Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU

KELAS I02
TIM INDUSTRI
KELOMPOK 2 :

Weny Fatmawati

115080601111004

Doni Fakih F.

115080601111006

Iwan Tri Wibowo

115080601111008

Aldila Galuh V.

115080601111016

Aziz Fahrizal

115080601111024

Andre Syafriotman

115080601111026

Mamik Melani

115080601111033

Dias Alfian N.

115080601111035

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN


LAUT TERPADU

LEMBAR PENGESAHAN

KELAS I02
KELOMPOK 2

MALANG, 2 MEI 2014


DOSEN PENGAMPU

KOORDINATOR PRAKTIKUM

DR. H. RUDIANTO, MA

AGUNG WICAKSONO

I|KELOMPOK 2

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... I


DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
1.

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Kegunaan ................................................................................................... 3
1.5 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 4

2.

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5


2.1.2 Oseanografi ......................................................................................... 6
2.1.3 Kependudukan..................................................................................... 7
2.2 Struktur Organisasi..................................................................................... 8
2.2.1 Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan .................... 8
2.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah

(BAPPEDA) .................................................................................................. 9
2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................... 12
2.3.1 Potensi Wilayah ................................................................................. 12
2.3.2 Ancaman Wilayah .............................................................................. 14
2.4 Kelembagaan (lingkungan hidup) ............................................................. 15
2.4.1 Keterkaitan stakeholder ..................................................................... 15
2.4.2 Konflik kepentingan............................................................................ 16
3.

PEMBAHASAN ........................................................................................... 17

II | K E L O M P O K 2

3.1 Hasil Lapang ............................................................................................ 17


3.1.1 Ringkasan Wawancara BAPPEDA .................................................... 17
3.1.2 Kondisi Lapang .................................................................................. 19
3.2 RT/RW ..................................................................................................... 20
3.2.1 Ringkasan RT/RW ............................................................................. 20
3.2.2 Analisa RT/RW .................................................................................. 24
3.3 Studi Kasus dan Pembahasan ................................................................. 25
3.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................... 28
3.4.1 Kendala Pengelolaan Wilayah Pesisir ................................................ 28
3.4.2 Solusi Penanggulangan ..................................................................... 30
4.

PENUTUP .................................................................................................. 31
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 31
4.2 Saran ....................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 33

III | K E L O M P O K 2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi di Pulau Jawa Timur terletak pada koordinat 111,00 - 114,40 BT
dan 7,120 - 8,480 LS dengan batas-batas wilayah adalah, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah barat
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah pada Provinsi
Jawa Timur mencapai 46.428 km2 atau 4.642.800 ha yang terbagi ke dalam 29
kabupaten, 9 kota, dan 657 kecamatan dengan 8.497 desa/kelurahan. Wilayah
Propinsi Jawa Timur memiliki panjang pantai sekitar + 2.128 km. Pada sepanjang
pantai Provinsi Jawa Timur dapat dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari
mangrove, padang lamun, terumbu karang, migas, sumberdaya mineral dan
pantai berpasir putih yang layak untuk dikembangkan menjadi obyek wisata
(BAPPEDA Jatim,2012).
Provinsi Jawa Timur juga merupakan provinsi pionir di Indonesia dalam
penetapan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Hal
tersebut tercantum dalam Peraturan Gubernur Jatim Nomor 97 Tahun 2011
tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 20112030. Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Untuk
kawasan pesisir utara dan timur umumnya digunakan untuk transportasi laut,
pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman bagi para nelayan.
Pesisir pantai Utara Jawa Timur terdiri dari Kabupaten Tuban, Lamongan,
Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo (Lamongan
Kab,2014).

1|KELOMPOK 2

Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang


memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama dalam bidang
perikanan budidaya tambak dan perikanan tangkap. Penentuan kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di wilayah Kabupaten
Lamongan pada kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri didasarkan
pada kepentingan Pemerintah serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat
sebagai pengguna sumberdaya. Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi
untuk tumbuh menjadi Kawasan Industri Maritim baru (KIM). Sejak tahun 2004
telah terdapat 21 perusahaan yang beroperasi dengan total nilai investasi
sebesar Rp 12,738 triliun. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari industri
galangan kapal, jasa pengelolaan kepelabuhan, industri pengolahan ikan,
industri migas, industri pakan ternak, industri pupuk, industri gula, dan industri
wisata bahari. Adanya berbagai potensi dan perkembangan pada Kawasan
Industri Maritim (KIM) tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan yang harus
diperbaiki.

Kekurangan

tersebut

meliputi

rusaknya

permukaan

jalan

bergelombang, kurangnya suplai air bersih serta kurangnya energi listrik untuk
menunjang kegiatan operasi. Untuk itu sangat diperlukan pembangunan
infratruktur

guna

mendukung

berkembangnya

Kawasan

Indistri

Maritim

(Hakim,2013).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Terpadu adalah sebagai berikut :

Bagaimanakah pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu pada


Kabupaten Lamongan?

Apa saja permasalahan pengelolaan wilayah laut dan pesisir dalam


bidang Industri pada Kabupaten Lamongan?

2|KELOMPOK 2

Apa saja solusi yang digunakan untuk dapat diselesaikannya


permasalahan tersebut

melalui perencanaan dan perumusan

kebijakan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu
adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui rencana zonasi pengelolaan wilayah pesisir dan


laut terpadu pada Kabupaten Lamongan

Untuk mengetahui permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan


laut terpadu dalam bidang Industri pada Kabupaten Lamongan

Untuk

mengetahui

solusi

yang

digunakan

diselesaikannya permasalahan tersebut

untuk

dapat

melalui perencanaan dan

perumusan kebijakan Kabupaten Lamongan


1.4 Kegunaan

Mahasiswa
Melatih Mahasiswa dalam kegiatan pengelolaan pesisir dan
laut secara terpadu dan berkelanjutan, melatih Mahasiswa dalam
kegiatan

diskusi

pembahasan

isu

dan

permasalahan

pada

pengelolaan wilayah pesisir dan laut pada suatu wilayah, serta


melatih Mahasiswa dalam kegiatan pembuatab rencana pengelolaan
suatu kawasan pesisir menggunakan Sistem Informasi Geografis.

Masyarakat
Diharapkan

dapat

menjadi

tambahan

informasi

untuk

masyarakat setempat mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut


terpadu,

sehingga

masyarakat

mampu

berperan

aktif

dalam

3|KELOMPOK 2

membantu Pemerintah untuk dapat mewujudkan pengelolaan wilayah


pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.

Institusi
Diharapkan dapat menjadi kumpulan tambahan data bagi
Institusi terkait mengenai pengelolaan pesisir dan laut terpadu serta
dapat dijadikan tambahan acuan dalam mewujudkan pengelolaan
wilayah pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.

1.5 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu dilaksanakan
pada hari Jumat 23 Mei 2014, pada pukul 05.00-17.30 WIB yang bertempat di
Badan Perencanaan Pengelolaan Daerah (BAPPEDDA) Lamongan dan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Lamongan.

4|KELOMPOK 2

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum


2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta Wilayah
Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6o 51 54 - 7o 23
06 LS dan 122o 04 04- 112o 33 12 BT. Kabupaten Lamongan memiliki luas
wilayah 1.812,80 Km2 atau 3,78% luas wilayah Provinsi JawaTimur.
Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut
Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari
permukaan laut. Adapun batas batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai
berikut :

Sebelah Utara

: Laut Jawa

SebelahTimur

: Kabupaten Gresik

Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto

Sebelah Barat

: Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Daratan Kabupaten Lamongan Dipisahkan oleh Sungan Bengawan


Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik
yaitu:

Bagian tengah Selatan merupakan daratan rendah relative agak


subur yang membentang dari Kecamatan Kedung pring, Babat,
Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran, Siri rejo
dan Kembang bahu.

Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu


dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan
Mantub, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong,
Paciran dan Solokuro

5|KELOMPOK 2

Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan


daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sakaran,
Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karang binagun dan Glagah.

2.1.2 Oseanografi
Kabupaten Lamongan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
yang termasuk dalam kawasan pantai utara jawa memiliki karakteristik kondisi
oseanografi khususnya gelombang, arus dan pasang surut. Secara morfologi,
garis pantai yang membentuk bagian pantai utara jawa terbentuk karena
proses erosi sungai-sungai yang mengalir dan bermuara di pantai utara jawa.
Hasil endapan erosi ini juga mempengaruhi morfologi dasar laut pantai utara.
Karena endapan erosi

yang halus ini menjadi materi yang mendominasi

dasar laut pulau jawa, sehingga dasar laut pulau jawa cenderung datar
(Yarjohan, 2012).

Kondisi Gelombang dan Arus


Morfologi dasar laut

yang cenderung datar di pantai utara

yang menjadi salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik ombak


dimana ombak di pantai utara tidak sebesar di pantai selatan. Dapat
dilihat bahwa ombak di pantaiselatan lebih besar jika dibandingkan
dengan di pantai utara yang ombaknya lebih tenang.
Arus yang ada di pantai utara memiliki kekuatan yang tidak
terlalu kuat dibandingkan dengan arus yang ada di pantai selatan.
Sehingga kebanyakan pantai yang terletak di pantai utara banyak
digunakan sebagai tempat wisata.

Kondisi Pasang Surut


Gaya-gaya pembangkit pasut (pasang surut) gravitasi berasal dari

bulan dan matahari yang terjadi sekitar dua kali perhari (semi diurnal).

6|KELOMPOK 2

Menurut Lubis (2006) mengambarkan kondisi Pasang surut di pantai selatan


jawa adalah bertipe Mixed Semi diurnal, yaitu kondisi pasang surut yang
cenderung condong kearah pasut ganda, Harian, dua air yang tinggi dan dua
air yang rendah, tetapi dengan waktu yang berbeda, Hal ini berbeda dengan
pantai Utara Jawa yang bertipe diurnal dan mixed diurnal.
2.1.3 Kependudukan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lamongan tahun
2009-2012 ditunjukkan oleh table berikut :
Tabel1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2009-2012
Jumlah Penduduk
Tahun

Laki-Laki

Perempuan

Laki-Laki + Perempuan

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

2009

566.705

47,64

622.910

52,36

1.189.615

100.00

2010

568.210

48.16

611.560

51,84

1.179.770

100.00

2011

573.756

48.39

611.936

51,61

1.185.692

100.00

2012

578.704

48.58

612.535

51,42

1.191.239

100.00

(Sumber : BPS, Kab. Lamongan 2009-2012)


Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan
daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada
sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan.
Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu
memberikan kontribusi sebesar 15,25 % dari total produksi ikan di Jawa Timur
atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur,

yaitu sekitar

65.874,984 ton senilai kurang lebih Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar

7|KELOMPOK 2

produksi ikan di Kabupaten Lamongan disumbangakan oleh produksi ikan air


tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan laut.
Sedangkan untuk sektor jasa, khususnya sub sektor hiburan dan
rekreasi menunjukkan suatu perkembangan yang nyata/ significant untuk
memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perokonomian
daerah Kabupaten Lamongan. Pembangunan Wisata Bahari Lamongan
(WBL) nampak nyata memberikan pengaruh langsung terhadap besarnya
kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB.
2.2 Struktur Organisasi
2.2.1 Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan
Susunan Organisasi
Pasal 3
(1) Susunan Organisasi Sekretariat Daerah, terdiri dari :
a. Sekretaris Daerah
b. Asisten Tata Praja
(2) Bagian Pemerintahan
a) Sub Bagian Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah
b) Sub Bagian Perangkat Kecamatan dan Kelurahan
c) Sub Bagian Agraria
(3) Bagian Pemerintahan Desa
a) Sub Bagian Tata Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa
b) Sub Bagian Perangkat dan Administrasi Desa
c) Sub Bagian Kekayaan dan Potensi Desa
(4) Bagian Hukum
a) Sub Bagian Perundang-Undangan

8|KELOMPOK 2

b) Sub Bagian Bantuan Hukum


c) Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum
(5) Bagian Kesejahteraan Masyarakat
a) Sub Bagian Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olahraga
b) Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan
c) Sub Bagian Bina Sosial dan Kesehatan
c. Asisten Ekonomi Pembangunan
1) Bagian Perekonomian
a) Sub Bagian Sumber Daya Alam
b) Sub Bagian Bina Usaha
c) Sub Bagian Pertambangan dan Energi
2) Bagian Bina Pengelolaan BUMD
a) Sub Bagian Pemberdayaan BUMD
b) Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi BUMD
c) Sub Bagian Kerjasama
3) Bagian Pembangunan
a) Sub Bagian Bina Penyusunan Program
b) Sub Bagian Pengendalian
c) Sub Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
d. Asisten Administrasi
2.2.2

Struktur

Organisasi

Badan

Perencanaan

Pembangunan

Daerah (BAPPEDA)
1) Bagian Umum
a) Sub Bagian Tata Usaha dan Keuangan Pimpinan
b) Sub Bagian Perlengkapan
c) Sub Bagian Rumah tangga

9|KELOMPOK 2

2) Bagian Organisasi
a) Sub Bagian Kelembagaan dan Analisis Jabatan
b) Sub Bagian Ketatalaksanaan
c) Sub Bagian Pendayagunaan Aparatur
3) Bagian Bina Pengelolaan Keuangan dan Asset
a) Sub Bagian Keuangan Sekretariat Daerah.
b) Sub Bagian Analisa, Monitoring dan evaluasi Keuangan Daerah
c) Sub Bagian Bina Asset
4) Bagian Humas dan Infokom
a) Sub Bagian Pemberitaan dan Infokom
b) Sub Bagian Protokol
c) Sub Bagian Pelayanan Informasi, Dokumentasi, Perpustakaan dan
Siaran Radio Daerah

10 | K E L O M P O K 2

Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan

11 | K E L O M P O K 2

2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut


2.3.1 Potensi Wilayah
Dilihat dari sudut sumberdaya perikanan, Kabupaten Lamongan
mempunyai potensi yang cukup besar selain wilayahnya yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa, di Kabupaten Lamongan juga sangat cocok
untuk di kembangkan budidaya air payau (tambak). Potensi sumberdaya
perikanan yang cukup besar tersebut memberikan keuntungan yang cukup
besar pula, dimana dengan adanya kebijakan otonomi daerah Kabupaten
Lamongan sepenuhnya dapat mengelola sumberdaya perikanan yang ada
secara

bertanggung

jawab.

Pengelolaan

sumberdaya

perikanan

diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang selama


ini dirasakan belum optimal dan nantinya juga diharapkan dapat menjadi
tumpuan perekonomian di Kabupaten Lamongan yang dapat digunakan
sebagai

sumber

biaya

operasional

pembangunan

daerah

setempat.Sedangkan sektor perikanan merupakan salah satu potensi


terbaik dari Kabupaten Lamongan, karena sumberdaya perikanannya
cukup besar khususnya perikanan budidaya tambak dan perikanan
tangkap (laut). Dengan peran pasar dan petani ikan yang dikelola dengan
baik oleh pemerintah Lamongan, hal ini menjadikan Kabupaten Lamongan
menjadi salah satu sentra produksi perikanan terbesar di Jawa
Timur.Produksi hasil perikanan di Kabupaten Lamongan sebagian besar
merupakan hasil budidaya tambak dengan komoditi udang dan bandeng,
juga perikanan tangkap dengan komodb iti terbanyak adalah ikan layang,
kuningan, tembang, tongkol, dan tengiri. Penentuan kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk berbagai
kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri, dan lain - lain selain

12 | K E L O M P O K 2

didasarkan pada kepentingan pemerintah, juga mempertimbangkan


kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sumberdaya. Oleh
karena itu potensi sumberdaya perikanan ini perlu dilakukan pengelolaan
secara terpadu dan berkelanjutan dengan sebuah kegiatan pemetaan
wilayah pesisir dan laut sebagai langkah awalnya (DKP, 2003).
Kabupaten Lamongan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa
Timur. Berbagai jenis hasil tangkapan nelayan Kabupaten Lamongan
antara lain ikan laying, kuningan, tongkol, tengiri, kakap merah, rajungan,
dorang, dan cumi-cumi.Pemasarannya meliputi daerah-daerah Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jakarta. Bahkan dengan pembangunan
Cold Storage (instalasi pendinginan) di Paciran, pemasarannya bisa
menembus pasar ekspor Taiwan, China, Jepang, Negara-negara Eropa
dan Amerika Serikat
Di sektor perikanan darat, para petani tambak yang difasilitasi
pemerintah

Kabupaten

Lamongan

tergabung

dalam

Asosiasi

Pembudidayaan Ikan Lamongan (ASPELA) telah berhasil meningkatkat


harga jual ikan bandeng di Lamongan. Pada awal tahun 2004 ASPELA
berhasil memberangkatkatkan ekspor perdananya ke Jepang sebanyak 2
(dua) kontainer atau 48 ton pada pada 29 April 2004 lalu. Dan saat ini
setiap bulannya ASPELA mengekspor ke Jepang sebanyak 8 kontainer
atau

192

ton

dengan

total

nilai

sebesar

1,5

Milyar.

Pada tahun 2005 lalu lahan sawah tambak yang tersebar di beberapa
lokasi seluas 23.602 hektar, produksinya mencapai 23.216 ton lebih.
Selain dari sektor perikanan, sektor pertanian, perdagangan, dan
pariwisata adalah potensi potensi terbaik dari Lamongan. Karena sektor
sektor inilah yang menjadikan Lamongan lebih berkembang dan maju. Dari
sektor

pariwisata,

saat

ini

banyak

investor-investor

asing

yang

13 | K E L O M P O K 2

menanamkan modal besar untuk berkembangan kawasan pariwisata


Lamongan. Menurut (BAPPEDA, 2014), banyaknya investor untuk
kawasan pariwisata yang masuk karena memang pariwisata di Lamongan
saat ini menjadi potensi terbaik, karena melalui pertimbangan lokasi yang
dekat pesisir dan laut serta masih rapinya tatanan wilayah kota Lamongan
sehingga ketika sektor pariwisata dikembangkan akan dapat menarik minat
wisatawan yang tentunya akan memberikan feedback baik untuk kemajuan
ekonomi dan kehidupan masyarakat Lamongan. Sektor pariwisata ini
terbagi menjadi berbagai macam, beberapa contoh sektor pariwisata yang
paling diminati adalah WBL (Wisata Bahari Lamongan), Goa Maharani,
makam Sunan Drajat dan masih banyak lagi.
2.3.2 Ancaman Wilayah
Dari segi fisik, wilayah Lamongan dilewati oleh Bengawan Solo
dan

sebagian

wilayahnya

berada

pada

dataran

menyebabkan sering terjadinya bencana banjir di

rendah,

hal

ini

wilayah Kabupaten

Lamongan. Sebagian wilayah Kabupaten Lamongan berada pada Daerah


Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang secara hidrologis merupakan
floodplain area. Pada tahun 2008 jebolnya tanggul Widang di Kabupaten
Tuban yang berada pada kawasan sungai yang lebih hulu, menjadi salah
satu isu utama penyebab banjir luapan Bengawan Solo di wilayah 8
Kecamatan di Kabupaten Lamongan diantara Laren, Maduran, Sekaran,
Babat, Kalitengah, Karangbinangun, Glagah dan Karanggeneng, dengan
kondisi terparah terpantau di Kecamatan Laren. Sedangkan pada
tahun2009, banjir yang terjadi di Kabupaten Lamongan menyebabkan
sedikitnya tujuh kecamatan terendam, yakni Kecamatan Babat, Laren, Turi,
Deket, Karanggeneng, Kalitengah, dan Glagah (ITS, 2010).

14 | K E L O M P O K 2

Selain ancaman banjir yang terjadi di Kabupaten Lamongan, saat


ini yang menjadi trending topic adalah mengenai ancaman kerusakan
wilayah

pesisir

akibat

reklamasi

pantai

dan

beberapa

kegiatan

pembangunan perusahaan-perusahaan industri dan pariwisata. Masalah ini


akan menjadi dampak jangka panjang bagi kawasan konservasi dan
kelimpahan sumberdaya laut. Karena saat ini yang diterima oleh
masyarakat dan nelayan hanya keuntungan sektor ekonomi dari dampak
pembangunan, namun tidak mementingkan keberlanjutan jangka panjang
termasuk kelimpahan sumberdaya laut yang pasti nantinya akan terkena
dampak kegiatan industri seperti masuknya limbah cair ke perairan. Dari
hal dan permasalahan tersebut, maka adanya green zone dan
Protected

Marine

Area (MPA) sangat diperlukan ketika adanya kegiatan

pembangunan dan industri di wilayah pesisir Lamongan. Selain itu,


pemerintah hendaknya mewajibkan setiap perusahaan yang mengadakan
proyek di pesisir, untuk menggunakan standar operasional Internasional
sehingga limbah hasil industri mendapatkan treatment terlebih dahulu
sebelum dibuang ke perairan nantinya.
2.4 Kelembagaan (lingkungan hidup)
2.4.1 Keterkaitan stakeholder
Sektor pariwisata merupaka salah satu sector andalan bagi
pemerintah Indonesia untuk menghasilkan devisa Negara, oleh karena itu
pemanfaatan, pengembangan, pengolahan dan pembiayaan kawasan
wisata harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dengan
melibatkan peran lembaga-lembaga pemerintah, stakes holder yang terkait
serta partisipasi oleh seluruh masyarakat dalam berbagai hal kebijakan dan
program yang akan diambil.

15 | K E L O M P O K 2

Berdasarkan keterkaitan diatas, maka usaha pemerintah daerah


membangun pariwisata tidak lepas dari upaya peningkatan seperti retribusi
karcis masuk objek wisata, retribusi penjualan, parker, dan retribusi pajak
hiburan, hotel, restaurant. Sedangkan perluasan kesempatan berusaha
misalnya, penambahancafe, perusahaan travel, dan para pedagang kaki
lima lainnya. Dengan berkembangnya usaha ekonomi makaakan dengan
sendirirnya membuka peuang kesempatan kerja di sector tersebut yang
pada akhirnya dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat itu
sendiri.
Hal ini semua dapat tercipta karena adanya hubungan baik
dankerjasama yang dilakukan pemerintah bersama pihak stake holder di
bidang pariwisataan. Untuk itu, perlu ditetapkan kebijakan-kebijakan yang
bertujuan

untuk

mendorong

pengembangan

kegiatan

pariwisataan.

Kebijakan-kebijakan yang tersebut harsu mengakomodir prinsip-prinsip


pariwisata

berkelanjutan,

meliputi

kesejahteraan

local,

penciptaan

lapangan kerja, konservasi sumber daya alam, pemeliharaan dan


peningkatan

kualitas

hidup,

dan

antar

generasi

dalam

distribusi

kesejahteraan.
2.4.2 Konflik kepentingan
Dalam pembangunan semacam ini biasanya sering terjadi konflik
kepentingan antara pihak satu dan pihak yang lainnya. Kedudukan yang
tinggi juga dapat mempengaruhi adanya konflik ini. Para stake holder yang
memiliki jabatan lebih tinggi biasanya mencampur adukkan kepentingan
pribadi dan kepentingan proyek, ha ini yang dapat memicu adanya konflik.
Adanya kesalahpahaman antara pihak satu dan pihak lainnya dapat
menjadikan konflik yang didasari karena kepentingan pribadi.

16 | K E L O M P O K 2

3. PEMBAHASAN

3.1 Hasil Lapang


3.1.1 Ringkasan Wawancara BAPPEDA
Praktikum

Pengelolaan

Wilayah

Pesisir

dan

Laut

Terpadu

dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2014 yang bertempat di BAPPEDA dan


Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Lamongan. Pada praktikum yang
bertempat di BAPPEDA dilakukan sesi wawancara dengan Aris Wibawa
selaku Kepala BAPPEDA dan perangkat lainnya, adapun isi ringkasan
wawancara tersebut adalah sebagai berikut :
Banyak permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten
Lamongan diantaranya adalah adanya illegal fishing, degradasi lingkungan,
kemiskinan, kerusakan ekosistem pesisir dan pencemaran lingkungan.
Terkait dengan adanya degradasi lingkungan yang telah terjadi, Pemerintah
setempat berupaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan melalui
setiap kegiatan atau usaha harus memilki perijinan dan menyangkut
kepedulian terhadap lingkungan. Bagi para pengusaha yang akan mendirikan
suatu usaha, setelah mendapatkan perijinan maka mereka akan selalu
dipantau atau diawasi oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan. Hal tersebut
dilakukan guna menghindari dan meminimalisir terjadinya kerusakan
lingkungan di Kabupaten Lamongan. Selain itu, apabila usaha yang telah
didirikan tersebut menimbulkan dampak pencemaran, maka pihak yang
terkait

harus bertanggung jawab untuk mengatasi pencemaran yang

ditimbulkan.
Sebagai salah salah satu contohnya perusahaan yang menimbulkan
dampak pencemaran adalah oleh PT KL. Upaya yang dilakukan oleh

17 | K E L O M P O K 2

Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mengatasi terjadinya pencemaran


yang dilakukan oleh PT KL adalah memberikan pembinaan mengenai cara
mengatasi pencemaran, disamping itu juga melibatkan LSM dan masyarakat
setempat. PT KL juga bertanggung jawab terhadap terjadinya pencemaran
yang telah ditimbulkan yaitu, melalui ganti rugi terhadap masyarakat yang
mengalami kerugian akibat pencemaran, serta tambak masyarakat yang tidak
mengalami pencemaran juga diberi ganti rugi. Selain itu pihak PT KL
mendatangkan alat yang berasal dari Taiwan beserta teknisinya untuk
mengatasi pencemaran akibat dari kegiatan perusahaan tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui pantai utara banyak mengalami abrasi
pantai,

termasuk

Kabupaten

Lamongan

salah

satunya,

dan

upaya

Pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah


dengan cara membuat bangunan pemecah gelombang atau disebut juga
Breakwater. Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam setiap perencanaan
untuk mengelola lingkungan hidup selalu melibatkan masyarakat dalam hal
teknis, dimana masyarakat memilki tugas untuk melakukan pengawasan
terhadap lingkungan dan sebagai pelapor apabila terjadi kerusakan
lingkungan ataupun pencemaran, selain itu juga membentuk LSM untuk
membantu tercapainya pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.
Adapun upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi adanya abrasi
pantai, diantaranya dengan menanam kembali mangrove. Tetapi hal ini
menjadi masalah karena penanaman mangrove yang telah dilakukan
sebelumnya ditanam di tanah milik warga sehinga pemerintah tidak bisa
melindungi mangrove tersebut setelah dijual atau dialih fungsi lahan oleh
pemiliknya.

Sehingga pemerintah kabupaten Lamongan berupaya untuk

untuk melakukan penanaman mangrove di bantu dengan masyarakat sekitar


yan peduli akan pentingnya mangrove bagi lingkungan dan juga melibatkan
18 | K E L O M P O K 2

LSM. Disamping itu untuk mengatasi kerusakan lingkungan di pesisir dan laut
ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Lamongan yaitu, membuat rumah ikan, melakukan sosialisasi menenai alat
tangkap yang ramah lingkungan dan mensosialisasikan nelayan setempat
untuk tidak menggunakan bahan peledak dan bahan kimia berbahaya dalam
aktivitas penangkapan ikan, dan membantu nelayan miskin dengan cara
memberikan alat tangkap bubu yang ramah lingkungan dengan tujuan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan.
3.1.2 Kondisi Lapang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lamongan merupakan
salah

satu

unsur

perencanaan

penyelenggaraan

Pemerintah

yang

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan


daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah (BAPPEDA,2012).
Badan

Perencanaan

Pembangunan

Daerah

(BAPPEDA)

Kabupaten

Lamongan terletak dipusat kota, dimana berhadapan langsung dengan Alunalun Kota Lamongan dan banyak bangunan - bangunan lain seperti Masjid,
dan kantor Pemerintahan Kabupaten Lamongan.
Kondisi lapang pada saat praktikum di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong Lamongan adalah, banyak sampah yang berserakan
disekitar Pelabuhan serta kondisi perairan yang keruh dan sudah tercemar
akibat dari beberapa limbah perikanan tangkap maupun limbah industri yang
ada di Pelabuhan seperti minyak, oli, dan bahan bakar lain. Pada Pelabuhan
Perikanan tersebut juga banyak dijumpai kapal - kapal nelayan yang
bersandar, banyak pula aktivitas perdagangan dalam bidang perikanan
(seperti perdagangan hasil perikanan tangkap ikan, jenis Crustacea) dan
terdapat nelayan yang pulang dari aktivitas penangkapan ikan.

19 | K E L O M P O K 2

Gambar. Aktivitas di Pelabuhan Perikanan (PPN) Brondong Lamongan

Adanya Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong


sangat diperlukan dalam pengembangan sektor perikanan setempat, karena
pelabuhan tersebut dapat memudahkan para nelayan penangkap ikan untuk
mengeksploitasi

sumber

daya

perikanan,

serta

pelabuhan

tersebut

merupakan lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal itu sangatlah


beralasan, karena selain menunjang aktivitas penangkapan ikan didaerah
setempat, pada pelabuhan tersebut juga merupakan pusat jual beli hasil
perikanan (Maiditama,2008).
3.2 RT/RW
3.2.1 Ringkasan RT/RW
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu perencaan
pada penggunaan lahan pada suatu kawasan yang disertakan dengan
hukum atau aturan yang dibuat oleh daerah wilayah setempat. Tujuan
adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah agar terwujudnya
pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan serta berkualitas, dan
untuk

terselenggarakannya

pengaturan

pemanfaatan ruang

kawasan

lindung dan kawasan budidaya. Pada Kabupaten Lamongan memiliki luas


ruang wilayah yang cukup dan banyak potensi untuk dikembangkan dan

20 | K E L O M P O K 2

dimanfaatkan. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah pada sektor


industri, perikanan, pertanian, dan pariwisata. Akan tetapi keberadaan
potensi tersebut belum dikelolan dan dimanfaatkan secara optimal.
Kabupaten Lamongan telah merencakan stuktur ruang pada
pengembangan sistem pedesaan sebagai kawasan agropolitan, minapolitan
serta sentra bahan baku pangan. Pada Kecamatan Brondong merupakan
salah satu lokasi dalam praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Terpadu

termasuk

Kecamatan

dalam

Paciran

dan

kawasan

minapolitan

Kecamatan

bersamaan

Glagah.

Sedangan

dengan
pada

pengembangan sistem perkotaannya terbagi menjadi beberapa kelompok


yaitu, sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang bertempat di Perkotaan
Lamongan, Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang bertempat di
Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi, dan
Perkotaan Ngimbang PKLp ini nantinya akan ditetapkan sebagi Pusat
Perkotaan Lokal (PKL), dan yang terakhir sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan
Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio,
perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan
Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan
Karangbinagun,

perkotaan

Turi,

perkotaan

Kelitengah,

perkotaan

Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan laren


dan perkotaan Solokuro, yang berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan
atau beberapa desa.
Berdasarkan sistem perwilayahan Wilayah Pengembangan (WP)
Kabupaten Lamongan yang terdiri dari 27 kecamatan dibagi kedalam lima
wilayah pengembangan. Tiap pusat wilayah pengembangan akan memiliki
fungsi dan peran yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kecamatan
21 | K E L O M P O K 2

Brondong, sebagai lokasi penelitan masuk kedalam wilayah pengembangan


II. Berikut sistem perwilayahan wilayah pengembangan II (WP II) :
1. WP II Paciran-Brondong ini meliputi Kecamatan Paciran, Kecamatan
Brondong, Kecamatan Laren, dan Kecamatan Solokuro, dengan
pusat pelayanan di Perkotaan Paciran dan Brondong.
2. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP yaitu, sebagai
pusat

pemerintahan

skala

kecamatan/lokal,

sebagai

pusat

perdagangan skala regional, sebagai pusat industri besar dan


strategis nasional, sebagai pusat transportasi nasional, sebagai pusat
pengembangan kawasan minapolitan, sebagai pusat pelabuhan dan
indusri perikanan skala regional dan nasional, sebagai pusat kegiatan
pariwisata skala regional, sebagai pusat pelayanan pelabuhan
barang skala regional, dan sebagai pusat pengembangan pendidikan.
3. Kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini yakni,
Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan, pengembangan
kegiatan perdagangan dan jasa, pengembangan industri besar,
pengembangan

transportasi

darat,

pengembangan

kegiatan

pelabuhan dan perikanan laut, pengembangan kegiatan wisata skala


regional, dan penggembangan kegiatan pendidikan.
4. Kegiatan utama sebagai pendukung WP ini yaitu, Pengembangan
kegiatan industri (Kerakinan Rakyat), pengembangan pertanian,
pengembangan

pertambangan,

pengembangan

peternakan,

pengembangan kehutanan, dan perlindunagn kawasan lindung


(mangrove).
Rencana pola ruang untuk kawasan budidaya yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan yang
22 | K E L O M P O K 2

meliputi kawasan hutan, kawasan pertanian, kawasan pertambangan,


kawasan perindustrian, kawasan pariwisata dan kawsan pemukiman.
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria berikut:
1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri.
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. Tidak mengubah lahan produktif.
Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan pula sebagai wilayah
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri yakni, industri pengolahan
hasil perikanan. Kawasan industri yang dikembangkan akan berpusat pada
dua lokasi, yakni di Utara (Kecamatan Paciran dan Brondong) dan Selatan
(Kecamatan Ngimbang dan Sambeng). Rencana pengembangan kawasan
peruntukan industri direncanakan seluas 6.085 ha, meliputi :
1. Pengembangan kawasan industri besar, merupakan kawasan industri
polutan yang terletak di wilayah :

Kecamatan

Paciran

dan

Brondong

beserta

wilayah

pengembangan.

Kecamatan Ngimbang (kawsan agropolitan) beserta wilayah


pengembangannya.

2. Pengembangan industri UMKM, merupakan industri kerajinan yang


menyebar di 27 kecamatan. Pengembangan industri UMKM adalah
sebagai berikut:

Pengembangan kawsan sentra industri kecil terutama pada


kawasan pedesaan dan perkotaan.

Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada


setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan.

23 | K E L O M P O K 2

Pengembangan

ekonomi

dan

perdagangan

dengan

pengutamaan UKM.

Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukan


kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang
kepastian hukum yang menunjang investasi.

Secara umum, upaya pengembangan/pengolahan kawasan industri di


Kabupaten Lamongan, meliputi:
1. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada
kawasan perdesaan dan perkotaan.
2. Pengembangan failitas perekonomian berupa koperasi pada setiap
pusat kegiatan perkotaan dan pedesaan.
3. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan
UKM.
4. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukan kemudahan
dalam berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang
menunjang investasi.
3.2.2 Analisa RT/RW
a. Kesusaian RT/RW dengan kondisi lapang
Berdasarkan data hasil lapang yang dilakukan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan, bila ditinjau dari
kriteria kawasan peruntukan sektor industri pada kawasan tersebut, dapat
dikatakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah
ditetapkan. Hal tersebut sesuai pada poin 1 hingga poin 3, yaitu:
1. Kawasan industri berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan industri.
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.

24 | K E L O M P O K 2

3. Tidak mengubah lahan produktif.


Pada poin 1, jelas bahwa Kecamatan Brondong merupakan wilayah
yang digunakan sebagai kegiatan Industri. Hal ini berkaitan dengan
penetapan kawasan pengembangan Industri oleh pemerintah Kabupaten
Lamongan di kawasan Utara. Sedangkan pada poin 2 dan 3, tidak
mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan/atau tidak mengubah
lahan produksi, menurut hasil pengamatan lapang, sesuai karena
perindustrian (Industri es batu, Industri bahan bakar/solar, dan Industri unit
bengkel dan Charge Accu)

yang ada di kawasan Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong berada dikisaran pantai sehingga tidak mengubah


lahan produksi, serta jauh dari pemukiman.
b. Ketidaksesuaian RT/RW dengan kondisi Lapang
Berdasarkan data dari hasil observasi lapang pada Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong Lamongan, mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) pada bidang industri tidak terdapat Ketidaksesuaian pada
RTRWnya. Akan tetapi dalam bidang industri yang berada didaerah
tetsebut, perlu dilakukannya pemantauan secara intensif sehingga akan
terwujud sektor industri yang diinginkan, sesuai dengan RTRW yang telah
ditetapkan.
3.3 Studi Kasus dan Pembahasan
Dalam survei lapang yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Brondong, Lamongan, didapat beberapa unit usaha yang dijalankan oleh
masyarakat setempat, akan tetapi banyak pula ditemukan beberapa isu terkait
dengan unit-unit usaha yang ada. Isu permasalahan yang ditemukan diantaranya
adalah sebagai berikut :

25 | K E L O M P O K 2

No
1

Nama
Tempat

Koordinat
Potensi
Lintang

Pemanfaatan

Isu

Bujur
Charge accu kapal

Charging accu kapal

Estetika rendah

Setting Elektrik kapal


dan pelabuhan

Pemasangan/perbaikan
elektrisitas pada kapal

Teknisi ahli kurang


memadai

Bengkel reparasi &


servis mesin

Reparasi mesin

Limbah mesin/besi

Tanki
Penyimpanan
BBM

Penyimpanan BBM

Distribusi BBM

Unit TPI
Brondong

Kapasitas produksi
tinggi

Unit Bengkel
dan Charge
Accu

Buid up permesinan
pada kapal
Diperlukan penambahan
unit tanki
Diperlukan pengecekan &
perawatan
Sebagai wadah
pemasaran hasil laut

Ekspor hasil ke
Eropa & Jakarta

Nilai Estetika rendah


(kumuh)
Kesan higenis tidak ada
Penataan stan penjualan
buruk

Unit Pemasaran

Rawan konflik
4

Unit Pabrik
Es Brondong

Unit produksi es
multinasional

Produksi es unutk
pengawetan ikan

Persaingan lokal engan


pabrik lain

26 | K E L O M P O K 2

Pembahasan
Industri bengkel dan charge accu adalah usaha yang didirikan oleh
masyarakat sekitar TPI Brondong yang bergerak dibidang penyetruman dan
bengkel accu. Karena masih banyaknya warga dan nelayan yang
menggunakan accu untuk kapal atau mesin lainnya, sehingga usaha ini
sangat prospektif. Namun diantara latar belakang tersebut, terdapat
beberapa kendala yang muncul diantaranya kemampuan pegawai dan
teknisi yang belum begitu handal serta minimnya alat bantu yang digunakan
teknisi untuk kegiatan pekerjaan. Selain itu, limbah barang atau besi yang
tergeletak dan tidak terawat juga menjadi limbah padat yang menyebabkan
kerusakan lingkungan. Dari permasalahan tersebut, dapat diambil solusi
yaitu penambahan jumlah teknisi handal dan fasilitas bengkel yang memadai
sehingga meningkatkan kinerja bengkel yang lebih maksimal.
Selain usaha bengkel dan penyetruman accu, didekat lokasi
bengkel terdapat tangki penampungan solar dan bbm untuk mencukupi
kebutuhan kapal para nelayan. Namun jumlah tangki yang tersedia masih
sedikit, yaitu hanya satu tangki utama dan satu tangki cadangan. Mengingat
jumlah kapal besar sangat banyak dan jumlah tangki penampungan yang
hanya satu itu sangat kurang sehingga dibutuhkan pembangunan tangki
utama sekitar 2-3 unit lagi dan teknisi untuk pemantauan dan perawatan
tangki agar selalu terdeteksi setiap permasalahan yang mungkin timbul.
Unit usaha yang ketiga adalah TPI atau Tempat Pelelangan Ikan itu
sendiri. TPI Brondong ini adalah salah satu TPI terbesar di Jawa Timur. TPI
ini menghasilkan sekitar 15 ton ikan pada saat sepi dan mencapai lebih dari
100 ton ikan tiap hari pada saat ramai. Namun diantara beberapa kelebihan
TPI tersebut, terdapat banyak kekurangan yang timbul dari setiap
permasalahan tempat pelelangan ikan, yaitu adanya limbah. Limbah tersebut
27 | K E L O M P O K 2

berasal dari ikan-ikan hasil fillet seperti darah dan tulang yang dibuang
langsung ke laut sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat. Dari
permasalahan limbah yang timbul dapat dilakukan penyediaan fasilitas yang
menunjang untuk kebersihan lingkungan TPI Brondong, serta dilakukan
treatment pada limbah yang dihasilkan baik yang berasal dari hasil
penangkapan nelayan maupun hasil produksi perikanan.
Pada unit usaha pabrik es berfungsi sebagai penyimpanan maupun
pengawetan ikan hasil tangkapan nelayan setempat. Sehingga pabrik es
tersebut sangat penting keberadannya, akan tetapi pad unit pabrik es
tersebut terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu adanya persaingan
antar pabris es satu dengan yang lain dan adanya kendala dalam
pemasaran yang hanya sampai pada daerah Gresik. Dengan adanya hal
tersebut dapat dicarikan solusi yaitu berupa mengembangkan produk yang
unggul serta mengoptimalkan kualitas, reduksi harga regional

sehingga

permintaan local lebih tinggi.


3.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
3.4.1 Kendala Pengelolaan Wilayah Pesisir
Menurut (Soemarno et all, 2014), Kendala Perkembangan Wilayah
Pesisir

Pantai

perkembangan

Tiga

faktor

teknologi

utama

yang

yang

dapat

menyebabkan

berdampak

pada

lambatnya
perbaikan

kesejahteraan nelayan pendega adalah (i) faktor ekonomi, (ii) faktor sosial
budaya,(iii) faktor sosial politik. Beberapa kendala yang termasuk faktor
ekonomi adalah (1) sektor per- ekonomian wilayah yang masih didominasi
oleh sektor primer penangkapan ikan, (2) penguasaan skill, modal dan
teknologi oleh nelayan sangat terbatas, (3) distribusi pendapatan yang relatif
tidak merata,(4) prasarana penunjang perekonomian di pedesaan yang

28 | K E L O M P O K 2

masih terbatas, (5) hampir seluruh komoditi perikanan yang dihasilkan


dipasarkan keluar daerah sehingga sebagian besar nilai tambah komoditi
dinikmati oleh lembaga perantara yang terlibat dalam pemasaran. Beberapa
kendala sosial budaya adalah (1) struktur dan poal perilaku sosial budaya
yang masih berorientasi kepada kebutuhan subsisten,(2) sarana pelayanan
sosial yang masih terbatas, (3) proporsi penduduk usia muda cukup besar
dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah,(4) tingkat pengangguran
musiman yang cukup besar,(5) kualitas kehidupan rata-rata masih rendah.
Kendala sosial politik adalah partisipasi masyarakat pedesaan pantai di
dalam pembangunan belum dapat tersalurkan secara lugas (pen- dekatan
top down masih lebih kuat dibandingkan dengan bottom up).
Banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat sedimentasi yang
masuk ke Dalamwilayah pesisir Lamongan, perlu dilakukan suatu bentuk
pengendalian, pencemaran limbah dan pengaturan pengelolaan Daerah
Aliran

Sungai

perludilakukan

(DAS).

Hal

tindakan

ini

merupakan

langsung

baik

masalahkritis,
secara

sehingga

hukum

formal

maupunhukumadat untuk menciptakan pengendalian terhadap kegiatankegiatan yang dapat merusak lingkungan (Rahmawati,2004).
Dalam Implementasinya, pola pengelolaansumberdaya pesisir dan
lautan yang selama ini sangat bertentangan dengan apa yang telah
digariskan dalam pasal tersebut, pelaksanaannya masih bersifat top down,
artinya semua kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai
dari

membuat

monitoring

kebijakan,

dilakukan

perencanaan,

sepenuhnya

oleh

pelaksanaan,

evaluasi

pemerintahtanpa

dan

melibatkan

partisipasi masyarakat lokal, padahal apabiladilihat karakteristik wilayah


pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya alam maupun dari
masyarakatnya sangat kompleks danberagam, sehingga dalam pengelolaan
29 | K E L O M P O K 2

wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara langsung melibatkan


masyarakat lokal
3.4.2 Solusi Penanggulangan
Menurut (Soemarno et all, 2014), upaya penataan kawasan ini perlu
dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan tanpa
memandang batas wilayah administratif, serta memerlukan perlakuan
khusus terhadap wilayah-wilayah yang memiliki karakteristik tertentu. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman
pengarutan ruang di Kawasan Pesisir Pantai(Yessy, 2014).
Untuk menangani banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat
sedimentasi yang mauk kedalam wilayah pesisir Lamongan dapat dilakukan
dengan pengelolaan dan pengusahaan kawasan wilayah pesisir yang
memiliki dimensi keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu serta
keterpaduan

antar

stakeholders,sehingga

tujuan

pembangunan

berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas


lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi(Rahmawati,2004).
Kebijakan pemerintah Republik Indonesia tentang Otonomi Daerah
dan desentralisasi dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan
lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat lokal
baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, sehingga
mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat lokal
serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut (Yessy, 2014)

30 | K E L O M P O K 2

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kabupaten Lamongan terletak pada 6o 51 54 - 7o 23 06 LS dan 122o
04 04- 112o 33 12 BT dengan luas wilayah mencapai 1.812,80 Km2 serta
panjang garis pantai sepanjang 47 km. Kabupaten Lamongan memiliki potensi
sumberdaya perikanan yang sangat besar, dimana potensi tersebut meliputi
perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri dan pariwisata. Namun potensi
tersebut juga terdapat beberapa permasalahan di daearh tersebut, termasuk
adanya illegal fishing, degradasi lingkungan, kemiskinan, kerusakan ekosistem
pesisir dan pencemaran lingkungan.
Ada beberapa sektor industri yang terletak pada TPI Brondong,
diantaranya adalah Unit Bengkel dan Charge Accu, Tanki Penyimpanan BBM,
Unit Pabrik Es Brondong. Pada Industri tersebur banyak permasalahan yang
harus diselesaikan. Pada Unit Bengkel dan Charge Acuu memiliki potensi untuk
menunjang reparasi dan servis mesin kapal, namun ada pula permasalahan
dapat menimbulkan dampak berupa limbah yang mengakibatkan pencemaran
pada perairan sekitar TPI Brondong. Pada Indusrti Tanki Penyimpanan, dapat
memunculkan suatu permasalahan yaitu dibutuhkannya penambahan unit tangki
untuk menunjang kegiatan operasional perikanan setempat. Sedangkan untuk
Industri Pabrik Es memiliki permasalahan yaitu terdapatnya persaingan local
antara pabrik es satu dengan pabrik es yang lain. Sehingga dari permasalahan
tersebut harus segera diselesaikan baik oleh Pemerintah maupun masyarakat
setempat guna menunjang terbentuknya zona kawasdan industry yang sesuai
dengan RTRW yang telah ditetapkan melalui upaya penataan kawasan yang
dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan.

31 | K E L O M P O K 2

Kabupaten Lamongan juga mempunyai RTRW, dimana RTRW digunakan


unruk merencaan penggunaan lahan pada suatu kawasan yang disertakan
dengan hukum atau aturan yang dibuat. Bila ditinjau dari kriteria kawasan
peruntukan sektor industri pada Kabupaten Lamongan, dapat dikatakan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan.
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam Peraktikum Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Laut terpadu adalah sebaiknya dalam pengambilan data dilapang
lebih terstruktur sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan
lancar.

32 | K E L O M P O K 2

DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA, 2014 Laporan Dalam Penyambutan Studi Banding Mahasiswa FPIK
UB, 23 Mei 2014
BAPPEDA Jatim, 2012. http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensimiskin-produksi/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2014.
DKP, 2003 Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Lamongan. Dinas Perikanan
dan Kelautan. Lamongan
Hakim, Arif R.2013.www,kompasiana.com Diakses pada tanggal 31 Mei 2014.
ITS, 2010 Penelitian dan Laporan Pengelolaan Tata Ruang dan Wilayah
Kabupaten Lamongan
Lamongan.2013. Potensi Daerah Lamongan. http://www.lamongan.go.id/potensidaerah.aspx
Lamongan.2009. Data Kependudukan
2009-2012.

Daerah Kabupaten Lamongan Tahun

http://lamongankab.bps.go.id/

index.php?hal

=tabel_cetak & id =28


Lamongan Kab.2014http://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/. Diakses pada
tanggal 31 Mei 2014.
Lubis, Saut Maruli, 2006. Oseanografi Indonesia. Program Studi Oseanografi.
ITB : Bandung
Rahmawati. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dan Kelautan Secara Terpadu
Dan Berkelanjutan.
Soemarno, et all. 2014. Coastal Zone Management: Resources Utilization.
Yarjohan, 2012. Kondisi Gelombang Pantai Utara. http://www.yarjohan.com/
2012/ 04/ peranan- gelombang- terhadap- dinamika.html.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2014. Pukul 10.30 WIB.
Yessy, Nurmalasari. 2014. Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis
Masyarakat.

33 | K E L O M P O K 2

Anda mungkin juga menyukai