Kelembagaan
Agribisnis
Secara historis, kata kontrak dipakai oleh Adam Smith (1776) untuk
menggambarkan hubungan antara pemilik lahan (masters)
dengan tenaga kerja (workmen).
2.Risk ●
Jika hubungan pihak ke-1 lebih tinggi
dibandingkan dengan pihak kedua, maka
Neutral pihak ke-1 dikatakan netral menghadapi risiko
Keterangan:
Q= output yang dihasilkan oleh tenaga kerja,
Ө= kondisi alamiah (termasuk usaha tenaga kerja) dari sebuah usahatani
L= usaha yang dilakukan oleh tenaga kerja (baik dalam curahan tenaga kerja maupun
usaha lainnya (kesungguhan, ketekunan)
H= input produksi yang digunakan dalam usahatani.
Untuk memaksimalkan output penggunaan faktor
produksi harus optimal. Semakin tinggi penggunaan
input (hingga titik tertentu) akan memaksimalkan output
seperti pada
03 teori produksi biasa.
Yang membedakan dengan fungsi produksi biasa
adalah tenaga kerja merupakan tenaga kerja yang
kerjakan dengan sistem dikontrak, dan Ө merupakan
kepastian dalam berusahatani karena kondisi alam.
Penerimaan Produksi Petani Penggarap
Petani penggarap berfikir bahwa hasil yang didapatkan (penerimaan) akan sangat
tergantung pada output (Q), besarnya sharing yang diberikan oleh pemilik lahan dan
upah tetap. Sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:
Y = αQ +β .............. (2)
Keterangan:
Y = penerimaan yang akan diterima oleh tenaga kerja
Q = output yang didapatkan tenaga kerja
α= bagi hasil yang diberikan oleh pemilik lahan sesuai kontrak
β= upah tetap yang diberikan oleh pemilik lahan.
Keterangan:
q= produksi yang dihasilkan oleh pemilik lahan
Ө= resiko produksi yang ditentukan oleh ditentukan oleh alam&usaha dari tenaga kerja.
l= tenaga kerja yang dicurahkan pemilik lahan
h= input yang diberikan pada lahan tersebut
y = N(1-α)Q –β+q
Utilitas Kontrak Penggarap Lahan
Menurut Hayami dan Otsuka (1993) utilitas petani penggarap tergantung
pada hasil yang diharapkan dan juga curahan tenaga yang dikeluarkan.
Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
U = U (Y,L) .............. (5)
Utilitas maksimal jika turunan pertama terhdap pendapatan (U1 > 0), dan turunan pertama terhadap
tenaga kerja (U2 < 0);
Artinya semakin tinggi pendapatan, maka utilitas semakin tinggi, sebaliknya semakin tinggi curahan
tenaga kerja, maka utilitas semakin menurun.
Selanjutnya, tambahan ketidakpuasan tenaga kerja akan meningkat dengan meningkatnya pendapatan
(U12≤0), dan meningkatnya curahan tenaga kerja (U22≤0).
Hal ini berarti bahwa meskipun pendapatan meningkat dengan peningkatan jumlah tenaga kerja, maka
utilitas akan menurun (disutilitas akan meningkat).
Selain itu dapat dikatakan jika upah tetap mengalami penurunan, maka usaha tenaga kerja akan
mengalami peningkatan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tenaga kerja akanmemaksimalkan utilitas EU (Y,L).
Utilitas Kontrak Penggarap Lahan (2)
Tenaga kerja akan bersedia mengikuti kontrak jika harapan dari kontrak
tersebut sama dengan harapan utilitasnya yang tergantung pada
pendapatan dan usahanya.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan memasukkan formulasi (2) dalam (5), dan dengan asumsi bahwa
curahan tenaga kerja berada pada upah kompetitif, dan curahan tenaga kerja
juga dilakukan pada bidang pertanian, maka didapatkan: