Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI DALAM USAHATANI

Pendahuluan :
Dengan wilayah yang luas, serta ditambah lagi dengan lahan pertanian yang luas,
dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata pencariannya adalah dengan
bertani maka Indonesia merupakan negara yang agraris, yang menempatkan pertanian
sebagai potensi yang paling dominan.

Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting diantara yang lainya.
Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti tetap tegak dan bertahan dari terpaan
gelombang krisis moneter. Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami
kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau dari
berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian
penduduk), sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan
nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi sebagian
besar penduduk Indonesia.

Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani
adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan
usaha tani yang berhasil akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional.
Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan
keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya
pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari
perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri.

I. DEFINISI USAHATANI
a. Usahatani dan Ilmu Usahatani
Menurut Dr. Mosher farm adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di
mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tentu apakah ia seorang pemilik,
penyakap atau manajer yang digaji. Yang dimaksud dengan farm disini adalah lawan
kata dari pertanian rakyat. Selanjutnya adalah usahatani yang berarti himpunan dari
sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas
tanah itu, sinar matahari,bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan
sebagainya. Usahatani ini bisa berupa usaha bercocok tanam atau memelihara serta
merawat ternak.
Usahatani ini tidak dapat diartikan sebagai perusahaan, namun usahatani ini sendiri
adalah cara hidup (way of life). Menurut Courtenay perkebunan adalah contoh dari
perusahaan dan lebih mendekati pabrik (factory) daripada usahatani.

b. Manajemen Usahatani
Dalam melakukan usahatani, sudah hal pasti bahwa para petani ingin memaksimalkan
hasil produksinya. Setelah diteliti, maka akan dikethui bahwa petani melakukan
perhitungan-perhitungan ekonomi keuangan walaupun tidak secara tertulis, agar hasil
produksinya dapat maksimal. Contohnya ketika suatu petani dihadapi dengan
masalah pemilihan bibit, petani akan menghitung untung ruginya apabila ia
menggunakan bibit A maupun bibit B. Dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani
membandingkan antara hasil yang harapkan akan diterima pada waktu panen dengan
biaya yang harus dikeluarkannya. Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
menghasilkan produksi disebut dengan biaya produksi.
Usahatani yang baik adalah usahatani yang produktif dan efisien. Yang dimaksud
dengan produktif adalah usahatani yang produktivitasnya tinggi. Produktivitas disini
adalah penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah.
Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi yang diperoleh dari satu satuan
input.
Sedangkan kapasitas tanah disini menggamarkan kemampuan tanah itu untuk
menyerap tenaga dna modal untuk menghasilkan produksi pada tingkat tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi dan
kapasitas (tanah).
c. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkkan hubungan antara hasil
produksi fisik dengan factor-faktor produksi atau dapat dituliskan sebagai:
Y= f(x1,x2….xn)
Dengan Y = hasil produksi fisik
x1 ….. xn = factor-faktor produksi

Gambar diatas adalah gambar fungsi produksi dimana salah satu dari factor produksi
dianggap sebagai variable. Contohnya ketika menganalisa hubungan antara produksi
padi dengan tanah, tenaga kerja dan modal dianggap sebagai variable konstan.
Fungsi produksi berbentuk kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas, setelah
mencapai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan kemudian
berbalik turun kembali. Factor-faktor produksi yang berlaku dalam hubungan
fungsional seperti gambar di atas adalah tanah, tenaga kerja dan modal, serta
manajemen yang nantinya akan menghasilkan output.
Modal adalah sumber-susmber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh
manusia. Terkadang, modal dilihat dalam artian uang atu dalam arti kseluruhan yaitu
nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiwi termasuk kedalamnya adalah tanah.

II. HASIL PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI


a. Efisiensi Usahatani
Efisiensi adalah banyaknya hasil produksi fisik yang diperoleh dari input.
Sedangkan efiensi ekonomis adalah apabila efisiensi dipandang dengan nilai. Cara
menghitung hasil bruto yang dilakukan oleh para petani adalah dengan mengalikan
luas tanah dengan hasil per kesatuan luas dengan kemudian dinilai dengan satuan
uang. Namun hasil bruto ini bukanlah hasil bersih yang akan diterima petani, petani
akan mengurangkan hasil bruto ini denganbiaya produksi seperti pupuk, bibit, dan
lain-lain. Selain itu, apabila petani tersebut adalah penyaakap, maka hasil produksi
harus dikurangi dengan pembagian hasil dengan pemilik tanah, sesuai perjanjian yang
telah dilakukan sebelumnya.
Apabila hasil produksi sudah dikurangi dengan biaya-biaya produksi tersebut maka
petani akan mendapatkan hasil netto, semakin besar hasil netto yang diperoleh petani
maka makin baik pula rasio nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi rasio ini maka
makin efisien usahatani tersebut.

b. Biaya Uang dan Biaya In-Natura


Biaya produksi dapat berupa biaya yang berbentuk uang tunai seperti upah kerja dan
lain-lain, ataupun bisa juga berbentuk biaya in-natura seperti biaya panen, bagi hasil,
sumbangan ataupun pajak yang dibayarkan dalam bentuk in-natura. Biaya yang
dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai sengatlah penting untuk pengembangan
usahatani. Keterbatasan uang tunai yang dimiliki petani sangat menentukan berhasil
tidaknya pebangunan pertanian. Dalam penggunaan bibit unggul sudah pasti
memerlukan uang lebih daripada penggunaan bibit lolak, apalagi diketahui bahwa
bibit unggul akan maksimal dalam hasil produksi jika hanya diberikan pupuk buatan
yang lebih banyak jumlahnya.

c. Biaya Tetap dan Biaya Variabel


Terdapat biaya tetap dan biaya variable dalam biaya produksi. Biaya tetap adalah
biaya yang bsar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, seperti sewa
atau bunga tanah yang berbentuk uang. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang
berhubungan langsung dengan besarnya prduksi, contohnya adalah pengeluaran untuk
penggunaan bibit, pupuk, dan pengolahan taanah. Pajak dapat digolongkan sebagai
biaya tetap ataupun biaya variable, tergantung bagaimana cara pembayaran pajak itu
sendiri. Apabila pajak dihitung dari luas tanah, maka pajak tersebut digolongkan
sebagai pajak tetap namun apabila pajak yang dibayarkan berupa iuran pebanguna
daerah yang besarnya ditentukan dari produksi netto, maka pajak ini digolongkan
sebagai biaya variable.
Namun, pengertian biaya tetap dan biaya variable ini hanyalah pengertian jangka
pendek, apabila dilihat dari jangka panjang, biaya tetap dapat juga digolongkan
sebagai biaya variable. Dapat diambil contoh seperti sewa tanah yang suatu saat
harganya akan berubah.

d. Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal


Angka biaya produksi rata-rata yang sangat sukar disusun karena antara daerah satu
dengan daerah lainnya tidak sama, bahkan untuk petni yang dalam suatu daerah pun
dapat berbeda-beda rata-rata biaya produksinya. Biaya rata-rata akan kehilangan arti
bila digunaan sebagai bahan kebijaksanaan yang benar-benar realistis bagi seleuruh
warga dengan kondisi adanya variasi harga yang besar. Biaya produksi total
terkadang beum termasuk nilai tenagakerja keluarga petani dan biaya lain-lain yang
brasal dari dalam keluarga sendiri dan yang sukar dtaksir dengan nilai uang.
Yang lebih penting bagi petani adalah biaya batas, yang dimaksud dengan biaya batas
disini adalah biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan satu kesatuan
tambahan hasil produksi atau dengan kata lain adalah pendapatan marginal
(pendapatan yang didapat dengan penambahan satu kesatuan biaya). Arti marginal
selalu mengandung penambahan. Tambahan biaaya produksi disini tidak meliputi
semua factor, tetapi hanya satu factor produksi saja.
Kurva diatas adalah kurva fungsi biaya, dimana MC adalah marginal cost atau biaya
marginal, AC adalah average cost atau biaya rata-rata, AVC adalah average variable
cost atau biaya variable rata-rata. Kurva biaya marginal memotong ke dua kurva
yangt lainnya pada titik yang paling rendah, hal ini mudah dimengerti apabila diingat
bahwa biaya rata-rata tidak lain adalah pembagian seluruh biaya dengan jumlah
produksi. Biaya rata-rata akan selalu turun kalau biaya=biaya marginal nilanya
melebihi biaya rata-rata, maka biaya rata-rata itu sendiri mulai ikut naik, walapun
tdak sevepat naiknya kurva biaya marginal.

e. Biaya Marginal dan Pendapatan Marginal


Tidak ada petani Indonesia yang berfikir 100% subsiten pun 100 komerial. Pada
umumnya petani Indonesia di dalam transisi dari pertanian subsisten ke pertanian
komersial. Mereka yang sudah menjalani pertanian seperti ini mulai menghitung
biaya produksi. Namun pemikiran petani adalah mencapai hasil produksi yang
sebesar-besarnya dengan sekaligus berusaha agar biaya yang dikeluarkan dapat
serendah mungkin.
f. Kombinasi Faktor-faktor Produksi
Jika terjadi persaingan sempurna pada suatu pasar factor-faktor produksi dan hasil
produksi, maka petani akan berbbuat rasional dan mencapai efisiensi tertinggi bila
factor-faktor produksi itu sudah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga rasio dari
tambahan hasil fisik dar factor produksi dngan harga factor produksi sama untuk
setiap factor produksi yang digunakan.
HsPPx1 : Hrx1 = HsPPx2:Hrx2 = HsPPx3 : Hrx3
HsPPx1, HsPPx2, HsPPx3 adalah tambahan hasil produksi fisik karena tambahan satu-
satuan factor-faktor produksi x1, x2, x3 dan Hrx1, Hrx2, Hrx3 adalah harga factor
produksi masing-masing.

III. INTESIFIKASI PERTANIAN DAN HIKUM KENAIKAN HASIL YANG MAKIN


BERKURANG (LAW OF DIMISHING RETURN)
Intesifikasi adalah penggunaan lebih banyak factor produksi tenaga kerja dan modal
atas sebidang tanah tertenti intik mencapai hasil produksi yang lebih besar.
Sedangkan ekstensifikasi adalah perluasan tanah pertanian dengan cara mengadakan
pembukaan tanah-tanah pertanian baru. Di Indonesia tenega kerja merupakan fakor
produksi yang paling murah dengan kata lain jumlah tenaga krja di Indonsia tidak
terbatas.
Hukum “factor proposionil” adalah hokum yang menerangkan perilaku kenaikan
hasil produksi tambahan, bila salah satu factor produksi variable dinaik-turunkan
dengan membiarkan factor produksi lainnya, sehingga perbandingan jimlah (proporsi)
factor produksi berubah. Dibawah adaah gambar yang melukiskan tahap-thap
produksi yang berhubngan dengan peristiwa hokum kenaikan hasil yang main
beruang itu. Gambar menunjukan kurva hasil produksi total (TPP) yang bergerak
dari 0 menuju A, B, C. sedangkan gambar B menunjukan sifat-sifat dan gerakan
kurva hasil produksi rata-rata (APPL) dan hasil produksi marginal (MPPL).
Pada saat kurva TPP berubah arah pada titik A (inflection point) maka kurva MPPL
mencapai titik maksimum. Inilah batas dimana hokum kenaikan hasil yang semakin
berukang itu mulai berlaku. Di sebelah kiri kenaikan hasil masih bertambah, tetpai di
sebalah kanan kenaikan hasil itu enurun. Titik B adalah titik dimana tnagen (garis
atas kurva MPPL mempunyai arah slope paling bsar. Titik ini menunjukkan APPL
mencapai maksimum dimana kurva MPPL memotong kurva APPL.

IV. KOMBINASI HASIL-HASIL PRODUKSI


Para petani biasanya tidak hanya melakukan satu usahatani saja. Ada beberapa sebab
ekonomi mengapa usahatani memproduksian lebih dari satu komoditi saja atau usaha-
bagian (enterprise). Bagi petani yang mengusakan tanaman tumpangsari biasanya
bertujuan untuk mendapatkn hasil produksi yang optimal dari sawah atau ladang yang
sedikit. Selain itu karena umur tanaman yang tidak sama menjamin terjaganya
kesediaan makanan sepanjang tahun. Dan juga tumpangsari mengurangi risiko
hancurnya panen tanaman, komoditi tanaman yang berbeda diharapkan apabila satu
komoditi gagal panen maka yang satunya mengalami keberhasilan panen.
a. Hubungan fisik antarkomoditi
Komoditi yang diproduksi oleh petani dapat mempunyai hubungan isik yang berbeda.
Komoditi-komoditi itu dapat merupakan:
1. Komoditi gabungan (joint product)
2. Komoditi yang bebas bersaing (competitive independent products-substitutes)
3. Komoditi komplementer
4. Komoditi suplementer (tambahan)
b. Komoditi Gabungan
Apabila dua atau lebih komoditi merupakan komoditi gabungan berarti komoditi-
komoditi tersebut bersama-sama keluar dari satu proses produksi, misalanya dedak
dan katul dari penggilangan padi yang keluar bersama beras.
c. Komoditi yag Bebas Bersaing
Jika sudah diputuskan menghasilkan komoditi yang pertama maka komoditi yang
kedua tidak dapat dihasilkan lagi, atau dapat ula dikatan bahwa kenaikan jumlah
produksi barang yang satu berarti penurunan jimlah produksi barang kedua.
d. Komoditi Komplementer
Kenaikan produksi satu komoditi tidak mnurunkan melainkan menaikkan produksi
lainnya.
e. Komoditi Suplementer
Produksi satu komoditi dapat ditambha tanpa mempunyai pengaruh mengurangi atau
menambah produksi komoditi lainnya. Contohnya penghasilan tambahan petani dari
hasil ternak.

V. EKONOMI DAN BESARNYA USAHATANI


Jika salah satu factor produksi berubah jumlahnya pada hal factor produksi lainnya
tetap, maka berubahlah perbandingan dari kesluruhan factor produksi yang dipakai.
Dalam hal demikian proporsi itu menjadi variable, berubah-ubah, sehingga sering
dinyatakn dalam hokum mengenai proporsi yang variable (law of variable
proportions).
a. Efisiensi Skala Produksi
Apabila semua factor produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan naik.
Jika laju kenaikan itu menaik maka peristiwa itu disebut dengan efisiensi skala
kenaikan hasil produksi yang manaik (increasing return to scale) dan kalau efisiensi
skala kenaikan hasil produksi hanya sebanding atau tetap sama dengan hasil
sebelumnya maka ini berarti efisiensi skala produksi adalah tetap, sedangkan kalau
kenaikan hasil produksi menurun disebut efiensi skala produki yang menurun.
Break-even-point adalah dimana biaya-biaya dapat ditutup oleh penghasilan. Dalam
usahatani kecil diperlukan adalanya koperasi atau kerjasama diantara beberapa petani
dalam menggunakan atau membeli alat-alat produksi tertntu misalnya alat semprot,
pestisida, pompa air dan lain-lain. Seorang petani dikatakaan bahwa tidak ekonomis
atau tidak efisien jika petani tersebut membiayai suatu alat yang mahal sendiri.
Penggunaan alat tersebut dikatakan ekonomis apabila skala usahatani diperbesar,
artinya 10-20 petani bersama-sama menggunakan alat semprot atau pompa air
tersebut.

Efisiensi ini tidak hanya penting bagi seorang petani atau kelompok petani dalam
sebuah desa tetapi penting pula bagi bangsa secara keseluruhan yang berkepentingan
agar penggunaan sumber-suber ekonomi yang dimiliki seluruh bangsa diatur se-fisien
mungkin. Masih berhubungan denegan masalah ini dalam pertanian, perbandingan
efisiensi usahatani besar dan usahatani kecil. Keuntungan dan kerugian masing-
masing sebenarnya tidak dapat ditentukan secara umum. Factor yang amatalah
pentingan dan sangat menentukan adalah macam tanaman dan hasil
pertanian/peternakan yang bersangkutan.
kriteria terpenting yang harus dipakai adalah peranan modal dan mesing serta
perhatian perseornagan dari petani. Kalau enis tanamanan memelrukan penggunaan
modalsecara intensif dan sebagian besar tenaga kerja dapat digantikan oleh mesin
maka usahatani yang besar akan lebih efien. Sebalikanya kalau tanaman yang
bersangkutan memelrlukan pemeliharaan yang sangat hati=hati dari petani yang
sudah ahli dan yang sudah memiliki keteampilan tertentu maka usahatani kecil akan
lebih efisien.

STUDI KASUS

Studi Kasus Usahatani Kakao di Kecamatan Lambadia Sulawesi Tenggara


Besarnya kontribusi perkebunan kakao terhadap pendapatan petani merupakan masalah
penting bagi pengembangan skala usahatani. Pendapatan yang diperoleh dari suatu
usahatani berkaitan erat dengan produksi dan alokasi factor produksi. Jika dibandingkan
dengan produksi kakao di tingkat hasil penelitian yang mencapai 2-3 ton/ha, maka produksi
kakao di Sulawesi Tenggara tergolong masih rendah. Rendahnya produksi ini dapat
disebabkan oleh tingkat kesuburan lahan dan belum optimalnya teknologi budidaya. Selain
itu penanaman yang dilakukan masyarakat seringkali mengabaikan pertimbangan
konservasi lahan akibat proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat tiap
tahunnya. Melihat permasalahan tersebut maka produksi yang diperoleh masih belum
optimal. Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi
secara tepat dan berimbang.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat
keuntungan usahatani kakao secara nyata adalah luas areal dan harga pupuk. Jadi,
Keuntungan maksimal akan diperoleh petani dengan memperluas areal pertanaman dan
meningkatkan penggunaan pupuk sampai batas rekomendasi dosis pemupukan. Disamping
perluasan areal pertanaman, keuntungan juga ditingkatkan dengan penambahan pupuk
sesuai dengan acuan rekomendasi, artinya walau terdapat peningkatan biaya pupuk namun
produksi yang dicapai akan optimal sehingga keuntungan akan meningkat.

Solusi

Walaupun perluasan areal berpengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan, namun pada
umumnya petani mempunyai tenaga kerja yang terbatas. Oleh karena itu untuk
meningkatkan keuntungan adalah dengan memaksimalkan penggunaan input produksi
(pupuk) yang sesuai anjuran. Sampai saat ini petani belum bertindak secara rasional dalam
mengalokasikan input produksi maka disarankan untuk menyebarluaskan informasi
pemupukan yang meliputi dosis, jenis dan waktu pemupukan yang telah direkomendasikan
hingga sampai ke daerah-daerah

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Usahatani


Apabila usahatani dapat diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja, modal, dan
pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, petani saja
tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan usahataninya sendiri. Karena itu
bantuan dari luar diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Yang harus menjadi perhatian petani agar usahataninya maju, keterbatasan yang ada pada
dirinya harus diatasi dengan menggali kesempatan diluar lingkungannya. Bahkan bukan
sekedar menggali, terlebih lagi harus mampu mengungkapkannya menjadi kekuatan
pendorong dan mengatasi diluar tersebut. Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani yang digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (faktor Intern), yang terdiri dari:
• Petani Pengelola
• Tanah Usahatani
• Tenaga kerja
• Modal
• Tingkat teknologi
• Kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga
• Jumlah keluarga

Faktor-faktor di luar usahatani (faktor Ekstern), antara lain :


• Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi
Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan persentuhan
petani dengan dunia luar, seperti pasar, informasi yang menyangkut kebijaksanaan
pemerintah, yang dapat mereka gunakan, dan sebagai bahan pertimbangan dalam
berusahatani. Perkembangan dunia, teknologi, serta komunikasi sosial lainnya,
dengan demikian ada pada dirinya (petani sebagai pengelola usahatani)
• Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil,
harga saprodi dan lain-lain)
Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang perlu
diperhatikan. Seperti kita ketahui yang serba terbatas berada pada posisi yang lemah
dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan
pembelian bahan-bahan pertanian. Petani harus terpaksa menerima apa yang menjadi
kehendak dari pembeli dan penjual. Tengkulak memegang peranan yang besar pada
aspek penjualan hasil usahatani.
• Fasilitas Kredit
Sebagai akibat dari langkanya modal usaha tani, kredit menjadi penting. Dalam hal
ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah
dicapai (ada di lokasi usaha tani). Dengan prosedur yang mudah dan suku bunga yang
relatif rendah dapat membuka peluang pemilik modal swasta mengulurkan tangan,
sambil membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang kita kenal
dengan sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang
disediakan oleh pemerintah adalah: belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta
bunganya dianggap terlalu besar.
• Sarana penyuluhan bagi petani
Dengan kondisi seperti petani yang demikian, uluran tangan kepada mereka memang
sangat diperlukan. Termasuk uluran tangan dalam pelayanan penyuluhan kepada
petani. Penyuluhan tersebut dapat berupa introduksi cara-cara produksi yang baru di
lingkungan petani. Pengungkapan adanya teknologi baru yang secara ekonomi sangat
menguntungkan petani. Caranya beragam sekali. Dapat melalui media radio, televisi,
sehingga dapat membentuk kelompok pendengar dan pemirsa. Bentuk lain yang dapat
diketengahkan adalah adanya demonstrasi usahatani, suatu kegiatan di lingkungan
petani tentang bagaimana menyelenggarakan suatu usahatani, sejak dari penyusunan
rencana hingga tahap akhir dari kegiatan berusahatani. Kesemuanya itu akan
memperkaya cakrawala pengetahuan dan pandangan petani untuk dapat berusahatani
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai