Anda di halaman 1dari 6

PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

MANGROVE INFORMATION CENTER (MIC)

UPT TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI

OLEH :

DEWI AYU RIFANTI 1713511007


MUHAMAD ALFIANSYAH 1713511008
FITRI WIDAYANTI 1713511013

I PUTU SUGIANA 1713511024

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia merupakan suatu kawasan yang sangat strategis baik
ditinjau dari segi ekologi, sosial budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Hal tersebut
dapat dipahami karena sekitar 140 juta penduduk Indonesia mendiami wilayah pesisir dan
sekitar 16 juta tenaga kerja terserap oleh industri di pesisir dengan memberikan kontribusi
sebesar 20,06% terhadap devisa negara.
Memperhatikan potensi yang besar dan beragam berserta berbagai permasalahan
lingkungan, sosial dan ekonomi maka wilayah pesisir membutuhkan upaya pengelolaan secara
terpadu sebagaimana amanat Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara
ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Mangrove Information Center (MIC) merupakan salah satu tempat pengelolaan dan
konservasi mangrove, serta aktivitas pariwisata maupun penelitian yang ada di wilayah Bali,
tepatnya terletak di Jl. ByPass Ngurah Rai. Pengelolaan MIC sendiri berada dibawah UPT
TAHURA Ngurah Rai, sesuai dengan pemanfaatan yang dilakukan di MIC kami melakukan
wawancara untuk mengetahui bagaimana pengelolaan yang dilakukan di wilayah MIC.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan di wilayah konservasi mangroveMIC
2. Untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya di wilayah konservasi mangrove MIC
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengelolaan di wilayah konservasi mangrove
MIC
2. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan sumberdaya di wilayah konservasi
mangrove MIC
BAB II
ISI

Pada tanggal 27 Mei 2019 kami melakukan wawancara dengan bapak Ketut Subandi
selakuu salah satu staf di UPT TAHURA Ngurah Rai, mengenai bagaimanakan pengelolan
yang dilakukan diwilayah konservasi mangrove Mangrove Information Center (MIC) yang
berada dibawah naungan UPT TAHURA Ngurah Rai.

Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September
2003 dengan luas 1,373.50 ha. Keputusan tersebut ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 107/Kpts-II/2003 tanggal 24 Maret 2003 yang mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan tugas pembantuan pengelolaan Taman Hutan Raya Ngurah Rai yang meliputi
pembangunan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangannya dilaksanakan oleh
Gubernur Bali. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Bali No. 02
Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, pada pasal
195 menetapkan Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Bali yang terdiri dari Kepala Dinas,
Sekretaris, 4 Bidang dan 4 UPT (Unit Pelaksana Teknis), diantaranya adalah UPT Taman
Hutan Raya (TAHURA) Ngurah Rai.

Tahura Ngurah Rai didominasi oleh ekosistem hutan mangrove yang sangat baik dan
memiliki potensi berupa panorama alam yang indah dengan letak yang sangat strategis karena
berada dipusat pertumbuhan bisnis dan pariwisata. Habitat hutan mangrove di Tahura Ngurah
Rai didominasi oleh tegakan Sonneratia alba dan Rhizophora apiculata. Vegetasi demikian
selain berfungsi sebagai konservasi dan bioekologi juga bermanfaat secara ekonomi serta
merupakan salah satu habitat di ekosistem wilayah pesisir pantai yang mempunyai potensi
panorama alam yang indah dan keanekaragaman jenis flora dan fauna. Dengan potensi
demikian Tahura Ngurah Rai mempunyai nilai penting bagi pembangunan di Provinsi Bali,
khususnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pengembangan pada sektor
lingkungan dan pariwisata alam serta untuk penelitian dan pendidikan.

UPT Tahura ngurah rai mengelola hutan konservasi mangrove yang memiliki luas 1.373,5
hektar lahan. Berada pada wilayah sanur yang menuju tuban,jimbaran dan sepanjang teluk
benoa yaitu bagian pesisirnya. Dalam sejarahnya sebelum mengelola Balai besar penelitian
hutan mangrove(BPHM) atau mic dikelola oleh kementrian kehutanan setelah itu kementrian
kehutanan memberikan wewenang pada gubernur bali dimana gubernur bali menunujuk UPT
tahura ngrah rai untuk mengelola bali besar penelitian mangrove yang ada saat ini. UPT Tahura
ngurah rai juga memfasilitasi balai perubahan iklim(BPI) dalam penelitian nya terhadap
mangrove di BPHM dimana pusat pengelolaan masih berada di tahura ngurah rai dalam hal
surat menyurat dan kunjungan serta kegiatan lainnya.

