Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEH KELOR DI CV.

DAPUR KELOR KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG

OLEH:

SATURNINUS J.E. SUNI


1804020003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUPANG

2022
SKRIPSI

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEH KELOR DI CV.

DAPUR KELOR KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG

OLEH:

SATURNINUS J.E. SUNI


1804020003

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian pada

Pendidikan Strata Satu Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUPANG

2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

JUDUL :MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU


TEH KELOR DI CV. DAPUR KELOR
KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG
NAMA : SATURNINUS JEROBEAM EVATA SUNI
NIM : 1804020003
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dra. S. S. P. Pudjiastuti, MM Yakobus C.W Siubelan, SP., M.Si

NIP. 19590420 198702 2 001 NIP.

Dekan Fakultas Pertanian Koordinator Program Studi

Agribisnis

Dr. Ir Muhammad S. M. Nur, M.Si Ir. Marten R. Pellokila, MP., Ph.D

NIP. 19650628 198803 1 001 NIP. 19650317 198903 1 002

MINAT : MANAJEMEN AGRIBISNIS

Menyetujui

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

iii
Skripsi ini dengan judul “Manajemen Persediaan Bahan Baku Teh

Kelor di CV. Dapur Kelor Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang ” atas

nama Saturninus J. E. Suni , NIM 1804020003 pada Program Studi Agribisnis,

minat Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana pada

24 November 2022.

Tim Penguji

1. Dra. Sondang S. P. Pudjiastuti, MM 1. ……………………………

NIP. 19590420 198702 2 001

2. Yacobus C. W. Siubelan., SP., M.Si 2. ………………………........

NIP.

3. Ir. Paulus Un, M. Si 3. ……………………………

NIP. 19621231 198803 1 013

MENGETAHUI

Dekan Fakultas Pertanian Koordinator Program Studi Agribisnis

Dr.Ir. Muhammad S.M. Nur, M.Si Ir. Marthen R. Pellokila, MP., Ph.D

NIP. 19650628 198803 1 001 NIP. 19650317 198903 1 002

DEKLARASI

iv
Dengan ini saya menyatakan bahwa: Skripsi dengan judul Manajemen

Persediaan Bahan Baku Teh Kelor Di CV Dapur Kelor Kecamatan Kelapa

Lima Kota Kupang ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

penulis sendiri dan belum pernah diajukan oleh siapapun untuk memperoleh gelar

apapun dan dimanapun. Referensi dan informasi yang digunakan dalam Skripsi

ini telah diacu sesuai syarat-syarat baku dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kupang, 24 November 2022


Penulis

Saturninus J. E. suni
NIM. 1804020003

MOTTO

v
“Kita boleh saja kecewa dengan apa yang telah terjadi, tetapi

jangan pernah kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik”

(-Bambang Pamungkas-)

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

 Tuhan Yang Maha Esa

 Orang tua tercinta Bapak Elias Suni dan Mama Antonina Kefi yang

dengan kasih tulus selalu mendoakan dan mendukung proses menuju

keberhasilan saya.

 Kakak Charlin Suni, Chelti Suni, dan adik Eldi Suni serta semua rumpun

keluarga yang telah mendukung dan mendoakan keberhasilan saya.

 Almamater tercinta, Faperta Undana Kupang

RIWAYAT HIDUP

vi
Nama lengkap penulis Saturninus J. E. Suni, dilahirkan

di Kefamenanu pada tanggal 11 Februari 2000

merupakan anak ke tiga dari enam bersaudara. Penulis

mengawali pendidikan formal pada tahun 2006 di SDK

Peboko dan selesai pada tahun 2012. Penulis kemudian

melanjutkan Pendidikan ke SMPK St. Xaverius Putra

dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

Pendidikan pada SMA Negeri Taekas dan selesai pada tahun 2018. Penulis

melanjutkan Pendidikan di Universitas Nusa Cendana, Fakultas Pertanian,

Program Studi Agribisnis melalui jalur SNMPTN.

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEH KELOR DI “CV.


DAPUR KELOR” KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG
Saturninus J.E. Suni), Sondang S. P. Pudjiastuti *) Yacobus C.W. Siubelan**)
Paulus Un***)

vii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen persediaan


bahan baku yang diterapkan di CV. Dapur Kelor, untuk menghitung biaya
pemesanan yang ekonomis setiap pemebelian daun kelor di CV. Dapur Kelor,
Untuk menghitung total biaya persediaan di CV. Dapur Kelor, Untuk menghitung
persediaan pengaman (Safety Stock) di CV. Dapur Kelor. Penelitian ini
menunjukan bahwa Dapur Kelor tidak melakukan perhitungan dalam pembeliaan
bahan baku teh kelor. CV. Dapur Kelor membeli bahan baku teh kelor sesuai
dengan stok bahan baku dari petani. Perhitungan persediaan bahan baku
menggunakan metode Economic Order Quantity ( EOQ ) meliputi biaya
pemesanan sekali pesan dan biaya penyimpanan persatuan, berdasarkan metode
EOQ pembeliaan bahan baku yang ekonomis persekali pesan adalah 36 Kg.
Sehingga pembeliaan bahan baku teh kelor menurut CV. Dapur Kelor lebih besar
dari metode EOQ
Kata Kunci: Persediaan, Bahan Baku, Ekonomi

ABSTRAK

This study aims to determine how raw material inventory management is applied
in “CV. Dapur Kelor”, to calculate the cost of ordering an economical every
purchase of Moringa leaves at CV. Kitchen Moringa, To calculate the total cost
of supplies in “CV. Dapur Kelor”, To calculate the safety stock (Safety Stock) in
“CV. Dapur Kelor”. This study shows that “CV. Dapur Kelor” does not perform
calculations in the purchase of raw materials for Moringa tea. CV. Dapur Kelor
buys raw materials for Moringa tea according to the stock of raw materials from
farmers. Calculation of raw material inventory using the Economic Order
Quantity (EOQ) method includes the cost of ordering one order and the cost of
storing unity, based on the EOQ method, the economical purchase of raw
materials per order is 36 Kg. so that the purchase of raw materials for Moringa
tea according to” CV. Dapur Kelor” is bigger than the EOQ method.
Keywords: Inventory, Raw Material, Economic
*) Penulis (Writer)
**) Pembibing Utama (Main Advisor)
***) Pembimbing Anggota (Member Advisor)

KATA PENGANTAR

viii
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga, saya dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul “Manajemen Persediaan Bahan Baku Teh Kelor Di

CV Dapur Kelor Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang”

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada fakultas pertanian universitas nusa cendana.

Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis mendapatkan dukungan motivasi

dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu penulis dengan rendah hati

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Sondang S.P. Pudjiastuti, MM selaku Dosen Pembimbing I dan

selaku dosen penasehat akademik, yang telah memberikan arahan,

bimbingan, saran serta dorongan yang sangat berarti bagi saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Yacobus C.W Siubelan., SP., M.Si selaku Dosen Pembimbing II,

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Ir Paulus Un, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan, dan saran dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi ini

4. Bapak Dr.Ir. Muhammad S.M. Nur, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Nusa Cendana

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Pertanian Universitas Nusa

Cendana yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama proses

perkuliahan hingga pada proses penyusunan skripsi ini.

ix
6. Kedua orang tua tercinta dan keluarga yang sudah memberikan dukungan,

motivasi, dan doa dalam penulisan skripsi ini.

7. Teman-teman tercinta Sintya, Yuni, April, Mega, Deni, Yono, Yape,

Risto, Sius, Dina, Delor, yang telah memberikan dukungan dan doa dalam

proses penulisan skripsi ini.

8. Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St. Arnoldus Janssen

Faperta Undana yang selalu memberikan doa dan semangat dalam proses

penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 program studi Agribisnis I

Yang telah memberika motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya

membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Kupang, Oktober 2022


Penulis

Saturninus J. E Suni
NIM. 1804020003

DAFTAR ISI

COVER Hal

x
LEMBAR PENGAJUAN SKRIPSI………………………………………..... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI........................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.................................................... iv

DEKLARASI...................................................................................................... v

MOTTO.............................................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP............................................................................................ vii

ABSTRAK..........................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL..............................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

1.4 .Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8

2.1. Rujukan Penelitian Terdahulu...................................................................... 8

2.2. Landasan Teori ............................................................................................ 10

2.2.1. Pengertian Persediaan ........................................................................... 10

2.2.2. Manajemen Persediaan .......................................................................... 12

xi
2.2.3. Persediaan Bahan Baku ......................................................................... 13

2.2.4. Jenis-jenis Persediaan ............................................................................ 14

2.2.5. Biaya-Biaya Dalam Persediaan.............................................................. 15

2.3. Metode Persediaan Bahan Baku................................................................... 16

2.3.1. Metode Material Requerement Planing (MRP)..................................... 16

2.3.2. Metode ABC.......................................................................................... 19

2.3.3. Metode Just In Time (JIT)....................................................................... 20

2.3.4. Metode Economic Order Quantity (EOQ).............................................. 21

BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 24

3.1 .Kerangka Berpikir ....................................................................................... 24

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................... 27

3.3. Alasan Penentuan Lokasi ............................................................................ 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 27

3.5. Pengamatan dan Konsep Pengukuran ......................................................... 29

3.6. Metode Analisis Data .................................................................................. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 32

4.1 Gambaran Umum.......................................................................................... 32

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................ 34

4.1.2 Struktur Organisasi.................................................................................. 37

4.2. Manajemen Persediaan Bahan Baku di CV. Dapur Kelor .......................... 38

4.2.1 Pemakaian Bahan Baku........................................................................... 40

4.2.2 Biaya-Biaya Persediaan........................................................................... 43

4.3. Jumlah Pembelian Bahan Baku Metode EOQ ............................................ 46

4.4. Total Biaya Persediaan ................................................................................ 48

xii
4.5. Persediaan Pengaman (Safety Stock)............................................................ 49

BAB V PENUTUP............................................................................................. 51

5.1 Kesimpulan................................................................................................... 51

5.2 Saran.............................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53

LAMPIRAN....................................................................................................... 57

DAFTAR TABEL

xiii
Tabel

4.1 Data Pembelian Bahan Baku Teh Kelor...................................................... 39

4.2 Pemesanan Bahan Baku............................................................................... 40

4.3 Biaya Penyimpanan.....................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

4.4 Perhitungan Metode EOQ............................................................................ 44

4.5 Frekuensi Pemesanan................................................................................... 45

4.6 Biaya Persediaan.......................................................................................... 46

4.7 Safety Stock.................................................................................................. 48

xiv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Hal

3.1 Skema Kerangka Berpikir....................................................................... 26

4.1 Struktur Organisasi Home Industry Dapur Kelor.................................... 34

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Pemakaian Bahan Baku................................................................................... 57

2. Biaya Pemesanan Bahan Baku......................................................................... 57

3. Biaya Penyimpanan......................................................................................... 58

4. Perhitungan EOQ............................................................................................. 58

5. Frekuensi Pemesanan....................................................................................... 58

6. Biaya Persediaan.............................................................................................. 59

7. Safety Stock...................................................................................................... 60

8. Dokumentasi Pengambilan Data...................................................................... 61

xvi
xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan kelor asli Indonesia sudah terkenal manfaatnya hingga ke

mancanegara. Banyak peneliti yang sudah menemukan manfaat daun kelor untuk

kesehatan tubuh. Tumbuhan kelor sudah dianggap sebagai tanaman ajaib yang

dapat digunakan sebagai obat herbal segala penyakit (Krisnadi, 2010). Di

Indonesia tanaman kelor sudah sangat dikenal karena banyak manfaat yang

terkandung di dalam tanaman tersebut. Mulai dari daun, hingga akar kelor dapat

dipergunakan dan memiliki manfaatnya masing-masing. Tanaman kelor memiliki

manfaat untuk obat-obatan, kecantikan, teh kelor, kopi kelor, cake, dan minuman

herbal.

Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis tanaman

tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman kelor

merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai

dari dataran rendah 0 sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Kelor

dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan

terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan

(Thomas, 2007).Kelor memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan serta

mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat. (Wasonowati, 2017).

Manfaat tanaman kelor tidak hanya terdapat pada daun kelor semata, namun

batang, biji, maupun akar juga memiliki manfaat masing-masing. Daun kelor

1
merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti

kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi,

diantaranya kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Misra &

Misra, 2014; Oluduro, 2012; Ramachandran et al., 1980)Menurut Utami (2013),

manfaat dari daun kelor yakni sebagai anti peradangan, hepatitis, memperlancar

buang air kecil, dan anti alergi. Daun kelor dikenal memiliki banyak manfaat yaitu

dapat digunakan dan dipercaya sebagai obat infeksi, anti bakteri, infeksi saluran

urin, luka eksternal, antihipersensitif, anti anemik, diabetes, colitis, diare, disentri,

dan rematik (Fahey, 2005).

Tumbuhan kelor dapat diolah menjadi berbagai macam olahan kelor. Mulai

dari akar hingga daun kelor dapat dimanfaatkan. Daun kelor bisa dimanfaatkan

sebagai teh kelor, kopi kelor dan juga tepung. Tepung daun kelor merupakan

suplemen makanan yang bergizi dan dapat ditambahkan sebagai campuran dalam

makanan. Daun kelor yang akan dijadikan tepung harus dicuci untuk

menghilangkan kotoran dan kuman (Doerr & Cameron 2005). Biji kelor

mengandung banyak alkaloid sebagai antioksidan yang dapat diekstrak sebagai

minyak nabati (Kholis dkk, 2010). Minyak dari biji kelor terdiri dari 82% asam

lemak tak jenuh, 70% asam oleat. Profil asam lemak ini sama dengan seperti

minyak zaitun kecuali untuk asam linoleate (Tsaknis dkk., 1998). Minyak kelor

merupakan pelembab yang efektif sehingga mencegah munculnya garis-garis

halus dan kerutan. Kelor sangat kaya akan antioksidan yang sangat efektif untuk

membersihkan kulit dari kotoran sehingga merupakan obat yang efektif untuk

jerawat (Krisnadi, 2013). Akar tanaman kelor merupakan akar tunggang. Akar

tanaman kelor dapat digunakan untuk obat-obat herbal. Kulit akar memiliki rasa

2
pedas dan berbau tajam, bagian dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus tapi

terang dan melintang (Sastroamidjojo, 2001).

Usaha Mikro merupakan usaha berskala kecil milik perorangan atau badan

usaha perorangan yang bersifat tradisional dan informal dan belum berbadan

hukum.Menurut Rudjito (2003) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

adalah usaha yang punya peranan penting dalam perekonomian Negara Indonesia,

baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta maupun dari sisi jumlah usahanya.

Usaha Mikro bertujuan untuk membantu perekonomian rumah tangga. Dimana

UMKM merupakan usaha yang menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat

mengurangi tingkat pengangguran penduduk diIndonesia. Dengan adanya

peningkatan UMKM akan membantu perekonomian masyarakat Indonesia

semakin membaik. Maka dari itu, keberadaan UMKM memiliki peran penting

dalam pembangunan ekonominasional.

Usaha Mikro dapat menjadi salah satu peran penting dalam meningkatkan

perokonomian rumah tangga atau meningkatkan pendapatan. Hal yang dapat

mempengaruhi usaha mikro berjalan lancar yakni kelancaran produksi. Proses

produksi bisa disebut lancar apabila proses produksi tersebut tidak memiliki

kendalapada saat memproduksi suatu barang, sehingga mampu menghasilkan

produk yang setara dengan kualitas dan kuantitas yang telah ditetapkan, dan hasil

pada proses produksi mampu diselesaikan dalam kurun waktu yang telah

ditentukan. Assauri (1999;18). Salah stau hal yang dibutuhkan dalam kelancaran

proses produksi adalah perhitungan biaya persediaan bahan baku, persediaan

ekonomis setiap pembelian bahan baku serta besar biaya persediaan safety stock.

Perhitungan tersebut dapat membantu Usaha Mikro dalam mengetahui persediaan

3
bahan baku optimal guna mendukung kelancaran proses produksi. Perusahaan

dapat mengendalikan persediaan bahan baku tersebut dengan menggunakan

metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ dapat digunakan dengan

mudah dan praktis untuk merencanakan berapa frekuensi pemesanan bahan baku

dalam periode tertentu dan berapa jumlah pemesanan persediaan yang lebih

ekonomis. EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan

biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal

(Riyanto.2011).

Manajemen persediaan merupakan salah satu fungsi manajerial yang sangat

penting dalam operasional suatu perusahaan. Selain merupakan investasi yang

membutuhkan modal besar, manajemen persediaan dapat mempengaruhi

pelayanan terhadap pelanggan dan fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi

keuangan. Manajemen persediaan merupakan salah satu unsur modal kerja.

Apabila manajemen produksi dapat menetapkan berapa jumlah bahan baku yang

dipesan dan kapan melakukan pesanan, maka informasi tersebut sangat berguna

bagi manajemen keuangan untuk menetapkan berapa jumlah dana yang perlu

disediakan untuk pembelian bahan baku dan kapan perlu disediakan dana tersebut.

Persediaan yang optimal menurut Slamet (2007:51) akan dapat dicapai apabila

mampu menyeimbangkan beberapa faktor mengenai kuantitas produk, daya tahan

produk, panjangnya periode produksi yang mempengaruhi jumlah produksi,

fasilitas penyimpanan dan biaya penyimpanan, kecukupan modal, kebutuhan

waktu distribusi, perlindungan mengenai kekurangan bahan baku dan kenaikan

harga, serta resiko yang ada dalam persediaan.

4
CV Dapur Kelor merupakan suatu usaha mikro yang bergerak di bidang

pengolahan Kelor di Nusa Tenggara Timur yang diketuai oleh Kiky Krisnadi dan

telah berdiri sejak bulan November 2018 beralamat Jalan RSS Oesapa Blok Q No.

17 Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Nusa Tenggara

Timur. Usaha Mikro Dapur Kelor bekerja sama atau bermitra dengan petani untuk

menyuplai serbuk daun kelor kering organik pilihan terbaik dan diolah menjadi

berbagai macam produk kelor yang dimana hasil olahan kelor tersebut langsung

dipasarkan ke konsumen. Sebagai perusahaan berbasis kelor pertama di Indonesia

bagian Timur, Dapur Kelor saat ini sudah memiliki beberapa jenis produk. Salah

satu produk yang diproduksi Dapur Kelor adalah Teh Kelor. Usaha ini sebagian

besar dikelola atau dikerjakan oleh anggota keluarga dengan tujuan untuk

membantu proses pengolahan seefisien mungkin dengan meningkatan produksi

dan pendapatan rumah tangga.

Bahan baku utama yang digunakan Industri Dapur Kelor dalam pembuatan

Teh Kelor adalah serbuk daun kelor kering yang pada proses produksinya selalu

dibutuhkan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan di CV. Dapur Kelor

bahwa pada saat ini terjadi permasalahan bahan baku di industrinya dikarenakan

saat ini CV. Dapur Kelor bekerja sama dengan Korem dan seluruh Kodim di

daerah NTT untuk menjadi pemasok bahan baku sehingga tidak hanya petani

binaan Dapur Kelor yang menjadi pemasok bahan baku yang berupa serbuk daun

kelor kering. Hal tersebut yang membuat CV. Dapur Kelor mengalami

penumpukan bahan baku dan kerusakan karena banyaknya pemasok bahan baku

dan tidak adanya perhitungan terkait persediaan bahan baku sehingga mengalami

kendala dalam kelancaran produksi teh kelor. Selain mengalami kendala dalam

5
kelancaran produksi Dapur Kelor juga perlu melakukan perhitungan terkait biaya

pemesanan yang ekonomis sehingga tidak mengalami pemborosan biaya dan

dapat menentukan total biaya persediaan dan juga persediaan pengaman yang baik

untuk mencegah terjadinya kerusakan dan penumpukan bahan baku. Oleh karena

itu perlu dilakukan perhitungan persediaan bahan baku agar tidak menghambat

proses kelancaran produksi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen persediaan bahan baku teh kelor yang diterapkan di

CV. Dapur Kelor?

2. Berapa besar pemesanan yang ekonomis setiap pembelian daun kelor di CV.

Dapur Kelor?

3. Berapa besar total biaya persediaan di CV. Dapur Kelor?

4. Berapa besar persediaan pengaman (Safety Stock) di CV. Dapur Kelor?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui manajemen persediaan bahan baku teh kelor yang

diterapkan di CV. Dapur Kelor.

6
2. Untuk menghitung biaya pemesanan yang ekonomis setiap pemebelian daun

kelor di CV. Dapur Kelor

3. Untuk menghitung persediaan di CV. Dapur Kelor total biaya

4. Untuk menghitung persediaan pengaman (Safety Stock) di CV. Dapur Kelor

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. CV. Dapur Kelor

Penelitian ini dapat membantu CV. Dapur Kelor sebagai acuan dalam

melakukan perhitungan manajemen persediaan bahan baku, pembelian

bahan baku yang ekonomis, perhitungan biaya persediaan dan penentuan

persediaan pengaman (Safety Stock) .

2. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan juga dapat bermanfaat

untuk mempraktekan teori yang di dapat selama perkuliahan lewat mata

kuliah Manajemen Keuangan.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan

tentang manajemen persediaan bahan baku dengan melakukan perhitungan

menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) sehingga ilmu yang

didapat akan berguna untuk kedepannya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rujukan Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Asmini F. Khairuddin, dkk (2021) dengan judul ”Analisis

Manajemen Persediaan Pala di CV. Maenusu Spice Kota Ambon”.Metode analisis

data yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan analisis Economical Order

Quantity (EOQ). Alat analisis yang di gunakan adalah perhitungan Total

Inventory Cost(TIC) dan EOQ.Dengan periode satu tahun total penerimaan bahan

baku perusahaan sebesar 140.400 kg (45 kali) , besar biaya pemesanan Rp.

51.678.125, dan besar biaya penyimpanan selama di gudang Rp. 29.482.383, dan

TIC= Rp. 51. 385,707. Jika menggunakan metode EOQ, total biaya persediaan

yang dikeluarkan sebesar Rp. 8. 228.930, 7 per tahun. Dari hasil yang ditunjukan

bahwa perusahaan dapat menghemat biaya sebesar R43.776.776,3 bila

mengunakan metode EOQ. Dalam penelitian ini seluruh jumlah pemesanan bahan

baku mengalami penurunan. Oleh sebab itu, penggunaan metode EOQ pada CV.

Maenusu Spice merupakan Opportunity Cost bagi perusahaan karena kebijakan

persediaan bahan baku yang dijalankan perusahaan selama ini mengorbankan

penghematan biaya bila tidak menggunakan metode EOQ. Namun, perusahaan

ini, belum bisa menerapkan metode EOQ karena kondisi ketersediaan bahan baku

yang tidak mencukupi jumlah pembelian yang optimal.

Penelitian oleh Karin Nafia Pramesti, dkk (2020) dengan judul “Analisis

Manajemen Persediaan Bahan Baku Rockwool Pada Usaha Hidroponik”.Desain

penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif, analisis data

8
yang digunakan adalah analisis biaya produksi, analisis usahatani (TC, TR,

RCR), analisis persediaan bahan baku menurut kebijakan perusahaan dan analisis

metode EOQ. Hasil dari penelitan ini biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp

178.411.400. hasil penjualan yang diterima sebesar Rp 485.513.150 dan

keuntungan setelah dikenai pajak sebesar Rp 230.326.312,50. RCR yang

diperoleh adalah RCR>1, maka usahatani ini menguntungkan. Pembeliaan bahan

baku menurut kebijakan perusahaan, selama periode November 2018-Oktober

2019 sebanyak 5 bal dengan frekuensi pemesanan 24 kali namun menurut

perhitungan metode EOQ jumlah optimal sebanyak 90 bal dengan frekuensi

pemesana sebanyak 2 kali. Total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan

Nabila Farm sebesar 8.040.000 sedangkan perhitungan menurut metode EOQ

lebih kecil sebesar Rp 889,946,11. Hal ini menunjukan bahwa dengan metode

EOQ dapat menekan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk persediaan bahan

baku.

Penelitian oleh Ramadani Safitri, dkk (2014) dengan judul “Analisi

Manajemen Persediaan Bahan Baku Tortila Rumput Laut Di Industri Risqa Mulia

Di Desa Olaya Kabupaten Parigi Muotung”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah pembeliaan ekonomis bahan baku rumput laut, total biaya

persediaan ekonomis bahan baku rumput laut, pemesanan kembali bahan baku

rumput laut pada industry Risqia Mulia di Desa Olaya Kabupaten Parigi Motong.

Metode analisis yang digunakan yaitu EOQ, total biaya persediaan (Total

Inventory Cost), persediaan pengaman (Safety Stock), pemesanan kembali

(Reorder Point). Hasil dari penelitian ini jumlah pembelian ekonomis bahan baku

rumput laut dengan menggunakan analisis persediaan bahan baku pada Industry

9
Risqa Mulia untuk bulan Mei-Agustus 2014, masing-masing sebesar 10,75 kg,

8,63 kg, 8 kg, 5,88 kg. Total biaya persediaan ekonomis yang di keluarkan oleh

Industri Risqa Mulia pada Bulan Mei Rp 142.291, Juni Rp 141,681, Juli Rp

140,452, Agustus Rp 140,840. Persediaan pengaman (safety stock) yang harus

selalu tersedia di gudang pada Industri Risqa Mulia sebesar 0,5kg. Titik

pemesanan kembali yang harus dilakukan Industri Risqa Mulia pada Bulan Mei

0,89 kg, Juni 0,83 kg, Juli 0,79 kg, dan Agustus 0,71 kg.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan menurut (Zulfikarijah, 2005) adalah sumberdaya yang disimpan

sekarang serta yang akan datang yang bisa digunakan untuk memuaskan

kebutuhan.Persediaan menurut (Shore, 1973) ialah sebagai sumberdaya

menganggur yang memiliki nilai potensial serta memasukkan perlengkapan dan

tenaga kerja yang menganggur menjadi persediaan.. Persediaan berdasarkan

(Rangkuti, 2004) ialah aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan

dengan tujuan untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu. Persediaan adalah

salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, dan mewakili sebanyak 50% dari

keseluruhan modal yang diivestasikan (Heizer & Render, 2014:512)

Menurut Prawirosentono (2001:61), persediaan adalah aktiva lancar yang

terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku /

raw material, bahan setengah jadi /work in process dan barang jadi / finished

goods). Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan dalam

10
proses produksi yang ada dalam perusahaan untuk kelancaran proses produksi

yang disediakan agar memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap

waktu.

Fungsi persediaan adalah hal yang sangat penting dalam perusahaan.

Fungsi-fungsi persediaan yang optimal merupakan salah satu faktor yang

mendukung tercapainya efisiensi produksi suatu perusahaan. Fungsi-fungsi

persediaan dari (Rangkuti, 2004) terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Fungsi Decoupling

Merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan bisa memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung supplier. Persediaan digunakan

untuk menghadapi ketidakpastian permintaan konsumen yang tidak dapat

diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.

b. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau

potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan

sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam

kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya

persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya).

c. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu,

yaitu permintaan musiman. Berdasarkan hal ini perusahaan dapat

mengadakan persediaan musiman (seasional investories)

11
2.2.2. Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu

perusahaan dalam mengatur serta mengelola setiap kebutuhan barang baik barang

mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi agar selalu tersedia baik dalam

kondisi pasar yang stabil serta berfluktuasi. Persediaan diartikan sebagai barang-

barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang

akan datang (Ristono, 2013:1). Lukas Setia Atmaja menyatakan manajemen

persediaan memfokuskan diri pada dua pertanyaan yaitu yang pertama berapa unit

persediaan yang wajib dipesan pada suatu waktu, yang kedua kapan persediaan

wajib dipesan.

Manajemen persediaan merupakan sistem-sistem untuk mengelola

persediaan. Bagaimana barang-barang persediaan dapat diklasifikasikan dan

seberapa akurat catatan persediaan dapat dijaga. Kemudian, kita akan mengamati

kontrol persediaan dalam sektor pelayanan. Tujuan manajemen persediaan adalah

menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan

pelanggan. Anda tidak akan pernah mencapai sebuah strategi berbiaya rendah

tanpa manajemen persediaan yang baik (Heizer & Render, 2014:512).

Jadi manajemen persediaan adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

mengelola persediaan atau sistem pengelola persediaanagar dapat digunakan atau

dijual pada waktu sekarang dan akan datang.

12
2.2.3. Persediaan Bahan Baku

Bahan baku (Siswanto, 1985) merupakan salah satu unsur atau bagian yang

berasal dari sumber-sumber yaitu modal, tenaga kerja dan lain-lain. Kebutuhan

bahan baku adalah bagian dari sistem pengendalian produksi. Bahan baku

menurut Indrajit & Djokopranoto, 2003 ialah bahan mentah yang belum diolah,

yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

bersangkutan. Persediaan bahan baku menurut Zulfikarijah, 2005 adalah

persediaan barang yang akan digunakan dalam proses transformasi, misalnya

benang pada perusahaan kain, kelor pada perusahaan teh kelor dan lain-lain.

Persediaan bahan baku adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh

perusahaan. Persediaan bahan baku harus diperhitungkan terlebih dahulu, jika

tidak diperhitungkan maka akan terjadi ketidakstabilan dan perusahaan akan

mengalami hal yang tidak memuaskan. Pengaruh persediaan bahan baku terletak

pada faktor-faktor persediaan yang saling berkaitan. Faktor-faktor persediaan

yang dimaksud, antara lain asumsi pemakaian, harga bahan, biaya-biaya

persediaan, kebijakan pembelanjaan, pemakaian nyata atau langsung, dan waktu

tunggu untuk melakukan pemesanan balik (reorder). Dengan diketahuinya

perkiraan pemakaian bahan dan pemakaian sebenarnya akan dapat dianalisa

jumlah persediaan yang paling tepat serta menentukan waktu yang tepat untuk

menentukan pemesanan kembali (Ahyari, 1977).

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan bahan baku

adalah suatu unsur atau bagian yang harus diperhatikan oleh perusahaan dimana

bahan baku merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi produk utama

13
perusahaan dan persediaan bahan baku sangat dibutuhkan agar dapat digunakan

untuk kelancaran proses produksi.

2.2.4. Jenis-Jenis Persediaan

Heizer & Render (2001:82), persediaan pada suatu perusahaan biasanya

terdiri dari empat jenis yaitu:

1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material Inventory)

Persediaan bahan mentah merupakan suatubahan yang sudah dibeli, tetapi

belum diproses. Pendekatan yang biasanya diterapkan adalah dengan

menghapus variasi pemasok yang termasuk dalam mutu, jumlah atau waktu

pengiriman sehingga tidak perlu pemisahan.

2. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process Inventory)

Merupakan suatu bagian atau bahan mentah yang telah melewati beberapa

proses perubahan, tetapi belum selesai.

3. Persediaan MRO (Maintenance, Repairing, Operating Iventory)

Merupakan persediaan yang disiapkan untuk perlengkapan pemeliharaan,

perbaikan, dan operasi. Persediaan ini ada jika adanya kebutuhan untuk

pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan yang tidak diketahui

sehingga persediaan ini merupakan fungsi jadwal pemeliharaan dan

perbaikan.

14
2.2.5. Biaya-Biaya dalam Persediaan

Menurut Rangkuti, 2004 dalam pengambilankeputusan untuk menentukan

besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya berikut iniyang harus dipertimbangkan:

1. Biaya Penyimpanan (holding costs atau carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi

secaralangsung dengan kuantitas persediaan. Biaya yang termasuk dalam

biaya penyimpanan adalah biaya fasilitas penyimpanan (penerangan,

penyimpanan barang (mesin), dan sebagainya), biaya modal (opportunity

cost of capital) yakni biaya yang diinvestasikan dalam persediaan, biaya

kerusakan, biaya perhitungan fisik, biaya asuransi persediaan, biaya pajak

persediaan, biaya penanganan persediaan dan sebagainya dan sebagainya

(Rangkuti, 2004).

2. Biaya Pemesanan (ordering costs atau procurement costs).

Biaya pemesanan merupakan biaya yang muncul karena pengadaan barang

yang berasal dari pemasok (supplier). Biaya pemesanan terdiri dari biaya

proses pesanan, biaya ongkos kirim atau ekspedisi, biaya telpon, upah

pengangkutan, pengeluaran suarat menyurat, biaya pengepakan dan

penimbangan, biaya pemeriksaan penerimaan, biaya pengiriman kegudang,

biaya utang lancar dan sebagainya (Rangkuti, 2004).

3. Biaya Persiapan (manufacturing) atau set-up cost

Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses penyimpanan

bahan baku yang akan digunakan dalam produksi. Biaya persiapan terdiri

dari biaya mesin yang menganggur, biaya tenaga kerja langsung, biaya

penjadwalan, biaya ongkos kirim atau ekspedisi dan sebagainya. Seperti

15
biaya pemesanan, perhitungan biaya penyiapan total per periode adalah

dengan cara kalikan biaya penyiapan dengan jumlah penyiapan per periode

(Rangkuti, 2004).

4. Biaya Kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)

Biaya kehabisan atau kekurangan bahan ialah biaya yang timbul akibat

persedian yang tidak mencukupi saat permintaan bahan meningkat. Biaya

biaya yang termasuk yakni, kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan,

biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggu operasi,

tambahan pengeluaran kegiatan dan sebagainya. Biaya kekurangan bahan

sulit untuk diukur dalam praktik, karena kenyataannya sulit diperkirakan

secara objektif (Rangkuti, 2004).

Dari pernyataan diatas, maka EOQ bertujuan untuk meminimalisir total

biaya persediaan per periode, sehingga biaya dalam persediaan dapat dijabarkan

menjadi dua yaitu biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimalnya biaya

persediaan dapat dilihat dari persamaan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Biaya tersebut merupakan biaya yang konstan, jadi jika biaya penyimpanan dan

biaya pemesanan diminimalkan maka kita juga akan meminimalkan biaya total.

2.3. Metode Persediaan Bahan Baku

2.3.1. Metode Material Requerement Planing (MRP)

MRP adalah suatu metode yang dapat menentukan bagaimana cara yang

tepat dalam menentukanapa, kapan, dan berapa jumlah komponen yang

16
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan produksi sehingga barang

yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang ditetapkan.

Tujuan MRP menurut Herjanto, 1999:

a. Meminimalkan persediaan

MRP dapat menentukan berapa dan kapan suatu komponen diperlukan

sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP),

b. Mengurangi resiko karna keterlambatan produksi atau pengiriman.

MRP dapat menentukan banyaknya komponen dan bahan yang diperlukan

baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang

produksi dan pengadaan komponen.

c. Komitmen yang realistis.

MRP dapat menentukan jadwal produksi sesuai dengan yang diharapkan

sehingga dapat terpenuhi sesuai dengan rencana dan komitmen terhadap

pengiriman barang lebih realistis.

d. Meningkatkan Efisiensi

MRP dapat mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan,

waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik

sesuai dengan jadwal induk produksi.

Sistem material requirement planning (MRP):

Komponen dasar MRP terdiri atas JIP, daftar material dan catatan

persediaan yang dapat digambarkan dalam suatu sistem. MRP

membutuhkan masukan yang setelah melalui proses akan diperoleh

informasi yang di inginkan sebagai keluaran. Masukan-masukan tersebut

(Herjanto, 1999):

17
a. Jadwal Induk Produk (JIP)

Jadwal yang menunjukan jumlah produk yang akan di buat dalam waktu

tertentu untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam merencanakan

produksi dan keuangan.

b. Catatan Status Persediaan (Inventory Record)

Inventory record terdiri atas catatan atau data-data setiap jenis barang

persediaan yang nantinya persediaan tersebut akan dibutuhkan untuk

menentukan jumlah kapasitas persediaan yang bersih. Selain itu juga

inventory record terdiri dari faktor-faktor perencanaan yang akan

menentukan waktu untuk melakukan perencanaan pemesanan.

c. Daftar Material/ Struktur Produk (Bill Of Material)

Struktur produk merupakan suatu daftar barang atau material yang

diperlukan dalam pembuatan produk akhir dan menunjukan berapa

banyak setiap komponen dari produk yang akan diperlukan dan akan

merinci semua komponen produk misalnya nama, nomor dan sumber

bahan.

Informasi yang dilengkapi setiap komponen, seperti berikut:

a. Jenis komponen

b. Jumlah yang di butuhkan

c. Tingkat penyusunannya

18
2.3.2. Metode ABC

Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory

management) untuk mengendalikan sejumlah barang yang mempunyai nilai

investasi yang tinggi. Menurut Gasper (2005) klasifikasi ABC merupakan

klasifikasi dari suatu kelompok material yang sifatnya menurun berdasarkan biaya

penggunaan material itu per periode waktu yaitu harga per unit material dikalikan

volume penggunaan dari material itu selama periode tertentu. Periode waktu yang

biasanyadigunakan dalam metode analisis ABC adalah satu tahun. Analisis ABC

dapat diterapkan menggunakan kriteria lain, tidak hanya berdasarkan kriteria

biaya, namun tergantung pada faktor-faktor yang menentukan kepentingan suatu

material.

Menurut Schroeder (2010), analisis ABC membagi persediaan menjadi tiga

kelas berdasarkan besarnya nilai (value) yang dihasilkan oleh persediaan

tersebut.Analisis ABC dapat membantu manajemen perusahaan menentukan

pengendalian yang tepat untuk masing-masing klasifikasi barang dan jugadapat

menentukan barang mana yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi

dan mengurangi biaya pengeluaran. Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC

dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi

hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas;

biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat

nilaitertinggi hingga terendah. Oleh karena itu, analisis ini dinamakan analisis

ABC.

19
2.3.3. Metode Just In Time (JIT)

Menurut Brisley (2000) JIT adalah filosofi yang berfokus padaaktivitas

pekerjaan yang dibutuhkan atau yang diminta pada saat itu juga. Hansen &

Mowen (2001) menjelaskan bahwa JITadalah suatu pendekatan manufaktur yang

mempertahankan bahwa produk-produkharus ditarik dari seluruh sistem dengan

adanya permintaan, dan bukannya mendorongseluruh sistem dengan rancangan

yang tetap untuk mengantisipasi permintaan (a pullsystem).

Patrick Brisley (2000), mengemukakan bahwa ada empat aspek penting

dalam JIT:

1. Penghapusan semua kegiatan yang tidak menambah nilai produk atau jasa.

2. Diperlukan suatu komitmen untuk tingkat kualitas yang lebih tinggi.

3. Diperlukan suatu komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam efisiensi

kegiatan.

4. Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan pengidentifikasian

terhadap aktivitas yang tidak menambah nilai.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa JIT adalah persediaan

yang meminimalisir kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai dengan kata

lain metode JIT adalah metode yang dimulai dari nol atau mendekati nol, artinya

JIT tidak memiliki persediaan bahan baku dan perusahaan sebisa mungkin tidak

menanggung biaya penyimpanan. Bahan baku akan tepat datang pada saat

dibutuhkan atau dipesan. Hal ini tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang

setia dan profesional. Dengan begitu akan terjadi efisiensi biaya persediaan bahan

baku.

20
Menurut Hidayanto (2007), tujuan umum dari JIT yakni menghilangkan

pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas, sehingga

penggunaan istilah JIT seringkali disebut dengan “zero inventories”. JIT pada

dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak

memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan.

2.3.4. Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis EOQ adalah analisis yang dapat digunakan untuk menghitung dan

menentukan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis setiap kali

melakukan pembelian (Gitosudarmo, 2002).Economic Order Quantity (EOQ)

menurut William K. Carter yakni jumlah pemesanan bahan mentah yang

dapatmeminimalisir biaya persediaan per periode pada satu kali pemesanan atau

besarnya pesanan yang dipesan harusnya menghasilkan biaya-biaya yang muncul

dalam penyediaan yang minimum.

1. Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ)

EOQ adalah contoh dari sistem persediaan yang didorong (push

inventory system) yaituperolehan persediaan diawali dengan antisipasi

permintaan pada waktu yang mendatang, bukan reaksi terhadap permintaan

saat ini (Zamit, 1993).

Rumus Economic Order Quantity (EOQ) :

EOQ=

21
Keterangan:

EOQ = Jumlah pemesanan bahan baku yang optimum

D = Jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)

S = Biaya pemesanan (rupiah/order)

H = Biaya penyimpanan (rupiah/unit)

2. Perhitungan biaya persediaan(Inventory Cost)

Biaya persediaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau

mendapatkan bahan dan barang yang dipesan. Sifat dari biaya persediaan

yakni semakin besar jumlah pembelian, maka semakin besar juga biaya

persediaan.

Rumus total biaya persediaan / Total Inventory Cost (TIC):

D EOQ
TIC = S+ H
EOQ 2

Keterangan:

TIC =Total Inventory Cost (Total biaya persediaan)

EOQ = Pemesanan ekonomis

D = Jumlah kebutuhan barang

S = Biaya pemesanan

H = Biaya penyimpanan

3. Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman merupakan banyaknya pembelian bahan baku yang

dibeli dalam jumlah yang lebih banyak dari permintaan konsumen untuk

menjaga akan terjadinya kekurangan bahan (stock out).Adapun faktor yang

22
menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu penggunaan bahan baku

rata-rata, faktor waktu, biaya-biaya yang digunakan (Rangkuti, 2004).

Alat analisis yang digunakan untuk mencapai oersediaan pengaman (safety

stock), perhitungan safety stock adalah sebagai berikut:

Safety stock = Lead Time x (Tingkat penggunaan maksimal – tingkat

penggunaan bahan baku rata-rata)

4. Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Pemesanan kembali (Reorder point) menurut Heizer & Render (2010)

adalah tingkat persediaan dimana ketika persediaan mencapai titik tersebut,

pemesanan kembali harus dilakukan.

Untuk menentukan ROP (Reorder Point) dapat menggunakan rumussebagai

berikut:

ROP = d x L

Dimana

d = Permintaat perhari

L = Waktu tunggu pemesanan baru dalam hari

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Industri Dapur Kelor adalah salah satu perusahaan yang memproduksi

olahan kelor seperti teh kelor di Kota Kupang, yang bahan bakunya dari serbuk

daun kelor kering, proses produksi teh kelor melalui beberapa tahap yaitu

persiapan bahan baku, pengayakan, dan pengemasan. Setiap perusahaan

pastinyamempunyai keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau laba yang

besar.

Dalam suatu perusahaan faktor utama untuk kelancaran proses

produksiadalah persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku yang optimal dapat

dilihat dari biaya persediaan yang seminimum mungkin. Persediaan bahan baku

teh kelor yang cukup dapat menjamin kelancaran produksi teh kelor dan tidak

memiliki kendala. Tetapi semakin banyakpersediaan bahan baku yang tertumpuk

digudang maka semakin besar biaya persediaan yang harus dikeluarkan

perusahaan.

Sebaliknya jika terjadi kekurangan persediaan bahan bakuteh kelor akan

menghambat terjadinya proses produksi teh kelor, sehingga permintaan konsumen

tidak dapat terpenuhi yang akibatnya pendapatan perusahaan menurun. Dampak

24
lainnya yaitu mesin-mesin produksi yang seharusnya bekerja menjadi tidak

bekerja, tenaga kerja juga ikut tidak bekerja tetapi biaya tenaga kerja dan mesin

harus tetap dikeluarkan, perusahaan juga dapat kehilangan pelanggan karena

kekecewaan,dan dapat berpindah ke perusahaan lain. Maka dari itu perusahaan

harus mengadakan persediaan bahan baku teh kelor yang cukup dengan biaya

yang minimum.

Untuk menghitung persediaan yang optimum dengan biaya yang minimum

maka perusahaan dapat menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).

Metode EOQ adalah metode yang dapat menghitung jumlah atau frekuensi

pemesanan bahan baku dengan biaya seminimal mungkin, setelah menentukan

jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis, perusahaan dapat menghitung

total biaya persediaan (Total Inventory Cost), dan persediaan pengaman (Safety

Stock). Setelah menghitung fungsi persediaan tersebut maka perusahaan dapat

mengetahui jumlah optimal pembelian bahan baku, meminimalisir biaya

persediaan, dan juga mengetahui kebutuhan pembeliaan bahan baku yang

ekonomis.Skema alur analisis yang telah disusun adalah sebagai berikut.

25
Industri Dapur Kelor

Proses produksi teh kelor

Bahan Baku - Persiapan bahan baku


- Proses Pengayakan Teh Kelor
- Serbuk daun kelor - Proses pengemasan
kering

Manajemen Persediaan

- Jumlah Pemesanan Ekonomis


- Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
- Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan Bahan Baku Yang Optimal

Gambar 3.1 Skema Kerangka Berpikir

26
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di CV. Dapur Kelor di Jalan RSS Oesapa Blok

Q No.17 Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Pengumpulan data telah

dilaksanakan pada bulan Juli sampai selesai.

3.3. Alasan Penentuan Lokasi

Alasan pemilihan lokasi ini karena CV. Dapur Kelor merupakan salah satu

industri rumah tangga yang berada di Kota kupang yang mengola kelor menjadi

beberapa hasil olahan. Produk-produk yang dihasilkan oleh Dapur Kelor telah

diminati baik dipasar lokal NTT maupun di berbagai daerah di Indonesia. CV.

Dapur Kelor juga telah mempunyai gerai di 14 daerah di Indonesia.

Perkembangan CV. Dapur Kelor saat ini telah berkembang dengan pesat dan

mereka juga sering mengikuti event atau pameran di NTT maupun di luar NTT.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Wawancara Personal

Wawancara personal yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan

informasi antara peneliti dengan responden baik pimpinan atau pihak

27
manajemenIndustri Dapur Kelor Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.

Data yang dikumpulkan dengan wawancara antara lain sejarah perusahaan,

biaya-biaya persediaan, dan biaya pemesanan bahan baku.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan kepada responden

baik secara langsung maupun melalui surat ataupun internet.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang berasal dari

referensi misalnya dokumen, buku, jurnal, arsip atau literatur sebagai bahan

referensi untuk memperoleh informasi dari para ahli yang kemudian akan

disimpulkan melalui metode tersendiri.

d. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mencatat data yang diperoleh langsung dari perusahaan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Data Primer

Menurut Hasan (2002:82) data primer ialah data yang diperoleh atau

yang dikumpulkan langsung dilapangan oleh peneliti. Data primer ini

diperoleh dari hasil wawancara peneliti dan informan perusahaan atau

observasi yakni pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti

terkait dengan perhitungan persediaan bahna baku di CV. Dapur Kelor.

b. Data Sekunder

28
Menurut (Hasan, 2002:58) data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada. Data sekunder yang diperoleh yakni peneliti melihat data-

data atau meminta data perusahaan terkait dengan informasi keuangan,

sejarah home industry dan juga sumber lain dari jurnal, buku atau

referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5. Pengamatan dan Konsep Pengukuran

Variabel yang diamati dalam penelitiaan ini adalah:.

1. Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan

bahan baku (Rp/Kg)

2. Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan

pemesanan bahan-bahan produksi misalnya ongkos kirim atau transportasi

(Rp/Kg)

3. Permintaan bahan baku yang dibutuhkan CV. Dapur Kelor di bulan Januari

sampai Juni 2022

3.6. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kuantitatif. Dimana pada penelitian ini akan dilakukan pengecekan data-data

selama periode tertentu, setelah itu melakukan perhitungan jumlah persediaan

bahan baku yang optimal menggunakan metode Ecomonic Order Quantity (EOQ).

29
Lalu menghitung total biaya persediaannya / Total Inventory Cost (TIC), dan

persediaan pengaman (Safety Stock) pada CV. Dapur Kelor.

a. Untuk menjawab tujuan pertama yakni menghitung manajemen persediaan

bahan baku yang diterapkan perusahaan CV. Dapur Kelor digunakan

analisis deskriptif kuantitatif. Dimana analisis deskriptif kuantitatif yang

digunakan adalah dengan melihat data-data mengenai jumlah dan frekuensi

pembelian bahan baku, biaya pemesanan, dan biaya pembelian pada CV.

Dapur Kelor selama periode Januari sampai Juni.

b. Untuk menjawab tujuan kedua yakni menentukan berapa besar jumlah

pembelian ekonomis setiap pemesanan daun kelor dapat menggunakan

metode EOQ dengan rumus:

Q=

Dimana:

Q = pemesanan yang optimal

S = biaya pemesanan sekali pesan

D = jumlah bahan baku yang dibutuhkan

H = biaya penyimpanan persatuan bahan baku

c. Untuk menjawab tujuan ketiga yakni menghitung total biaya persediaan

(TIC)di CV. Dapur Kelor digunakan rumus :

D EOQ
TIC = S+ H
EOQ 2

30
Dimana:

D = jumlah bahan baku yang dibutuhkan per periode

H = biaya penyimpanan persetuan bahan baku

Q = persediaan bahan baku yang optimal

S = biaya pemesanan sekali pesan

d. Untuk menjawab tujuan keempat yakni menentukan besar persediaan

pengaman (safety stock) dapat menggunakan rumus:

Safety stock = Lead Time x (Tingkat penggunaan maksimal –

tingkat penggunaan bahan baku rata-rata)

Dimana Lead time adalah waktu tenggang atau waktu tunggu dalam

melakukan pemesanan bahan baku.

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

CV. Dapur Kelor merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang industri

olahan berbasis kelor yang mengkhususkan pada usaha pembudidayaan kelor

mulai dari pengolahan kebun, pengolahan produksi sampai pemasaran. CV. Dapur

Kelor yang berlokasi di jalan Rumah Sangat Sederhana (RSS) Oesapa Blok Q No.

17 Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima, di dirikan pada November 2018

oleh Kiky Nurizky Ekaputra Krisnadi founder sekaligus CEO Dapur Kelor. CV.

Dapur Kelor telah memiliki legalitas dan berbadan usaha mulai dari Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), dan Technical

Data Sheet / Spesifikasi barang atau produk (TDS. Sebagai perusahaan berbasis

32
kelor pertama di Indonesia Timur, pada saat ini CV. Dapur Kelor telah memiliki

16 jenis produk yang telah lulus uji layak pangan dari Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) dan telah mendapatkan Sertifikat Pangan Indutri Rumah

Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kota Kupang. Salah satu agroindustri yang

mendukung program pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur yakni

mengembangkan kelor sebagai salah satu komoditas unggulan untuk menjadikan

NTT sebagai ladang tanaman kelor dan mewujudkan NTT bangkit NTT sejahtera,

CV. Dapur Kelor mengedapankan 3P (Planet,People,Profil) sebagai acuan dalam

bekerja. Adapun planet yaitu menciptakan zero waste atau pengolahan non limbah

baik di perkembunan maupun sektor pengolahan (industri) apapun yang menjadi

limbah itu bisa dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat. People yakni melakukan

pemberdayaan SDM baik petani, penggiat UMKM dan mitra wirausahawan muda

sebagai modal untuk meningkatkan SDM daerah NTT. Provit yaitu bertujuan

untuk meningkatkan ekonomi keluarga tidak hanya petani namun juga standar

ekonomi UMKM yang membantu pemerintah provinsi NTT untuk menjadikan

masyarakat NTT sejahtera melalui tanaman kelor ini.

Pada tahun 2018 saat awal berdiri, Dapur Kelor hanya menjual produk

olahan teh kelor sebanyak 10 bungkus per minggu. Lalu tahun 2019 produk

olahan dari dapur kelor mulai dikenal lewat berbagai event yang diikuti, salah

satunya adalah Sociopreneurship yang dilaksanakan di Jakarta dan Kiky Krisnadi

selaku pendiri CV. Dapur Kelor memperoleh gelar juara. Setelah perlombaan

tersebut, Kiky banyak melakukan seminar salah satunya pada Universitas

Widyatama Bandung, dan sejak saat itu Dapur Kelor mulai dikenal sehingga

mengakibatkan penjualannya meningkat dan pada tahun 2020 Dapur Kelor mulai

33
menggunakan mesin-mesin otomatis guna mengefisienkan proses produksi mulai

dari proses pengeringan hingga proses pengemasan. Seiring dengan kemajuan

jumlah permintaan dan semakin dikenal, CV Dapur Kelor mulai mengembangkan

produk-produk lain berbahan dasar kelor diantaranya cokelat kelor, kopi kelor, teh

kelor varian apel, teh kelor varian lemon, kapsul daun kelor, sabun, stick cheese

kelor, jahe serang secai kelor, splasher rasa manga, splasher rasa coklat dan

anggur, dan lain-lain.

Saat ini, bahan baku teh kelor menggunakan serbuk daun kelor kering yang

diperoleh dari koramil yang ada di NTT dan petani yang bermitra dengan CV.

Dapur Kelor.

4.1.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan hierarki yang berisi pembagian

tugas dan peran berdasarkan jabatannya di suatu perusahaan untuk mencapai

tujuan perusahaan. Berikut struktur organisasi CV. Dapur Kelor:

CEO & Founder

Kiky Krisnadi

Manajer

Lily Helianti

Divisi Keuangan Divisi Produksi

Dinda Pramarta Dedi Krisnadi

34
Staf Produksi Staf Perkebunan Staf Bisnis Relatiaon

Gambar 4.1 (Sumber: CV.Dapur Kelor)

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa pemilik sekaligus direktur

CV Dapur Kelor berperan sebagai pembuat kebijakan dan pemegang kendali serta

bertanggung jawab terhadap segala hal yang terjadi di CV tersebut mulai dari

produksi, pemasaran, pengelolaan keuangan, dan tenaga kerja hingga hubungan

bisnis. Adapun yang bertanggung jawab langsung terhadap penyediaan bahan

baku, proses produksi hinggga pemasaran produk hingga hubungan bisnis yakni

kepala bidang keuangan dan kepala bidang produksi. Berikut uraian tugas dan

tanggung jawab masing-masing bagian sebagai berikut:

1. Pendiri sekaligus Direktur

CV Dapur Kelor dipimpin oleh Kiky Krisnadi mempunyai peran sebagai

pemimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan CV Dapur

Kelor. Selain itu pendiri juga berperan memberikan nasehat berkenan

dengan kebijakan direksi dalam menjalankan usaha.

2. Manajer

Manajer bertugas untuk:

a. Menetapkan kebijakan pokok pengolahan dan pelaksanaan operasional

CV Dapur Kelor meliputi semua bidang dan divisi yang terdapat didalam

CV Dapur Kelor.

b. Menyelenggarakan jasa distribusi dan penyangkutan produksi kepada

konsumen

35
c. Menetapkan program usaha yang akan dijalankan setiap bulan

d. Menetapkan penyelenggaraan promosi

3. Bagian Keuangan

Memiliki tugas utama yang berkaitan dengan pengendalian dan pencatatan

biaya, arus kas, penetapan sistem akuntansi dalam operasiona usaha serta

bekerja sama dengan semua bidang untuk mempermuda dalam menyusun

laporan bulanan maupun tahunan.

4. Bagian Produksi

Bertugas mengkoordinir, mengawasi dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan produksi pembuatan olahan kelor agar dapat terlaksana secara

ekonomis dan efisien, serta berperan juga sebagai pengadaan bahan baku,

bahan penolong, penyediaan peralatan dan lainnya yang dibutuhkan untuk

proses produksi maupun produk jadi.

5. Staf

Terdapat tiga staf yang terdapat dalam CV Dapur Kelor:

a. Staf produksi

Tugas seorang staf produksi pada CV Dapur Kelor adalah sebagai beriku:

1. Menghitung konversi bahan baku terhadap hasil produksi

2. Mengontrol proses produksi

3. Membuat laporan harian tentang hasil produksi

4. Mengumpilkan data hasil produksi

5. Menyusun jadwal kerja bagian produksi

b. Staf Perkebunan

Berikut tugas staf perkebunan di CV Dapur Kelor:

36
1. Bertanggung jawab memonitor seluruh aktivitas operasional kebun

sehari-hari sesuai dengan standar ISPO dan kultur teknis dalam SOP

2. Mengawasi dan memastikan target pekerjaan operasional kebun

tercapai dan sesuai dengan rencana kerja

3. Memastikan hasil produksi sesuai target

4. Mengawasi kegiatan operasional kebun dan realisasi budget sesuai

rencana

5. Melaporkan seluruh detail pekerjaan kepada manajer kebun

c. Staf Bisnis Relation

Tugas staf bisnis relation adalah sebagai berikut

1. Menganalisis potensi pasar dalam kebutuhan produk

2. Menjalankan hubungan baik antara home industry khususnya home

industry di NTT

3. Memberikan pengenalan produk kepada konsumen

4. Menganalisa resiko bisnis khususnya dalam persaingan harga

4.2 Manajemen Persediaan Yang diterapkan di CV. Dapur Kelor

Manajemen persediaan merupakan suatu cara yang dilakukan perusahaan

dalam mengatur dan memperhitungkan persediaan bahan baku. Berdasarkan hasil

wawancara dengan CEO atau founder CV Dapur Kelor bahwa cara pengendalian

persedian bahan baku yang dilakukan perusahaan dengan cara sederhana, yang

artinya CV Dapur Kelor mengendalikan persediaan bahan baku berdasarkan

perkiraan saja dan belum ada perhitungan atau teori khusus yang diterapkan.

Dalam pengendalian dengan cara sederhana bahan baku yang disediakan dengan

37
jumlah yang tidak menentu dan hanya berdasarkan pada jumlah bahan baku yang

di pasok oleh petani maupun koramil NTT yang bermitra dengan CV Dapur

Kelor.

Cara pemesanan bahan baku yang diterapkan CV. Dapur Kelor biasanya

yaitu dengan menghubungi petani atau pemasok bahan baku tetapi terkadang

perusahaan tidak harus menghubungi pemasok karena petani atau pemasok

langsung mengantarkan bahan baku kepada CV. Dapur Kelor. Sehingga

persediaan bahan baku yang ada di CV. Dapur Kelor selalu tersedia dalam jumlah

yang banyak. Bahan baku yang digunakan CV. Dapur Kelor saat ini adalah

serbuk daun kelor kering dengan harga bahan baku Rp. 100.000/Kg. Pembelian

bahan baku serbuk daun kelor kering di CV. Dapur Kelor tiap bulan tidak

menentu frekuensi pembelian tergantung jumlah tersedianya bahan baku yang ada

di petani. Frekuensi pembelian bahan baku selama enam bulan sebanyak 36 kali.

Pada bulan Maret dan bulan Juni terjadi peningkatan pembelian bahan baku

disebabkan karena banyaknya permintaan konsumen.

4.2.1. Pemakaian Bahan Baku

Pemakaian bahan baku menunjukan jumlah bahan baku yang di beli dan

juga penggunaan bahan baku selama periode tertentu yang diterapkan di CV.

Dapur Kelor. Pemakaian bahan baku digunakan untuk mendukung suatu

perusahaan dalam menentukan manajemen persediaanya. Berikut bahan baku

serbuk daun kelor kering yang digunakan di CV. Dapur Kelor selama periode

Januari – Juni 2022 pada tabel 4.1

38
Tabel 4.1 Data Pembelian Bahan Baku Teh Kelor di CV. Dapur Kelor periode
Januari – Juni 2022.

No Bulan Pembelian Serbuk Teh Pemakaian Selisih


Bahan Baku Kelor(Kg) (Kg) (Kg)
Daun Kelor
(Kg)
1 Januari 227 167 42 125
2 Februari 141 89 68 21
3 Maret 241 133 66 67
4 April 108 59 26 33
5 Mei 408 246 128 118
6 Juni 1.378 772 695 177
Jumlah 2.503 1.466 1.025 547
Sumber: Data Sekunder CV. Dapur Kelor

Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:

a. Jumlah pemakaian bahan baku serbuk daun kelor kering tiap bulannya

tidak sama atau berfluktuasi

b. Pada bulan Mei dan Juni terjadi peningkatan pemakaian bahan baku

c. Jumlah pembelian bahan baku serbuk daun kelor kering tiap bulannya

tidak sama dengan total pemakaian bahan baku.

d. Sisa bahan baku serbuk daun kelor kering tiap bulan jumlahnya banyak

39
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, pemakaian bahan baku

serbuk daun kelor kering berfluktuasi. Jumlah pemakaian bahan baku serbuk daun

kelor kering tiap kali produksi tidak menentu. Terjadi pada bulan Januari – April

dengan rata-rata pemakaian 26-68 Kg dan pada bulan Mei - Juni terjadi

peningkatan pemakaian bahan baku dengan rata-rata pemakaian 128-695 kg.

Peningkatan pemakaian bahan baku serbuk daun kelor kering terjadi karena

banyaknya permintaan dan juga kerja sama CV. Dapur Kelor dengan program

pemerintah NTT yakni Penambah Makanan Tambahan (PMT). Sisa bahan baku

yang ada di CV. Dapur Kelor disimpan dan akan digunakan pada bulan

berikutmya. Untuk penyimpanan sisa bahan bakunya tetap disimpan di gudang

penyimpanan CV. Dapur Kelor sampai pada waktu ditentukan pemakaian.

4.2.2. Biaya-Biaya Persediaan

Yang termasuk dalam biaya-biaya persediaan antara lain:

1. Biaya Pemesanan

Pemesanan bahan baku menunjukan frekuensi pemesanan yang dilakukan di

CV. Dapur Kelor dan juga biaya-biaya yang mendukung saat melakukan

pemesanan bahan baku. Berdsarkan hasil wawancara dengan Founder CV.

Dapur Kelor biaya pemesanan bahan baku teh kelor yang dikeluarkan Dapur

Kelor yang berkaitan dengan pemesanan bahan baku serbuk daun kelor

kering periode Januari-Juni 2022 dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Pemesanan Bahan Baku Teh Kelor Selama Melakukan Pemesanan pada
Bulan Januari-Juni 2022

No Bulan Frekuensi Jumlah Jumlah Biaya Total Biaya


Pemesanan Biaya Transportasi (Rp)

40
(Kali) Telepon (Rp)
(Rp)
1 Januari 4 20.000 200.000 220.000
2 Februari 5 25.000 250.000 275.000
3 Maret 8 40.000 400.000 440.000
4 April 4 20.000 200.000 220.000
5 Mei 4 20.000 200.000 220.000
6 Juni 11 55.000 550.000 605.000
Jumlah 36 180.000 1.800.000 1.980.000
Sumber: Data Sekunder CV. Dapur Kelor

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa:

a. Biaya pemesanan yang dikeluarkan CV. Dapur Kelor dalam pemesanan

serbuk daun kelor kering terdiri dari biaya telepon dan biaya transportasi.

b. Frekuensi pemesanan bahan baku serbuk daun kelor kering pada CV.

Dapur Kelor berbeda tiap bulannya

c. Terdapat peningkatan frekuensi pemesanan bahan baku pada bulan Maret

dan Juni

d. Besarnya biaya telepon periode 6 bulan adalah sebesar Rp.180.000

e. Besarnya biaya transportasi dalam 6 bulan sebesar Rp. 1.800.000

Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan

pemesanan bahan baku yang dilakukan CV. Dapur Kelor. Biaya pemesanan yang

dikeluarkan CV. Dapur kelor dalam pembelian bahan baku hanyalah biaya telepon

dan biaya transportasi. Frekuensi pemesanan bahan baku yang ada di CV. Dapur

Kelor tiap bulannya berbeda dan terjadi peningkatan pada bulan Maret dan Juni

dikarenakan terdapat peningkatan permintaan konsumen dan juga peningkatan

bahan baku yang ada di pemasok. Biaya telepon adalah sejumlah biaya yang

41
dikeluarkan CV. Dapur Kelor untuk menghubungi petani ataupun pemasok

lainnya untuk mengantar bahan baku serbuk daun kelor kering. Biaya telepon

yang dikeluarkan CV. Dapur Kelor dalam sekali pesan sebesar Rp. 5.000,

sehingga biaya telepon yang dihitung berdasarkan frekuensi pemesanan yang

dilakukan CV. Dapur Kelor tiap bulannya. Biaya transportasi adalah biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan pengantaran bahan baku serbuk daun kelor kering

dari petani atau pemasok ke lokasi CV. Dapur Kelor. Dalam pengantaran bahan

baku dari petani ke lokasi Dapur Kelor tiap sekali pesan biaya transportasi yang

dikeluarkan adalah sebesar Rp. 50.000.

2. Biaya Penyimpanan

Berikut biaya penyimpanan yang terdapat di CV. Dapur Kelor dalam

memproduksi teh Kelor periode Januari-Juni 2022.

Tabel 4.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Teh Kelor di CV. Dapur Kelor pada
Bulan Januari – Juni 2022

No. Jenis Biaya Rp/ Bulan Rp / (Januari – Juni)


1. Biaya Listrik 150.000 900.000
2. Biaya Gudang 750.000 4.500.000
Total 900.000 5.400.000
Sumber: Data primer diolah, 2022

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa:

a. CV. Dapur Kelor mengeluarkan biaya penyimpanan berupa biaya listrik

dan biaya sewa gedung

b. Besarnya biaya listrik dalam sebulan adalah sebesar Rp. 150.000 dan

dalam 6 bulan sebesar Rp. 900.000

42
c. Besarnya biaya sewa gedung per bulan adalah sebesar Rp. 2.500.000

tetapi karena tempat yang digunakan untuk penyimpanan bahan baku teh

kelor hanya gudang maka diambil 30% dari biaya gedung sehingga

besarnya biaya penyimpanan gudang per bulan sebesar Rp.750.000 dan 6

bulan adalah sebesar Rp. 4.500.000.

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh CV. Dapur

Kelor untuk menyimpan bahan baku teh kelor. Biaya penyimpanan yang

dikeluarkan CV. Dapur Kelor yaitu biaya listrik dan biaya gudang.

Berkaitan dengan tempat penyimpanan bahan baku serbuk daun kelor kering

yang dilakukan di CV. Dapur Kelor yaitu bahan baku disimpan di gudang

dan dijauhkan dari sinar matahari menggunakan kantong plastik dan diikat

sekuat mungkin agar udara tidak dapat masuk karna dipercaya jika udara

masuk maka akan mengalami pembusukan pada bahan baku sehingga tidak

akan digunakan lagi untuk proses produksi. Kantong plastik yang berisikan

bahan baku teh kelor berasal dari petani sehingga kantong plastik tidak

termasuk biaya penyimpanan. Penggunaan kantong plastik dilakukan agar

kualitas terjaga dan menghindari kutu pada bahan baku serbuk daun kelor

kering yang tersimpan di gudang.

4.3 Pembelian bahan baku yang ekonomis dengan metode Economic Order
Quantity (EOQ)

Metode EOQ adalah Jumlah pembeliaan yang ekonomis atau optimal. Suatu

perusahaan perlu memiliki perhitungan mengenai pembelian bahan baku yang

43
ekonomis sehingga perusahaan dapat memiliki rancangan dalam membeli bahan

baku agar tidak terjadi penumpukan yang berakibatkan terjadinya kerugian

terhadap perusahaan itu sendiri. Perhitungan jumlah pembelian bahan baku yang

ekonomis menurut metode EOQ didasarkan pada jumlah kebutuhan atau

pemakaian bahan baku teh kelor selama 6 bulan (Januari – Juni) (D) yakni 1.025

kg, biaya pemesanan (S) perunit sebesar Rp. 1.937,70 dan biaya penyimpanan

perunit per 6 bulan (H) sebesar Rp. 5.268,29. Sedangkan penentuan jumlah

pemesanan bahan baku teh kelor menurut kebijakan CV. Dapur Kelor masih

bedasarkan perkiraan saja yakni 40 kg. Berikut disajikan pada tabel 4.4

Tabel 4.4. Perhitungan menurut metode EOQ (kg)


Kebijakan CV. Dapur Kelor Metode EOQ (kg)
(kg)
EOQ =

40 27
Sumber: data primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa:

a. Jumlah pemesanan bahan baku teh kelor menurut CV. Dapur Kelor dalam

setiap kali pesan adalah 40 kg

b. Menurut metode EOQ jumlah pemesanan bahan baku teh kelor yang

ekonomis dalam setiap kali pesan adalah 27 kg

Berdasarkan tabel 4.4 menurut metode EOQ jumlah pembelian bahan baku

yang ekonomis di CV. Dapur Kelor dalam setiap kali pesan adalah sebesar 27 kg.

Dimana jumlah pembelian atau pemesanan menurut metode EOQ jauh lebih kecil

dibandingkan dengan kebijakan perusahaan yang selama ini dilakukan sebesar 40

44
kg. Selisih jumlah pemesanan antar metode EOQ dan kebijakan perusahaan

adalah sebesar 13 kg dimana harga serbuk daun kelor Rp. 100.000/kg sehingga

dengan menggunakan metode EOQ dapat menekan biaya pembeliaan bahan baku

sebesar Rp. 1.300.000. Berdasarkan hasil wawancara dengan founder CV. Dapur

Kelor bahwa perusahaan sering mengalami penumpukan bahan baku sehingga

terjadi kerusakan. Hal ini diakibatkan karena CV. Dapur Kelor melakukan jumlah

pemesanan bahan baku hanya berdasarkan perkiraan saja tanpa menggunakan

perhitungan metode pengendalian perusahaan. Oleh karena itu, jumlah pemesanan

bahan baku teh kelor menggunakan metode EOQ jauh lebih efektif dibandingkan

kebijakan CV. Dapur Kelor karena semakin ekonomis atau optimalnya jumlah

pembelian bahan baku maka dapat mengatasi penumpukan serbuk daun kelor

yang mengakibatkan kerusakan dalam proses produksi. Untuk mengetahui

frekuensi pemesanan serbuk daun kelor kering menurut kebijakan CV. Dapur

Kelor dengan metode EOQ dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Perbandingan Metode yang diterapkan oleh CV. Dapur Kelor dengan
Metode EOQ dalam Menentukan Frekuensi Pemesanan Bahan Baku
Serbuk Daun Kelor Kering

Kebijakan CV. Dapur Kelor (Kali) Metode EOQ (Kali)

I= D/EOQ
36 37
Sumber: Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa:

a. Frekuensi pemesanan bahan baku serbuk daun kelor kering menurut

kebijakan CV. Dapur Kelor dalam enam bulan melakukan pembelian bahan

baku teh kelor sebanyak 36 kali.

45
b. Frekuensi pemesanan bahan baku serbuk daun kelor menurut metode EOQ

sebanyak 37 kali dalam enam bulan.

Frekuensi pembelian bahan baku serbuk daun kelor kering menurut metode

EOQ sebesar 37 kali dalam enam bulan sedangkan frekuensi pemesanan menurut

CV. Dapur Kelor yakni sebanyak 36 kali. Selisih frekuensi pemesanan metode

EOQ dan perusahaan sebesar 1 kali. Dengan menggunakan metode EOQ jumlah

bahan baku yang dipesan lebih sedikit sehingga frekuensi pemesanan yang

dilakukan lebih besar dibandingkan metode perusahaan.

4.4 Total Biaya Persediaan/ Total Inventory Cost (TIC)

Total biaya persediaan atau total inventory cost (TIC) merupakan total atau

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang yang mendukung proses

produksi teh kelor. Dalam suatu perusahaan perlu adanya perhitungan biaya

persediaan karena dengan menghitung biaya persediaan maka perusahaan dapat

memprediksi keuangan yang akan dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk.

Semakin besar perusahaan melakukan jumlah pembelian maka semakin besar pula

biaya persediaan. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya persediaan

agar tidak terjadi pemborosan biaya. Perhitungan total biaya persediaan teh kelor

di CV. Dapur Kelor disajikan pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Total Biaya Persediaan/ Total Inventory Cost (TIC) Menurut CV. Dapur
Kelor dan Metode EOQ

46
Kebijakan CV. Dapur Kelor (Rp) Menurut Metode EOQ (Rp)
TIC = C ( Biaya Penyimpanan ) + O ( Biaya
Pemesanan ) D EOQ
TIC = S+ H
( Indriyo,dkk 2002) EOQ 2
TIC = (Rata-rata Persediaan x Biaya Penyimpanan)
+ (Frekuensi pemesanan x Biaya Pemesanan)

280.488,8 144.682,74

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa:

a. Total biaya persediaan menurut CV. Dapur Kelor sebesar Rp. 280.488,8

b. Total biaya persediaan menurut metode EOQ sebesar Rp.144.682,74

c. Selisih total biaya persediaan menurut Cv. Dapur Kelor dan metode EOQ

sebesar Rp.135.806,06

Total biaya persediaan menurut CV. Dapur Kelor adalah sebesar Rp.

280.488,8 hasil ini diperoleh dari perkalian frekuensi pemesanan bahan baku

serbuk daun kelor kering selama enam bulan yaitu 36 kali, dikalikan dengan biaya

pemesanan bahan baku serbuk daun kelor kering dalam sekali pesan yaitu Rp.

1.937,70 ditambah rata-rata persediaan bahan baku serbuk daun kelor kering

sebesar 40 kg dikalikan dengan biaya penyimpanan bahan baku serbuk daun kelor

kering per unit per tahun sebesar Rp. 5.268,29.dan hasil perhitungan tersebut

diperoleh total biaya persediaan sebesar Rp. 280.488,8.

Sedangkan total biaya persediaan menurut metode EOQ adalah sebesar Rp.

144.682,74 diperoleh dari jumlah kebutuhan bahan baku serbuk daun kelor kering

per enam bulan (D) sebesar 1.025 kg, dibagi jumlah pembelian bahan baku

ekonomis sekali pesan (EOQ) sebesar 27 kg, kemudian dikalikan dengan biaya

pemesanan per unit (S) sebesar Rp. 1.937,70 kemudian ditambah jumlah

47
pembeliaan bahan baku ekonomis (EOQ) sebesar 27 kg dibagi 2 ditambah biaya

penyimpanan per unit per enam bulan sebesar Rp. 5.268,29, dan hasil perhitungan

mendapatkan hasil sebesar Rp. 144.682,74. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa

dengan menggunakan metode EOQ dapat menekan biaya persediaan sebesar Rp.

135.806,06.

4.5. Persediaan pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman atau safety stock merupakan persediaan yang

dilakukan untuk mencegah atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan

bahan baku. Persediaan pengaman juga sangat dibutuhkan dalam suatu usaha

karena dapat mencegah ketidakpastian datangnya bahan baku dari penyuplai

sehingga proses produksi perusahaan tidak akan terhenti. Hasil perhitungan

persediaan pengaman (safety stock) menurut kebijakan CV. Dapur Kelor dan

Metode EOQ sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perbandingan metode yang diterapkan oleh CV Dapur Kelor dengan
metode EOQ dalam menentukan persediaan pengaman

Safety stock menurut CV. Dapur Kelor Safety stock menurut metode EOQ (kg)
(kg) Safety stock = Lead Time x (Tingkat
penggunaan bahan baku maksimal -
tingkat penggunaan bahan baku rata-rata)

- SS= 20 kg
Sumber: data primer diolah 2022

48
Tabel 4.7 menunjukan bahwa:

a. CV Dapur Kelor selama ini tidak menghitung persediaan pengaman dalam

memproduksi teh kelor

b. Menurut metode EOQ jumlah persediaan pengaman bahan baku teh kelor

yang perlu ada setiap kali pemesanan sebesar 20 kg

Berdasarkan hasil wawancara dengan CEO CV. Dapur Kelor, selama ini

tidak menghitung persediaan pengaman bahan baku teh kelor untuk antisipasi

kekurangan bahan baku alasannya karena jika persediaan pengaman teh kelor

habis CV. Dapur Kelor akan menelepon pemasok bahan baku yang bermitra

dengannya.

4.6. Perbandingan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian Karin Nafia

Pramesti, dkk (2020) dengan judul Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku

Rockwool Pada Usaha Hidroponik dimana hasil dari penelitan ini menunjukan

bahwa dengan metode EOQ dapat menekan biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk persediaan bahan baku. Dapat dikatakan terdapat persamaan dengan

penelitian ini dimana perhitungan menggunakan metode EOQ lebih efektif

dengan metode EOQ dapat menentukan pembelian bahan baku yang ekonomis

dan dapat menekan pemborosan biaya sehingga perusahaan dapat menghemat

biaya persediaan. Namun yang menjadi perbedaan penelitian oleh Karin periode

yang dilakukan selama 11 bulan sedangkan penelitian ini periode yang dilakukan

selama 6 bulan dan perbedaan lainnya yakni jumlah pembelian bahan baku

menurut metode EOQ lebih kecil dibanding metode perusahaan sedangkan

49
penelitian oleh Karin jumlah pembelian bahan baku metode perusahaan lebih

kecil dibanding metode EOQ.

Penelitian oleh Maria Veren Milo (2022) dengan judul Manajemen

Persediaan Biji Kopi Arabika Sebagai Bahan Baku Kopi Bubuk di Koperasi Serba

Usaha FA Massa Hasil penelitian oleh Maria Veren menunjukan bahwa

perhitungan menggunakan metode EOQ dapat menentukan jumlah optimal

pemesanan bahan baku dan dengan metode EOQ jauh lebih efektif karena dapat

mengantisipasi kekurangan bahan bahan baku kopi yang di terjadi di perusahaan

tersebut. Jika dibandingkan dengan penelitian ini terdapat persamaan dimana

perhitungan manajemen persediaan menggunakan metode EOQ lebih efektif

karena dapat menentukan jumlah optimal pembelian bahan baku sehingga dapat

mencegah terjadinya kekurangan atau penumpukan bahan baku. Namun yang

menjadi perbedaan adalah penelitian oleh Maria Veren jumlah optimal pemesanan

bahan baku menggunakan metode EOQ jauh lebih besar dibanding perusahaan

dan total inventory cost (TIC) metode EOQ lebih besar dari perusahaan

sedangkan penelitian ini jumlah pembelian bahan baku dan total inventory cost

(TIC) metode EOQ lebih kecil dibandingkan metode perusahaan. Terjadi

perbedaan tersebut dikarenakan pada metode perusahaan terjadi penumpukan

bahan baku akibatnya terjadi pemborosan biaya sehingga TIC perusahaan lebih

besar dari metode EOQ.

50
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan pada persediaan bahan baku

teh kelor di CV. Dapur Kelor maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan manajemen persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan

CV. Dapur Kelor menggunakan cara sederhana pembelian bahan baku

berdasarkan jumlah pasokan bahan baku yang ada di petani yang bermitra

dengan CV. Dapur Kelor. Oleh karena itu, CV. Dapur Kelor tidak

melakukan perhitungan persediaan bahan baku dan persediaan pengaman

(Safety Stock).

2. Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode EOQ dapat ditentukan

jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis sebesar 27 kg dengan

frekuensi pemesanan 37 kali sedangkan kebijakan perusahaan jumlah

pembelian bahan baku sebesar 40 kg dan frekuensi pemesanan 36 kali.

51
Dengan metode EOQ pembelian bahan baku jauh lebih kecil dibanding

kebijakan perusahaan sehingga CV. Dapur Kelor dapat menekan

penumpukan bahan baku dan juga pemborosan biaya.

3. Perhitungan total biaya persediaan / total inventory cost (TIC) pada produk

teh kelor menggunakan metode perusahaan adalah sebesar Rp. 280.488,8

dan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp. 144.682,74.

Metode perusahaan menggunakan bahan baku dengan jumlah yang banyak

akibatnya terjadi pemborosan biaya sehingga TIC perusahaan lebih besar

dari metode EOQ.

4. Besar persediaan pengaman (Safety Stock) menggunakan metode EOQ tiap

bulannya adalah sebesar 20 kg sedangkan untuk metode perusahaan tidak

menentukan persediaan pengaman.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti ingin memberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi CV. Dapur Kelor sebaiknya melakukan perbaikan terhadap

pengendalian manajemen persediaan bahan baku yang diterapkan selama

ini, karena berdasarkan hasil penelitian pengendalian yang dilakukan

perusahaan dapat diminimalkan biayanya. Dengan menggunakan metode

EOQ CV. Dapur Kelor dapat melakukan pengadaan bahan baku perusahaan

dengan jumlah pembelian bahan baku yang optimal atau ekonomis dengan

biaya yang minimum dibandingkan dengan metode perusahaan.

52
2. CV. Dapur Kelor seharusnya melakukan perhitungan safety stock dalam

pengendalian persediaan bahan baku untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan kekurangan bahan baku dan keterlambatan bahan baku yang

dipesan.

3. CV. Dapur Kelor perlu melakukan pembagian orderan bahan baku dengan

mitranya agar tidak terjadi penumpukan. Penambahan tenaga kerja, dan

mesin sehingga dapat meminimalisir penumpukan bahan baku.

4. Bagi PEMPROV NTT, agar dapat membantu CV. Dapur Kelor dengan

pengadaan mesin teh kelor, dan dalam bidang pemasaran.

53
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Slamet. (2007). Penggangaran Perencanaan dan Pengendalian Usaha.


Semarang: UNNES PRESS.

Agus Indriyo, Gitusudarmo dan Basri. (2002). Manajemen Keuangan.


Yogyakarta:BPFE

Agus Ristono. 2013. Manajemen Persediaan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Bahan-Bahan: Efisiensi Persediaan Bahan.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Analisis Pengembalian Persediaan Bahan Baku Kayu Cempaka Pada Industri


Mebel Dengan Menggunakan Metode EOQ 9. (2014). Jurnal Ilmiah .

Anik Sudarismiati, Z. (2018). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT. Panca Mitra
Multi Perdana . Jurnal Ekonomi Dan Bisnis GROWTH (JEBG) , 1-17.

Antonius Anny, A. E. (2016). Analisis Persediaan Bahan Baku Kelapa Pada PT.
Dimembe Nyiur Agripo (DNA) Didesa Tetey, Kecamatan Di Membe,
Kabupaten Minahasa Utara. Agri-Sosioekonomi , 251-260.

Asmini F. Khairuddin, L. O. (2021). Analisis Manajemen Persediaan Pala Pada


CV. Maenusu Spice Kota Ambon. Jurnal Agribisnis Kepulauan.

Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Bambang Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat,


Yogyakarta: BPFE.

54
Brisley, Patrick. (2000). Article Summary: Just In Time. Management and
Accounting Web.

Fahey, J.W. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for
ItsNutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1.

Gaspersz, Vincent. (2005). Production Planning And Inventory Control. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Gitosudarmo, Indrio. (2002). Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 2001. Cost Management :


Accounting and Control. Second Edition. USA : South-Western College
Publishing.

Heizer, Jay & Render, Barry. 2010. Operations Management-Manajemen Operasi.


Edisi 10 Buku 2. Jakarta, Salemba Empat.

Heizer, Jay & Render, Barry. 2013. Operations Management-Manajemen Operasi.


Edisi 11. Jakarta, Salemba Empat.

Herjanto, Eddy. 1999 Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : PT Gramedia


Widiarsana Indonesia

Hidayanto, Taufik. (2007). Analisis Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan


Baku dengan Pendekatan Model EOQ dan JIT/EOQ. Jurnal Teknologi
Industri, Vol. XI, No. 4, hal. 315 – 322.

Indrajit, R. E., & Djokopranoto, R. (2003). Manajemen Persediaan, Barang


Umum dan Suku Cadang Untuk Pemeliharaan dan Operasi. Jakarta:
Grasindo.

Karin Nafia Pramesti, S. N. (2020). Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku


Rockwool Pada Usaha Hidroponik ( Studi Kasus Di Nabila Farm, Desa
Cibogo,Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis , 724-739.

Kholis, N., & Hadi, F. (2010). Pengujian bioassay biskuit balita yang
disuplementasi konsentrat protein daun kelor (moringa oleifera) pada
model tikus malnutrisi. Jurnal Tekhnologi Pertanian, 11(3), 144-151.

Krisnadi, A.D. 2010. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Inforrmasi dan
Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.

Milo, M. V. (2022). Manajemen Persediaan Biji Kopi Arabika Sebagai Bahan


Baku Kopi Bubuk di Koperasi Serba Usaha Fa Massa.

Mutiara Simbar, T. M. (2014). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Kayu Cempaka Pada Industri Mebel Dengan Menggunakan Metode EOQ
(STUDI Kasus Pada UD.Batu Zaman). Jurnal Ilmiah .

55
Nur Azmi Fitra. H, E. D. (2017). Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku
Cokelat Pada Industri Rapoviaka Simple Di Kota Palu. E-J. Agrotekbis 5 ,
491-500.

Pramesti, K. N. (2020). Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku Rockwool


Pada Usaha Hidroponik.

Ramdania Zafitri, A. L. (2015). Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku


Tortila Rumput Laut Di Industri Risqa Mulia Di Desa Olaya Kabupaten
Parigi Moutung. J.Agroland , 69-75.

Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Penerbit


Erlangga: Jakarta.

Roni Tumijo, S. K. (2015). Manajemen Persediaan Bahan Baku Pada Industri


Kopi "Bumi Mutiara" Di Kota Palu . E-J. Agrotekbis3, 668-679.

Rudjito. (2003). Strategi pengembangan UMKM Berbasis Sinergi Bisnis, dalam


Makalah yang disampaikan pada seminar peran perbankan dalam
memperkokoh ketahanan nasional kerjasama Lemhanas RI dengan BRI.

Sastroamidjojo, S., 2001, Obat Asli Indonesia, Edisi 6, ed. A. Tjokronegoro, ed.,
Jakarta, Dian Rakyat.

Schroeder, Goldstein and Rungtusanatham. 2010. Operations Management:


Contemporary Concepts and Cases. 5th ed.. McGraw-Hill

Sheila Giltania Kaluntas, N. M. (2016). Analisis Persediaan Bahan Baku Pada


Usaha Kecil Menengah Produk Roti (Studi Kasus UD Nabila Desa
Kalasey, Kecamatan Mandolang). Agro-Sosioekonomi , 95-104.

Siswanto, 1985, Persediaan Model dan Analisis, Andi Offset, Yogyakarta.

Thomas, A. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Kanisus. Yogyakarta.

Utami, P., & Puspaningtyas, D. E. (2013). The Miracle of Herbs. Jakarta: PT


Agromedia Pustaka.

Wasonowati, C. et al., 2017. Kajian Budidaya Tanaman Kelor (Moringa oleifera


Lamk) sebagai Sayuran dan Pangan Alternatif di Madura. In Yogyakarta:
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, pp. 43–48.

Zulfikarijah, Fien. 2005. Manajemen Persediaan. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

56
LAMPIRAN

Pemakaian Bahan Baku Teh Kelor Periode Januari – Juni 2022 CV. Dapur
Kelor
No Bulan Pembelian Serbuk Teh Pemakaian Selisih (Kg)
Bahan Baku Kelor(Kg) (Kg)
Daun Kelor
(Kg)

1 Januari 227 167 42 125

2 Februari 141 89 68 21

3 Maret 241 133 66 67

4 April 108 59 26 33

5 Mei 408 246 128 118

6 Juni 1.378 772 695 177

Jumlah 2.503 1.466 1.025 547

Biaya Pemesanan Bahan Baku Teh Kelor Periode Januari – Juni 2022 CV.
Dapur Kelor
No Bulan Frekuensi Jumlah Jumlah Biaya Total Biaya
Pemesanan Biaya Transportasi (Rp)
(Kali) Telepon (Rp)
(Rp)

1 Januari 4 20.000 200.000 220.000

57
2 Februari 5 25.000 250.000 275.000

3 Maret 8 40.000 400.000 440.000

4 April 4 20.000 200.000 220.000

5 Mei 4 20.000 200.000 220.000

6 Juni 11 55.000 550.000 605.000

Jumlah 36 180.000 1.800.000 1.980.000

Biaya Penyimpanan Bahan Baku Teh Kelor Periode Januari – Juni 2022 CV.
Dapur Kelor
No. Jenis Biaya Rp/ Bulan Rp / (Januari – Juni)
1. Biaya Listrik 150.000 900.000
2. Biaya Modal (Gedung) 750.000 4.500.000
Total 900.000 5.400.000

Perhitungan Metode EOQ


Kebijakan CV. Dapur Kelor Metode EOQ (kg)
(kg)
EOQ =

40 27
Dimana :
EOQ = Jumlah pemesanan yang optimal
D = Jumlah kebutuhan bahan baku
S = Biaya pemesesanan per unit
H = Biaya penyimpanan per unit

EOQ =
√ 2xSx D
H


= 2 x 1.937 ,70 x 1.025
5.268 ,29


= 3.972 .285
5.268 , 29
= 27 kg

58
Perbandingan kebijakan CV. Dapur Kelor dengan Metode EOQ dalam
Menentukan Frekuensi Pemesanan Bahan Baku Teh Kelor

Kebijakan CV. Dapur Kelor (Kali) Metode EOQ (Kali)

I= D/EOQ

36 37

 Dalam periode Januari sampai Juni CV. Dapur Kelor melakukan


pemesanan sebanyak 36 kali dilihat dari data pembeliaan bahan baku di
CV Dapur Kelor.
 Menggunakan metode EOQ dengan rumus I = D/EOQ
I = 1.025 / 27
= 37

Total Biaya Persediaan/ Total Inventory Cost (TIC) Menurut CV. Dapur
Kelor dan Metode EOQ
Kebijakan CV. Dapur Kelor (Rp) Menurut Metode EOQ (Rp)
TIC = C ( Biaya Penyimpanan ) + O ( Biaya
Pemesanan ) D EOQ
TIC = S+ H
EOQ 2
( Indriyo,dkk 2002)
TIC = (Rata-rata Persediaan x Biaya Penyimpanan)
+ (Frekuensi pemesanan x Biaya Pemesanan)
280.488,8 144.682,74

 Total Biaya Persediaan / Total Inventory Cost (TIC) menurut kebijakan


CV Dapur Kelor dapat dihitung dengan
TIC = (Frekuensi pemesanan x Biaya Pemesanan) + (Rata-rata
Persediaan x Biaya Penyimpanan )
= (36 x 1.937,70) + (40 x 5.268,29)
= 280.488,8
 Total Biaya Persediaan / Total Inventory Cost (TIC) menurut metode EOQ

59
D EOQ
TIC = S+ H
EOQ 2
1.025 27
= 1.937 , 70+ 5.268 , 29
27 2
= 73.560,83 + 71.121,91
= 144.682,74

Perbandingan metode yang diterapkan oleh CV Dapur Kelor dengan metode

EOQ dalam menentukan persediaan pengaman

Safety stock menurut CV. Dapur Kelor Safety stock menurut metode EOQ (kg)
(kg)
Safety stock = Lead Time x (Tingkat
penggunaan bahan baku maksimal -
tingkat penggunaan bahan baku rata-rata)

- SS= 20 kg

 CV. Dapur Kelor tidak menghitung persediaan pengaman dalam proses


produksi teh kelor
 Dengan menggunakan metode EOQ safety stock / persediaan pengaman
dapat dihitung dengan rumus :
Safety stock = Lead Time x (Tingkat penggunaan bahan baku
maksimal - tingkat penggunaan bahan baku rata-rata)
= 1 x ( 40 – 20)
= 20 kg
Dimana Lead Time = waktu tenggang atau waktu tunggu.

60
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Founder


CV. Dapur Kelor

Persiapan Bahan Baku


Serbuk Daun Kelor Kering

61
Penyaringan

Pengerjaan Teh Celup Kelor


menggunakan Mesin

62
Produk Teh Kelor yang
dipasarkan

63

Anda mungkin juga menyukai