Hutan adalah vegetasi alami yang paling utama dan merupakan salah satu sumber daya terpenting. Negara indonesia menjamin kemajuan dalam pengembangan dan pemeliharaan kebudayaan daerah yang menjadi kekayaan nasioanl, dimana hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan dan penghidupan bangsa indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi. Lahan di indonesia terbagi menjadi dua status kategori, yaitu kawasan hutan negara dan Area Penggunaan lainnya (APL). Kawasan hutan sendiri digunakan sebagai kawasan konservasi, hutan lindung dan produksi, sedangkan lahan APL diperuntukkan pada pertanian dan permukiman. Akibat laju deforestasi yang tinggi beberapa dekade, membuat pembagian tersebut tidak sesuai dengan kebenaran data yang ada di lapangan.1 Dalam Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, menyebutkan bahwa tutupan hutan di Indonesia cenderung mengalami pengurangan setiap tahunnya. Laju deforestasi rata - rata pada tahun 1990-2017 mencapai ± 1 hektar per tahun. Tutupan hutan yang terus berkurang memicu pengurangan habitat spesies langka di bagian barat garis wallacea ( Pulau Kalimantan, Jawa, dan Sumatra) dari 80,3 % di tahun 2000 menjadi 49,7 % di tahun 2045. Kota Palangka Raya merupakan sebuah kota dan sekaligus ibu kota provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 2.400 km2 yang memiliki berbagai jenis habitat, seperti hutan gambut atau rawa gambut dan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman hayati yang cukup banyak. Kegiatan alih fungsi kawasan yang terus berjalan cukup signifikan seiring pembangunan kota yang terus berlangsung, dengan alih fungsi hutan menjadi perkebunan dan kawasan permukiman penduduk. Pengelolaan secara alami hutan dan sumber dayanya merupakan salah satu program wilayah Kota Palangka Raya yang terus di tingkatkan.2 Dalam misinya mewujudkan Kota Palangka Raya sebagai pusat pelayanan jasa dan wisata yang terencana, tertata dan berwawasan lingkungan yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palangka Raya tahun 2008-2028 menyebutkan bahwa Sebagai ibukota provinsi, Kota Palangka Raya yang terletak di tengah – tengah 1 Jurnal : Konservasi di Luar Kawasan Konservasi (KEE) 2 Jurnal : Rencana konservasi bentang alam kota palangka raya provinsi kalimantan tengah Provinsi Kalimantan Tengah memiliki letak yang strategis sebagai pusat informasi dan komunikasi bagi berbagai hal yang memiliki hubungan dengan kegiatan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial budaya termasuk juga pariwisata. Maka dari itu pembangunan Kota Palangka Raya harus memberi ruang yang cukup bagi pengembangan dan pelayanan berbagai macam bidang jasa yang tetap memperhatikan budaya lokal dan peduli terhadap keadaan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.3 Pembangunan taman hutan raya (tahura) menjadi pilihan untuk dapat menopang kegiatan – kegiatan tersebut, di mana taman hutan raya sendiri merupakan kawasan pelestarian alami yang memiliki tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, dimana Pemerintahan Kota palangka Raya telah menetukan kawasan sebagai tempat taman hutan raya seluas 50 ha yang terletak di Kelurahan Marang, Kecamatan Bukit Batu, di mana pembangunan kawasan ini bertujuan untuk menjaga ekosistem alami dengan melalui kegiatan pembudidayaan tanaman lokal khas Kalimantan Tengah dan juga menjaga habitat flora dan fauna langka. ( Media Center, 23 maret 2018). Pembangunan Taman Hutan Raya ini di harapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat terhadap lingkungan sekitar melalui pengembangan wisata berbasis alam dalam kawasan tersebut, di mana pemanfaatan sumber daya hutan yang di pergunakan untuk pengembangan usaha kepariwisataan alam juga berbanding lurus dengan paradigma pengelolaan sumber daya hutan guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan paradigma pengelolaan hutan lestari yang salah satunya mensyaratkan adanya pengembangan wisata yang berbasis sumber daya hutan yang dapat mengkonservasi hutan, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Di banyak negara, pariwisata memegang peranan penting dalam penetapan dan perlindungan kawasan lindung, termasuk di dalamnya hutan (Hardiwinoto dalam Fandeli, 1995).