KONSERVASI SDA
NAMA
NIM
: H41113504
KELOMPOK
: XII
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Raja Ampat juga merupakan tempat peneluran penyu yang besar, juga
merupakan tempat hidup biota-biota besar seperti dugong, manta dan hiu. Perairan
Raja Ampat adalah tempat perlintasan 16 jenis paus dan lumba-lumba. Selain itu
juga terdapat mangrove dengan area yang luas pada pesisir Raja Ampat.
Selain wisata bahari, budidaya mutiara juga menjadi andalan kabupaten
Raja Ampat. Di salah satu kawasan Konservasi Perairan Daerah Misool, dengan
luas: 343.200 Ha yang saat ini dikelola oleh Kabupaten Raja Ampat, diharapkan
dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan dan dimanfaatkan untuk tujuan
wisata bahari. Di perairan ini juga terdapat aktivitas budidaya mutiara nan canggih
yang telah memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat kampung di
sekitar kawasan konservasi. Selain wisata bahari juga terdapat wisata darat di Raja
Ampat. Terdapat Wisata Burung (watching bird) dengan berbagai jenis burung
endemik yang menawan seperti Cenderawasih Merah, Cenderawasih Wilson,
Kakatua, Nuri, Maleo, dan Kasuari, (Disbudpar, 2014).
II.2 Pengelolaaan Potensi Raja Ampat
Alasan yang mendasari pentingnya pengelolaan secara terpadu yaitu:
Pertama secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di
dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan peisisir dengan lahan atas dan laut
lepas. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem pesisir,
misalnya hutan mangrove, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem
lainnya. Demikian pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan misalnya
industri, pertanian, dan pemukiman, di lahan atas suatu daerah aliran sungai tidak
dilakukan secara arif atau berwawasan lingkungan, maka dampak negatifnya akan
merusak tanaman dan fungsi ekologis kawasan pesisir.
Dua, dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu jenis
sumberdaya alamiah, sumberdaya buatan dan jasa-jasa lingkungan yang dapat
dikembangkan untuk kepentingan pembangunan.
Tiga, dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari suatu
kelompok masyarakat yang memiliki kepeterampilan atau keahlian dan
kesenangan bekerja yang berbeda seperti petani sawah, nelayan, petani tambak,
petani rum put laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga
dan sebagainya.
Empat, baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu
kawasan pesisir secara monokultur atau single use sangat rentan terhadap
perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.
Lima, kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama yang dapat
digunakan oleh siapa saja dimana setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya
berprinsip memaksimalkan keuntungan. Hal ini menyebabkan kawasan pesisir
rawan terkena masalah pencemaran, over-eksploitasi sumberdaya alam dan
konflik pemanfaatan ruang. (Ambo Tuwo, 2011)
Tujuan dari pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di
Sekitarnya adalah (Kepmen, 2014):
1. Membangun dan meningkatkan kapasitas lembaga pengelola dan para pihak
dalam mengelola SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya.
2. Membangun dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi unit pengelola SAP
Kepulauan Raja Ampat dengan unit pengelola KKPD Raja Ampat, Pemerintah
Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Propinsi Papua Barat didalam pengelolaan
Raja
Ampat
meliputi
perikanan,
pariwisata,
pelibatan
dan
pihak terhadap SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi
Papua Barat.
Pemerintah daerah memiliki kepentingan terhadap kawasan melalui
peningkatan kesejahteraan masyarakat kampung baik di dalam dan sekitar
kawasan serta kepentingan terhadap pembangunan Kabupaten Raja Ampat.
Masyarakat atau nelayan yang tinggal di kampung-kampung di dalam atau sekitar
kawasan, memanfaatkan perairan kawasan untuk mencari ikan dan sumber daya
alam laut lainnya.
Marga-marga di kampung memiliki hak petuanan di laut. Swasta pengelola
resort berkepentingan terhadap kelestarian sumber daya kawasan sebagai obyek
minat dari kedatangan turis. Kerjasama para pihak tersebut dengan lembaga
pengelola penting untuk keberhasilan pengelolaan kawasan.
Program untuk melaksanakan strategi pengelolaan kawasan SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat melalui
penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, sebagai berikut:
a) Pengelolaan sumber daya alam kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut
di Sekitarnya.
b) Pembentukan dan pengembangan kelembagaan kemitraan pengelolaan jejaring
KKP Raja Ampat
c) Pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat dan para pihak lainnya
dalam pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di
Provinsi Papua Barat..
d) Pengembangan kerjasama pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di
Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.serta jejaring KKP Raja Ampat antar unit
(menjamin
ketahanan
pangan)
mendukung
pembangunan
30% dalam kurun waktu 4 tahun. Selain DPL, pemerintah bersama masyarakat
dan lembaga internasional lainnya menetapkan beberapa kawasan konservasi di
Kabupaten Raja Ampat. Di antaranya, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat,
luas 60.000 ha dan SAP Waigeo sebelah Barat, luas 271.630 Ha. Kementerian
Kelautan dan Perikanan juga membentuk Kawasan Konservasi Perairan Daerah
(KKPD) Kepulauan Ayau Asia, luas 101.400 Ha, KKPD Teluk Mayalibit luas
53.100 Ha, KKPD Selat Dampier luas 303.200 Ha, KKPD Kepulauan Kofiau dan
Boo luas 170.000 Ha serta KKPD Misool seluas 343.200 Ha, (Disbudpar, 2014).
Pola ini merupakan bukti bahwa konservasi tidak hanya perlindungan
semata, namun upaya pemanfaatannya dapat menyejahterakan masyarakat.
Kawasan konservasi yang dikelola pusat tidak kalah menarik yaitu SAP Waigeo
Sebelah Barat. Kawasan ini merupakan konservasi perairan seluas 271.630 Ha
yang
ditetapkan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
melalui
nomor
ikan dengan pengeboman, dan akan meningkatkan stok ikan serta memenuhi
kebutuhan konsumsi ikan para pengunjung.
Taman Pulau Kecil Raja Ampat dibagi menjadi 6 KKPD, salah satunya
Kofiau dan Boo seluas 170.000 hektar. Adapun wilayah Kofiau dibagi menjadi
empat zona, yakni zona ketahanan pangan dan pariwisata (sama dengan zona
larang tangkap), zona sasi dan pemanfaatan tradisional masyarakat, zona
perikanan berkelanjutan dan budidya, serta zona pemanfaatan lain. Lewat
deklarasi ini, masyarakat bersama DKP nantinya akan menguatkan kemitraan
untuk menjaga KKKPD Kofiau dan Boo dari kegiatan penangkapan secara
berlebihan, penangkapan ikan yang merusak menggunakan bahan peledak dan
bahan kimia berbahaya, serta penangkapan biota laut yang dilindungi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari akalah ini adalah:
1. Potensi Kepulauan Raja Ampat sangat beragam baik dari segi sumber
daya alamnya, social maupun budaya. Potensi sumber daya alamnya
misalnya keindahan dan biota laut, mangrove, dll.
2. Upaya pelestarian terumbu karang dan biota laut di perairan Raja
Ampat merupakan paduan antara tradisi sasi dengan zonasi. Strategi
pengelolaan kawasan konservasi perairan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat yaitu (a) Penguatan
kelembagaan, (b) Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, (c)
Penguatan sosial, ekonomi dan budaya.
III.2 Saran
Sebaiknya melibatkan kerja masyarakat setempat dalam penetapan zonasi
dan konservasi sumber daya alam seperti yang dilaksanakan di wilayah
Kepulauan Raja Ampat ini agar konservasi berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Prayudha, dkk. 2009. Monitoring Terumbu Karang Raja Ampat (PulauPulau Batangpele). COREMAP II-LIPI, Jakarta.
Disbudpar. 2014. Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Raja Ampat. Bahan
Presentase Kadis Budpar Kabupaten Raja Ampat di Waiwo Resort Februari
2014. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat.
Tim Menteri Kelautan dan Perikanan RI. 2014. Keputusan Menteri Kelautan Dan
Perikanan Republik Indonesia Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi
Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat Dan Laut Sekitarnya Di
Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034. http://kkji.kp3k.kkp.go.id/. Diakses
pada 7 Mei 2016 02:19 WITA.
LittleKomhukum. 2013. Raja Ampat, Padukan Konservasi, Pariwisata dan
Ekonomi.
Ricardson, 2001. Prinsip Pengelolaan Ekonomi Regional. Anonim, 2013 (Bahan
Kuliah Program Studi Ilmu Kelautan Program Pascasarjana Unpatti), Ambon.