Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRATIKUM NUTRISI TANAMAN

(DIAGNOSIS DEFISIENSI HARA MINERAL PADA TANAMAN BUNCIS


MENGGUNAKAN METODE GEJALA VISUAL)
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Nutrisi Tanaman
Dosen Pengajar :
Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP.

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Iis Diah Nur Fauziah (2006541163)


2. Putu Aditya Wiguna (2006541171)
3. Ricko Rachmadillah Sirait (2006541174)
4. Ni Komang Triana Wahyu Susanti Purnama Dewi (2006541175)
5. I Wayan Wika Aditya Guna (2006541186)
6. Ni Putu Eka Yanti (2006541190)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum dengan judul “Diagnosis Defisiensi Hara
Mineral Pada Tanaman Jagung Menggunakan Metode Gejala Visual” dengan baik dan rampung
tepat pada waktu yang ditentukan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ir. I Wayan
Wiraatmaja, MP.selaku dosen pengajar mata kuliah Nutrisi Tanaman yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas laporan praktikum ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan praktikum yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga laporan
praktikum ini dapat berguna bagi kami secara pribadi maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Kami berharap, hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca.

Denpasar, 15 Mei 2021

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
2.1. Unsur hara bagi pertumbuhan tanaman................................................................................6
2.2. Defisiensi unsur hara.............................................................................................................7
2.3 Gejala Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman........................................................................7
2.4 Diagnosis Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman Berdasarkan Gejala Visual.......................8
BAB III..........................................................................................................................................10
METODE PELAKSANAAN........................................................................................................10
3.1 Tempat dan Waktu...........................................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................................10
3.3 Metode praktikum............................................................................................................10
3.4 Prosedur praktikum..........................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................................11
HASIL PENGAMATAN...............................................................................................................11
BAB V...........................................................................................................................................14
PEMBAHASAN............................................................................................................................14
BAB VI..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama bertahun-tahun, para petani dan para ilmuwan telah bersama-sama berupaya
menemukan serangkaian petunjuk visual yang dapat digunakan untuk menentukan kekurangan
hara pada beragam tanaman agronomi. Petunjuk dan gejala-gejala ini bisa sangat bermanfaat,
terutama bila metode pengujian tanah dan jaringan tanaman tidak tersedia, atau tersedia tetapi
tidak memadai. Upaya memastikan bahwa tanaman mendapat kesuburan yang memadai adalah
upaya yang sulit dilakukan namun bermanfaat. Usaha untuk mengembangkan kemampuan
mengenali adanya defisiensi/kekurangan hara pada tanaman akan membantu mengatasi
munculnya masalah ini di lapangan. Selain itu,kemampuan ini juga akan membuat petani
terhindar dari menempuh berbagai upaya mahal untuk membenahi masalah-masalah yang
ternyata keliru, bukan masalah yang sebenarnya. Kekurangan unsur hara sering dan mudah
dikelirukan dengan kerusakan tanaman akibat serangga, penyakit, masalah nematoda, dan/atau
berbagai faktor stres abiotik lainnya.

Di tempat-tempat yang akan digunakan, bisa saja tanah memiliki semua kesuburan yang
dibutuhkan tetapi ternyata pH-nya jauh dari seimbang; akibatnya, unsur hara tertentu menjadi
terikat dan tidak bisa diserap oleh tanaman. Bisa juga tanah memiliki setiap unsur hara yang
dibutuhkan untuk menghasilkan panen yang baik, namun tanah itu ternyata menyimpan masalah
nematoda sehingga berapa pun banyaknya kompos yang di tambahkan, tetap tidak bisa
meningkatkan hasil panen. Atau mungkin tanaman menderita kekurangan unsur hara, dan
bahkan panen yang dihasilkan sebenarnya jauh dari potensi yang sesungguhnya.

Dalam situasi seperti itu, petani-petani modern dan juga ilmuwan pertanian
membutuhkan informasi untuk membantu mengambil keputusan apakah tanaman di lapangan
mengalami gangguan hara atau tidak. Gejala defisiensi atau toksisitas hara umumnya dapat
digunakan untuk maksud tersebut. Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat
komplek dan sulit terutama bila kejadian defisiensi lebih dari satu hara mineral secara 4 simultan
atau defisiensi hara tertentu bersamaan dengan toksik hara yang lain. Misalnya pada tanah
masam tergenang, toksisitas Mn simultan dengan defisiensi Mg. Diagnosis akan semakin

4
komplek bila kekurangan atau toksik hara disertai dengan adanya hama penyakit. Diagnosis
berdasarkan gejala visual (visible symptom) memerlukan pendekatan sistematis antara lain
apakah hara yang didiagnosis sifatnya mobil dalam floem atau tidak, bagian tanaman mana yang
terserang dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah tanaman buncis dilapangan mengalami gangguan hara defisiensi dan toksisitas?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari defisiensi hara mineral pada tanaman buncis dengan
menggunakan metode gejala visual?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Unsur hara bagi pertumbuhan tanaman


Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal
adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat
menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan
untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman,
tentunya memiliki fungsi. kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam memberikan
unsur hara pada tanaman tentunya sangat penting dijaga keseimbangan dan pengaturan kadar
pemberian unsure hara tersebut, sebab jika kelebihan dalam pemberiannya akan tidak baik
dampaknya, demikian pula halnya jika yang diberikan tersebut kurang dari takaran yang
semestinya diberikan . Seperti manusia. tanaman memerlukan ukinan yang sering disebut
hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman
menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan
fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah.
ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari.
Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metaholisme tanaman dinamakan hara tanaman.
Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolsime.

Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C). Hidrogen (H),Oksigen (O),
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca).Magnesium (Mg), Seng (Zn),
Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden(Mo), Boron (B), Klor (CI), Natrium (Na),
Kobal (Co). dan Silikon (Si). Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial.

Unsur Na, Si. dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi hampir selalu terdapat
dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah garam yang kadarnya relatif tinggi
dan sering melebihi kadar P (Fosfor). Silikon (Si) pada tanaman padi dianggap penting walaupun
tidak di perlukan dalam proses metabolisme tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang
cukup. maka tanaman tersebut lehih segar dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga seakan
akan Si meningkatkan produksi tanaman.

6
2.2. Defisiensi unsur hara
Defisiensi unsur hara yaitu kondisi dimana tanaman tidak terenuhi kebutuhan nutrisinya
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Defisiensi unsur hara dapat dilihat dari gejala yang
ditimbulkan pada tanaman (Novizan, 2002). Sedangkan menurut (Champbell, et al., 2007)
defisiensi adalah sebagai kondisi dimana tanaman kekurangan material berupa unsur hara yang
dibutuhkan. Unsur hara ini berpengaruh terhadap metabolisme tanaman dan fisiologis tanaman.
Unsur hara memerlukan porsi yang bebeda-beda, kekurangan mau kelebihan unsur hara
menimbulkan permasalahan dalam pertumbuhan tanaman. Permasalahannya dapat dilihat dengan
gejala yang terlihat atau nampak pada tanaman.

Untuk itu kebutuhan unsur hara tanaman harus tercukupi. Penambahan unsur hara yang
diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan yaitu penambahan unsur
hara dapat diberikan melalui tanah maupun bagian tanaman  untuk menambah atau mencukupi
kebutuhan hara tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan normal. Apabila tanaman
menunjukkan gejala pertumbuhan yang tidak normal pada bagian tanaman baik itu daun, akar,
dan batangnya perlu dilakukan pemupukan untuk memenuhi kebutuhan akan baranya sehingga
tanaman dapat tumbuh normal.

2.3 Gejala Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman


Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman meliputi terhambatnya pertumbuhan akar,
batang atau daun, serta klorosis atau nekrosis pada berbagai organ. Gejala kekahatan suatu unsur
terutama bergantung pada dua faktor yaitu fungsi unsur tersebut dan mudah tidaknya unsur
tersebut berpindah dari daun tua ke daun yang lebih muda atau ke organ-organ lainnya (Epstein,
1972). Bagian yang lebih muda dari tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mengambil hara
yang mudah bergerak (mobil) dari bagian yang lebih tua (Salibury dan Ross, 1992).

Gejala defisiensi atau kelebihan hara lebih mudah dilihat pada daun, tetapi mungkin juga
terjadi pada bagian lain dari tanaman seperti pucuk batang, buah dan akar. Gejala defisiensi atau
toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu. Secara umum gejala kekurangan (defisiensi)
unsur hara pada daun tanaman dibedakan menjadi 5 tipe yaitu;
1. Klorosis

7
Keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun, yang mengalami kerusakan atau gagalnya
pembentukan klorofil sehingga daun berubah warna menjadi kuning atau pucat hampir putih
yang munculnya seragam.
2. Nekrosis
Kerusakan yang disebabkan adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel daun,
gejala nekrosis muncul pada tepi daun atau ujung daun.
3. Kurangnya pertumbuhan baru
Terhentinya pertumbuhan baru, baik pada tunas maupun daun. Hal ini bisa mengakibatkan
kematian pada bagian ujung atau tunas dan daun,.
4. Akumulasi antosianin
Timbulnya warna merah, biru dan ungu pada semua bagian daun dan batang. Antosianin
adalah satu pigmen fenolik yang terekspresi sebagai karakter warna merah, biru dan ungu,
terdapat pada vakuola sel. Sintesis antosianin terjadi selama pertumbuhan daun, senesens, dan
pada saat tanaman merespons cekaman abiotik (Sukartini dan Jawal, 2009).
5. Stunting
Pertumbuhan tanaman kerdil dengan warna hijau normal atau hijau tua atau kuning.

2.4 Diagnosis Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman Berdasarkan Gejala Visual
Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat komplek dan sulit terutama bila
kejadian defisiensi lebih dari satu hara mineral secara simultan atau defisiensi hara tertentu
bersamaan dengan toksik hara yang lain. Diagnosis akan semakin komplek bila kekurangan atau
toksik hara disertai dengan adanya hama penyakit (Epstein, 1972; Marschner, 1986). Diagnosis
berdasarkan gejala visual (visible symptom) memerlukanpendekatan sistematis antara lain
apakah hara yang didiagnosis sifatnya mobil dalam floem atau tidak, 5 bagian tanaman mana
yang terserang dan lain-lain. Diagnosis visual menurut Grundon (1987) memerlukan langkah-
langkah observasi meliputi:
1. Pengumpulan informasi. Informasi mengenai tampilan tanaman dalam keadaan sehat pada
semua stadia pertumbuhannya. Informasi berikutnya yang diperlukan adalah gejala gangguan
masing-masing hara, dan gangguan berbagai penyakit terhadap tanaman.

8
2. Mencatat sejarah perkembangan masalah. Pencatatan dilakukan terhadap teknik budidaya,
curah hujan, suhu, waktu tanam, varietas, jenis tanaman yang ditanam sebelumnya dan
pemeliharaannya, tipe tanah dan hasil analisis tanah dan analisis sampel tanaman.
3. Mendeskripsikan gejala. Mencatat penampilan umum tanaman meliputi warna, ukuran,
bentuk, orientasi pertumbuhan, dan pola perkembangan gejala pada organ.
4. Diagnosis akhir. Setelah semua informasi dikumpulkan, dibuat keputusan penyebab masalah.
Contoh: apabila gejalanya hanya pada single plant mungkin karenavariasi genetik tanaman.
Gejala yang disebabkan oleh gangguan hara umumnya terjadi pada banyak tanaman pada area
luas berhubungan dengankondisi tanah atau pola pengelolaan.
Gejala defisiensi atau toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu. Oleh karena itu
adalah memungkinkan menggunakan penampakan visual untuk mendiagnosis tanaman sakit
karena kekurangan atau kelebihan hara (Grundon, 1987). Gejala defisiensi atau toksisitas secara
visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara. Dituntut
pengetahuan yang cukup dan ketelitian yang tinggi jika menggunakan penampakan visual karena
gejala gangguan hara bervariasi sangat besar tergantung atas spesies tanaman, kondisi
lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain seperti infeksi
penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma (Grundon, 1987; Marschner, 1986;
Baligar dan Duncan, 1990).

9
BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum “Diagnosis Defisiensi Hara Mineral pada Tanaman Buncis Menggunakan
Metode Gejala Visual” dilaksanakan di lokasi masing-masing anggota kelompok, karena adanya
kendal pandemi COVID-19. Pengambilan contoh tanaman dilakukan di Br.Sidan, Desa belok
Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada hari Jumat, 14 Mei 2021.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan agar memudahkan dalam pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris) yang mengalami gejala defisiensi hara pada bagian
daun tanaman.

2. Kamera, digunakan untuk mengambil gambar tanaman.

3. Buku “Hungry Crops: A Guide to Nutrient Deficiencies in Field Crops”oleh Grundon, N. J.


(1987), sebagai panduan dalam membandingkan gejala defisiensi yang dialami tanaman.
3.3 Metode praktikum
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan praktikum ini adalah metode observasi.
Pengamatan yang dilakukan adalah tidak secara langsung (menggunakan gambar yang diambil
oleh salah satu anggota kelompok), mengingat situasi pandemi COVID-19saat ini.
3.4 Prosedur praktikum
1. Memahami buku petunjuk yang digunakan sebagai panduan praktikum yang diberikan dan
buku panduan defisiensi hara.

2. Mencari tanaman yang memiliki gejala defisiensi dan dapat digunakan sebagai media
observasi defisiensi hara.

3. Mencocokan gejala defisiensi yang ditimbulkan tanaman, kemudian menyandingkannya


dengan gambar yang berada di dalam buku panduan.

4. Mencatat hasil observasi dan menyusun laporan praktikum

10
BAB IV

HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) yang mengalami gejala
defisiensi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung di Br.Sidan, Desa belok
Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, adapun hasil pengamatan dan kecocokannya
dengan panduan praktikum adalah sebagai berikut:

No Jenis Gambar di Panduan Gambar di Lapangan


Defisiensi
1 Defisiensi
Fe

2 Defisiensi
Mn

11
3 Defisiensi
N

4 Defisiensi
K

5 Defisiensi
Nacl

12
6 Defisiensi
Zn

13
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Diagnosis Defisiensi Hara Mineral pada Tanaman Buncis Menggunakan Metode gejala
Visual
Berdasarkan hasil pengamatan tim penulis, terdapat gejala defisiensi atau kekurangan unsur
hara secara visual pada tanaman buncis . Gejala kekurangan unsur hara secara visual tersebut
adalah unsur hara makro, yaitu Fe, Mn, N, K, dan Zn Berikut merupakan penjelasannya.

5.1.1 Gejala Defisiensi Fe (Besi) Pada Tanaman Buncis


Gambar pertama pada table diatas menunjukan gejala defisiensi Fe (Besi) pada tanaman
buncis. Gejala-gejala yang tampak utamanya pada daun muda, daun terlihat berwarna hijau pucat
atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-
jaringannya tidak mati. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna
hijau berubah menjadi kuning, dan ada pula yang menjadi putih. Gejala selanjutnya yang lebih
hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering, dan
berguguran. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti, akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati
mulai dari pucuk. Kekurangan Fe menyebabkan hasil panen rendah, karena kematangan menjadi
lebih lambat dan ditandai dengan tanaman tumbuh sangat kerdil dengan jumlah bunga yang
pendek dan tipis yang dihasilkan dan jumlah polong yang sedikit.

5.1.2 Gejala Defisiensi Mn (Mangan) Pada Tanaman Buncis


Gambar kedua pada table diatas menunjukan gejala defisiensi Mn (Mangan) pada
tanaman buncis. Gejalanya ditandai dengan tanaman memiliki batang pendek, tipis dan dedaunan
hijau pucat hingga kuning. Awalnya tidak berpengaruh pada percabangan, tetapi tunas dapat
berhenti tumbuh jika defisiensi terus berlanjut. Kemudian bunga yang dihasilkan hanya sedikit
dan kumpulan buah serta hasil biji-bijian berkurang. Mangan tidak mudah dipindahkan dari daun
tua ke daun muda. Oleh karena itu gejala muncul pertama kali pada daun muda, seringkali paling
parah terjadi pada daun termuda, yaitu daun yang masih tumbuh di dekat titik tumbuh. Daun tua
warnanya tetap hijau tua dan tampak sehat.

14
5.1.3 Gejala Defisiensi N (Nitrogen) Pada Tanaman Buncis
Gambar ketiga pada table diatas menunjukan gejala defisiensi N (Nitrogen) pada tanaman
buncis. Tanaman buncis yang kekurangan hara nitrogen memiliki gejala antara lain, tanaman
kerdil dengan batang tipis dan kurus dan dedaunan hijau pucat hingga kuning. percabangan
berkurang dan bunga yang berkembang sedikit. Nitrogen tidak mudah dipindahkan dari daun tua
ke daun muda. Oleh karena itu, jika kekurangan hara nitrogen terus berlanjut maka gejala akan
tampak ke daun yang lebih muda. Selebaran pada daun tua berubah menjadi hijau pucat,
kemudian kuning pucat dan akhirnya hampir putih sebelum mati dan rontok. Daun muda tetap
hijau tetapi mungkin warnanya lebih pucat dan ukurannya lebih kecil dari biasanya.

5.1.4 Gejala Defisiensi K (Kalium) Pada Tanaman Buncis


Gambar keempat pada table diatas menunjukan gejala defisiensi K (Kalium) pada
tanaman buncis. Defisiensi hara kalium ditandai dengan gejala antara lain tanaman yang kurang
kuat, matang lebih lambat dan menghasilkan lebih sedikit biji-bijian. Tanaman yang terserang
biasanya tumbuh kerdil dengan batang pendek dan tipis serta dedaunan berwarna hijau pucat
hingga kuning. Pada tanaman dewasa, banyak selebaran yang lebih tua mungkin jatuh sebelum
waktunya, dan percabangan menjadi berkurang. Karena kalium tidak mudah dipindahkan dari
daun tua ke daun muda, maka gejala yang ysng muncul pertama kalidan lebih parah yaitu pada
daun tua. Jika defisiensi hara kalium terus berlanjut, maka gejala akan menyebar hingga ke daun
yang lebih muda. Selebaran pada daun tua berubah menjadi hijau pucat dan berkembang menjadi
kuning cerah, selanjutnya klorosis akan dengan cepat meluas ke tengah daun. Namun tulang
daun tetap berwarna hijau cerah. Jika kekurangan terus berlanjut, akhirnya daun yang terserang
klorosis akan mati, menjadi coklat pucat dan lepas. Daun muda tetap hijau tua tapi mungkin
ukurannya jauh lebih kecil dari biasanya.

5.1.5 Gejala Defisiensi Zn Pada Tanaman Buncis.


Gambar kelima pada table diatas menunjukan gejala defisiensi Zn pada tanaman buncis.
Tanaman yang mengalami defisiensi hara Zn ditandai dengan gejala seperti tanaman tumbuh
sangat kerdil dengan batang pendek, dan daun kecil berwarna hijau tua dan kuning kecokelatan.
Percabangan sangat berkurang dan hampir berhenti bila defisiensi sangat parah. Defisiensi Zn
biasanya terjadi pada tanah basa dimana ketersediaan seng tertekan, pada tanah pasir yang
mudah tercuci, serta tanah yang mengalami kelebihan pupuk fosfat (P).

15
16
BAB VI

PENUTUP
6.1 Simpulan
Dalam merawat tanaman yang berada di lahan pertanian secara langsung dan melihat
adanya perbedaan dari perkembangan tanaman yang diusahakan dapat dilakukan diagnosis hara
mineral yang umumnya memiliki dua cara, yaitu pendekatan gejala visual dan analisis tanman.
Pendekatan gejala visual memiliki kelemahan yang sering kali tidak akurat, terutama jika
tanaman yang bersangkutan mengalami dua atau lebih defisiensi atau toksisitas jenis unsur hara.
Defisiensi pada tanaman dapat disebabkan karena immobilitas suatu unsur. Sehingga
menyebabkan kekurangan material berupa unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pada umumnya,
defisiensi yang terjadi menimnulkan gejala pada tubuh tanaman. Gejala tersebut dapat diamati
dan diketahui penyebabnya melalui pendekatan gejala visual.

Diagnosis gejala visual dapat dilakukan dengan pengumpulan informasi, mencatat sejarah
perkembangan masalah, mendeskripsikan gejala diagnosis akhir. Berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan terhadap tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) di lapangan, maka tanaman
tersebut mengalami indikasi defisiensi unsur hara Besi, Mangan, Nitrogen, Kalium, Seng. Hal
tersebut dapat disimpulkan berdasarkan buku panduan yang gambarnya sudah diseusaikan
dengan tanaman yang ada di lahan pertanian. Gejala defisiensi tersebut disebabkan oleh beberapa
hal yang beragam dan memiliki cara penanggulangan yang berbeda.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melakukan praktikum ini, yaitu diharapkan
agar lebih teliti dalam mengamati kondisi tanaman di lapangan dengan gambar di buku panduan.
Ini dikarenakan karena adanya kemiripan gejala antara defisiensi unsur hara satu dengan yang
lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
2016 , “Mendiagnosa Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman di Lahan”
file:///C:/Users/ADITYA%20WIGUNA/Downloads/mendiagnosa-kekurangan-unsur-hara-
pada-tanaman-di-lahan.pdf Diakses pada tanggal 16 Mei 2021

2017, “DEFISIENSI DAN TOKSISITAS HARA MINERAL SERTA RESPONNYA


TERHADAP HASIL”
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/8845246192c4d15f3aa034af1b88a
4d4.pdf Diakses pada tanggal 16 Mei 2021

2021, “LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Acara IV DEFISIENSI


UNSUR HARA” http://bezad97.blogspot.com/2016/08/laporan-praktikum-fisiologi-
tumbuhan.html Diakses pada tanggal 16 Mei 2021

2015, “Makalah Nutrisi Tumbuhan Unsur Hara”


https://www.academia.edu/26891045/MAKALAH_NUTRISI_TUMBUHAN_UNSUR_HA
RA Diakses pada tanggal 16 Mei 2021

Banahasan. 2016. “Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman”.

http://banahasan.blogspot.com/2016/12/defisiensi-unsur-hara-pada-tanaman.html . (Diakses pada


Sabtu, 15 Mei 2021)

Baligar, V. C. and R. R. Duncan. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use. Academic Press,
Inc. Toronto. 574p.

Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Persepectives. John Wiley and
Sons, Inc. Toronto. 412p.

Grundon, N. J. 1987. Hungry Crops: A Guide to Nutrient Deficiencies in Field Crops.


Department of Primary Industries, Queensland Government. Information Series Q187002. 242p

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc, London Ltd. 674p.

18
Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th Edition. Terjemahan : Diah
R. Lukman dan Sumaryono. Fisiologi Tumbuhan. Jilid

19

Anda mungkin juga menyukai