Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan adalah vegetasi alami yang paling utama dan merupakan salah satu sumber
daya terpenting. Negara indonesia menjamin kemajuan dalam pengembangan dan
pemeliharaan kebudayaan daerah yang menjadi kekayaan nasioanl, dimana hutan sebagai
modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan dan penghidupan
bangsa indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi.
Lahan di indonesia terbagi menjadi dua status kategori, yaitu kawasan hutan negara
dan Area Penggunaan lainnya (APL). Kawasan hutan sendiri digunakan sebagai kawasan
konservasi, hutan lindung dan produksi, sedangkan lahan APL diperuntukkan pada pertanian
dan permukiman. Akibat laju deforestasi yang tinggi beberapa dekade, membuat pembagian
tersebut tidak sesuai dengan kebenaran data yang ada di lapangan.1 Dalam Rencana
Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, menyebutkan bahwa tutupan
hutan di Indonesia cenderung mengalami pengurangan setiap tahunnya. Laju deforestasi rata
- rata pada tahun 1990-2017 mencapai ± 1 hektar per tahun. Tutupan hutan yang terus
berkurang memicu pengurangan habitat spesies langka di bagian barat garis wallacea ( Pulau
Kalimantan, Jawa, dan Sumatra) dari 80,3 % di tahun 2000 menjadi 49,7 % di tahun 2045.
Kota Palangka Raya merupakan sebuah kota dan sekaligus ibu kota provinsi
Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 2.400 km2 yang memiliki berbagai jenis habitat,
seperti hutan gambut atau rawa gambut dan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman
hayati yang cukup banyak. Kegiatan alih fungsi kawasan yang terus berjalan cukup signifikan
seiring pembangunan kota yang terus berlangsung, dengan alih fungsi hutan menjadi
perkebunan dan kawasan permukiman penduduk. Pengelolaan secara alami hutan dan sumber
dayanya merupakan salah satu program wilayah Kota Palangka Raya yang terus di
tingkatkan.2
Dalam misinya mewujudkan Kota Palangka Raya sebagai pusat pelayanan jasa dan
wisata yang terencana, tertata dan berwawasan lingkungan yang tercantum pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palangka Raya tahun 2008-2028 menyebutkan
bahwa Sebagai ibukota provinsi, Kota Palangka Raya yang terletak di tengah – tengah
1
Jurnal : Konservasi di Luar Kawasan Konservasi (KEE)
2
Jurnal : Rencana konservasi bentang alam kota palangka raya provinsi kalimantan tengah
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki letak yang strategis sebagai pusat informasi dan
komunikasi bagi berbagai hal yang memiliki hubungan dengan kegiatan pemerintahan,
politik, ekonomi, dan sosial budaya termasuk juga pariwisata. Maka dari itu pembangunan
Kota Palangka Raya harus memberi ruang yang cukup bagi pengembangan dan pelayanan
berbagai macam bidang jasa yang tetap memperhatikan budaya lokal dan peduli terhadap
keadaan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.3
Pembangunan taman hutan raya (tahura) menjadi pilihan untuk dapat menopang
kegiatan – kegiatan tersebut, di mana taman hutan raya sendiri merupakan kawasan
pelestarian alami yang memiliki tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan
alami, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum sebagai tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, juga sebagai fasilitas yang menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, dimana Pemerintahan
Kota palangka Raya telah menetukan kawasan sebagai tempat taman hutan raya seluas 50 ha
yang terletak di Kelurahan Marang, Kecamatan Bukit Batu, di mana pembangunan kawasan
ini bertujuan untuk menjaga ekosistem alami dengan melalui kegiatan pembudidayaan
tanaman lokal khas Kalimantan Tengah dan juga menjaga habitat flora dan fauna langka.
( Media Center, 23 maret 2018). Pembangunan Taman Hutan Raya ini di harapkan dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat terhadap lingkungan sekitar melalui
pengembangan wisata berbasis alam dalam kawasan tersebut, di mana pemanfaatan sumber
daya hutan yang di pergunakan untuk pengembangan usaha kepariwisataan alam juga
berbanding lurus dengan paradigma pengelolaan sumber daya hutan guna mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan paradigma pengelolaan hutan lestari yang salah
satunya mensyaratkan adanya pengembangan wisata yang berbasis sumber daya hutan yang
dapat mengkonservasi hutan, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Di banyak negara, pariwisata memegang peranan penting dalam penetapan dan
perlindungan kawasan lindung, termasuk di dalamnya hutan (Hardiwinoto dalam Fandeli,
1995).

3
RPJP Kota palangka Raya tahun 2008 - 2028

Anda mungkin juga menyukai