Anda di halaman 1dari 12

Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.

UNM

MATERI 2 :TEORI LOKASI DAN


ANALISIS SPASIAL
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD

A. Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan Ekonomi

Formulasi teori lokasi dan analisa spasial dilakukan dengan memeperhatikan faktor-
faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi kegiatan ekonomi, baik pertanian,
industri dan jasa. Disamping itu, pada umumnya faktor yang dijadikan dasar perumusan
teori adalah yang dapat diukur agar menjadi lebih kongkrit dan operasional. Secara garis
besar terdapat 6 faktor utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi
yang masing-masing diuraikan berikut ini.

1. Ongkos Angkut

Ongkos angkut merupakan faktor atau variabel utama yang sangat penting dalam
pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi. Alasannya adalah karena ongkos angkut
tersebut merupakan bagian yang cukup penting dalam kalkulasi biaya produksi. Hal ini
terutama sangat dirasakan pada kegiatan industri pertanian maupun pertambangan yang
umumnya, baik bahan baku dan hasil produksinya kebanyakan merupakan barang yang
cukup berat sehingga pengangkutannya memerlukan biaya yang cukup besar.

Untuk kemudahan perumusan Teori Lokasi, kebanyakan ongkos angkut ini diasumsikan
konstan untuk setiap kilometernya. Namun demikian, dalam realitanya hla ini tidak selalu
benar karena seringkali dalam angkutan dengan jarak lebih jauh akan mengahsilkan
ongkos angkut untuk setiap ton kilometernya yang lebih rendah. Dengan kata lain, dalam
kenyataanya sering terdapat penghematan angkut rata bila jarak yang ditempuh lebih
jauh.

2. Perbedaan Upah Antar Wilayah

Sudah menjadi kenyataan umum bahwa upah buruh antar wilayah tidak sama. Perbedaan
ini dapat terjadi karena variasi dalam biaya hidup, tingkat inflasi daerah dan komposisi
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

kegiatan ekonomi wilayah. Bagi negara sedang berkembang, diamana fasilitas angkuttasi
msih belum tersedia keseluruh pelosok daerah dan mobilitas barang dan faktor produksi
antar wilayah belum begitu lancar, maka perbedaan upah antar wilayah akan menjadi
lebih besar. Upah yang dimaksudkan dalam hal ini bukanlah upah nominal, tetapi upah
riil setelah diperhitungkan produktivitas tenaga kerja.

Perubahan upah ini mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi karena tujuan
utama investor dan pengusaha adalah untuk mencari keuntungan secara maksimal. Bila
upah di satu wilayah lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain, maka pengusaha
kan cenderung memilih lokasi diwilayah tersebut karena akan dapat menekan biaya
produksi sehingga keuntungan menjadi lebih besar. Sebalinya, pengusaha akan
cemderung tidak memilih lokasi pada suatu wilayah bila upah buruhnya relatif lebih
tinggi.

3. Keuntungan Aglomerasi

Faktor ketiga yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiattan ekonomi adalah besar
kecilnya keuntungan aglomerasi yang dapat diperoleh pada lokasi tertentu. Keuntungan
aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling terkait satu sama lainnya
terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan ini dapat berbentuk kaitan dengan
bahan baku dan kaitan dengan pasar (Forward Linckages). Bila keuntungan tersebut
cukup besar, maka pengusaha akan cenderung memilih lokasi kegiatan ekonomi
terkonsentrasi dengan kegiatan lainnya yang saling terkait. Pemilihan lokasi akan
cenderung tersebar bila keuntungan aglomerasi tersebut nilainya relatif kecil.

Keuntungan aglomerasi tersebut dapat muncul dalam 3 bentuk. Pertama, adalah


keuntungan skala besar yang terjadi karena baik bahan baku maupun pasar sebagian telah
tersedia pada perusahaan yang terkait yang ada pada lokasi tersebut. Kedua, adalah
keuntungan lokalisasi (Localisation Economies) yang diperoleh dalam bentuk penurunan
(penghematan) ongkos angkut baik untuk bahan baku maupun hasil produksi bila
memilih lokasi pada konsentrasi tertentu. Ketiga, adalah keuntungan karena penggunaan
fasilitas secara bersama seperti listrik, gudang, armada angkatan, air dan lainnya.
Biasanya keuntungan ini diukur dalam bentuk penurunan biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan fasilitas tersebut secara bersama.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

4. Konsentrasi Permintaan

Faktor keempat yang ikut pemilihan lokasi kegiatan ekonomi adalah konsentrasi
permintaan antar wilayah (Spatial Demand). Dalam hal ini pemilihan lokasi akan
cenderung menuju tempat dimana terdapat konsentrasi permintaan yang cukup besar. Bila
suatu perusahaan berlokasi pada wilayah dimana terdapat konsentrasi permintaan yang
cukup besar, maka jumlah penjualan diharapkan akan dapat meningkat. Disamping itu,
biaya pemasaran yang harus dikeluarkan perusahaan menjadi lebih kecil karena pasar
telah ada pada lokasi dimana perusahaan berada. Keadaan ini selanjutnya akan dapat pula
meningkatkan volume penjualan yang selanjutnya akan dapat pula memperbesar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan bersangkutan.

Konsentrasi permintaan antar wilayah merupakan hal yang wajar terjadi. Untuk barang
konsumsi, keadaan ini terutama terjadi karena konsentrasi penduduk pada wilayah-
wilayah tertentu misalnya didaerah perkotaan, daerah pertambangan, pertanian, didekat
pelabuhan dan lainnya. Sedangkan untuk barang setengah jadi, konsentrasi prmintaan
antar wilayah ini menjadi karena adanya konsentrasi industri yang menggunakan barang
setengah jadi tersebut. Pada negara sedang berkembang, dimana fasilitas angkuttasi
belum menyebar luas keseluruh pelosok daerah, maka konsentrasi permintaan antar
wilayah ini akan cenderung lebih tinggi.

5. Kompetisi Antar Wilayah

Persaingan antar wilayah yang dimaksudkan disini adalah persaingan sesama perusahaan
dalam wilayah tertentu atau antar wilayah. Bila persaingan ini sangat tajam, seperti pada
pasar persaingan sempurna, maka pemilihan lokasi perusahaan akan cenderung
terkonsentrasi dengan perusahaan lain yang menjual produk yang sama. Hal ini dilakukan
agar masing-masing perusahaan akan mendapatkan posisi yang sama dalam menghadapi
persaingan sehingga tidak ada yang dirugikan karena pemilihan lokasi perusahaan yang
kurang tepat. Sebaliknya, bilamana persaingan tidak tajam atau tidak ada sama sekali
seperti halnya pada pasar monopoli, maka pemilihan lokasi perusahaan akan cenderung
bebas, karena pembeli akan tetap datang dimana saja perusahaan beralokasi.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

Persaingan dalam ilmu ekonomi dapat diukur dengan perbandingan harga jual produk
yang sama antar perusahaan yang bersaing. Suatu perusahaan dapat dikatakan
mempunyai daya saing tinggi bila harganya lebih rendah dari harga produk saingan dan
sebaliknya. Tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut harga diamana, apakah harga pabrik atau
harga di tempat pembeli.

6. Harga dan Sewa Tanah

Faktor keenam yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi adalah tinggi
rendahnya harga atau sewa tanah. Dalam rangka memaksimalkan keuntungan,
perusahaan akan cenderung memilih lokasi dimana harga atau sewa tanah lebih rendah.
Hal ini terutama akan terjadi pada perusahaan atau kegiatan pertanian yang memerlukan
ttanah relatif banyak dibandingkan dengan perusahaan inddustri atau perdagangan.
Pemilihan lokasi dalam hal ini menjadi penting karena harga tanah biasanya bervariasi
antar tempat. Harga tanah akan tinggi bila terdapat fasilitas angkuttasi yang memadai
untuk angkutan orang atau barang.

Disamping itu, khusus untuk daerah perkotaan, harga tanah bervariasi menurut jarak ke
pusat kota. Bila sebidang tanah beralokasi dekat dengan pusat kota, maka harga per meter
perseginya akan sangat mahal. Sebaliknya harga tanah tersebut akan jauh lebih murah
bila tanah tersebut terletak jauh dipinggir kota. Karena itu, faktor harga tanah ini juga
merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi penggunaan tanah (land-use) untuk
kegiatan ekonomi dan perumahan di daerah perkotaan.

B. Perluasan Teori Weber

Teori ini tujuannya untuk menemukan atau menjelaskan lokasi optimal (lokasi terbaik
secara ekonomis). Dan kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi optimal adalah
memberikan keuntungan maksimal, artinya keuntungan tertinggi yang diperoleh dengan
cara mengeluarkan biaya paling rendah. Dan kenyataannnya yang ada di lapangan sulit
ditemukan lokasi yang dapat mengakomodasikan keinginan untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal, karena lokasi industri dibagi ke dalam least cost location dan
maksimum revenue location.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

Isi Pokok Teori Weber adalah memilih lokasi industri yang biayanya paling minimal
(prinsip least cost location) dan untuk mendapatkan enam pra – kondisi tersebut perlu
diasumsikan :

a) Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (berkaitan
dengan ketrampilan).
b) Sumber daya atau bahan mentah yang terdapat di tempat tertentu saja.
c) Upah Buruh yang telah baku, artinya sama dimanapun juga.
d) Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut dan
dipindahkan.
e) Terdapat kompetisi antara industri.
f) Manusia itu berpikir rasional.

Teori-Teori Pemilihan Lokasi Industri

Berdasarkan pengembangan dari pendapat Robinson dalam Daldjoeni (1997:58) ada


sejumlah faktor yang ikut menentukan keberadaan lokasi industri, yaitu:

a) Faktor geografis; termasuk lokasi bahan baku, suplai air, dll.


b) Faktor sosial-budaya; termasuk suplai tenaga kerja, daerah pemasaran, aktivitas
ekonomi, dan keadaan politik.
c) Faktor teknologi; termasuk rekayasa/pengolahan produk, teknologi sumber daya
energi, dan kemudahan fasilitas transportasi.

Menurut Hasvia (2000) dasar-dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Weber lokasi yang
optimal bagi kegiatan industri adalah tempat dimana biaya yang minimal (least cost
location) tersebut digunakan dalam kondisi sebagai berikut:

a) Adanya keseragaman keadaan topografi


b) Adanya ketersediaan bahan mentah yang tersedia dimana-mana
c) Adanya upah buruh yang seragam di tiap-tiap wilayah
d) Biaya transportasi
e) Adanya kompetisi antar industri.
f) Serta adanya manusia yang berfikir rasional.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

Adapun syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri
antara lain :

a) Ketersediaan bahan baku.


b) Ketersediaan sumber tenaga kerja yang memiliki keterampilan.
c) Adanya modal usaha yang cukup operasionalisasi.
d) Adanya jaringan pemasaran dan modal transportasi yang cukup.
e) Mempunyai manajemen organisasi perusahaan yang efisien dan efektif.

C. Teori Market Area

Berdasarkan pemilihan lokasi ideal pada luas pasar yang data dikuasai berdasarkan
kompetisi antar tempat dengan asumsi

1. Konsumen tersebar secara relative


2. Prodduk homogeny

Contoh ;

Po = harga pabrik

Pd = tempat pembeli

Td = perbedaan ongkos angkut dalam membawa barang kepasar

Maka persamaan special demand functionnya adalah

Qd= P0 + tidi, ti di> o

Terdapat descrese yakni konsenttrasi permintaan sehingga formulasi melakukan


penjumlahan permintaan pada masing-masing konsentrasi yang secara umum sbb

Berikut perumpamaan perusahaan A dan B dengan special kompetitif sehingga


persamaan
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

Ta dan tb ongkos angkut dan da db adalah jarak sehingga obtimal masing masing
perusahaan adalah tahap Vdan harga pabrik dan ongkos angkut adalah samamaka luas
pasar dikuasai oleh kedua wilayah.

Keadaan diatas adalah kondisi keseimbangan antar pasar.

A melakukan perubahan teknologi produksi dan system pemasaran dan biaya produksi
turun dan ongkos tetap sehingga pasar perusahaan A luas dan B berkurang.

Terdapat Hexagonal dimana pasar dapat dimanfaat secara maximal namun keadaadn
sebenarnya tidak namun bias dikatakan sebaai arah yang keseimbangan luar pasar m(
Market Area Equilibrium)

C. Teori Bid rent dan tata guna lahan

Berdasarkan pengembangan dari pendapat Robinson dalam Daldjoeni (1997:58) ada


sejumlah faktor yang ikut menentukan keberadaan lokasi industri, yaitu:

a) Faktor geografis; termasuk lokasi bahan baku, suplai air, dll.


b) Faktor sosial-budaya; termasuk suplai tenaga kerja, daerah pemasaran, aktivitas
ekonomi, dan keadaan politik.
c) Faktor teknologi; termasuk rekayasa/pengolahan produk, teknologi sumber daya
energi,dan kemudahan fasilitas transportasi.

Menurut Hasvia (2000) dasar-dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Weber lokasi yang
optimal bagi kegiatan industri adalah tempat dimana biaya yang minimal (least cost
location) tersebut digunakan dalam kondisi sebagai berikut :

a) Adanya keseragaman keadaan topografi, keadan iklim dan demografi yang


berkaitan dengan keterampilan dan permintaan akan produksi.
b) Adanya ketersediaan bahan mentah yang tersedia dimana-mana, kecuali bahan
tambang yang hanya terbatas pada lokasi tertentu.
c) Adanya upah buruh yang seragam di tiap-tiap wilayah tetapi ada juga perbedaan
upah karena persaingan antar penduduk.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

d) Biaya transportasi yang berasal dari bobot bahan baku yang diangkut atau
dipindahkan serta jarak sumber bahan baku dengan lokasi pabrik.
e) Adanya kompetisi antar industri.
f) Serta adanya manusia yang berfikir rasional.

Namun pada perkembangan selanjutnya teori yang dikemukakan Weber ini mendapat
kritikan karena melebih-lebihkan arti penting transportasi saja, kemudian Weber
memodifikasikan teorinya dengan penambahan memperhatikan faktor ketersediaan
tenaga kerja yang murah (least labour cost) untuk pabrik/industri yang yang mempunyai
kebutuhan buruh yang banyak melokasikan pabriknya di daerah yang
mempunyai supply tenaga kerja dengan upah yang relatif murah (dalam Daldjoeni,
1997:75).

Selanjutnya Renner (1957, dalam Hasvia,2000:13-14) menekankan aturan lokasi industri


manufaktur akan lebih menguntungkan apabila dekat dengan sumber bahan baku apabila
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Adapun syarat yang diperlukan untuk
tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri antara lain :

a) Ketersediaan bahan baku.


b) Ketersediaan sumber tenaga kerja yang memiliki keterampilan.
c) Adanya modal usaha yang cukup operasionalisasi.
d) Adanya jaringan pemasaran dan moda transportasi yang cukup.
a. Mempunyai manajemen organisasi perusahaan yang efisien dan efektif.

William Alonso (dalam Yunus, 2000:77) membahas tentang teori bid–rent analysis (sewa
tanah), dimana penyebaran keruangan kegiatan industri berlokasi diantara perumahan dan
retail. Semakin dekat dengan pusat kota (pusat perdagangan) maka harga (sewa ) tanah
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, sewa yang ditawarkan orang
untuk membayar tanah per meter perseginya, menurun mengikuti jaraknya dari pusat kota
(komersial/perdagangan). Hal ini disebabkan oleh sewa tanah atau harga tanah yang
murah dengan konpensasi aksebilitas yang tinggi walaupun jauh dari perkotaan agar
perusahaan dapat menerima dengan mudah pasokan bahan baku dan memasarkan
produknya.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

Menurut Losch (dalam Daldjoeni,1997:78) teori lokasi industri yang optimal berdasarkan
permintaan (demand) sebagai salah satu alasan melokasikan industri disuatu daerah
agar perusahaan tersebut dapat menguasai wilayah pemasarannya sehingga dapat
menghasilkan paling banyak pendapatan (maximum revenue).

Pertimbangan lain yang sangat menentukan pemilihan lokasi perumahan adalah nilai
tanah, seperti diungkapkan oleh Richard M Hurds dalam Haikal Ali (1996) dengan teori
Bid-rent yang menyatakan bahwa nilai lahan sangat tergantung pada kemauan dan
kemampuan untuk membayar karena faktor ekonomi dan keinginan tinggal di lokasi dan
kedekatan.

Teori ini muncul karena semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, untuk mendapatkan
harga lahan yang murah maka penduduk bergerak kearah pinggiran kota. Dengan kata
lain seamakin jauh lokasinya dari pusat kota, semakin menurun permintaan akan tanah.
Dan apabila tanah banyak, maka sewa yang ditawarkan orang untuk membayar tanah per
meter bujur sangkarnya menurun mengikuti jaraknya dari pusat kota. Dengan demikian
tanah dipinggiran luar kota, persaingannya berkurang dan harga yang ditawarkan untuk
tanah perumahan lebih tinggi harganya dibandingkan tanah tersebut ditawarkan untuk
pendirian toko, karena tanah dipinggiran kota lebih banyak diperuntukan bagi perumahan.

Berry dan Harton dalam Nasucha (1995) menjelaskan hubungan antara harga tanah
dengan pencapaian atau aksesibilitas yang diukur dengan jarak dari pusat kota.
Pencapaian atau akses akan semakin menurun secara bertahap kesemua arah dari pusat
kota, sehingga harga tanah akan semakin berkurang seiring dengan makin jauhnya lokasi
tersebut terhadap pusat kota. Tanah yang berada di sepanjang jalan utama harga sewanya
akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga sewa tanah yang tidak berada di jalan utama.

Goodall (1972) menyebutkan bahwa beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh suatu
keluarga dalam memilih sebuah rumah yaitu :

a) suasana kehidupan di lingkungan


b) lokasi perumahan
c) keadaan fisik rumah
d) kelengkapan fasilitas rumah
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

e) nilai prestisius
f) harga rumah
g) pendapatan keluarga

Suharsono (Wonosuprojo dkk, 1995) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam


menentukan lokasi permukiman dari sudut geomorfologi adalah :

a) relief, meliputi kemiringan dan besar sudut lereng,


b) tanah, meliputi daya dukung tanah dan tekstur,
c) proses geomorfologi, meliputi tingkat erosi, kenampakan gerakan masa kedalam
saluran dan kerapatan aliran.
d) batuan, meliputi tingkat kelapukan batuan dan kekuatan batuan,
e) hidrologi, meliputi kedalaman air tanah pada sumur gali,
f) klimatologi, meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara relatif,
kecepatan dan arah mata angin,
g) penggunaan lahan,
h) jaringanan jalan dan jembatan, saluran pembuangan limbah, dan drainase,
i) kependudukan dan sosial ekonomi.

Prayogo Mirhard (Wonosuprojo dkk, 1993) membahas tentang pengadaan perumahan


bagi berbagai tingkat pendapatan dan penentuan lokasi permukiman yang baik perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Aspek Teknis Pelaksanaan

1) Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug,
pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.
2) Bukan daerah banjir, gempa, angin ribut, perayapan
3) Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti
4) Kondisi tanah baik, sehingga konstruksi bangunan direncanakan semurah
mungkin
5) Mudah mendapat air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan
6) Mudah mendapat bahan bangunan
7) Mudah mendapat tenaga kerja
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

b) Aspek Tata Guna Tanah

1) Tanah secara ekonomis lebih sukar dikembangkan secara produktif


2) Tidak merusak lingkungan yang telah ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya
3) Sejauh mungkin mempertahankan fungsi sebagai reservoir air tanah,dan
penampung air hujan.

c) Aspek Kesehatan

1) Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan polusi
2) Lokasi sebaiknya tidak terlalu terganggu kebisingan
3) Lokasi sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik,
sekolah, puskesmas dan lainnya untuk kepentingan keluarga
4) Lokasi sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja penghuni

d) Aspek Politik Ekonomis

1) Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitarnya


2) Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat disekitarnya untuk membangun
rumah dan lingkungan yang sehat
3) Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan mendapat
keuntungan yang wajar.

Dasra (1995) mengatakan bahwa faktor-faktor dominan dalam penentuan lokasi


perumahan adalah :

a) Arah perkembangan kota, dengan faktor penentu adalah keadaan fisik kota (seperti
adanya sungai, topografi tanak dsb)

b) Ketersediaan lahan dan harga tanah

Tersedianya lahan yang belum terbangun, semakin mahal harga tanah maka biaya
unit satuan perumahan akan semakin tinggi.
Syamsu Rijal,SE,MSi,PhD@FEB.UNM

c) Kondisi sosial budaya

Kecenderungan perkembangan penduduk (kepadatan, jumlah dan pertumbuhan


penduduk) menentukan kebutuhan akan rumah.

d) Aksesibilitas

Tersedianya sarana transportasi, baik skala lokal maupun regional.

e) Transportasi dan utilitas

Tersedianya pola jaringan jalan, jariingan listrik, jaringan telepon, jaringan


drainase serta jaringan air bersih.

Anda mungkin juga menyukai