.313
19 2.313
20 2.400
21 2.400
22 2.400
23 2.531
24 2.531
25 2.531
Sumber : Hasil Analisis Junii 2013.
LU I = 0,75 Ha dan LU II = 1,0 Ha, dan Tumpang sari di sela sela tanaman Utama dan
Tanaman Naungan serta tanaman pagar
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -58
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Perkiraan Hasil Produksi di Lahan Usaha II. Perkiraan atau proyeksi hasil produksi dari
Lahan Usaha II untuk tanaman perkebunan (direncanakan Kelapa +pala) dengan
tanaman pinggir berupa tanaman kehutanan dan tanaman buah secara terperinci
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Lahan Usaha II
Tahun Ke -
Padi Produksi Kopra Produksi Pala
1 -
2 -
3 -
4 380,00 -
5 399,00 -
6 418,00 -
7 438,90 -
8 459,80 -
9 482,79 -
10 1.483,33 75,00
11 1.557,50 78,75
12 1.557,50 115,00
13 1.557,50 125,00
14 1.635,38 135,00
15 1.717,14 155,00
16 1.803,00 165,00
17 1.893,15 185,00
18 1.987,81 205,00
19 2.087,20 225,00
20 2.191,56 237,00
21 1.972,40 245,00
22 1.676,54 255,00
23 1.425,06 265,00
24 1.211,30 285,00
25 1.029,61 370,00
Sumber : Hasil Analisis juni 2013.
LU I = 0,5 Ha dan LU II = 1,0 Ha, dan Tumpang sari di sela sela tanaman Utama dan
Tanaman Naungan serta tanaman pagar
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -59
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Sarana pengolahan dan pemasaran hasil usaha tani merupakan faktor penting penunjang
tingkat keberhasilan usaha tani. Dengan tersedianya sarana maupun prasarana hasil-hasil
pertanian diharapkan dapat meningkatkan mutu produksi pertanian para transmigran.
Kondisi demikian akan meningkatkan nilai jual, sehingga pendapatan transmigran pun
meningkat.
Sarana pengolahan seperti penggilingan padi, pengolahan kacang tanah perlu tersedia di
lokasi transmigrasi. Demikian pula ketersedian sarana pemasaran hasil pertanian yang
diperoleh para transmigran seperti KUD, warung, toko, serta pasar. Dengan demikian
kendala-kendala yang berhubungan dengan pemasaran hasil produksi pertanian dapat tera-
tasi.
Hasil utama usaha tani transmigran dengan pola usaha tani yang diusulkan antara lain
tanaman padi gogo, jagung, ubi kayu, sayuran, buah-buahan. Untuk meningkatkan nilai
ekonomi dari komoditi tanaman tersebut perlu ditunjang oleh tersedianya prasarana
pengolahan hasil pertanian.
Untuk menunjang produksi pertanian di calon lokasi, maka diusulkan pengadaan unit
pengolahan hasil pertanian berupa mesin penggilingan padi, mesin perontok dan pemipil
tongkol jagung dan kedelai. Sedangkan untuk tanaman sayuran dan buah-buahan umumnya
dijual dalam keadaan segar.
Penggilingan padi dan jagung pengelolaannya dapat dilakukan oleh KUD. KUD juga harus
berperan dalam pengadaan dan penjualan saprotan, barang kebutuhan sehari-hari dan
menampung hasil pertanian dari Lahan Pekarangan, dan Lahan Usaha transmigran.
Prasarana pengolahan untuk tanaman sisal akan disediakan oleh Inti sesuai perjanjian yang
disepakati bersama.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -60
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
3.7.6.2 Pemasaran
Berdasarkan kondisi serta pertimbangan akses dan prospek perekonomian kota dimasa
mendatang, maka orientasi pemasaran diarahkan ke kota kabupaten sebagai pusat
pelayanan lokal dan pusat pertumbuhan eksisting.
Kondisi eksisting pemasaran hasil pertanian di daerah studi berlangsung antara produsen
dengan pedagang pengumpul setempat atau dibeli oleh para tengkulak .
Prospek pemasaran hasil pertanian, dalam skala kecil dapat dijual ke pasar kecamatan,
sedangkan dalam jumlah besar dapat dijual ke pasar Tobelo.
Untuk mendukung aspek pasar tersebut, maka disarankan adanya kendaraan yang dikelola
oleh KUD. Disamping untuk pengadaan barang dan bahan kebutuhan pokok, saprotan dan
pemasaran hasil pertanian, kendaraan tersebut juga dapat digunakan sebagai sarana
transportasi transmigran ke Ibu Kota Kecamatan atau Kabupaten.
Untuk mendukung akses tersebut diperlukan dukungan lintas sektor, terutama dalam
pembangunan/peningkatan prasarana jalan. Selain itu, untuk kelan-caran pemasaran hasil
pertanian, juga diperlukan dukungan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan
fungsi pasar yang sudah ada.
1). Berbagai variasi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dirancang untuk
menyediakan suatu menu yang seimbang kepada keluarga transmigran dan untuk
mengurangi resiko besarnya kegagalan tanaman dengan harapan dapat memperoleh
hasil produksi optimal. Untuk perencanaan tersebut maka diperlukan biaya
pengembangan pertanian yang akan diterapkan untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Pengembangan sektor pertanian, baik dalam rangka ketahanan pangan,
peningkatan kesejahteraan petani, dan peningkatan kondisi perekonomian lebih
banyak dikaitkan dengan masalah harga komoditas. Persepsi harga komoditas
sebagai pemicu utama semangat petani untuk bertani merupakan suatu persepsi
yang menyesatkan (misleading) namun telah diterima oleh kebanyakan pihak
terutama petani sebagai suatu kebenaran.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -61
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
2). Biaya pengembangan sektor pertanian yang dimaksud dalam hal ini adalah biaya yang
diperlukan untuk budidaya pertanian seperti : biaya pengolahan lahan, biaya
pemeliharaan, biaya sewa alat dan perlengkapan, biaya panen dan pasca panen serta
biaya untuk pemasaran produk. Biaya pengembangan pertanian sangat terkait sekali
dengan produk/komoditi yang akan dikembangkan dan harga komoditi tersebut serta
faktor lain yang mempengaruhi biaya pertanian di anggap stabil dan tidak berubah.
Sebagai informasi bahwa setiap komoditi yang dibudidayakan dan dikembangkan
memiliki perbedaan dalam biaya pengembangan pertanian.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -62
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.8-1. Volume dan Biaya Pembukaan Lahan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Pembangunan rumah warga direncanakan Tife 36 M² rumah non Panggung, lantai semen
setengah tembok atap seng (sesuai dengan standar Depnakertrans, Tahun 2013). Lokasi
Patlean SP.5/Desa Wasileo direncanakan untuk dapat menampung 220 KK transmigran,
dengan alokasi lahan 2,0Ha/KK, yang terdiri dari LP seluas 0,25 Ha, LUI 0,75 Ha dan LU II 1,0
Ha. Luas lahan dibuka seluas 248,74 Ha.
Tabel 3.8-2. Jumlah Biaya dan Jenis Bangunan (RTJK, Fasilitas Umum)
Jumlah 10.422.600,000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -63
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.8-3
Rekapitulasi Volume dan Biaya Pembuatan Jalan dan Gorong-gorong Beton
No Jenis Volume Harga Satuan ( Rp) Jumlah ( Rp)
Tabel 3.8-4
Perkiraan Biaya Pengerahan dan Penempatan Transmigran Patlean SP.5/Desa Wasileo
Harga/Ongkos Biaya
No Route Perjalanan Jumlah
(Rp) (Rp)
A Transmigran Daerah Asal (120 KK)
1. Daerah Asal – Ternate 120 x 4 org 2.000.000 1.056.000.000,-
2. Ternate – Sofifi 120 x 4 org 50.000 26.400.000,-
3. Sofifi – Tobelo 120 x 4 org 100.000 52.800.000,-
4. Tobelo – Desa Wasileo 120 x 4 org 110.000 58.080.000,-
4. Desa Wasileo – Lokasi 120 x 4 org 50.000 26.400.000.-
5. Perbekalan:
a. Makan 120 x 4 org x 3 hari 75.000 118.800.000,-
6. Pengawalan
a. Lunsum 10 org x 3 hari 350.000 10.500.000,-
b. Transport 10 orang 500.000 5.000.000,-
Jumlah A 1.353.980.000,-
B Transmigran Lokal (80 KK)
1. Daerah Asal Desa Wasileo – Lokasi 80 x 4 org 50.000 17.600.000,-
2. Perbekalan:
a. Makan 80 x 4 org x 1 hari 75.000 26.400.000,-
Jumlah B 44.000.000,-
Jumlah Total (A + B) 1.397.980.000,-
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -64
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
d) Perlunya adanya pembinaan dan pendampingan yang intensif oleh Pemerintah Daerah
dan instansi terkait lainnya yang berhubungan permasalahan yang kelak dijumpai, dalam
pelaksanaan pembangunan/penempatan transmigrasi terutama terhadap masyarakat
setempat dan para transmigran pendatang agar terjadi saling pengertian. Dalam
melakukan usahatani, transmigran juga memerlukan pendampingan yang intensif
sehingga produktivitas tanaman dapat tercapai secara optimal.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -65
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -66
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -67
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Total biaya yang diperlukan untuk pembangunan tranmigrasi di lokasi Patlean SP.5/Desa
Wasileo untuk penempatan 200 KK adalah sebanyak Rp. 17.976.817.000-,
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -68
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Kegiatan usahatani yang diadakan bagi transmigran pada hakekatnya bertujuan untuk
memperoleh hasil panen yang optimal dan meningkatkan pendapatan keluarga
sehingga dapat lebih sejahtera. Hasil panen yang semakin meningkat maka semakin
besarkemungkinan transmigran untuk mampu menghidupi keluarganya sesuai
kebutuhan hidupnya. Selain itu usahatani perlu dikembangkan sedemikian rupa
sehingga tidak hanya produktivitas lahan saja yang tinggi namun juga kehidupan
ekonomi keluarga transmigran juga harus meningkat.Pendapatan kotor dari kegiatan
usahatani merupakan semua yang dihasilkan dan diperoleh dan dinilai dengan satuan
mata uang rupiah dari setiap komoditas yang diusahakan pada lahan pekarangan dan
lahan usaha serta pekerjaan yang terkait dengan usaha tani.
Pendapatan kotor ini merupakan penjumlahan dari nilai produksi tanaman pangan,
tanaman palawija, dan tanaman buah-buahan (dari LP), tanaman perkebunan Kelapa
yang ditanam dengan sistem tumpangsari dengan tanaman padi (dari Lahan Usaha I),
serta tanaman Kelapa + Pala dengan sistem tanam tumpang sari dengan tanaman
padi dari Lahan Usaha II.
Pendapatan lain diluar usaha tani bagi Keluarga transmigran diperkirakan akan
diperoleh dari hasil pekerjaan sebagai buruh lepas dari beberapa perusahaan yang ada
atau kegiatan musiman di lokasi. Perincian pendapatan kotor keluarga transmigran
setiap tahun sampai dengan tahun ke-25 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -69
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Pada tahap awal kegiatan masyarakat transmigrasi masih mendapatkan subsidi dari
pemerintah untuk pengeluaran selama berada di lokasi. Subsidi ini dapat berlangsung
selama satu tahun. Adapun yang diberikan bantuan selain kebutuhan perlengkapan
rumah juga dipenuhi untuk perlengkapan kebutuhan sarana produksi pertanian seperti
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -70
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -71
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -72
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.9.4. Pengeluaran Masyarakat untuk pertanian di Lahan Usaha II (LU II), Penanaman
Kelapa+pala dan Padi Sawah/Gogo
Tabel 3.9. 5.Biaya Masukan Pertanian di LP, LU I, dan LU II/ KK/ Tahun
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -73
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Jenis-jenis biaya yang dikeluarkan oleh transmigran secara keseluruhan terdiri dari
komponen biaya antara lain sebagai berikut :
1) Biaya usahatani untuk tanaman pangan dan tanaman buah-buahan di lahan
pekarangan serta biaya usahatani di Lahan Usaha II,
2) Konsumsi (sandang/pangan/papan) dan
3) Angsuran kredit. Berikut biaya pengeluaran keseluruhan transmigran setiap tahun
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -74
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.9.7. Total Pengeluaran Transmigran per Kepala Keluarga per Tahun
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -75
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -76
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
pokok dan kebutuhan sebagian dari usaha tani dapat dipenuhi dari pihak pemerintah
maka dalam waktu sekitar 4 tahun masyarakat sudah dapat menikmati hasil
usahanya.Berdasarkan pola tanam dan pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan
usaha maka diperkirakan pendapatan transmigran dari hasil usaha tani dan non-usaha
tani setara beras di lokasi studi, berdasarkan tingkat kesejahteraan mengacu kepada
Permen Nakertrans No 25/Men/IX/2009pada tahun 1-3 masih tahap Penyesuaian, tahun
4 -5 tahapPemantapan dan pada tahun > 5 memasuki tahap Pengembangan dan tahun
ke 10 seterusnya akan menikmati masa keuntungan bagi usaha pertanian yang
dijalankan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -77
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Tabel 3.9.9. Proyeksi Nilai Produksi Tan Pangan, Palawija dah Hortikultura di LP
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -78
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -79
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
LU I LU I LU II LU II Pendapatan
Tahun
Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Lokasi LU I dan
Ke -
Kelapa Padi Padi Kelapa Pala LU II
1 - -
2 2.250.000,00 - -
3 - 2.925.000,00 2.925.000,00 - - 5.850.000,00
4 - 4.500.000,00 5.400.000,00 - - 9.900.000,00
5 - 4.500.000,00 9.000.000,00 - - 13.500.000,00
6 - 4.500.000,00 11.250.000,00 - - 15.750.000,00
7 2.503.125,00 13.500.000,00 - - 16.003.125,00
8 2.531.250,00 15.750.000,00 - - 18.281.250,00
9 3.206.250,00 15.750.000,00 - - 18.956.250,00
10 3.206.250,00 6.675.000,00 187.500,00 10.068.750,00
11 3.206.250,00 7.008.750,00 196.875,00 10.411.875,00
12 3.206.250,00 7.008.750,00 287.500,00 10.502.500,00
13 4.826.250,00 7.008.750,00 312.500,00 12.147.500,00
14 4.826.250,00 7.359.187,50 337.500,00 12.522.937,50
15 4.826.250,00 7.727.146,88 387.500,00 12.940.896,88
16 4.826.250,00 8.113.504,22 412.500,00 13.352.254,22
17 4.826.250,00 8.519.179,43 462.500,00 13.807.929,43
18 5.203.125,00 8.945.138,40 512.500,00 14.660.763,40
19 5.203.125,00 9.392.395,32 562.500,00 15.158.020,32
20 5.400.000,00 9.862.015,09 592.500,00 15.854.515,09
21 5.400.000,00 8.875.813,58 612.500,00 14.888.313,58
22 5.400.000,00 7.544.441,54 637.500,00 13.581.941,54
23 5.695.312,50 6.412.775,31 662.500,00 12.770.587,81
24 5.695.312,50 5.450.859,01 712.500,00 11.858.671,51
25 5.695.312,50 4.633.230,16 925.000,00 11.253.542,66
Sumber : Hasil Analisis, Juni 2013
Keterangan : - Harga berlaku saat ini untuk Kopra berkisar 3500/kg, jagung 2500/kg, Padi
3500/kg gabah dan Pala 5.000/kg kering dengan prediksi akan ada kenaikan sekitar 5-10%
per tahun. Kelapa ber produksi pada tahun ke 5 dan pala dapat di panen (berproduksi)
pada tahun ke-5/6
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -80
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Kelayakn usaha transmigrasi berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikatakan
bahwa usaha transmigrasi dikatakan layak jika memenuhi kriteria dibawah ini yaitu :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -81
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Kelayakan calon lokasi perencanaan Desa Wasileo untuk dapat dijadikan sebagai calon lokasi
transmigrasi telah memenuhi persyaratan menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009
tentang Ketransmigrasian, Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan
Penempatan Transmigrasi (P4Trans) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans). Pembangunan permukiman transmigrasi untuk menumbuh kembangkan
kawasan perencanaan haruslah Clear dan Clean kemudian mengacu pada 4 kelayakan , yaitu
Layak huni, Layak usaha, Layak berkembang, dan Layak lingkungan. Penilaian terhadap
kelayakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
3.10.1 Layak Huni
Lahan pekarangan seluas 0,25 Ha (seperempat hektar) dengan ukuran 50 x 50 m2 atau 25 x
100 m2setiap kepala keluarga. Lahan ini diperuntukkan bagi rumah, areal bercocok tanam,
dan berternak. Bentuk usaha tani yang diusahakan pada kawasan perencanaan adalah
tanaman pangan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman keras (tanaman perkebunan dan
kehutanan). Kebutuhan hunian transmigrasi, mengacu pada tingkat pelayanan kebutuhan
berdasarkan standarisasi hunian permukiman kawasan transmigrasi. Dimana tercapai target
perencanaan permukiman sesuai dengan kebutuhan kawasan.
Suatu kawasan disebut layak huni apabila lokasi tersebut memenuhi persyaratan untuk dapat
ditempati serta mampu mendukung kehidupan yang sehat secara berkesinambungan.
Persyaratan layak huni meliputi beberapa aspek sebagai berikut :
a. Lahan bebas banjir, bukan merupakan daerah longsor atau bencana alam lainnya.
Berdasarkan kriteria layak huni diatas maka lokasi perencanaan RTSP Desa Wasileo
berdasarkan hasil kajian dan analisis dapat disimpulkan bahwa :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -82
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Berdasarkan kajian tata ruang dan hidrologi perletakan tata ruang permukiman
bukan merupakan kawasan yang berpotensi untuk terjadi genangan.
Calon lokasi terhubung oleh aksesibilitas dari dan ke wilayah sekitarnya, melalui
jalur darat dan transportasi laut
Adapun bentuk permukiman yang akan di bangun di lokasi perencanaan adalah lahan
pekarangan dengan ukuran 50x50 m2, dengan ukuran rumah 6x6 meter serta di lengkapi
dengan kamar mandi dalam rumah. Untuk lebih jelasnya desain bentuk hunian transmigrasi
dapat di lihat pada gambar perencanaan perumahan transmigrasi..
Kesehatan Masyarakat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -83
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Berdasarkan pada Permen PU Nomor 14 Tahun 2010, jenis pelayanan air bersih meliputi
pelayanan air baku dan Sistem Penyediaan Air Minum, dimana dalam kebutuhan air bersih di
wilayah ini menggunakan dasar-dasar pertimbangan kebutuhan maksimum merupakan
kebutuhan air maksimum dalam 1 hari yang diperhitungkan dari kebutuhan harian rata-rata
dikalikan dengan faktor hari maksimum, yaitu 110 – 120 %. Konsumsi air bersih untuk wilayah
kota kecil atau desa diasumsikan adalah sekitar 60 liter/orang per hari sesuai dengan Permen
PU Nomor 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang. Pada wilayah perencanaan mempunyai potensi mata air atau kapasitas
mata airnya lebih dari 10 lt/dt.
Sebagai sumber air untuk kebutuhan warga transmigrai dapat memanfaatkan sumber air
hujan dan sumber air dari sungai yang ada disekitar pemukiman dengan kualitas yang baik
dan mencukupi serta sumur gali. Pemanfaatan air hujan melalui tampungan atap rumah
transmigran, berdasarkan hasil perhitungan mencukupi dengan syarat. Hasil perhitungan
tampungan air hujan melalui atap rumah didapat jumlah tampungan rata-rata 8.281 lt/bln,
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -84
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
jumlah air tersebut dapat memenuhi seluruh kebutuhan air bersih transmigran jika
menggunakan standar kebutuhan air bersih minimum yang dikemukakan oleh Ditjen Cipta
Karya, Dept. PU, 1998. yaitu sebanyak 4.800 liter/bulan untuk keluarga dengan anggota 4
jiwa.
a. Tersedianya lahan pertanian atau peluang usaha yang memenuhi syarat untuk
kegiatan produksi.
Berdasarkan kriteria layak usaha diatas maka lokasi perencanaan RTSP berdasarkan hasil
kajian dan analisis dapat disimpulkan bahwa :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -85
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
akan terisolasi, hubungan external cukup mudah karena ada transportasi kapal minimal 2 kali
dalam seminggu menuju kota kabupaten dan pusat kota tobello.
Aksesibilitas
Jaringan jalan yang ada di kawasan memiliki akses yang mudah dilalui dan saat ini masih
dalam tahap perbaikan serta sedang dilkerjakan proyek pembuatan jalan poros dari
kecamatan/kabupaten melalui desa WAsileo sampai menuju ke SP-4. Disamping itu
aksesibilitas juga dapat dilalui dengan mudah melalui jalur laut sekitar 4-5 jam perjalanan dari
ibukota kabupaten dan tersedia kapal reguler menuju ke lokasi.
Pengolahan skala rumah tangga merupakan upaya untuk memberikan nilai tambah terhadap
komoditas unggulan pertanian yang dapat dilakukan oleh masyarakat kawasan transmigrasi
pada umumnya, sedangkan pengolahan skala menengah – besar merupakan upaya untuk
memberikan nilai tambah dengan sentuhan teknologi yang lebih canggih sehingga
menghasilkan nilai jual yang sangat tinggi dan dapat meningkatkan pula pendapatan asli
daerah.
Rencana pemasaran dan pengolahan hasil produksi skala rumah tangga yaitu disekitar sentra
produksi di Wilayah kawasan Desa Wasileo dan Pasar kabupaten Halmahera Utara (Tobello).
Dari aspek aksesibilitas dan aspek pemasaran produksi pertanian dapat dipastikan bahwa
lokasi ini akan dapat berkembang dan yang sangat menentukan perkembangan permukiman
transmigrasi adalah latar belakang dan kesiapan para transmigran yang akan ditempatkan
serta dukungan pembangunan prasarana dan sarana sosial ekonomi di kawasan ini
Untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam dalam rencana pengelolaan
lahan untuk kegiatan usaha tani telah dipersyaratkan adanya perbaikan lahan berupa
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -86
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
pembuatan drainase serta lahan di sepanjang aliran sungai kiri kanan antara 25 – 50 meter
tidak diperbolehkan untuk ditebang dan dihindarkan dari kegiatan usaha tani. Dengan
demikian calon lokasi transmigrasi dapat memenuhi kelayakan lingkungan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -87
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Rencana kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potensial pada komponen
lingkungan, dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu :
1. Komponen Fisik-Kimia
Iklim Mikro
Debit Aliran Permukaan
Kesuburan Tanah
Kualitas Air
2. Komponen Biologi
Flora/Penutup Lahan
Fauna/Satwa darat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -88
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
4. Komponen Kesehatan
Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kesehatan Masyarakat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -89
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
DESKRIPSI RENCANA
KEGIATAN
ATahap Persiapan
Sosialisasi Rencana Kegiatan
Survei RTSP DAMPAK POTENSIAL
B.Tahap Konstruksi
Pembukaan Lahan dan A.Komponen Fisik-Kimia
Penyiapan Tanah DAMPAK PENTING
Iklim Mikro
Pengangkutan Bahan dan HIPOTETIK
Debit Aliran Permukaan PRIORITAS DAMPAK
Peralatan A. Komponen Fisik Kimia
Pembangunan Infrastruktur Kesuburan Tanah PENTING HIPOTETIK
Kesuburan Tanah
Sarana dan Prasarana Jalan Kualitas Air Kualitas Air
Pembangunan Rumah dan A.Komponen Fisik Kimia
B.Komponen Biologi B. Komponen Biologi Kesuburan Tanah
Fasilitas Umum
Pembangunan Sarana Air Flora/Penutup Lahan B.Komponen Biologi
Flora/Penutup Lahan
Bersih Fauna/Satwa Darat Flora/Penutup Lahan
Fauna/Satwa darat Fauna/Satwa Darat
Penyediaan Sarana Produksi IDENTIFI EVALUASI Habitat Satwa KLASIFIKASI
C.Tahap Pengerahan dan Habitat Satwa Darat Habitat Satwa
KASI DAMPAK C.Komponen Sosial DAN
Pembinaan (Pasca Kons- C.Komponen Sosial
DAMPAK Biota Perairan POTENSIAL Ekonomi Budaya PRIORITAS Ekonomi Budaya
truksi)
Penanaman Tanaman Pangan
POTENSIL C.Komponen Sosial Ekono- Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja
Pengadaan Ternak Pendapatan Masyarakat Pendapatan Masyarakat
mi Budaya
Pengembangan Masyarakat Kesempatan Berusaha Kesempatan Berusaha
Kesempatan Kerja Persepsi dan Sikap Positif
Pasca Panen Persepsi dan Sikap
Pengolahan Hasil-hasil Pendapatan Masyarakat Masyarakat
Positif Masyarakat
Produksi Persepsi dan Sikap
Kesempatan Berusaha Persepsi dan Sikap
RONA LINGKUNGAN HIDUP Negatif Masyarakat
Persepsi dan Sikap Positif Negatif Masyarakat D.Komponen Kesehatan
AWAL
A.Komponen Fisik Kimia Metode Matriks D.Komponen Kesehatan Metode Analisis Masyarakat
Masyarakat Metode Interaksi
Iklim Mikro Intreraksi Masyarakat Keterkaitan dan Kesehatan Masyarakat
Persepsi dan Sikap Negatif Kelompok Pengelompokan
Debit Aliran Permukaan Sederhana, Keselamatan dan
Erosi Telaah Pustaka, Masyarakat Kesehatan Kerja (K3) Berdasarkan
Kesuburan Tanah Pengamatan Kesehatan Masyarakat Kepentingan
D.Komponen Kesehatan
Kualitas Air Lapangan
B.Komponen Biologi Masyarakat
Flora darat Keselamatan dan
Fauna/Satwa darat
Kesehatan Kerja (K3)
Habitat Satwa
Biota Perairan Kesehatan Masyarakat
C.Komponen Sosial Ekonomi
Budaya
Kesempatan Kerja
Pendapatan Masyarakat
Kesempatan Berusaha
Persepsi dan Sikap Positif
Masyarakat
Persepsi dan Sikap Negatif
Masyarakat
D. Komponen Kesehatan Gambar 5.-1. Proses Pelingkupan Kajian Lingkungan Pembangunan Lokasi Transmigrasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Kesehatan Masyarakat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -90
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
2. Komponen Biologi
Flora dan Fauna
Habitat Satwa
Pengklasifikasian dampak penting baik dampak positif maupun negative yang akan menjadi
skala prioritas untuk dilakukan penanganan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di
lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo adalah sebagai berikut :
2. Komponen Biologi
Flora dan Fauna
Habitat Satwa
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-91
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Perubahan penutupan lahan menjadi terbuka ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan
iklim mikro, meskipun dampak ini tidak berlangsung lama karena kegiatan budidaya
pertanian yang akan dilakukan oleh transmigran akan memperbaiki kondisi iklim mikro,
terutama setelah dilakukannya kegiatan pada lahan usaha II dengan melakukan budidaya
tanaman tahunan/perkebunan.
Dampak terhadap kesuburan tanah ini bersifat penting. Dengan adanya kegiatan usahatani
maka intensitas pengelolaan tanah menjadi semakin meningkat. Kegiatan pemupukan
yang berlebihan pada kegiatan usahatani akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
sifat fisik dan kimia tanah. Pemupukan yang dilakukan terus menerus dan tidak terkendali
akan menyebabkan terakumulasinya bahan-bahan kimia dalam tanah yang mengakibatkan
rusaknya sifat fisik (struktur) tanah. Dampak lain dari penambahan pupuk secara
berlebihan adalah dapat terjadinya aliran masa dari bahan-bahan pupuk yang terbawa oleh
aliran permukaan ke badan perairan (sungai atau laut). Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya pengkayaan perairan yang menimbulkan peledakan pertumbuhan gulma air
(eutrofikasi). Terakumulasinya bahan-bahan kimia kedalam perairan dan tumbuhnya gulma
air akan menyebabkan meningkatnya BOD dan COD air sungai, pada kondisi yang sangat
ekstrim proses ini mengakibatkan terjadinya penurunan populasi ikan di muara sungai dan
menyebabkan dampak turunan pada berkurangnya pendapatan masyarakat yang
bermatapencaharian mencari ikan (nelayan).
Mengingat besar dan luas persebaran dampak serta dampak turunan yang dapat terjadi
maka dampak kegiatan pembangunan transmigrasi terhadap kesuburan tanah di lokasi ini
menjadi dampak negative penting yang perlu mendapat prioritas penanganan.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-92
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Dampak lain dari kegiatan pemukiman transmigrasi adalah pada tahap kegiatan
penempatan transmigrasi. Dengan adanya kegiatan penempatan transmigran tidak
menutup kemungkinan akan terjadinya kegiatan perburuan fauna/satwa liar dan kegiatan
penebangan kayu secara liar pada hutan-hutan di sekitar lokasi. Kegiatan perburuan satwa
dan penebangan kayu secara liar merupakan dampak negative penting yang perlu dijadikan
prioritas penanganan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan yang perlu dilakukan terhadap dampak perburuan satwa dan
penebangan hutan secara liar adalah dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan secara
intensif dan perlu dilakukan. Pemantauan lingkungan dilakukan oleh instansi terkait yang
dalam hal ini disnakertrans dan Balai Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Halmahera Timur.
Habitat Satwa
Di lokasi studi terdapat Hulan Lindung (Hutan Mangrove) yang terletak di sebelah utara
lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo dimana hutan mangrove ini merupakan habitat satwa
terutama ikan, kura-kura dan buaya. Kegiatan penempatan transmigrasi di lokasi ini akan
mengakibatkan dampak rusaknya habitat satwa liar ini.
Dampak ini menjadi penting untuk dikelola karena rusaknya hutan mangrove akan
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan yang menyebabkan dampak turunan terhadap
berkurangnya pendapatan masyarakat nelayan. Disamping itu hutan mangrove juga
mempunyai fungsi sebagai penahan gelombang air laut yang dapat mengakibatkan
terjadinya abrasi pantai.
Pengelolaan dampak terhadap hutan mangrove ini telah dilakukan pada tahap perencanaan
RTSP, yaitu dengan mengeluarkan hutan lindung mangrove dari areal perencanaan dan
mengalokasikan areal penyangga (buffer zone) di sekitar hutan lindung. Pengelolaan
selanjutnya adalah dengan dilakukannya kegiatan tata batas hutan lindung, memberikan
rambu-rambu larangan dan melakukan kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada
transmigran dan masyarakat di sekitar lokasi transmigrasi. Kegiatan pengelolaan ini
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-93
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
melibatkan dinas kehutanan, disnakertrans, dan balai lingkungan hidup (BLH) Kabupaten
Halmahera Timur.
Disamping Hutan Lindung yang ada, di lokasi studi juga terdapat bukit di sebelah utara Desa
Wasileo dan sebagian masuk kedalam areal pencadangan lokasi transmigrasi Patlean
SP.5/Desa Wasileo (dikeluarkan dari perencanaan). Bukit yang ada ini dengan vegetasi
alami di atasnya perlu dikelola karena merupakan habitat satwa liar terutama Elang Laut
yang banyak dijumpai di lokasi studi.
Dampak kelestarian bukit yang merupakan habitat satwa liar ini menjadi dampak negative
yang perlu dikelola. Kegiatan pemukiman transmigrasi yang menimbulkan dampak
terhadap kelestarian bukit ini terutama adalah kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana jalan. Namun dalam studi ini tidak merekomendasikan bukit tersebut untuk
digunakan sebagai sumber quarry, mengingat kondisi saat ini sebagian bukit yang ada
sudah terganggu (tertoreh) yang dieksploitasi untuk bahan timbunan dan perkerasan jalan.
Sumber quarry untuk perkerasan jalan yang direkomendasikan dapat diambil dari sungai
Ake Mabulan yang terletak di sebelah barat daya lokasi.
Pentingnya pengelolaan kelestarian bukit ini disamping sebagai habitat Elang Laut,
keberadaan bukit ini sangat penting sebagai penahan angin dan dapat dijadikan sebagai
tempat evakuasi jika terjadi bahaya gelombang tsunami.
Kesempatan Kerja
Peluang Usaha
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-94
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Pendapatan Masyarakat
Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha akan memberikan kontribusi besar
terhadap pendapatan masyarakat setempat. Dampak ini bersifat positif penting dan perlu
dikelola agar dampak ini dapat berkelanjutan dan tidak hanya dirasakan oleh transmigran
pendatang, tetapi juga oleh transmigran local dan masyarakat Desa Wasileo pada
umumnya. Pengelolaan dilakukan dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk
mempersiapkan dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan kerja dan berusaha.
Secara umum masyarakat Desa Wasileo memiliki persepsi dan sikap positif terhadap
kegiatan pembangunan transmigrasi di wilayah mereka. Sikap positif ini ditunjukkan pada
saat dilakukan survey lapangan studi RTSP yaitu dengan memberi dukungan dan bantuan
tenaga serta pemikiran.
Masyarakat Desa Wasileo mempunyai persepsi atau telah memahami bahwa dengan
adanya pemukiman transmigrasi di wilayah mereka, maka akan dapat mempercepat
perkembangan wilayah Desa Wasileo sehingga akan cepat terlepas dari keterisoliran
wilayah. Sikap positif masyarakat juga dapat dilihat dari harapan-harapan yang
dikemukakan oleh masyarakat pada saat survey dilakukan, antara lain :
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-95
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Disamping adanya transfer pengetahuan tentang bercocok tanam seperti yang diharapkan
maka akan terjadi pula akulturasi dan asimilasi adat istiadat dan budaya antara transmigran
pendatang dengan masyarakat setempat. Dengan demikian wilayah ini akan maju
berkembang dan masyarakatnya berjuang bahu membahu melakukan pembangunan serta
dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Wasileo memiliki persepsi dan sikap positif
terhadap pembangunan transmigrasi di wilayah mereka, ada sebagian kecil masyarakat
Desa Wasileo yang memiliki persepsi dan sikap negative terhadap pembangunan
transmigrasi yang kan dilaksanakan.
Persepsi dan sikap negative ini tampak pada saat dilakukannya sosialisasi kegiatan pada
saat survey RTSP dilakukan (musyawarah I). Persepsi dan sikap negative ini terjadi karena
sebagian masyarakat kurang paham terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada
saat pembangunan permukiman dilaksanakan. Terutama kekhawatiran bahwa kegiatan
pembangunan akan menggusur lahan usaha (kebun kelapa produktif) milik masyarakat,
yang merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Wasileo. Persepsi dan
sikap negative sebagian masyarakat ini menjadi penting dan perlu dikelola karena akan
menimbulkan keresahan masyarakat secara keseluruhan.
Penanganan terhadap persepsi dan sikap negative ini telah dilakukan sebagian pada saat
kegiatan survey lapangan perencanaan RTSP (tahap pra konstruksi), yaitu dengan
melakukan penjelasan survey yang akan dilakukan dan melakukan orientasi lapang
bersama-sama anggota masyarakat yang memiliki persepsi dan sikap negative tersebut.
Setelah dilakukan survey orientasi lapangan akhirnya masyarakat mengerti dan memahami
bahwa perencanaan areal permukiman transmigrasi atau lahan yang akan dibuka sebagai
lahan pekarangan, lahan usaha I, lahan usaha II maupun pusat desa beserta fasilitas
umumnya dilakukan pada lahan yang bukan kebun kelapa produktif milik masyarakat.
Pembuatan tata ruang permukiman dibuat pada lahan-lahan dengan penggunaan hutan
tersier, semak belukar, dan ladang-tegalan milik masyarakat yang sudah tidak produktif.
Kegiatan penanganan dampak dengan melakukan sosialisasi dan orientasi lapangan yang
telah dilakukan, dapat memberi pengertian kepada masyarakat sehingga terjadi perubahan
sikap yang semula bersikap negative berubah menjadi positif. Perubahan ini ditunjukkan
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-96
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
dengan sikap positif dan kooperatif pada saat dilakukan musyawarah II dan III, bahkan
masyarakat bersedia melakukan penyerahan lahan yang terkena perencanaan permukiman,
yaitu lahan ladang-tegalan yang sudah tidak diusahakan lagi atau juga kebun kelapa milik
mereka yang sudah tidak produktif.
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-97
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-98
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara