Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

“PERTUMBUHAN TUNAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)”

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Hj. Anis Rosyidah MP.

Disusun Oleh :

Samsudin 22101032039
Siti Rohmatul Mudawamah 22101032045
Bekti Wahyu Purnama 22101032053
Safril Ardianto 22101032058
Wardah Meisa Nusantari 22101032065

KELAS AGRIBISNIS 1B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
BAB III METODOLOGI......................................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................................6
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................6
3.3 Pelaksanaan....................................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................7
4.1 Hasil...............................................................................................................7
4.2 Pembahasan....................................................................................................7
4.2.1 Pada Suhu Dingin....................................................................................8
4.2.2 Pada Suhu Kamar....................................................................................8
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................10
5.1 Kesimpulan..................................................................................................10
5.2 Saran.............................................................................................................10
LAMPIRAN..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian
dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak
dan menjalar dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan
daunnya berwarna hijau kemerahan atau berwarna ungu. Umbinya berawal
dari cabang samping yang masuk ke dalam tanah, yang berfungsi sebagai
tempat menyimpan karbohidrat sehingga bentuknya membengkak. Umbi
ini dapat mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang yang
baru (Aini, 2012).
Tanaman kentang merupakan salah satu bahan makanan yang
mengandung jenis karbohidrat kompleks. Kandungan karbohidrat pada
kentang mencapai sekitar 18%, protein 2.4% dan lemak 0.1%. Total energi
yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal (Astawan,
2004). Penyimpanan kentang bibit bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi kerugian akibat kerusakan panen yang dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit pada bibit. Kentang bibit memiliki masa
dormansi dimana umbi kentang tidak akan bertunas sampai waktu tertentu.
Selama masa dormansi, kentang bibit dapat disimpan di gudang bersuhu
dingin (cool storage) dan di gudang terang bersuhu ruang. Penyimpanan
kentang bibit pada gudang bersuhu dingin dapat memperpanjang masa
dormansi sedangkan penyimpanan di suhu ruang akan menyebabkan umbi
bertunas sesuai masa dormansinya.
Kualitas kentang sangat ditentukan oleh perlakuan pascapanen yang
dilakukan mulai dari petani hingga penjual.Santoso (2007) menyebutkan
perlakuan setelah panen umumnya meliputi pengumpulan, pencucian,
penyortiran dan penggolongan, penyimpanan, serta pengemasan dan
pendistribusian.Petani di Indonesia umumnya melakukan penyimpanan
kentang di gudang penyimpanan. Jufri (2011) menyatakan bahwa kondisi
gudang penyimpanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan
selama umbi mengalami masa dormansi. Selain itu juga harus

1
memperhatikan laju respirasi karena menurut Tranggono (1990) mutu
simpan buah dan sayuran akan lebih bertahan lama jika laju respirasi
rendah. Transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban
relative dan menurunkan suhu udara.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana percepatan pertumbuhan tunas kentang dengan
penyimpanan pada suhu dingin?
2. Bagaimana percepatan pertumbuhan tunas kentang dengan
penyimpanan pada suhu kamar?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui percepatan pertumbuhan tunas kentang dengan
penyimpanan pada suhu dingin?
2. Mengetahui percepatan pertumbuhan tunas kentang dengan
penyimpanan pada suhu kamar?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Cimahi (Bandung) merupakan tempat dimana pertama kalinya


ditemukan tanaman kentang di Indonesia pada tahun 1794. Jenis kentang yang
ditemukan di Cimahi di duga berasal dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh
orang-orang Eropa. Kentang sudah ditanam secara luas sejak tahun 1811,
terutama di dataran tinggi (pegunungan) seperti Pacet, Lembang, Pengalengan
yang berada di Jawa Barat, Wonosobo, Tawangmangu di Jawa Tengah, Batu
dan Tengger di Jawa Timur, Aceh, Tanah Karo, Padang, Bengkulu, Sumatera
Selatan, Minahasa, Bali dan Flores. (Samadi, 2007)
Kentang merupakan tanaman semusim berbentuk rumput, mempu
berbunga, berbuah, berbiji dan membentuk umbi di dalam tanah maupun di
udara. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Daun majemuk menempel di satu tangkai, umumnya berjumlah ganjil
helai daunnya dan saling berhadapan berwarna hijau muda sampai
hijau gelap, tertutup oleh bulu-bulu halus. Diantara pasang daun
terdapat pasangan daun seperti telinga yang disebut daun sela.
b. Batang kecil, lunak, bagian dalamnya bergabus dan berlubang,
berbentuk persegi tertutup dan dilapisi bulu-bulu halus, memiliki
warma hijau kemerahan dan bercabang samping.
c. Memiliki umbi yang terbentuk dari ujung stolon yang membengkak,
merupakan gudang makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein dan
mineral hasil dari proses fotosintesis.
d. Buah kentang terdapat dalam tandan, berbentuk bulat berukuran
sebesar kelerang, berwarna hijau ketika muda, setelah tua menjadi
hitam, berisi lebih dari 500 biji berwarna putih ke kuningan. Tanaman
kentang akan mati setelah berbunga dan berbuah.
e. Bunga menyerupai terompet muncul pada ujug cabang, warna bunga
berkolerasi positif dengan warna batang dan kulit umbinya, termasuk
bunga sempurna. Mempunyai organ jantan dan organ betina.

3
Kentang termasuk dalam klasifikasi kelas Dicotyledonae, ordo Tubiflorae,
famili Solaneceae, genus Solanum, dengan species Solanum tuberosum L.
Ada beberapa syarat agar tanaman kentang tumbuh dengan baik diantaranya :
1) Jenis tanah ringan yang kaya bahan organik dan mengandung sedikit
pasir serta berada di dataran tinggi atau pegunungan dengan elevasi
800-1.500 meter di atas permukaan laut. Bila tumbuh di dataran
rendah di bawah 500 mdpl tanaman kentang sulit membentuk umbi,
sementara jika tumbuh di atas ketinggian 2.000 mdpl, pembentukan
umbi akan berjalan lambat.
2) Suhu udara dingin antara 15-22°C dengan kelembapan udara sebesar
80-90%, curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun serta sinar matahari
penuh untuk proses fotosintesis 60-80%. Jika hujan lebat
berkepanjangan menghambat pancaran sinar matahari, fotosintesis
tidak berlangsung optimal dan dapat menyebabkan umbi berbentuk
kecil dan produksinya rendah.
3) Panjang hari untuk pembentukan umbi tanaman kentang menghendaki
hari pendek (sinar matahari bersinar kurang dari 10 jam sehari), tetapi
untuk pembentukan bunga tanaman kentang menghendaki hari
panjang (16-18 jam, sehari).
4) Derajat keasaman tanah atau ph agar tanaman kentang tumbuh
berkisar antara 5-5,5. Pada tanah asam dengan ph kurang dari 5
tanaman sering mengalami gejala kerusakan unsur Mg dan keracunan
Mn, dan mudah terserang nematoda. Sementara pada tanah basa
dengan ph lebih dari 7 sering timbul gejala keracunan K dan umbinya
mudah terserang penyakit kudis.
Penyimpanan umbi calon bibit kentrang dapat dilakukan dalam keadaan
gelap, dan keadaan terang (diffuse light) dalam suhu rendah atau tinggi
tergantung maksud dan tujuan. Penyimpanan umbi di tempat gelap akan
menghasilkan tunas umbi lebih panjang. Penyimpanan umbi di tempat terang
atau gudang terang, biasanya tunas akan tumbuh kokoh berwarna gelap serta
pendek-pendek, sedangkan penyimpanan di tempat gelap warna tunas pucat
dan panjang. Penyimpanan pada daerah dingin (suhu rendah) akan

4
memperlambat pertunasan, sedangkan penyimpanan di daerah panas (suhu
tinggi) akan dapat mempercepat pertumbuhan tunas. Sebelum umbi disimpan
terlebih dahulu diseleksi berdasarkan ukuran umbi (besar/sedang/kecil) dan
membuang umbi terserang hama penyakit atrau umbi abnormal. Bila
penyimpanan dalam gudang/ruang terang dapat dilakukan menggunakan
wadah rak atau peti.
Penyimpanan pada suhu dingin (3-5°C) biasanya dapat memerpanjang
atau memperlambat munculnya tunas umbi dan sebaliknya bila disimpan pada
suhu panas (25-30°C) dapat mempercepat pertunasan. Oleh karena daerah
pertanaman kentang di daerah tropis berada di dataran tinggi, maka suhu
ruangan penyimpanan adalah antara 14-18°C. Mengatur kelembaban didalam
ruangan penyimpanan sangat penting. Kelembaban tidak boleh terlalu rendah,
untuk menceglh kehilangan berat karena terlalu kering. Kelembaban yang
terhlu tinggi, akan menambah kesempatan infeksi penyakit. Kelembaban
udara yang ideal adalah 75-90%. Sistem peredaran udara dalam penyimpanan
sangat diperlukan, untuk memperoleh peredaran udara dingin, bersih dln
meratia pada umbiyang disimpan. sistem peredaran udara inisangat
tergantung pada cara-cara penyimpanan di dalam ruangan, ditumpuk biasa,
dalam pe1i, dalam rak atau cara lainnya. Sebliknya ud.ara dingin dan bersih
masuk melalui bagian bawah dan keluar melalui bagian atas. Untuk itu
diperlukan ventilasi dalam gudang penyimpanan.

5
BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 5 - 26 Desember
2021 di rumah masing-masing.
III.2 Alat dan Bahan
Tanaman kentang, pendingin (kulkas), kamera / Hp
III.3 Pelaksanaan
a. 3 Tanaman kentang disimpan ke dalam kulkas selama 3 minggu.
Amati setiap minggu.
b. 3 Tanaman kentang disimpan di suhu ruang selama 3 minggu. Amati
setiap minggu

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
 Tabel Pengamatan
Jumlah Tunas yang Muncul
No Suhu Simpan Total
1 MSS 2 MSS 3 MSS
- - 1 1
1 Suhu dingin - - - -
- - - -
1 2 4 4
2 Suhu kamar - - - -
- - - -
Keterangan : MSS = minggu setelah simpan

IV.2 Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan
yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Kentang merupakan salah
satu tanaman yang memiliki masa dormansi dan membutuhkan waktu
untuk bertunas. Lama dormansi tergantung varietas, cuaca, keadaan saat
tanam, umur umbi ketika panen dan kondisi gudang penyimpanan
(Beukema dan Zaag, 2007). Kondisi tempat penyimpanan merupakan
faktor penting yang perlu diperhatikan selama umbi mengalami masa
dormansi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama penyimpanan
umbi kentang yaitu suhu, kelembaban dan sirkulasi udara pada tempat
penyimpanan.
Pada praktikum ini penyimpanan umbi kentang dilakukan dalam 2
tempat yaitu, penyimpanan pada suhu dingin (metode simpan 1)
diharapkan dapat menekan pertumbuhan tunas dan mengurangi jumlah
tunas yang muncul. Penyimpanan umbi pada suhu kamar (metode simpan

7
2) diharapkan mempengaruhi kegiatan respirasi dan mendorong
pertumbuhan tunas.

IV.2.1 Pada Suhu Dingin


Dari pengamatan visual menunjukkan dari kentang yang di
simpan pada suhu dingin hanya 1 kentang yang tumbuh tunas
sedangkan pada 2 kentang lainnya tidak tumbuh tunas karena suhu
penyimpanan lebih dingin (dekat dengan freezer) dari pada suhu
penyimpanan 1 kentang yang muncul tunas.
Dari tabel pada sub bab 4.1 dapat dilihat bahwa umbi yang
disimpan dengan metode simpan 1 (suhu dingin) mulai bertunas
setelah 3 MSS sejumlah 1 tunas kemudian pada 2 kentang lain yang
disimpan di suhu yang lebih dingin selama 3 MSS tidak sama sekali
mengalami pertumbuhan tunas. Penyimpanan kentang pada suhu di
bawah 20℃ akan menghambat pertumbuhan tunas. Dengan begitu
maka akan memperpanjang masa dormansi dari umbi kentang
tersebut.
IV.2.2 Pada Suhu Kamar
Dari pengamatan visual 3 umbi kentang disimpan pada suhu
kamar hanya ada 1 kentang pada suhu kamar yang dapat timbul
tunas. Penyebab 2 kentang pada suhu kamar tidak muncul tunas
adalah kerusakan umbi selama penyimpanan yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu tumpukan umbi selama penyimpanan, suhu
penyimpanan dan sirkulasi udara. karena 2 umbi kentang tersebut
disimpan pada suhu kamar namun di tempat tertutup dan lebih
lembab dari pada 1 kentang pada suhu kamar yang muncul tunas, hal
ini menyebabkan sirkulasi udara kurang baik sehingga tempat
penyimpanan menjadi lebih lembab. Udara yang lembab akan
mendukung perkembangan hama dan penyakit, maka dari itu 2 umbi
kentang pada suhu kamar tidak muncul tunas namun menandakan
seperti kentang yang mulai membusuk.

8
Pada tabel dalam sub bab 4.1 dapat diketahui kentang dengan
metode simpan 2 (suhu kamar) mulai bertunas sejak 1 MSS dan
jumlah tunas terus bertambah setiap minggunya berikut berturut-
turut jumlah tunas setiap MSS 1, 2, 4. Hal itu disebabkan
penyimpanan umbi pada suhu tinggi (18℃ - 25℃) dapat
mempercepat pertunasan karena masa dormansi tidak berlangsung
dalam waktu yang lama sehingga umbi kentang akan mulai bertunas
setelah masa dormansi berakhir.
Dari pemaparan tersebut dapat diketahui jika metode simpan 1
(suhu dingin) dapat memperlambat munculnya tunas lebih lama
yakni dalam 3 MSS baru ditemukan tunas yang tumbuh
dibandingkan metode 2 (suhu kamar) yang sudah muncul tunas sejak
1 MSS bahkan untuk penyimpanan pada suhu yang sedikit lebih
dingin selama 3 MSS kentang tidak muncul tunas.

Dari praktikum tersebut ternyata diperoleh hasil yang sesuai dengan


teori menurut Goldsworthy dan Fisher yakni umbi yang disimpan di suhu
kamar lebih cepat bertunas karena proses respirasi yang tinggi sehingga
terjadi perombakan cadangan makanan. Perombakan cadangan makanan
tersebut akan mendorong pertumbuhan tunas. Suhu yang lebih dingin
menyebabkan kegiatan respirasi yang terjadi pada umbi lebih rendah
sehingga pertumbuhan tunas akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

9
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
1. Masa dormansi kentang akan lebih lama bila umbi disimpan pada
suhu dingin, sehingga pertumbuhan tunas pun lebih lama dari pada
kentang yang disimpan pada suhu kamar.
2. Umbi yang disimpan di suhu kamar lebih cepat bertunas karena proses
respirasi yang tinggi sehingga terjadi perombakan cadangan makanan.
Perombakan cadangan makanan tersebut akan mendorong
pertumbuhan tunas. Suhu yang lebih dingin menyebabkan kegiatan
respirasi yang terjadi pada umbi lebih rendah sehingga pertumbuhan
tunas akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Suhu, kelembapan dan sirkulasi udara harus diperhatikan dalam
penyimpanan umbi kentang agar tidak mudah terserang hama.
V.2 Saran
Dalam penyimpanan umbi kentang yang perlu di perhatikan adalah
kondisi tempat penyimpanan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan selama
penyimpanan umbi yaitu suhu, kelembaban dan sirkulasi udara pada
tempat penyimpanan. Penyimpanan kentang pada suhu di bawah 20℃
akan menghambat pertumbuhan tunas sedangkan penyimpanan umbi pada
suhu tinggi (18℃ - 25℃) dapat mempercepat pertunasan.

10
LAMPIRAN

11
DAFTAR PUSTAKA

Beukema, H., & Zaag, D. (007). Introduction to Potato Production. Edisi 3.


Netherland: Pudoc Wageningen.
Gold, W., & Fisher, N. (1992). Tanaman Budidaya Tropik (diterjemahkan dari :
the Physiology of Tropical Field Crops, penerjemah : Tohari).
(Soedharoedjian, Ed.) Yogyakarta.
Jufri, A. F. (2011). Penanganan Penyimpanan Kentang Bibit (Solanum
Tuberosum L.). Skripsi.
Naharika, N. (2019). SELEKSI IN VITRO TUNAS KENTANG (solanum
tuberosum L.) TERHADAP CEKAMAN SALINTAS (NaCl).
Nainggolan, P. (2010). Teknik Produksi Bibit Kentang Bermutu. (L. Winoyo, &
D. Harmowo, Eds.) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.
Samadi, B. (2007). Kentang dan Analisis Usaha Tani.
Santoso, B. (2007). Fisiologi dan Biokimia pada Komoditi Panenan Holtikultura.
Sunaryono, H. H. (2007). Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Agromedia.

12

Anda mungkin juga menyukai