Anda di halaman 1dari 11

Diagnosis Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral

pada Tanaman dengan Analisis Jaringan

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Nutrisi Tanaman

Dosen Pengajar.

Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP.

Oleh

Ricko Rachmadillah Sirait

NIM. 2006541174

Program Studi Agroekoteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Jimbaran
Maret 2021
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini berjudul “Diagnosis Defisiensi dan Toksisiats Hara Mineral pada
Tanaman dengan Analisis Jaringan" ditujukan untuk memenuhi tugas individu matakuliah nutrisi
tanaman dengan dosen pengajar Bapak Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP..
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi. Harapan saya semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca.

Akhir kata, saya sampaikan terimakasih dan mohon maaf jika terdapat kesalahan
penulisan yang mungkin dapat menyinggung pihak-pihak tertentu. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Badung, 23 Maret 2021


Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................................ii
Bab I.............................................................................................................................................................3
Pendahuluan...............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................................3
Bab II............................................................................................................................................................5
Pembahasan................................................................................................................................................5
2.1 Diagnosis Berdasarkan Analisis Jaringan............................................................................................5
2.2 Tahapan Analisis Kandungan Hara Mineral Dalam Tanaman Dengan Analislis Jaringan pada Daun
Jagung......................................................................................................................................................6
2.3 Alasan Diperlukanya Pemberian Pupuk N,P, da K pada Tanaman Jagung..........................................7
2.4 Pertumbuhan Dan Perambahan Berat Kering Tanaman Jagung........................................................8
Bab III...........................................................................................................................................................9
Penutup.......................................................................................................................................................9
3.1 Simpulan............................................................................................................................................9
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................10

ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Diagnosis defisiensi dan toksisitas hara mineral bertujuan untuk menjelaskan
bahasa tubuh dan status hara mineral dalam tubuh tanaman. Tanaman
mengkomunikasikan mengenai penderitaan yang dialami dari kekurangan atau
kelebihan hara meineral sebagai makanannya dengan bahasa visual melalui gejala yang
berkembang pada daun, batang, akar atau organ yang lain. Hal yang penting yaitu
mengenai tentang bagaimana memahami bahasa visual itu sehingga kita dapat
mendiagnose secara lebih baik lalu mengatasi permasalahan yang diderita oleh
tanaman yang bersangkutan
Diagonsis defisiensi dan tosksisitas hara pada tanaman dapat dilakukan dengan
dua pendekatan yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman.
Yang mana gejala defisiensi atau kelebihan hara lebih mudah dilihat pada daun, tetapi
mungkin juga terjadi pada bagian lain dari tanaman seperti pucuk batang, buah dan
akar. Gejala defisiensi atau toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu. Oleh
karena itu adalah memungkinkan menggunakan penampakan visual untuk
mendiagnosis tanaman sakit karena kekurangan atau kelebihan hara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Apa tujuan dari diagnosis defisiensi dan toksiaitas hara mineral ?
2. Bagaimana cara tanaman mengkomunikasikan mengenai penderitaan yang
dialami dari kekurangan atau kelebihan hara ?
3. Apa saja macam-macam pendekatan yang dilakukan dalam mendiagnosis
defisiensi dan tosisitas hara pada tanaman ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah-masalah yang dirumuskan, tujuan dari penulisan makalah
ini adalah:

1. Untuk mengetahui tujuan dari adanya diagnosis defisiensi dan toksiaitas hara
mineral.

3
2. Untuk mengetahui cara tanaman dalam mengkomunikasikan mengenai
penderitaan yang dialami dari kekurangan atau kelebihan hara.
3. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan yang dilakukan dalam
mendiagnosis defisiensi dan tosisitas hara pada tanaman

4
Bab II
Pembahasan

2.1 Diagnosis Berdasarkan Analisis Jaringan


Terdapat lima langkah dalam analisi jaringan yaitu pengambilan cukplikan di
lapangan, penyiapan cuplikan (dikeringkan atau dihaluskan), destruksi basah atau kering,
penetapan kadar hara (gravimetri, titrasi, spektrofotometri, flamfotometri), penafsiran hasil
dan pembuatan rekomendasi. Pengambilan cuplikan yang tepat merupakan langkah yang
penting. Aras kecukupan hara ditentukan berdasarkan letak bagian tanaman yang diambil
sebagai cuplikan pada fase pertumbuhan tertentu, misalnya: (1). daun yang baru saja dewasa 
dan membuka secara sempurna (recently matured, fully expanded leaves), atau (2). tangkai
daun dari daun yang baru saja dewasa (petioles from recently matured leaves). Pengambilan
pada fase kebutuhan tanaman sampai dipuncaknya (high nutrient demand), misalnya: (1). 
titik puncak fase vegetatif (peak vegetative growth stage), atau (2). fase generatif
(reproductive stage). Penafsiran hasil untuk setiap tanaman bersifat spesifik.
Manfaat dari adanya analisi jaringan yaitu untuk mengetahui kadar hara dalam
jaringan tanaman dan untuk menghitung serapan hara pada tanaman.

