BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
BAB III
3.1 Uraian
Sebelum rangkaian kegiatan penanaman mangrove dilakukan, maka terlebih
dahulu untuk dapat mengetahui kondisi wilayah sebagai lokasi area penanaman
dan kondisi masyarakat sekitarnya. Kondisi masyarakat yang perlu diketahui
antara lain adalah struktur sosial dan bentuk pemanfaatan serta intensitas
interaksi wilayah pesisir oleh masyarakat. Dari sini kelompok masyarakat yang
akan terlibat dalam kegiatan penanaman baik prioritas maupun bukan prioritas
dapat ditentukan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ekosistem mangrove dan manfaat
penanaman mangrove bagi mereka. Berdasarkan kondisi dan keadaan umum
ekosistem mangrove di wilayah Desa Uwedikan dan Tohiti Sari sebagai berikut :
Desa Uwedikan
Berdasarkan karakteristik bahwa kawasan ini sebagian besar termasuk
dalam kategori kritis dan dibeberapa tempat dengan kondisi cukup baik. Dengan
makin jarangnya kerapatan tegakan merupakan salah satu petunjuk bahwa
keadaan vegetasi mangrove di suatu kawasan sudah menghawatirkan sehingga
sesungguhnya segera diperlukan langkah-langkah pemulihan agar tidak terjadi
kerusakan lebih lanjut, dimana wilayah Desa Uwedikan merupakan kawasan
mangrove yang sebagian kawasan lahan/daratan telah mengalami konversi lahan
menjadi areal tambak sehingga mengalami degradasi kawasan.
Gambar 3c. Sketsa III blok/lokasi penanaman mangrove (Desa Tohiti Sari)
BAB IV
4.1 Uraian
Rancangan teknis program revegetasi ini dimaksudkan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi ekosistem dalam upaya pemulihan area kawasan
hutan mangrove di Kabupaten Banggai. Sementara tahapan pelaksanaan kegiatan
revegetasi tanaman mangrove meliputi persiapan lokasi penanaman, persiapan
bibit dan implementasi aktivitas penanaman.
d. Ajir tanaman dipasang tegak lurus dan kuat pada calon lokasi penanaman.
Jarak antar ajir sesuai dengan jarak tanam yang sesuai dengan kondisi
lapangan (50.000 batang/ha dengan bibit penyulaman sebesar 10%).
e. Pembuatan gubuk kerja dan briedging/jembatan titian yang disesuaikan
dengan rancangan kegiatan.
f. Pembuatan papan pengenal program kegiatan revegetasi mangrove yang
memuat keterangan letak lokasi, luas areal penanaman, jumlah kebutuhan
bibit (penanaman dan penyulaman), jarak tanaman dan jenis tanaman.
Tabel 1. Jumlah petak dan kebutuhan bibit untuk setiap lokasi penanaman.
Kebutuhan Penanaman
Kebutuhan
Petak/ Desa/ Luas Jenis Bibit
Bibit jumlah
lokasi Kecamatan Areal Tanaman Ajir sulaman
tanam bibit
10%
Uwedikan Bakau/
16
Lokasi I (Luwuk Rhizophora 17.600 17.600 1.760 19.360
Ha
Timur) sp.
Uwedikan Bakau/
19,5
Lokasi II (Luwuk Rhizophora 21,450 21,450 2.145 23,595
Ha
Timur) sp.
Bakau/
Tohiti Sari 10
Lokasi III Rhizophora 11.000 11.000 1.100 12.100
(Toili) Ha
sp.
3) Persiapan Bibit
a. Kesesuaian Jenis Tanaman
Setiap jenis tumbuhan manggrove termasuk jenis bakau yang memiliki
kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan. Adapun
syarat dan kesesuaian jenis tanaman berdasarkan karakteristik dan kondisi
fisik lapangan di 3 area lokasi penanaman sebagaimana tercantum dalam (Tabel 2)
berikut :
2) Pembuatan Tanaman
Pelaksanaan penanaman dilakukan pada musim ombak tenang/surut
terendah dan dimulai dari yang terdekat darat agar terhindar dari gelombang
ombak. Cara melakukan penanaman bibit mangrove dilakukan dengan sistem
penanaman murni atau dengan sistem banjar harian (Gambar 6).
Pembersihan lokasi
dan pembuatan
arah larikan
Pemancangan
tiang Ajir
Pembuatan papan
nama kegiatan
Pembuatan
briedging/jembatan
titian
Penanaman
Penyulaman
Pembuatan rumah
kerja
Pengendalian hama
penyakit
Pemeliharaan dan
pengontrolan hasil
penanaman
Direktur Lembaga
Muh. Ikhsan Suling, SE
Koordinator Lapangan
Wawan Abd. Rahman, S.Ip
Staf Fungsional
Penanggung Jawab
Dalam rangka melaksanakan kegiatan teknis dilapangan, Direktur Lembaga
dibantu oleh tim teknis pendamping yang telah dibentuk sehingga diharapkan
dapat berkoordinasi dan mengefektifkan ruang lingkup pekerjaan dilapangan.
Selain itu Direktur Lembaga dapat bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
yang meliputi perencanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan.
Koordinator Lapangan
Dalam melaksanakan kegiatan revegetasi mangrove, koordinator lapangan
mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap Direktur Lembaga dalam
penyampaian informasi tentang proses pelaksanaan program kegiatan dilapangan
serta melakukan koordinasi dalam mendukung dan membantu melakukan
perencanaan, monitoring dan evaluasi serta mengarahkan tim teknis lapangan
sehingga pelaksanaan program kegiatan sesuai dengan time schedule.
Staf Fungsional
Bidang ini merupakan kelompok yang mempunyai tugas yang terjun
langsung dalam operasional dilapangan yang terbagi atas :
− Pendamping Lapangan
Tim teknis lapangan bertugas melakukan pendampingan dalam pelaksanaan
teknis kegiatan. Selain itu, dengan melakukan pendekatan lingkungan dan sosial
ekonomi masyarakat sekitar sehingga mendapat dukungan, bersinergis serta
selaras dalam pelaksanaan program kegiatan dilapangan serta berdampak positif
terhadap perbaikan kualitas ekosistem mangrove.
− Koordinator Masyarakat
Koordinator masyarakat dipilih berdasarkan peranannya dilingkungan
masyarakat untuk pemenuhan kelompok-kelompok pekerja meliputi kelompok
pengangkut bibit, pemasangan ajir dan penanaman, dimana hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah kegiatan dilapangan.
BAB V
PENANAMAN MANGROVE
5.1 Uraian
Sebelum melakukan penanaman, dimana harus diperhatikan beberapa faktor
fisik penunjang keberhasilan penanaman yakni keadaan pasang surut, kesesuaian
jenis tanaman dengan lingkungan. Selain itu, faktor pelibatan masyarakat
termasuk perempuan dan anak-anak/remaja, dalam kegiatan ini juga menentukan
keberhasilan penanaman karena dengan keterlibatan tersebut akan menimbulkan
rasa memiliki dan keinginan untuk menjaga dan memelihara tanaman. Waktu
penanaman ini juga perlu didiskusikan dan disepakati bersama dengan
masyarakat setempat karena merekalah yang lebih menguasai kondisi setempat.
Penanaman dilakukan pada saat air laut surut agar memudahkan penanaman
dan jarak antar tanaman dapat segera diketahui keseragamannya. Untuk
mengetahui kondisi pasang surut air laut ini, beberapa hari sebelum penanaman
perlu diamati waktu dan lama pasang dan surut. Informasi dari masyarakat
tentang kondisi ini akan sangat bermanfaat.
X Y : Jarak tanam
Lahan yang digunakan untuk menanam mangrove harus bersih dari rumput
liar. Sebelum mangrove ditanam dibuat terlebih dahulu jalur tanam. Jalur tanam
dapat dibuat dengan menggunakan tali rafia dengan dibuat simpul-simpul. Pada
setiap simpul dipasang ajir-ajir dengan menggunakan patok dari bambu yang
panjangnya ± 1 meter.
3) Tiang Ajir
Pemancangan ajir diperlukan sebagai tiang penyangga/penahan bibit
manggrove, hal tersebut dimaksudkan agar bibit manggrove yang baru ditanam
dapat berdiri tegak dan tidak mudah hanyut dan rusak ketika terkena aliran
pasang surut air laut. Setelah itu, penyiapan dan pemancangan tiang ajir dilakukan
sebelum bibit-bibit manggrove akan ditanam. Selanjutnya, tugal dibuat untuk
membuat lubang tanaman dan dibutuhkan sewaktu menanam.
Ajir ditancapkan ke lahan dengan tegak sedalam ± 50 cm. Pemasangan ajir
ini bertujuan untuk : (1) mempermudah mengetahui tempat bibit akan ditanam;
(2) tanda adanya tanaman baru; (3) menyeragamkan jarak dan; (4) membuat bibit
mangrove yang ditanam dalam keadaan tegak dan tidak mudah rebah bila sedang
terjadi air pasang.
Gambar 10. Briedging dan gubuk kerja sebagai prasarana penunjang pada proses
pelaksanaan penanaman.
Persiapan alat dan bahan untuk kegiatan penanaman antara lain wadah
pengangkut bibit, tali tambang, tali rafia dan parang. Selain itu, pemilihan
alat angkut bibit untuk didistribusikan kelokasi tanam sangat tergantung pada
tingkat kemudahan lokasi penanaman. Untuk menghindarkan guncangan yang
berlebihan selama pengangkutan, bibit sebaiknya diatur terlebih dahulu sehingga
tahan terhadap guncangan. Beberapa cara mengangkut bibit seperti terlihat
pada gambar berikut:
Bibit ditanam dekat ajir dan apabila tanahnya sangat lunak atau mudah
hanyut sebaiknya diikatkan dengan tali rafia pada tiang ajir agar bibit tidak roboh.
Sementara cara penanaman bibit manggrove dilakukan dengan 2 cara yaitu pola
tanam bibit yang diikatkan pada ajir dan pola tanam tanpa diikat pada ajir
(Gambar 13).
BAB VI
6.1 Uraian
Pemeliharaan dan monitoring merupakan pekerjaan penyempurnaan setelah
melakukan tahap proses penanaman, hal itu dikarenakan pekerjaan pemeliharaan
dan penjagaan bibit mangrove yang telah ditanam dihapkan akan memiliki
kelulushidupan yang maksimal sehingga dalam merehabilitasi vegetasi mangrove
dapat berhasil dengan baik.
Pekerjaan pemeliharaan dan monitoring ini dilakukan setelah tahap
penanaman dilaksanakan yaitu pada periode bulan November sampai Desember
2015. Oleh sebab itu, keberhasilan kegiatan penanaman sangat ditentukan oleh
kegiatan pemeliharaan tanaman. Dilain pihak, keberhasilan kegiatan pemeliharaan
ditentukan oleh berhasil/tidaknya dalam menimbulkan kesadaran masyarakat
untuk terlibat dan melakukannya secara mandiri.
sudah mati. Monitoring kondisi bibit tanaman ini dipakai sebagai indikator
keberhasilan tingkat tumbuh penanaman mangrove. Pengukuran dilakukan dalam
rentan waktu satu bulan sekali setelah masa pasca penanaman dilakukan.
Kegiatan penanaman mangrove dikatakan berhasil bila mangrove tumbuh
subur dan menunjukkan daun-daun yang tampak hijau segar dan oleh adanya
pertumbuhan pucuk daun baru. Sebaliknya, kematian mangrove ditunjukkan oleh
daun dan batang yang mengering, atau menguning, sebagian layu, dan tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan pucuk baru.
Berdasarlan hasil monitoring pertama pada bulan Desember 2015 setelah
penanaman, dimana persentase hidup tanaman sekitar 90%, namun untuk
memaksimalkan tingkat tumbuh tanaman yang optimal, maka perlu dilakukan
penyulaman dengan tanaman baru terhadap bibit hilang akibat terbawa arus air
pasang surut, dan dilakukan monitoring pemeliharaan terhadap bibit yang
tampak layu hingga dalam kondisi baik sehingga tidak mempengaruhi
kelangsungan hidupan bibit tanaman mangrove.
6.4 Penyulaman
Proses penyulaman adalah sebuah usaha untuk mengganti bibit mangrove
yang ditemukan layu atau mati bahkan hilang pada titik lokasi penanaman, untuk
kemudian diganti dengan bibit tanaman yang baru demi menjaga kelulushidupan
bibit mangrove agar bisa terus menerus hidup secara maksimal.
1) Pekerjaan Penyulaman
Tahap penyulaman mulai dilakukan pada bulan Desember 2015 setelah
proses penanaman selesai dilaksanakan. Penyulaman itu sendiri dilakukan setelah
dilakukan survei pada setiap blok lokasi penanaman, dimana terdapat beberapa
bibit mangrove yang telah ditanam rusak akibat kualitas dan kondisi bibit yang
kurang baik serta terdapat bibit yang hilang dari lubang tanamnya sehingganya
dilakukan penyulaman.
Tahap penyulaman ini juga sebagai usaha untuk memperbesar
kelulushidupan bibit mangrove, hal ini sesuai hasil persentase tingkat tumbuh
tanaman pada periode bulan Januari 2016 dimana kondisi bibit mangrove
dalam kondisi baik dengan rata-rata kelulushidupan adalah ± 90%. Seperti
yang diketahui, bahwa bibit yang berasal dari lokasi terdekat dengan lokasi
penanaman akan memiliki kelulushidupan yang lebih tinggi karena berasal
dari titik lokasi yang memiliki substrat dan kondisi lingkungan yang sama.
Tahap penyulaman berikutnya dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016.
Secara umum dibeberapa titik lokasi penanaman dalam kondisi bibit yang
kurang baik dengan persentase tingkat tumbuh tanaman dibawah < 90%, selain
itu tampak bibit tanaman yang layu mencapai ±20%, dan merupakan indikator
kematian bibit tanaman. Terindikasi secara keseluruhan bahwa hal tersebut
disebabkan oleh gagalnya pola adaptasi, kondisi bibit yang kurang baik dengan
suhu dilokasi penanaman yang sangat tinggi.
Untuk mengatasi hal ini, pada pekerjaan berikutnya agar pemilihan bibit
tanam diharapkan bisa mengatasi permasalahan terhadap kesulitan pada
pola adaptasi bibit mangrove, karena umur bibit yang masih muda maka pola
adaptasi terhadap lingkungannya akan lebih mudah. Selain itu, pemilihan bibit
dalam tahap penyulaman ini sebaiknya berasal dari lokasi yang dekat dengan
daerah penanaman sehingga akan didapatkan kelulushidupan yang tinggi.
BAB VII
Dalam pelaksanaan program kegiatan, tentu saja setiap aktivitas yang kami
lakukan dilapangan terdapat adanya berbagai hambatan dan tantangan. Hambatan
dan tantangan tersebut adalah hal yang tidak dapat kami hindari dan merupakan
hal yang penting bagi kami sebagai pembelajaran untuk memperbaiki strategi,
rencana maupun implementasi aktivitas dilapangan. Dimana pembelajaran yang
kami hadapi untuk aktivitas tersebut adalah :
BAB VIII
Hal yang menjadi bentuk rekomendasi dan menjadi usulan bersama untuk
pengembangan fungsi kawasan ekosistem mangrove dimasa depan setelah
dilakukannya program revegetasi ini adalah :
a) Perlu adanya pengembangan terhadap pengelolaan sumberdaya dalam
konteks perlindungan kawasan dan pemeliharaan ekosistem mangrove untuk
menjaga tingkat tumbuh tanaman sebagai upaya pelestarian lingkungan.
b) Perlu adanya peningkatan kapasitas kelompok dan aparat desa serta
masyarakat sekitar dalam upaya pemberdayaan sehingga hutan mangrove
tersebut tidak hanya sebagai pelindung pantai namun juga dapat
menghasilkan dengan konsep silvofishery yang diaplikasikan untuk
optimalisasi pertanian dan perikanan dalam upaya peningkatan ekonomi
masyarakat.
c) Perlu adanya studi lanjutan yang lebih komprehensif untuk keberlanjutan
program rehabilitasi mangrove terkait rencana pengembangan. Selain
aktivitas penanaman, aktivitas lainnya adalah dengan melakukan pembibitan
hingga dalam kondisi bibit yang siap panen sehingga dalam jangka
waktu tertentu, diharapkan masyarakat setempat bisa membentuk sebuah
kelompok dan melakukan aktivitas penyemaian dan pendistribusian bibit
bagi pihak lain.
d) Untuk aktivitas pemberdayaan masyarakat lokal, ke depannya masih
perlu melakukan monitoring pengawasan dalam pemeliharaan tanaman, baik
secara keorganisasian pengawasan ekosistem mangrove, pengelolaan lahan
secara terpadu dan hal lainnya yang mendukung upaya keterlibatan aktif
kelompok masyarakat yang berdampak pada perbaikan kualitas lingkungan
ekosistem dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan sekitarnya.
e) Masih diperlukan sebuah usaha lanjutan berupa pekerjaan Pemeliharaan,
Monitoring dan Penyulaman terhadap bibit-bibit mangrove yang telah
ditanam pada periode bulan November sampai Desember 2015, guna untuk
mendapatkan kelulushidupan bibit-bibit mangrove yang maksimal.
BAB IX
PENUTUP