PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan
berbagai bencana alam yang datang silih berganti tiada henti. Peristiwa
terakhir yang kita saksikan adalah bencana banjir bandang yang terjadi di
Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, tsunami di
Mentawai, dan letusan Gunung Merapi. Di lain tempat tak jauh dari kita, bisa
kita lihat Jakarta yang kini berada dalam ancaman banjir yang bisa terjadi
setiap saat.
Beberapa peneliti pun bahkan telah memprediksi, jika tidak ada upaya
substansial yang dilakukan secara radikal, maka dalam kurun waktu yang tak
lama lagi sebagian besar wilayah Jakarta yang juga merupakan simbol dari
negara ini akan segera tenggelam. Melihat fenomena ini, sudah saatnya kita
tidak mencari kambing hitam ketika bencana alam atau lebih tepatnya
bencana ekologis terjadi. Karena jika kita menyadari, bencana-bencana
tersebut terjadi bukan saja karena fenomena alam, melainkan sedikit banyak
kita juga berkontribusi dalam mempercepat terjadinya bencana tersebut.
Sebagai negara yang dikaruniani kekayaan alam yang melimpah,
Indonesia memang membutuhkan hasil ekstraksi dari sumber daya daya alam
tersebut dalam membangun ekonominya. Secara teoritis, hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan telah lama menjadi
perdebatan yang cukup krusial.
1
Pertanyaan-pertanyaan
mengenai
mengenai
trade-off
antara
kesimpulan
studi
mereka
juga
menyebutkan,
konflik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konservasi, Deplisi, dan Persediaan
a. Konservasi
Konservasi adalah penggunaan SDA untuk kebaikan secara optimal
dalam jumlah yang terbanyak dan jangka waktu paling lama (gifford
Pinchot) atau suatu tindakan untuk mencegah pengurasan SDA dengan
cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang
SDA tetap tersedia. Dari cara pandang sosial-budaya, konservasi
dikonotasikan sebagai kewajiban moral yang menurutnya untuk
melindungi satu jenis atau beberapa sumber daya. Konservasi secara
umum seringkali diartikan sebagai tindakan perlindungan, pengawetan,
pemeliharaan dan pengumpulan barang-barang yang ada. Ada pula yang
mengartikan konservasi merupakan pemakaian sumber daya alam dengan
bijaksana dan mempertimbangkan unsur waktu.
Selanjutnya Wantrup (1986) menyatakan bahwa konservasi sumber
daya alam bukanlah memelihara persediaan secara permanen, tanpa
pengurangan dan perusakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa konservasi
adalah suatu tindakan untuk mencegah pengurasan sumber daya alam
dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga dalam jangka
panjang sumber daya alam tetap tersedia.
1. Langkah-Langkah Konservasi
unsur-unsur
teknologi
yang
sesuai
dalam
kegiatan
dalam
konservasi
disebabkan
karena
kegiatan
konservasi
akan
menyebabkan
kurangnya
manusia.
Ketidaktahuan
masyarakat
tersebut
akan
mau
melakukan
konservasi.
Pertimbangan-pertimbangan
dalam waktu
secepat
mungkin
untuk
b. Kelompok Miskin
Kelompok ini bertujuan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya.
Kelompok ini terpaksa mengurus sumberdaya alam karena
kemiskinannya tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan yang
sesungguhnya adalah tempat mereka sendiri sebagai tempat untuk
hidup.
Bagaimanapun
atau
pada
kelompok
manapun
penggunaan
1. Kelangkaan Persediaan
Dari definisi dan pemahaman diatas kita jadi terbuka bahwa
persediaan/cadangan itu terjadi karena adanya kekhawatiran akan
sebuah kejadian, yaitu kelangkaan. Kelangkaan adalah jumlah barang
atau sumberdaya yang diketahui dan bernilai ekonomis yang kurang
dari kebutuhan yang diharapkan, sehingga menjadi masalah yang
mesti dipecahkan.
Kelangkaan dapat diklasifikasikan menjadi kelangkaan absolut
(absolute scarcity) dan kelangkaan relative (relative scarcity)
(Suparmoko, 1997).
a. Kelangkaan Absolut (absolut scarcity)
Kelangkaan Absolut sering juga disebut malthusian scarcity
karena konsep kelangkaan absolut pertama kali diperkenalkan oleh
Robert Malthus. Kelangkaan absolut didefinisikan sebagai
fenomena kelangkaan sumber daya alam secara fisik Sistem
ekonomi sering tergantung pada satu sumber daya esensial yang
memiliki batas tertentu dalam ketersediaannya secara fisik. Jika
sumber daya alam ini habis maka akan menentukan batas-batas
fisik pada proses ekonomi baik prduksi maupun konsumsi. Periode
kelangkaan absolut ini mulai terjadi ketika permintaan (demand)
akan suatu sumber daya alam akan melebihi penawarannya
(supply), yang pada gilirannya kalau hal ini terus terjadi akan
11
bisa
dihitung
(computability),
Indikator
ini
(present value). Ini berarti dengan tingkat bunga yang positif penerimaan
bersih dimasa datang yang sama besarnya tetapi dengan interval waktu
yang berbeda, nilainya akan turun dengan semakin jauhnya jarak waktu
dari saat diambilnya suatu keputusan.
Suatu kenaikan dalam tingkat bunga akan berarti adanya suatu
penurunan yang progresif dalam nilai sekarang dari penerimaan bersih.
Progresivitas ini bersifat proporsional dengan jarak waktu, dan semakin
cepat dengan semakin jauhnya jarak waktu. Sebagai akibat dari kenaikan
tingkat bunga, seorang pengelola akan mencoba mengubah distribusi
waktu dari penerimaan bersih ke arah masa kini. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mendistribusikan biaya ke arah masa yang akan
datang. Jadi suatu kenaikan tingkat bunga cenderung merubah distribusi
tingkat penggunaan sumber daya alam ke arah masa sekarang dan ini
berarti suatu tindakan deplisi. Sebaliknya, suatu penurunan tingkat bunga
akan berakibat adanya tindakan konservasi yaitu distribusi penggunaan
sumber daya alam dengan arah masa yang akan datang.
Mengenai tingkat bunga yang dipakai oleh perencana individual
adalah tingkat bunga internal yang identik dengan tingkat bunga pasar
(market rate of interest) yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran akan uang. Untuk perencanaan dibawah pemerintah biasanya
digunakan bunga sosial (social rate of interest).
2. Masalah Ketidakpastian
14
kemungkinan
17
Dalam bagian ini akan kita lihat bagaimana akibat dari perubahan
harga dalam output (luaran) dan harga input (masukan) terhadap keputusan
untuk konservasi sumber daya alam.
Perubahan
harga
barang
baik
input
maupun
output
dapat
bahwa
perubahan
harga
akan
memperkuat
atau
kita
mempengaruhi
lihat
sekarang
keputusan
bagaimana
konservasi
sumber
perubahan
daya
alam
harga
dengan
harga
produk
diharapkan
akan
semakin
tinggi
dengan
adanya
konservasi.
Sebaliknya
bila
ada
harapan
harga
itu
menggantikan
tanaman
padi-padian
maka
bersifat
21
pada suatu saat tertentu. Oleh karena itu maka kebijakan subsidi harga
akan mendorong para pemakai sumber daya alam untuk menggeser tingkat
penggunaan ke masa dimana kebijakan itu lebih pasti adanya yaitu ke arah
sekarang, yang ini berarti deplitif sifatnya.
5. Hak Penguasaan (Property Right)
Kelembagaan mempengaruhi keputusan konservasi lewat beberapa
cara yaitu lewat pengaruhnya terhadap tingkat bunga, ketidakpastian, dan
harga. Dua faktor utama, tingkat bunga dan ketidakpastian sangat
dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sedangkan perubahan harga tidak.
Kekuatan-kekuatan ekonomi yang telah dibicarakan di atas sangat
dipengaruhi oleh kelembagaan sosial. Dalam uraian berikut akan dibahas
mengenai pengaruh dari kelembagaan sosial terhadap keputusan
konservasi perorangan.
Meskipun keputusan konservasi dipengaruhi oleh kelembagaan sosial
di berbagai bidang, namun kita hendaknya memusatkan perhatian pada
kelembagaan di bidang ekonomi diantara berbagai kelembagaan ekonomi,
hak penguasaan merupakan lembaga yang utama dalam mempengaruhi
keputusan untuk konservasi. Hal ini disebabkan hak penguasaan itu
menurun lebih lanjut lembaga-lembaga ekonomi yang lain seperti sistem
persewaan, kredit dan perpajakan.
Penguasaan merupakan ikatan atau kumpulan hak untuk mengawasi
dan menggunakan sumber daya alam oleh seseorang atau sekelompok
orang. Hak untuk mengawasi dan menggunakan ini dapat dipecah-pecah di
23
27
yaitu
dengan
pendapatan
yang
semakin
tinggi
karena
dampak
pasar
monopoli
terhadap
distribusi
tingkat
30
proses
produksi
sehingga
akan
mempengaruhi
keputusan
konservasi.
Ada empat macam akibat yang ditimbulkan oleh adanya ketidakstabilan
ekonomi:
1. Ketidakstabilan
perekonomian
meningkatkan
peluang
31
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat bunga
Tingkat bunga digunakan dalam perencanaan pengembangan sumberdaya
alam
untuk
membuat
penerimaan
bersih
dimasa
datang
dapat
macam
ketidakpastian
dengan macam-macam
Hak penguasaan yang jelas hanya berlaku bagi sumber daya yang sudah
dikuasai saja. Setiap pemakai sumber daya alam ini berusaha untuk
melindungi diri mereka terhadap yang lain dengan mengusahakan
pemilikan melalui penangkapan atau pengambilan secepat mungkin.
Penundaan dalam pemanfaatan atau penggunaan akan berarti adanya
ketidakpastian, karena orang lain mungkin sekali akan mengambilnya.
Apabila ketidakpastian ini sangat besar, maka bagi pengambil keputusan
perorangan akan cenderung untuk segera mengambil sumber daya alam
itu, yang ini berarti bersifat deplisi. Tetapi apabila hak penguasaan itu
jelas, maka tindakan deplisi terhadap sumber daya alam itu tidak ekonomis
lagi sifatnya. Sebagai akibatnya, maka setiap perorangan akan berusaha
menguasai dan mengambil sumber daya alam jenis itu, sehingga akan
terjadi pengambilan sumber daya secara boros. Karena ada sifat
pemborosan sumber daya alam ini, maka diperlukan campur tangan
pemerintah.
6. Persewaan
Persewaan mempengaruhi
keputusan konservasi
terutama
melalui
dalam hak sumber daya alam. Namun demikian adat dan kebiasaan sulit
untuk diterapkan di suatu daerah yang semula tidak memiliki adat dan
kebiasaan tersebut. Oleh karena itu agar dapat mengurangi ketidakpastian
berhubungan dengan sistem sewa menyewa yang telah terlalu pendek dan
tidak formal maka harus diusahakan adanya suatu kontrak sewa menyewa
yang lebih lama jangaka waktunya. Tetapi pada umumnya baik pemilik
maupun penyewa enggan untuk diikat terlalu lama karena ketidakpastian
ekonomi maupun karena kemungkinan timbulnya benturan-benturan
kepentingan diantara mereka. Kalau kita dapat menekan dua hal ini yaitu
ketidakpastian dan kemungkinkan benturan tadi berarti adanya kontrak
sewa jangka panjang kemungkinan diadakannya konservasi terhadap
sumber daya alam menjadi lebih dimungkinkan. Dengan kontrak sewa
jangka panjang kemungkinan diadakannya konservasi konservasi terhadap
sumber daya alam menjadi lebih tinggi. Dan sebaliknya kontrak sewa
jangka pendek akan mendorong timbulnya deplisi sumber daya alam oleh
penyewa.
7. Bentuk pasar
Dalam pasar yang bersifat persaingan sempurna tingkat penggunaan
sumber daya untuk masing-masing periode perencanaan yang berbeda
tidak mempunyai hubungan dalam penerimaan, sehingga ketergantungan
didalam penerimaan dapat diabaikan dalam kaitannya dengan keputusan
konservasi. Sedangkan tingkat penggunaan sumber daya dalam pasar
monopoli lebih sedikit daripada dalam pasar persaingan sempurna. Pasar
36
37
Dengan
kontrak
sewa
jangka
panjang
kemungkinan
negara.
Karena
ketidakstabilan
ekonomi
akan
38
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogakarta: Sekolah Tinggi
Ekonomi YKPN
Reksodiprodjo, Sukanto. 2000. Pengertian Produktivitas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Faustino
Cardos,
Gomes.
2002. Manajemen
Sumber
Daya
Alam.
39