Tingkat kecukupan hara dalam jaringan tanaman dapat dibedakan:

1. Aras kritis (critical value, critical level, critical nutrient concentration) menunjukkan
kadar hara dalam jaringan, dibawah kadar ini menampakkan gejala kekahatannya,
umumnya pada aras ini hasil panen turun 10%. Jika diberi tambahan hara, tanaman
bersifat sangat responsif, dan gejala kekahatan akan menghilang.
2. Kisaran kritis hara (critical nutrient range): sukar untuk ditentukan secara tepat,
merupakan peralihan antara wilayah kekahatan dengan kecukupan hara, hasil tanaman
berkurang antar 0% sampai 10%. Pemberian hara akan meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman.

5
3. Kisaran kecukupan (sufficiency range, sufficiency level, sufficiency zone): kadar hara
cukup untuk mendukung pertumbuhan dan hasil panen yang maksimum, pemberian
hara dapat meningkatkan kadar hara dalam jaringan tetapi tidak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
4. Aras berlebihan atau meracun (excessive or toxic level): kadar hara terlalu tinggi
mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman, jika kadarnya sangat tinggi
dapat meracuni tanaman atau mengakibatkan gangguan ketimpangan hara (imbalance
of nutrients).

2.2 Tahapan Analisis Kandungan Hara Mineral Dalam Tanaman Dengan Analislis
Jaringan pada Daun Jagung

Tahapan atau proses analisis kandungan hara dalam tanaman dengan analisis tanaman
adalah dengan menentukan nilai kritis defisiensi ("tingkat defisiensi kritis / CDL") dan
nilai kritis keracunan ("tingkat toksisitas kritis / CTL") masing- masing hara mineral pada
jaringan tanaman. Penentuan CDL diperlukan dalam perubahannya dengan rekomendasi
pemupukan dilakukan. Pertumbuhan maksimum terjadi antara CDL dan CTL Dalam
prakteknya nilai CDL bukan merupakan satu titik nilai, melainkan merupakan suatu
kisaran / range nilai. Biasanya nilai CDL didefiniskan sebagai suatu taraf dimana
perumbuhan atau hasil 5 - 10% dibawah maksimum (Epstein, 1972; Marschner, 1986:
Baligar dan Duncan, 1990). Nilal CDL dan CTL ditentukan berdasarkan percobaan atas
percobaan dengan menumbuhkan tanaman pada kondisi lingkungan terkontrol dengan
variasi suplai hara mineral dalam kisaran yang luas. Berdasarkan hasil percobaan tersebut
kemudian hara mineral dalam jaringan tanaman dalam pertumbuhan dan hasil
dikelornpokkan menurut kisaran defisiensi, rendah, cukup, tinggi atau toksik (Marschner,
1986).

Hubungan antara Pertumbuhan dengan Konsentrasi Hara


dalam Jaringan Tanaman

6
Dalam analisis kandungan hara dalam daun jagung telah ditentukan pada Buku Pintar
bahwa pupuk N, P, atau K memiliki kisaran defisiensi, rendah, cukup dan tinggi atau
toksik yang telah di tetapkah seperti berikut:

Sifat Kandungan Hara yang Diketahui dalam Buku Pintar


Jenis Hara
Defisiensi Transisi Cukup Toksik
N (%) < 0,50% 0,51-1,00% 1,01-2,25% >2,25%
P (%) < 0,16% 0,17-0,25% 0,26-0,80% >0,80%
K (%) < 0,25% 0,26-0,75% 0,76-1,50% >1,50%

Kandungan hara mineral dalam jaringan tanaman hasil diagnosis berdasarkan analisis
tanaman berdasarkan berbagai faktor penting yaitu: 1) stadium perkembangan tanaman,
2) bagian tanaman yang diambil sebagai sampel, 3) spesies tanaman, 4) interaksi hara
dalam tanah dan 5) faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan lain-lain (Marschner,
1986). Pada umumnya status nutrisi pada tanaman yang paling baik dicerminkan oleh
kandungan hara mineral pada daun dibandingkan dengan organ-organ lain (Grundon,
1987). Oleh karena itu daun biasanya paling sering digunakan sebagai sampel dalam
analisis tanaman. Sehingga pada analisis kali ini yang digunakan yaitu dari jaringan pada
daun jagung.

2.3 Alasan Diperlukanya Pemberian Pupuk N,P, da K pada Tanaman Jagung


Diketahui dari analisi laboratorium tersebut diperoleh data kandungan hara N, P, dan K
pada jaringan daun jagung yaitu N (1,75%), P (0,12%), dan K (0,70%).

Pada data patokan buku pintar mengatakan bahwa:

Sifat Kandungan Hara yang Diketahui Dalam Buku Pintar


Jenis Hara
Defisiensi Transisi Cukup Toksik
N (%) < 0,50% 0,51-1,00% 1,01- >2,25%
2,25%
P (%) < 0,17-0,25% 0,26-0,80% >0,80%
0,16%
K (%) < 0,25% 0,26- 0,76-1,50% >1,50%
0,75%

Berdasarkan analisis laboratorium dengan data kandungan hara N,P, dan K yang telah
dicocokan dengan data kandungan hara pada buku pintar menyatakan kandungan hara N

7
pada analisis laboratorium yaitu 1, 75% bila dicocokan dengan sifat buku pintar termasuk
sifat kandungan hara cukup sehingga unsur hara N tidak perlu ditambahkan hara lagi.
Pada unsur hara P dinyatakan pada analisis laboratorium yaitu 0,12% setelah dicocokan
pada table sifat kandungan hara pada buku pintar unsur hara P tersebut kurang dari 0,16%
sehingga mengalami defisiensi, defisiensi hara berarti hara tersebut perlu ditambahkan
lagi. Sedangkan pada unsur hara K yang dinyatakan dalam laboratorium memiliki sufat
kandungan 0,70% bila dicocokan pada sifat kandungan hara buku pintar unsur hara K
memiliki sifat kandungan hara transisi, sehingga masih perlu ditambahkan unusr hara
lagi. Jadi tanaman jagung perlu ditambahkan kembali dengan pupuk P dan K, karena P
mengalami defisiensi dan K mengalami transisi.

2.4 Pertumbuhan Dan Perambahan Berat Kering Tanaman Jagung


Hal yang akan terjadi bila tanaman jagung diberi pupuk N, P, dan K yaitu:
N: 1,75% Cukup
Bila diberi hara melalui pemupukan berakibat meningkatkan kandungan hara pada
jaringan tanaman, tetapi tidak meningkatkan berat kering atau hasil panen. Sehingga pada
zona cukup tidak perlu lagi ditambahkan pupuk karena apabila ditambahkan pupuk
tanaman akan keracunan yang bisa disebut toksik.

P: 0,12% Diferensiasi
Bila diberi hara melalui pemupukan berakibat meningkatkan produksi berat kering atau
hasil panen, tetapi konsentrasi hara dalam jaringan tanaman tetap.

K: 0,70% Transisi
Bila diberi hara melalui pemupukan berakibat meningkatkan produksi berat kering atau
hasil panen, dan juga meningkatkan konsentrasi hara dalam jaringan tanaman.

8
Bab III
Penutup

3.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan,dapat disimpulkan bahwa tahapan atau proses
analisis kandungan hara dalam tanaman dengan analisis tanaman adalah dengan
menentukan nilai kritis defisiensi ("tingkat defisiensi kritis / CDL") dan nilai kritis
keracunan ("tingkat toksisitas kritis / CTL") masing- masing hara mineral pada jaringan
tanaman. Tanaman jagung tidak perlu diberi pupuk N karena pupuk N sudah berada di
zona cukup laluapabila diberi hara melalui pemupukan berakibat meningkatkan
kandungan hara pada jaringan tanaman, tetapi tidak meningkatkan berat kering atau hasil
panen. Tumbuhan jagung hanya diperlukan penambahan pupuk P dan K karena berada di
zona deferensiasi dan zona peralihan/transisi. Tumbuhan jagung bila diberi unsur hara P
melalui pemupukan berakibat meningkatkan produksi berat kering atau hasil panen, tetapi
konsentrasi hara dalam jaringan tanaman tetap sedangkan Bila diberi hara melalui
pemupukan berakibat meningkatkan produksi berat kering atau hasil panen, dan juga
meningkatkan konsentrasi hara dalam jaringan tanaman.

9
Daftar Pustaka

Edi Santoso, Muhammad. dan Bambang Hermiyantob. 2018. Diagnosis


Keseimbangan Hara N, P, K Dan Mg Pada Jeruk Siem Menggunakan Metode Dris Di
Kecamatan Cluring. Jember. Jurnal Bioindustri Vol. 1.

Wiraatmaja, I Wayan. 2017. Bahan Ajardefisiensi Dan Toksisitas Hara Mineral


Serta Responnya Terhadap Hasil. Denpasar. https://simdos.unud.ac.id

10

Anda mungkin juga menyukai