Dalam hal pengelolaan pada BPHM UPT tahura ngrah rai berperan dalam menjaga
keamanan dan kelestarian hutan mangrove serta hubungan dengan masyarakat setempat untuk
menjaga dan melindungi kawasan pesisir seperti hutan mangrove, selain itu tempat tersebut
juga dibuka untuk umum seperti wisata dalam hal pengenalan mangrove. Dalam menjalankan
tugasnya tahura ngurah rai juga mempunyai program kerja reboisasi mangrove yang
dilaksanakan setiap tahunnya dengan menanam kawasan mangrove yang rusak maupun masih
kosong dijilankan oleh anggota UPT tahura ngrah rai sendiri maupun oleh masyarakat dan
kelembagaan lainnya.

Dalam pemanfaatan hutan konservasi tahura ngurah rai dilakukan pola kerjasama yang
diatur oleh permenhub no T85 tahun 2015 dimana segala kegiatan yang berada pada daerah
hutan konservasi tahura ngurah rai harus melalui pola kerjasama sebagaimana mestinya seperti
kampong kepiting, MIC dan lain lain. Dalam beberapa hal konservasi hutan mangrove UPT
tahura ngurah rai juga meminjamkan serta mengizinkan pembangunan tempat untuk
kepentingan umum dengan pola kerjasama yang dimana harus mendapatkan izin dari
kementrian kehutanan dengan kompensasinya adalah reboisasi hutan mangrove, penjagaan
keamanan dan kelestarian hutang mangrove yang dimana biaya nya ditanggung oleh pihak
mereka, contohnya pembangunan jalan tol yang mengurangi pohon mangrove,TPA suwung,
ITDC dan lain lain. Keberadaan hutan konservasi mangrove UPT tahura ngurah rai yang sangat
strategis menjadikannya tempat yang banyak dikunjungi baik oleh warga lokal,luar daerah
maupun internasional khususnya mahasiswa dalam kegiatan penelitian untuk kajian terhadap
hutan mangrove tahura ngurah rai yang mempunyai jenis mangrove yang lengkap dibanding
dengan jenis mangrove di daerah Indonesia lainnya.

Dalam pengelolaan selama ini UPT tahura ngurah rai mengalami beberapa masalah salah
satunya dan paling utama adalah sampah yang dimana sampah tersebut berasal dari 2 sumber
yaitu sampah sari masyarakat/perkotaan yang dibuang di sungai sungai yang bermuara di
kawasan hutan mangrove dan sampah di tengah laut yang terbawa oleh air pasang surut laut
yang dapat mengganggu ekosisitem yang ada pada kawasan hutan mangrove. Salah satu isu
atau permasalahan yang menyangkut UPT tahura ngurah rai adalah reklamasi teluk benoa yang
dimana bias memberikan dampak besar seperti mengubah ekosisitem yang sudah ada disana,
mengubah pola dan volume air, mempercepat kematian mangrove, menghambat pertumbuhan
mangrove akibat dari material pembangunan yang bias meracuni mangrove contohnya
penimbunan di pelabuhan oleh PT Pelindo yang mengakibatkan kematian mangrove seluas 17
hektar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Mangrove Information Center (MIC) berada dibawah naungan UPT TAHURA Ngurah
Rai.
2. Tahura Ngurah Rai didominasi oleh tegakan Soneratia alba dan Rhizophora apiculata
3. Keadaan geografis yang strategis di daerah Tahura angurah Rai dapat meningkatkan
pembangunan, sektor lingkungam, pariwisata dan penelitian pendidikan
4. Dalam pengelolaannya Tahura Ngurai Rai mempunyai program kerja seperti reboisasi
mangrove yang dilaksanakan setiap tahunnya
5. Salah satu kendala yang dihadapi Tahura Ngurah Rai dalam pengelolaan mangrovenya,
yaitu permasalahan sampah, dimana sampah tersebut berasal dari 2 sumber, yaitu
sampah dari masyarakat/perkotaan dan sampah akibat pasang surut air laut yang dapat
menganggu ekosistem pada kawasan hutan mangrove.

3.2. Saran
UPT TAHURA Ngurai Rai adalah suatu lembaga yang bernilai positif,
mangrove yang berada di daerah ini memiliki beberapa keuntungan, salah satu
keuntungannya ialah dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar, maka dari
itu harus ada kesadaran dari berbagai pihak baik pihak intern maupun ekstern, salah
satunya dengan cara tidak membuang sampah sembarangan ataupun membuang
sampah di laut.

Anda mungkin juga menyukai