BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di sebut juga dengan udang putih yang
merupakan sumber daya ikan golongan Crustacea. Udang ini merupakan spesies asli dari perairan
Amerika Tengah. Resmi diperkenalkan dan dibudidayakan di Indonesia pada tahun 2000. Hal yang
menggairahkan kembali pada usaha pertambakan di Indonesia pada saat ini yang sebelumnya
mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit bintik putih (white spot) pada budidaya
udang windu (Penaeus monodon). Penyebaranya meliputi Pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah dan
Selatan Amerika. Wilayah dengan suhu air secara umum berkisar di atas 20 derajat celcius
sepanjang tahun dan merupakan tempat populasi udang vanname berada.
Udang vannamei digolongkan ke dalam genus Penaid pada filum Artrhopoda. Terdapat
ribuan spesies dari filum ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea.
Ciri ciri subfilum Crustacea, mamiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit,
terugtama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus shinensis, Litopenaeus indicus, Litopenaeus
japonicus, L. monodon, Litopenaeus stylirostris dan Litopenaeus vannamei.
Vannamei termasuk dalam crustacea yang tergolong dalam ordo Decapoda seperti halnya
lobster dan kepiting serta udang udang lainnya. Kata Decapoda berasal dari kata deca = 10, poda =
kaki, hewan ini juga memiliki karapas yang berkembang menutupi bagian kepala dan dada menjadi
satu (chepalothorax). Famili Penaeidae yang menetaskan telurnya di luar tubuh, setelah
dikeluarlakan oleh betina dan udang ini juga mempunyai tanduk (rostrum).
Genus penaeus yang ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum juga
ditandai dengan hilangnya bulu cambuk (satae) pada tubuhnya. secara khusus udang ini memiliki 2
gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Subgenus
Litopenaeus, yang ditandai dengan adanya organ seksual (thelycum) yang terbuka tanpa adanya
tempat penampung sperma pada spesies betina.
Udang vannamei termasuk golongan hewan omnivora yaitu memakan segala, baik dari
bahan hewani maupun nabati. Beberapa sumber makanannya antara lain udang kecil (rebon),
fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut.
Meraka mencari dan mengidentifikasi makanannya menggunakan sinyal kimiawi berupa
getaran dengan bantuan organ sensor. Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula,
bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi kimiawi yang di
tangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakannya.
Untuk mendekati sumber pakannya, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang
memiliki capit. Pakan langsung yang didapatkannya langsung di kepit mnggunakan kaki jalannya
kemudian di masukan kedalam mulut. Pakan yang berukuran kecil akan masuk kedal
keronggkongan dan ensophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna
secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulutnya. Udang akan berhenti makan
apabila mereka sudah kenyang.
Semua golongan arthropoda termasuk udang mengalami pergantian kulit atau disebut
dengan molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa
tumbuh menjadi besar, secara periodik mereka akan melepaskan jaringan penghubung antara
epidemis dan kutikula ekstraseluler, udang segera melepaskan diri dari kutikula atau cangkang,
kemudian menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya
terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral protein.
Proses molting pada udang akan menghasilkan peningkatan ukuran tubuhnya (pertumbuhan)
secara kontinyu dan secara berkala. Ketika molting tubuh udang menyerap air dan bertambah besar,
kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, tubuh udang tetap sampai pada
siklus molting berikutnya.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena
disamping kondisinya sangat lemah kulit luarnya belum mengeras. Udang pada saat milting
mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil
dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa
membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang introduksi yang diminati oleh petambak
budidaya saat ini, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumuhan cepat (masa
pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakannya
rendah (FCR 1:1,3).
Udang vannamei umumnya dibudidayakan secara intensif dan semi intensif. Pada salah satu
sumber dituliskan dalam hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan
pola tradisional. Ukuran panen yang dihasilkan lebih besar sehingga harga perkilo gramnya menjadi
lebih mahal (kkp.go.id).
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditi yang cukup diminati oleh
petambak. Kehadiran varietas udang vannamei diharapkan tidak hanya menambah pilihan bagi
petambak tetapi juga menopang kebangkitan usaha pertambakan udang di Indonesia. Dahuri
merinci, udang vannamei memiliki sejumlah keunggulan antara lain lebih tahan penyakit,
pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap gangguan lingkungan dan waktu pemeliharaan yang lebih
pendek yaitu sekitar 90 – 100 hari dan yang lebih penting tingkat survival ratenya tergolong tinggi
dan hemat pakan (Harian Bisnis Indonesia, 2002).
Dengan penggunaan probiotik yang baik, cara aplikasi yang benar diharapkan dapat
memantapkan keberhasilan budidaya udang di tambak sehingga kematian udang yang menjadi
masalah utama dapat ditekan semaksimal mungkin untuk meningkatkan SR yang lebih tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.Udang putih atau Penaeus vannamel adalah udang yang bagus dibudidayakan ditambak dari pada
di kolam
2.Pembenihan udang putih memerlukan salinitas yang tinggi yaitu 2 – 40 ppt dan temperatur airnya
antara 23 – 30 derajat.
3.Udang yang dijadikan sebagai induk udang yang baik dan subur pertumbuhannya dan sebaiknya
bersifat SPF
4.Keunggulan udang putih adalah dapat meresistensi terhadap beberapa penyakit yang biasa
menyerang udang.