Anda di halaman 1dari 6

Pengelolaan Dan Konservasi Sumber Daya Alam

A. Pengelolaan Sumber Daya Alam

Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) merupakan suatu hal yang sangat
penting dibicarakan dan dikaji dalam kerangka pelaksanaan pembangunan
nasional kita. Dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah sesungguhnya
kita dapat melaksanakan proses pembangunan bangsa ini secara berkelanjutan
tanpa harus dibayangi rasa cemas dan takut akan kekurangan modal bagi
pelaksanaan pembangunan tersebut. Pemanfaatan secara optimal kekayaan
sumber daya alam ini akan mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran
bagi seluruh bangsa Indonesia.
Namun demikian perlu kita sadari eksploitasi secara berlebihan tanpa
perencanaan yang baik bukannya mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan
namun malah sebaliknya akan membawa malapetaka yang tidak terhindarkan.
Akibat dari pengelolaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian lingkungan dapat kita lihat pada kondisi
lingkungan yang mengalami degradasi baik kualitas maupun kuantitasnya.
Hutan tropis yang kita banggakan setiap tahun luasnya berkurang sangat cepat,
demikian juga dengan jenis flora dan dan fauna di dalamnya sebagian besar
sudah terancam punah. Perairan yang sangat luas sudah tercemar sehingga
ekosistemnya terganggu. Demikian juga dengan dampak eksploitasi mineral
yang terkandung dalam perut bumi juga mulai merusak keseimbangan dan
kelestarian alam sebagai akibat proses penggalian, pengolahan dan pembuangan
limbah yang tidak dilakukan secara benar
Pengelolaan sumber daya alam selama ini tampaknya lebih mengutamakan
meraih keuntungan dari segi ekonomi sebesar-besarnya tanpa memperhatikan
aspek sosial dan kerusakan lingkungan. Pemegang otoritas pengelolaan sumber
daya alam berpusat pada negara yang dikuasai oleh pemerintah pusat, sedangkan
daerah tidak lebih sebagai penonton. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan
cenderung bersifat sektoral, sehingga kadangkala menjadi kebijakan yang
tumpang tindih. Sentralisasi kewenangan tersebut juga mengakibatkan pengabaian
perlindungan terhadap hak azasi manusia. Selama puluhan tahun praktek
pengelolaan sumber daya alam tersebut dilaksanakan telah membawa dampak
yang sangat besar bagi daerah.

Sumber daya alam yang seluruhnya berada di daerah tersebut, disamping


memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan nasional hendaknya juga
menciptakan pemerataan pembangunan di daerah. Pada kenyataan daerah lebih
banyak menjadi penanggung akibat daripada menikmati keuntungan. Bagian
terbesar dari hasil pengelolaan sumber daya alam dinikmati oleh kelompok
tertentu sedangkan daerah hanya menerima sebagian kecil tetesan keuntungan
tersebut.

Pengelolaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan AMDAL


menimbulkan berbagai dampak dan permasalahan di daerah. Lahan kritis,
bencana alam, limbah pengolahan SDA, kecemburuan sosial, dan masalah
perselisihan penguasaan lahan akhirnya menjadi beban pemerintah daerah untuk
diselesaikan. Padahal mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan
pengelolaan sumber daya alam tersebut pemerintah daerah jarang sekali
diikutsertakan.

B. Konservasi Sumber Daya Alam


Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Konservasi juga merupakan upaya yang dilakukan
manusia untuk melestarikan atau melindungi alam.

Konservasi sumber daya Alam di Indonesia mulai memperoleh perhatian pada


tahun 1970-an. Sejak saat itu konservasi sumber daya alam di Indonesia mulai
berkembang. Tujuan dilaksanakannya konservasi tersebut adalah untuk:

1. memelihara proses ekologi yang penting dan sistem penyangga kehidupan


2. menjamin keanekaragaman genetik
3. pelestarian pemanfaatan jenis dan ekosistem1

Berdasarkan konsep, cakupan, konservasi dapat dinyatakan bahwa konservasi


merupakan sebuah upaya untuk menjaga, melestarikan, dan menerima perubahan
dan/atau pembangunan. Perubahan yang dimaksud bukanlah perubahan yang
terjadi secara drastis dan serta merta, melainkan perubahan secara alami yang
terseleksi. Hal tersebut bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber
daya lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk memenuhi
kebutuhan arus modernitas dan kualitas hidup yang lebih baik.

Sejarah Konservasi Diindonesia

Selama periode 1974-1982, bidang konservasi alam di Indonesia


mengalami kemajuan yang pesat. Perhatian para peneliti sudah mulai timbul dan
tenaga-tenaga ahli Indonesia yang bekerja di bidang konservasi alam semakin
meningkat jumlahnya. Pada tahun 1982, di Bali diadakan Kongres Taman
Nasional Sedunia ke-3 yang menghasilkan Deklarasi Bali. Terpilihnya Bali
sebagai tempat kongres mempunyai dampak yang positif bagi pengelolaan
Hutan Suaka Alam dan Taman Nasional di Indonesia. Perkembangan kawasan
konservasi terus meningkat, hingga tahun 1986 luas kawasan perlindungan dan
pelestarian alam mencapai 18,7 juta hektar. Di samping itu, dilakukan pula
program perlindungan dan pelestarian terhadap satwa liar dan tumbuhan alam
yang keadaan populasi serta penyebarannya mengkhawatirkan ditinjau dari segi
kelestariannya. Pada tahun 1978 tercatat tidak kurang dari 104 jenis telah
dinyatakan sebagai satwa liar yang dilindungi. Sampai dengan tahun 1985,
keadaan berubah menjadi 95 jenis mamalia, 372 jenis burung, 28 jenis reptil, 6
jenis ikan dan 20 jenis serangga yang dilindung

