Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut,
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan, kawasan hutan lebih lanjut
dijabarkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 70/ Kpts-II / 2001 tentang
Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan, yaitu wilayah
tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam nasional memiliki arti dan peranan
penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan lingkungan hidup. Telah
diterima sebagai kesepakatan internasional bahwa hutan yang berfungsi penting bagi
kehidupan dunia, harus dibina dan dilindungi dari berbagai tindakan yang berakibat
rusaknya ekosistem dunia.
Dalam pola umum pembangunan jangka panjang kedua diletakkan pada bidang
ekonomi diantaranya dititikberatkan pada pembangunan ekonomi yang mengelola
kekayaan bumi Indonesia. Seperti kehutanan dan pertambangan harus senantiasa
memperhatikan bahwa pengelolaan sumberdaya alam, selain untuk memberi manfaat
masa kini, juga harus menjamin kehidupan masa depan.
Sumber Daya alam yang terbaharui harus dikelola sedemikian rupa sehingga
fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Oleh karena itu, sumber daya alam
harus dijaga agar kemampuannya untuk memperbaharui diri sendiri selalu terpelihara.
Sumber Daya alam yang tidak terbarukan harus digunakan sehemat mungkin dan
diusahakan hasilnya selama mungkin. Pembangunan kehutanan harus makin diarahkan
untuk meningkatkan pemanfaatan hutan bagi industri dalam negeri sehingga dapat
menghasilkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja yang sebesar-besarnya.
Hutan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah
dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Peranan hutan dalam rangka peningkatan
ekonomi masyarakat direalisasikan dalam bentuk seperti : Hutan Kemasyarakatan dan
Hutan Rakyat.
Eksploitasi terhadap SDA secara berlebihan tanpa perencanaan yang baik dengan
tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya, secara pasti telah membawah dampak
bencana dan malapetaka ekologis bagi kelestarian dan keseimbangan ekosistem dari
kehidupan manusia didunia ini. System hukum yang ada di Indonesia, bahwa SDA dan
hutan dikuasai oleh Negara cq pemerintah. Ruang partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan hutan, baik secara individu maupun kelompok, cenderung diabaikan, kalah
dengan kepentingan capital(modal) yang mendapat dukungan tegas dari pemerintah,
karena pemerintah mendapat tekanan kuat dari para pemodal Internasional (Investor).
Faktor yang terutama menjadi penyebab kerusakan sumberdaya alam adalah laju
pemanfaatan hutan sumber daya alam tersebut lebih besar daripada kapasitas
optimumnya, sementara usaha untuk mengkonservasi dan merehabilitasinya seringkali
justru diabaikan. Kapasitas sumberdaya alam termasuk sumberdaya hutan, telah tertentu
jumlahnya, sehingga dalam pengelolaannya harus diperhatikan tidak hanya laju
pemanfaatan hutan tersebut tetapi juga bagaimana mengkonservasi dan merehabilitasinya.
Eksploitasi lahan menyebabkan kerusakan hutan, Hutan alami di Indonesia sudah
berkurang sampai dengan 72 persen. dan sedang dalam proses perusakan seluas 4000
hektar per hari atau 1,46 juta hektar per tahun. Salah satu akibat penghancuran hutan
adalah bahwa mamalia dan spesies burung menurun secara drastis. Populasi orang utan
misalnya yang ada di Kalimantan dan Sumatera sudah berkurang sampai dengan 90
persen. Penebangan ilegal selama kurang dari 22 tahun telah merugikan Indonesia sekitar
US$ 2,8 milyar per tahun. Pada tahun 1997, kebakaran hutan di Kalimantan seluas
263.991 hektar telah mengakibatkan pengeluaran Rp. 20,812 triliun hanya untuk biaya
kesehatan, sedangkan dari sisi penghasilan, penduduk Sumatera dan Kalimantan
kehilangan sekitar Rp. 9,43 triliun per tahun.
Eksploitasi lahan juga menyebabkan pengalihan pemanfaatan lahan untuk
pembangunan. Pengalihan lahan terus berlanjut yang mengakibatkan berkurang atau
hilangnya lahan- lahan yang berfungsi menjadi penopang keseimbangan lingkungan.
Areal air tawar dari 11,5 juta hektar telah berkurang tinggal 5,1 juta hektar. Danau telah
berkurang sekitar 774.000 hektar menjadi 308.000 hektar. Sedangkan hutan bakau, pada
tahun 1960 masih ada sekitar 1334 hektar pada tahun 1997 tinggal 172 hektar saja.
Kawasan alam telah berkurang secara drastis di wilayah Jabotabek dengan tingkat
pengurangan sampai dengan 13.931 hektar per tahun. Pengalihan lahan tersebut telah
menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan hydro-orologis, berkurangnya air tanah,
erosi dan banjir.
Perubahan iklim terjadi karena adanya pengaruh dari pemanasan global yang terjadi
karena tingkat karbon dioksida atmosfer secara global meningkat. Perubahan iklim secara
biologis akan mempengaruhi semua kehidupan yang ada di bumi baik manusia, hewan,
mapun tumbuhan. Dalam kontek hama dan penyakit tumbuhan, maka perubahan iklim
juga akan mempengaruhi kejadian penyakit dan terjadinya serangan hama di pertanaman.
Karena perubahan iklim secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
hewan kecil seperti atropoda yang di dalamnya banyak terdapat serangga hama, musuh
alami, dan pengurai, serta mikroorganisma lain seperti cendawan, bakteri dan virus yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan.
Di tingkat regional, perubahan ekologi laut disebabkan oleh aktivitas fisika laut,
seperti perubahan proses oseanografi, pola hujan dan badai, dan aktivitas manusia di
laut terutama eksploitasi sumberdaya perikanan. Dampak perubahan pola oseanografi
terhadap ekosistem laut di Indonesia mungkin tidak seburuk dampak eksploitasi
sumberdaya perikanan.
Pemanasan global akibat efek rumah kaca mengakibatkan terjadinya ekspansi thermal
di laut terutama di lapisan permukaan (efek sterik) dan mencairnya glasier dan tudung es
(ice cap) serta lapisan es (ice sheet) di kutub, yang mengakibatkan meningkatnya volume
lautan serta menaikkan permukaannya. Pemanasan global juga mempengaruhi secara
otomatis pada kenaikan temperatur udara dan menyebabkan perubahan tekanan atmosfer
serta variabel iklim lainnya seperti angin dan curah hujan.
Antisipasi terhadap perubahan iklim pada sektor Kelautan dan Perikanan ini lebih
difokuskan untuk menyiapkan kegiatan-kegiatan adaptasi sebagai upaya untuk
mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan mencari peluang untuk memanfaatkan
dampak positif melalui berbagai upaya responsif dan terencana terhadap aspek-aspek
sosial budaya, ekonomi, potensi sumberdaya, dan lingkungan fisik.
Kondisi sosial sektor Kelautan dan Perikanan didominasi oleh masyarakat nelayan,
pembudidaya perikanan, dan masyarakat pesisir lainnya. Kepedulian masyarakat pada
pembangunan sektor ini ditandai dengan meningkatnya partisipasi dan kerjasama antara
pemerintah dan pemerintah daerah dengan berbagai pihak seperti masyarakat pesisir itu
sendiri, LSM, perguruan tinggi, dan media massa.
Permasalahan internal yang dihadapi pada umumnya berkisar pada belum optimalnya
pengelolaan dan pengembangan sektor Kelautan dan Perikanan seperti perikanan tangkap,
perikanan budidaya, pemanfaatan pulau-pulau kecil, konservasi laut, potensi kelautan
non-konvensional, serta lemahnya penegakan hukum seperti illegal fishing dan
sebagainya. Di lain pihak, sektor kelautan dan perikanan menghadapi masalah eksternal
terutama masih rendahnya kesadaran bangsa tentang strategisnya sumberdaya kelautan
bagi kemakmuran bangsa, yang ditandai antara lain dengan belum kondusifnya kebijakan
moneter, fiskal, dan investasi, tata ruang dan pengendalian pencemaran, kepastian hukum
dalam berusaha serta penegakan hukum.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan para pembaca terutama mengenai Instrumen Kebijakan untuk Pengelolaan
Sumberdaya (Hutan, Lahan, Perikanan). Terutama dalam pemanfaatan baik pada lahan
maupun hutan karena hutan sebagai bagian dari sumberdaya alam nasional memiliki arti
dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan lingkungan
hidup. Sehingga, harus dikelola sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat selalu
terpelihara sepanjang masa. Serta, memperhatikan permasalahan-permasalahan yang ada
pada pengelolaan dan pengembangan sektor Kelautan dan Perikanan seperti perikanan
tangkap, perikanan budidaya, pemanfaatan pulau-pulau kecil, konservasi laut, potensi
kelautan non-konvensional, serta lemahnya penegakan hukum seperti illegal fishing dan
sebagainya yang masih belum optimal. Dan kami juga mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.

Anda mungkin juga menyukai