BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan yang ditetapkan pemerintah sebagai hutan. Jika pengertian
hutan ditinjau dari sudut pandang sumberdaya ekonomi terdapat sekaligus tiga
sumberdaya ekonomi (Wirakusumah, 2003), yaitu: lahan, vegetasi bersama semua
komponen hayatinya serta lingkungan itu sendiri sebagai sumberdaya ekonomi
yang pada akhir-akhir ini tidak dapat diabaikan. Sedangkan kehutanan diartikan
sebagai segala pengurusan yang berkaitan dengan hutan, mengandung
sumberdaya ekonomi yang beragam dan sangat luas pula dari kegiatan-kegiatan
yang bersifat biologis seperti rangkain proses silvikultur sampai dengan berbagai
kegiatan administrasi pengurusan hutan. Hal ini berarti kehutanan sendiri
merupakan sumberdaya yang mampu menciptakan sederetan jasa yang
bermanfaat bagi masyarakat.
Ekonomi SDH adalah suatu bidang penerapan alat-alat analisis ekonomi
terhadap persoalan produksi, permintaan, penawaran, biaya produksi, penentuan
harga termasuk dalam kajian ekonomi mikro dan masalah kesejahteraan
masyarakat (kesempatan kerja, pendapatan produk domestik dan pertumbuhan
ekonomi) yang termasuk dalam kajian ekonomi makro. Kajian ekonomi mikro
dalam ekonomi SDH untuk menjawab barang dan jasa hasil hutan apa yang
diproduksi sehingga dapat menguntungkan unit usaha (bisnis) sebagai pelaku
usaha, sedangkan kajian ekonomi makro akan menjawab bagaimana sumberdaya
hutan dimanfaatkan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat dalam pengertian
bahwa sumberdaaya hutan telah memberikan kontribusi bagi tersedianya lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberikan jasa perlindungan
lingkungan bagi semua masyarakat.
manusia, sehingga semakin sempit. Provinsi Sumatera Utara memiliki hutan yang
cukup luas. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2012) menerangkan
bahwa Berdasarkan fungsinya, luas Hutan Konservasi adalah 470.663,74 ha.
Satwa yang termasuk dalam upaya konservasi adalah jenis satwa liar yang
dilindungi berdasarkan kerawanan kepunahannya.
Kehidupan satwa liar di dunia ini semakin terdesak oleh kehidupan
manusia yang jumlahnya semakin meningkat. Selain itu menururt Alikodra (1990)
habitat satwa liar juga banyak yang diubah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, sehingga semakin sempit.
Salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan keberadaan satwa liar
adalah dengan menentapkan beberapa Kawasan Pelestarian dan Suaka Alam
sebagai tempat berlindung satwa liar. Kegiatan konservasi satwa liar diantaranya
adalah deng an program penangkaran. Selain daripada itu, kegiatan konservasi
dapat dipadukan dengan kegiatan perencanaan tata ruang yaitu dalam bentuk Tata
Ruang Hijau (RTH) kota.
Rumusan Masalah
1. Fungsi lingkungan pada area konservasi satwa liar
2. Peranan Sumberdaya Hutan dalam Pelayanan Jasa Lingkungan
3. Ekosistem suatu area dijadikan sebagai habitat satwa liar
3
BAB II
ISI
tidak boleh melakukan aktivitas atau pembangunan sarana prasarana yang dapat
mengubah bentang alam.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpun
1. Di masa depan peranan jasa lingkungan berupa perbaikan tata air,
pembersih udara, nilai estetika mempunyai peranan yang sangat besar
dalam keberlanjutan ekonomi jangka panjang.
2. satwa liar yang terdapat pada ruang terbuka hijau secara langsung yaitu
merupakan habitat liar alami atau buatan bagi satwa liar, sebagai wadah
tumbuh dan berkembang satwa dan tumbuhan, sebagai penyeimbang
ekosistem, dan fungsi rekreasi serta secara tidak langsung area ini dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mensosialisasikan nilai-nilai kesadaran
lingkungan
6
DAFATAR PUSTAKA
Rizki Munaza, Agus Purwoko dan Pindi Patana. 2015. ANALISIS SOSIAL
EKONOMI KONSERVASI SATWA LIAR PADA RUANG TERBUKA
HIJAU DI KOTA MEDAN. Universitas Sumatera Utara. Medan.