Pada tahun 1983 dibentuk Departemen Kehutanan sehingga Direktorat


Perlindungan dan Pengawetan Alam statusnya diubah menjadi Direktorat Jenderal
1
Joko, Christianti (2014). "Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan" (PDF). Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) yang wawasan tugas dan
tanggung jawabnya semakin luas. Di samping itu, kegiatan koordinasi yang
menyangkut permasalahan lingkungan hidup, termasuk satwa liar, secara aktif
dilakukan oleh Kantor Menteri Negara dan Kependudukan Lingkungan
Hidup (KLH) misalnya Operasi Tata Liman pada tahun 1982, berhasil menggiring
+ 240 ekor gajah dari Lebong Hitam ke Padangsugihan (Sumatra Selatan). Di
Sumatra telah dilakukan beberapa studi tentang AMDAL satwa liar, misalnya
dampak eksploitasi minyak terhadap satwa liar di Suaka Margasatwa Danau Pulau
Besar dan Danau Bawah (Riau) dan studi AMDAL gajah untuk lingkungan PIR
(Perkebunan Inti Rakyat) Takseleri kelapa sawit di PT Perkebunan VI Kabupaten
Kampar (Riau). Beberapa studi AMDAL yang banyak membahas pelestarian dan
perlindungan satwa liar telah dilakukan 2 Pertumbuhan Kebun Binatang, Taman
Burung dan Taman Safari di Indonesia sangat membantu program perlindungan
dan pelestarian satwa liar. Oleh karena selain fungsinya sebagai tempat rekreasi
dan koleksi binatang, Taman Safari dan Taman Burung juga mempunyai peranan
dalam usaha melindungi dan melestarikan satwa liar.

Permasalahan Konservasi SDA

Permasalahan lingkungan hidup yang kini menjadi permasalahan dunia


tidak terlepas dari adanya pengelolaan terhadap lingkungan hidup yang tidak
terkontrol dengan baik. Dampak negatif yang muncul dalam pengelolaan
lingkungan hidup tidak terlepas dari hakekat pembangunan yang secara sadar
melakukan pemanfaatan sumber daya alam untuk dapat mencapai tujuan
pembangunan.

Permaslahan dibidang ekonomi

Kerusakan lingkungan bukan saja akan mengurangi kemampuan sumber


daya alam dan jasa lingkungan dalam menyuplai kebutuhan manusia, namun juga
memiliki konsekuensi yang cukup dalam di tengah penderitaan yang diderita oleh
masyarakat akibat kerusakan lingkungan, seperti kekeringan dan kekurangan
2
Global, Taman Nasional dan Praktek Lokal di Pulau Siberut, Sumatera Barat". Jurnal Ilmu
Kehutanan. 2011
pangan. Ada kecenderungan yang meningkat terhadap kerusakan alam yang
terjadi di wilayah lndonesia. Kecenderungan ini dalam beberapa hal dipicu oleh
semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi dengan terus meningkatnya
pertambahan penduduk. Dengan demikian bukan saja pada jumlah sumber daya
alam dan lingkungan yang semakin banyak dikomsumsi namun juga intensitas
yang semakin meningkat. Sifat sumber daya alam yang merupakan barang publik
kemudian menimbulkan eksternalitas yang berakibat pada over
consumtion dan over extraction terhadap sumber daya alam dan lingkungan.3

Permasalahan dibidang sosial

Ketidakpahaman masyarakat akan lingkungan dapat berakibat fatal bagi


kehidupan local maupun dunia. Masalah sosial yang sering ditemukan adalah
ketidakpedulan masyarakat terhadap permasalahan lingkungan tersebut

permaslahan dibidang politik

Gerakan konservasi SDA yang dilahirkan atas kepentingan sebuah warisan


keindahan dunia bagi generasi mendatang telah mendunia. Berbagai konferensi
internasional melingkupinya. Dewasa ini, konservasi kemudian dipahami berbeda
antara dunia utara dan dunia selatan. Pemaknaan konservasi di dunia utara lebih
mengutamakan warisan keindahan, yang kemudian menjadikan kawasan
konservasi steril dari manusia, menjadi sebuah petaka ketika gagasan dialirkan ke
wilayah selatan belahan dunia

Permaslahan dibidang kelembagaan

Persoalan kelembagaan dalam pemerintahan bersumber dari bentuk dari


kelembagaan itu sendiri (portofolio atau nonportofolio), keterbatasan mandat,
cakupan kewenangan, dan lemahnya koordinasi. Cara pandang bahwa aspek
lingkungan hidup merupakan urusan Komisi VIII DPR RI (Komisi yang
membidangi lingkungan), dan bukan merupakan urusan komisi-komisi lainnya
(misalnya yang menangani bidang kehutanan, perdagangan, dan industri) masih
3
Fauzi, Akhmad (2009). "Sinergi antara Pembangunan Ekonomi dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan" (PDF). Jurnal Ekonomi Lingkungan. 13 (2). Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2018-05-17. Diakses tanggal 2020-02-02
sangat kental. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila isu-isu tertentu
contohnya Lapindo yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup yang
membawa dampak pada lingkungan hidup, kesehatan dan kehidupan masyarakat
di Sidoarjo ditanggapi secara berbeda oleh komisi yang satu dengan yang lainnya

Anda mungkin juga menyukai