Disusun oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul “Diagnosis Defisiensi Hara
Mineral Pada Tanaman Jagung Menggunakan Metode Gejala Visual” dengan baik dan rampung
tepat pada waktu yang ditentukan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ir. I Wayan
Wiraatmaja, MP.selaku dosen pengajar mata kuliah Nutrisi Tanaman yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas laporan praktikum ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan praktikum yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga laporan
praktikum ini dapat berguna bagi kami secara pribadi maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Kami berharap, hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca.
Kelompok IV
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
2.1. Unsur hara bagi pertumbuhan tanaman................................................................................6
2.2. Defisiensi unsur hara.............................................................................................................7
2.3 Gejala Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman........................................................................7
2.4 Diagnosis Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman Berdasarkan Gejala Visual.......................8
BAB III..........................................................................................................................................10
METODE PELAKSANAAN........................................................................................................10
3.1 Tempat dan Waktu...........................................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................................10
3.3 Metode praktikum............................................................................................................10
3.4 Prosedur praktikum..........................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................................11
HASIL PENGAMATAN...............................................................................................................11
BAB V...........................................................................................................................................14
PEMBAHASAN............................................................................................................................14
BAB VI..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di tempat-tempat yang akan digunakan, bisa saja tanah memiliki semua kesuburan yang
dibutuhkan tetapi ternyata pH-nya jauh dari seimbang; akibatnya, unsur hara tertentu menjadi
terikat dan tidak bisa diserap oleh tanaman. Bisa juga tanah memiliki setiap unsur hara yang
dibutuhkan untuk menghasilkan panen yang baik, namun tanah itu ternyata menyimpan masalah
nematoda sehingga berapa pun banyaknya kompos yang di tambahkan, tetap tidak bisa
meningkatkan hasil panen. Atau mungkin tanaman menderita kekurangan unsur hara, dan
bahkan panen yang dihasilkan sebenarnya jauh dari potensi yang sesungguhnya.
Dalam situasi seperti itu, petani-petani modern dan juga ilmuwan pertanian
membutuhkan informasi untuk membantu mengambil keputusan apakah tanaman di lapangan
mengalami gangguan hara atau tidak. Gejala defisiensi atau toksisitas hara umumnya dapat
digunakan untuk maksud tersebut. Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat
komplek dan sulit terutama bila kejadian defisiensi lebih dari satu hara mineral secara 4 simultan
atau defisiensi hara tertentu bersamaan dengan toksik hara yang lain. Misalnya pada tanah
masam tergenang, toksisitas Mn simultan dengan defisiensi Mg. Diagnosis akan semakin
4
komplek bila kekurangan atau toksik hara disertai dengan adanya hama penyakit. Diagnosis
berdasarkan gejala visual (visible symptom) memerlukan pendekatan sistematis antara lain
apakah hara yang didiagnosis sifatnya mobil dalam floem atau tidak, bagian tanaman mana yang
terserang dan lain-lain.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari defisiensi hara mineral pada tanaman buncis dengan
menggunakan metode gejala visual?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C). Hidrogen (H),Oksigen (O),
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca).Magnesium (Mg), Seng (Zn),
Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden(Mo), Boron (B), Klor (CI), Natrium (Na),
Kobal (Co). dan Silikon (Si). Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial.
Unsur Na, Si. dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi hampir selalu terdapat
dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah garam yang kadarnya relatif tinggi
dan sering melebihi kadar P (Fosfor). Silikon (Si) pada tanaman padi dianggap penting walaupun
tidak di perlukan dalam proses metabolisme tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang
cukup. maka tanaman tersebut lehih segar dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga seakan
akan Si meningkatkan produksi tanaman.
6
2.2. Defisiensi unsur hara
Defisiensi unsur hara yaitu kondisi dimana tanaman tidak terenuhi kebutuhan nutrisinya
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Defisiensi unsur hara dapat dilihat dari gejala yang
ditimbulkan pada tanaman (Novizan, 2002). Sedangkan menurut (Champbell, et al., 2007)
defisiensi adalah sebagai kondisi dimana tanaman kekurangan material berupa unsur hara yang
dibutuhkan. Unsur hara ini berpengaruh terhadap metabolisme tanaman dan fisiologis tanaman.
Unsur hara memerlukan porsi yang bebeda-beda, kekurangan mau kelebihan unsur hara
menimbulkan permasalahan dalam pertumbuhan tanaman. Permasalahannya dapat dilihat dengan
gejala yang terlihat atau nampak pada tanaman.
Untuk itu kebutuhan unsur hara tanaman harus tercukupi. Penambahan unsur hara yang
diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan yaitu penambahan unsur
hara dapat diberikan melalui tanah maupun bagian tanaman untuk menambah atau mencukupi
kebutuhan hara tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan normal. Apabila tanaman
menunjukkan gejala pertumbuhan yang tidak normal pada bagian tanaman baik itu daun, akar,
dan batangnya perlu dilakukan pemupukan untuk memenuhi kebutuhan akan baranya sehingga
tanaman dapat tumbuh normal.
Gejala defisiensi atau kelebihan hara lebih mudah dilihat pada daun, tetapi mungkin juga
terjadi pada bagian lain dari tanaman seperti pucuk batang, buah dan akar. Gejala defisiensi atau
toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu. Secara umum gejala kekurangan (defisiensi)
unsur hara pada daun tanaman dibedakan menjadi 5 tipe yaitu;
1. Klorosis
7
Keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun, yang mengalami kerusakan atau gagalnya
pembentukan klorofil sehingga daun berubah warna menjadi kuning atau pucat hampir putih
yang munculnya seragam.
2. Nekrosis
Kerusakan yang disebabkan adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel daun,
gejala nekrosis muncul pada tepi daun atau ujung daun.
3. Kurangnya pertumbuhan baru
Terhentinya pertumbuhan baru, baik pada tunas maupun daun. Hal ini bisa mengakibatkan
kematian pada bagian ujung atau tunas dan daun,.
4. Akumulasi antosianin
Timbulnya warna merah, biru dan ungu pada semua bagian daun dan batang. Antosianin
adalah satu pigmen fenolik yang terekspresi sebagai karakter warna merah, biru dan ungu,
terdapat pada vakuola sel. Sintesis antosianin terjadi selama pertumbuhan daun, senesens, dan
pada saat tanaman merespons cekaman abiotik (Sukartini dan Jawal, 2009).
5. Stunting
Pertumbuhan tanaman kerdil dengan warna hijau normal atau hijau tua atau kuning.
2.4 Diagnosis Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman Berdasarkan Gejala Visual
Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat komplek dan sulit terutama bila
kejadian defisiensi lebih dari satu hara mineral secara simultan atau defisiensi hara tertentu
bersamaan dengan toksik hara yang lain. Diagnosis akan semakin komplek bila kekurangan atau
toksik hara disertai dengan adanya hama penyakit (Epstein, 1972; Marschner, 1986). Diagnosis
berdasarkan gejala visual (visible symptom) memerlukanpendekatan sistematis antara lain
apakah hara yang didiagnosis sifatnya mobil dalam floem atau tidak, 5 bagian tanaman mana
yang terserang dan lain-lain. Diagnosis visual menurut Grundon (1987) memerlukan langkah-
langkah observasi meliputi:
1. Pengumpulan informasi. Informasi mengenai tampilan tanaman dalam keadaan sehat pada
semua stadia pertumbuhannya. Informasi berikutnya yang diperlukan adalah gejala gangguan
masing-masing hara, dan gangguan berbagai penyakit terhadap tanaman.
8
2. Mencatat sejarah perkembangan masalah. Pencatatan dilakukan terhadap teknik budidaya,
curah hujan, suhu, waktu tanam, varietas, jenis tanaman yang ditanam sebelumnya dan
pemeliharaannya, tipe tanah dan hasil analisis tanah dan analisis sampel tanaman.
3. Mendeskripsikan gejala. Mencatat penampilan umum tanaman meliputi warna, ukuran,
bentuk, orientasi pertumbuhan, dan pola perkembangan gejala pada organ.
4. Diagnosis akhir. Setelah semua informasi dikumpulkan, dibuat keputusan penyebab masalah.
Contoh: apabila gejalanya hanya pada single plant mungkin karenavariasi genetik tanaman.
Gejala yang disebabkan oleh gangguan hara umumnya terjadi pada banyak tanaman pada area
luas berhubungan dengankondisi tanah atau pola pengelolaan.
Gejala defisiensi atau toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu. Oleh karena itu
adalah memungkinkan menggunakan penampakan visual untuk mendiagnosis tanaman sakit
karena kekurangan atau kelebihan hara (Grundon, 1987). Gejala defisiensi atau toksisitas secara
visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara. Dituntut
pengetahuan yang cukup dan ketelitian yang tinggi jika menggunakan penampakan visual karena
gejala gangguan hara bervariasi sangat besar tergantung atas spesies tanaman, kondisi
lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain seperti infeksi
penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma (Grundon, 1987; Marschner, 1986;
Baligar dan Duncan, 1990).
9
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum “Diagnosis Defisiensi Hara Mineral pada Tanaman Buncis Menggunakan
Metode Gejala Visual” dilaksanakan di lokasi masing-masing anggota kelompok, karena adanya
kendal pandemi COVID-19. Pengambilan contoh tanaman dilakukan di Br.Sidan, Desa belok
Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada hari Jumat, 14 Mei 2021.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan agar memudahkan dalam pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris) yang mengalami gejala defisiensi hara pada bagian
daun tanaman.
2. Mencari tanaman yang memiliki gejala defisiensi dan dapat digunakan sebagai media
observasi defisiensi hara.
10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) yang mengalami gejala
defisiensi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung di Br.Sidan, Desa belok
Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, adapun hasil pengamatan dan kecocokannya
dengan panduan praktikum adalah sebagai berikut:
2 Defisiensi
Mn
11
3 Defisiensi
N
4 Defisiensi
K
5 Defisiensi
Nacl
12
6 Defisiensi
Zn
13
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Diagnosis Defisiensi Hara Mineral pada Tanaman Buncis Menggunakan Metode gejala
Visual
Berdasarkan hasil pengamatan tim penulis, terdapat gejala defisiensi atau kekurangan unsur
hara secara visual pada tanaman buncis . Gejala kekurangan unsur hara secara visual tersebut
adalah unsur hara makro, yaitu Fe, Mn, N, K, dan Zn Berikut merupakan penjelasannya.
14
5.1.3 Gejala Defisiensi N (Nitrogen) Pada Tanaman Buncis
Gambar ketiga pada table diatas menunjukan gejala defisiensi N (Nitrogen) pada tanaman
buncis. Tanaman buncis yang kekurangan hara nitrogen memiliki gejala antara lain, tanaman
kerdil dengan batang tipis dan kurus dan dedaunan hijau pucat hingga kuning. percabangan
berkurang dan bunga yang berkembang sedikit. Nitrogen tidak mudah dipindahkan dari daun tua
ke daun muda. Oleh karena itu, jika kekurangan hara nitrogen terus berlanjut maka gejala akan
tampak ke daun yang lebih muda. Selebaran pada daun tua berubah menjadi hijau pucat,
kemudian kuning pucat dan akhirnya hampir putih sebelum mati dan rontok. Daun muda tetap
hijau tetapi mungkin warnanya lebih pucat dan ukurannya lebih kecil dari biasanya.
15
16
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Dalam merawat tanaman yang berada di lahan pertanian secara langsung dan melihat
adanya perbedaan dari perkembangan tanaman yang diusahakan dapat dilakukan diagnosis hara
mineral yang umumnya memiliki dua cara, yaitu pendekatan gejala visual dan analisis tanman.
Pendekatan gejala visual memiliki kelemahan yang sering kali tidak akurat, terutama jika
tanaman yang bersangkutan mengalami dua atau lebih defisiensi atau toksisitas jenis unsur hara.
Defisiensi pada tanaman dapat disebabkan karena immobilitas suatu unsur. Sehingga
menyebabkan kekurangan material berupa unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pada umumnya,
defisiensi yang terjadi menimnulkan gejala pada tubuh tanaman. Gejala tersebut dapat diamati
dan diketahui penyebabnya melalui pendekatan gejala visual.
Diagnosis gejala visual dapat dilakukan dengan pengumpulan informasi, mencatat sejarah
perkembangan masalah, mendeskripsikan gejala diagnosis akhir. Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan terhadap tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) di lapangan, maka tanaman
tersebut mengalami indikasi defisiensi unsur hara Besi, Mangan, Nitrogen, Kalium, Seng. Hal
tersebut dapat disimpulkan berdasarkan buku panduan yang gambarnya sudah diseusaikan
dengan tanaman yang ada di lahan pertanian. Gejala defisiensi tersebut disebabkan oleh beberapa
hal yang beragam dan memiliki cara penanggulangan yang berbeda.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melakukan praktikum ini, yaitu diharapkan
agar lebih teliti dalam mengamati kondisi tanaman di lapangan dengan gambar di buku panduan.
Ini dikarenakan karena adanya kemiripan gejala antara defisiensi unsur hara satu dengan yang
lainnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
2016 , “Mendiagnosa Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman di Lahan”
file:///C:/Users/ADITYA%20WIGUNA/Downloads/mendiagnosa-kekurangan-unsur-hara-
pada-tanaman-di-lahan.pdf Diakses pada tanggal 16 Mei 2021
Baligar, V. C. and R. R. Duncan. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use. Academic Press,
Inc. Toronto. 574p.
Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Persepectives. John Wiley and
Sons, Inc. Toronto. 412p.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc, London Ltd. 674p.
18
Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th Edition. Terjemahan : Diah
R. Lukman dan Sumaryono. Fisiologi Tumbuhan. Jilid
19