Anda di halaman 1dari 98

PT.

GEMACITRA OBJEKLESTARI

Bab

RENCANA TEKNIS SATUAN


PEMUKIMAN (RTSP)

3.1 Kebijakan Pembangunan Daerah

Provinsi Maluku Utara yang dibentuk melalui Undang‐undang Nomor 46 Tahun 1999 dan
hanya berselang waktu kurang lebih 2 bulan, wilayah ini dilanda konflik yang mengakibatkan
tatanan ekonomi dan sosial kemasyarakatan maupun prasarana dan sarana yang telah
dibangun sebelumnya menjadi hancur. Pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam kurun
waktu 1999 – 2005 difokuskan pada upaya‐upaya penanggulangan pasca konflik. Walaupun
demikian dalam kurun waktu tersebut pembangunan di Provinsi Maluku Utara tetap berjalan
sebagaimana mestinya dan telah menunjukan kemajuan berarti di berbagai bidang terutama
keberhasilan dalam menciptakan stabilitas keamanan wilayah yang semakin kondusif
sehingga pembangunan dapat terlaksana.

Pencapaian keberhasilan ditunjukan oleh kemajuan diberbagai bidang seperti bidang politik
dan pemerintahan, hukum dan keamanan, perekonomian daerah, sosial budaya dan
kemasyarakatan, infrastruktur, sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, pengembangan wilayah dan penataan ruang.

Propinsi Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terletak diantara 3 0 Lintang Utara‐
30Lintang Selatan dan 1240‐ 1290Bujur Timur memiliki luas wilayah 145.819,1 kilometerpersegi.
Sebagian wilayah Maluku Utara merupakan wilayah laut, yaitu seluas 100.731,44 kilometer
persegi (69,08 persen). Sisanya seluas 45.087,66 kilometer persegi (30,92 persen), adalah
daratan. Jumlah pulau di Provinsi Maluku Utara sebanyak 1.428 buah pulau besar dan kecil.

Dari aspek geologi, Wilayah Maluku Utara terdiri dari 2 (dua) lengkungan kesatuan yang
melintasi Philipina, Sangir Talaud dan Minahasa yang dilingkupi oleh lengkung Sulawesi dan
Palung Sangihe yang berciri vukanis dengan lengkung kontinen Melanesia yang bergerak dari
gugusan melalui Irian (Papua) Bagian Utara yang bercirikan bukan vulkanis. Selain itu
kepulauan di wilayah ini pada umumnya merupakan pertemuan jalur gempa lingkar pasifik.
Oleh karena itu, wilayah ini termasuk daerah rawan bencana.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -1
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Permasalahan yang dihadapi Provinsi Maluku Utara sebagai wilayah kepulauan adalah
rendahnya aksesibilitas, terbatasnya infrastruktur wilayah, rendahnya kualitas dan kuantitas
SDM, dan keamanan di laut, namun secara khusus wilayah ini masih memiliki keterbatasan
baik dibidang infrastruktur perekonomian, sosial, keamanan dan kelembagaan. Dalam rangka
upaya percepatan pembangunan di wilayah provinsi kepulauan, maka persoalan mendasar
yang dihadapi adalah terbatasnya kapasitas sumber‐sumber pembiayaan pembangunan
daerah (pendapatan daerah) baik yang diperoleh dari PAD, dan terutama melalui APBN.

Demikian halnya dengan penentuan DAU dan DAK yang kurang memperhatikan realitas
kondisi objektif wilayah kepulauan. Keterbatasan dalam upaya mengoptimalkan PAD, DAU
dan DAK, tidak terlepas dari ketentuan‐ketentuan regulatif terutama yang mengatur tentang
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan serta sistim bagi hasil antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka percepatan pembangunan Provinsi Maluku
Utara sebagai provinsi kepulauan. Jalinan kerjasama yang dilakukan oleh (tujuh) provinsi
kepulauan yang tergabung dalam Forum Kerjasama Antar Pemerintahan Daerah Provinsi
Kepulauan telah melakukan langkah‐langkah percepatan pembangunan daerah kepulauan di
berbagai aspek yaitu meliputi : aspek politik dan pemerintahan, apek hukum dan HAM, aspek
sosial ekonomi dan aspek pertahanan keamanan.

Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung
jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar‐
besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek
pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan
tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta
keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan
dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan
sumber Penelitian Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Maluku Utara “Studi Pendekatan
Strategi Pembangunan Berdimensi Wilayah Kepulauan Dalam Perspektif Otonomi Daerah”
daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman,
tertib, efektif, dan efisien.

Ditinjau dari aspek pengembangan wilayah, Provinsi Maluku Utara memiliki potensi dan
pengembangan yang sangat baik. Potensi yang strategis sangat menjanjikan pembangunan di
masa yang akan datang yaitu :

a) Letak yang strategis karena berada pada pelintasan dua kutub wilayah perekonomian
antara Sulawesi Utara (Manado, Bitung) dan Papua (Sorong, Jayapura), sehingga dapat
menjadi persinggahan komoditi‐komoditi antar kedua wilayah tersebut sebelum
dipasarkan ke konsumen.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -2
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

b) Provinsi Maluku Utara berada pada bibir lautan pasifik yang berhadapan langsung
dengan negara yang tumbuh dan maju seperti : Philipina, Malaysia dan Brunei
Darussalam, Korea, jepang dan Negara‐negara di Amerika Latin yang merupakan pasar
potensial. Untuk itu komoditi yang berpotensi untuk pengembangan eksport seperti :
Hasil laut, hasil hutan/kayu, kopra, cacao dan cengkih.

c) Dengan melihat karakteristik wilayah Provinsi Maluku Utara, terdiri dari 76,28 persen
merupakan perairan, maka dapat dikatakan bahwa, pengembangan potensi unggulan
daerah khususnya subsektor perikanan dan kelautan mempunyai prospek yang sangat
menjanjikan.

Sedangkan berdasarkan karakteristik wilayah kepulauan, maka konsepsi pengembangan


wilayah diarahkan pada :

a) Pengembangan Berbasis Kepulauan, meliputi : Gugusan Kepulauan Pulau Halmahera,


Gugusan Kepulauan Pulau Bacan, Gugusan Kepulauan Sula. Penempatan pusat
pemerintahan di Sofifi, sebagai suatu langkah pengembangan Pulau Halmahera sangat
mendukung upaya akselerasi pembangunan untuk mengejar ketertinggalan Pulau
Halmahera dan sekitarnya.

b) Penetapan Pusat‐Pusat Pertumbuhan meliputi : Kota Tobelo sebagai pusat pertumbuhan


di Halmahera Utara, Kota Maba sebagai pusat pertumbuhan di Halmahera bagian timur,
Kota Weda sebagai pusat pertumbuhan di Halmahera bagian tengah, Kota Labuha
sebagai pusat pertumbuhan di Pulau Bacan dan Halmahera Bagian Selatan, Kota Sanana
sebagai pusat pertumbuhan di Kepulauan Sula dan Kota Sofifi berfungsi untuk untuk
menjembatani antar wilayah kabupaten/kota.

c) Konsep Pengembangan “Laut‐Pulau”, Konsep ini didasari oleh anggapan bahwa laut
merupakan sarana penghubung antar pulau‐pulau di Provinsi Maluku Utara, dan juga
dianggap sebagai wilayah potensial untuk dapat dibudidayakan, sehingga pemanfaatan
ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya juga terdapat di wilayah laut.

Berdasarkan RTRW Provinsi Maluku Utara, telah ditetapkan :

a) Kawasan sentra produksi misalnya Wilayah Halmahera Utara, Halmahera Selatan dan
Kota Tidore kepulauan merupakan sentra produksi kelapa, kakao, pala, cengkeh, vanili,
dengan komoditi andalan kelapa.

b) Pengembangan Kawasan Prioritas, meliputi :

 Kawasan Cepat Tumbuh, kawasan ini meliputi (1) Kawasan Halmahera Utara dan
sekitarnya; dan (2) Kota Ternate dan sekitarnya.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -3
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

 Kawasan Perbatasan, yaitu kawasan yang perlu diperhatikan dari segi kepentingan
pertahanan keamanan yaitu Kawasan Pulau Morotai dan Halmahera Timur.
Penelitian Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Maluku Utara “Studi Pendekatan
Strategi Pembangunan Berdimensi Wilayah Kepulauan Dalam Perspektif Otonomi
Daerah”

 Kawasan‐kawasan yang menunjukan produktivitas yang tinggi pada suatu jenis


penggunaan, seperti : Kawasan Ternate, Tidore, dan Sofifi. Kawasan ini berpotensi
untuk kegiatan pelayanan tingkat regional, pemerintahan, pendidikan,
pengembangan industri.

 Kawasan Khusus, kawasan khusus ini, meliputi kawasan kritis dan kawasan rawan
bencana, kawasan kritis adalah kawasan yang dianggap kritis untuk dikembalikan
fungsinya, meliputi : areal perambahan hutan/pengusahaan hutan (HPHH), areal
bekas tambang, maupun perladangan berpindah yang dilakukan oleh penduduk
setempat. Sedangkan kawasan rawan bencana seperti kawasan rawan bencana
berupa gunung berapi, gerakan tanah dan gempa bumi serta tsunami. Kedua jenis
kawasan sampai saat ini belum dipetakan.

 Kawasan Tertinggal, Faktor‐Faktor penyebab ketertinggalan suatu wilayah/kawasan


dengan wilayah lain antara lain : faktor geografis yang bervariasi seperti iklim,
geomorfologis, topografi dan lain sebagainya, faktor sumberdaya alam yang dimiliki
suatu daerah, faktor sumberdaya manusia maupun faktor kebijakan yang kurang
tepat. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya belum banyak
tersentuh oleh program‐program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan
sosial, ekonomi, politik masih sangat terbatas serta terisolir.

Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 5 (lima) kawasan tertinggal di Provinsi


Maluku Utara, yaitu : Kawasan Halmahera Timur, Kawasan Kepulauan Sula (Taliabu
Barat), Kawasan Halmahera Barat (Loloda dan Ibu), Kawasan Halmahera Utara
(Morotai Selatan Barat), Kawasan Halmahera Selatan (Bacan Barat, Gane Barat dan
Gane Timur) serta Kawasan Pulau Ternate (Pulau Moti).

Sejumlah permasalahan pengembangan wilayah antara lain : masih terbatasnya infrastruktur


dan rendahnya aksesibilitas wilayah, belum optimalnya pengembangan wilayah strategis,
cepat tumbuh, pulau‐pulau kecil, dan kawasan perbatasan pulau Morotai, belum optimalnya
pengembangan komoditas unggulan, Belum optimalnya koordinasi, sinergi dan kerjasama
antar pelaku pengembangan kawasan baik pusat Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam upaya peningkatan daya saing produk unggulan disamping belum
optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar wilayah maupun antar negara untuk
mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -4
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Sedangkan permasalahan dalam penataan ruang adalah Rencana Tata Ruang belum dijadikan
acuan dalam pembangunan lintas sektor dan wilayah, serta banyaknya penyimpangan dalam
pemanfataan ruang. Keterbatasan ruang wiayah, perubahan struktur dan pola ruang serta
pertumbuhan dan mobilitas penduduk yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun
melahirkan kebutuhan akan Perencanaan tata ruang yang komprehensif dan
mengintegrasikan pendekatan berbasis wilayah kepulauan.

3.2 Hirarki Pusat-pusat Pertumbuhan

Calon lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo secara administrative berada di Wilayah Desa Wasileo,
Kecamatan Maba Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. Sesuai posisi
letak administrative, pengembangan wilayah lokasi ini akan berorientasi pada pusat-pusat
pertumbuhan di sekitar wilayahnya.

SP-SP lain di sekitar lokasi, kondisi saat ini memiliki orientasi pengembangan langsung ke Buli
atau Maba sebagai kota dengan tingkat hirarki pengembangan II (Ordo II), bahkan ke Tobelo
ibukota Kabupaten Halmahera Utara (Ordo II) dan selanjutnya ke Ternate (Ordo I).
Kecamatan Dorosagu (Ordo III) adalah kota kecamatan yang kurang berkembang, karena
akses dari lokasi studi cukup sulit (kondisi jalan rusak) dan kondisi fisiknya kurang
menguntungkan bagi pengembangan suatu kota (dikitari perbukitan). Oleh karena itu dapat
dipahami bahwa orientasi lalulintas perdagangan barang/jasa lebih banyak ke Kota Buli,
Maba, dan Tobelo.

3.3 Penilaian Kesesuaian Pemukiman

3.3.1 Penilaian Aksesibilitas Lokasi

Lokasi transmigrasi Patlean SP.5/Desa Wasileo terletak bersebelahan dengan Desa Wasileo
yaitu sekitar 15 menit perjalanan (± 3 Km), posisinya berada diantara sungai Ake Wayay dan
Sungai Ake Mabulan. Kondisi topografi Patlean SP.5/Desa Wasileo merupakan daerah dataran
dengan kemiringan lahan 0-3%.

Sarana transportasi menuju lokasi ini dari Sofifi adalah dengan menggunakan transportasi
darat menuju Tobelo dan dilanjutkan dengan menggunakan jalur transportasi laut menuju
Desa Wasileo. Sedangkan aksesibilitas menuju lokasi maupun keluar lokasi studi melalui jalur
darat masih dalam tingkat perencanaan jalan.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -5
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Sehubungan dengan hal tersebut diatas biaya transportasi di lokasi studi relatif mahal, pada
tabel dibawah dapat dilihat route aksesibilitas dan biaya transportasi antar daerah disekitar
lokasi studi.

Tabel 3.3.1. Pencapaian ke Lokasi Survey Patlean SP.5/Desa Wasileo


No. Asal Tujuan Jarak Sarana Waktu Biaya (Rp)
Tempuh
Ternate (Ibukota Prov.
1 Jakarta - Pesawat 3 jam 1.500.000,-
Maluku Utara)
Sofifi (Pusat Pemerintahan
2 Ternate 30 km Speed Boat 0,5 jam 50.000,-
Prov. Maluku Utara)

3 Sofifi Tobelo 230 km Mobil 5 jam 100.000,-

4 Tobelo Desa Wasileo - Kapal Ferry 8 jam 110.000,-


Lokasi survey Patlean 200 m -
5 Wasileo Jalan Kaki 15 menit -
SP.5/Desa Wasileo 4,8 Km

Sumber : Hasil survey lapangan Tim RTSP, 2013

3.3.2 Penilaian Fisik Lahan

Penilaian fisik lahan didasarkan pada parameter utama penilaian yaitu berdasarkan penilaian
kesesuaian lahan. Parameter kesesuaian lahan telah mencerminkan keadaan permukaan
lahan (topografi), daya dukung lahan (macam dan sifat fisik-kimia tanah), kondisi iklim serta
keadaan drainase yang menggambarkan kondisi layak tidaknya lahan untuk digunakan
sebagai tempat hunian dan tempat usaha.

Dari areal survei seluas 950 Ha ternyata ha hampir seluruhnya merupakan lahan datar (0-3%)
dan hanya sebagian kecil terdapat bukit (16-25%) di sebelah timur areal survey seluas 11,31 Ha
(1,19 %). Meskipun areal survey terletak tidak jauh dari pantai, areal survey yang direncanakan
untuk permukiman transmigrasi tidak terkena pasang surut air laut. Kondisi drainase di areal
survey agak terhambat karena tidak lancarnya aliran permukaan dari alur-alur drainase alami
yang ada ke badan sungai, dengan adanya pembukaan lahan dan dibuatnya parit-parit di kiri-
kanan jalan poros atau jalan desa akan membuat lahan menjadi kering sehingga
memungkinkan untuk alokasi tapak rumah dengan tipe non panggung.

Berdasarkan kajian iklim dan macam tanah yang ada. Areal survey dapat dikembangkan
untuk budidaya tanaman padi sawah, tanaman pangan lahan kering, maupun tanaman
tahunan dengan kelas kesesuaian lahan actual dari cukup sesuai (S2) hingga sesuai marginal
(S3). Faktor penghambat utama kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian adalah
rendahnya kesuburan tanah. Faktor penghambat kesesuaian lahan ini dapat diperbaiki

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -6
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

dengan pemberian pupuk sehingga akan meningkatkan kesesuaian lahannya menjadi cukup
sesuai (S2) hingga sangat sesuai (S1) untuk pengembangan pertanian.

3.3.3 Penilaian Status Lahan

Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku Utara skala 1 : 250.000, lokasi
Patlean SP.5/Desa Wasileo berada dalam kawasan Areal Penggunaan Lain (APL).
Pencadangan lokasi ini untuk pengembangan permukiman transmigrasi adalah berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Halmahera Timur Nomor : 168/ 28/ HT/ 2011 tentang Pencadangan
Areal Transmigrasi dengan luas pencadangan untuk Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo adalah
seluas 950 Ha.

3.3.4 Penilaian Ketersediaan Air dan Resiko i Banjir

Berdasarkan kondisi iklim yang ada di lokasi studi, air hujan dapat menjadi sumber air
potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih. Disamping air hujan, sumber
air potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih adalah air tanah
dangkal. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan membuat sumur uji baik di lahan
pekarangan maupun di pusat desa, air tanah dangkal di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
memiliki kedalaman berkisar antara 3 hingga 5 meter dari permukaan tanah dengan aquifer
batu pasir.

Dari perhitungan resiko banjir berdasarkan kajian iklim (curah hujan), tinggi tebing dan debit
sungai di sekitar areal survey serta pasang surut air laut yang terjadi, areal survey aman dari
resiko banjir. Pasang surut air laut di lokasi survey mempunyai fluktuasi perbedaan antara
pasang tertinggi (HLW) dan terendah (LLW) ± 2 meter, dan intrusi pasang surut air laut ini ke
dalam badan sungai hanya berjarak 500 meter hingga 1 km, sehingga masih sangat jauh dari
areal yang direncanakan untuk permukiman transmigrasi.

3.3.5 Kesesuaian Permukiman

Penilaian kesesuaian permukiman ini terdiri dari beberapa bagian penilaian seperti yang telah
diuraiakan di atas, yaitu penilaian penilaian aksesibilitas lahan, penilaian fisik lahan, penilaian
status lahan, penilaian ketersediaan air dan resiko banjir. Sehingga kesesuaian permukiman
dapat menggambarkan bahwa lahan dapat layak huni, layak usaha, layak berkembang, dan
layak lingkungan.

Selain penilaian terhadap faktor-faktor di atas, beberapa hal perlu mendapat perhatian agar
areal survey sesuai untuk dikembangkan sebagai permukiman antara lain :

1. Rumah transmigran dibangun dengan sistem non panggung.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -7
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

2. Penggunaan air hujan sebagai sumber air bersih dilakukan dengan melakukan
penampungan air atap menggunakan gentong plastik 300 liter dengan kecukupan 4
(empat) buah gentong plastik/KK.

3. Perlunya meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan melakukan pemupukan.

4. Pusat pertumbuhan terdekat yang untuk pemasaran hasil-hasil pertanian adalah ke Buli
(Kabupaten Halmahera Timur) dan ke Kota Tobelo (ibukota Kabupaten Halmahera
Utara).

5. Sebelum terbukanya akses darat pemasaran hasil-hasil pertanian adalah menggunakan


jalur transportasi laut, maka utntuk memudahkan proses bongkat muat barang perlu
dibuat dermaga jetty di Desa Wasileo karena kapal ferry yang ada tidak dapat merapat ke
pantai (dangkal).

3.4 Rencana Tata Ruang

3.4.1 Dasar-dasar Perencanaan

Analisis tata ruang merupakan langkah awal dalam membuat desain tata ruang pemukiman.
Analisis ini dilakukan untuk menilai kesesuaian pemukiman dan kesesuaian lahan usaha,
meliputi lingkungan fisik lahan, lingkungan pertanian, sosial budaya dan ekonomi, dan
legalitas dari calon lokasi pemukiman transmigrasi beserta aksesibilitasnya.

Unit permukiman transmigrasi pada hakekatnya adalah penataan ruang unit permukiman
baru yang dirancang sebagai tempat tinggal transmigran dan dikelilingi oleh unit ruang yang
dijadikan lahan usaha, sehingga transmigran yang bermukim didalamnya akan
mengembangkan pemukiman barunya berdasarkan kegiatan usaha yang dilaksanakan pada
suatu tempat yang telah dibatasi oleh peruntukan lahan yang telah dialokasikan.

Untuk mewujudkan suatu bentuk pemukiman transmigrasi yang baik, haruslah ada dukungan
teknis lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya. Dukungan teknis dari lingkungan fisik
dalam hal ini adalah aspek pertama yang harus dipertimbangkan karena dapat menentukan
layak tidaknya suatu lokasi untuk diusahakan dan dikembangkan.

Pembangunan transmigrasi sebagai bagian dari pembangunan daerah diharapkan mampu


meningkatkan kesejahteraan warganya secara terus menerus, menyeluruh dan
berkesinambungan sehingga tercipta pusat – pusat pertumbuhan kawasan baru yang layak
huni, layak usaha, layak berkembang, dan layak lingkungan. Layak huni dan layak usaha
sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik lahannya, dan layak berkembang sangat dipengaruhi
kondisi aksesibilitasnya. Sedangkan layak lingkungan selain dipengaruhi oleh kondiisi

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -8
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

lingkungan bio - fisiknya juga lingkungan sosial – budaya dari transmigran pendatang dan
penduduk setempat.

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan terhadap pembangunan transmigrasi, maka harus
dilakukan studi perencanaan permukiman yang hasil perencanaannya dapat mempercepat
dan memperlancar kegiatan pembangunan fisik yang dapat mendukung bagi pelaksanaan
pembangunan di daerah.

3.4.1.1 Prinsip Perencanaan

Prinsip perencanaan dalam penyusunan RTSP adalah sebagai berikut :

 Peruntukan lahan yang direncanakan berdasarkan kesesuaian lahan dan pola usaha
yang diusulkan.

 Areal yang direncanakan adalah areal yang terbebas dari penggunaan lain seperti
kawasan kehutanan, ladang/kebun penduduk kecuali ada penyerahan lahan oleh
penduduk dan lain sebagainya.

 Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi dan sesuai
dengan kebutuhan pemukiman.

 UPT disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas, baik hubungan internal,


maupun eksternal.

 Prasarana yang direncanakan harus efisien.

 Harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan.

 Ketersediaan air bersih harus mencukupi dan berkesinambungan untuk


pengembangan pemukiman transmigrasi.

3.4.1.2 Kriteria Perencanaan

Kriteria perencanaan penyusunan rencana blok tata ruang pada RTSP ini adalah: Kelas
kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk penggunaan lahan tanaman pangan lahan
kering adalah kelas kesesuaian lahan minimal S3 (sesuai marginal). Kriteria yang digunakan
meliputi :

 Pola permukiman adalah Desa berinti (Nucleus) dimana fasilitas umum dapat
mengakomodir kegiatan masyarakat setempat/transmigran

 Kemiringan lahan untuk Lahan Pekarangan 0 – 8 % dan Lahan Usaha 0 – 15 %

 Lahan Konservasi sekitar sungai kecil 25 m dan sungai besar 50 m tetap


dipertahankan untuk penghijauan.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -9
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

 Faktor Sosial Budaya dapat menentukan pola permukiman dapat berkelompok


membentuk permukiman dan sebagainya sehingga dapat terintegrasi dengan
masyarakat setempat.

 Untuk perencanaan yang dekat dengan desa lama, Pusat Desa (FU) sebaiknya
melihat kondisi yang ada, apakah perlu rehabilitasi atau membuat baru, di Pusat
Desa Baru/Lama

3.4.1.3 Pola Permukiman

Dalam membentuk pola permukiman, dipertimbangkan :

a. Kemudahan transmigran dalam mencapai lokasi fasilitas umum / kebutuhan sehari-


hari.

b. Kedekatan jarak transmigran dalam mencapai lahan usahanya, sehingga rancangan


dibuat sedemikian rupa sehingga dalam mencapai lahan usahanya dan fasilitas
umum tidak terlalu jauh. Jarak jangkau lahan pekarangan terhadap lahan usaha
masih dalam selang jarak yang disyaratkan yaitu:

- LP terhadap Pusat Desa/FU = 0,5 – 1,5 Km

- LP terhadap Lahan Usaha = 0,5 – 3,5 Km

c. Kesinambungan jaringan jalan dalam daerah permukiman terutama antar jalan desa
harus saling berhubungan.

d. Kapling rumah transmigrans harus menghadap ke jalan desa dan saling berhadapan
dengan rumah didepannya, pola yang diterapkan adalah empat mengelompok, yaitu
dua rumah dari dua blok LP dibangun bergandengan dan berhadapan dengan dua
rumah di depannya. Sehingga dapat menciptakan interaksi sosial yang lebih baik
antar transmigran.

3.4.1.4 Alokasi Lahan

a. Alokasi lahan untuk transmigran pola tanaman pangan lahan basah sebesar
2,00 Ha/KK, dengan perincian sebagai berikut :

 Lahan Pekarangan : 0,25 Ha/KK


 Lahan Usaha I : 0,75 Ha/KK
 Lahan Usaha II : 1,00 Ha/KK

b. Lahan Fasilitas Umum yang dialokasikan di Patlean SP.5/Desa Wasileo adalah :


 Pusat Desa/FU : 8,00 Ha

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -10
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

 Kuburan : 2,25 Ha
 Tanah Bengkok : 12,50 Ha
 Test Farm/Seed Farm : 2,00 Ha

3.4.2 Peruntukan Lahan dan Daya Tampung

3.4.2.1 Ketersediaan Lahan

Berdasarkan hasil analisis lahan yang ada dengan memilah lahan yang layak secara fisik dan
lahan yang dialokasikan untuk konservasi, maka ketersediaan lahan di lokasi Patlean
SP.5/Desa Wasileo dapat direncanakan untuk lokasi permukiman dengan daya tampung 200
KK. Hasil analisis ketersediaan lahannya disajikan pada Gambar 3.1. berikut.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -11
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Gambar 3.1
Bagan Alir Analisis Tata Ruang Patlean SP.5/Desa Wasileo

Luas Areal Survai


950,00 Ha

LahanTidak Sesuai
(Areal Konservasi)
44,75 Ha

Lahan Secara Fisik Sesuai


(Aktual dan Potensial)
905,25 Ha

Enclave Kebun Kelapa


Produktif dan Penggunaan
Lain
452,44 Ha

Alokasi LP, LU dan FU


452,81 Ha

Lahan Cadangan
8,50 Ha

Daya Tampung
200 KK

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -12
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Dari analisa seleksi lahan efektif seperti Nampak pada Gambar 3.1. di atas, maka di areal survai
Patlean SP.5/Desa Wasileo didapatkan daya tampung sebesar 200 KK dengan peruntukan
Lahan Pekarangan seluas 50,00 Ha, Lahan Usaha I seluas 150,00 Ha dan Lahan Usaha II seluas
200,00 Ha. Rincian alokasi lahan untuk masing - masing peruntukan seperti terlihat pada
Tabel 3.4.1.

Tabel 3.4.1
Rencana Tata Ruang Patlean SP.5/Desa Wasileo

Panjang Luas
No Alokasi Lahan Jumlah Keterangan
(m) Ha %
I Lahan Dibuka
1. Lahan Pekarangan (0,25 Ha) 200 - 50,00 5,27 LC
2. Lahan Usaha I (0,75 Ha) 200 - 150,00 15,78 LC
3. Pusat Desa (FU) - - 8,00 0,84 LC
4. Jalan Poros (ROW 20 m) - 470 0,94 0,10 LC
5. Jalan Desa (ROW 10 m) - 5.490 5,49 0,58 LC
6. Kuburan - - 2,25 0,23 LC
7. Tanah Bengkok - - 12,50 1,31 LC
8. Test Farm/Seed Farm - - 2,00 0,21 LC
9. Alokasi Jalan Lahan Usaha I (ROW 5 m) - 3.270 1,63 0,18 LC
Sub Jumlah I 9.230 232,81 24,50
II Lahan Tidak Dibuka
1. Lahan Usaha II (1,00 Ha) 200 - 200,00 21,06 Non LC
2. Pangonan - - 1,50 0,16 Non LC
3. Tanah Kas Desa - - 10,00 1,05 Non LC
4. Lahan Cadangan - 8,50 0,89 Non LC
5. Konservasi - - 44,75 4,71 Non LC
6. Enclave Kebun Kelapa Produktif dan - - 452,44 47,63 Non LC
Penggunaan lain
Sub Jumlah II - - 717,19 75,50 Non LC
Jumlah I + II - 9.230 950,00 100,00 -
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013
Keterangan : LC = Land Clearing (Pembukaan Lahan)

3.4.2.2 Struktur Tata Ruang Internal Satuan Permukiman

Struktur tata ruang yang direncanakan pada Patlean SP.5/Desa Wasileo terdiri dari Pusat
Desa, Lahan Pekarangan, dan Lahan Usaha. Pola permukiman yang direncanakan adalah pola
konsentris yaitu pusat desa terletak di tengah, kemudian dikelilingi oleh lahan pekarangan
dan lahan usaha.

Struktur Tata Ruang di lokasi studi ini adalah :

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -13
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

1. Pusat Desa/FU seluas 8,0 ha, terletak di dalam satu blok yang meliputi fasilitas umum

2. Areal untuk Lahan Pekarangan (LP) dalam perencanaan ini seluas 0,25 Ha dengan ukuran
kapling 25 x 100 m.

3. Lahan Usaha I (LU I) seluas 0,75 Ha dengan ukuran kapling 75 x 100 m.

4. Lahan Usaha II (LU II) seluas 1,0 Ha dengan ukuran kapling 100 x 100 m.

5. Fasilitas umum yang terletak di luar pusat desa dan merupakan bagian lahan yang akan
dibuka meliputi lahan kuburan, Tanah bengkok. Fasilitas umum kuburan seluas 2,25 Ha
dan dibuat tidak terlalu jauh dari pusat desa.

6. Jalan Poros dengan lebar ROW 20 m

7. Jalan Desa dengan lebar ROW 10 m

3.4.3 Penilaian Terhadap Tata Ruang Yang Terjadi

Tata ruang yang terjadi dibuat berdasarkan pemanfaatan dan pengaturan ruang secara
optimal dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Secara makro, bentuk tata ruang mengelompok sesuai dengan areal yang layak sebagai
lahan Pekarangan dan lahan Usaha. Masing - masing KK mendapat alokasi Lahan
Pekarangan 0,25 Ha dan Lahan Usaha I sebesar 0,75 Ha dan Lahan Usaha II 1,0 Ha.

2. Jalan Poros yang direncanakan berakses ke jalan desa dan direncanakan terhubung
dengan jalan penghubung ke Patlean SP.4.

3. Jalan Desa yang direncanakan menghubungkan antar lahan pekarangan dengan Pusat
Desa (PD).

4. Karena akses utama menuju ke luar lokasi transmigrasi adalah melalui jalur laut dari Desa
Wasileo, maka perlu dibuat dermaga di Desa Wasileo yang menjorok ke laut sepanjang
500 meter karena kondisi saat ini kapal Ferry tidak dapat merapat ke pantai sehingga
menjadi kendala pada saat dilakukan bongkar muat hasil bumi.

5. Ukuran kapling masing - masing adalah sebagai berikut :


 Lahan Pekarangan = 25 m x 100 m (0,25 Ha)
 Lahan Usaha I = 75 m x 100 m (0,75 Ha)
 Lahan Usaha II = 100 m x 100 m (1,00 Ha)

6. Untuk sarana ibadah dibuat masjid sebanyak 1 buah satu di pusat desa.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -14
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Rancangan kapling yang dibuat mengikuti pola empat mengelompok, dimana dua rumah
transmigran dibuat berdekatan dekat dengan batas kapling lahan pekarangan dan
berhadapan dengan dua kapling rumah yang ada di depannya (seberang jalan desa).

Alokasi lahan yang terdapat di fasilitas umum (pusat desa) yang belum terpakai sebaiknya
jangan digunakan/dikonversi untuk peruntukan lain yang bukan bangunan fasilitas umum.
Hal tersebut untuk mengantisipasi kebutuhan sarana fasilitas umum dimasa datang seiring
dengan perkembangan pemukiman, sehingga lahan yang dibutuhkan tersedia.

Sebagai gambaran tata ruang Patlean SP.5/Desa Wasileo dapat dilihat pada peta Rencana
Tata Ruang Gambar 3.2. Sedangkan tata ruang pusat desa dapat dilihat pada Peta Detail Tata
Ruang Gambar 3.3.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -15
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Gambar 3.2
Peta Rencana Tata Ruang (RTSP)

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -16
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Gambar 3.3
Peta Detail Tata Ruang

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -17
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.4.4 Usulan Pengembangan Kawasan

Di sekitar lokasi studi terdapat 4 (empat) SP termasuk SP.5. Daya tampung masing-masing
SP yang ada di lokasi survey adalah sebagai berikut :

 SP.1 berkapasitas/daya tampung 200 KK

 SP.2 berkapasitas/daya tampung 228 KK

 SP.4 berkapasitas/daya tampung 200 KK

 SP.5 berkapasitas/daya tampung 200 KK

Karena di lokasi studi ini belum adanya delineasi atau penamaan struktur Satuan Kawasan
Permukiman (SKP) dan mengingat cukup banyaknya SP-SP yang ada di lokasi studi maka SP-
SP yang ada di lokasi studi dimasukan kedalam satu SKP (SKP A), dengan pusat SKP yang
diusulkan adalah di SP.5 dengan pertimbangan kemudahan transportasi arus barang dan jasa
baik kondisi saat ini (transportasi laut) melalui Desa Wasileo, maupun dimasa yang akan
datang apabila jaringan “jalan kabupaten” ruas Patlean-Wasileo-Dorosagu-Buli hingga ke
Maba (Ibukota Kabupaten Halmahera Timur) telah dikembangkan.

Jumlah SP yang ada didalam satuan kawasan permukiman (SKP A) Patlean ini hanya berjumlah 4
(empat) SP. Penambahan jumlah SP didalam kawasan SKP A ini tidak dapat dilakukan karena
sudah tidak ada lagi kawasan APL, kecuali dengan melakukan alih fungsi kawasan HPK menjadi
APL.

3.4.5 Fungsi SP dalam Hirarki Pusat Kawasan

Dalam perencanaan pengembangan wilayah dikenal adanya sistem hirarki pusat-pusat. Pusat
yang hirarkinya lebih rendah berada dalam wilayah pengaruh atau merupakan sub-ordinasi
dari pusat di atasnya. Wilayah pengaruh pusat dari sekelompok pusat-pusat yang berada
dalam sub-ordinasinya tersebut membentuk suatu wilayah yang menggambarkan adanya
struktur wilayah dan tercakup dalam satuan mekanisme pengembangan.

Perencanaan satuan permukiman transmigrasi pada dasarnya merupakan pembentukan


pusat-pusat baru. Dalam pengembangan permukiman transmigrasi dengan adanya variabel-
variabel perencanaan yang dikenal dengan nama WPP, SKP dan SP, hal itupun
menggambarkan adanya perwilayahan yang dibentuk oleh permukiman transmigrasi. SP
merupakan unit satuan permukiman terkecil yang memiliki pusat permukiman dengan hirarki
paling kecil.

Pusat yang lebih tinggi hirarkinya memiliki fasilitas pelayanan yang lebih lengkap, sehingga
dapat berfungsi dan berperan dalam memberikan pelayanan untuk menunjang kelangsungan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -18
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

kehidupan Sosial ekonomi dan administratif pada hirarki pusat yang lebih rendah, disamping
itu juga akan memperjelas orientasi perkembangan masing-masing pusat tersebut.

Agar permukiman yang direncanakan mempunyai orientasi perkembangan yang jelas dan
terarah serta memungkinkan terjadinya interaksi internal dalam mendapatkan pelayanan
Sosial ekonomi dari pusat-pusat yang hirarkinya lebih tinggi, maka kedudukan SP yang di
survei perlu dianalisa. Hirarki pusat-pusat dikaitkan dengan fungsi SP dibedakan atas :

 Fungsi SP dalam hirarki pusat-pusat secara struktur WPP

 Fungsi SP dalam hirarki pusat-pusat pengembangan Wilayah

 Fungsi SP dalam hirarki pusat-pusat kegiatan administratif

Fungsi SP dalam hirarki pusat-pusat secara struktur WPT

Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo belum memiliki struktur Wilayah Pengembangan


Transmigrasi (WPT) maupun struktur Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) transmigrasi.
Namun demikian di sekitar lokasi survey telah terdapat beberapa satuan pemukiman
transmigrasi yaitu SP.1, SP.2 dan SP.4 yang telah dilakukan penempatan. Dengan demikian di
sekitar lokasi studi terdapat 4 (empat) SP termasuk SP.5. Daya tampung masing-masing SP
yang ada di lokasi survey adalah sebagai berikut :

 SP.1 berkapsitas/daya tampung 200 KK

 SP.2 berkapasitas/daya tampung 228 KK

 SP.4 berkapasitas/daya tampung 200 KK

 SP.5 berkapasitas/daya tampung 200 KK

Mengingat status kawasan hutan di kawasan Patlean ini sudah tidak adanya lagi kawasan APL
yang dapat dikembangkan, maka SKP di kawasan Patlean ini (SKP A) hanya terdiri dari 4 SP.
Sehingga fungsi SP-SP di kawasan ini termasuk kedalam SKP A dan diusulkan untuk
dimasukkan kedalam hirarki pusat pertumbuhan diatasnya yaitu kedalam Wilayah
Pengembangan Transmigrasi (WPT) yang terdekat.

3.4.6 Usulan Pembentukan UPT

Daerah studi termasuk kedalam wilayah Desa Wasileo Kecamatan Maba Utara Kabupaten
Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara.

Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo merupakan satuan permukiman dengan pola Tanaman
Pangan Lahan Kering (TPLK). Lokasi ini diusulkan sebagai unit permukiman transmigrasi
(UPT) dengan daya tamping 200 KK. Pembangunan lokasi ini sebagai UPT baru akan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -19
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

merangsang perkembangan wilayah ini khususnya perkembangan Desa Wasileo, karena


meskipun lokasi ini tidak terintegrasi dengan Desa Wasileo namun pergerakan barang dan
jasa akan melalui Desa Wasileo yang tentunya akan memacu pertumbuhan dan
perkembangan Desa Wasileo itu sendiri.

3.4.7 Alinemen Jalan dan Jaringan Jalan

3.4.7.1 Alinemen Jalan

Alinemen jalan yang direncanakan adalah berupa jaringan jalan untuk melayani mobilisasi
penduduk dalam suatu kawasan pemukiman. Jaringan jalan yang direncanakan di lokasi
Patlean SP.5/Desa Wasileo dapat dilihat pada Gambar 3.4 sedangkan uraian dari masing -
masing peruntukannya adalah sebagai berikut :

a) Rencana Jalan Poros sepanjang 470 meter (DMJ = 20 meter dengan badan jalan 10
meter, perkerasan 4,5 meter). Jalan ini menghubungkan pusat desa Patlean SP.5/Desa
Wasileo dengan dengan jalan penghubung. Jalan poros ini dilengkapi gorong-gorong
beton panjang 7,5 meter sebanyak 2 buah.

b) Rencana Jalan Desa sepanjang 5.490 meter (DMJ = 10 meter dengan badan jalan 4,5
meter, perkerasan 3,0meter), dilengkapi dengan gorong - gorong beton panjang 6
meter sebanyak 28 buah, dibangun pada setiap perpotongan jalan desa dengan jalan
poros maupun jalan desa lainnya.

c) Rencana Jalan Lahan (LU) sepanjang 3.270 m (DMJ = 5 meter) untuk memudahkan
aksesibilitas dari dan ke lahan usaha. Jalan usaha ini dilengkapi gorong-gorong beton
panjang 3,5 meter sebanyak 5 buah.

3.4.7.2 Jaringan Jalan

Kendala utama pengembangan permukiman transmigrasi di lokasi studi adalah kendala


aksesibilitas keluar wilayah. Jaringan jalan yang ada di kawasan Patlean adalah jalan
penghubung yang menghubungkan Desa Patlean-SP.1-SP.2-SP.4 hingga ke Desa Wasileo yang
melewati calon lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo, kemudian dari Desa Wasileo tersambung ke
Kecamatan Maba Utara (Dorosagu). Kondisi jalan yang ada adalah jalan tanah dan sebagian
perkerasan dengan batu koral.

Dimasa yang akan datang arus perdagangan barang dan jasa dari kawasan permukiman
transmigrasi Patlean diharapkan tidak lagi menggunakan jalur transportasi laut. Berdasarkan
Peta Infrastruktur Kabupaten Halmahera Timur sudah terdapat perencanaan jaringan jalan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -20
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

kabupaten yang menghubungkan Desa Patlean-Desa Wasileo-Dorosagu-Buli hingga ke Maba


(ibukota Kabupaten Halmahera Timur).

3.4.7.3 Volume dan Biaya Pembangunan Jalan

Perhitungan volume dan biaya pekerjaan pembangunan jalan adalah berdasarkan rencana
Jalan Poros, Jalan Desa, dan Jalan Lahan berikut dengan pembuatan gorong - gorong beton.

Tabel 3.4.-2
Volume Pembangunan Jalan dan Gorong-gorong

No Jenis Jalan Satuan M’/Jumlah


1 Jalan Poros Km 0,47
2 Jalan Desa Km 5,49
3 Gorong-gorong beton
a. Di jalan poros (7,5 meter) Meter/buah 15/2
b. Di jalan desa (6 meter) Meter/buah 168/28
c. Di jalan usaha (3,5 meter) Meter/buah 17,5/5
4 Jalan Lahan (LU) Km 3,27
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013

Penetapan standar harga yang digunakan untuk satuan bahan, barang dan upah adalah
Standar Harga yang berlaku di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Halmahera
Timur Provinsi Maluku Utara tahun anggaran 2012.

3.4.7.4 Sumber Quarry

Untuk penimbunan dan pembentukan badan jalan poros dan jalan desa digunakan timbunan
tanah setempat dari hasil penggalian drainase di kiri-kanan jalan. Sedangkan material untuk
perkerasan jalan dapat diperoleh dari sungai Ake Mabulan yang terletak di sebelah barat daya
calon lokasi permukiman Patlean SP.5/Desa Wasileo yang berjarak 4,18 km dari BMJ-0.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -21
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Gambar 3.4
Peta Alinemen Jalan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -22
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.5 Pembukaan Lahan

3.5.1 Batas Pembukaan Lahan

Luasan pembukaan lahan tersebut ditentukan oleh batas - batas areal yang akan dibuka
maupun areal yang tidak dibuka, sehingga diharapkan tidak akan terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaannya.

Lahan yang akan dibuka diarahkan dengan pembuatan patok - patok Batas Pembukaan Lahan
(BPL) dengan menggunakan pipa paralon (PVC). Jumlah dan jenis lahan akan dibuka meliputi
Lahan Pekarangan (LP), Pusat Desa (PD), Kuburan, Tanah bengkok, Jalan Desa, Jalan Poros,
dan jalan lahan usaha yang berada pada areal lahan yang diperuntukkan untuk LP dan LU I.
Jumlah total areal batas pembukaan lahan adalah seluas 232,81 Ha.

Tabel 3.5-1
Rincian Areal Pembukaan Lahan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

No Jenis Lahan Luas (Ha)


1 Lahan Pekarangan 50,00
2 Lahan Usaha I 150,00
3 Pusat Desa/FU 8,00
4 Jalan Poros-penghubung (470 m) 0,94
5 Jalan Desa (5.490 m) 5,49
6 Kuburan 2,25
7 Tanah Bengkok 12,50
8 Test Farm/Seed Farm 2,00
9 Alokasi Jalan Lahan Usaha di LU I (3.270 m) 1,63
Jumlah 232,81
Sumber : Hasil Analisia dan Perhitungan Tim RTSP, 2013

Tabel 3.5-2
Koordinat Patok Batas Pembukaan Lahan
di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

Nama Koordinat UTM


No
Patok X (m) Y (m)
1 BPL. 1 469658.820 153456.647
2 BPL. 2 467725.957 154146.272
3 BPL. 3 469128.298 152633.976
4 BPL. 4 467354.849 153444.802
Sumber : Hasil Pengukuran dan Perhitungan Tim RTSP, 2013

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -23
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.5.2 Metode Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan hanya dilakukan pada areal/lahan yang diperuntukan untuk lahan
pekarangan, Lahan Usaha I dan lahan fasilitas umum. Pemilihan metode pembukaan lahan
didasarkan kepada jenis penutupan vegetasi dan macam tanah yang ada di lokasi studi.

Berdasarkan hasil pengamatan, penggunaan lahan yang akan dibuka adalah hutan tersier dan
ladang/tegalan. Berdasarkan jenis penutupan vegetasi yang ada, metode pembukaan lahan
yang disarankan adalah metode semi mekanis. Pada metode ini pembukaan lahan dilakukan
hanya dengan alat bantu sederhana seperti kapak, parang, linggis, dan gergaji. Satu-satunya
alat mekanis yang digunakan adalah chain saw.

Tabel 3.5-3. Jenis Penggunaan Lahan, Luas dan Metode Pembukaan Lahan yang
Direkomendasikan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Peruntukan Jenis Pengunaan Lahan (Ha)
No Tahapan Pembukaan Lahan
Lahan HT LD SB KP Total
1 PD 8,00 - - - 8,00 Tebas-Tebang-Potong dan Pilah-
Kumpul-Bersih
2 LP 35,75 14,25 - - 50,00 Tebas-Tebang-Potong dan Pilah-
Kumpul-Bersih
3 LU I 105,25 44,75 - - 150,00 Tebas-Tebang-Potong dan Pilah-
Kumpul-Bersih
Total 149,00 59,00 - - 208,00
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013Keterangan : HT = Hutan Tersier, LD = Ladang/Tegalan, SB = Semak Belukar,
KP = Kebun Produktif Masyarakat.

Tabel. 3.5-4. Kondisi LP, LU-I dan PD dan Metode Pembukaan Lahan
di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

Jenis KlasKesesuaian Metode


JenisPenggunaan
No Peruntukan JenisTanah lahan Potensial Pembukaan
Lahan
Lahan untuk PS/TPLK/TT Lahan

1 LP HT, LD Gleisol Eutrik, S1/S2/S2 Semi Mekanis


Gleisol Distrik, S1/S2/S3
Kambisol Eutrik, S1/S2/S2

2 LU I HT, LD Gleisol Eutrik, S1/S2/S2 Semi Mekanis


Kambisol Eutrik, S1/S2/S2

3 PD HT Gleisol Eutrik, S1/S2/S2 Semi Mekanis


Gleisol Distrik, S1/S2/S3

Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013


Keterangan : HT = Hutan Tersier, LD = Ladang/Tegalan, SB = Semak Belukar, KP = Kebun Produktif Masyarakat.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -24
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Adapun tahapan pembersihan lahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tebas

Yaitu menebas bersih semak belukar dan pohon - pohon yang berdiameter < 7 cm. Tunggul
hasil penebasan kemudian dipotong rata permukaan tanah. Segera setelah penebasan pohon
- pohon kemudian direncek hingga cabang - cabang, dahan-dahan pohon terpisah dari
induknya dan dengan demikian hasil rencek dapat dengan mudah diangkut kejalur - jalur
penumpukan agar tidak tertindih dengan tumbangan pohon besar berikutnya.

2. Tebang

Proses ini menebang pohon-pohon yang berdiameter 7 – 10 cm. Tunggul hasil penebangan
kemudian dipotong rata dengan permukaan tanah. Segera setelah penebangan, pohon -
pohon yang tumbang kemudian direncek hingga cabang - cabang dan dahan, ranting - ranting
pohon terpisah dari batang induknya.

3. Potong

Proses ini memotong - motong batang kayu yang sudah direncek dan memotong - motong
hasil rencekan agar lebih mudah untuk diangkut kepenumpukan dengan ketentuan sebagai
berikut :

a. Kayu - kayu yang tidak dapat dimanfaatkan dipotong-potong dengan ukuran 2 m dengan
tujuan agar mudah diangkut ketempat penumpukan.

b. Kayu - kayu yang potensial dapat dimanfaatkan dipotong dengan ukuran ± 4 m.

c. Kayu - kayu untuk keperluan kayu bakar transmigran dipotong-potong dengan ukuran
kecil (± 2 m) dengan tujuan agar dapat diangkut atau dipindahkan dengan mudah
ketempat pengumpulan dibatas kapling lahan usaha.

d. Kayu limbah berupa cabang, dahan hasil rencekan harus dipotong - potong dengan
ukuran 1 – 2 m.

4. Pilah

Memilih dan memilah hasil perencekan dan pemotongan untuk memisahkan kayu limbah dan
kayu yang dapat dimanfaatkan.

5. Kumpul

a. Mengumpulkan dan menumpuk kayu limbah secara memanjang dibelakang rumah


tranmigran. Tumpukan tersebut diharapkan dimanfaatkan oleh transmigran sebagai
bahan bakar kayu.

b. Mengumpulkan dan menumpuk kayu - kayu yang secara potensial masih dapat
dimanfaatkan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -25
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

c. Semua jenis potongan batang, cabang, dahan dan ranting yang masih berada diantara
jalur tumpukan kayu harus dipindahkan kedalam jalur antara tumpukan kayu.

6. Bersih

a. Pembersihan areal diantara jalur tumpukan, yaitu mengumpulkan sisa potongan -


potongan kayu dan cabang, serta menumpuknya kembali kejalur tumpukan kayu
sehingga areal diantara jalur tumpukan yang satu dengan jalur tumpukan lainnya bebas
dari sisa potongan - potongan kayu.

b. Pembersihan akhir, yaitu mengumpulkan sisa dahan, ranting, dan serasah daun, serta
menumpuknya disamping jalur - jalur tumpukan yang ada sehingga tersedia lahan yang
bersih untuk dimanfaatkan menjadi lahan usaha tani oleh transmigran.

3.5.3 Potensi Erosi Tanah

Lokasi RTSP Patlean SP-5 / Desa Wasileo yang akan dikembangkan menjadi kawasan
permukiman transmigrasi dengan pola TU – TPLK, merupakan kawasan yang kondisi
topografi yang datar dan jenis tanahnya aluvial, Gleisol, kambisol dan regosol .. Mengingat
kondisi lahannya, curah hujan sedang, maka potensi erosi baik erosi percik maupun erosi alur
kemungkinannya sangat rendah.

3.5.4 Persyaratan Teknis Penyiapan Lahan

Berdasarkan kondisi lokasi yang umumnya berupa hutan tersier, semak dan sedikit belukar
dengan pohon-pohon kecil, serta pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pembukaan lahan, maka pelaksanaan pembukaan lahan sebaiknya dilakukan
secara manual agar mengurangi kerusakan permukaan tanah. Peralatan yang diperlukan
adalah chainsaw, parang dan lain-lain. Untuk pembersihan tunggul-tunggul pohon yang
masih ada juga dapat dilakukan secara manual. Penggunaan alat berat hanya diperlukan pada
waktu pembuatan badan jalan, diantaranya penggunaan bulldozer (D6-D8), grader dan
dumptruck.

Beberapa teknik persyaratan pembukaan lahan antara lain adalah :

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -26
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

a. Penebasan semak belukar


 Batang-batang dan ranting pohon/belukar yang ditebas hendaknya disusun
pada suatu tempat supaya tidak berserakan.
 Penumpukan batang-batang dan ranting bekas hendaknya tidak ditempatkan
di pinggir lahan dekat hutan melainkan di bagian tengah kawasan.
b. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah harus dilaksanakan dengan pembajakan dan pengarukan dengan
urutan sebagai berikut : Bajak I, Bajak II, Garu I dan Garu II.
c. Penanaman Cover Crops/Tanaman Pelindung Tanah
 Penanaman tanaman pelindung tanah hendaknya dilakukan selama menunggu
kedatangan transmigran. Tahap ini diperlukan untuk mengawetkan tanah, serta
menjaga kesuburan tanah.
 Penanaman benih cover crops hendaknya dilakukan secara langsung (direct
sowing). Jenis cover crops yang dianjurkan antara lain : Calopogonium
mucanoides, Pluraria javanica dan Centrosema fubescents

Untuk penyiapan lahan dengan metode tersebut selain diperlukan alat-alat dari berbagai tipe
sesuai dengan kondisi lahan yang ada juga diperlukan berbagai disiplin tenaga ahli seperti,
Site Manager, Land Clearing, Specialist, Tenaga Pelaksana, dan Tenaga Administrasi serta
Buruh Lokal.

3.5.5 Biaya Pembukaan lahan

Pekerjaan pembukaan lahan untuk penyiapan permukiman transmigrasi meliputi tebang


tebas potong, pilah kumpul bersih di FU, LP dan LU-1 .

Perkiraan biaya pembukaan lahan beserta luasannya disajikan pada Tabel 3.5.5

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -27
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.5.5 Biaya Pembukaan Lahan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

Volume Harga Satuan


No Kegiatan Total (Rp)
(Ha) (Rp)
1. Di FU ( Tebas tebang potong, 8,00 5.855.000 46.840.000
pilah kumpul bersih )
2. Di LP ( Tebas tebang potong, 35,75 5.855.000 209.316.250
pilah kumpul bersih )
3. Di LU-I ( Tebas tebang potong, 105,25 5.855.000 616,238,750
pilah kumpul bersih )
149,00 872,395,000

Sumber : Ditjen P2kTrans dan Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013


Catatan : Dari Luas Lahan Yang akan dibuka 248,74Ha ( 149,00 Ha hutan tersier, 79,00 Ha berupa
ladang-tegalan dimana ladang-tegalan berupa kebun kelapa non produktif tidak boleh
ditebang)

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -28
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Gambar 3.5
Peta Batas Pembukaan Lahan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -29
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.6 Penyiapan Bangunan

Bangunan yang dipersiapkan dan diperlukan sesuai peruntukan antara lain rumah
transmigran dan jamban keluarga, serta bangunan fasilitas umum.

3.6.1 Jenis, jumlah dan tipe bangunan

Dari hasil penyusunan RTSP diperoleh daya tampung lahan pekarangan sebanyak 200 KK,
maka jumlah kapling rumah ada 200 buah. Ukuran bangunan rumah transmigran 6 x 6 m2 (36
m2) dibuat dengan tipe semi permanen dengan tinggi dinding tembok setinggi 80 cm.

Rangka bangunan dan dinding papan untuk bangunan fasilitas umum terbuat dari kayu kelas
1, sedangkan untuk rumah transmigran terbuat dari kayu kelas 2 dengan atap seng
gelombang (1 unit rumah 62 lembar), dilengkapi dengan 2 buah gentong penampung air.
Jenis jumlah bangunan rumah transmigran dapat dilihat pada Tabel 3.6-1.

Tabel 3.6-1
Jenis dan Jumlah Bangunan Rumah Transmigran

Jumlah
No Jenis Fasilitas Umum Tipe Banguan Keterangan
(Unit)

1 Rumah Transmigran 200 Non Panggung Tipe 36 m2

2 Gentong Plastik 400 300 liter/buah 2 buah per KK

Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013

Rencana bangunan fasilitas umum (Fasum) disesuaikan dengan tingkat kebutuhan bagi
pelayanan transmigran, yaitu bangunan fasilitas sosial, ekonomi dan budaya. Posisi bangunan
bangunan tersebut mempertimbangkan hubungan fungsional satu sama lain agar memiliki
tingkat kemudahan pencapaian maupun pelayanannya.

Tata ruang untuk fasilitas umum dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan


pemukiman dimasa yang akan datang. Oleh karena itu beberapa lahan yang telah
dicadangkan penggunaannya untuk fasilitas umum yang belum diperlukan dalam jangka
pendek, hendaknya diupayakan agar tidak berubah fungsi.

Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat fasilitas umum yang terdapat di Pusat Desa,
maka perlu diperhatikan kriteria dalam penyiapannya yaitu :
a) Semua bangunan hendaknya terletak di tepi jalan poros

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -30
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

b) Bangunan gudang beras dan pupuk harus terletak di tepi jalan poros.

Jenis bangunan fasilitas umum yang diusulkan dibangun di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
dapat dilihat pada Tabel 3.6-2.

Tabel 3.6-2
Alokasi Jenis Bangunan Fasilitas Umum di Di Pusat Desa

No Jenis Bangunan Waktu Pelaksanaan Instansi Terkait

1 Lapangan Olah Raga II Nakertrans


2 Balai Pertemuan I Nakertrans
3 Kantor KUPT/Desa I Nakertrans
4 Rumah KUPT/Kades I Nakertrans
5 Rumah Petugas (K) I Nakertrans
6 Gudang Pupuk I Nakertrans
7 Gudang Beras I Nakertrans
8 Rumah Perawat (K) I Nakertrans
9 Balai Pengobatan I Nakertrans
10 Rumah Kepala Sekolah II Nakertrans
11 Rumah Guru (K) I Nakertrans
12 Rumah Penjaga Sekolah II Nakertrans
13 Sekolah Dasar I Nakertrans
14 Rumah Ibadah I Nakertrans
15 Lantai Pengeringan II Nakertrans
16 KUD II Koperasi
17 Sub Terminal III Perhubungan
18 Pasar dan Toko III Perdagangan
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP dan Standar Perencanaan, 2013
Keterangan :
- Prioritas pembangunan I dibangun tahun pertama
- Prioritas pembangunan II dibangun tahun ke-2 atau ke-3 penempatan
- Prioritas pembangunan III dibangun tahun ke-5 penempatan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -31
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Gambar 3.6
Peta Detail Pusat Desa

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -32
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.6.2 Sumber Material dan Ketersediaan Kayu

Pembangunan pemukiman transmigrasi di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo menempatkan


keluarga transmigran di perumahan baru di dalam pemukiman transmigrasi.

Pembangunan perumahan dan sejumlah fasilitas umum yang akan dibuat memerlukan
sejumlah besar bahan material, seperti semen, seng, paku dan lainnya. Semua kebutuhan
bahan bangunan tersebut harus didatangkan dari luar lokasi proyek kecuali kebutuhan akan
kayu masih banyak terdapat di sekitar areal proyek. Sedangkan bahan bagunan harus dibeli
Tobelo dengan menggunakan transportasi laut (8 jam perjalanan).

3.6.3 Sumber Air Bersih


Kebutuhan sumber air bersih adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan air dengan menggunakan sumur.
2. Satu sumur untuk 2 Kepala Keluarga
3. Kedalaman sumur 10 meter.
4. Dinding sumur menggunakan bis beton.
5. Bis beton diameter 1 meter.
6. Bis beton bibir sumur 1 meter.
7. Setiap 1 KK transmigran mendapat 2 gentong plastik @ 300 liter.

3.6.4 Biaya Penyiapan Bangunan

Biaya penyiapan bangunan untuk RTJK dan Fasilitas Umum dapat dilihat pada table dibawah
ini.

Tabel 3.6.3 Jumlah Biaya dan Jenis Bangunan (RTJK, Fasilitas Umum)
yang akan dibangun di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

Harga Satuan Jumlah


No Jenis Bangunan Volume
( RP) ( RP)
1 Rumah Trans dan Jamban 200 bh 44.000.000 8.800.000.000
2 Sumur Gali 100 bh 4.356.000 435.600.000
3 Kantor desa 1 unit 140.000.000 140.000.000
4 Rumah Ibadah 1 unit 150.000.000 150.000.000
5 Gedung SD 1 unit 267.000.000 267.000.000
6 Gudang Unit 1 unit 115.000.000 115.000.000
7 Puskesmas Pembantu 1 unit 177.000.000 177.000.000
8 Rumah Guru (kopel) 1 unit 169.000.000 169.000.000
9 Rumah kepala unit 1 unit 140.000.000 140.000.000
10 Rumah Petugas (kopel) 1 unit 169.000.000 169.000.000

Jumlah 10.422.600.000

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -33
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013

3.7 Usulan Pengembangan Pertanian

3.7.1. Bentuk Usaha Tani

Bentuk usaha tani yang dimaksud adalah kegiatan usaha tani dalam meningkatkan daya guna
lahan dan produktivitas tanaman di lahan transmigrasi. Bentuk usaha tani yang akan
diterapkan di lokasi adalah usaha tani lahan kering dengan bentuk usaha tani persawahan
tadah hujan, Ladang/Kebun pada saat musim kering, usaha tani perkebunan dan usaha
peternakan serta pengembangan usaha perikanan/nelayan. Dilokasi survey usaha tani yang
dilaksanakan masyarakat dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut : 1). Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat,
2). Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah, 3).
Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten dan 4). Kurang
memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya.

Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja,
modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertania. Di Indonesia, selain usahatani dikenal pula istilah perkebunan, yang sebenarnya
juga merupakan usaha tani yang dilaksanakan secara komersial. Saat ini belum ditemukan
perusahaan perkebunan yang beroperasi di lokasi studi yaitu. Ada beberapa hal yang
membedakan usaha tani penduduk dengan usaha tani perkebunan antara lain sebagai berikut
:
1. Luas lahanUsahatani memiliki lahan yang sempit, sedangkan perkebunan memiliki lahan
yang luas.
2. Status lahan. Usahatni status lahannya milik sendiri, sewa, dan sakap(garapan) sedangkan,
perkebunan status lahannya memakai Hak Guna Usaha (HGU), dan biasanya dimiliki oleh
swasta.
3. Pengelolaan. Usahatani dikelola secara sederhana, sedangkan perkebunan secara kompleks.
4. Jenis tanaman. Usahatani jenis tanamannya campuran atau monokultur pangan, sedangkan
perkebunan tanaman perdagangan monokultur.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -34
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

5. Teknik budidaya. Usahatani secara sederhana, sedangkan perkebunan mengikuti


perkembagan teknologi.
6. Permodalan. Usahatani permodalannya padat karya, sedangkan perkebunan padat modal dan
padat karya.
7. Tenaga kerja. Usahatani meliputi petani dan keluarga, sedangkan perkebunan semuanya
tenaga upah.
8. Orientasi. Usahatani berorientasi kepada subsistem, semi komersial, dan komersial,
sedangkan perkebunan hanya secara komersial.
Soekartawi, 1986 pada seminar petani kecil di
Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa
Terdapat dua macam pola usahatani yang dapat petani kecil adalah :
Soekartawi,
1. Petani yang 1986pendapatannya
pada seminar petanirendah,kecil di
yaitu
diterapkan di lokasi, yaitu lahan basah atau sawah Jakarta pada tahun 1979, menetapkan
kurang dari setara 240 kg beras per kapita bahwa
petani
perkecil adalah :
dan lahan kering. Ada beberapa sawah yang tahun.
5.
2. Petani yang pendapatannya
Petani yang memiliki lahan rendah, yaitu
sempit, yaitu
irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, kurang dari setara 240 kg beras per
lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa kapita
per
atautahun.
yaitu : Sawah dengan pengairan tehnis Sawah 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut
6. Petani yang memiliki
juga memiliki lahan tegallahan
maka sempit,
luasnyayaitu
0,5
dengan pengairan setengah tehnis, Sawah dengan lebih
ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa. di Jawa
kecil dari 0,25 ha lahan sawah

pengairan sederhana Sawah dengan pengairan 3. atau


Petani0,5yang
ha di luar Jawa. modal
kekurangan Bila petani tersebut
dan memiliki
juga memiliki lahan
tabungan yang terbatas. tegal maka luasnya 0,5
tadah hujan (seperti contoh di lokasi desa Wasileo) ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.
4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas
7. Petani yangdinamis
kekurangan modal dan memiliki
serta sawah pasang surut yang umumnya di muara dan kurang
1). Kondisi tersebutterbatas.
tabungan yang sangat mengambarkan
sungai.Tipe usahatani yang diterapkan akan 8. Petani yang ada
petani yang memiliki pengetahuan
di lokasi terbatas
studi desa Gaura.
dan kurang dinamis
menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan
2). Kondisi tersebut sangat mengambarkan
pada macam dan cara penyusunan tanaman yang petani yang ada di lokasi studi desa Gaura.

diusahakan.

Tipe usahatani yang diterapkan akan menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada
macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
a. Macam tipe usahatani :Usahatani padi dan Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian,
jagung)
b. Cara penyusunan tanaman:
 Usahatani Monokultur:Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu
lahan.Pola ini idak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada lahan yang
sama. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang memiliki lahan
khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang sempit.
 Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis
sayuran dalam suatu luasan lahan. Menurut Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa
prinsip tumpangsari lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya :
o Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih mempunyai
umur yang tidak sama

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -35
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

o Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang hampir sama,


sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda.
o Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsur hara.
o Tanaman mempunyai perbedaan perakaran.
c. Struktur usahatani. Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi
diusahakan. Cara pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus
(berganti-ganti lahan atau varietas tanaman) dan campuran (2 jenis atau lebih varietas
tanaman, misal tumpangsari dan tumpang gilir). Ada pula yang disebut dengan “Mix
Farming” yaitu manakala pilihannya antara dua komoditi yang berbeda polanya, misalnya
hortikultura dan sapi perah.
 Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh :– Kondisi lahan–
Musim/iklim setempat– Pengairan– Kemiringan lahan– Kedalaman lahan.
 Corak usahatani, Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan
usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara lain :– Nilai
umum, sikap dan motivasi– Tujuan produksi– Pengambilan keputusan– Tingkat
teknologi– Derajat komersialisasi dari produksi usahatani– Derajat komersialisasi
dari input usahatani– Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat
keuntungan – Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat–
Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani– Tingkat dan
keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi
d. Bentuk usahatani, Bentuk usahatani di bedakan atas penguasaan faktor produksi oleh
petani, yaitu :– Perorangan, Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka
hasilnyajuga akan ditentukan oleh seseorang– Kooperatif, Faktor produksi dimiliki
secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan
faktor yang lain.

Lahan utama dalam melakukan kegiatan usahatani di lokasi studi adalah lahan pekarangan (LP =
0,25 Ha) yang berada di dekat perumahan pemukiman warga dan Lahan Usaha I (LU I = 0,75
Ha) serta lahan usaha II (LU II = 1 Ha). Kegiatan utama yang akan dilakukan adalah
pemnafaatan lahan pekarangan dengan luas lahan 0,25 Ha atau 2.500 m2 dengan usaha tani lahan
Basah (usaha tani ladang/kebun dan sawah tadah hujan).

Pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan usaha dalam rangka mempercepat perkembangan usaha
perekonomian transmigrasi dan masyarakat di sekitarnya serta untuk menyediakan kebutuhan
bahan pangan yang seimbang bagi keluarga transmigran dan untuk mengurangi resiko kegagalan
panen maka pengembangan pola penanaman komoditas tanaman pangan dan sayuranserta

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -36
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

tanaman tahunan/buah-buahan yang beragam secara monokultur dan polikultur sangat diperlukan.
Cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang diperuntukkan kepada Keluarga transmigran yang
meliputi LP, LU I, dan LU II dengan menanami tanaman yang cocok dengan kondisi geofisik dan
lahan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi / setidaknya dapat mencukupi kebutuhan
keluarga dan investasi. Pada Pola Transmigrasi Umum Lahan Perkebunan yang diusulkan di
lokasi studi, transmigran nantinya mendapatkan lahan seluas 2 ha yang terdiri dari Lahan
Pekarangan seluas 0,25 Ha, Lahan Usaha I ( LU I ) seluas 0,75 Ha, dan Lahan Usaha II seluas 1,0
Ha, sedangkan untuk pusat desa / Fasilitas umum seluas 4,0 Ha/SP. Prioritas pemanfaatan lahan
untuk pengembangan komoditas pertanian yaitu : tanaman pangan dan hortikultura pada Lahan
Pekarangan dan tanaman pangan dan tahunan (perkebunan) pada Lahan Usaha I dan Lahan
Perkebunan pada Lahan Usaha II.

Sasaran yang ingin dicapai pada pemanfaatan lahan untuk sub sektor tanaman pangan dan sub
sektor perkebunan adalah :
1. Meningkatkan produktivitas lahan, baik dengan cara melakukan usaha tani atau dengan
usaha peternakan sehingga lahan yang digunakan memiliki daya guna yang lebih optimal.
2. Menjaga dan melestarikan ketersediaan sumberdaya lahan, setidaknya beberapa tanaman atau
tumbuhan yang berpotensi dapat dipertahankan serta lahan yang sudah dibuka menjadi lebih
lestari dengan dilakukan budidaya secara intensif.
3. Membudidayakan tanaman yang cocok berdasarkan kesesuaian biofisik (lahan, iklim) dan
secara ekonomi yaitu adanya permintaan pasar, serta teknologi budidaya yang tepat guna.
4. Melakukan intensifikasi lahan serta diversifikasi pemanfaatan lahan untuk usaha peternakan
dengan penerapan sistem pertanian terpadu berwawasan lingkungan (Integrated Farming)
dalam menjaga tingkat kesuburan tanah. Untuk usaha peternakan setidaknya tidak diliarkan
dan dilakukan budidaya secara intensif.
5. Mendapatkan hasil produksi pertanian dan perkebunan dalam rangka memenuhi konsumsi
sendiri dan kebutuhan lokal/nasional.
6. Memberikan peningkatan dalam pendapatan keluarga transmigran, yang pada akhirnya dapat
melakukan kegiatan investasi untuk usaha serta perbaikan taraf hidup menjadi lebih
sejahtera.

Jadwal dan pola penanaman yang akan diterapkan di lokasi studi tentunya disesuaikan
berdasarkan kondisi iklim yang dikaitkan dengan kebutuhan tanaman terhadap air.
Ketersediaan sumberdaya manusia (tenaga kerja) dianalisis berdasarkan data kependudukan
dan sosial ekonomi, sedangkan sarana produksi tanaman disusun berdasarkan pendekatan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -37
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

upaya peningkatan produktivitas lahan dalam rangka mendapatkan hasil produksi yang
optimal, dengan cara pemupukan, pengapuran, pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu serta pengelolaan gulma dan lahan secara optimal. Perkiraan produksi tanaman
diperhitungkan melalui :
 Frekuensi / jadwal penanaman tanaman dalam satu periode (12 bulan), apakah 1 kali atau 2
kali dalam satu tahun, khususnya dilokasi studi hanya satu kali melakukan penanaman
dalam satu tahun.
 Jenis tanaman yang diusahakan apakah satu jenias atau banyak jenis, setidaknya
diusahakan beberapa jenis tanaman dalam satu lahan usaha tani. Hal ini perlu dilakukan
dalam meminimalkan resiko kegagalan usaha tani.
 Besar kecilnya ketersediaan sarana produksi tanaman (saprotan) yang digunakan seperti
Insektisida, Fungisida, Rodentisida, Herbisida, Nematosida, Pupuk, Kapur dan benih.
 Tingkat intensitas dalam melakukan perawatan tanaman dan pengendalian organisme
penganggu tanaman. Pada dasarnya kegiatan pemeliharaan tanaman berbanding lurus
dengan tingkat produksi yang dihasilkan.
 Desk study, dengan mengacu pada hasil penelitian instansi yang terkait dan sumber data
kecamatan atau kabupaten dalam angka serta data kualitatif dari pelaku di lokasi studi
(observasi lapangan).

Bentuk usaha tani yang diusulkan untuk dikembangkan di lokasi studi adalah dengan pola
TPLK. Jenis dan alokasi lahan yang akan diusahakan transmigran adalahLahan Pekarangan
(LP) dan Lahan Usaha (LU):

Usaha Tani Pemanfaatan Lahan Pekarangan (LP) dan Lahan Usaha (LU)

Lahan Pekarangan (LP) seluas 0,25 Ha


Lahan pekarangan ini selain digunakan untuk tapak rumah, kandang ternak beserta
fasilitasnya, juga pengembangan tanaman pangan lahan kering (padi, jagung, kacangan) dan
hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), tanaman pagar (lamtoro/gamal) serta
tanaman kehutanan/perkebunan. Penggunaan lahan ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pokok yang paling mendasar bagi transmigran, yaitu kebutuhan pangan yang

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -38
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

memenuhi kebutuhan gizi keluarga antara lain kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral. Oleh karena itu jenis komoditi yang diusahakan berdasarkan kondisi geofisik dan
kesesuaian lahan adalah tanaman pangan seperti padi sri tanjung dan padi sawah, ubi kayu,
ubi jalar, jagung dan sayur-sayuran seperti sawi, tomat, kol, cabe, bayam, kangkung dan labu
serta lainnya. Disamping tanaman tersebut, lahan usaha ini dapat diprioritaskan untuk
tempat pemeliharaan ternak seperti sapi/kerbau, kambing, ayam dan itik. Letak lahan ini
berada disekitar rumah, maka diharapkan usahatani pada lahan ini akan dilakukan
pengelolaan lebih intensif. Penataan ruang pada Lahan Pekarangan (LP) seluas 0,5 Ha
dilokasi transmigrasi dengan peruntukan sebagai berikut :

1. Rumah warga transmigran dan sarana mandi cuci dan kakus


2. Tanaman toga (tanaman obat keluarga)
3. Areal usaha tani tanaman pangan, sayuran, buah buahan dan tanaman kehutanan serta
pagar hidup
4. Kandang ternak, kolam ikan atau lainnya.
5. Secara detail perencanaan tata ruang lahan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Model Pengembangan Ruang Lahan Pekarangan Type -1

16

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -39
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara

17
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

1. Jalan Desa 10. Tanaman Apotik Hidup


2. Tapak Jalan Masuk Rumah 11. Tanaman Sayuran
3. Rumah Transmigran 12. Tanaman Kacangan dan Palawija
4. Jamban 13. Tanaman Palawija dan Sayuran
5. Kandang Ternak 14. Tanaman Jagung
6. Halaman Belakang 15. Tanaman Pangan (padi Gogo/Ubi
7. Kebun Palawija Kayu)
8. Tanaman Sayuran & Kacang-kacangan 16. Tanaman Pangan Ubi Jalar dll
9. Tanaman Kacang-kacangan 17. Kolam
Ga
mbar 3.7.1. Rencana Pemetaan Penanaman tanaman di Lokasi Pekarangan

Alternatif Gambar Site plan pekarangan type -2

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -40
1. Tanaman pagar
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
2. Area parkir/tanaman buah
3. Toga
5. Lantai jemur/multiguna space
6. Lahan sayuran dan tanaman buah-buahan
16

15
7. Lahan tanaman palawija
14

PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI 8. Tanaman singkong

12
9. Tanaman ubi jalar
13

10. Kandang ayam


11
10
11. Kandang kambing/domba
12. Kolam ikan
9 8
13. Lahan sayuran
14. Lahan palawija/jagung/kacang-kacangan
5
15. Lahan padi gaga/sawah
4 16. Tanaman perkebunan
18
7 6

17
17. Pepaya
18. Tanaman buah

2
3

Gambar 3.7.2. Rencana Pemetaan Penanaman tanaman di Lokasi Pekarangan

Lahan usaha yang dimaksud dalam hal ini adalah lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari dan lahan untuk investasi bagi masyarakat di masa depan serta lahan yang dapat
digunakan untuk kerjasama dengan pihak investor. Lahan usaha dalam hal ini di bagi menjadi
dua bagian yaitu lahan usaha I (LU I) untuk penambahan kebutuhan pendapatan sehari hari
masyarakat dengan luas 0,75 Ha dan Lahan Usaha II (LU II) yang dapat digunakan sebagai
lahan Investasi atau lahan diversifikasi usaha dengan luas 1,0 Ha, umumya dapat diarahkan
untuk lahan usaha perkebunan seperti kelapa, pala, kakao atau tanaman lainnya yang
prospek.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -41
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Lahan Usaha I (LU-I)


Lahan Usaha I ( LU I)seluas 0,75 Ha pengembangan dan pemanfaatannya dimaksudkan untuk
memenuhi dan mencukupi kebutuhan pokok keluarga dalam jangka pendek dan jangka
menengah / panjang. Komoditas yang dipilih memiliki potensi dan bernilai ekonomi tinggi
untuk memenuhi kebutuhan lokal dan ekspor. Berdasarkan kondisi geofisik (iklim, tanah,
ketinggian tempat) dan topografi. Lahan Usaha I cocok untuk ditanami komoditas tanaman
buah (pisang, jambu, rambutan dan lainnya), kelapa, pinang, kakao atau langsat/matoa yang
diselingi dalam jangka pendek (saat belum menghasilkan) dengan tumpang sari tanaman
jagung atau padi gogo untuk menunjang kebutuhan pangan transmigran. Pada lahan LU I
alternatif yang dipilih untuk tanaman prioritas yang dapat dikembangkan dengan alternatif
tanaman adalah sebagai berikut 1). Tanaman Keras (Kelapa) dan 2). padi sawah/Gogo, Padi
sawah atau 3). Tanaman Keras saja.

Lahan Usaha II (LU-II)


Lahan Usaha II seluas 1,0 hektar disarankan dapat dilakukan penanaman dengan alternatif
sebagai berikut 1). Tanaman keras (Kelapa dan pala) dan atau 2). Tanaman Padi Sawah. Saat
ini tanaman perkebunan yang banyak diusahakan oleh masyarakat setempat adalah tanaman
kelapa dan tanaman pala. Tanaman Kelapa merupakan usaha yang prospektif di lokasi dan
merupakan kegiatan yang sedang dipersiapakan oleh masyarakat untuk diusahakan serta
adanya dukungan pemerintah, lingkungan dan faktor alam yang sangat mendukung untuk
perkembangan ini. Berdasarkan kesesuaian lahan dan kondisi topografi lahan di lokasi studi
maka lahan usaha II pada bagian pinggir tanaman dapat ditanami tanaman kehutanan seperti
sengon, jabon, jati atau kayu lokal yang prospektif. Lahan usaha II juga dapat dilakukan
tumpang sari dengan tanaman semusim selama tanaman belum menghasilkan dan diprediksi
sampai dengan tahun ke-4 setelah tanam (TBM -4). Dilokasi studi Desa Wasileo tanaman
kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan produksi terbesar per satuan luas lahan dan
merupakan tanaman perkebunan yang diprioritaskan untuk dapat dikembangkan di lokasi.
Hasil penilaian kesesuaian lahan pada Lahan Pekarangan, Lahan Usaha I dan Lahan Usaha II
menunjukan bahwa lahan di sekitar lokasi studi sesuai untuk tanaman pangan lahan kering
dan tanaman perkebunan. Sebagai data pendukung dalam penentuan usulan jenis tanaman
adalah hasil pengamatan dari jenis-jenis tanaman yang tumbuh dengan baik (didapat
tanaman prioritas / unggulan), hasil pembudidayaan yang dilakukan oleh masyarakat di

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -42
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

sekitar lokasi studi (menghasilkan tingkat pengetahuan dan keberhasilan yang dilakukan) dan
metode pemilihan komoditas dengan memberikan skoring pada komoditi terpilih
berdasarkan prioritas seleksi sebagai berikut :
1. Pemasaran hasil produksi tanaman, perikanan atau peternakan
2. Penguasaan Teknis budidaya dan lingkungan tumbuh di lokasi studi
3. Kesesuaian ekonomi yaitu apakah ada kelembagaan yang mengelola atau membantu
dalam usaha yang dijalankan
4. Organisasi pengelolaan yang ada seperti kelompok tani, penyuluh atau instansi terkait
dari pemerintah atau perusahaan swasta
5. Kelembagaan support tersedianya perusahaan pendamping atau lembaga pengelolaan
khusus untuk komoditi yang dikembangkan, termasuk lembaga pembiayaan bukan
perorangan (seperti : toke/pembeli/tengkulak, rentenir dan sejenisnya)
6. Dan keberadaan tanaman yang ditanam, apakah di lokasi tanaman tersebut
dibudidayakan oleh warga/masyarakat setempat.
Berdasarkan hal tersebut maka Jenis-jenis tanaman yang diusulkan untuk dapat di
kembangkan dibagi dalam kriteria jenis tanaman seperti data dibawah ini :

1. Tanaman Pangan Sawah tadah hujan dan Padi sawah, Jagung, ubi kayudan ubi
Jalar
2. Tanaman Sayuran Sawi, kangkung, bayam, tomat,cabe, petsai buncis, labu,
mentimun dan lainnya
3. Tanaman Buah-buahan ambu, Pisang, pepaya, Mangga, Durian, Nangka Rambutan,
Lengkeng, Jeruk, Sawo, melon, semangka
4. Tanaman Perkebunan elapa, Pinang, Kelapa sawit, kakao, pala
5. Tanaman Kehutanan Jabon, mahoni, Sengon, Jati, Gmelina dll

Hasil produksi jenis-jenis tanaman ini selain untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi
keluarga transmigran juga diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama transmigran.
Perincian tentang jenis tanaman serta varietas yang diusulkan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 3.7.1. Usulan Varietas TanamanPangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan

Jenis Umur Potensi Produk


No Varietas
Tanaman (hari) (ton/ha)
1. Padi Ciherang, Infantri, Ir 64 90 6-8 ton/ha
2 Jagung Hibrida Semar, IPB 4, Bisi, Surya, SHS 85-100 >5

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -43
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3 Ubi Kayu Manggu, Adira 300 30-40


4 Ubi Jalar Borobudur, Mendut dll 120 25-30
5 Cabe besar Prabu, Hot Beauty, TM 999 120 8
6 Sawi-sawian Tosakan, Regency, Panah Merah 30-45 10-15
7 Tomat Arthaloka, Permata, Ratna 65 15-20
8 Kacang-kacangan Gypsy, Green Coat, lebat, Lestari 45 10-12
9 Labu siam Lokal 70 60-70
10 Nangka Nangkadak, Nangka lokal 5 tahum* 8-12 bh/phn/thn
11 Pepaya California, Hawaii 1 tahun* 30-35
12 Mangga Indramayu, arum Manis, Manalagi 5 tahun* 300-500 bh/phn/thn
13 Pisang Kepok/Nipah, Macau, Ambon 1 tahun *) 30-40 ton/ha
14 Pala Pala Lokal 3 tahun *) 900 kg/ Ha
15 Rambutan Binjai, Aceh 5 Tahun 10 ton/Ha
16 Kelapa Kelapa Hibrida 5 Tahun 11.440 butir
17 Sawo Manila Sawo Besar, sawo kecik 3 Tahun 800 kg/ Ha
18 Jeruk Manis Jeruk Siam/Pontianak 2 Tahun 8000 kg/Ha/Thn
Keterangan *) Umur mulai berbuah setelah tanam. Kacang kacangan = Buncis, kcg Panjang dll
Sumber : 1. Teknologi Budidaya Jagung 2009,
2. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran, 2006 dan Sayuran dunia,
3. BudidayaTanaman Buah-buahan, 2002,
4. Bertanam Ubi-ubian, 1990, Raja Singkong 2012
5. Data dari observasi lapangan dan desk study www.deptan.go.id

Salah satu buah lokal yang dapat menjadi andalan khususnya di desa Wasileo buah Jeruk,
Langsat dan lainnya merupakan salah satu tanaman yang paling banyak di budiayakan
masyarakat dan mudah dalam penjualannya serta potensi pasar masih terbuka. Salah satu
buah unggul ini seperti jeruk mempunyai ciri khas sendiri dengan kualitas rasa yang manis dan
enak serta mempunyai aroma yang khas. Jenis tanaman lain yang memiliki potensi besar dan
dapat dijadikan andalan untuk dikembangkan adalah tanaman kelapa, pinang dan pala
dengan catatan tersedianya pengolahan paska panen dan pengolahan lanjutannya serta
adanya pasar dalam skala besar di lokasi yang terdekat (seperti Kota Tobello, Maba dan
Sekitarnya). Kelapa merupakankomoditi yang mempunyai prospek pasar yangcukup luas,
baik di dalam maupun di luarnegeri. Kelapa mempunyai nilai ekonomi tinggisebagai bahan
produk minyak nabati, kopra, arang aktif bahan makanan sampai bahan baku industri
danperabot rumah tangga seperti sofa/spring bed. Sedangkan komoditi Pala
dapatdimanfaatkan sebagai bahan baku industri minyak atsiri, dan bahan baku industrial
obat-obatan. sedangkan untuk tanaman pinang sejauh ini dimanfaatkan untuk dikonsumsi
segar sebagai campuran menguyah sirih yang biasa dilakukan sebagian masyarakat pada
umumnya.

Tanaman perkebunan yag akan menjadi ciri khas produk Wasileo dan akan diperkenalkan
salah satunya adalah hasil olahan kelapa (kopra). Tanaman kelapa merupakan tanaman

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -44
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

rakyat yang dikembangkan hanya untuk pelengkap kebutuhan saja dan belum dikembangkan
secara ekonomis. Perkebunan kelapa milik rakyatsebagian besar belum menerapkan
teknologi budidaya anjuran, budidayanya masih asalan dan produksinya rendah. Perlu
dilakukan upaya perbaikan penerapan teknologi budidaya di perkebunan rakyat agar
produksinya dapat ditingkatkan. Perlakukan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di
lahan usaha adalah teknologi budidaya yang baik. Ada lima faktor yang menentukan
keberhasilan budidaya tanaman khsusnya perkebunan, yaitu:
1) Teknik penyediaan sarana produksi
2) Proses produksi/budidaya harus dilakukan lebih intensif
3) Teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri)
4) System pemasarannya.
5) Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan
dengan baik dan benar (Litbang Pertanian, 2008).

Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka dapat dihasilkan mutu produk yang baik
dan sesuai dengan kehendak pasar. Berdasarkan potensi ekonomi, sumber daya dan
kesesuaian geofisik di lokasi studi maka komoditas tersebut sangat cocok untuk
dikembangkan sebagai tanaman utama di Lahan Usaha I dan II (disamping untuk tanaman
pangan atau buah serta tanaman kehutanan).

Gangguan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
produksi tanaman, disamping kendala cuaca dan banjir. Hama dan penyakit yang dominan
menyerang tanaman penduduk di lokasi studi untuk tanaman padi umumnya adalah tikus,
walang sangit, wereng dan ulat tanah. Sedangkan pada tanaman kelapa hama yang
menyerang relatif tidak banyak dan sesekali sering juga mendapatkan serangan kumbang
kelapa serta untuk tanaman masih kecil banyak terserang hama tikus. Kondisi ini dapat
dikendalikan dengan melakukan pengendalian secara mekanis yaitu pemasangan pagar
keliling atau membuat perangkap untuk menjebak.

3.7.2 Pola dan Jadwal Tanam

Pola penanamanyang dapat diterapkan di lokasi survai adalah multiple cropping (tumpang
sari). Menurut Santoso (1990), beberapa keuntungan dari pola tanam tumpangsari
adalahsebagai berikut :
1. Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga pertanian
2. Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman.
3. Meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -45
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Sistem tumpang sari (polikultur)sangat efisien dalam pemanfaatan lahan, curah hujan, dan
sinar matahari dibandingkan dengan pola tanam tunggal (monokultur). Kerugian lain dari
pola tanam monokultur secara terus menerus dalam lahan yang sama adalah dapat
menimbulkan defisiensi unsur hara dalam tanah, serta rentannya hama dan penyakit,
sehingga dapat menyebabkan kegagalan panen.

Ditinjau dari faktor lingkungan (topografi lahan, curah hujan, jenis tanah), pola tanam
tumpang sari merupakan salah satu upaya melakukan konservasi tanah yaitu dapat
mengurangi resiko erosi, karena sistem percabangan tanaman, kerimbunan daun serta tinggi
tanaman dapat saling menunjang dalam menahan pengaruh langsung jatuhnya air hujan,
sehingga tanah tidak mudah tererosi dan akar tanaman tahunan/pohon buah-buahan mampu
menahan tanah dari kelongsoran. Tumpang sari dapat dilakukan pada lahan usaha tanaman
perkebunan dengan tanaman semusim (pada lahan relatif datar) dan penggunaan tanaman
penaung yang produktif. Jenisnya usaha penanaman tanaman dengan sistem tumpang sari
disesuaikan dengan kebutuhan petani, nilai ekonomi dan kondisi iklim yang ada, tanaman
anjuran untuk lahan perkebunan adalah kelapa sedangkan untuk tanaman buah bisa
amenggunakan pepaya, pisang sedangkan untuk tanaman pangan dan hortikultura bisa padi,
jagung dan sayuran. Beberapa sistem tumpang sari dapat dilihat seperti di bawah ini :
 Tumpangsari Tanaman Semusim Dengan tanaman perkebunan (kelapa/karet).
Diusahakan selama masa persiapan lahan dan selama tanaman belum menghasilkan
(tajuk tanaman belum saling menutup) atau selama iklim mikro masih memungkinkan.
Untuk pengusahaan yang bersifat lebih permanen pada lahan datar dapat dilakukan
dengan sistem budidaya lorong (alley cropping). Pada tiap antar barisan disediakan
lorong dengan lebar 8-9 m untuk tanaman tumpangsari. Tanaman semusim yang banyak
diusahakan antara lain adalah jenis sayuran (terong, tomat, dan cabe, palawija (jagung),
kacang‐kacangan dan umbiumbian. Tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan
tinggi dapat juga berfungsi sebagai penaung sementara yang efektif. Limbah tanaman
semusim misalnya jagung dan sayuran dapat dimanfaatkan untuk pupuk hijau/kompos
atau mulsa tanaman perkebunan dan bahan makanan ternak.
 Pohon Penaung Produktif Dipilih yang memiliki kanopi tidak terlalu rimbun, daun
berukuran kecil atau sempitmemanjang agar dapat memberikan cahaya dengan baik.
Tanaman penaung tidak bersifat sebagai inang hama penyakit utama tanaman
perkebunan dan tidak menimbulkan pengaruh allelopati. Pohon naungan yang produktif
dan banyak dipakai untuk naungan tanaman perkebunan saat awal antara lain :
macadamia, gamal, lamtoro, dadap dan pohon kelapa/pinang.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -46
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Berdasarkan petimbangan-pertimbangan di atas, dapat ditetapkan luas tanam yang


diusulkan pada Lahan Pekarangan untuk pengembangan tanaman pangan, palawija, sayuran,
buah-buahan dan tanaman kehutanan seluas 0,2 hektar per tahun dari total 0,25 Ha, Lahan
Usaha I seluas 0,75 hektar dan Lahan Usaha II seluas 1,0 hektar per tahun untuk
pengembangan tanaman tahunan/perkebunan. Jumlah tanaman penaung jika dibutuhkan
sekitar 300 pohon naungan dengan pola tanam diantara pohon utama dan berjarak sekitar 5
x 5 meter. Adapun pola dan jadwal tanam di lahan transmigran dapat dilakukan sebagai
berikut :

a. Lahan Pekarangan
Rencana pola tanam dilahan pekarangan berdasarkan luas lahan yang dipergunakan serta
periode musim tanam dalam satu tahun, dengan sistem pola pergiliran tanaman, seperti
pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.7.2. Usulan Jenis Tanaman dan Luasan/Jumlahnya yang Ditanam di LP

Jenis Tanaman / Luas Area


Musim Tanam
Padi Jagung Ubi Kayu Ubi JalarKacang-KacanganSayuran
Tanaman Buah

Musim Tanam I 0,100 0,05 0,025 0,025 0,02 0,02 0

Jenis Tanaman / Luas Area


Musim Tanam Sayuran Padi Ubi KayuKacang-Kacangan Jagung Ubi Jalar
Tanaman Buah

Musim Tanam II 0,03 0,05 0,025 0,025 0,1 0 0,01


Keterangan - = tanaman asal, Musim Tanam berlaku untuk satu periode selama 6 bulan .
Musim Tanam di awal Musim Hujan September-Pebruari

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -47
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

b. Lahan Usaha I :
Lahan Usaha I seluas 0,75 ha dapat diusahakan untuk tanaman pangan dan tanaman
hortikultura serta tanaman perkebunan. Pada dasarnya pemanfaatan lahan usaha I
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tambahan warga transmigran yang ada dilokasi.
Adapun jenis tanaman yang diusulkan dan sesuai hasil penilaian kesesuaian lahan di
lokasi survei adalah
1. Komoditi Utama : Tanaman Kelapa 0,75 hatanaman inti (100 Pohon)
2. Tumpang sari dengan tanaman padi Gogo/Tadah Hujan atau Jagung sekitar 0,2 ha
3. Tanaman pinggir dengan tanaman buah-buahan seperti Nangka, Jambu, langsat,
Pinang dll.

c. Lahan Usaha II
Lahan Usaha II seluas 1,0 ha merupakan lahan untuk usaha tanaman tahunan. Adapaun
jenis tanaman tahunan yang diusulkan adalah Kelapa dan. Pemilihan jenis tanaman
tahunan kelapa ini didasarkan atas pertimbangan kemudahan pemasaran hasil dimana
disekitar lokasi studi banyak petani menanam kelapa dan lebih mudah menjual hasilnya
karena sudah ada ikatan dengan pembeli kopra di Tobello. Alternatif perencanaan
tanaman untuk lahan usaha II adalah sebagai berikuit :
1. Tanaman Kelapa/pala 1,0 Ha tanaman inti/pokok
2. Tumpang sari dengan tanaman pangan dan sayuran atau palawija dan dapat juga
dengan tanaman pepaya
3. Tanaman pinggir dengan tanaman pakan ternak Gamal/lamtoro/cebreng/singkong
dan tanaman kehutanan seperti sengon atau jabon.

Pengaturan pola dan jadwal tanam setiap komoditas yang akan ditanam pada lahan
pekarangan dan lahan usaha I serta II dapat diatur berdasarkan kebiasaan masyarakat. Agar
memperoleh hasil produksi pertanian yang optimal, maka disarankan untuk menggunakan
varietas tanaman yang memiliki potensi hasil produksi yang tinggi, umur panen pendek, tahan
terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kesesuaian dengan kondisi iklim dan ketinggian
tempat di sekitar lokasi studi. Rencana untuk pola dan jadwal tanam dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Gambar 3.7.3. Neraca Air Daerah Studi

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -48
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

-50 CH eff
ETO Tan.
-100 Defisit/Surplus

Sumber : Hasil Analisa Olahan data lapangan Juni 2013

Tabel 3.7.3. Pola dan Jadwal Tanam di Lokasi Studi.

Bulan Tanam
Lahan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lahan Pekarangan
Padi
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Sayuran & Palawija
Jagung
Lahan Usaha (LU I)
Kelapa
Padi
Lahan Usaha (LU II)
Kelapa
Pala

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -49
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Padi

Sumber : Analisa Lapangan 2013

Pola dan Jadwal Tanam


Jadwal tanam dan pola jadwal tanam yang akan dilakukan di lokasi studi umumnya di
dasarkan pada ketersediaan air yang ada pada saat akan melakukan penanaman. Indikator
untuk menentukan jadwal tanam adalah dengan melihat neraca air dan grafik neraca air yang
ada.

3.7.3. Alokasi Tenaga Kerja

Sumberdaya manusia (tenaga kerja) merupakan modal utama bagi para transmigran
selain ketersediaan lahan yang cukup bagi kehidupan warga transmigran. Ketersediaan
tenaga kerja di lokasi transmigran pada umumnya bersumber dari keluarga transmigran
itu sendiri.Tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga transmigran tergantung dari
susunan strukutur usia anggota keluarga para transmigran. Diasumsikan satu Kepala
Keluarga terdiri dari 4 jiwa yaitu suami, isteri, dan 2 orang anak masing-masing berumur
8 dan 6 tahun.

Perhitungan alokasi untuk ketenagaan kerjaan, dengan asumsi peraturan Kementerian


Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dengan perhitungan bahwa laki-laki
dewasa (umur 20 tahun ke atas) dianggap mempunyai 1 Hari Kerja Pria (HKP), wanita
dewasa 0,6 Hari Kerja Pria, sedangkan untuk anak-anak setelah berumur 10 tahun
mempunyai nilai 0,1 Hari Kerja Pria dan nilainya bertambah sesuai dengan pertambahan
umur anak tersebut yang terus bertambah.Hari kerja efektif dalam satu bulan
diasumsikan 25 hari kerja, maka pada tahun pertama ketersediaan tenaga kerja per KK/
tahun adalah 480 Hari Kerja Pria (HKP). Pada tahun berikutnya ketersediaan tenaga
kerja terus bertambah selaras dengan pertambahan umur anak-anak para transmigran
dan pertambahan anggota keluarga lainnya (sanak saudara). Perkembangan
ketersediaan tenaga kerja per KK per tahun dapat di lihat pada table di bawah ini.

Tabel 3.7.4. Ketersediaan Tenaga Kerja per Kepala Keluarga per Tahun

Tahun Ketersediaan Tenaga Kerja (HKP)


Penempatan Anak (thn) Total
Ke Suami Istri 8 6 HKP/hari HKP/tahun

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -50
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

01. 1 0,6 - - 1,60 480


02. 1 0,6 0,1 - 1,70 510
03. 1 0,6 0,2 - 1,80 540
04. 1 0,6 0,3 - 1,90 570
05. 1 0,6 0,4 0,1 2,10 630
06. 1 0,6 0,5 0,2 2,30 690
07. 1 0,6 0,5 0,3 2,40 720
08. 1 0,6 0,6 0,4 2,60 780
09. 1 0,6 0,6 0,5 2,70 810
10. 1 0,6 0,6 0,5 2,70 810
Sumber : Hasil Analisis dan observasi lapangan, 2012
Berdasarkan pola tanam yang telah diusulkan, kontribusi tenaga kerja untuk Lahan
Pekarangan, Lahan Usaha I dan Lahan Usaha II per Kepala Keluarga per tahun
berdasarkan kebutuhan tenaga kerja dilapangan (per tanaman) dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 3.7.5. Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja untuk LP, LU I dan LU II
per KK per Tahun

Luas Tahun Penempatan ke-


No. Usahatani
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I. Lahan Pekarangan

1. Padi 0,100 36,50 36,50 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38 27,38

2. Jagung 0,050 15,00 15,00 11,25 8,44 8,44 8,44 8,44 8,44 8,44 8,44

3. Ubi Jalar 0,025 4,63 4,63 3,47 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60

4. Ubi Kayu 0,025 7,50 7,50 5,63 4,22 4,22 4,22 4,22 4,22 4,22 4,22
5. Sayuran &
0,050 8,75 8,75 6,56 4,92 4,92 4,92 4,92 4,92 4,92 4,92
Palawija

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -51
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

6. Buah-buahan 0,060 1,80 1,80 1,35 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01

Jumlah I 0,3100 74,18 74,18 55,63 48,57 48,57 48,57 48,57 48,57 48,57 48,57

II. Lahan Usaha I


131,2
1. Kelapa 0,75 - 87,50 87,50 131,25 131,25 131,25 164,06 164,06 164,06
5
2. Padi (sisipan) 0,30 109,50 54,75 54,75 54,75 54,75 - - - -
186,0
Jumlah II 1,050 197,00 142,25 186,00 186,00 131,25 164,06 164,06 164,06
0
III. Lahan Usaha II
1.Tanaman Kelapa 202,5
1,00 150,00 135,00 202,50 202,50 253,13 253,13 253,13
+ Pala 0
136,8
2. Tan Padi 0,50 - 182,50 136,88 136,88 - - -
8
339,3
Jumlah III 1,500 - - 332,50 271,88 339,38 202,50 253,13 253,13 253,13
8
573,9
Total Kebutuhan 74,18 271,18 530,38 506,44 573,94 382,32 465,75 465,75 465,75
4
690,0
Ketersediaan 480,00 510,00 540,00 570,00 630,00 720,00 780,00 810,00 810,00
0
116,0
Kelebihan/Kekurangan 405,83 238,83 9,62 63,56 56,06 337,68 314,25 344,25 344,25
6
Sumber : Hasil Analisis Juni, 2013
Luas Lahan Usaha I dan II, penanaman tumpang sari dengan memanfaatkan lahan sela
diantara tanaman pokok.
Keterangan di LU I dapat ditanami padi seluas 0,25 Ha (prediksi)

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -52
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.7.4. Masukan Sarana Produksi Pertanian

Untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dalam kegiatan usaha tani maka
diperlukan masukan pertanian yang seperti pupuk, benih unggul, dan pestisida untuk
pengendalian organisme penganggu tanaman. Kuantitas dan jenis masukan pertanian
yang diberikan tergantung kepada luas yang digarap oleh transmigran serta jumlah dan
jenis tanaman yang akan diusahakan. Penentuan masukan pertanian (pupuk kimia
seperti Urea, SP-36, KCL dan NPK, pupuk organik, Pestisida, Benih tanaman) yang harus
diberikan sebaiknya harus melalui percobaan di lapangan (Demplot/Visitor plot) yang
mewakili variasi dari karakteristik tanah di lokasi studi. Hasil penelitian inilah yang
seharusnya dijadikan dasar dalam menentukan jumlah dan jenis masukan yang harus
diberikan. Masukan (input) pertanian yang diusulkan berdasarkan hasil analisis tanah
dan kebutuhan input standar dari masing-masing tanaman yang akan dibudidayakan di
lapangan.

1). Kebutuhan Masukan Pertanian di Lahan Usaha. Kebutuhan masukan pertanian untuk
Lahan Pekarangan di lokasi studi berdasarkan jenis tanaman, jenis pupuk, dan
jumlahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7.6. Masukan Pertanian yang Diusulkan pada LP/KK/ Tahun

Jenis Luas Benih / Pupuk dan Pestisida


No.
Tanaman (Ha) Bibit Urea SP-36 KCl Pestisida
1 Padi Sawah/Gogo 0,100 2,0 15,00 5,00 5,00 0,20
2 Jagung 0,050 1,0 15,00 5,00 5,00 0,10
3 Ubi Jalar 0,025 250,0 3,00 2,00 2,00 0,05
4 Ubi Kayu 0,025 1.440,0 3,00 2,00 2,00 0,05
5 Sayuran 0,050 0,2 5,00 2,00 2,00 0,10
6 Kelapa/Sengon dll 0,005 2,0 3,00 1,00 1,00 0,05
7 Tanaman Buah 0,060 4,0 2,00 1,00 1,00 0,05
0,315 46,000 18,000 18,000 0,600
Sumber : Hasil Analisis lapangan, Juni 2013

Untuk Lahan Usaha I diusulkan ditanami tanaman Kelapa, dengan pertimbangan


kesesuaian lahan dan topografi lahan disekitar lokasi serta kebiasaan selama ini yang
sudah dilakukan oleh masyarakat setempat. Kebutuhan masukan pertanian dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -53
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.7.7. Masukan Pertanian untuk Kelapa + Tumpang Sari dengan


Tanaman Padi di LU I /KK/Tahun

Drainas
Tahun Land e Bibit Ajir Tanaman Pupuk dan Obat-obatan (kg) Tenaga
Clearing (pohon (buah Penaung SP- Pestisid Kerja
Ke- (ha) (ha) ) ) (pohon) Urea 36 KCl a (HKP)

1
2 - - 135 - 60 120 60 2.24 87,50
3 - - - - 100 200 200 4.20 87,50
4 - - - - - 100 200 200 4.20 109,38
5 - - - - - 120 240 240 4.20 136,72
6 - - - - - 120 240 240 1.85 136,72
7 - - - - - 120 240 240 1.85 136,72
8 - - - - - 120 240 240 1.85 184,57
9 - - - - - 120 240 240 1.85 184,57
10 - - - - - 120 240 240 1.85 203,03
11 - - - - - 120 240 240 1.85 213,18
12 - - - - - 120 240 240 1.85 223,84
13 - - - - - 120 240 240 1.85 235,03
14 - - - - - 120 240 240 1.85 246,78
15 - - - - - 120 240 240 1.85 259,12

Sumber : Hasil Analisis, 2013


Keterangan : Tanaman Padi (MT 1 dan MT 2 seluas 0,1 ha), (MT 3 s/d MT 5 seluas 0,2 ha)
 LU I = Th ke 2 = bibit kelapa hibrida/unggul = 135 pohon sudah termasuk untuk
Penyulaman, penanaman dengan pola tanam mata 5. Jarak tanam 9x9x9 meter

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -54
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.7.8. Masukan Pertanian untuk Tanaman Kelapa dan T


Tanaman Pala di LU II per KK/ Tahun

Land Drainase Bibit Ajir Tanaman Pupuk dan Obat-obatan (kg) Tenaga
Tahun
ke- Clearing Penaung Kerja
(ha) (pohon) (buah) Urea SP-36 KCl Pestisida
(ha) (kg) (HKP)

2
1.00 165 - 60 120 60 2.24 100,00
3
4 100,00 200,00 200,00 2.50 150,00
5 - - - - 120,00 205,00 230,00 1.60 187,50

6 - - - - 160,00 320,00 320,00 1.60 192,19

7 - - - - - 160,00 320,00 320,00 2.45 196,99


8 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 246,24
9 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 258,55
10 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 271,48
11 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 285,05
12 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 313,56
13 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 344,92
14 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 379,41
15 - - - - - 120,00 240,00 240,00 2.45 379,41

Sumber : Hasil Analisis Juni 2013


 LU II = Th ke-3Penanaman Kelapa & bibittanaman pala

3.7.1. Perkiraan Produksi

Produksi tanaman disetiap lokasi memiliki perbedaan satu dengan lokasi lainnya
lainnya, beberapa hal yang mempengaruhi besarnya produksi suatu tanaman adalah
lokasi tanaman, jenis tanaman, jenis bibit yang digunakan, pengaruh iklim dan
klimatologis serta tingakat intensitas perawatan tanaman tersebut.

3.7.1.1. Perkiraan Produksi di Lahan Pekarangan (LP).


Untuk lahan pekarangan transmigrasi dapat diketahui bahwa perkiraan
produksi tanaman pada lahan pekarangan (LP) untuk tanaman Pangan,
Palawija dan Sayuran di LP secara terperinci selama 15 tahun dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -55
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.7.9. Perkiraan Hasil Produksi untuk Tanaman Pangan, Palawija dan Sayuran
di Lahan Pekarangan (KK/Tahun)

TOTAL
Nilai Produksi (kg)
Tahun PENDAPATAN
ke- Produks Produksi Produksi Sayura
Padi
i Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar n
1 150 275 375 288 163 -
2 180 330 450 345 195 2.092.500
3 189 347 473 362 205 2.312.888
4 198 364 496 380 215 2.562.238
5 208 382 521 399 226 2.844.780
6 210 385 525 400 230 3.041.493
7 250 400 550 400 250 3.476.030
8 250 400 550 400 250 3.628.058
9 250 400 550 400 250 3.772.589
10 250 400 550 400 250 3.928.998
11 250 400 550 400 250 4.098.342
12 250 400 550 400 250 4.157.988
13 250 400 550 400 250 4.220.616
14 250 400 550 400 250 4.286.376
15 250 400 550 400 250 4.355.423
Sumber : Hasil Analisis, 2013.
Hasil Produksi : Jagung: biji pipilan, Ubi kayu: ubi segar, Ubi Jalar : ubi segar, Sayuran : sayur
segar
Harga Produksi : Jagung Rp. 2500/kg, Padi (gabah) Rp. 3500/kg, Ubi Kayu Rp. 500/kg, Ubi
jalar Rp.600/kg dan sayur mayur Rp. 3.000/Kg. Diketahuia ada kenaikan harga 5%-10 per
tahun.

Perkiraan Hasil Produksi tanaman Buah-buahan di LP. Perkiraan atau proyeksi


hasil produksi sampai dengan tahun ke-15 untuk tanaman buah-buahan di Lahan
Pekarangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -56
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.7.8 Perkiraan Hasil Produksi untuk Tanamam Buah-buahandi


LP (KK/Tahun)

Produksi Tanaman Buah Buahan (kg)


Tahun ke-
Mangga Jeruk Sawo Pisang
1
2 - - - 50,00
3 - - - 50,00
4 - - - 70,00
5 4,50 50,00 73,33 90,00
6 6,00 96,00 76,67 100,00
7 7,50 150,00 82,33 100,00
8 15,00 250,00 90,00 125,00
9 25,50 250,00 93,00 125,00
10 45,00 250,00 95,00 125,00
11 75,00 250,00 104,27 125,00
12 90,00 250,00 109,67 150,00
13 97,50 250,00 111,87 150,00
14 100,50 250,00 114,33 150,00
15 109,50 250,00 115,67 150,00
Sumber : Hasil Analisis, 2013, prediksi harga yang berlaku saat ini untuk komoditi
tanaman Mangga Rp. 5000/kg, jeruk Rp 5000 Sawo Rp 10.000, dan Pisang Rp 20.000-
25.000 / tandan

3.7.1.2. Perkiraan Produksi di Lahan Usaha I (LU I).

Perkiraan Hasil Produksi di Lahan Usaha I. Perkiraan atau proyeksi hasil produksi dari
Lahan Usaha I untuk tanaman perkebunan dengan tanaman pinggir berupa tanaman
kehutanan dan tanaman buah secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -57
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.7.9. Perkiraan Hasil Produksi untuk Tanaman Kelapa di LU Idan Tanaman Padi

Lahan Usaha I
Tahun Ke -
Kopra Padi
1
2 310,00
3 - 310,00
4 - 350,00
5 - 350,00
6 - 410,00
7 1.113
8 1.125
9 1.313
10 1.425
11 1.425
12 1.425
13 2.145
14 2.145
15 2.145
16 2.145
17 2.145
18 2.313
19 2.313
20 2.400
21 2.400
22 2.400
23 2.531
24 2.531
25 2.531
Sumber : Hasil Analisis Junii 2013.
LU I = 0,75 Ha dan LU II = 1,0 Ha, dan Tumpang sari di sela sela tanaman Utama dan
Tanaman Naungan serta tanaman pagar

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -58
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.7.1.3. Perkiraan Produksi di Lahan Usaha II (LU II).

Perkiraan Hasil Produksi di Lahan Usaha II. Perkiraan atau proyeksi hasil produksi dari
Lahan Usaha II untuk tanaman perkebunan (direncanakan Kelapa +pala) dengan
tanaman pinggir berupa tanaman kehutanan dan tanaman buah secara terperinci
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.7.9. Perkiraan Hasil Produksi untuk Tanaman Kelapa di LU II

Lahan Usaha II
Tahun Ke -
Padi Produksi Kopra Produksi Pala
1 -
2 -
3 -
4 380,00 -
5 399,00 -
6 418,00 -
7 438,90 -
8 459,80 -
9 482,79 -
10 1.483,33 75,00
11 1.557,50 78,75
12 1.557,50 115,00
13 1.557,50 125,00
14 1.635,38 135,00
15 1.717,14 155,00
16 1.803,00 165,00
17 1.893,15 185,00
18 1.987,81 205,00
19 2.087,20 225,00
20 2.191,56 237,00
21 1.972,40 245,00
22 1.676,54 255,00
23 1.425,06 265,00
24 1.211,30 285,00
25 1.029,61 370,00
Sumber : Hasil Analisis juni 2013.
LU I = 0,5 Ha dan LU II = 1,0 Ha, dan Tumpang sari di sela sela tanaman Utama dan
Tanaman Naungan serta tanaman pagar

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -59
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.7.2. Prasarana Pengolahan Dan Pemasaran

Sarana  pengolahan  dan pemasaran hasil usaha tani  merupakan faktor penting penunjang
tingkat keberhasilan usaha tani. Dengan tersedianya sarana maupun prasarana hasil-hasil
pertanian diharapkan dapat meningkatkan mutu produksi pertanian para transmigran.
Kondisi demikian akan meningkatkan nilai jual, sehingga pendapatan transmigran pun
meningkat.

Sarana pengolahan seperti  penggilingan padi, pengolahan   kacang tanah perlu tersedia  di
lokasi  transmigrasi. Demikian pula ketersedian sarana pemasaran hasil pertanian yang
diperoleh  para transmigran seperti KUD, warung, toko, serta pasar. Dengan demikian
kendala-kendala  yang berhubungan dengan pemasaran hasil produksi pertanian dapat  tera-
tasi.

3.7.6.1 Prasarana Pengolahan

Hasil utama usaha tani transmigran dengan pola usaha tani yang diusulkan antara lain
tanaman padi gogo, jagung, ubi kayu, sayuran, buah-buahan. Untuk meningkatkan nilai
ekonomi dari komoditi tanaman tersebut perlu ditunjang oleh tersedianya prasarana
pengolahan hasil pertanian.

Untuk menunjang produksi pertanian di calon lokasi, maka diusulkan pengadaan unit
pengolahan hasil pertanian berupa mesin penggilingan padi, mesin perontok dan pemipil
tongkol jagung dan kedelai. Sedangkan untuk tanaman sayuran dan buah-buahan umumnya
dijual dalam keadaan segar.

Penggilingan padi dan jagung pengelolaannya dapat dilakukan oleh KUD. KUD juga harus
berperan dalam pengadaan dan penjualan saprotan, barang kebutuhan sehari-hari dan
menampung hasil pertanian dari Lahan Pekarangan, dan Lahan Usaha transmigran.

Prasarana pengolahan untuk tanaman sisal akan disediakan oleh Inti sesuai perjanjian yang
disepakati bersama.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -60
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.7.6.2 Pemasaran

Berdasarkan kondisi serta pertimbangan akses dan prospek perekonomian kota dimasa
mendatang, maka orientasi pemasaran diarahkan ke kota kabupaten sebagai pusat
pelayanan lokal dan pusat pertumbuhan eksisting.

Kondisi eksisting pemasaran hasil pertanian di daerah studi berlangsung antara produsen
dengan pedagang pengumpul setempat atau dibeli oleh para tengkulak .

Prospek pemasaran hasil pertanian, dalam skala kecil dapat dijual ke pasar kecamatan,
sedangkan dalam jumlah besar dapat dijual ke pasar Tobelo.

Untuk mendukung aspek pasar tersebut, maka disarankan adanya kendaraan yang dikelola
oleh KUD. Disamping untuk pengadaan barang dan bahan kebutuhan pokok, saprotan dan
pemasaran hasil pertanian, kendaraan tersebut juga dapat digunakan sebagai sarana
transportasi transmigran ke Ibu Kota Kecamatan atau Kabupaten.

Untuk mendukung akses tersebut diperlukan dukungan lintas sektor, terutama dalam
pembangunan/peningkatan prasarana jalan. Selain itu, untuk kelan-caran pemasaran hasil
pertanian, juga diperlukan dukungan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan
fungsi pasar yang sudah ada.

3.7.3. Biaya pengembangan pertanian

1). Berbagai variasi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dirancang untuk
menyediakan suatu menu yang seimbang kepada keluarga transmigran dan untuk
mengurangi resiko besarnya kegagalan tanaman dengan harapan dapat memperoleh
hasil produksi optimal. Untuk perencanaan tersebut maka diperlukan biaya
pengembangan pertanian yang akan diterapkan untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Pengembangan sektor pertanian, baik dalam rangka ketahanan pangan,
peningkatan kesejahteraan petani, dan peningkatan kondisi perekonomian lebih
banyak dikaitkan dengan masalah harga komoditas. Persepsi harga komoditas
sebagai pemicu utama semangat petani untuk bertani merupakan suatu persepsi
yang menyesatkan (misleading) namun telah diterima oleh kebanyakan pihak
terutama petani sebagai suatu kebenaran.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -61
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

2). Biaya pengembangan sektor pertanian yang dimaksud dalam hal ini adalah biaya yang
diperlukan untuk budidaya pertanian seperti : biaya pengolahan lahan, biaya
pemeliharaan, biaya sewa alat dan perlengkapan, biaya panen dan pasca panen serta
biaya untuk pemasaran produk. Biaya pengembangan pertanian sangat terkait sekali
dengan produk/komoditi yang akan dikembangkan dan harga komoditi tersebut serta
faktor lain yang mempengaruhi biaya pertanian di anggap stabil dan tidak berubah.
Sebagai informasi bahwa setiap komoditi yang dibudidayakan dan dikembangkan
memiliki perbedaan dalam biaya pengembangan pertanian.

3). Biaya pengembangan pertanian diharapkan dapat digunakan untuk persiapan


infrastruktur pengairan sehingga dapat dilakukan penanaman padi dua kali dalam
setahun. Biaya dalam memenuhi Pengembangan pertanian untuk mencukupi
kebutuhan mekanisasi dan peralatan teknologi dalam pengolahan lahan dan
pemeliharaan tanaman serta peralatan dan perlengkapan dalam pengolahan pasca
panen. Sedangkan biaya untuk pengembangan pertanian dalam melakukan
ektensifikasi lahan dapat dilakukan untuk tahap berikutnya. Biaya pengembangan
pertanian setiap tahun akan semakin rendah dengan tersedianya infrastruktur dan
prasarana dalam pengembangan pertanian.

3.8 Perkiraan Biaya Pengembangan

3.8.1 Biaya Penyiapan Lahan


Biaya pembukaan lahan terdiri dari biaya tebas, tebang, potong, pilah, kumpul, dan bersih.
Perkiraan biaya pembukaan lahan disesuaikan dengan areal yang akan dibuka. Karena areal
yang akan dibuka terdiri dari hutan tersier dan semak belukar, maka kegiatan yang dilakukan
adalah tebas, tebang, pilah, kumpul bersih. Perkiraan biaya pembukaan lahan disajikan pada
Tabel 3.8-1.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -62
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.8-1. Volume dan Biaya Pembukaan Lahan di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

Volume Harga Satuan


No Kegiatan Total (Rp)
(Ha) (Rp)
1. Di FU ( Tebas tebang potong, 8,00 5.855.000 46.840.000
pilah kumpul bersih )
2. Di LP ( Tebas tebang potong, 35,75 5.855.000 209.316.250
pilah kumpul bersih )
3. Di LU-I ( Tebas tebang potong, 105,25 5.855.000 616,238,750
pilah kumpul bersih )
149,00 872,395,000

Sumber : Ditjen P2kTrans dan Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013


Catatan : Dari Luas Lahan Yang akan dibuka 248,74Ha ( 149,00 Ha hutan tersier, 79,00 Ha berupa
ladang-tegalan dimana ladang-tegalan berupa kebun kelapa non produktif tidak boleh
ditebang)

3.8.2 Biaya Penyiapan Bangunan


Variabel yang termasuk dalam penyiapan bangunan pemukiman meliputi pembuatan rumah
transmigran dan jamban keluarga (RTJK), bangunan fasilitas umum di pusat desa berikut
perlengkapannya, dan penyediaan sarana air bersih. Perkiraan volume dan biaya penyiapan
pemukiman di areal survai dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Pembangunan rumah warga direncanakan Tife 36 M² rumah non Panggung, lantai semen
setengah tembok atap seng (sesuai dengan standar Depnakertrans, Tahun 2013). Lokasi
Patlean SP.5/Desa Wasileo direncanakan untuk dapat menampung 220 KK transmigran,
dengan alokasi lahan 2,0Ha/KK, yang terdiri dari LP seluas 0,25 Ha, LUI 0,75 Ha dan LU II 1,0
Ha. Luas lahan dibuka seluas 248,74 Ha.

Tabel 3.8-2. Jumlah Biaya dan Jenis Bangunan (RTJK, Fasilitas Umum)

yang akan dibangun di Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

Harga Satuan Jumlah


No Jenis Bangunan Volume
( RP) ( RP)
1 Rumah Trans dan Jamban 200 bh 44.000.000 8.800.000.000
2 Sumur Gali 100 bh 4.356.000 435.600.000
3 Kantor desa 1 unit 140.000.000 140.000.000
4 Rumah Ibadah 1 unit 150.000.000 150.000.000
5 Gedung SD 1 unit 267.000.000 267.000.000
6 Gudang Unit 1 unit 115.000.000 115.000.000
7 Puskesmas Pembantu 1 unit 177.000.000 177.000.000
8 Rumah Guru (kopel) 1 unit 169.000.000 169.000.000
9 Rumah kepala unit 1 unit 140.000.000 140.000.000
10 Rumah Petugas (kopel) 1 unit 169.000.000 169.000.000

Jumlah 10.422.600,000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -63
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.8.3 Biaya Pembangunan Jalan


Biaya pembangunan jalan poros dan jalan desa serta pembuatan gorong - gorong beton
disajikan pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.8-3
Rekapitulasi Volume dan Biaya Pembuatan Jalan dan Gorong-gorong Beton
No Jenis Volume Harga Satuan ( Rp) Jumlah ( Rp)

1 Jalan Poros (20m) 0,623 km 1.053.982.000 656.630.000


2 Gorong- gorong 0,8 m (jln Poros) 15 m 1.384.406 20.766.090
3 Jalan Desa (10 m) 5,49 km 786.453.000 4.317.626.970
4 Gorong-gorong 0,6 m di jln Desa 168 m 1.150.000 193.200.000
Jumlah 5.188.223.060

Sumber Hasil Perhitungan, 2013

3.8.4 Biaya Pengerahan Transmigran


Biaya pengerahan dan penempatan meliputi biaya perjalanan dari daerah asal menuju lokasi
transmigrasi. Komposisi transmigran yang akan ditempatkan di Patlean SP.5/Desa Wasileo
Perhitungan biaya pengerahan dan penempatan terdapat pada Tabel 3.13, asumsi dalam
perhitungan biaya pengerahan dan penempatan adalah 1 KK terdiri dari 4 orang.

Tabel 3.8-4
Perkiraan Biaya Pengerahan dan Penempatan Transmigran Patlean SP.5/Desa Wasileo

Harga/Ongkos Biaya
No Route Perjalanan Jumlah
(Rp) (Rp)
A Transmigran Daerah Asal (120 KK)
1. Daerah Asal – Ternate 120 x 4 org 2.000.000 1.056.000.000,-
2. Ternate – Sofifi 120 x 4 org 50.000 26.400.000,-
3. Sofifi – Tobelo 120 x 4 org 100.000 52.800.000,-
4. Tobelo – Desa Wasileo 120 x 4 org 110.000 58.080.000,-
4. Desa Wasileo – Lokasi 120 x 4 org 50.000 26.400.000.-
5. Perbekalan:
a. Makan 120 x 4 org x 3 hari 75.000 118.800.000,-
6. Pengawalan
a. Lunsum 10 org x 3 hari 350.000 10.500.000,-
b. Transport 10 orang 500.000 5.000.000,-
Jumlah A 1.353.980.000,-
B Transmigran Lokal (80 KK)
1. Daerah Asal Desa Wasileo – Lokasi 80 x 4 org 50.000 17.600.000,-
2. Perbekalan:
a. Makan 80 x 4 org x 1 hari 75.000 26.400.000,-
Jumlah B 44.000.000,-
Jumlah Total (A + B) 1.397.980.000,-
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -64
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Sehubungan dengan akan ditempatkannya transmigran di pemukiman baru transmigrasi yang


direncanakan, dan didalamnya akan ditempati transmigran pendatang yang menyatu dengan
transmigran lokal. Maka oleh karena hal tersebut penduduk setempat melalui kepala desa
meminta beberapa hal sebagai berikut :

a) Komposisi atau perbandingan jumlah KK transmigran yang ditempatkan di Patlean


SP.5/Desa Wasileo berdasarkan musyawarah dengan masyarakat adalah 40% : 60% atau
88 KK adalah transmigran penduduk setempat/translok dan 132 KK transmigran
pendatang. Dengan komposisi transmigran pendatang lebih besar tersebut, masyarakat
berharap agar permukiman Patlean SP.5/Desa Wasileo ini dapat lebih berkembang.

b) Transmigran pendatang yang diharapkan oleh masyarakat Desa Wasileo adalah


transmigran dari Pulau Jawa khususnya dari Kediri dan Banyuwangi, dengan
pertimbangan bahwa transmigran yang berasal dari kedua kota tersebut lebih banyak
bertahan seperti yang terjadi di permukiman SP.4.

c) Transmigran pendatang yang diharapkan adalah transmigran usia produktif dan


mempunyai kemampuan bertani yang tinggi, sehingga masyarakat Desa Wasileo bisa
mengadopsi kemampuan bertani dari transmigran pendatang.

d) Perlunya adanya pembinaan dan pendampingan yang intensif oleh Pemerintah Daerah
dan instansi terkait lainnya yang berhubungan permasalahan yang kelak dijumpai, dalam
pelaksanaan pembangunan/penempatan transmigrasi terutama terhadap masyarakat
setempat dan para transmigran pendatang agar terjadi saling pengertian. Dalam
melakukan usahatani, transmigran juga memerlukan pendampingan yang intensif
sehingga produktivitas tanaman dapat tercapai secara optimal.

3.8.5 Biaya Pengadaan Paket Suplai


Pengadaan paket suplai ini lebih ditekankan pada rekomendasi pengembangan pertanian
untuk Intensifikasi Lahan Pekarangan dan Bibit untuk Pakan ternak. Selanjutnya pada Tabel
3.8.5 berikut menjelaskan kebutuhan biaya pengembangan pertanian untuk pengadaan
paket Suplai Intensifikasi lahan pekarangan.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -65
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.8.5 Biaya Pengadaan Paket Suplai


Harga/Unit Jumlah
No. Jenis Satuan Rekomendasi
(RP) (RP)
I Tahun Ke I ( Paket A )
1 Benih jagung Kg 1.4 12,500 17,500
2 Bibit ubi kayu Stek 720 200 144,000
3 Benih sayuran Kg 0.075 300,000 22,500
4 Benih tanaman Obat/bumbu Kg 0.15 20,000 3,000
5 Bibit kelapa Batang 4 25,000 100,000
6 Bibit gamal Batang 130 2,000 260,000
7 Bibit lamtorogung Kg 1 50,000 50,000
 8 Rumput Gajah stek 500 75 37,500
9 Pupuk : Urea Kg 9.5 4,000 38,000
SP 36 Kg 7.45 4,000 29,800
KCI Kg 6.075 4,000 24,300
10 Legium Kacang Gr 100 2,500 250,000
11 Pestisida Ltr/Kg 0.15 70,000 10,500
12 Kaptan super phospat Kg 900 1,000 900,000
13 Handy sprayer Buah 1 500,000 500,000
14 Ternak Sapi Ekor 2 4,000,000 8,000,000
Sub–Total I 10,387,100
II. Tahun Ke II ( Paket B )
1 Benih jagung Kg 1.4 12,500 17,500
2 Pupuk : Urea Kg 9.5 4,000 38,000
SP 36 Kg 7.45 4,000 29,800
KCI Kg 6.075 4,000 24,300
3 Pestisida Ltr / Kg 0.15 70,000 10,500
S u b – T o t a l II 120,100
III. Tahun Ke III ( Paket C )
1 Pupuk : Urea Kg 9.5 4,000 38,000
SP 36 Kg 7.45 4,000 29,800
KCI Kg 6.075 4,000 24,300
2 Pestisida Ltr/Kg 0.15 70,000 10,500
S u b – T o t a l III 102,600
Total 10,609,800
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2013

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -66
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.8.6 Biaya Pembangunan Test Farm


Analisa biaya pengembangan test farm dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya biaya
yang akan dikeluarkan dalam pembangunan test farm, sesuai dengan volume kegiatan terkait
dari RTSP yang disusun, semakin luas, makin besar pula biaya pengembangannya.

Tabel 3.8.6 . Biaya Pembangunan Test farm


No. Uraian Pekerjaan Satuan Jumlah Harga Jumlah Harga
1. Biaya Pembangunan Test Luas 2 Ha Rp. Rp.
farm (Ha) 10.00.000 20.000.000;
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013

3.8.7 Biaya Pengembangan Pertanian


Analisa biaya pengembangan pertanian dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya biaya
yang akan dikeluarkan dalam pengembangan satuan pemukiman, sesuai dengan volume
kegiatan terkait dari RTSP yang disusun, semakin besar daya tampung SP makin besar pula
biaya pengembangannya.

Tabel 3.8.7 . Biaya Pengembangan Pertanian


No. Uraian Pekerjaan Satuan Jumlah Harga Jumlah Harga
1. Biaya Pengembangan Paket 200 Rp. Rp.
Pertanian 10.609.800 21.219.600
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013

3.8.8 Biaya Pengadaan Dukungan Pelayanan Pemerintah

Tabel 3.8.8. Biaya Pengadaan Dukungan Pelayanan Pemerintah


Jumlah Jumlah
Jenis Pengadaan Harga Satuan Jumlah Harga Keterangan
Hari Orang
Makan selama Asumsi 1 KK terdiri
pengerahan ke 3 320 Rp. 40.000 Rp. 38.400.000 4 jiwa, sehingga
lokasi jumlah jiwa untuk
Kesehatan 80 KK (TPA) = 320
320 Rp. 50.000 Rp. 16.000.000
transmigran jiwa
JUMLAH Rp. 54.400.000
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP, 2013

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -67
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.8.9 Rekapitulasi Biaya Pengembangan


Untuk mewujudkan permukiman transmigrasi di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo, Kecamatan
Maba Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, maka perkiraan biaya
pembangunan pemukiman yang diperlukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8-9 Rekapitulasi Biaya Pembangunan Permukiman


Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo

No Jenis Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)


(200 KK)
1 Biaya Penyiapan Lahan 872.395.000,-
2 Biaya Penyiapan Bangunan 10.422.600.000
3 Biaya Pembangunan jalan 5.188.223.060
4 Biaya Pengerahan Transmigrasi 1.397.980.000,-
5 Biaya Pengadaan Paket Suplai 10.609.800
6 Biaya Pembangunan Test Faarm 20.000.000;
7 Biaya Pemgembangan Pertanian 21.219.600
8 Biaya Pengadaan Dukungan Pelayanan 54.400.000
Pemerintah
TOTAL 17.976.817.660
DIBULATKAN 17.976.817.000
Sumber : Hasil Perhitungan Tim RTSP, 2013

Total biaya yang diperlukan untuk pembangunan tranmigrasi di lokasi Patlean SP.5/Desa
Wasileo untuk penempatan 200 KK adalah sebanyak Rp. 17.976.817.000-,

3.9 .Kelayakan Usaha Transmigran

Kelayakan usaha transmigrasi umumnya ditentukan oleh kemampuan transmigran dalam


mengelola dan mengembangkan lahan usaha yang sudah diberikan oleh pemerintah.
Keberhasilan dalam pemnafaatan dan pendayagunaan lahan untuk usaha ini sangat
menentukan kelayakan usaha transmigran yang ada. Kelayakan usaha ini akan menjadi
sesuatu yang bersifat reliable jika petani mengikuti program anjuran dari pihak dinas terkait
untuk menerapkan usaha tani yang optimal (sesuai anjuran) di lahan usaha mereka serta
adanya pembinaan dan subsidi dari pemerintah untuk tahap awal dalam pemenuhan
kebutuhan transmigran khususnya kebutuhan pokok seperti perumahan dan sarana produksi
pertanian setidaknya untuk tahun pertama.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -68
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.9.1. Pendapatan Kotor Transmigrasi

Kegiatan usahatani yang diadakan bagi transmigran pada hakekatnya bertujuan untuk
memperoleh hasil panen yang optimal dan meningkatkan pendapatan keluarga
sehingga dapat lebih sejahtera. Hasil panen yang semakin meningkat maka semakin
besarkemungkinan transmigran untuk mampu menghidupi keluarganya sesuai
kebutuhan hidupnya. Selain itu usahatani perlu dikembangkan sedemikian rupa
sehingga tidak hanya produktivitas lahan saja yang tinggi namun juga kehidupan
ekonomi keluarga transmigran juga harus meningkat.Pendapatan kotor dari kegiatan
usahatani merupakan semua yang dihasilkan dan diperoleh dan dinilai dengan satuan
mata uang rupiah dari setiap komoditas yang diusahakan pada lahan pekarangan dan
lahan usaha serta pekerjaan yang terkait dengan usaha tani.

Pendapatan kotor ini merupakan penjumlahan dari nilai produksi tanaman pangan,
tanaman palawija, dan tanaman buah-buahan (dari LP), tanaman perkebunan Kelapa
yang ditanam dengan sistem tumpangsari dengan tanaman padi (dari Lahan Usaha I),
serta tanaman Kelapa + Pala dengan sistem tanam tumpang sari dengan tanaman
padi dari Lahan Usaha II.

Pendapatan lain diluar usaha tani bagi Keluarga transmigran diperkirakan akan
diperoleh dari hasil pekerjaan sebagai buruh lepas dari beberapa perusahaan yang ada
atau kegiatan musiman di lokasi. Perincian pendapatan kotor keluarga transmigran
setiap tahun sampai dengan tahun ke-25 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -69
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.1. Perkiraan Pendapatan Kotor Transmigran per KK per Tahun

Lahan Pekaranagn (LP) LU I LU II


TOTAL
Tahun
Palawija, Tanaman Jumlah Hasil Pendapatan Pendapatan PENDAPATAN
ke-
Pangan & Buah - Lahan Lahan Usaha Lahan Usaha KOTOR
Sayuran Buahan Pekarangan I II
1 - - - - -
2 2.092.500 50.000,00 2.142.500,00 - - 2.142.500,00
3 2.312.888 50.000,00 2.362.887,50 1.085.000,00 - 3.447.887,50
4 2.562.238 70.000,00 2.632.237,56 1.225.000,00 1.330.000,00 5.187.237,56
5 2.844.780 334.166,67 3.178.946,18 1.225.000,00 1.715.000,00 6.118.946,18
6 3.041.493 427.333,33 3.468.826,18 1.435.000,00 1.575.000,00 6.478.826,18
7 3.476.030 527.166,67 4.003.196,19 2.503.125,00 1.575.000,00 8.081.321,19
8 3.628.058 755.000,00 4.383.058,01 2.531.250,00 1.575.000,00 8.489.308,01
9 3.772.589 813.500,00 4.586.089,39 2.953.125,00 1.575.000,00 9.114.214,39
10 3.928.998 915.000,00 4.843.997,68 3.206.250,00 6.675.000,00 14.725.247,68
11 4.098.342 1.083.533,33 5.181.875,10 3.206.250,00 7.008.750,00 15.396.875,10
12 4.157.988 1.194.333,33 5.352.321,06 3.206.250,00 7.008.750,00 15.567.321,06
13 4.220.616 1.236.233,33 5.456.849,32 4.826.250,00 7.008.750,00 17.291.849,32
14 4.286.376 1.256.166,67 5.542.542,33 4.826.250,00 7.359.187,50 17.727.979,83
15 4.355.423 1.303.833,33 5.659.256,65 4.826.250,00 7.727.146,88 18.212.653,53
Sumber : Hasil Analisis 2013
Data Tersebut belum termasuk upah buruh harian lepas jika berkerja di perkebunan atau di
kegiatan usaha tani lainnya. upah harian lepas berkisar antara 50.000 per hari, dan upah harian
yang bersifat temporari Rp. 100.000/hari, Observasi lapangan Juni 2013

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dikurangi biaya


produksi. Pendapatan dari usaha tani dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :
1) Pendapatan keluarga transmigran (tenaga kerja keluarga yang dikerahkan tidak
dihitung sebagai biaya produksi)
2) Pendapatan transmigran sebagai buruh harian lepas di sekitar lokasi studi.

3.9.2. Pengeluaran Kotor Transmigrasi

Pada tahap awal kegiatan masyarakat transmigrasi masih mendapatkan subsidi dari
pemerintah untuk pengeluaran selama berada di lokasi. Subsidi ini dapat berlangsung
selama satu tahun. Adapun yang diberikan bantuan selain kebutuhan perlengkapan
rumah juga dipenuhi untuk perlengkapan kebutuhan sarana produksi pertanian seperti

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -70
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

benih, bibit, pupuk pestisida dan peralatan produksi pertanian. Besarnya


pengeluaranyang direncanakan adalah besarnya kebutuhan masukan pertanian seperti
bab 3.7 bagian masukan pertanian3.7.4-3.7.6) dengan perincian rencana daftar
pengeluaran seperti pada tabel 3.9.2 dan seterusmya (angka taksiran sementara).

Pengeluaran transmigran merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh transmigran,


baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Biaya usahatani yang diperlukan
adalah biaya-biaya produksi tanaman yang dikeluarkan pada masing-masing
peruntukan lahan usaha. Perhitungan untuk mendapatkan jumlah pengeluaran
transmigran bagi pengembangan usahatani sesuai dengan pola tanam yang diusulkan,
merupakan penjumlahan dari biaya yang diperlukan untuk budidaya tanaman di Lahan
Pekarangan, Lahan Usaha I, dan Lahan Usaha II, serta rencana angsuran kredit yang
dihitung dari biaya yang diperlukan untuk pengembangan tanaman perkebunan di
Lahan UsahaII. Perincian perkiraan pengeluaran transmigran tiap tahun untuk masukan
pertanian di setiap lahan usaha dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.9.2. Pengeluaran Kebutuhan Pertanian Masyarakat Transmigrasi untuk


Lahan Pekarangan.
Benih/Bibit Pupuk Pestisida
Tahu
Ubi Ubi Urea, Sp-36 Mix Obat- Total
n ke- Padi Jagung Sayuran T. Buah
Kayu Jalar & KCl Obatan Pengeluaran
1 7.000 5.000 72.000 12.500 3.000 80.000 186.600,00 99.000,00 465.100
2 14.000 10.000 72.000 25.000 6.000 40.000 186.600,00 198.000,00 551.600
3 14.000 10.000 - 25.000 6.000 0 186.600,00 198.000,00 439.600
4 14.000 10.000 - 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
5 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
6 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
7 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
8 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
9 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
10 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
11 14.000 10.000 25.000 6.000 160.000 279.900,00 198.000,00 692.900
12 14.000 10.000 25.000 6.000 80.000 279.900,00 198.000,00 612.900
13 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
14 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
15 14.000 10.000 25.000 6.000 186.600,00 198.000,00 439.600
Sumber : Hasil Analisis 2013

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -71
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Masyarakat transmigran disamping mempunyai lahan pekarangan sebagai lahan usaha


pokok, juga mengusahakan lahan usaha I (LU I) dan Lahan usaha II (LU II) untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Lahan usaha I mulai di kelola sejak tahun ke dua
sedangkan lahan usaha II mulai dilakukan pengelolaan sejak tahun ke tiga/keempat.
Kondisi ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan normal. Berbagai kendala
mungkin akan terjadi selama masa apengelolaan lahan usaha dan untuk besaran nilai
masukan pertanian di lahan usaha dapat dilihat pada tabel di bawah ini (merupakan
angka taksiran sementara).

Tabel 3.9.3. Pengeluaran Masyarakat untuk pertanian di Lahan Usaha I (LU I)


Penanaman Kelapa dan Padi Gogo /Padi Sawah

LC + Sarana Produksi Pertanian (Rp)


Tahun Bibit + P.
Pemeliha Lubang Jumlah
Ke - Tanam Kandang Urea SP-36 KCL Pestisida
raan Tanam
1
2 910.500 1.500.000 552.500 850.000 35.700 42.500 42.500 350.000 4.283.700
3 549.050 250.000 550.000 53.550 63.750 63.750 350.000 1.880.100
4 458.000 250.000 550.000 71.400 85.000 85.000 350.000 1.849.400
5 808.000 250.000 550.000 116.025 138.125 159.375 350.000 2.371.525
6 1.158.000 250.000 550.000 116.025 212.500 212.500 350.000 2.849.025
7 500.000 178.500 318.750 212.500 550.000 1.759.750
8 500.000 178.500 318.750 212.500 550.000 1.759.750
9 500.000 178.500 318.750 212.500 550.000 1.759.750
10 500.000 178.500 318.750 212.500 550.000 1.759.750
11 500.000 178.500 318.750 212.500 550.000 1.759.750
12 500.000 178.500 318.750 212.500 550.000 1.759.750
13 750.000 178.500 318.750 212.500 850.000 2.309.750
14 750.000 178.500 318.750 212.500 850.000 2.309.750
15 750.000 178.500 318.750 212.500 850.000 2.309.750
Sumber : data analisa lapanganJuni 2013 dan masukan dari petani setempat

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -72
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.4. Pengeluaran Masyarakat untuk pertanian di Lahan Usaha II (LU II), Penanaman
Kelapa+pala dan Padi Sawah/Gogo

LC + Sarana Produksi Pertanian (Rp)


Tahun Bibit + Lubang P.
Pemeliha Jumlah
Ke - Tanam Tanam Kandang Urea SP-36 KCL Pestisida
raan
1
2
3 2.555.000 1.500.000 1.250.000 1.700.000 35.700 42.500 42.500 350.000 7.475.700
4 1.425.000 250.000 1.250.000 1.445.000 71.400 85.000 85.000 350.000 4.961.400
5 750.000 250.000 1.445.000 107.100 127.500 127.500 350.000 3.157.100
6 750.000 250.000 1.445.000 142.800 170.000 170.000 350.000 3.277.800
7 750.000 250.000 1.700.000 178.500 212.500 212.500 350.000 3.653.500
8 750.000 500.000 357.000 637.500 637.500 550.000 3.432.000
9 500.000 357.000 637.500 425.000 550.000 2.469.500
10 500.000 357.000 637.500 425.000 550.000 2.469.500
11 500.000 357.000 637.500 425.000 550.000 2.469.500
12 500.000 357.000 637.500 425.000 550.000 2.469.500
13 500.000 357.000 637.500 425.000 550.000 2.469.500
14 750.000 357.000 637.500 425.000 850.000 3.019.500
15 750.000 357.000 637.500 425.000 850.000 3.019.500
Sumber : data analisa lapangan Juni 2013 dan masukan dari petani setempat

Tabel 3.9. 5.Biaya Masukan Pertanian di LP, LU I, dan LU II/ KK/ Tahun

Tahun Biaya Masukan (Rp)


Ke- Lahan Alat Lahan Lahan Akumulasi
Total (Rp)
Pekarangan Pertanian Usaha I Usaha II *)
1 465.100 1.150.000 - - 1.615.100 1.615.100
2 551.600 875.000 4.283.700 - 5.710.300 7.325.400
3 439.600 675.000 1.880.100 7.475.700 10.470.400 17.795.800
4 439.600 550.000 1.849.400 4.961.400 7.800.400 25.596.200
5 439.600 350.000 2.371.525 3.157.100 6.318.225 31.914.425
6 439.600 350.000 2.849.025 3.277.800 6.916.425 38.830.850
7 439.600 350.000 1.759.750 3.653.500 6.202.850 45.033.700
8 439.600 350.000 1.759.750 3.432.000 5.981.350 51.015.050
9 439.600 350.000 1.759.750 2.469.500 5.018.850 56.033.900
10 439.600 350.000 1.759.750 2.469.500 5.018.850 61.052.750
11 692.900 350.000 1.759.750 2.469.500 5.272.150 66.324.900
12 612.900 350.000 1.759.750 2.469.500 5.192.150 71.517.050
13 439.600 350.000 2.309.750 2.469.500 5.568.850 77.085.900
14 439.600 350.000 2.309.750 3.019.500 6.118.850 83.204.750
15 439.600 350.000 2.309.750 3.019.500 6.118.850 89.323.600
Sumber : Hasil Analisis, Juni 2013.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -73
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Keterangan : *) Kredit Investasi LU II sejak tahuun ke 3


Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-2 untuk penanaman kelapa dan Pala di
LU II dan rencana angsuran kredit oleh KK transmigran dapat dilihat pada Tabel 3.9.6.

Tabel 3.9.6. Rencana Angsuran Kredit Transmigran per KK/ Tahun

Pinjaman (Rp) Sisa Pinjaman (Rp)


Tahun Angsuran
Kapitalisasi Bunga
ke- Investasi Jumlah (RP) Saldo Jumlah
Bunga 0%
1 - - - - - - -
2
3 5.792.500 1.042.650 6.835.150 - 6.835.150,00 - 6.835.150
4 579.250 104.265 683.515 - 7.518.665,00 - 7.518.665
5 1.042.650 187.677 1.230.327 - 8.748.992,00 - 8.748.992
1.097.81
6 - - - 2.650.000 6.098.992,00 7.196.811
9
7 - 2.350.000 3.748.992,00 674.819 4.423.811
8 2.150.000 1.598.992,00 287.819 1.886.811
9 875.000 723.992,00 130.319 854.311
10 723.992 - - -

Sumber : Hasil Analisis, Juni 2013 .

Jenis-jenis biaya yang dikeluarkan oleh transmigran secara keseluruhan terdiri dari
komponen biaya antara lain sebagai berikut :
1) Biaya usahatani untuk tanaman pangan dan tanaman buah-buahan di lahan
pekarangan serta biaya usahatani di Lahan Usaha II,
2) Konsumsi (sandang/pangan/papan) dan
3) Angsuran kredit. Berikut biaya pengeluaran keseluruhan transmigran setiap tahun
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -74
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.7. Total Pengeluaran Transmigran per Kepala Keluarga per Tahun

Tahun Jenis Pengeluaran (Rp)


Total (Rp)
ke- Usahatani Konsumsi Angsuran Kredit
1 - 6.398.000 - 6.398.000
2 3.568.450 6.717.900 - 10.286.350
3 5.792.500 7.050.000 - 12.842.500
4 6.097.700 7.402.500 - 13.500.200
5 4.936.069 7.772.625 12.708.694
6 6.916.425 8.161.256 2.650.000 17.727.681
7 6.202.850 8.569.319 2.350.000 17.122.169
8 5.981.350 8.740.705 2.150.000 16.872.055
9 5.018.850 8.784.409 875.000 14.678.259
10 5.018.850 9.047.941 723.992 14.790.783
11 5.272.150 9.047.941 - 14.320.091
12 5.192.150 9.047.941 - 14.240.091
13 5.568.850 9.047.941 - 14.616.791
14 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791
15 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791
Sumber : Hasil Analisis Juni 2013
Konsumsi : Tidak Termasuk Biaya Sumbangan, Upacara adat/keagamaan
dan Investasi

3.9.3. Pendapatan Bersih Transmigran


Perkiraan pendapatan bersih transmigran adalah selisih antara pendapatan kotor
dengan total pengeluaran transmigran baik untuk konsumsi, biaya usahatani maupun
kebutuhan lainnya. Pendapatan bersih ini merupakan selisih dari Tabel 3.9.1. .
(pendapatan kotor transmigran) dengan Tabel 3.9.7 (pengeluaran transmigran).
Hasil perkiraan pendapatan bersih ini dapat menunjukkan apakah transmigran tersebut
dalam melakukan kegiatan usaha taninya, menabung, investasi atau yang paling rendah
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Analisis pendapatan bersih tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -75
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.8. Perkiraan Pendapatan Bersih Transmigran per KK per Tahun

Pendapata Pendapatan I. Bersih


Tahu Pengeluaran (Rp)
n Kotor Bersih - Konsumsi
n Ke-
(Rp) Usahatani Konsumsi Angsuran Jumlah (Rp) (Rp)
1 4.392.500 - - - - 4.392.500 4.392.500
2 8.212.888 3.568.450 - - 3.568.450 4.644.438 1.075.988
3 12.532.238 1.448.125 7.050.000 - 8.498.125 11.084.113 4.034.113
4 16.678.946 6.097.700 7.402.500 - 6.097.700 10.581.246 3.178.746
5 19.218.826 4.936.069 7.772.625 12.708.694 14.282.757 6.510.132
6 20.006.321 6.916.425 8.161.256 2.650.000 17.727.681 13.089.896 2.278.640
7 22.664.308 6.202.850 8.569.319 2.350.000 17.122.169 16.461.458 5.542.139
8 23.542.339 5.981.350 8.740.705 2.150.000 16.872.055 17.560.989 6.670.284
9 14.725.248 5.018.850 8.784.409 875.000 14.678.259 9.706.398 46.989
10 15.396.875 5.018.850 9.047.941 723.992 14.790.783 10.378.025 606.092
11 15.567.321 5.272.150 9.047.941 - 14.320.091 10.295.171 1.247.230
12 17.291.849 5.192.150 9.047.941 - 14.240.091 12.099.699 3.051.758
13 17.727.980 5.568.850 9.047.941 - 14.616.791 12.159.130 3.111.189
14 18.212.654 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 12.093.804 3.045.862
15 19.060.510 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 12.941.660 3.893.719
16 19.578.435 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 13.459.585 4.411.644
17 20.516.528 6.518.850 9.047.941 - 15.566.791 13.997.678 4.949.736
18 20.915.194 6.918.850 9.047.941 - 15.966.791 13.996.344 4.948.402
19 21.829.104 6.918.850 9.047.941 - 15.966.791 14.910.254 5.862.313
20 20.848.836 6.918.850 9.047.941 - 15.966.791 13.929.986 4.882.045
21 19.501.531 6.518.850 9.047.941 - 15.566.791 12.982.681 3.934.740
22 18.599.744 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 12.480.894 3.432.952
23 17.647.094 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 11.528.244 2.480.303
24 16.894.499 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 10.775.649 1.727.707
25 16.894.499 6.118.850 9.047.941 - 15.166.791 10.775.649 1.727.707
Sumber : Hasil Analisis, Juni 2013
Keterangan : *) Subsidi dari Pemerintah (Jadup dan Biaya Produksi s/d Th ke-2)

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perkiraan pendapatan bersih transmigran


dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke- 25 tahunpada tabel di atas, dengan pola tanam
dan kredit investasi atau pola plasma di sekitar lokasi studi yang diusulkan, mampu
memberikan keuntungan secara ekonomi. Hal ini artinya, kegiatan usaha tani yang
dilakukan oleh transmigran akan mampu menghidupi dan mencukupi kebutuhan
keluarganya. Pada tahun ke -10 masyarakat sudah dapat menikmati keuntungan secara
menyeluruh dari lahan usaha yang dikelola dan jika subsidi kebutuhan bahan makanan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -76
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

pokok dan kebutuhan sebagian dari usaha tani dapat dipenuhi dari pihak pemerintah
maka dalam waktu sekitar 4 tahun masyarakat sudah dapat menikmati hasil
usahanya.Berdasarkan pola tanam dan pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan
usaha maka diperkirakan pendapatan transmigran dari hasil usaha tani dan non-usaha
tani setara beras di lokasi studi, berdasarkan tingkat kesejahteraan mengacu kepada
Permen Nakertrans No 25/Men/IX/2009pada tahun 1-3 masih tahap Penyesuaian, tahun
4 -5 tahapPemantapan dan pada tahun > 5 memasuki tahap Pengembangan dan tahun
ke 10 seterusnya akan menikmati masa keuntungan bagi usaha pertanian yang
dijalankan.

Perkiraan Pendapatan dan pengeluaran


Perkiraan atau proyeksi nilai hasil produksi yaitu merupakan perkalian dari hasil
produksi dengan harga satuan komoditi tersebut. Perkalian nilai hasil produksi berikut
ini merupakan perkalian hasil produksi dengan harga satuan masing-masing komoditi.
Perkiraan nilai hasil produksi dari Lahan Pekarangan (tanaman pangan, palawija dan
hortikultura) dapat dilihat pada Tabel 3.9.9. Sedangkan perkiraan nilai hasil produksi
dari dari Lahan Pekarangan untuk tanaman buah-buahan, pada Tabel 3.9.10.Untuk
Lahan Usaha I dan II yang ditanami Tanaman Kelapa Hibrida dan jagung/Padi gogo di LU
I) secara rinci perkiraan nilai hasil produksinya dapat dilihat pada Tabel 3.9.11.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -77
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.9. Proyeksi Nilai Produksi Tan Pangan, Palawija dah Hortikultura di LP

Nilai Produksi (kg)


Tahu TOTAL
n ke- Sayur- PENDAPATAN
Jagung Padi Ubi Kayu Ubi Jalar
Sayuran
1 - -
2 378.000 990.000 225.000 207.000 292.500 2.092.500
3 436.590 1.039.500 259.875 239.085 337.838 2.312.888
4 504.261 1.091.475 300.156 276.143 390.202 2.562.238
5 582.422 1.146.049 346.680 318.945 450.684 2.844.780
6 645.668 1.155.000 384.326 351.384 505.115 3.041.493
7 845.518 1.200.000 467.500 386.522 576.489 3.476.030
8 930.070 1.200.000 467.500 425.175 605.314 3.628.058
9 1.023.076 1.200.000 467.500 446.433 635.580 3.772.589
10 1.125.384 1.200.000 467.500 468.755 667.359 3.928.998
11 1.237.923 1.200.000 467.500 492.193 700.726 4.098.342
12 1.237.923 1.200.000 467.500 516.802 735.763 4.157.988
13 1.237.923 1.200.000 467.500 542.643 772.551 4.220.616
14 1.237.923 1.200.000 467.500 569.775 811.178 4.286.376
15 1.237.923 1.200.000 467.500 598.263 851.737 4.355.423
16 1.237.923 1.200.000 467.500 600.000 875.000 4.380.423
17 1.237.923 1.200.000 514.250 630.000 875.000 4.457.173
18 1.237.923 1.200.000 565.675 661.500 875.000 4.540.098
19 1.237.923 1.200.000 622.243 694.575 875.000 4.629.740
20 1.237.923 1.200.000 880.000 700.000 875.000 4.892.923
21 1.237.923 1.200.000 880.000 760.000 875.000 4.952.923
22 1.237.923 1.200.000 880.000 800.000 875.000 4.992.923
23 1.237.923 1.200.000 880.000 800.000 875.000 4.992.923
24 1.237.923 1.200.000 968.000 800.000 875.000 5.080.923
25 1.237.923 1.200.000 1.064.800 800.000 875.000 5.177.723
Sumber : Hasil Analisis Juni 2013.
Keterangan : Harga berlaku saat ini dan fluktuasi harga berkisar antara 5-10 persen kenaikan
setiap tahun. Prediksi Biji Jagung Rp 2,500/kg, Ubi Kayu Rp 500,00/kg, Ubi Jalar Rp
600/kg, Sayur-sayuran rata-rata Rp 1.500,00/kg

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -78
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.10. Proyeksi Nilai Produksi Tanaman Buah-buahan di LP

Produksi tanaman (kg)


Tahu Nilai Nilai Total Nilai
Nilai Produksi Nilai Produksi
n ke- Produksi Produksi Produksi
Mangga Jeruk
Sawo Pisang
1
2 - - - 50.000,00 50.000,00
3 - - - 50.000,00 50.000,00
4 - - - 70.000,00 70.000,00
5 22.500,00 75.000,00 146.666,67 90.000,00 334.166,67
6 30.000,00 144.000,00 153.333,33 100.000,00 427.333,33
7 37.500,00 225.000,00 164.666,67 100.000,00 527.166,67
8 75.000,00 375.000,00 180.000,00 125.000,00 755.000,00
9 127.500,00 375.000,00 186.000,00 125.000,00 813.500,00
10 225.000,00 375.000,00 190.000,00 125.000,00 915.000,00
11 375.000,00 375.000,00 208.533,33 125.000,00 1.083.533,33
12 450.000,00 375.000,00 219.333,33 150.000,00 1.194.333,33
13 487.500,00 375.000,00 223.733,33 150.000,00 1.236.233,33
14 502.500,00 375.000,00 228.666,67 150.000,00 1.256.166,67
15 547.500,00 375.000,00 231.333,33 150.000,00 1.303.833,33
16 597.000,00 750.000,00 243.333,33 150.000,00 1.740.333,33
17 622.500,00 750.000,00 253.333,33 150.000,00 1.775.833,33
18 667.500,00 750.000,00 260.666,67 150.000,00 1.828.166,67
19 525.000,00 750.000,00 264.933,33 150.000,00 1.689.933,33
20 487.500,00 750.000,00 286.666,67 150.000,00 1.674.166,67
21 472.500,00 750.000,00 247.600,00 150.000,00 1.620.100,00
22 427.500,00 750.000,00 236.666,67 150.000,00 1.564.166,67
23 375.000,00 750.000,00 223.733,33 150.000,00 1.498.733,33
24 300.000,00 750.000,00 220.000,00 150.000,00 1.420.000,00
25 280.500,00 750.000,00 207.733,33 150.000,00 1.388.233,33
Sumber : Hasil Analisis Juni 2013
Keterangan : prediksi harga yang berlaku saat ini untuk komoditi tanaman Mangga Rp.
5000/kg, Jeruk Rp 5000, Sang Rp 10.000, dan Pisang Rp 20.000-25.000 / tandan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -79
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Tabel 3.9.11. Proyeksi Nilai Produksi Tanaman di Lokasi LU Idan LU II

LU I LU I LU II LU II Pendapatan
Tahun
Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Lokasi LU I dan
Ke -
Kelapa Padi Padi Kelapa Pala LU II
1 - -
2 2.250.000,00 - -
3 - 2.925.000,00 2.925.000,00 - - 5.850.000,00
4 - 4.500.000,00 5.400.000,00 - - 9.900.000,00
5 - 4.500.000,00 9.000.000,00 - - 13.500.000,00
6 - 4.500.000,00 11.250.000,00 - - 15.750.000,00
7 2.503.125,00 13.500.000,00 - - 16.003.125,00
8 2.531.250,00 15.750.000,00 - - 18.281.250,00
9 3.206.250,00 15.750.000,00 - - 18.956.250,00
10 3.206.250,00 6.675.000,00 187.500,00 10.068.750,00
11 3.206.250,00 7.008.750,00 196.875,00 10.411.875,00
12 3.206.250,00 7.008.750,00 287.500,00 10.502.500,00
13 4.826.250,00 7.008.750,00 312.500,00 12.147.500,00
14 4.826.250,00 7.359.187,50 337.500,00 12.522.937,50
15 4.826.250,00 7.727.146,88 387.500,00 12.940.896,88
16 4.826.250,00 8.113.504,22 412.500,00 13.352.254,22
17 4.826.250,00 8.519.179,43 462.500,00 13.807.929,43
18 5.203.125,00 8.945.138,40 512.500,00 14.660.763,40
19 5.203.125,00 9.392.395,32 562.500,00 15.158.020,32
20 5.400.000,00 9.862.015,09 592.500,00 15.854.515,09
21 5.400.000,00 8.875.813,58 612.500,00 14.888.313,58
22 5.400.000,00 7.544.441,54 637.500,00 13.581.941,54
23 5.695.312,50 6.412.775,31 662.500,00 12.770.587,81
24 5.695.312,50 5.450.859,01 712.500,00 11.858.671,51
25 5.695.312,50 4.633.230,16 925.000,00 11.253.542,66
Sumber : Hasil Analisis, Juni 2013

Keterangan : - Harga berlaku saat ini untuk Kopra berkisar 3500/kg, jagung 2500/kg, Padi
3500/kg gabah dan Pala 5.000/kg kering dengan prediksi akan ada kenaikan sekitar 5-10%
per tahun. Kelapa ber produksi pada tahun ke 5 dan pala dapat di panen (berproduksi)
pada tahun ke-5/6

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -80
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.9.3. Kelayakan Usaha Transmigran.

Kelayakn usaha transmigrasi berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikatakan
bahwa usaha transmigrasi dikatakan layak jika memenuhi kriteria dibawah ini yaitu :

Tabel 3.9.12. Kelayakan Usaha Transmigrasi :

No. Variabel Kelayakan Deskripsi Kelayakan Tanda


1. Kondisi Lahan 4L dan 2C Memenuhi 4L dan 2C √
Layak Huni √
Layak Usaha √
Layak Berkembang √
Layak Lingkungan √
Clear dan Clean dari masalah status kepemilikan √
lahan dan Kawasan hutan Lindung
2. Layak secara ekonomis Lahan dapat dijadikan sebagai lahan usaha di √
bidang pertanian dan dapat dikembangkan
dengan baik.
Usaha pekarangan dan Lahan Usaha I dan II √
secara ekonomis menghasilkan dan dapat
memenuhi kebutuhan pokok transmigran
Memberikan pendapatan yang bagi √
transmigran
Secara perhitungan bahwa usaha tersebut √
menguntungkan dan nilai pendapatan melebihi
besarnya angka pengeluaran yaitu
perbandingan tabel 3.9.7 (pengeluaran) : tabel
3.9.10 (pendapatan)

Tabel 3.9.13 Tabel Kelayakan Ekonomi Transmigrasi

Setara Nilai Setara


Tahun Standar Beras Pendapatan Beras Keterangan
(kg) (Rp) (kg)
tahun ke-1-2 Tingkat Penyesuaian 1.600 12.605.388 1.681 layak

Tahun Ke 3-4 Tingkat Pemantapan 2.400 21.665.359 2.889 layak

Tahun ke 6-7 Tingkat Pengembangan 3.000 29.551.354 3.940 layak

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -81
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.10 Kelayakan Calon Lokasi

Kelayakan calon lokasi perencanaan Desa Wasileo untuk dapat dijadikan sebagai calon lokasi
transmigrasi telah memenuhi persyaratan menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009
tentang Ketransmigrasian, Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan
Penempatan Transmigrasi (P4Trans) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans). Pembangunan permukiman transmigrasi untuk menumbuh kembangkan
kawasan perencanaan haruslah Clear dan Clean kemudian mengacu pada 4 kelayakan , yaitu
Layak huni, Layak usaha, Layak berkembang, dan Layak lingkungan. Penilaian terhadap
kelayakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
3.10.1 Layak Huni
Lahan pekarangan seluas 0,25 Ha (seperempat hektar) dengan ukuran 50 x 50 m2 atau 25 x
100 m2setiap kepala keluarga. Lahan ini diperuntukkan bagi rumah, areal bercocok tanam,
dan berternak. Bentuk usaha tani yang diusahakan pada kawasan perencanaan adalah
tanaman pangan, sayuran, tanaman obat, dan tanaman keras (tanaman perkebunan dan
kehutanan). Kebutuhan hunian transmigrasi, mengacu pada tingkat pelayanan kebutuhan
berdasarkan standarisasi hunian permukiman kawasan transmigrasi. Dimana tercapai target
perencanaan permukiman sesuai dengan kebutuhan kawasan.

Suatu kawasan disebut layak huni apabila lokasi tersebut memenuhi persyaratan untuk dapat
ditempati serta mampu mendukung kehidupan yang sehat secara berkesinambungan.
Persyaratan layak huni meliputi beberapa aspek sebagai berikut :

a. Lahan bebas banjir, bukan merupakan daerah longsor atau bencana alam lainnya.

b. Memenuhi persyaratan kesehatan (bebas penyakit).

c. Tersedianya potensi sumber air bersih.

d. Tersedia prasarana transportasi untuk memungkinkan terjadinya hubungan


dengan kawasan lainnya.

e. Tersedianya fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi.

Berdasarkan kriteria layak huni diatas maka lokasi perencanaan RTSP Desa Wasileo
berdasarkan hasil kajian dan analisis dapat disimpulkan bahwa :

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -82
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

 Pada kawasan perencanaan bukan merupakan kawasan yang rawan longsor


mengingat kondisi topografi pada kawasan perencanaan tersebut didominasi oleh
kemiringan lereng yang datar dan areal perbukitan

 Berdasarkan kajian tata ruang dan hidrologi perletakan tata ruang permukiman
bukan merupakan kawasan yang berpotensi untuk terjadi genangan.

 Terjaganya kesehatan lingkungan pada kawasan transmigrasi dan kawasan diluar


kawasan transmigrasi.

 Calon lokasi terhubung oleh aksesibilitas dari dan ke wilayah sekitarnya, melalui
jalur darat dan transportasi laut

Adapun bentuk permukiman yang akan di bangun di lokasi perencanaan adalah lahan
pekarangan dengan ukuran 50x50 m2, dengan ukuran rumah 6x6 meter serta di lengkapi
dengan kamar mandi dalam rumah. Untuk lebih jelasnya desain bentuk hunian transmigrasi
dapat di lihat pada gambar perencanaan perumahan transmigrasi..

Kesehatan Masyarakat

Upaya kesehatan masyarakat pada kawasan perencanan meliputi peningkatan, pencegahan,


pengobatan dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan
kesehatan yang terdiri dari pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan
dan pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Upaya
pencegahan penyakit diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai target dalam
pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk yang rentan, antara lain
ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan keluarga miskin. Pelayanan kesehatan harus
diberikan berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan
mempertimbangkan masukan dari organisasi profesi. Pembinaan dan pengawasan upaya
kesehatan dilakukan secara berjenjang melalui standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan
penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan organisasi profesi dan
masyarakat.

Penelitian dan pengembangan dilakukan utamanya untuk mendukung peningkatan mutu


upaya kesehatan yang berhasilguna dan berdayaguna. Penelitian dan pengembangan
didasarkan pada masalah kesehatan prioritas, sumberdaya kesehatan, serta aspek terkait
lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai. Ada beberapa
prinsip dan upaya kesehatan masyarakat pada kawasan perencanaan, yakni :
1. Berkesinambungan dan paripurna, Upaya kesehatan bagi masyarakat
diselenggarakan secara berkesinambungan dan paripurna meliputi upaya

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -83
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

pencegahan, peningkatan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan antara


tingkatan upaya kesehatan.
2. Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan, Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus
berkualitas, terjamin keamanannya bagi penerima dan pemberi upaya, dapat
diterima masyarakat, efektif, dan sesuai, serta mampu menghadapi tantangan
globalisasi.
3. Adil dan merata, Pemerintah wajib menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang berkeadilan dan merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
kesehatan pada kawasan transmigrasi.
4. Non diskriminatif, Setiap penduduk harus mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan medis, bukan status sosial ekonomi dan tidak membeda-
bedakan suku/ras, budaya dan agama, dengan tetap memperhatikan pengarus-
utamaan gender.
5. Terjangkau, Pelayanan kesehatan yang bermutu harus terjangkau dan mudah
dijangkau oleh seluruh masyarakat, baik dari aspek akses maupun biaya.
6. Teknologi tepat guna, Upaya kesehatan menggunakan teknologi tepat guna yang
berbasis bukti. Teknologi tepat guna berasas pada kesesuaian kebutuhan dan tidak
bertentangan dengan etika, moral dan nilai agama.
7. Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat, Upaya kesehatan dilakukan secara
kerjasama tim, melibatkan semua pihak yang kompeten, dilakukan secara cepat
dengan ketepatan/presisi yang tinggi.

Ketersediaan sarana air bersih

Berdasarkan pada Permen PU Nomor 14 Tahun 2010, jenis pelayanan air bersih meliputi
pelayanan air baku dan Sistem Penyediaan Air Minum, dimana dalam kebutuhan air bersih di
wilayah ini menggunakan dasar-dasar pertimbangan kebutuhan maksimum merupakan
kebutuhan air maksimum dalam 1 hari yang diperhitungkan dari kebutuhan harian rata-rata
dikalikan dengan faktor hari maksimum, yaitu 110 – 120 %. Konsumsi air bersih untuk wilayah
kota kecil atau desa diasumsikan adalah sekitar 60 liter/orang per hari sesuai dengan Permen
PU Nomor 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang. Pada wilayah perencanaan mempunyai potensi mata air atau kapasitas
mata airnya lebih dari 10 lt/dt.

Sebagai sumber air untuk kebutuhan warga transmigrai dapat memanfaatkan sumber air
hujan dan sumber air dari sungai yang ada disekitar pemukiman dengan kualitas yang baik
dan mencukupi serta sumur gali. Pemanfaatan air hujan melalui tampungan atap rumah
transmigran, berdasarkan hasil perhitungan mencukupi dengan syarat. Hasil perhitungan
tampungan air hujan melalui atap rumah didapat jumlah tampungan rata-rata 8.281 lt/bln,

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -84
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

jumlah air tersebut dapat memenuhi seluruh kebutuhan air bersih transmigran jika
menggunakan standar kebutuhan air bersih minimum yang dikemukakan oleh Ditjen Cipta
Karya, Dept. PU, 1998. yaitu sebanyak 4.800 liter/bulan untuk keluarga dengan anggota 4
jiwa.

3.10.2 Layak Usaha


Suatu kawasan disebut layak usaha apabila lokasi tersebut tersedia atau dapat dilakukan
suatu kegiatan usaha yang dapat memberikan penghasilan yang memadai untuk dapat
menunjang kehidupan masyarakat. Persyaratan layak usaha meliputi :

a. Tersedianya lahan pertanian atau peluang usaha yang memenuhi syarat untuk
kegiatan produksi.

b. Tersedianya sarana dan prasarana produksi pengelolaan yang diperlukan.

c. Tersedianya prasarana jalan yang menghubungkan antara lokasi permukiman


maupun dengan pusat pemasaran (ibukota kecamatan / ibukota kabupaten)

Berdasarkan kriteria layak usaha diatas maka lokasi perencanaan RTSP berdasarkan hasil
kajian dan analisis dapat disimpulkan bahwa :

 Tersedianya lahan pertanian dengan kesesuaian lahan potensial yang dapat


dikembangkan antara lain tanaman padi, tanaman jangka pendek dan
tanaman jangka panjang.

 Transmigran direncanakan mendapatkan lahan 2 Ha/KK dan kondisi fisik lahan


yang direkomendasikan untuk kegiatan usaha tani sampai dengan kelas S3
(Sesuai Marginal), mempunyai solum tanah sangat dalam dan kesuburannya
rendah. Dan perlu dilakukan treatment Pemupukan, pengapuran dan
pembuatan saluran drainase.

 Tersedianya aksesibilitas dan sarana transportasi untuk menujun ke ibukota


kecamatan dan kabupaten sehingga mempermudah mobilitas dan usaha
warga transmigrasi.

3.10.3 Layak Berkembang


Layak berkembang dicirikan oleh tingkat aksesibilitas dan orientasi terhadap pusat-pusat
pemasaran hasil produksi pertanian. Dilihat dari aksesibilitasnya lokasi ini masih cukup baik
berdekatan dengan lokasi sandar kapal kayu sebagai dari perusahaan kayu dan bersebelahan
dengan perusahan perkebunan Pt A3. (Anugerah Alam Abadi) serta bukan calon lokasi yang

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -85
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

akan terisolasi, hubungan external cukup mudah karena ada transportasi kapal minimal 2 kali
dalam seminggu menuju kota kabupaten dan pusat kota tobello.

Aksesibilitas

Jaringan jalan yang ada di kawasan memiliki akses yang mudah dilalui dan saat ini masih
dalam tahap perbaikan serta sedang dilkerjakan proyek pembuatan jalan poros dari
kecamatan/kabupaten melalui desa WAsileo sampai menuju ke SP-4. Disamping itu
aksesibilitas juga dapat dilalui dengan mudah melalui jalur laut sekitar 4-5 jam perjalanan dari
ibukota kabupaten dan tersedia kapal reguler menuju ke lokasi.

Pemasaran hasil produksi

Pengolahan skala rumah tangga merupakan upaya untuk memberikan nilai tambah terhadap
komoditas unggulan pertanian yang dapat dilakukan oleh masyarakat kawasan transmigrasi
pada umumnya, sedangkan pengolahan skala menengah – besar merupakan upaya untuk
memberikan nilai tambah dengan sentuhan teknologi yang lebih canggih sehingga
menghasilkan nilai jual yang sangat tinggi dan dapat meningkatkan pula pendapatan asli
daerah.

Rencana pemasaran dan pengolahan hasil produksi skala rumah tangga yaitu disekitar sentra
produksi di Wilayah kawasan Desa Wasileo dan Pasar kabupaten Halmahera Utara (Tobello).
Dari aspek aksesibilitas dan aspek pemasaran produksi pertanian dapat dipastikan bahwa
lokasi ini akan dapat berkembang dan yang sangat menentukan perkembangan permukiman
transmigrasi adalah latar belakang dan kesiapan para transmigran yang akan ditempatkan
serta dukungan pembangunan prasarana dan sarana sosial ekonomi di kawasan ini

3.10.4 Layak Lingkungan


Kelayakan lingkungan untuk rencana kawasan budidaya di wilayah perencanaan ini
didominasi oleh pemanfaatan lahan untuk budidaya pertanian. Calon lokasi ini bukan
merupakan area rawan longsor dan banjir serta tidak termasuk dalam kawasan hutan lindung.
Rencana permukiman transmigrasi pada kawasan ini akan di rencanakan dan di bangun suatu
model perkampungan taransmigrasi yang secara teratur dan terarah dengan potensi utama
adalah pertanian dan nelayan yang akan memberikan prospek perkembangan kedepan
sebuah hunian yang tertata dan dapat menjadi percontohan untuk mewujudkan penataan
bangunan perumahan pada kawasan pedesaan.

Untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam dalam rencana pengelolaan
lahan untuk kegiatan usaha tani telah dipersyaratkan adanya perbaikan lahan berupa

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -86
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

pembuatan drainase serta lahan di sepanjang aliran sungai kiri kanan antara 25 – 50 meter
tidak diperbolehkan untuk ditebang dan dihindarkan dari kegiatan usaha tani. Dengan
demikian calon lokasi transmigrasi dapat memenuhi kelayakan lingkungan.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -87
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.11 Telaahan Lingkungan

3.11.1 Proses Pelingkupan


Kegiatan yang akan dilaksanakan Patlean SP.5/Desa Wasileo adalah pembangunan
pemukiman transmigrasi yang mempunyai daya tampung 220 KK. Pola yang diterapkan
adalah pola pemukiman TPLK dimana transmigrannya sebagian didatangkan dari luar daerah
dengan proporsi 40 % transmigran lokal dan 60 % berasal dari luar daerah.

Rencana kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potensial pada komponen
lingkungan, dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu :

1. Tahap Perencanaan (Pra Konstruksi)


 Survai dan Alokasi Lahan.

2. Tahap Pembukaan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur (Konstruksi)


 Pembukaan lahan dan penyiapan tanah
 Pengangkutan bahan/peralatan
 Pembangunan infrastruktur
 Pembangunan rumah dan fasilitas umum
 Pembangunan sarana air bersih
 Penyediaan sarana produksi.

3. Tahap Pengerahan dan Pembinaan (Pasca Konstruksi)


 Penanaman tanaman pangan
 Pengadaan ternak
 Pengembangan masyarakat
 Pasca panen
 Pemasaran hasil – hasil produksi.

Dampak potensial yang kemungkinan terjadi sebagai akibat pembangunan permukiman


transmigrasi di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo antara lain :

1. Komponen Fisik-Kimia
 Iklim Mikro
 Debit Aliran Permukaan
 Kesuburan Tanah
 Kualitas Air

2. Komponen Biologi
 Flora/Penutup Lahan
 Fauna/Satwa darat

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -88
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

 Habitat Satwa Darat


 Biota Perairan

3. Komponen Sosial Ekono-mi Budaya


 Kesempatan Kerja
 Pendapatan Masyarakat
 Kesempatan Berusaha
 Persepsi dan Sikap Positif Masyarakat
 Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

4. Komponen Kesehatan
 Masyarakat
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 Kesehatan Masyarakat

Proses Pelingkupan Kajian Lingkungan Pembangunan Lokasi Transmigrasi Patlean SP.5/Desa


Wasileo disajikan pada Gambar 5.1 di bawah.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -89
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

DESKRIPSI RENCANA
KEGIATAN
ATahap Persiapan
Sosialisasi Rencana Kegiatan
Survei RTSP DAMPAK POTENSIAL
B.Tahap Konstruksi
Pembukaan Lahan dan A.Komponen Fisik-Kimia
Penyiapan Tanah DAMPAK PENTING
Iklim Mikro
Pengangkutan Bahan dan HIPOTETIK
Debit Aliran Permukaan PRIORITAS DAMPAK
Peralatan A. Komponen Fisik Kimia
Pembangunan Infrastruktur Kesuburan Tanah PENTING HIPOTETIK
Kesuburan Tanah
Sarana dan Prasarana Jalan Kualitas Air Kualitas Air
Pembangunan Rumah dan A.Komponen Fisik Kimia
B.Komponen Biologi B. Komponen Biologi Kesuburan Tanah
Fasilitas Umum
Pembangunan Sarana Air Flora/Penutup Lahan B.Komponen Biologi
Flora/Penutup Lahan
Bersih Fauna/Satwa Darat Flora/Penutup Lahan
Fauna/Satwa darat Fauna/Satwa Darat
Penyediaan Sarana Produksi IDENTIFI EVALUASI Habitat Satwa KLASIFIKASI
C.Tahap Pengerahan dan Habitat Satwa Darat Habitat Satwa
KASI DAMPAK C.Komponen Sosial DAN
Pembinaan (Pasca Kons- C.Komponen Sosial
DAMPAK Biota Perairan POTENSIAL Ekonomi Budaya PRIORITAS Ekonomi Budaya
truksi)
Penanaman Tanaman Pangan
POTENSIL C.Komponen Sosial Ekono- Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja
Pengadaan Ternak Pendapatan Masyarakat Pendapatan Masyarakat
mi Budaya
Pengembangan Masyarakat Kesempatan Berusaha Kesempatan Berusaha
Kesempatan Kerja Persepsi dan Sikap Positif
Pasca Panen Persepsi dan Sikap
Pengolahan Hasil-hasil Pendapatan Masyarakat Masyarakat
Positif Masyarakat
Produksi Persepsi dan Sikap
Kesempatan Berusaha Persepsi dan Sikap
RONA LINGKUNGAN HIDUP Negatif Masyarakat
Persepsi dan Sikap Positif Negatif Masyarakat D.Komponen Kesehatan
AWAL
A.Komponen Fisik Kimia Metode Matriks D.Komponen Kesehatan Metode Analisis Masyarakat
Masyarakat Metode Interaksi
Iklim Mikro Intreraksi Masyarakat Keterkaitan dan Kesehatan Masyarakat
Persepsi dan Sikap Negatif Kelompok Pengelompokan
Debit Aliran Permukaan Sederhana, Keselamatan dan
Erosi Telaah Pustaka, Masyarakat Kesehatan Kerja (K3) Berdasarkan
Kesuburan Tanah Pengamatan Kesehatan Masyarakat Kepentingan
D.Komponen Kesehatan
Kualitas Air Lapangan
B.Komponen Biologi Masyarakat
Flora darat Keselamatan dan
Fauna/Satwa darat
Kesehatan Kerja (K3)
Habitat Satwa
Biota Perairan Kesehatan Masyarakat
C.Komponen Sosial Ekonomi
Budaya
Kesempatan Kerja
Pendapatan Masyarakat
Kesempatan Berusaha
Persepsi dan Sikap Positif
Masyarakat
Persepsi dan Sikap Negatif
Masyarakat
D. Komponen Kesehatan Gambar 5.-1. Proses Pelingkupan Kajian Lingkungan Pembangunan Lokasi Transmigrasi Patlean SP.5/Desa Wasileo
Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Kesehatan Masyarakat
Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3 -90
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

3.11.2 Prakiraan Dampak Penting Hipotetik


Prakiraan dampak penting hipotetik yang akan terjadi sebagai akibat pembangunan
permukiman lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo dari awal kegiatan prakonstruksi, konstruksi,
hingga pasca konstruksi terhadap lingkungan bio-fisik dan kimia maupun lingkungan social
ekonomi budaya dan kesehatan lingkungan masyarakat antara lain :

1. Komponen Fisik Kimia


 Kesuburan Tanah
 Kualitas Air

2. Komponen Biologi
 Flora dan Fauna
 Habitat Satwa

3. Komponen Sosial Ekonomi Budaya


 Kesempatan Kerja
 Pendapatan Masyarakat
 Kesempatan Berusaha
 Persepsi dan Sikap Positif Masyarakat
 Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

4. Komponen Kesehatan Masyarakat


 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 Kesehatan Masyarakat

3.11.3 Evaluasi Dampak Penting


Dari hasil prakiraan dampak penting hipotetik dilakukan klasifikasi dampak penting
berdasarkan besarnya dampak, luas dan persebaran dampak serta lamanya dampak
berlangsung yang selanjutnya dilakukan prioritas penanganan dampak berupa pengelolaan
dan pemantauan lingkungan.

Pengklasifikasian dampak penting baik dampak positif maupun negative yang akan menjadi
skala prioritas untuk dilakukan penanganan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di
lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo adalah sebagai berikut :

1. Komponen Fisik Kimia


 Kesuburan Tanah

2. Komponen Biologi
 Flora dan Fauna
 Habitat Satwa

3. Komponen Sosial Ekonomi Budaya

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-91
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

 Kesempatan Kerja, Pendapatan Masyarakat dan Kesempatan Berusaha


 Persepsi dan Sikap Positif Masyarakat
 Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

4. Komponen Kesehatan Masyarakat


 Kesehatan Masyarakat

3.11.4 Dampak Lingkungan Fisik Dan Biologi

Pembangunan permukiman transmigrasi terutama kegiatan pembukaan lahan akan


menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan yang semula lahan tertutup oleh
vegetasi alami menjadi lahan terbuka. Terbukanya lahan ini mengakibatkan curah hujan
yang terjadi akan langsung memukul butir-butir agregat tanah di permukaan yang akan
terbawa oleh aliran permukaan/run off (proses erosi). Meskipun erosi yang terjadi di areal
ini relative sangat kecil karena kondisi lahannya yang datar, proses erosi ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kesuburan tanah.

Perubahan penutupan lahan menjadi terbuka ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan
iklim mikro, meskipun dampak ini tidak berlangsung lama karena kegiatan budidaya
pertanian yang akan dilakukan oleh transmigran akan memperbaiki kondisi iklim mikro,
terutama setelah dilakukannya kegiatan pada lahan usaha II dengan melakukan budidaya
tanaman tahunan/perkebunan.

Dampak terhadap kesuburan tanah ini bersifat penting. Dengan adanya kegiatan usahatani
maka intensitas pengelolaan tanah menjadi semakin meningkat. Kegiatan pemupukan
yang berlebihan pada kegiatan usahatani akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
sifat fisik dan kimia tanah. Pemupukan yang dilakukan terus menerus dan tidak terkendali
akan menyebabkan terakumulasinya bahan-bahan kimia dalam tanah yang mengakibatkan
rusaknya sifat fisik (struktur) tanah. Dampak lain dari penambahan pupuk secara
berlebihan adalah dapat terjadinya aliran masa dari bahan-bahan pupuk yang terbawa oleh
aliran permukaan ke badan perairan (sungai atau laut). Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya pengkayaan perairan yang menimbulkan peledakan pertumbuhan gulma air
(eutrofikasi). Terakumulasinya bahan-bahan kimia kedalam perairan dan tumbuhnya gulma
air akan menyebabkan meningkatnya BOD dan COD air sungai, pada kondisi yang sangat
ekstrim proses ini mengakibatkan terjadinya penurunan populasi ikan di muara sungai dan
menyebabkan dampak turunan pada berkurangnya pendapatan masyarakat yang
bermatapencaharian mencari ikan (nelayan).

Mengingat besar dan luas persebaran dampak serta dampak turunan yang dapat terjadi
maka dampak kegiatan pembangunan transmigrasi terhadap kesuburan tanah di lokasi ini
menjadi dampak negative penting yang perlu mendapat prioritas penanganan.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-92
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Kegiatan pengelolaan lingkungan dalam menangani dampak negative penting kesuburan


tanah ini adalah dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada transmigran
dimana dalam melakukan usahatani terutama dengan melakukan pemupukan agar tepat
dosis, tepat waktu dan tepat cara. Pemupukan yang berimbang dengan memperhatikan
waktu dan cara pemberian pupuk akan memberikan hasil produksi yang optimal dan
menguntungkan transmigran.

Disamping dampak negative penting terhadap kesuburan tanah, kegiatan pembangunan


transmigrasi juga mengakibatkan hilangnya vegetasi hutan alami sebagai akibat kegiatan
pembukaan lahan yang akan mengakibatkan terjadinya migrasi fauna ke habitat yang baru
hutan-hutan di sekitar lokasi permukiman transmigrasi.

Dampak lain dari kegiatan pemukiman transmigrasi adalah pada tahap kegiatan
penempatan transmigrasi. Dengan adanya kegiatan penempatan transmigran tidak
menutup kemungkinan akan terjadinya kegiatan perburuan fauna/satwa liar dan kegiatan
penebangan kayu secara liar pada hutan-hutan di sekitar lokasi. Kegiatan perburuan satwa
dan penebangan kayu secara liar merupakan dampak negative penting yang perlu dijadikan
prioritas penanganan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan yang perlu dilakukan terhadap dampak perburuan satwa dan
penebangan hutan secara liar adalah dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan secara
intensif dan perlu dilakukan. Pemantauan lingkungan dilakukan oleh instansi terkait yang
dalam hal ini disnakertrans dan Balai Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Halmahera Timur.

 Habitat Satwa

Di lokasi studi terdapat Hulan Lindung (Hutan Mangrove) yang terletak di sebelah utara
lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo dimana hutan mangrove ini merupakan habitat satwa
terutama ikan, kura-kura dan buaya. Kegiatan penempatan transmigrasi di lokasi ini akan
mengakibatkan dampak rusaknya habitat satwa liar ini.

Dampak ini menjadi penting untuk dikelola karena rusaknya hutan mangrove akan
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan yang menyebabkan dampak turunan terhadap
berkurangnya pendapatan masyarakat nelayan. Disamping itu hutan mangrove juga
mempunyai fungsi sebagai penahan gelombang air laut yang dapat mengakibatkan
terjadinya abrasi pantai.

Pengelolaan dampak terhadap hutan mangrove ini telah dilakukan pada tahap perencanaan
RTSP, yaitu dengan mengeluarkan hutan lindung mangrove dari areal perencanaan dan
mengalokasikan areal penyangga (buffer zone) di sekitar hutan lindung. Pengelolaan
selanjutnya adalah dengan dilakukannya kegiatan tata batas hutan lindung, memberikan
rambu-rambu larangan dan melakukan kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada
transmigran dan masyarakat di sekitar lokasi transmigrasi. Kegiatan pengelolaan ini

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-93
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

melibatkan dinas kehutanan, disnakertrans, dan balai lingkungan hidup (BLH) Kabupaten
Halmahera Timur.

Disamping Hutan Lindung yang ada, di lokasi studi juga terdapat bukit di sebelah utara Desa
Wasileo dan sebagian masuk kedalam areal pencadangan lokasi transmigrasi Patlean
SP.5/Desa Wasileo (dikeluarkan dari perencanaan). Bukit yang ada ini dengan vegetasi
alami di atasnya perlu dikelola karena merupakan habitat satwa liar terutama Elang Laut
yang banyak dijumpai di lokasi studi.

Dampak kelestarian bukit yang merupakan habitat satwa liar ini menjadi dampak negative
yang perlu dikelola. Kegiatan pemukiman transmigrasi yang menimbulkan dampak
terhadap kelestarian bukit ini terutama adalah kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana jalan. Namun dalam studi ini tidak merekomendasikan bukit tersebut untuk
digunakan sebagai sumber quarry, mengingat kondisi saat ini sebagian bukit yang ada
sudah terganggu (tertoreh) yang dieksploitasi untuk bahan timbunan dan perkerasan jalan.
Sumber quarry untuk perkerasan jalan yang direkomendasikan dapat diambil dari sungai
Ake Mabulan yang terletak di sebelah barat daya lokasi.

Pentingnya pengelolaan kelestarian bukit ini disamping sebagai habitat Elang Laut,
keberadaan bukit ini sangat penting sebagai penahan angin dan dapat dijadikan sebagai
tempat evakuasi jika terjadi bahaya gelombang tsunami.

3.11.5 Dampak Lingkungan Sosial Budaya

 Kesempatan Kerja

Kegiatan pemukiman transmigrasi di lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo akan mengakibatkan


terjadinya penambahan jumlah penduduk di wilayah ini, penambahan jumlah penduduk
akan menambah ramainya aktifitas kegiatan di berbagai sector perekonomian yang dapat
memacu proses pertumbuhan ekonomi sehingga akan semakin banyak tersedia lapangan
pekerjaan maupun potensi lapangan pekerjaan yang bisa dimanfaatkan baik di bidang
produksi pertanian, pengelolaan hasil maupun di sector perdagangan hasil-hasil pertanian.
Dengan kata lain dengan adanya pembukaan pemukiman transmigrasi akan memberikan
dampak positif bagi masyarakat setempat yaitu terbukanya kesempatan kerja baik di
bidang pertanian, perdagangan, transportasi maupun di sector jasa.

 Peluang Usaha

Dampak pemukiman transmigrasi terhadap peluang usaha bersifat positif, merupakan


dampak lanjutan dari kesempatan kerja. Peluang berusaha berkembang seiring dengan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-94
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

meningkatnya jumlah pendapatan masyarakat dan bertambahnya jumlah jenis aspek


kebutuhan barang dan jasa. Peningkatan peluang berusaha akan terus dan bersifat
akumulatif. Dampak ini perlu dikelola untuk mengembangkan sikap dan persepsi positif
masyarakat terhadap pembangunan pemukiman transmigrasi.

 Pendapatan Masyarakat

Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha akan memberikan kontribusi besar
terhadap pendapatan masyarakat setempat. Dampak ini bersifat positif penting dan perlu
dikelola agar dampak ini dapat berkelanjutan dan tidak hanya dirasakan oleh transmigran
pendatang, tetapi juga oleh transmigran local dan masyarakat Desa Wasileo pada
umumnya. Pengelolaan dilakukan dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk
mempersiapkan dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan kerja dan berusaha.

 Persepsi dan Sikap Positif Masyarakat

Secara umum masyarakat Desa Wasileo memiliki persepsi dan sikap positif terhadap
kegiatan pembangunan transmigrasi di wilayah mereka. Sikap positif ini ditunjukkan pada
saat dilakukan survey lapangan studi RTSP yaitu dengan memberi dukungan dan bantuan
tenaga serta pemikiran.

Masyarakat Desa Wasileo mempunyai persepsi atau telah memahami bahwa dengan
adanya pemukiman transmigrasi di wilayah mereka, maka akan dapat mempercepat
perkembangan wilayah Desa Wasileo sehingga akan cepat terlepas dari keterisoliran
wilayah. Sikap positif masyarakat juga dapat dilihat dari harapan-harapan yang
dikemukakan oleh masyarakat pada saat survey dilakukan, antara lain :

a) Komposisi atau perbandingan jumlah KK transmigran yang ditempatkan di Patlean


SP.5/Desa Wasileo berdasarkan musyawarah dengan masyarakat adalah 40% : 60% atau
88 KK adalah transmigran penduduk setempat/translok dan 132 KK transmigran
pendatang. Dengan komposisi transmigran pendatang lebih besar tersebut,
masyarakat berharap agar permukiman Patlean SP.5/Desa Wasileo ini dapat lebih
berkembang.

b) Transmigran pendatang yang diharapkan oleh masyarakat Desa Wasileo adalah


transmigran dari Pulau Jawa khususnya dari Kediri dan Banyuwangi, dengan
pertimbangan bahwa transmigran yang berasal dari kedua kota tersebut lebih banyak
bertahan seperti yang terjadi di permukiman SP.4.

c) Transmigran pendatang yang diharapkan adalah transmigran usia produktif dan


mempunyai kemampuan bertani yang tinggi, sehingga masyarakat Desa Wasileo bisa
mengadopsi kemampuan bertani dari transmigran pendatang.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-95
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Dampak terhadap persepsi dan sikap positif masyarakat terhadap pembangunan


permukiman transmigrasi ini perlu dikelola. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan
memenuhi harapan masyarakat mengenai komposisi transmigran, asal wilayah dan usia
transmigran yang perlu didatangkan.

Disamping adanya transfer pengetahuan tentang bercocok tanam seperti yang diharapkan
maka akan terjadi pula akulturasi dan asimilasi adat istiadat dan budaya antara transmigran
pendatang dengan masyarakat setempat. Dengan demikian wilayah ini akan maju
berkembang dan masyarakatnya berjuang bahu membahu melakukan pembangunan serta
dapat hidup berdampingan secara harmonis.

3.11.7 Alternatif Tindakan

Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Wasileo memiliki persepsi dan sikap positif
terhadap pembangunan transmigrasi di wilayah mereka, ada sebagian kecil masyarakat
Desa Wasileo yang memiliki persepsi dan sikap negative terhadap pembangunan
transmigrasi yang kan dilaksanakan.

Persepsi dan sikap negative ini tampak pada saat dilakukannya sosialisasi kegiatan pada
saat survey RTSP dilakukan (musyawarah I). Persepsi dan sikap negative ini terjadi karena
sebagian masyarakat kurang paham terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada
saat pembangunan permukiman dilaksanakan. Terutama kekhawatiran bahwa kegiatan
pembangunan akan menggusur lahan usaha (kebun kelapa produktif) milik masyarakat,
yang merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Wasileo. Persepsi dan
sikap negative sebagian masyarakat ini menjadi penting dan perlu dikelola karena akan
menimbulkan keresahan masyarakat secara keseluruhan.

Penanganan terhadap persepsi dan sikap negative ini telah dilakukan sebagian pada saat
kegiatan survey lapangan perencanaan RTSP (tahap pra konstruksi), yaitu dengan
melakukan penjelasan survey yang akan dilakukan dan melakukan orientasi lapang
bersama-sama anggota masyarakat yang memiliki persepsi dan sikap negative tersebut.
Setelah dilakukan survey orientasi lapangan akhirnya masyarakat mengerti dan memahami
bahwa perencanaan areal permukiman transmigrasi atau lahan yang akan dibuka sebagai
lahan pekarangan, lahan usaha I, lahan usaha II maupun pusat desa beserta fasilitas
umumnya dilakukan pada lahan yang bukan kebun kelapa produktif milik masyarakat.
Pembuatan tata ruang permukiman dibuat pada lahan-lahan dengan penggunaan hutan
tersier, semak belukar, dan ladang-tegalan milik masyarakat yang sudah tidak produktif.

Kegiatan penanganan dampak dengan melakukan sosialisasi dan orientasi lapangan yang
telah dilakukan, dapat memberi pengertian kepada masyarakat sehingga terjadi perubahan
sikap yang semula bersikap negative berubah menjadi positif. Perubahan ini ditunjukkan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-96
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
BAB 3. Rencana Tata Ruang
Permukiman Transmigrasi
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

dengan sikap positif dan kooperatif pada saat dilakukan musyawarah II dan III, bahkan
masyarakat bersedia melakukan penyerahan lahan yang terkena perencanaan permukiman,
yaitu lahan ladang-tegalan yang sudah tidak diusahakan lagi atau juga kebun kelapa milik
mereka yang sudah tidak produktif.

Dampak pembangunan pemukiman transmigrasi terhadap masyarakat setempat bersifat


positif penting, terutama dengan adanya pembangunan fasilitas kesehatan. Adanya
pembangunan fasilitas kesehatan beserta penambahan tenaga kesehatan akan sangat
berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan masyarakat Desa Wasileo. Karena
selama ini pelayanan kesehatan yang ada di Desa Wasileo sangat terbatas, yaitu hanya ada 1
(satu) orang mantri kesehatan dengan peralatan dan obat-obat yang tersedia sangat
minim.

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-97
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara
PT. GEMACITRA OBJEKLESTARI

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Teknis Satuan Permukiman 3-98
Lokasi Patlean SP.5/Desa Wasileo Kab. Halmahera Timur, Prov. Maluku Utara

Anda mungkin juga menyukai