Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INDIVIDU

KONSERVASI SDA

ZONASI DI RAJA AMPAT

NAMA

: NUR AFIYAH SULAIMAN

NIM

: H41113504

KELOMPOK

: XII

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam
hayati dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kekayaan ini
tercermin dari keindahan alamnya yang kerapkali dikunjungi wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara. Keindahan ini patut kita lindungi agar tetap
lestari sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Salah satu cara
untuk melestarikan keindahan alam Indonesia adalah mendirikan Taman Nasional.
Selain melestarikan alam, Taman Nasional juga berfungsi untuk melindungi
sistem penyangga kehidupan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Salah satu Taman Nasional yang
ada di Indonesia adalah Taman Nasional Raja Ampat yang berada di Provinsi
Papua Barat.
Keindahan Raja Ampat tentu tidak hanya untuk dinikmati saat ini saja,
tetapi juga harus dipikirkan bagaimana keberlanjutannya bagi generasi
mendatang. Potensi kawasan konservasi Raja Ampat tersebut masih sangat besar.
Oleh sebab itu untuk menjaganya, diperlukan langkah-langkah strategis yang

mampu mengawinkan antara pariwisata, keberlanjutan dan pertumbuhan


ekonomi.
Berdasarkan hal tersebut maka dibuat makalah ini untuk mengetahui
zonasi Raja Ampat tersebut.
I.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui potensi Kepulauan Raja Ampat
2. Mengetahui pengelolaan potensi Kepulauan Raja Ampat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Potensi Wisata Raja Ampat


Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten yang masih terbilang baru,
hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong, resmi menjadi daerah otonom pada
tanggal 12 April 2013. Ibukotanya berada di Waisai, yang terletak di Pulau
Waigeo. Kabupaten kepulauan ini merupakan bagian dari bentangan laut daerah
kepala burung (bird head sea scape) yang termasuk pula kawasan Teluk
Cenderawasih, yaitu taman nasional laut terbesar di Indonesia. Batasan geografis
Raja Ampat yakni sebelah utara dengan Samudera Pasifik; sebelah selatan dengan
Laut Banda Provinsi Maluku; sebelah barat dengan Laut Seram Provinsi Maluku;
dan sebelah Timur dengan daratan Papua Barat, (Prayudha dkk, 2009).
Kabupaten Raja Ampat terdiri atas 4 Pulau Besar yaitu Waigeo, Batanta,
Salawati dan Misool, dan 1800 Pulau-Pulau Kecil. Luas wilayahnya 46,108 km2
(87 % laut), dengan jumlah populasi sekitar 60.000 penduduk. Laut sekitar
Kepulauan Raja Ampat memiliki keragaman spesies laut terkaya di dunia. Hasil
Survey Marine RAP oleh CI tahun 2001 dan Survey Marine REA oleh TNC tahun
2002 menunjukan biodiversity yang tinggi dimana Raja Ampat memiliki sekitar
600 jenis karang termasuk 75% dari semua spesies karang yang dikenal. Memiliki
1427 jenis ikan karang, dan 700 spesies moluska serta jumlah tertinggi untuk
spesies udang kipas/barong. Memiliki ikan endemik 15 jenis, paus dan Lumbalumba 15 jenis, ikan duyung 1 jenis, penyu 5 jenis, berbagai jenis Pari (Manta)
dan berbagai jenis Hiu unik seperti Wobbegong dan Kalabia (Hiu berjalan), serta
berbagai jenis kuda laut, (Disbudpar, 2014).

Raja Ampat juga merupakan tempat peneluran penyu yang besar, juga
merupakan tempat hidup biota-biota besar seperti dugong, manta dan hiu. Perairan
Raja Ampat adalah tempat perlintasan 16 jenis paus dan lumba-lumba. Selain itu
juga terdapat mangrove dengan area yang luas pada pesisir Raja Ampat.
Selain wisata bahari, budidaya mutiara juga menjadi andalan kabupaten
Raja Ampat. Di salah satu kawasan Konservasi Perairan Daerah Misool, dengan
luas: 343.200 Ha yang saat ini dikelola oleh Kabupaten Raja Ampat, diharapkan
dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan dan dimanfaatkan untuk tujuan
wisata bahari. Di perairan ini juga terdapat aktivitas budidaya mutiara nan canggih
yang telah memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat kampung di
sekitar kawasan konservasi. Selain wisata bahari juga terdapat wisata darat di Raja
Ampat. Terdapat Wisata Burung (watching bird) dengan berbagai jenis burung
endemik yang menawan seperti Cenderawasih Merah, Cenderawasih Wilson,
Kakatua, Nuri, Maleo, dan Kasuari, (Disbudpar, 2014).
II.2 Pengelolaaan Potensi Raja Ampat
Alasan yang mendasari pentingnya pengelolaan secara terpadu yaitu:
Pertama secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di
dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan peisisir dengan lahan atas dan laut
lepas. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem pesisir,
misalnya hutan mangrove, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem
lainnya. Demikian pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan misalnya
industri, pertanian, dan pemukiman, di lahan atas suatu daerah aliran sungai tidak
dilakukan secara arif atau berwawasan lingkungan, maka dampak negatifnya akan
merusak tanaman dan fungsi ekologis kawasan pesisir.

Dua, dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu jenis
sumberdaya alamiah, sumberdaya buatan dan jasa-jasa lingkungan yang dapat
dikembangkan untuk kepentingan pembangunan.
Tiga, dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari suatu
kelompok masyarakat yang memiliki kepeterampilan atau keahlian dan
kesenangan bekerja yang berbeda seperti petani sawah, nelayan, petani tambak,
petani rum put laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga
dan sebagainya.
Empat, baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu
kawasan pesisir secara monokultur atau single use sangat rentan terhadap
perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.
Lima, kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama yang dapat
digunakan oleh siapa saja dimana setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya
berprinsip memaksimalkan keuntungan. Hal ini menyebabkan kawasan pesisir
rawan terkena masalah pencemaran, over-eksploitasi sumberdaya alam dan
konflik pemanfaatan ruang. (Ambo Tuwo, 2011)
Tujuan dari pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di
Sekitarnya adalah (Kepmen, 2014):
1. Membangun dan meningkatkan kapasitas lembaga pengelola dan para pihak
dalam mengelola SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya.
2. Membangun dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi unit pengelola SAP
Kepulauan Raja Ampat dengan unit pengelola KKPD Raja Ampat, Pemerintah
Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Propinsi Papua Barat didalam pengelolaan

kedua KKPN tersebut khususnya maupun pengelolaan jejaring KKP di Raja


Ampat umumnya.
3. Mengembangkan dan meningkatkan program dan kegiatan pengelolaan SAP
Kepulauan

Raja

Ampat

meliputi

perikanan,

pariwisata,

pelibatan

dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, monitoring dan pengawasan.


Sasaran yang ingin dicapai dari pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di Sekitarnya adalah (Kepmen, 2014):
1. Terbentuknya lembaga pengelola yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat
2. Terwujudnya kerjasama dan koordinasi antara unit pengelola SAP Kepulauan
Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat dengan unit pengelola
KKPD Raja Ampat, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Propinsi
Papua Barat di dalam pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di
Sekitarnya di Provinsi Papua Barat jejaring KKP Raja Ampat.
3. Terlaksananya program dan kegiatan pengelolaan perikanan, pariwisata,
pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, monitoring dan pengawasan di SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.
Strategi pengelolaan kawasan konservasi perairan SAP Kepulauan Raja
Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat yaitu (a) Penguatan
kelembagaan, (b) Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, (c) Penguatan
sosial, ekonomi dan budaya.
a. Penguatan kelembagaan
Belajar dari keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi di berbagai
tempat, salah satu kunci keberhasilan pengelolaan sebuah kawasan konservasi

terletak pada keberadaan lembaga pengelola dilapangan serta kemampuan dan


kapasitas lembaga pengelola tersebut dalam mengelola kawasan. Lembaga
pengelola yang handal diharapkan dapat menjadi motor penggerak maupun
pelaksana program dan kegiatan dalam pengelolaan kawasan sehingga dapat
mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan. Faktor lain dalam menunjang
keberhasilan pengelolaan kawasan adalah meningkatnya kemampuan dan
kapasitas para pihak terkait pengelolaan kawasan. Program untuk melaksanakan
strategi pengelolaan kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat melalui penguatan
kelembagaan, sebagai berikut:
a) Pembentukan unit organisasi pengelola SAP Kepulauan Raja Ampat
b) Penguatan kapasitas sumber daya manusia unit organisasi pengelola SAP
Kepulauan Raja Ampat
c) Penguatan kapasitas para pihak terkait pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat
d) Pembangunan infrastruktur pengelolaan kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat
e) Pengembangan dan sosialisasi kebijakan dan aturan pengelolaan kawasan SAP
Kepulauan Raja Ampat
f) Pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan untuk pengelolaan SAP
Kepulauan Raja Ampat
g) Monitoring dan evaluasi kelembagaan pengelolaan kawasan
b. Penguatan Pengelolaan Sumber daya Kawasan
Sebagai sebuah kawasan konservasi yang terletak didalam wilayah
administrasi Kabupaten Raja Ampat, sejumlah kampung yang telah ada baik
didalam maupun sekitar kawasan, dan juga pihak swasta yang telah
mengembangkan sejumlah resort, terdapat sejumlah kepentingan dari berbagai

pihak terhadap SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi
Papua Barat.
Pemerintah daerah memiliki kepentingan terhadap kawasan melalui
peningkatan kesejahteraan masyarakat kampung baik di dalam dan sekitar
kawasan serta kepentingan terhadap pembangunan Kabupaten Raja Ampat.
Masyarakat atau nelayan yang tinggal di kampung-kampung di dalam atau sekitar
kawasan, memanfaatkan perairan kawasan untuk mencari ikan dan sumber daya
alam laut lainnya.
Marga-marga di kampung memiliki hak petuanan di laut. Swasta pengelola
resort berkepentingan terhadap kelestarian sumber daya kawasan sebagai obyek
minat dari kedatangan turis. Kerjasama para pihak tersebut dengan lembaga
pengelola penting untuk keberhasilan pengelolaan kawasan.
Program untuk melaksanakan strategi pengelolaan kawasan SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat melalui
penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, sebagai berikut:
a) Pengelolaan sumber daya alam kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut
di Sekitarnya.
b) Pembentukan dan pengembangan kelembagaan kemitraan pengelolaan jejaring
KKP Raja Ampat
c) Pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat dan para pihak lainnya
dalam pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di
Provinsi Papua Barat..
d) Pengembangan kerjasama pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di
Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.serta jejaring KKP Raja Ampat antar unit

organisasi pengelola dengan pengelola KKP lainnya pada tingkat propinsi,


nasional, regional dan dunia.
e) Pengembangan dan penguatan kemitraan dalam pengelolaan SAP Kepulauan
Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.pada berbagai
tingkatan pemerintahan.
f) Monitoring dan evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan
c. Penguatan Sosial, Ekonomi dan Sumber daya
Pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya sosial, budaya dan
ekonomi di SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua
Barat penting dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status dan
fungsinya.
Kelestarian sumber daya alam serta terpeliharanya kondisi sosial, budaya
dan ekonomi masyarakat di kekitarnya merupakan tolak ukur keberhasilan
pengelolaannya. Pengelolaan sumber daya seperti ikan penting selain untuk
menjamin kelestariannya, juga menjamin sumber protein dan sumber pendapatan
bagi masyarakat sekitarnya. Pengelolaan terumbu karang penting untuk tetap
mempertahankan Raja Ampat sebagai daya tarik dan tujuan wisata. Program
pengelolaan untuk melaksanakan strategi pengembangan pengelolaan sumber
daya sebagai berikut:
(1) Pengembangan ekonomi masyarakat melalui pemberian kredit berbunga
ringan untuk usaha perikanan skala kecil dan menengah
(2) Pengembangan sosial masyarakat melalui kunjungan antar desa-desa di dalam
dan di sekitar SAP

Ciri pengelolaan pariwisata bahari berbasis konservasi di kawasan Raja


Ampat terlihat pada metode penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat dalam
rangka memenuhi kebutuhan konsumsi ikan para pengunjung. Penangkapan ikan
dengan menggunakan pancing lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
penggunaan jaring apalagi dengan jaring bermata kecil. Demikian pula halnya
dengan upaya melepaskan biota nontarget (bycatch) yang tertangkap pada alat
tangkap nelayan seperti penyu, lumba dan spesies lain yang bukan merupakan
target tangkapan. Nelayan berusaha menurunkan tingkat tangkapan ikan-ikan
kecil yang nantinya terbuang (discards) juga merupakan upaya konservasi
sumberdaya. Nelayan tidak membuang alat tangkap yang rusak ke perairan karena
akan menjadi ghost fishing (alat tangkap hantu) juga adalah kapasitas konservasi
yang harus diterapkan nelayan.
Ciri pengelolaan pariwisata bahari berbasis konservasi di pesisir juga
ditunjukkan dengan pencehagan penebangan mangrove untuk berbagai alasan,
bahkan sebaliknya menanam anakan mangrove untuk penghijauan dan penguatan
struktur pantai. Selain itu menghidupkan kearifan lokal berupa sasi juga menjadi
bagian pengelolaan berbasis konservasi. Pada tahap tertentu di beberapa daerah,
mangrove dan kearifan lokal manjadi salah satu aset atau spot wisata yang
dijadikan destinasi oleh pengunjung. Pemasangan papan informasi tentang
pelestarian lingkungan jga menjadi bagian penting upaya konservasi, termasuk di
antaranya penyediaan tempat sampah dan larangan membuang sampah
sembarangan.
Berbagai konsep konservasi tersebut telah diterapkan di Raja Ampat dalam
pengelolaan wisata bahari yang telah terkenal di dunia. Penerapan konsep tersebut

juga dalam rangka mengantisipasi dampak akibat banyaknya pengunjung yang


menyebabkan besarnya tekanan terhadap sumberdaya yang ada di sana. Seiring
dengan itu masyarakat Raja Ampat juga terus teredukasi dengan konsep
pelestarian sumberdaya tersebut sehingga dalam waktu yang lama konservasi
benar-benar tertanam di dalam benak masyarakat dari generasi ke generasi.
Evaluasi konsep pengelolaan juga terus dilakukan oleh pengelola, agar senantiasa
selaras dengan arah pengelolaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Raja
Ampat yang ditujukan untuk mencapai 3 tujuan utama yani kesejahteraan
masyarakat

(menjamin

ketahanan

pangan)

mendukung

pembangunan

berkelanjutan melalui pengembangan wisata bahari dan perlindungan biodiversity,


(Disbudpar, 2014).
Dalam rangka mendukung pengelolaan pesisir dan laut khususnya terumbu
karang di Raja Ampat telah ditetapkan Rencana Strategis Terumbu Karang dan
Peraturan Daerah Terumbu Karang No. 19 Tahun 2010. Peran masyarakat pada
program Coremap sangat besar. Bahkan, di setiap kampung lokasi COREMAP II
Raja Ampat ditetapkan Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang dikukuhkan
dengan Peraturan Kampung. Penetapan ini dilakukan masyarakat kampung
setempat untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan terumbu karang dari
kegiatan penangkapan ikan dan aktifitas manusia lainnya yang bisa merusak
kawasan konservasi. Apalagi, kawasan terumbu karang yang kaya nutrisi
menyediakan tempat hidup dan makanan bagi ikan untuk hidup, makan, tumbuh
dan berkembang biak (LittleKomhukum, 2013).
Saat ini DPL di lokasi COREMAP II Raja Ampat mencakup luasan
berkisar 2.179,9 Ha. Kondisi Terumbu Karang di DPL mengalami peningkatan

30% dalam kurun waktu 4 tahun. Selain DPL, pemerintah bersama masyarakat
dan lembaga internasional lainnya menetapkan beberapa kawasan konservasi di
Kabupaten Raja Ampat. Di antaranya, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat,
luas 60.000 ha dan SAP Waigeo sebelah Barat, luas 271.630 Ha. Kementerian
Kelautan dan Perikanan juga membentuk Kawasan Konservasi Perairan Daerah
(KKPD) Kepulauan Ayau Asia, luas 101.400 Ha, KKPD Teluk Mayalibit luas
53.100 Ha, KKPD Selat Dampier luas 303.200 Ha, KKPD Kepulauan Kofiau dan
Boo luas 170.000 Ha serta KKPD Misool seluas 343.200 Ha, (Disbudpar, 2014).
Pola ini merupakan bukti bahwa konservasi tidak hanya perlindungan
semata, namun upaya pemanfaatannya dapat menyejahterakan masyarakat.
Kawasan konservasi yang dikelola pusat tidak kalah menarik yaitu SAP Waigeo
Sebelah Barat. Kawasan ini merupakan konservasi perairan seluas 271.630 Ha
yang

ditetapkan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

melalui

nomor

Kep.65/MEN/2009 pada tanggal 3 September 2009. Kawasan konservasi ini


merupakan kawasan yang sebelumnya dikelola Kementerian Kehutanan dan
kemudian diserahterimakan pengelolaannya ke KKP. Waigeo Sebelah Barat
merupakan ikon Raja Ampat yang telah dikenal dunia. Demikian pula kemilau
mutiaranya memancar indah dan selalu menjadikan kenangan yang tak terlupakan
sebagai penghias keindahan dunia, (LittleKomhukum, 2013).
Pengelolaan budidaya ikan dengan konsep keramba jaring apung yang
ramah lingkungan yang mulai banyak dilakukan di perairan Raja Ampat
diharapkan dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan dan dimanfaatkan
untuk tujuan wisata bahari. Dengan kemampuan membudidayakan ikan pada
keramba jaring apung maka akan mereduksi banyaknya kegiatan penangkapan

ikan dengan pengeboman, dan akan meningkatkan stok ikan serta memenuhi
kebutuhan konsumsi ikan para pengunjung.
Taman Pulau Kecil Raja Ampat dibagi menjadi 6 KKPD, salah satunya
Kofiau dan Boo seluas 170.000 hektar. Adapun wilayah Kofiau dibagi menjadi
empat zona, yakni zona ketahanan pangan dan pariwisata (sama dengan zona
larang tangkap), zona sasi dan pemanfaatan tradisional masyarakat, zona
perikanan berkelanjutan dan budidya, serta zona pemanfaatan lain. Lewat
deklarasi ini, masyarakat bersama DKP nantinya akan menguatkan kemitraan
untuk menjaga KKKPD Kofiau dan Boo dari kegiatan penangkapan secara
berlebihan, penangkapan ikan yang merusak menggunakan bahan peledak dan
bahan kimia berbahaya, serta penangkapan biota laut yang dilindungi.

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari akalah ini adalah:

1. Potensi Kepulauan Raja Ampat sangat beragam baik dari segi sumber
daya alamnya, social maupun budaya. Potensi sumber daya alamnya
misalnya keindahan dan biota laut, mangrove, dll.
2. Upaya pelestarian terumbu karang dan biota laut di perairan Raja
Ampat merupakan paduan antara tradisi sasi dengan zonasi. Strategi
pengelolaan kawasan konservasi perairan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat yaitu (a) Penguatan
kelembagaan, (b) Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, (c)
Penguatan sosial, ekonomi dan budaya.
III.2 Saran
Sebaiknya melibatkan kerja masyarakat setempat dalam penetapan zonasi
dan konservasi sumber daya alam seperti yang dilaksanakan di wilayah
Kepulauan Raja Ampat ini agar konservasi berjalan dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim. 2014. Sinergitas Konservasi dan Pariwisata untuk Pertumbuhan


Ekonomi Raja Ampat. http://bp3ambon-kkp.org/. Diakses pada 17 Mei 2016
04:14 WITA.
Ambo Tuwo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional,
Surabaya.

Bayu Prayudha, dkk. 2009. Monitoring Terumbu Karang Raja Ampat (PulauPulau Batangpele). COREMAP II-LIPI, Jakarta.
Disbudpar. 2014. Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Raja Ampat. Bahan
Presentase Kadis Budpar Kabupaten Raja Ampat di Waiwo Resort Februari
2014. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat.
Tim Menteri Kelautan dan Perikanan RI. 2014. Keputusan Menteri Kelautan Dan
Perikanan Republik Indonesia Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi
Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat Dan Laut Sekitarnya Di
Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034. http://kkji.kp3k.kkp.go.id/. Diakses
pada 7 Mei 2016 02:19 WITA.
LittleKomhukum. 2013. Raja Ampat, Padukan Konservasi, Pariwisata dan
Ekonomi.
Ricardson, 2001. Prinsip Pengelolaan Ekonomi Regional. Anonim, 2013 (Bahan
Kuliah Program Studi Ilmu Kelautan Program Pascasarjana Unpatti), Ambon.

Anda mungkin juga menyukai